You are on page 1of 17

JURNAL

“SUPERVISI KLINIS”
Dosen Pengampuh : Amrizal, S.Pd.I,. M.Pd.I

Disusun Oleh :

KELOMPOK V

IGA MAWADDAH

ANJU ANANTA

ARDILA ANGGRAINI

FITRI RAHMA YUNITA

MUHAMMAD FIRMANSYAH

ALFI DARUSDINA.S

INSTITUT AGAMA ISLAM NUSANTARA


BATANG HARI TAHUN AJARAN
2021/2022
KATA PENGANTAR

‫ِبْس ــــــــــــــــِم اِﷲالَّر ْح َم ِن الَّر ِحيم‬

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT Tuhan


semesta alam yang senantiasa memberikan kemudahan kelancaran
beserta limpahan Rahmat dan Karunia-Nya yang tiada terhingga.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Rasulullah SAW
yang telah memberikan suri tauladan bagi kita semua.

Alhamdulillah berkat Rahmat dan ridha-Nya penulis dapat


menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul “Supervisi Klinis”.
Jurnal ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas kelompok tahun
akademik 2022

Dalam penyusunan makalah ini Penulis mendapatkan bantuan


serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis ucapkan terima kasih kepada rekan-rekan yang telah membantu.
Penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis. Begitu pula makalah ini tidak luput dari
kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan
sarannya yang bersifat membangun.

Muara Bulian, Mei 2022

Penulis
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Sistem evaluasi dan supervisi akan berdampak pada pelaksanaan
pembelajaran, artinya strategi pembelajaran dan pelaksanaannya
sangat tergantung pada sistem evaluasi yang berlaku dan supervisi
yang dilakukan. Dengan demikian betapa pentingnya evaluasi yang
dilakukan dalam pembelajaran dan supervisi yang dilakukan pada
pengawasannya.1
Kenyataan selama ini, evaluasi di Indonesia mulai tingkat
pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi mengarah pada pencapaian
hasil, dan bukan membiasakan untuk berfikir cara mendapatkan hasil.
Hal ini akan berdampak pada strategi pembelajaran yang digunakan
untuk mendapatkan konsep atau materi pembelajaran sebanyak-
banyaknya, atau dosen mengajar dalam rangka menyelasaikan materi
kuliah. Cara pembelajaran seperti itu, memang akan menghasilkan
siswa / mahasiswa yang mendapatkan konsep sebanyak-banyaknya,
tetapi belum menjamin siswa / mahasiswa tersebut menjadi siswa /
mahasiswa yang kreatif. Padahal kita tahu bahwa kompetensi dunia
kerja masa kini adalah berpikir kreatif, pengambilan keputusan,
pemecahan masalah, belajar bagaimana belajar, kolaborasi, dan
pengelolaan diri. Proses dan hasil pembelajaran ini dibuat sedemikian
rupa untuk menciptakan mutu pendidikan.
Sedangkan untuk supervisi, pelaksanaanya belum dilaksanakan
secara optimal dan maksimal. Secara perencanaan dan strategi
pembelajaran yang akan dirancang oleh guru sudah cukup baik, tetapi
kadang dalam pelaksanaannya terbentur dengan waktu, sarana dan
prasarana sekolah maupun siswa itu sendiri yang mengakibatkan

1
Winardi. 1996. Manajemen Supervisi. Bandung: Mandar Maju. Hal. 89
pembelajaran berjalan tidak sesuai dengan rencana awal
pembelajaran.

Peningkatan mutu pendidikan, sebagaimana dikemukakan oleh


banyak ahli pendidikan secara teoritis tidak mungkin tercapai tanpa ikut
pula diperhatikan masalah performansi guru. Para guru merupakan
sumber daya manusia yang sangat menentukan keberhasilan program
pendidikan karena kedekatan hubungannya dengan anak didik dalam
pelaksanaan pendidikan. Setiap hari di sekolah guru berhubungan
dengan anak didik untuk kegiatan belajar mengajar sehingga sangat
menentukan keberhasilan anak didik dalam belajar yang akhirnya juga
menentukan pencapaian tujuan pendidikan.
Berdasarkan hal itu maka upaya peningkatan mutu pendidikan
harus memperhatikan peningkatan performansi guru berkaitan dengan
pembelajarannya yang dilakukan secara terus menerus dan
berkelanjutan. Salah satunya adalah melalui kegiatan supervisi
pengajaran. Supervisi pengajaran dilakukan untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam pembelajaran secara umum baik di kelas
maupun di luar kelas.2 Terdapat beberapa pendekatan dalam kegiatan
supervisi pengajaran ini misalnya pendekatan saintifik, pendekatan
neo-saintifik, pendekatan artistik dan pendekatan klinikal. Masing-
masing pendekatan memiliki penekanan yang berbeda-beda terhadap
salah satu aspek dalam kegiatan supervisi pengajaran.
Pendekatan klinikal sebagai satu pendekatan yang akan dibahas
dalam tulisan ini adalah pendekatan yang memfokuskan kegiatan
supervisi pengajaran pada pengembangan kemampuan mengajar guru
di kelas. Atau dengan kata lain supervisi dengan pendekatan klinikal
adalah kegiatan supervisi yang membantu guru mengembangkan

2
Gunawan, Ary H.. Administrasi Sekolah: Administrasi Pendidikan Mikro. Cet. I; Jakarta:
Rineka Cipta, 1996. Hal. 78
penampilannya di kelas. Bagaimana konsep dan pendekatan ini
dilakukan dalam supervisi akan menjadi cakupan bahasan tulisan ini.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Supervisi Klinis


Supervisi klinis berasal dari kata supervisi dan klinis. Supervisi
diartikan sebagai suatu bimbingan dan tuntunan kearah perbaikan dan
penyempurnaan proses pembelajaran. Sedangkan jika dikaji
berdasarkan istilah dalam “klinis”, mengandung makna: (1) Pengobatan
(klinis) dan (2) Siklus.3
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap
perencanaan, pengamatan dan analisis yang intesif terhadap
penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran.
bahwa supervisi klinis sebagai bantuan profesional yang diberikan
kepada guru yang mengalami masalah dalam melaksanakan
pembelajaran agar guru tersebut dapat mengatasi masalah yang
dialaminya berkaitan dengan proses pembelajaran.
Secara umum supervisi klinis diartikan sebagai bentuk bimbingan
profesional yang diberikan kepada guru berdasarkan kebutuhannnya
melalui siklus yang sistematis. Siklus sistematis ini meliputi:
perencanaan observasi yang cermat atas pelaksanaan dan pengkajian
hasil observasi dengan segera dan obyektif tentang penampilan
mengajarnya yang nyata.4
Dengan demikian penulis dapat mendeskripsikan makna supervisi
klinis adalah supervisi yang dilakukan berdasarkan adanya keluhan
atau masalah dari guru yang disampaikan kepada supervisor. Bentuk
3
Pidarta, Made. Pemikiran Tentang Supervisi Pendidikan, Ed. I. Cet. I; Jakarta: Bumi
Aksara, 1992. Hal. 64-68
4
Purwanto, M. Ngalim. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Cet. XXI; Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2012. Hal. 34
supervisi klinis difokuskan pada peningkatan mengajar dengan melalui
siklus yang sistematik, dalam perencanaan, pengamatan serta analisis
yang intensif dan cermat tentang penampilan mengajar yang nyata,
serta bertujuan mengadakan perubahan dengan cara rasional.
Supervisi klinis berbeda dengan supervisi akademik. Salah satu
perbedaannya adalah supervisi akademik dilakukan dengan inisiatif
awal dari supervisor, sedangkan supervisi klinis dilakukan berdasarkan
inisiatif awal dari guru. Pelaksanaan supervisi klinis bagi guru muncul
ketika guru tidak harus disupervisi atas keinginan kepala sekolah
sebagai supervisor, tetapi atas kesadaran guru datang ke supervisor
untuk minta bantuan mengatasi masalahnya. Konsep supervisi klinis
dapat dianalogikan dengan seorang pasien yang sedang sakit dan ingin
sembuh dari sakitnya sehingga dia datang ke dokter untuk diobati. Jika
seorang guru memilki kesadaran seperti pasien tersebut, jika dia
mengalami kesulitan dalam tugasnya, maka guru tersebut dapat
dikatakan melakukan proses supervisi klinis.5
1. Sasaran supervisi klinis
Sasaran supervisi klinis adalah perbaikan pembelajaran dan
bukan perbaikan kepribadian guru. Untuk ini supervisor diharapkan
untuk mengajarkan berbagai ketrampilan kepada guru yang meliputi
antara lain :
a. Ketrampilan mengamati memahami (mempersepsi) proses
pembelajaran secara analitik.
b. Ketrampilan menganalisis proses pembelajaran secara rasional
berdasarkan bukti-bukti pengamatan yang jelas dan tepat.
c. Ketrampilan dalam pembaharuan kurikulum, pelaksanaan serta
pencobaannya.
d. Ketrampilan dalam mengajar

5
Wahyudi. Manajemen Kepemimpinan Kepala Sekolah dalam Organisasi Pembelajar
(Learning Organization). Cet.II; Bandung: Alfabeta, 2009. Hal. 56
2. Karakteristik Supervisi Klinis
Merujuk pada pengertian yang telah dipaparkan terdapat
beberapa karakteristik supervisi klinis, yaitu:
a. Perbaikan dalam mengajar mengharuskan guru mempelajari
keterampilan intelektual dan bertingkah laku berdasarkan
keterampilan tersebut.
b. Fungsi utama supervisor adalah mengajar keterampilan kepada
guru.
c. Fokus supervisi klinis
d. Siklus dalam merencanakan mengajar dan menganalisis
merupakan suatu komunitas dan dibangun atas dasar
pengalaman masa lampau.
e. Supervisi klinis merupakan suatu proses memberi dan menerima
informasi yang dinamis dimana supervisor dan guru merupakan
teman sejawat didalam mencari pengertian bersama mengenai
proses pendidikan.
f. Proses supervisi klinis terutama berpusat pada interaksi verbal
mengenai analisis jalannya pelajaran.
g. Setiap guru mempunyai kebebasan maupun tanggung jawab
untuk mengemukakan pokok-pokok persoalan menganalisis cara
mengajarnya sendiri dan mengembangkan gaya mengajarnya.
h. Supervisor mempunyai kebebasan dan tanggung jawab untuk
menganalisis dan mengevaluasi cara supervisi yang dilakukannya
dengan cara yang sama seperti ketika ia menganalisis dan
mengevaluasi cara mengajar guru.
B. TUJUAN DAN KEGUNAAN SUPERVISI KLINIS
1. Tujuan umum
Secara umum supervisi klinis bertujuan untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan mengajar guru di kelas. Hubungan ini
supervisi klinis merupakan kunci untuk meningkatkan kemampuan
professional guru agar guru memiliki kemampuan untuk memperbaiki
dirinya dalam melaksanakan proses pembelajaran. Selain itu
terdapat tujuan umum lainnya, seperti :6
1) Menciptakan kesadaran guru tentang tanggung jawabnya
terhadap pelaksanaan kualitas proses pembelajaran.
2) Membantu guru untuk senantiasa memperbaiki dan meningkatkan
kualitas proses pembelajaran.
3) Membantu guru untuk mengidentifikasi dan menganalisis masalah
yang muncul dalam proses pembelajaran
4) Membantu guru untuk dapat menemukan cara pemecahan
masalah yang ditemukan dalam proses pembelajaran
5) Membantu guru untuk mengembangkan sikap positif dalam
mengembangkan diri secara berkelanjutan
2. Tujuan khusus
Secara khusus Supervisi klinis bertujuan untuk:
1) Menyediakan suatu balikan yang objektif dalam kegiatan mengajar
yang dilakukan guru dengan berfokus
2) Mendiagnosis dan membantu memecahkan masalah-masalah
pembelajaran.
3) Membantu guru mengembangkan keterampilan dalam
menggunakan strategi-strategi pembelajaran.
4) Membantu guru mengembangkan diri secara terus menerus
dalam karir dan profesi mereka secara mandiri.
C. RUANG LINGKUP SUPERVISI KLINIS
Prosedur supervisi klinis berlangsung dalam suatu proses
berbentuk siklus, terdiri dari tiga tahap yaitu: tahap pertemuan
pendahuluan, tahap pengamatan dan tahap pertemuan balikan. Dua
dari tiga tahap tersebut memerlukan pertemuan antara guru dan
supervisor, yaitu pertemuan pendahuluan dan pertemuan lanjutan.
6
Dadang, Suhardan. 2007. Supervisi Bantuan Profesional. Bandung : Mutiara Ilmu
Bandung. Hal. 92-97
1. Tahap Pertemuan Pendahuluan
2. Tahap Pengamatan/Observasi Mengajar
3. Tahap Pertemuan Lanjutan
Sebelum pertemuan lanjutan dilaksanakan supervisor
mengadakan analisis pendahuluan tentang rekaman observasi yang
dibuat sebagai bahan dalam pembicaraan tahap ini. Dalam hal ini
supervisor harus mengusahakan data yang obyektif, menganalisis dan
menginterpretsikan secara koperatif dengan guru tentang apa yang
telah berlangsung dalam mengajar.
Setelah melakukan kunjuangan dan observasi kelas, maka
supervisor seharusnya dapat menganalisis data-data yang
diperolehnya tersebut untuk diolah dan dikaji yang dapat dijadikan
pedoman dan rujukan pembinaan dan peningkatan guru-guru
selanjutnya. Masalah-masalah professional yang berhasil diidentifikasi
selanjutnya perlu dikaji lebih lanjut dengan maksud untuk memahami
esensi masalah yang sesungguhnya dan faktor-faktor penyebabnya,
selanjutnya masalah-masalah tersebut diklasifikasi dengan maksud
untuk menemukan masalah yang mana yang dihadapi oleh kebanyakan
guru di sekolah atau di wilayah itu. Ketepatan dan kehati-hatian
supervisor dalam menimbang suatu masalah akan berpengaruh
terhadap keberhasilan proses pembinaan professional guru yang
bersangkutan selanjutnya.
Dalam proses pengkajian terhadap berbagai cara pemecahan
yang mungkin dilakukan, setiap alternatif pemecahan masalah
dipelajari kemungkinan keterlaksanaannya dengan cara
mempertimbangkan factor-faktor peluang yang dimiliki, seperti fasilitas
dan kendala-kendala yang mungkin dihadapi. Alternatif pemecahan
masalah yang terbaik adalah alternatif yang paling mungkin dilakukan,
dalam arti lebih banyak faktor-faktor pendukungnya dibandingkan
dengan kendala yang dihadapi. Disamping itu, alternatif pemecahan
yang terbaik memiliki nilai tambah yang paling besar bagi peningkatan
mutu proses dan hasil belajar siswa.
D. PRINSIP-PRINSIP SUPERVISI KLINIS
Dalam supervisi klinis terdapat sejumlah prinsip umum yang
menjadi landasan praktik, antara lain:7
a. Hubungan antara supervisor dengan guru adalah hubungan kolegial
yang sederajat dan bersifat interaktif. Hubungan semacam ini lebih
dikenal sebagai hubungan antara tenaga professional
berpengalaman dengan yang kurang berpengalaman, sehingga
terjalin dialog professional yang interaktif dalam suasana yang intim
dan terbuka. Isi dialog bukan pengarahan atau instruksi dari
supervisor / pengawas melainkan pemecahan masalah
pembelajaran.
b. Diskusi antara supervisor dan guru bersifat demokratis, baik pada
perencanaan pengajaran maupun pada pengkajian balikan dan
tindak lanjut. Suasana demokratis itu dapat terwujud jika kedua pihak
dengan bebas mengemukakan pendapat dan tidak mendominasi
pembicaraan serta memiliki sifat keterbukaan untuk mengkaji semua
pendapat yang dikemukakan didalam pertemuan tersebut dan pada
akhirnya keputusan ditetapkan atas persetujuan bersama.
c. Sasaran supervisi terpusat pada kebutuhan dan aspirasi guru serta
tetap berada didalam kawasan (ruang lingkup) tingkah laku guru
dalam mengajar secara aktual. Dengan prinsip ini guru didorong
untuk menganalisis kebutuhan dan aspirasinya didalam usaha
mengembangkan dirinya.
d. Pengkajian balikan dilakukan berdasarkan data observasi yang
cermat yang didasarkan atas kontrak serta dilaksanakan dengan
segera. Dari hasil analisis balikan itulah ditetapkan rencana
selanjutnya.
7
Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah. Jakarta :
Ditjendiknas. Hal. 178
e. Mengutamakan prakarsa dan tanggung jawab guru baik pada tahap
perencanaan, pengkajian balikan bahkan pengambilan keputusan
dan tindak lanjut. Dengan mengalihkan sedini mungkin prakarsa dan
tanggung jawab itu ke tangan guru diharapkan pada gilirannya kelak
guru akan tetap mengambil prakarsa untuk mengembangkan dirinya.
Prinsip-prinsip supervisi klinis diatas membawa implikasi bagi
kedua belah pihak (supervisor dan guru).
1) Implikasi bagi supervisor antara lain:
 Memiliki keyakinan akan kemampuan guru untuk
mengembangkan dirinya serta memecahkan masalah yang
dihadapinya.
 Memiliki sikap terbuka dan tanggap terhadap setiap pendapat
guru.
 Mau dan mampu memperlakukan guru sebagai kolega yang
memerlukan bantuannya.
2) Implikasi bagi guru antara lain:
 Perubahan sikap dari guru sebagai seseorang yang mampu
mengambil prakarsa untuk menganalisis dan mengembangkan
dirinya.
 Bersikap terbuka dan obyektif dalam menganalisis dirinya.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Supervisi klinis adalah supervisi yang difokuskan pada perbaikan
pembelajaran melalui siklus yang sistematis mulai dari tahap
perencanaan pengamatan dan analisis yang intesif terhadap
penampilan pembelajarannya dengan tujuan untuk memperbaiki proses
pembelajaran. Supervisi klinis akan terjadi jika hubungan kolegial
antara pengawas dan guru telah terjalin dengan baik. Tanpa prasyarat
tersebut guru akan segan untuk meminta pengawas untuk melakukan
supervisi klinis terhadap berbagai permasalahan yang dihadapi guru
dalam pembelajaran.
Prinsip-prinsip supervisi klinis pada intinya adalah bantuan kepada
guru dalam pembelajaran, bukan perintah atau instruksi yang harus
dilaksanakan melainkan kesadaran kedua belah pihak (guru dan
kepala, atau guru dan pengawas, atau kepala madrasah dan
pengawas) akan pentingnya memperbaiki mutu pembelajarannya.
Prinsip lain adalah membina guru dengan penuh keikhlasan bukan
keterpaksaan, bertanggungjawab terhadap peningkatan kualitas guru,
memiliki program yang jelas dalam meningkatkan mutu pendidikan.
Hubungan antara pengawas sebagai supervisor dengan guru sifatnya
hubungan kolegial dalam suasana yang intim penuh keterbukaan,
demokratis, mengedepankan tugas dan tanggung jawab dalam
meningkatkan mutu pembelajaran, supervisor harus lebih banyak
mendengar daripada berbicara dan fokus pada kebutuhan dan aspirasi
guru pada perilaku mengajar aktual dalam mata pelajaran yang
diampunya.
Bertolak dari cakupan permasalahan dan pembahasan yang
diberikan untuk permasalahan, maka dapat disimpulkan bahwa
peningkatan mutu pendidikan dapat dilakukan dengan meningkatkan
dan mengembangkan kegiatan supervisi pengajaran dengan
pendekatan klinikal. Pelaksanaan supervisi secara klinik yang baik oleh
supervisor sesuai dengan siklus atau langkah-langkah yang ada, serta
didukung pengetahuan dan pemahaman yang baik tentang ciri-ciri dan
prinsip-prinsip supervisi klinik akan dapat meningkatkan mutu atau
profesionalitas pembelajaran guru
Keberhasilan supervisi klinik sangat dipengaruhi pula oleh adanya
iklim kerja yang kondusif antara supervisor dan guru dan iklim kerja
sekolah. Karena itu keterbukaan, rasa saling bertanggungjawab, saling
percaya, dan kesadaran untuk memajukan mutu pembelajaran harus
ada dan dimiliki bersama oleh guru, kepala sekolah dan supervisor.
DAFTAR PUSTAKA

Aqib, Zainal. 2009. Penelitian Tindakan Sekolah. Bandung: Yrama Widya.


Aqib, Zainal. Rohmanto, Ilham. 2008. Membangun Profesionalisme Guru
dan Pengawas Sekolah. Bandung : Yrama Widya.
Dadang, Suhardan. 2007. Supervisi Bantuan Profesional. Bandung :
Mutiara Ilmu Bandung
Depdiknas. 2001. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Jakarta : Ditjendiknas.
Depdiknas. 2003. Pedoman Supervisi Pengajaran. Jakarta : Ditjendiknas
Depdiknas. 2002. Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah.
Jakarta : Ditjendiknas
Depdiknas. 2002. Pengembangan Sistem Pendidikan Tenaga
Kependidikan Abad ke 21 (SPTK-21). Jakarta.
Direktorat Tenaga Kependidikan. 2009. Melaksanakan Penelitian
Tindakan Sekolah Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi
Pengawas Sekolah. Jakarta.
———. 2009. Penelitian Tindakan Sekolah Sebagai Karya Tulis Ilmiah
Pengembangan Profesi Pengawas Sekolah. Jakarta.
Glickman, C.D. 1985. Supervision of Intruction. Boston: Allyn and
Bacon Inc.
Prasojo, Lantip Diat dan Sudiyono. 2011. Supervisi Pendidikan.
Yogyakarta : Penerbit Gava Media
Purwanto, Ngalim. 2004. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Jakarta :
Remaja Rosdakarya.
Purwanto, Ngalim. 2003. Administrasi dan Supervisi Pendidikan. Bandung
: Rosdakarya.
Pusat Pengembangan Tenaga Kependidikan. 2014. Supervisi Akademik
Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Badan Pengembangan
Sumber Daya Manusia Pendidikan Dan Penjaminan Mutu
Pendidikan Kementerian Pendidikan Dan Kebudayaan Tahun 2014
Waite, D. 1991. Intructional Supervision from a Situational Perspective.
Teaching and Teacher Education
Pusat Kurikulum Badan Penelitian dan Pengembangan Depdiknas. 2001.
Kurikulum Berbasis Kompetensi Kebijakan Umum Pendidikan Dasar
dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.
Sahertian, P.A. 2000. Konsep Dasar dan Teknik Supervisi Pendidikan
dalam Rangka Pengembangan Sumber Daya Manusia. Jakarta:
Rineka Cipta.
Satori, Djam’an. 1989. Pengembangan Model Supervisi Sekolah Dasar
(Penelitian terhadap Efektivirtas Sistem Pelayanan/Bantuan
Profesional bagi Guru-guru SD di Cianjur Jawa Barat). Disertasi
Doktor pada PPS IKIP Bandung: tidak diterbitkan.
Sujana, Nana. 2008. Supervisi Akademik (membina profesionalisme guru
melalui supervisi klinis). Jakarta : LPP Bina Mitra
Sulu Lipu La Sulo. 1998. Supervisi Klinis Pendekatan Bimbingan dalam
Penyelenggaraan Program Pengalaman Lapangan (PPL). Jakarta:
Depdikbud Dirjen Dikti PPGSM.
——— 2008. Penelitian Tindakan Kepengawasan (konsep dan aplikasinya
bagi pengawas sekolah). Jakarta : LPP Bina Mitra
——— 2008. Kompetensi Pengawas. Jakarta : LPP Bina Mitra
Supriyanto, Eko. 2006. Pedoman Pelaksanaan Supervisi Klinis di Sekolah.
Surakarta : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sutisna, Oteng. 1993. Administrasi Pendidikan: Dasar Teoritis untuk
Praktek Profesional. Bandung: Angkasa
Wiles, J. and Bondi, J. 1980. Supervision: A Guide to Practic. Sydney:
Charles E. Merril Publishing Company.
Winardi. 1996. Manajemen Supervisi. Bandung: Mandar Maju

You might also like