You are on page 1of 239

Batch Mei

2023

Drill Soal UKMPPD


• UKMPPD CBT terdiri dari 150 soal • Bedakan antara terapi yang tepat,
dalam 200 menit à 1 soal = 1 definitive, abortif, suportif, awal
menit dan pendukung
• Baca soal à Baca Kasus à Kata • Terapi awal : Tatalaksana
kunci à Informasi tambahan simtomatis / kegawat daruratan
• Pemeriksaan Objektif > Subjektif • Terapi definitive : Terapi yang
langsung ke etiologi
• Jika kesulitan à Eksklusi jawaban
• Terapi supportif: Terapi yang
à Memperbesar kemungkinan
membantu dalam terapi
untuk benar
utama.

2
•Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan secara mandiri dan tuntas

4 •4A. Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter


•4B. Profisiensi (kemahiran) yang dicapai setelah selesai internsip dan/atauPendidikan
Kedokteran Berkelanjutan (PKB)

•Mendiagnosis, melakukan penatalaksanaan awal, dan merujuk


3 •3A. Bukan gawat darurat
•3B. Gawat darurat

2
•Mendiagnosis dan merujuk
•Lulusan dokter mampu membuat diagnosis klinik terhadap penyakit tersebut dan
menentukan rujukan yang paling tepat bagi penanganan pasien selanjutnya.

•Mengenali dan menjelaskan

1 •Lulusan dokter mampu mengenali dan menjelaskan gambaran klinik penyakit, dan
mengetahui cara yang paling tepat untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai
penyakit tersebut, selanjutnya menentukan rujukan yang paling tepat bagi pasien.
1
Seorang bayi perempuan baru saja lahir dari ibu G2P1A0 usia kehamilan 38-39
bulan secara pervaginam dengan berat badan lahir 3300 gram dengan
keadaan bernapas dengan spontan dan tonus baik. Oleh tim dilakukan
perawatan rutin bayi baru lahir. Bayi dihangatkan, isap lendir, pemantauan tanda
vital, dan perawatan tali pusat.
Berikut merupakan managemen bayi baru lahir usia 0-6 jam, kecuali?
A. Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
B. Inisiasi Menyusu Dini
C. Injeksi vitamin K1
D. Pemberian salep mata antibiotic
E. Pemberian imunisasi Hepatitis B0
Seorang bayi perempuan baru saja lahir dari ibu G2P1A0 usia kehamilan 38-39
bulan secara pervaginam dengan berat badan lahir 3300 gram dengan
keadaan bernapas dengan spontan dan tonus baik. Oleh tim dilakukan
perawatan rutin bayi baru lahir. Bayi dihangatkan, isap lendir, pemantauan tanda
vital, dan perawatan tali pusat.
Berikut merupakan managemen bayi baru lahir usia 0-6 jam, kecuali?
A. Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusif
B. Inisiasi Menyusu Dini
C. Injeksi vitamin K1
D. Pemberian salep mata antibiotic
E. Pemberian imunisasi Hepatitis B0
Penilaian Awal
Sebelum lahir
1. Cukup bulan?
2. Air ketuban (jernih/meconium)
Setelah lahir
3. Napas spontan?
4. Tonus otot?

• Cukup bulan • Tidak cukup bulan, dan atau


• Ketuban jernih • Mekonium, dan atau
• Menangis spontan • Megap-megap, dan atau
• Bergerak aktif • Tonus tidak baik, tidak aktif

Manajemen Bayi Baru Lahir Manajemen Bayi Baru Lahir


Normal dengan Asfiksia

• Jaga bayi tetap hangat


• Inisiasi Menyusui Dini
• Isap lendir
Inieksi vitamin K
• Keringkan
• Beri salep mata antibiotik
• Pemantauan tanda bahaya
• Pemeriksaan fisik
• Perawatan tali pusat (dalam 2 menit)
• Imuninasi hepatitis 0
Standar Minimal Pelayanan

Saat lahir (0-6 jam). Setelah lahir (6 jam – 28 hari).

• Pemotongan dan perawatan tali pusat • Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI
• Inisiasi Menyusu Dini (IMD) eksklusif
• Injeksi vitamin K1 • Memeriksa kesehatan dengan menggunakan
• Pemberian salep/tetes mata antibiotic pendekatan MTBM
• Pemberian imunisasi (injeksi vaksin Hepatitis B0) • Injeksi Vit K1 (bagi yang belum mendapatkan)
• Injeksi Hep B0 (<24 jam bagi yang belum
mendapatkan)
• Penanganan dan rujukan kasus neonatal
komplikasi

Kunjungan Neonatal Minimal

• Kunjungan Neonatal 1 (KN1) 6 - 48 jam


• Kunjungan Neonatal 2 (KN2) 3 - 7 hari
• Kunjungan Neonatal 3 (KN3) 8 - 28 hari
Resusitasi Neonatus (IDAI 2017)
IDAI MED+EASY

Bayi lahir

HAIKaL
Hangatkan
Atur posisi Tatalaksana awal
Isap lendir
Keringkan
rangsang taktiL

HR <100 HR >100

Takipnu, retraksi, Sianosis


VTP merintih persisten
HR
<100

VTP + RJP 3:1 CPAP O2

HR <60

Epinefrine 0,1-
0,3ml/kgbb

9
> 10 MENIT à Hentikan Resusitasi

10
A. Konseling perawatan bayi baru lahir dan ASI eksklusifà dalam 6jam-28
hari
B. Inisiasi Menyusu Dini à benar
C. Injeksi vitamin K1 à benar
D. Pemberian salep mata antibioticà benar
E. Pemberian imunisasi Hepatitis B0à benar

11
2
Seorang ibu G3P2A0 32-33 minggu datang ke IGD RS pada dini hari dengan perut
kencang-kencang dan keluar lendir darah dari jalan lahir. Pada saat
pemeriksaan didapatkan presentasi keplala, pembukaan lengkap. Saat
dilahirkan bayi tidak menangis spontan, kemudian dilakukan resusitasi bayi baru
lahir. Pada pemeriksaan ulang didapatkan TTV HR 120 RR 70 Suhu 36.1, retraksi
intercostal dan subcostal.
Etiologi distress napas pada anak di atas adalah?
A. Disstress napas karena retensi cairan di paru
B. Disstress napas karena aspirasi meconium
C. Disstress napas karena kollaps paru karena pemakaian alat bantu napas
D. Disstress napas karena maturitas struktur paru
E. Disstress napas karena insufisiensi produksi surfaktan
Seorang ibu G3P2A0 32-33 minggu datang ke IGD RS pada dini hari dengan perut
kencang-kencang dan keluar lendir darah dari jalan lahir. Pada saat
pemeriksaan didapatkan presentasi keplala, pembukaan lengkap. Saat
dilahirkan bayi tidak menangis spontan, kemudian dilakukan resusitasi bayi baru
lahir. Pada pemeriksaan ulang didapatkan TTV HR 120 RR 70 Suhu 36.1, retraksi
intercostal dan subcostal.
Etiologi distress napas pada anak di atas adalah?
A. Disstress napas karena retensi cairan di paru
B. Disstress napas karena aspirasi meconium
C. Disstress napas karena kollaps paru karena pemakaian alat bantu napas
D. Disstress napas karena maturitas struktur paru
E. Disstress napas karena insufisiensi produksi surfaktan
3B

Definisi

• Distres nafas yang sering ditemui pada bayi premature


karena imaturitas struktur paru dan insufisiensi produksi
surfaktan
• Defisiensi surfaktan à sebabkan alveolus kolaps dan daya
kembang paru kurang à sesak nafas

Faktor Risiko

• Kurang bulan, ibu DM


• Asfiksia perinatal
• Riwayat saudara menderita hyalin membrane disease

Gejala Klinis
• Gejala dalam 24 jam pertama:
• Takipneu, grunting, retraksi dinding dada, sianosis

15
3B

Pemeriksaan Penunjang

• Darah lengkap
• Analisis gas darah
• Rasio lesitin/sfingomielin pada cairan paru (L/S ratio) < 2:1

Pemeriksaan Radiologi

• Ground glass appearance / reticulogranular pattern,


air bronchogram

16
3B

Stadium

• 1 : pola retikulogranuler
• 2 : stadium 1 + air bronchogram
• 3 : stadium 2 + batas jantung paru kabur
• 4 : stadium 3 + white lung

Tatalaksana
• Resusitasi neonatus
• Terapi oksigen
• Surfaktan
• Antibiotik à bila ada tanda infeksi

17
Asfiksia Neonatorum
HMD TTN MAS BPD
Usia Preterm (FR: Pemakaian
Preterm Aterm Aterm – Post term
Kehamilan ventilator)
Etiologi Retensi cairan di paru Aspirasi meconium EC:
dan faktor Defisiensi surfaktan FR à SC, Ibu dengan DM, • KPD Kolaps paru
risiko makrosomia • Postmatur
• Fisura interlobaris terisi
cairan • Hiperinflasi
• Ground glass
• Efusi • Diafragma mendatar
Rontgen • Air bronchogram Atelectasis
• Hiperinflasi paru • infiltrate kasar / patchy
• Infiltrat retikulogranular
• Garis perihilar infiltrate
prominen / fuzzy vessel
Tatalaksan • Surfaktan • Suction
Oksigen
a • CPAP • Ventilasi mekanik

18
HMD
Faktor Resiko: HMD
Kurang bulan, ibu DM
Asfiksia perinatal
Riwayat saudara menderita hyalin
membrane disease
Manifestasi Klinis
• Gejala dalam 24 jam pertama:
• Takipneu, grunting, retraksi dinding dada,
sianosis

Definisi
Distres nafas yang sering ditemui pada
bayi premature karena imaturitas struktur
paru dan insufisiensi produksi surfaktan

Tatalaksana
•Resusitasi neonatus
•Terapi oksigen
•Surfaktan
Patogenesis •Antibiotik bila ada tanda infeksi
Defisiensi surfaktan sebabkan
alveolus kolaps dan daya kembang
paru kurang sesak nafas

19
A. Disstress napas karena retensi cairan di paruà TTN
B. Disstress napas karena aspirasi meconium à MAS
C. Disstress napas karena kollaps paru karena pemakaian alat bantu napas à
BPD
D. Disstress napas karena maturitas struktur paru à immaturitas
E. Disstress napas karena insufisiensi produksi surfaktanà HMD

20
3
Seorang anak perempuan usia 3 hari dibawa orang tuanya ke puskesmas karena
anak terlihat kuning dan rewel. Anak mendapatkan ASI sejak lahir sebanyak 3-5x
per hari. BAB dan BAK anak tampak normal. Pada pemeriksaan fisik anak RR 25
HR 110 T 37.1, Kramer III, mata cowong, bibir kering, anak masih mau minum
dengan pipet berisi air disentuhkan pada bibir anak.
Apakah tatalaksana yang tepat pada kasus ini?
A. Foto terapi
B. Transfusi tukar
C. Menghentikan susu
D. Meningkatkan jumlah pemberian susu
E. Mengganti asi dengan susu formula
Seorang anak perempuan usia 3 hari dibawa orang tuanya ke puskesmas karena
anak terlihat kuning dan rewel. Anak mendapatkan ASI sejak lahir sebanyak 3-5x
per hari. BAB dan BAK anak tampak normal. Pada pemeriksaan fisik anak RR 25
HR 110 T 37.1, Kramer III, mata cowong, bibir kering, anak masih mau minum
dengan pipet berisi air disentuhkan pada bibir anak.
Apakah tatalaksana yang tepat pada kasus ini?
A. Foto terapi
B. Transfusi tukar
C. Menghentikan susu
D. Meningkatkan jumlah pemberian susu
E. Mengganti asi dengan susu formula
2

Definisi

• Diskolorasi kuning pada kulit, membrane mukosa, dan sklera karena peningkatan kadar bilirubin
dalam darah
• Hampir semua bayi mengalami peningkatan kadar bilirubin serum

Ikterus Fisiologis Ikterus Patologis


Dimulai pada hari pertama
Terjadi setelah 24 jam
kehidupan
Awitan Menghilang pada: 7 – 10 hari
Menetap setelah > 14 hari (aterm)
(NCB)
21 hari (preterm
7 – 10 hari (aterm) > 14 hari (aterm)
Menghilang
8 – 14 hari (preterm) > 21 hari (preterm)

Kadar ≤12 mg/dl (aterm) > 12 mg/dl (aterm)


bilirubin ≤15 mg/dl (preterm) > 15 mg/dl (preterm)
kterus disertai demam
Lainnya Ikterus berat (telapak tangan dan
kaki bayi kuning)

24
2

Kramer’s Scale

25
2

Ikterus Fisiologis

Breastfeeding Jaundice (BFJ) Breast Milk Jaundice (BMJ)


Etiologi : pemberian ASI, dicurigai
Etiologi: kekurangan ASI (khususnya
berhubungan dengan beta-
pada bayi dengan ASI eksklusif)
glucuronidase dalam ASI

Usia 2-5 hari Usia 5-10 hari

Tertunda atau jarang Normal

Pemberian ASI (min 8x) Bilirubin >17 à Fototerapi

26
2

Tatalaksana

Untuk menjawab soal UKMPPD


Bilirubin 15 – 20 mg/dl : Fototerapi
Bilirubin > 20 mg/dl : Transfusi Tukar

27
Diagnosa Banding Ikterus Neonatorum
Fisiologis Patologis

• Terjadi >1 hari • Terjadi <1 hari


• Menghilang <10 hari (aterm), • Menghilang > 14 hari (aterm)
<14 hari (preterm) > 21 hari (preterm)
• ≤12 mg/dl (aterm), ≤15 mg/dl • >12 mg/dl (aterm), >15 mg/dl
(preterm) (preterm)

Breastfeeding Jaundice (BFJ) Breastmilk Jaundice (BMJ) Inkompatibilitas Resus Inkompatibilitas ABO

• Ibu Resus (-), anak Resus (+) • Ibu Gol. O, anak A/B
• Kurang ASI (<8x/hari) • ASI cukup
• Kehamilan kedua dst • Kehamilan pertama
• usia 2 – 5 hari • usia 5 – 10 hari
• Coombs test (+) • Coombs test (+/-)

Berikan ASI Observasi Fototerapi / Transfusi tukar

Kern Ikterus Atresia Bilier/Kolestasis

• Feses pucat dempul


• Defisit neurologis
• Urin berwarna the
• Bilirubin >20mg/dl
• USG : Triangular Cord Sign
Untuk menjawab soal UKMPPD
Bilirubin 15 – 20 mg/dl : Fototerapi Operatif (metode Kasai)
Bilirubin > 20 mg/dl : Transfusi Tukar

28
A. Foto terapi à kurang tepat
B. Transfusi tukar à kurang tepat
C. Menghentikan susu à kurang tepat
D. Meningkatkan jumlah pemberian susu à tx pada brest feeding jaundice
minimal 8x/hari
E. Mengganti asi dengan susu formula à kurang tepat

29
4
Seorang bayi laki-laki usia 2 hari datang diantar orang tua ke IGD karena anak
tampak lemas disertai dengan keluhan kuning sejak dilahirkan. BAB, BAK dalam
batas normal. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan HR 120 RR 35 T 37.1
kramer IV. Ayah memiliki golongan darah B, pasien merupakan anak kedua dari
pasangan tersebut, anak pertama juga pernah mengalami hal yang sama
karena ketidak cocokan darah ibu dan anak.
Diagnosis dan penyataan yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu B dan anak O
B. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu A dan anak O
C. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu O dan anak B
D. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu O dan anak A
E. Inkompatibilitas rhesus, rhesus darah ibu + dan anak -
Seorang bayi laki-laki usia 2 hari datang diantar orang tua ke IGD karena anak
tampak lemas disertai dengan keluhan kuning sejak dilahirkan. BAB, BAK dalam
batas normal. Pada pemeriksaan tanda vital didapatkan HR 120 RR 35 T 37.1
kramer IV. Ayah memiliki golongan darah B, pasien merupakan anak kedua dari
pasangan tersebut, anak pertama juga pernah mengalami hal yang sama
karena ketidak cocokan darah ibu dan anak.
Diagnosis dan penyataan yang tepat pada kasus ini adalah?
A. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu B dan anak O
B. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu A dan anak O
C. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu O dan anak B
D. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu O dan anak A
E. Inkompatibilitas rhesus, rhesus darah ibu + dan anak -
2

Definisi Etiologi

• Kondisi yang ditandai dengan penghancuran eritrosit à peningkatan unconjugated bilirubin à


ikterus. (dengan/tanpa anemia)
• Terjadi apabila janin memiliki antigen yang tidak dikenali ibu
• Nama lain: Haemolytic Disease of The Fetus and Newborn (HFDN)
Klasifikasi/Tipe

• Inkompatibilitas Resus
• Inkompatibilitas ABO (tersering)
Inkompatibilitas ABO Inkompatibilitas Resus
Insidensi Sering Jarang
Kejadian pada
Sering Jarang
kehamilan pertama

Klinis Umumnya ringan, dapat asimtomatik Ringan - Berat

Coombs Test +/- +

33
2

Inkompatibilitas ABO

• Ibu golongan darah O, anak golongan darah A/B


• Dapat terjadi tanpa didahului proses sensitisasi
terlebih
dahulu
• Antibodi maternal (anti-A dan/atau anti-B)
menyerang antigen (A atau B) pada eritrosit anak
• Terjadi hemolisis pada anak à dapat terjadi pada
kehamilan pertama

34
2

Inkompatibilitas Resus

• Terjadi pada ibu resus (-) dengan anak resus (+)


• Sensitisasi pada kehamilan pertama
• Kehamilan berikutnya à antibodi anti-D IgG ibu terhadap antigen RhD janin
• Komplikasi: Hidrops fetalis

35
2

Tatalaksana

Pre-natal
Transfusi darah intrauterine à terutama pada inkompatibilitas rhesus, untuk mencegah terjadinya
hydrops fetalis
Injeksi Anti-D (RhoGAM) à untuk mencegah terbentuknya antibodi pada ibu
untuk mencegah terjadinya hydrops fetalis
Post-natal
• Anemia à transfusi tukar pada janin
• Pada kondisi hiperbilirubinemia, dapat dilakukan fototerapi dan transfusi tukar
• Pada kasus berat, dapat diberikan immunoglobulin intravena (IVIg)

ASI tetap boleh diberikan

36
Inkompatibilitas ABO
Faktor Resiko: Inkompatibilitas ABO
Perbedaan golongan darah ibu dan
anak

Manifestasi Klinis
• Gejala dalam 24 jam pertama:
• jaundice

Definisi
Kondisi yang ditandai dengan
penghancuran eritrosit peningkatan
unconjugated bilirubin ikterus.
(dengan/tanpa anemia) Tatalaksana
•Anemia transfusi tukar pada janin
• Pada kondisi hiperbilirubinemia, dapat
dilakukan fototerapi dan transfusi tukar
• Pada kasus berat, dapat diberikan
Patogenesis immunoglobulin intravena (IVIg)
Antibodi maternal (anti-A dan/atau
anti-B) menyerang antigen (A atau B)
pada eritrosit anak

37
A. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu B dan anak O à ibu O
B. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu A dan anak O à ibu O
C. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu O dan anak B
D. Inkompatibilitas ABO, golongan darah ibu O dan anak Aà anak B atau O
karena ayah B
E. Inkompatibilitas rhesus, rhesus darah ibu + dan anak - à ibu – anak +

38
5
Anak laki-laki usia 2 hari dibawa orang tuanya ke IGD dengan keluhan anak
tampak lemah dari kemarin, pagi ini hanya tidur terus tidak bangun saat
dibangunkan untuk minum ASI. Pasien demam, tampak sesak, muntah 1 x sejak 1
jam SMRS. Ibu melahirkan dengan riwayat ketuban pecah dini. Pada
pemeriksaan fisik anak tampak letargi, HR 150, RR 60, T 37.9, fontanele bulging,
perut distensi, retaksi intercostal. Dari hasil pemeriksaan laboratorium Hb 12 Hct 35
leukosit 27.000.
Apakah diagnosis yang paling tepat pada kasus ini?
A. Early onset sepsis neonatorum
B. Late onset sepsis neonatorum
C. Meningitis
D. Ensefalitis
E. Tetanus neonatorum
Anak laki-laki usia 2 hari dibawa orang tuanya ke IGD dengan keluhan anak
tampak lemah dari kemarin, pagi ini hanya tidur terus tidak bangun saat
dibangunkan untuk minum ASI. Pasien demam, tampak sesak, muntah 1 x sejak 1
jam SMRS. Ibu melahirkan dengan riwayat ketuban pecah dini. Pada
pemeriksaan fisik anak tampak letargi, HR 150, RR 60, T 37.9, fontanele bulging,
perut distensi, retaksi intercostal. Dari hasil pemeriksaan laboratorium Hb 12 Hct 35
leukosit 27.000.
Apakah diagnosis yang paling tepat pada kasus ini?
A. Early onset sepsis neonatorum
B. Late onset sepsis neonatorum
C. Meningitis
D. Ensefalitis
E. Tetanus neonatorum
3B

Definisi

• Sindrom klinik penyakit sistemik akibat infeksi yang terjadi pada satu bulan pertama kehidupan.
Mortalitas mencapai 13-25%

Jenis

• Early Onset = Dalam 72 jam pertama, awitan tiba-tiba, cepat berkembang menjadi syok septik
• Late Onset = Di atas 72 jam, ada fokus infeksi, sering disertai meningitis

Tanda awal

• Tanda awal sepsis pada bayi baru lahir tidak spesifik →


diperlukan skrining dan pengelolaan faktor risiko

42
3B

Faktor Risiko

• Demam pada ibu hamil (≥38oC saat persalinan)


• KPD > 24 jam
• Ketuban berbau saat persalinan

Diagnosis

• Klinis: 4 sistem @ >1 gejala


• KU: Tampak sakit, letargi, tak mau minum, hipotermi/demam, sklerema/skleredema
• SCV: takikardia, edema, dehidrasi
• S. Resp.: dispnea, takipnea, sianosis
• SGI: muntah, diare, kembung, hepatomegali
• SSP: Letargi, iritabel, kejang, fontanele bulging (meningitis)
• Hematologi: Ikterus, splenomegali, perdarahan, leukopenia, rasio I/M > 0,2
• Hasil kultur positif
• Darah, urin, CSF bila suspek meningitis -> lakukan LP pada anak < 12 bulan

43
3B

Tatalaksana

• Stabilisasi ABC
• Antibiotik
• Ampicilin 100 mg/kgBB/hari (terbagi dalam 2 dosis @ 12 jam) +
• Gentamisisn 5-7,5 mg/kgBB/hari (sekali sehari)
• Jika tidak membaik lakukan kultur dan berikan antibiotik yg sesuai
• Tangani penyakit penyerta/komplikasi (kejang, gangguan metabolik, gangguan hematologi,
hiperbilirubin, dll)
• Tangani penyakit penyerta/ komplikasi (kejang, gangguan metabolik, gangguan hematologi,
hiperbilirubin, dll)

44
Sepsis Neonatorum
Sepsis neonatorum à sindroma klinik penyakit
Faktor Resiko:
• Prematuritas, BBLR Sepsis Neonatorum sistemik disertai bakteremia dalam 1 bulan
pertama kehidupan
• KPD >18 jam
• Ibu demam pada masa peripartum
(>38 C), korioamnionitis
Klasifikasi
Etiologi • Dini à 72 jam pertama (etiologi prenatal, peripartum)
• Streptokokus grup B • Lambat à > 72 jam (postnatal, umumnya alat-alat yang
• Eschericia coli terkontaminasi)
• Listeria monocytogenes
• Enterococcus
• Haemophilus influenza
• Anaerob

Tatalaksana
Diagnosis •Stabilisasi ABC
•Tidak spesifik namun umumnya •Pemberian Antibiotik tidak menunggu hasil kultur (terapi
dapat ditemukan >1 gejala pada empiris)
minimal 4 sistem Ampicilin 100 mg/kgBB/hari (terbagi dalam 2 dosis @ 12
•Dapat dilakukan pemeriksaan jam)
kultur darah, CSF (LP), urin maupun dan
tinja Gentamisisn 5-7,5 mg/kgBB/hari (sekali sehari)
• Tangani penyakit penyerta/komplikasi

45
A. Early onset sepsis neonatorumà dalam 72 jam
B. Late onset sepsis neonatorum à lebih dari 72 jam
C. Meningitis à perlu dibuktikan dengan pemfis dan pungsi lumbal analisis
CSF
D. Ensefalitisà CT Scan Kepala
E. Tetanus neonatorum à tidak mengarah ke tetanus

46
6
Bayi laki-laki usia 3 hari dibawa ibunya ke IGD karena sempat kejang selama 5
menit, 20 menit SMRS. Sekarang pasien lemas. Bayi tidak mau menetek dan mulut
mencucu. ANC tidak tratur, tidak mendapatkan vaksin saat hamil. Berat badan
anak 3000 g. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 30 HR 130 T 38.0˚C, otot kaku, mulut
mencucu, tali pusat bau.
Apa etiologi yang dapat menyebabkan kasus tersebut?
A. Basil gram positif tidak berspora, anaerob obligat
B. Basil gram positif berspora, anaerob obligat
C. Basil gram positif berspora, aerob obligat
D. Basil gram negatif berspora, anaerob obligat
E. Basil gram negatif tidak berspora, anaerob obligat
Bayi laki-laki usia 3 hari dibawa ibunya ke IGD karena sempat kejang selama 5
menit, 20 menit SMRS. Sekarang pasien lemas. Bayi tidak mau menetek dan mulut
mencucu. ANC tidak tratur, tidak mendapatkan vaksin saat hamil. Berat badan
anak 3000 g. Pemeriksaan fisik didapatkan RR 30 HR 130 T 38.0˚C, otot kaku, mulut
mencucu, tali pusat bau.
Apa etiologi yang dapat menyebabkan kasus tersebut?
A. Basil gram positif tidak berspora, anaerob obligat
B. Basil gram positif berspora, anaerob obligat
C. Basil gram positif berspora, aerob obligat
D. Basil gram negatif berspora, anaerob obligat
E. Basil gram negatif tidak berspora, anaerob obligat
3B

Definisi

• Tetanus neonatorum (disease of the seventh day) merupakan tetanus generalisata yang terjadi
pada neonatus akibat adanya inokulasi kuman C.tetani yang terjadi pada saat persalinan
maupun sesaat setelah persalinan

Etiologi

• Clostridium tetani (basil gram positif berspora, anaerob obligat) à pada pewarnaan mikrobiologi
tampak “drumstick appearance” atau “tennis racket”

50
3B

Klasifikasi Tetanus

Tetanus generalisata Rigiditas otot pada seluruh tubuh (50-75% kasus)

Tetanus lokalisata Rigiditas terlokalisir pada daerah luka

Pada kasus pasca trauma kepala atau otitis media, klinis berupa parese nervus
Tetanus cephalica
kranialis

Terjadi pada minggu pertama kehidupan, umumnya dikarenakan kontaminasi


Tetanus neonatorum
pada perawatan tali pusar atau tempat bersalin yang tidak cukup steril

51
3B

Patofisiologi

• Spora C. tetani melepaskan 2 jenis toksin, yaitu tetanolisin (menyebabkan hemolisis) dan
tetanospasmin (menyebabkan spasme otot)
• Kedua toksin ini akan berikatan dengan neuron dan kemudian menimbulkan gejala klinis

Manifestasi Klinis

• Iritabilitas
• Kesulitan untuk menetek
• Rigiditas dengan spasme
• Grimacing
Pemeriksaan Fisik

• Tes spatula à ketika dinding faring posteror dirangsang, akan


timbul reflex spasme dari otot masseter yang menyebabkan
pasien menggigit (pada normalnya akan timbul gag reflex)
• Rangsangan suara atau stimulus à menimbulkan spasme dan
kejang generalisata hingga spasme laring
52
Tetanus Neonatorum
Faktor Resiko: Tetanus Neonatorum
Persalinan (-) steril (mis: di dukun…)

Manifestasi Klinis
Etiologi
•Trismus
• Clostridium tetani
•Rissus Sardonicus
• Mikroskopis: drumstick appereance
•Opistotonus
• Produksi tetanolisin dan tetanospasmin
•(-) menyusu à pada neonatus
à spasme otot

Tatalaksana
•Wound treatment
•Antibiotik:
Pemeriksaan à Diagnosis Klinis •Metronidazole 4 x 30mgbb 10 hari
•Tes spatula atau
•Penicilin G 100.000 IU/kgbb 10 hari
•Antitoksin
•HTIg 500 IU IM
•ATS 5000-10.000 IU IM
•Vaksinasi

53
A. Basil gram positif tidak berspora, anaerob obligat à tidak tepat
B. Basil gram positif berspora, anaerob obligat
C. Basil gram positif berspora, aerob obligat à tidak tepat
D. Basil gram negatif berspora, anaerob obligat à tidak tepat
E. Basil gram negatif tidak berspora, anaerob obligat à tidak tepat

54
7
Anak perempuan berusia 8 bulan datang dibawa ibunya ke Puskesmas dengan
keluhan anak belum bisa tengkurap serta tidak merespon dengan baik ketika
diajak berkomunikasi. Anak lahir secara normal dan cukup bulan, dengan BBL 2.9
kg. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 110 RR 25 T 36.5, simian crease, sela
hidung datar, lipatan epikantal, low set ear.
Berdasarkan pemeriksaan yang sudah dilakukan kelainan terletak pada
kromosom?
a. Kromosom 13
b. Kromosom 15
c. Kromosom 18
d. Kromosom 21
e. Kromosom 42
Anak perempuan berusia 8 bulan datang dibawa ibunya ke Puskesmas dengan
keluhan anak belum bisa tengkurap serta tidak merespon dengan baik ketika
diajak berkomunikasi. Anak lahir secara normal dan cukup bulan, dengan BBL 2.9
kg. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 110 RR 25 T 36.5, simian crease, sela
hidung datar, lipatan epikantal, low set ear.
Berdasarkan pemeriksaan yang sudah dilakukan kelainan terletak pada
kromosom?
a. Kromosom 13
b. Kromosom 15
c. Kromosom 18
d. Kromosom 21
e. Kromosom 42
Sindroma Down
Definisi

• Kelainan kromosom yang terjadi pada kromosom 21 dimana terdapat satu atau sebagian kromosom berlebih
(trisomy)

Manifestasi Klinis

• Microcephali dengan bagian anteroposterior mendatar


• Sela hidung datar
• Macroglossia
• Mata terlihat kecil dan melebar dengan sudut bagian bawah tengah
membentuk lipatan (epicanthal folds)
• Tangan pendek, jarak antara jari pertama dan kedua (baik tangan
dan kaki) melebar
• Single palmar crease (Simian crease) pada telapak tangan
• Penyakit jantung bawaan à paling sering berupa atrioventricular
septal defect
• Kelainan bawaan lain seperti tuli sensorineural, katarak, atresia traktus
gastrointestinal

58
Kelainan Genetik
SINDROM PENJELASAN
• Kelainan pada kromosom 21
• Ciri : microcephal dg bagian anteroposterior mendatar, sela hidung datar, macroglossia,
SINDROMA DOWN mata menjadi sipit dengan sudut bagian bawah tengah membentuk lipatan (epicanthal
folds) dan melebar, tangan pendek, jarak antara jari pertama dan kedua (baik tangan
dan kaki) melebar
• Kelainan pada kromosom 13
SINDROM PATAU • Defek saraf pusat ,retardasi mental
• Sumbing bibir, dan palatum, polidaktili, anomali pola dermis, abnormalis jantung, genitalia.

• Kelainan pada kromosom 18


• Retardasi mental berat
SINDROMA EDWARD • Gangguan pertumbuhan
• Ukuran kepala dan pinggul yang kecil, dan kelainan pada tangan dan kaki.
SINDROM CRI-DU-CHAT
• Kelainan delesi parsial kromosom autosomal 5p
• Tangisan melengking seperti kucing
• Retardasi mental
• Mikrosefali
• Kelainan bentuk wajah: wajah bundar penuh pipi, hipertelorisme, epicantal fold, posisi
telinga sedikit inferior
• Kegagalan tumbuh kembang

59
Kelainan Genetik
Sindrom Patau Sindrom Edward Sindrom Down

Trisomi Kromosom 13 Trisomi Kromosom 18 Trisomi Kromosom 21


Manifestasi Manifestasi Manifestasi
• Gangguan SSP, Retardasi mental • Retardasi mental • Mikrosefali
• Mikrosefali • Mikrosefali • Makroglossia
• Polidaktil • Mikrognatia • Epicanthal fold
• Bibir sumbing • Bibir sumbing • Sela hidung datar
• Abnormalitas jantung • Club foot • Low set ears
• Abnormalitas jantung

MED+EASY
PED 13-18-21
Down Syndrome
Faktor Resiko: Down Syndrome
Genetik keluarga
Manifestasi Klinis
Definisi •Mikrosefali
• Kelainan kromosom yang terjadi pada •Makroglossia
kromosom 21 dimana terdapat satu •Epicanthal fold
atau sebagian kromosom berlebih •Sela hidung datar
(trisomy) •Low set ears

Pemeriksaan à Digunakan untuk cek


kelainan bawaan lainnya
•Echoà Penyakit jantung bawaan,
paling sering berupa atrioventricular
septal defect
•Tes pendengaranà tuli sensorineural
•Rho Abdomen: Atresia traktus
gastrointestinal

Tatalaksana
•Sesuai dengan penyakit bawaan yang
diderita
•Fisioterapi
61
a. Kromosom 13 à patau
b. Kromosom 15 à Sindrom Prader-Willi
c. Kromosom 18 à edward
d. Kromosom 21 à down
e. Kromosom 42à kromosom autonom manusia hanya 22 pasang

62
8
Seorang ibu membawa anaknya ke posyandu untuk memeriksakan tumbuh
kembang anaknya. Anak laki-laki berusias 18 bulan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan HR 110 RR 28 Suhu 36.2, tinggu badan 75 cm, berat badan 11 kg,
pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Kader sedang mewawancarai orang
tua terkait dengan perkembangan anak.
Pada anak usia di atas dalam keaadaan normal sudah bisa melakukan apa?
A. Angkat badan, mau berdiri, jalan dituntun
B. Berdiri tanpa pegangan, berdiri jongkok berdiri, jalan mundur
C. Jalan naik tangga, menendang bola kecil
D. Berdiri 1 kaki selama 2 detik
E. Berdiri 1 kaki selama 6 detik
Seorang ibu membawa anaknya ke posyandu untuk memeriksakan tumbuh
kembang anaknya. Anak laki-laki berusias 18 bulan. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan HR 110 RR 28 Suhu 36.2, tinggu badan 75 cm, berat badan 11 kg,
pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Kader sedang mewawancarai orang
tua terkait dengan perkembangan anak.
Pada anak usia di atas dalam keaadaan normal sudah bisa melakukan apa?
A. Angkat badan, mau berdiri, jalan dituntun
B. Berdiri tanpa pegangan, berdiri jongkok berdiri, jalan mundur
C. Jalan naik tangga, menendang bola kecil
D. Berdiri 1 kaki selama 2 detik
E. Berdiri 1 kaki selama 6 detik
4A

SKRINING PERKEMBANGAN KPSP

Dilakukan pada anak usia 3 bulan – 6 tahun

Terdapat 10 pertanyaan tentang perkembangan anak

Interpretasi:

• Jika jawaban ya ≤6 (penyimpangan) : dicurigai ada gangguan perkembangan & perlu dirujuk
• Jika jawaban ya 7-8 (meragukan) : nasehati ibu untuk beri stimulasi jadwalkan kunjungan
ulang 2 minggu kemudian untuk pemeriksaan. Jika hasil masih meragukan, rujuk ke RS
• Jika jawaban ya 9-10 (sesuai usia) : dianggap tidak ada gangguan, tetapi pada umur
selanjutnya dianjurkan dilakukan pemeriksaan ulang

66
Perkembangan Anak
Umur Gross Fine Speech Personal Social
Angkat kepala 45 derajat, Ngoceh spontan:
Balas senyum,
0 – 3 bln gerakkan kepala kaki Melihat/ menatap wajah ooh aah, bereaksi
mengenali ibu
tangan terhadap suara

Berbalik dari tengkurap – Genggam pensil, meraih


Suara gembira Tersenyum saat
3-6 bln telentang, angkat kepala benda, meraih tangan
bernada tinggi bermain sendiri
90 derajat sendiri

Duduk tidak pegangan, Memungut 2 benda sekaligus, Bersuara tanpa arti Tepuk tangan,
6-9 bln
merangkak, belajar berdiri meraup benda kecil : mamama dadada mencari mainan

Menirukan bunyi Mengenal


Mengulurkan badan untuk
Angkat badan, mau berdiri, yang didengar, keluarga, takut
9-12 bln mengambil mainan,
jalan dituntun sebut 2 – 3 suku kata terhadap orang
menggenggam pensil
tanpa arti baru

Berdiri tanpa pegangan, Rasa cemburu,


Menumpuk 3 kubus, Panggil bapak ibu,
12-18 bln berdiri jongkok berdiri, bersaing, menarik
memasukkan kubus ke kotak papa mama
jalan mundur – narik tangan ibu

67
Perkembangan Anak
Umur Gross Fine Speech Personal Social
Memegang
Menumpuk 4 kubus, cangkir, makan
18-24 bln Berlari tanpa jatuh menjimpit, menggelindingkan 3 – 6 kata berarti minum sendiri,
bola membantu
pekerjaan RT
Membantu
Bicara baik 2 kata, memungut
Jalan naik tangga, menyebut 2 benda mainan, makan
24-36 bln Corat coret pada kertas
menendang bola kecil atau lebih, menunjuk tidak banyak
bagian tubuh tumpah, melepas
pakaian sendiri
Cuci tangan,
Berdiri 1 kaki
2-4 warna, memakai sepatu,
selama 2 detik, Gambar garis lurus, menumpuk
36-48 bln menyebut nama, pakai celana
melompat 1 kaki diangkat, 8 kubus
umur, tempat panjang,kemeja,ba
bersepeda roda 3
ju
Sebut nama
lengkap tanpa
Berdiri 1 kaki 6 Menggambar x, o, orang Berpakaian, gosok
dibantu, senang
48-60 bln detik, melompat 1 kaki , dengan 3 bagian, kancingkan gigi, tidak rewel
bertanya, jawab
menari baju saat ditinggal
benar nama har/
angka
68
4A

Masalah-masalah yang akan kita bahas


termasuk dalam:
PERVASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER (PDD)
MED+EASY
SOSIAL – KOMUNIKASI - PERILAKU
3 bulan : angkat kepala
6 bulan : duduk
9 bulan : berdiri
12 bulan : jalan
18 bulan : lari
24 bulan : naik tangga

69
A. Angkat badan, mau berdiri, jalan dituntun à 9-12 bulan
B. Berdiri tanpa pegangan, berdiri jongkok berdiri, jalan mundur à 12-18
bulan
C. Jalan naik tangga, menendang bola kecil à 24-36 bulan
D. Berdiri 1 kaki selama 2 detik à 36-48 bulan
E. Berdiri 1 kaki selama 6 detik à 48-60 bulan

70
9
Seorang anak perempuan usia 2 tahun datang ke puskesmas atas saran kader
posyandu untuk pemeriksaan lebih lanjut dan mendapatkan bantuan PMT dari
puskesmas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam batas normal, anak
tampak kurus, terkesan hanya kulit dan tulang, iga gambang, baggy pants, tidak
didapatkan edema.
Etiologi skenario di atas adalah?
A. Marasmus
B. Kwarsiorkor
C. Marasmus-kwarsiorkor
D. Defisiensi kalori
E. Defisiensi protein
Seorang anak perempuan usia 2 tahun datang ke puskesmas atas saran kader
posyandu untuk pemeriksaan lebih lanjut dan mendapatkan bantuan PMT dari
puskesmas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam batas normal, anak
tampak kurus, terkesan hanya kulit dan tulang, iga gambang, baggy pants, tidak
didapatkan edema.
Etiologi skenario di atas adalah?
A. Marasmus
B. Kwarsiorkor
C. Marasmus-kwarsiorkor
D. Defisiensi kalori
E. Defisiensi protein
4A

KLINIS BB/TB

Tampak sangat kurus dan


atau edema pada kedua
Gizi buruk <-3SD
punggung kaki sampai
seluruh tubuh

Gizi kurang Tampak kurus -3SD – <-2SD

Gizi baik Tampak sehat -2SD – 2SD

Gizi lebih Tampak gemuk >2SD

74
Pedoman Pelayanan Anak Gizi Buruk, Kemenkes 2011
Malnutrisi Energi Protein

Dibagi menjadi:
• Marasmus: defisiensi kalori
• Kwarshiorkor: defisiensi protein
• Marasmus-kwarshiorkor: gabungan

Marasmus Kwashiokor

• Edema (moon face, puffy sugar baby,


• Tampakan kurus, kulit dan tulang,
edema pretibial)
• Tidak terdapat edema
• Crazy pavements dermatosis
• Old man face (Wajah tua)
• Rambut jagung (mudah rontok,
• Iga gambang (mudah terlihat)
kemerahan)
• Baggy pants (Kehilangan lapisan lemak
• Organomegali
dan otot di bokong)
• Iritabilitas, apatis

75
Gizi Buruk
Marasmus Kwarshiorkor

76
Gizi Buruk
Tatalaksana

MED+EASY
GeTe Deh Ente
Ini GiLASIh
Kejar Kembang
Rumah FASE STABILISASI (hari 1-2)
Diet F75
Energi: 80-100 kkal/kg/hari
1. hipoGlikEmia Protein: 1-1,5 gram/kg/hari
2. hipoTErmia
3. Dehidrasi FASE TRANSISI (hari 3-7)
4. ElEktrolit Diet F100
Energi: 100-150 kkal/kg/hari
5. Infeksi Protein: 2-3 gram/kg/hari
6. Gizi mikro
7. Stabilisasi transisi FASE REHABILITASI (minggu 2-6)
8. Tumbuh KEJAR Diet F135
9. Tumbuh KEMBANG Energi: 150—220 kkal/kg/hari
Protein: 4-6 gram/kg/hari
10. Tindak lanjut di
RUMAH

77
Gizi Buruk
Gizi Buruk
Antoprometri : BB/PB <-3SD

Klasifikasi Klinis

Marasmus Kwarsiorkor
• Kekurangan Kalori Marasmus • Kekurangan Protein
• Wajah tua (Old man face) • Edema
• Baggy Pants Kwarsiorkor • Rambut Jagung
• Iga gambang • Atrofi otot

Fase: STR
Stabilisasi (Hari 1-2) F75 80-100kkal/kg
Atasi Hipoglikemi Dextrose à 10% 5cc/kg
Tatalaksana Atasi Hipotermi
Atasi Dehidrasi à Resomal 5cc/kg / 30 menit
Transisi (Hari 3-7) F100 100-150kkal/kg
Rehabilitasi (Minggu 2-6) F135 150-220kkal/kg

78
A. Marasmus à merupakan diagnosis bukan etiologi
B. Kwarsiorkor à ada edema
C. Marasmus-kwarsiorkor à gabungan
D. Defisiensi kalorià etiologi marasmus
E. Defisiensi protein à etiologi kwarsiorkor

79
10
Seorang ibu G1P1A0 datang untuk memeriksakan kesehatan anaknya yang baru
berusia 1 bulan. Ibu juga ingin berkonsultasi terkait dengan nutrisi pada anaknya.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, dan antropometri
didapatkan dalam batas normal. Kemudian ibu menanyakan terkait dengan
MPASI untuk mempersiapkan MPASI untuk anaknya.
Pernyataan yang tepat terkait dengan MPASI adalah sebagai berikut, kecuali?
A. Mulai diberikan pada usia 6 bulan
B. Jika ASI tidak cukup maka dapat diberikan paling dini usia 4 bulan
C. Boleh diberikan lebih lambat dari usia 6 bulan
D. Disarankan tidak menggunakan madu untuk anak usia < 1 tahun
E. Hindari makanan mengandung nitrat pada bayi usia < 6 bulan
Seorang ibu G1P1A0 datang untuk memeriksakan kesehatan anaknya yang baru
berusia 1 bulan. Ibu juga ingin berkonsultasi terkait dengan nutrisi pada anaknya.
Pada pemeriksaan tanda-tanda vital, pemeriksaan fisik, dan antropometri
didapatkan dalam batas normal. Kemudian ibu menanyakan terkait dengan
MPASI untuk mempersiapkan MPASI untuk anaknya.
Pernyataan yang tepat terkait dengan MPASI adalah sebagai berikut, kecuali?
A. Mulai diberikan pada usia 6 bulan
B. Jika ASI tidak cukup maka dapat diberikan paling dini usia 4 bulan
C. Boleh diberikan lebih lambat dari usia 6 bulan
D. Disarankan tidak menggunakan madu untuk anak usia < 1 tahun
E. Hindari makanan mengandung nitrat pada bayi usia < 6 bulan
4A

Umur Makanan

0 – 6 bulan ASI eksklusif

6 – 7 bulan ASI + bubur susu MP-ASI:


• Mulai diberikan pada usia 6 bulan
8 bulan ASI + bubur tim lumat • Jika ASI tidak cukup maka dapat
diberikan paling dini usia 4 bulan
9 bulan ASI + bubur nasi • Tidak boleh diberikan lebih lambat dari
usia 6 bulan
10 bulan ASI + nasi tim
• Hindari makanan mengandung
nitrat pada bayi usia < 6 bulan
11 bulan ASI + nasi lembek

Berikan makanan orang dewasa:


>12 bulan
nasi, lauk pauk, sayur

83
4A

Penyimpanan ASI Perah

• Mencuci tangan sebelum memerah ASI


• Wadah penyimpanan harus dipastikan bersih (botol kaca atau kontainer plastik dengan tutup
yang rapat dengan bahan bebas bisphenol A (BPA)). Kontainer harus dicuci dengan air panas
dan sabun serta dianginkan hingga kering sebelum dipakai.
• Simpanlah ASI sesuai dengan kebutuhan bayi.
• Beri label berisi nama anak dan tanggal ASI diperah.
• Jangan mencampurkan ASI yang telah dibekukan dengan ASI yang masih baru pada wadah
penyimpanan.
• Jangan menyimpan sisa ASI yang sudah dikonsumsi untuk pemberian berikutnya.
• Jangan mengocok ASI karena dapat merusak komponen penting dalam susu, putarlah kontainer
ASI agar bagian yang mengandung krim pada bagian atas tercampur merata.

84
4A

Tempat Suhu Durasi Keterangan


Meja Suhu ruangan (max 25 6-8 jam Wadah tertutup rapat,
C) dijaga sedingin
mungkin (dibalut
dengan handuk
dingin)
Cooler bag tertutup -15 s/d 4 C 24 jam Pastikan es batu
menyentuh ASI
Hindari membuka
cooler bag
Lemari es 4C 5 hari ASI disimpan pada
bagian belakang
Freezer
lemari es/freezer
1 pintu -15 C 2 minggu
2 pintu -18 C 3-6 bulam
Dengan pintu di atas -20 C 6-12 bulan

85
4A

86
A. Mulai diberikan pada usia 6 bulan à benar
B. Jika ASI tidak cukup maka dapat diberikan paling dini usia 4 bulan à benar
C. Boleh diberikan lebih lambat dari usia 6 bulan à tidak boleh lebih dari 6
bulan
D. Disarankan tidak menggunakan madu untuk anak usia < 1 tahun à benar
E. Hindari makanan mengandung nitrat pada bayi usia < 6 bulan à benar

87
11
Seorang bayi laki- laki baru saja lahir dari seorang ibu G2P1A0 dengan usia
kandungngan 35 bulan dengan riwayat HbsAg +. Bayi lahir menangis spontan
dengan BBL 2500 gram. Pemeriksaan tanda-tanda vital dan fisik dalam batas
normal. Bayi dilakukan perawatan rutin dan bidan akan mempertimbangkan
pemberian imunisasi pada anak.
Imunisasi apa yang sebaiknya diberikan atau ditunda?
A. Tunda semua imunisasi hingga terbukti HbsAg –
B. Berikan imunisasi HepB0 secepatnya
C. Vaksin HepB0 + HBIg dalam 12 jam
D. Berikan vaksin HepB0 saja dalam 12 jam
E. Tidak memerlukan imunisasi HepB0
Seorang bayi laki- laki baru saja lahir dari seorang ibu G2P1A0 dengan usia
kandungngan 35 bulan dengan riwayat HbsAg +. Bayi lahir menangis spontan
dengan BBL 2500 gram. Pemeriksaan tanda-tanda vital dan fisik dalam batas
normal. Bayi dilakukan perawatan rutin dan bidan akan mempertimbangkan
pemberian imunisasi pada anak.
Imunisasi apa yang sebaiknya diberikan atau ditunda?
A. Tunda semua imunisasi hingga terbukti HbsAg –
B. Berikan imunisasi HepB0 secepatnya
C. Vaksin HepB0 + HBIg dalam 12 jam
D. Berikan vaksin HepB0 saja dalam 12 jam
E. Tidak memerlukan imunisasi HepB0
Jadwal Vaksinasi

91
4A

1. HEPATITIS B

•Vaksin Hep-B1 diberikan segera setelah lahir < 24 jam setelah injeksi Vitamin K1 pada paha berbeda +- 30
menit sebelumnya à mencegah perdarahan
•Bayi dari ibu HBsAg (+) à berikan tambahan HBIg untuk mencegah infeksi perinatal

2. POLIO

•Vaksin Polio-0 à OPV (saat lahir atau sebelum pulang)


•Vaksin Polio-1,2,3 dan booster à OPV atau IPV (minimal IPV 2x sebelum umur 1 tahun)

3. BCG

•Vaksin BCG diberikan segera setelah lahir atau segera mungkin sebelum umur 1 bulan
•Jika diberikan pada usia ≧ 3 bulan à uji tuberculin dahulu

4. DPT

•Vaksin DPT paling cepat diberikan saat usia 6 minggu


•Pada anak usia >7 tahun à booster Td dan diulangi setiap 10 tahun
•DPaT << demam dibandingkan DPwT

92
4A

VAKSINASI PADA
BAYI DENGAN IBU HEPATITIS B POSITIVE

RISIKO PENULARAN

• Ibu terinfeksi di TRIMESTER I DAN II RESIKO KECIL karena antigen dalam darah sudah negatif pada kehamilan cukup bulan dan anti HBs
sudah muncul
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

• Bukti klinis pertama infeksi HBV adalah KENAIKAN SERUM ALT, YANG MULAI NAIK SEBELUM TIMBUL GEJALA, SEKITAR 6-7 MINGGU
SESUDAH PEMAJANAN.
• Periksa kadar HBsAg dan IgM anti-HBc. Kadar antigen akan terdeteksi dalam darah bayi pada usia 6 bulan, dengan kadar puncak
pada usia 3-4 bulan. Jangan ambil darah umbilikal karena
§ (1) terkontaminasi dengan darah ibu yang mengandung antigen positif atau sekresi vagina,
§ (2) adanya kemungkinan antigen noninfeksius dari darah ibu.
TATALAKSANA

• Berikan dosis awal VAKSIN HEPATITIS B 0,5 ML IM DALAM 12 JAM SETELAH LAHIR dilanjutkan dosis ke-2 dan ke-3 pada usia 1 dan 6
bulan.
• Bila tersedia, berikan imunoglobulin hepatitis B (HBIG) 200 IU (0,5 mL)
• YAKINKAN IBU UNTUK TETAP MENYUSUI BAYINYA
IBU MASIH BOLEH MEMBERIKAN ASI PADA ANAK; DENGAN SYARAT ANAK SUDAH DIVAKSINASI
93
4A

IMUNOPROFILAKSIS HEPATITIS B
PADA BAYI PREMATUR DAN BBLR

HbsAg IBU BL ≥ 2000 g BL < 2000 g

• Vaksin Hep B + HBIG (dalam 12 jam


• Vaksin HepB + HBIg (dalam 12 jam)
pertama)
• Imunisasi 4 dosis pada 0,1, 2-3 dan 6 bulan
• Imunisasi 3 dosis pada 0,1, dan 6 bulan
POSITIF (usia kronologis)
(usia kronologis)
• Periksa anti-HBs dan HBsAg pada umur 9-
• Periksa anti-HBs dan HBsAg pada umur
15 bulan
9-15 bulan

• Vaksin HepB (dalam 12 jam) + HBIg (dalam • Vaksin HepB + HBIg (dalam 12 jam)
TIDAK 7 hari) • Periksa HBsAg ibu segera, jika tidak dapat
DIKETAHUI • Periksa HBsAg ibu segera, bila positif dilakukan dalam 12 jam maka berikan HBIg
maka berikan HBIg segera segera

• Vaksin HepB dalam 12 jam • Vaksin Hep B diberikan dalam 30 hari usia
NEGATIF • Vaksin HepB dalam 3 dosis yaitu pada kronologis jika klinis stabil Vaksin diberikan 3
0,1 dan 6 bulan (usia kronologis) dosis yaitu 1-2, 2-4, dan 6 bulan usia kronologis

94
A. Tunda semua imunisasi hingga terbukti HbsAg – à tidak tepat
B. Berikan imunisasi HepB0 secepatnya à tidak tepat
C. Vaksin HepB0 + HBIg dalam 12 jam
D. Berikan vaksin HepB0 saja dalam 12 jam à tidak tepat
E. Tidak memerlukan imunisasi HepB0 à tidak tepat

95
12
Seorang anak usia 1.5 tahun diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan diare
sejak 3 hari yang lalu. Diare kurang lebih 4-5x perhari, disertai dengan keluhan
muntah 1x tadi pagi sebelum dibawa ke puskesmas. BAB cair berisi ampas, lendir
(-), darah(-). Demam sejak 3 hari yang lalu naik turun dengan pemberian obat
penurun panas. Keluhan lainnya disangkal. BB: 10 kg. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan HR 105, RR 20, suhu 37.9, mata cowong-/-, anak tidak
tampak kehausan, bising usus meningkat, turgor kembali cepat. Pemeriksaan
laboratorium darah rutin didapatkan hasil dalam batas normal.
Tatalaksana yang tepat diberikan untuk pasien diatas adalah?
A. ORS 50- 100 ml setiap kali BAB
B. ORS 100-200 ml setiap kali BAB
C. ORS 750 dalam 3 jam pertama
D. Rehidrasi IV 300 ml 1 jam
E. Rehidrasi IV 700 cc 5 jam
Seorang anak usia 1.5 tahun diantar ibunya ke puskesmas dengan keluhan diare
sejak 3 hari yang lalu. Diare kurang lebih 4-5x perhari, disertai dengan keluhan
muntah 1x tadi pagi sebelum dibawa ke puskesmas. BAB cair berisi ampas, lendir
(-), darah(-). Demam sejak 3 hari yang lalu naik turun dengan pemberian obat
penurun panas. Keluhan lainnya disangkal. BB: 10 kg. Pada pemeriksaan tanda-
tanda vital didapatkan HR 105, RR 20, suhu 37.9, mata cowong-/-, anak tidak
tampak kehausan, bising usus meningkat, turgor kembali cepat. Pemeriksaan
laboratorium darah rutin didapatkan hasil dalam batas normal.
Tatalaksana yang tepat diberikan untuk pasien diatas adalah?
A. ORS 50- 100 ml setiap kali BAB
B. ORS 100-200 ml setiap kali BAB
C. ORS 750 dalam 3 jam pertama
D. Rehidrasi IV 300 ml 1 jam
E. Rehidrasi IV 700 cc 5 jam
4A

Anamnesis Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan Penunjang

• Riwayat konsumsi makan, • Tanda dehidrasi • Kultur feses


durasi kejadian • Darah pada feses • AGDA
• Darah atau lendir di feses • Tanda malnutrisi • Kadar elektrolit serum
• Local reports of cholera • Massa di abdomen
outbreak • Distensi abdomen
• Muntah
• Tanda dehidrasi

TANDA-TANDA DEHIDRASI ?

• Gelisah/cengeng
Tanda Utama •lemah/letargi/koma
•Haus, turgor kulit abdomen menurun

• Nafas kussmaul (asidosis metabolik)


Tanda gangguan asam •Kembung (hipokalemia)
basa dan elektrolit •Kejang (hipo/hiper natremia)

99
4A

PENILAIAN DEHIDRASI
BERDASARKAN KRITERIA WHO

100
Lima Pilar Tatalaksana Diare pada Anak

1.Rehidrasi
• Tanpa dehidrasi à rencana terapi A
• Dengan dehidrasi tak berat à rencana terapi B
• Dengan dehidrasi berat à rencana terapi C
2.Dukungan Nutrisi
• Tetap diteruskan sesuai umur anak à menu sama pada anak sehat
• ASI tetap diteruskan à frekuensi lebih sering dari biasanya
3.Suplementasi Zinc (10 – 14 hari)
• < 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
• > 6bulan : 20mg (1tablet) perhari
4.Antibiotik Selektif (diare berdarah (disentri) dan kolera)
5.Edukasi

101
4A

RENCANA TERAPI A à UNTUK DIARE TANPA DEHIDRASI

• ASI sebanyak anak mau


• Oralit:
• < 2 tahun = 50- 100 ml setiap kali BAB
• ≥ 2 tahun = 100-200 ml setiap kali BAB

102
Diare (Gastroenteritis Akut/GEA)
Diare
Derajat Dehidrasi Diare BAB >3x/hari atau Klasifikasi
>10cc/bb
Tanpa dehidrasi: Akut: <14 hari
• Mata cekung (-)
Persisten: > 14 hari infeksius
• Turgor kembali cepat
5 Pilar Diare Kronik: > 14 hari (-) infeksius
Dehidrasi ringan-sedang:
• Mata cekung(+)
• Rasa haus (+) Rehidrasi • Tanpa Dehidrasi (A), Oralit:
• Turgor Kembali lambat • < 2 tahun = 50- 100 ml setiap kali BAB
Dehidrasi berat • ≥ 2 tahun = 100-200 ml setiap kali BAB
• Mata cekung(+) • Dehidrasi Ringan-Sedang (B), Oralit:
Nutrisi • 75 cc X kgBB dalam 3 jam pertama
• Tidak mau minum
• Turgor Kembali sangat • Dehidrasi Berat (C), RL atau NaCI:
lambat • 6 bulan < I tahun =
Zinc 30 ml/kgBB (I jam) & 70 cc/kgBB (5 jam)
• Anak > I tahun =
30 ml/kgBB (30 menit) & 70 ml//kgBB (2.5 jam)
Antibiotik Selektif
•< 6 bulan : 10 mg (1/2 tablet) per hari
•> 6bulan : 20mg (1tablet) perhari
Edukasi

103
A. ORS 50- 100 ml setiap kali BAB à benar tatalaksana plan A < 2 tahun
B. ORS 100-200 ml setiap kali BAB à plan A usia > 2 tahun
C. ORS 750 dalam 3 jam pertama à plan B
D. Rehidrasi IV 300 ml 1 jam à plan C rehidrasi awal
E. Rehidrasi IV 700 cc 5 jamà plan C rehidrasi lanjutan

104
13
Seorang anak usia 10 bulan dibawa orang tuanya ke puskesmas dengan keluhan
BAB cair sejak 1 hari yang lalu dan berbau tidak enak. Mual muntah disangkal.
Demam disangkal. MPASI diberikan seperti biasa, tetapi sehari yang lalu ibu
mencoba untuk memberikan susu formula untuk menggantikan ASI karena ASI ibu
sedang tidak banyak. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 110 RR 25 Suhu 36.7, perut
kembung, bising usus meningkat, anus kemerahan.
Etiologi kasus diatas adalah?
A. Defisensi enzyme Beta Glukoronidase
B. Defisiensi enzim laktase
C. Hipersensitivitas terhadap protein susu sapi
D. Keracunan susu formula
E. Super infeksi rotavirus pada GIT
Seorang anak usia 10 bulan dibawa orang tuanya ke puskesmas dengan keluhan
BAB cair sejak 1 hari yang lalu dan berbau tidak enak. Mual muntah disangkal.
Demam disangkal. MPASI diberikan seperti biasa, tetapi sehari yang lalu ibu
mencoba untuk memberikan susu formula untuk menggantikan ASI karena ASI
ibu sedang tidak banyak. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 110 RR 25 Suhu 36.7,
perut kembung, bising usus meningkat, anus kemerahan.
Etiologi kasus diatas adalah?
A. Defisensi enzyme Beta Glukoronidase
B. Defisiensi enzim laktase
C. Hipersensitivitas terhadap protein susu sapi
D. Keracunan susu formula
E. Super infeksi rotavirus pada GIT
Definisi Etiologi

• Kelainan akibat defisiensi enzim laktase sehingga tidak dapat mencerna lactosa yang terdapat
dalam makanan (susu)

Patofisiologi

• Malabsorbsi laktosa à lumen usus terisi cairan hiperosmotik à menyerap cairan dan
menyebabkan diare
• Laktosa yang tidak diserap usus difermentasi oleh bakteri menjadi zat asam (fatty acid,
organic acid) dan berbagai macam gas.
Manifestasi Klinis

• Mual muntah, bloating; nyeri perut


• Diare dan Flatulensi
• Feses berbau asam
• Kemerahan pada anus
• Gejala muncul setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung laktosa
108
Pemeriksaan Penunjang

• Hidrogen breath test (+)


• Uji toleransi laktosa (+)
• Analisis tinja à pH tinja asam

Tatalaksana

• Bersifat self limiting


• Dapat diberikan susu bebas laktosa

109
Intoleransi Laktosa vs Alergi Susu Sapi

Intoleransi Laktosa Alergi Susu Sapi


Defisiensi ensim lactase à tidak dapat mencerna
Etiologi laktosa
Reaksi hipersensitivitas terhadap protein susu sapi

Reaksi • (+) à IgE Mediated (HS tipe I)


Tidak ada
Imunologis • (-) à Non IgE Mediated (HS tipe IV)

Manifestasi • Diare • Diare


khas • Kemerahan pada anus • Ruam, gatal, urtika

• Double blind placebo controlled food challenge


• Analisis tinja: pH asam (DBPCFC) à Gold Standard
Pemeriksaan • Uji toleransi laktosa (+) • Skin prick test
• Hidrogen Breath Test (+) • IgE RAST
• Patch test

• Susu formula terhidrolisir sempurna


Tatalaksana Susu bebas laktosa • Susu formula asam amino
• Ibu pantangan protein sapi

110
A. Defisensi enzyme Beta Glukoronidase à tidak tepat, breastmilk jaundice
B. Defisiensi enzim laktase
C. Hipersensitivitas terhadap protein susu sapi à tidak tepat, pada alergi susu
sapi
D. Keracunan susu formula à tidak tepat, dari anamnesis dan PE
E. Super infeksi rotavirus pada GIT à tidak tepat, vital sign dalam batas normal

111
14
Seorang bayi laki-laki berusia 14 hari datang dengan keluhan BAB cair disertai
dengan lendir darah. Bayi lahir kurang bulan dengan BBL 2300 gram. Bayi
mendapatkan susu formula karena ASI ibu belum keluar saat bayi dilahirkan. BAB
berdarah baru tadi pagi 2x, disertai dengan muntah sejak kemarin sekitar 3x
perhari. Keluhan lain disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 110 RR 29 suhu
37.3, distensi abdomen, bising usus menurun. Pada pemeriksaan foto abdomen 3
posisi didapatkan adanya udara dalam dinding usus.
Tatalaksana yang tepat diberikan pasien tersebut adalah, kecuali?
A. Pasang NGT pada anak
B. Berikan cairan peroral dengan NGT
C. Pemberian nutrisi parenteral
D. Antibiotik spektrum luas
E. Laparotomi di OK jika ada perforasi
Seorang bayi laki-laki berusia 14 hari datang dengan keluhan BAB cair disertai
dengan lendir darah. Bayi lahir kurang bulan dengan BBL 2300 gram. Bayi
mendapatkan susu formula karena ASI ibu belum keluar saat bayi dilahirkan. BAB
berdarah baru tadi pagi 2x, disertai dengan muntah sejak kemarin sekitar 3x
perhari. Keluhan lain disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 110 RR 29 suhu
37.3, distensi abdomen, bising usus menurun. Pada pemeriksaan foto abdomen 3
posisi didapatkan adanya udara dalam dinding usus.
Tatalaksana yang tepat diberikan pasien tersebut adalah, kecuali?
A. Pasang NGT pada anak
B. Berikan cairan peroral dengan NGT
C. Pemberian nutrisi parenteral
D. Antibiotik spektrum luas
E. Laparotomi di OK jika ada perforasi
Enterokolitis Nekrotikans 1

Definisi

• Sindrom nekrosis intestinal akut pada neonatus yang ditandai oleh kerusakan dinding intestinal
berat akibat proses inflamasi vaskular, mukosa dan metabolik pada usus yang imatur
• Biasanya terjadi pada neonatus usia 2-3 minggu kehidupan. Faktor risiko: bayi prematur, terlalu dini
memberi susu formula.
Manifestasi Klinis
SISTEMIK SALURAN PENCERNAAN
• Distress napas • Distensi abdomen (terisi gas)
• Letargis atau iritabilitas • Eritema dinding abdomen
• Suhu tubuh tidak stabil • Muntah (bilier, darah)
• Toleransi minum buruk • Diare dengan tinja berdarah
• Asidosis • Residu lambung
• Oliguria • Tanda-tanda ileus: Bising usus
• Hipotensi berkurang/menghilang
• Syok sepsis

Keywords: Neonatus, premature, susu formula à Diare berdarah dan distensi abdomen

115
Enterokolitis Nekrotikans 1

Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium
• LED dan CRP meningkat à penanda inflamasi
• Asidosis metabolik pada AGD
• Pencitraan à Rontgen abdomen
• Pneumatosis intestinalis à terbentuknya gelembung gas di dalam dinding usus
• Dilatasi usus proksimal à akibat stenosis bagian distal Pneumoperitoneum à bila terjadi perforasi
usus

116
Enterokolitis Nekrotikans 1

Tatalaksana

• Dekompresi dengan NGT à tata laksana awal


• Bowel rest à Pemberian nutrisi parenteral
• Antibiotik spektrum luas
• Ampisilin 100 mg/kg/hari terbagi 2 dosis DAN
• Gentamisin 5 mg/kg/hari DAN
• Metronidazole 15-30 mg/kg/hari terbagi 3 dosis
• Eksisi usus yang nekrotik à laparotomi
• Indikasi: perforasi usus, peritonitis, ataupun perburukan

117
Enterokolitis Nekrotikans
Faktor Resiko:
Prematuritas
Enterokolitis Nekrotikans
Pemberian makanan/minuman tidak
sesuai usia (terlalu dini) Manifestasi Klinis
• Distensi abdomen (terisi gas)
Patofisiologi • Eritema dinding abdomen
kerusakan dinding intestinal berat akibat proses • Muntah (bilier, darah)
inflamasi vaskular, mukosa dan metabolik pada • Diare dengan tinja berdarah
usus yang imatur • Residu lambung
• Tanda-tanda ileus: Bising usus
berkurang/menghilang

Pemeriksaan Penunjang
•Laboratorium
Tatalaksana
o LED dan CRP meningkat •Dekompresi dengan NGT à tata laksana awal
o Asidosis metabolik • Bowel rest à Pemberian nutrisi parenteral
• Antibiotik spektrum luas
•Pencitraan à Rontgen abdomen •Ampisilin 100 mg/kg/hari terbagi 2 dosis DAN
o Pneumatosis intestinalis à •Gentamisin 5 mg/kg/hari DAN
terbentuknya gelembung gas •Metronidazole 15-30 mg/kg/hari terbagi 3 dosis
di dalam dinding usus •Eksisi usus yang nekrotik à laparotomy
• Indikasi: perforasi usus, peritonitis, ataupun
o Pneumoperitoneum à perburukan
apabila (+) perforasi

Keywords: Neonatus, premature, susu formula à Diare berdarah dan distensi abdomen

118
A. Pasang NGT pada anak à benar, untuk dekompresi
B. Berikan cairan peroral dengan NGT à salah, puasakan
C. Pemberian nutrisi parenteral à benar, bowel rest
D. Antibiotik spektrum luas à benar, sambal menunggu kultur
E. Laparotomi di OK jika ada perforasi à benar

119
15
Seorang anak perempuan usia 1 bulan datang ke IGD dengan keluhan kejang
selama kurang lebih 15 detik, seluruh tubuh. Keluhan demam disangkal. Keluhan
lain disangkal. Ibu melahirkan didukun dan tidak mendapatkan perawatan rutin
paska lahir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam batas normal, UUB
menonjol, papil edema. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil leukosit
5000 trombosit 120.000 hb 12, APTT dan PT memanjang.
Tatalaksana yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Vit K 0.5 mg IM 3x1 hari
B. Vit K 0.5 mg IM selama 3 hari
C. Vit K 1 mg IM 1x1 hari single dose
D. Vit K 1 mg IM 3x1 hari
E. Vit K 1 mg IM selama 3 hari
Seorang anak perempuan usia 1 bulan datang ke IGD dengan keluhan kejang
selama kurang lebih 15 detik, seluruh tubuh. Keluhan demam disangkal. Keluhan
lain disangkal. Ibu melahirkan didukun dan tidak mendapatkan perawatan rutin
paska lahir. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam batas normal, UUB
menonjol, papil edema. Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil leukosit
5000 trombosit 120.000 hb 12, APTT dan PT memanjang.
Tatalaksana yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Vit K 0.5 mg IM 3x1 hari
B. Vit K 0.5 mg IM selama 3 hari
C. Vit K 1 mg IM 1x1 hari single dose
D. Vit K 1 mg IM 3x1 hari
E. Vit K 1 mg IM selama 3 hari
Definisi

• Merupakan bentuk penyakit perdarahan akibat kekurangan vitamin K


• Manifestasinya berupa defisiensi kompleks protrombin yang didapat

Anamnesis

• Bayi kecil (1-6 bulan), sebelumnya sehat tiba tiba tampak pucat dan malas minum, banyak tidur
• Minum ASI, tidak mendapat suntikan vit K saat lahir
• Kejang fokal

Pemeriksaan Fisik
• Pucat tanpa perdarahan yang nyata
• Peningkatan tekanan intrakranial, UUB Menonjol, penurunan kesadaran, papil edema
• Defisit neurologis : kejang fokal, hemoparesis, peresis nervus kranial

123
Pemeriksaan Penunjang

• Darah lengkap
• Pemeriksaan PT dan APTT dapat normal atau memanjang
• USG atau CT scan Kepala

Tatalaksana

• Vit K 1 mg IM selama 3 hari berturut turut


• Transfusi FFP 10-15ml/kg selama 3 hari
• Transfusi PRC (sesuai HB)
• Tatalaksana Kejang dan peningkatan TIK (mannitol 0,5-1gram/kgBB/kali)
• Konsultasi bedah saraf

Pemantauan

• UUB, GCS, Kejang


• Balance cairan
• Monitor tumbuh kembang

124
Defisiensi Vitamin K
Faktor Resiko: Defisiensi vitamin K
Tidak mendapatkan suntikan Vit K1
(Phytonadione) profilaksis saat lahir
Manifestasi Klinis
•Pucat tanpa perdarahan yang nyata
Patofisiologi •Peningkatan tekanan intracranial (UUB
Defisiensi kompleks protrombin yang didapat Menonjol, penurunan kesadaran, papil
akibat kurangnya vitamin K (acquired edema)
prothrombin complex deficiency / APCD) •Defisit neurologis : kejang fokal,
hemoparesis, peresis nervus kranial

Pemeriksaan Penunjang
•Darah lengkap
•Pemeriksaan PT dan APTT dapat
normal atau memanjang Tatalaksana
•USG atau CT scan Kepala •Vit K 1 mg IM selama 3 hari berturut turut
•Transfusi FFP 10-15ml/kg selama 3 hari
•Transfusi PRC (sesuai HB)
•Tatalaksana Kejang dan peningkatan TIK (mannitol
0,5-1gram/kgBB/kali)
Keywords: •Konsultasi bedah saraf
• Bayi kecil (1-6 bulan), onset akut berupa
anemis (pucat) dan tidak aktif
• Minum ASI
• Tidak mendapat suntikan vit K saat lahir
• Kejang fokal

125
A. Vit K 0.5 mg IM 3x1 hari à dosis tidak tepat
B. Vit K 0.5 mg IM selama 3 hari à dosis tidak tepat
C. Vit K 1 mg IM 1x1 hari single dose à frekuensi pemberian tidak tepat
D. Vit K 1 mg IM 3x1 hari à frekuensi pemberian tidak tepat
E. Vit K 1 mg IM selama 3 hari

126
16
Seorang anak laki laki usia 10 tahun diantar ibunya ke IGD rumah sakit karena
lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa sejak tadi pagi. Keluhan
lain disangkal oleh pasien. Sebulan ini pasien sering terbangun malam hari karena
tidak bisa menahan untuk buang air kecil. Pasien juga sering merasa lapar dan
haus sehingga makan dan minum lebih sering, tetapi berat badan tidak
meningkat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 HR 100 RR 22 Suhu 36.7,
tidak ditemukan tanda dehidrasi, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Pada pemeriksaan GDS stik didapatkan kadar gula darah pasien 250.
Etiologi tersering kasus diatas adalah??
A. Resistensi Insulin dalam tubuh
B. Penurunan sekresi insulin karena disfungsi sel β pankreas
C. Destruksi sel beta pankreas
D. Peningkatan sekresi glukagon dari sel alfa pankreas
E. Peningkatan produksi glukosa di hepar
Seorang anak laki laki usia 10 tahun diantar ibunya ke IGD rumah sakit karena
lemas dan tidak bisa melakukan aktivitas seperti biasa sejak tadi pagi. Keluhan
lain disangkal oleh pasien. Sebulan ini pasien sering terbangun malam hari karena
tidak bisa menahan untuk buang air kecil. Pasien juga sering merasa lapar dan
haus sehingga makan dan minum lebih sering, tetapi berat badan tidak
meningkat. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD 120/80 HR 100 RR 22 Suhu 36.7,
tidak ditemukan tanda dehidrasi, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal.
Pada pemeriksaan GDS stik didapatkan kadar gula darah pasien 250.
Etiologi tersering kasus diatas adalah??
A. Resistensi Insulin dalam tubuh
B. Penurunan sekresi insulin karena disfungsi sel β pankreas
C. Destruksi sel beta pankreas
D. Peningkatan sekresi glukagon dari sel alfa pankreas
E. Peningkatan produksi glukosa di hepar
2

DM Tipe 1 DM Tipe 2
Etiologi Destruksi sel beta pankreas Resistensi Insulin
(defisiensi insulin absolut)
Usia Usia muda Usia dewasa
Gejala Pasien kurus Pasien obesitas
Klinis
Terapi Insulin OAD atau Insulin

130
2

Etiologi

• Destruksi sel beta pankreas karena proses autoimun atau idiopatik à defisiensi insulin absolut

Gejala Klinis

• Polidipsi
• Poliuri
• Polifagi
• Penurunan BB dalam 2-6 minggu
• Mudah lelah, malaise, irritable
• Gagal tumbuh
• Pruritus

131
2

Kriteria Diagnosis

Gula darah puasa (GDP) ≥126 mg/dL

atau

Glukosa darah 2 jam PP (GD2PP) ≥200 mg/dL pada TTGO

atau

GDS ≥200 mg/dL dengan keluhan klasik

atau

HbA1c ≥6.5%

132
2

Tatalaksana

PRINSIP PENGOBATAN INSULIN


• Pengobatan seumur hidup • Dipikirkan jenis dan sediaan
• Pemberian INSULIN • Bisa digunakan Basal Bolus
• Pengaturan makan atau Premix
• Olahraga • Diberikan oleh spesialis anak, jika
memungkinkan subspesialis endokrin
• Edukasi
• Pemantauan gula darah secara mandiri

PADA ANAK TIDAK ADA TEMPAT ORAL ANTI DIABETIK, SELALU INSULIN

133
DM pada Anak

Klinis
C-peptide
N DMT2
3P (poliuri, polidipsi, ↑
polifagi) DMT1
+
penurunan BB ↓ Periksa Autoantibodi

MODY

DM Tipe 1 DM Tipe 2
Etiologi Destruksi sel beta pankreas Resistensi Insulin
(defisiensi insulin absolut)
Pada anak tidak ada tempat oral anti diabetik,
Usia Usia muda Usia dewasa
selalu insulin
Gejala Pasien kurus Pasien obesitas
Klinis
Terapi HANYA Insulin OAD atau Insulin

134
A. Resistensi Insulin dalam tubuh à DM tipe 2
B. Penurunan sekresi insulin karena disfungsi sel β pankreas à DM tipe 2
C. Destruksi sel beta pankreas
D. Peningkatan sekresi glukagon dari sel alfa pankreas à DM tipe 2
E. Peningkatan produksi glukosa di hepar à DM tipe 2

135
17
Seorang anak perempuan usia 15 bulan datang ke IGD karena anak rewel sejak
tadi pagi. Pasien juga keringat dingin. 3 hari ini pasien sulit makan, hanya 1-2
sendok saja sekali makan, minum susu juga tidak mau karena pasien terlihat mual
saat diberikan susu. Selama 2 hari ini pasien lebih banyak mengonsumsi air putih
karena tidak membuatnya mual. Keluhan lain disangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan HR 130 RR 25 Suhu 36.1, pasien tampak gelisah, keringat dingin,
pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan hb 11, leukosit 4500, trombosit 157.000, gula darah sewaktu 30.
Tatalaksana yang tepat diberikan untuk pasien di atas adalah?
A. Glukosa oral
B. Glukosa 50%; 2 ml/kgBB IV
C. Glukosa 25%; 2 ml/kgBB IV
D. Glukosa 10%; 2 ml/kgBB IV
E. Glukosa 5%; 2 ml/kgBB IV
Seorang anak perempuan usia 15 bulan datang ke IGD karena anak rewel sejak
tadi pagi. Pasien juga keringat dingin. 3 hari ini pasien sulit makan, hanya 1-2
sendok saja sekali makan, minum susu juga tidak mau karena pasien terlihat mual
saat diberikan susu. Selama 2 hari ini pasien lebih banyak mengonsumsi air putih
karena tidak membuatnya mual. Keluhan lain disangkal. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan HR 130 RR 25 Suhu 36.1, pasien tampak gelisah, keringat dingin,
pemeriksaan lain dalam batas normal. Pada pemeriksaan laboratorium
didapatkan hb 11, leukosit 4500, trombosit 157.000, gula darah sewaktu 30.
Tatalaksana yang tepat diberikan untuk pasien di atas adalah?
A. Glukosa oral
B. Glukosa 50%; 2 ml/kgBB IV
C. Glukosa 25%; 2 ml/kgBB IV
D. Glukosa 10%; 2 ml/kgBB IV
E. Glukosa 5%; 2 ml/kgBB IV
4A

Kondisi glukosa plasma

• < 45 mg/dl pada bayi atau anak-anak, dengan atau tanpa gejala.
• < 35 mg/dl pada neonatus aterm berusia <72 jam
• < 25 mg/dl pada neonatus prematur dan KMK berusia < 1 minggu

Manifestasi Klinis

• Berkeringat, tremor, jitterness, irritable


• Kejang, koma
• Letargi
• High pitched cry atau lemah
• Beberapa bayi asimtomatis

139
4A

Etiologi

Peningkatan pemakaian glukosa

• Neonatus dari ibu penderita DM


• BMK
• Ibu mendapat terapi tokolitik, thiazid

Kurangnya produksi/simpanan glukosa

• IUGR
• Prematur
• Intake kalori tidak adekuat

Kombinasi
• Stres perinatal (syok, sepsis, asfiksia, hipotermia, distres respirasi)
• Defek metabolism karbohidrat
• Defisiensi endokrin (insufisiensi adrenal, hypopituitarism)
140
4A

Tatalaksana Hipoglikemia pada Neonatus

141
4A

Tatalaksana Hipoglikemia pada Anak

Cari faktor kausatif


GDs <40 mg/dl

ASIMPTOMATIS SIMPTOMATIS

SADAR TIDAK

GLUKOSA PASANG AKSES INTRAVENA, BERI BOLUS GLUKOSA


ORAL • Umur >12 tahun: Glukosa 50%; 2 ml/kgBB IV; maks 25 mg
• Umur 2 – 12 tahun: Glukosa 25%; 2 ml/kgBB IV
• Umur <2 tahun: Glukosa 10%; 2 ml/kgBB IV

ULANGI CEK GDs 1 JAM KEMUDIAN

142
A. Glukosa oral à jika pasien sadar dan kooperatif
B. Glukosa 50%; 2 ml/kgBB IV à untuk anak lebih dari 12 tahun
C. Glukosa 25%; 2 ml/kgBB IV à untuk anak usia 2-12 tahun
D. Glukosa 10%; 2 ml/kgBB IV à untuk anak < 2 tahun
E. Glukosa 5%; 2 ml/kgBB IV à tidak tepat

143
18
Seorang bayi perempuan lahir dari ibu G1P0A0 usia kandungan 38-39 minggu
dengan riwayat hipertiroid sedang dalam pengobatan. Bayi lahir menangis
spontan. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 110, RR 30, Suhu 36.0, lidah besar, kulit
kering.
Kapan waktu yang tepat jika dokter ingin melakukan pemeriksaan skrining
hipotiroid kongenital pada anak dan bagaimana interpretasinya?
A. Skrining di usia 2-5 jam, positif jika TSH ≥ 10 mU/L
B. Skrining di usia 2-5 jam, positif jika TSH ≥ 20 mU/L
C. Skrining di usia 2-5 hari, positif jika TSH ≥ 10 mU/L
D. Skrining di usia 2-5 hari, positif jika TSH ≥ 20 mU/L
E. Skrining di usia 2-5 minggu, positif jika TSH ≥ 20 mU/L
Seorang bayi perempuan lahir dari ibu G1P0A0 usia kandungan 38-39 minggu
dengan riwayat hipertiroid sedang dalam pengobatan. Bayi lahir menangis
spontan. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 110, RR 30, Suhu 36.0, lidah besar, kulit
kering.
Kapan waktu yang tepat jika dokter ingin melakukan pemeriksaan skrining
hipotiroid kongenital pada anak dan bagaimana interpretasinya?
A. Skrining di usia 2-5 jam, positif jika TSH ≥ 10 mU/L
B. Skrining di usia 2-5 jam, positif jika TSH ≥ 20 mU/L
C. Skrining di usia 2-5 hari, positif jika TSH ≥ 10 mU/L
D. Skrining di usia 2-5 hari, positif jika TSH ≥ 20 mU/L
E. Skrining di usia 2-5 minggu, positif jika TSH ≥ 20 mU/L
2

ANAMNESIS PEMERIKSAAN FISIK PEMERIKSAAN PENUNJANG

•Kelahiran postdate •Ubun ubun besar •Pemeriksaan darah


•Retardasi perkembangan •Dull face •TSH, fT4, Darah lengkap
•Gagal tumbuh/pendek •Lidah besar (makroglossi) •Radiologi
•Malas minum ASI •Kulit kering •Bone age, skintigrafi tiroid
•Suara menangis serak •Hernia umbilikalis •Skrining fungsi tiroid
•Riwayat lahir di daerah •Hipoaktif •Skrining di usia 2-5 hari, positif
endemik kekurangan iodium •Mottling, jaundice jika TSH ≥ 20 mU/L
•Sekilas mirip syndrome down

147
2

Tanda dan Gejala Skor


Kesulitan Minum 1
Obstipasi 1
Kurang aktif/letargi 1
Hipotonia 1
Hernia umbilicalis 1
Macroglossia 1
Skin mottling 1
Kulit kering 1.5
Fontanella posterior terbuka 1.5 Bila skor >4 à curiga hipotiroid kongenital
Coarse facies 3
Total 13

148
2

Terapi L-Tiroksin

DOSIS
USIA
(microgram/kg/hari)
0-3 bulan 10-15
3-6 bulan 8-10
6-12 bulan 6-8
1-5 tahun 4-6
6-12 tahun 3-5
> 12 tahun 2-4

149
Hipotiroid Kongenital
Faktor Resiko: Tanda dan Gejala Skor
• Riwayat lahir di daerah Kesulitan Minum 1
endemik kekurangan
iodium
Hipotiroid kongenital Obstipasi 1
Kurang aktif/letargi 1
Hipotonia 1
Hernia umbilicalis 1
Diagnosis Macroglossia 1
• Skoring à Skor Billewicz >4 Skin mottling 1
Manifestasi Klinis • Skrining à kadar TSH ≥ 20 mU/L Kulit kering 1.5
Ubun ubun besar pada usia 2-5 hari Fontanella posterior terbuka 1.5
Dull face • Pemeriksaan darah à TSH, fT4, Coarse facies 3
Lidah besar (makroglossi) Darah lengkap Total 13
Kulit kering • Radiologi à Bone age, skintigrafi
Hernia umbilikalis tiroid
Hipoaktif
Mottling, jaundice
Sekilas mirip syndrome down

Tatalaksana
•Pemberian L-tiroksin sedini mungkin

Keterlambatan terapi pada hipotiroid


kongenital dapat berujung kepada
terjadinya Kretinisme

150
A. Skrining di usia 2-5 jam, positif jika TSH ≥ 10 mU/L à tidak tepat
B. Skrining di usia 2-5 jam, positif jika TSH ≥ 20 mU/L à tidak tepat
C. Skrining di usia 2-5 hari, positif jika TSH ≥ 10 mU/L à tidak tepat
D. Skrining di usia 2-5 hari, positif jika TSH ≥ 20 mU/L
E. Skrining di usia 2-5 minggu, positif jika TSH ≥ 20 mU/L à tidak tepat

151
19
Seorang anak laki-laki usia 9 tahun diantar kedua orang tuanya ke klinik tumbuh
kembang karena postur tubuh anak yang sangat tinggi di atas rata-rata anak
seusianya. Keluhan lainnya disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
100/80 HR 100 RR 20 suhu 37.0, perawakan tinggi dan gemuk, makrosefali,
pertumbuhan tangan dan kaki yang berlebihan, dengan kulit jari-jari tangan dan
kaki yang tebal.
Mekanisme keluhan pada pasien di atas adalah?
A. Menurunnya aktivitas IGF-I sebelum lempeng pertumbuhan epifisis menutup
B. Meningkatnya aktivitas IGF-I sebelum lempeng pertumbuhan epifisis menutup
C. Menurunnya aktivitas IGF-I setelah lempeng pertumbuhan epifisis menutup
D. Meningkatnya aktivitas IGF-I setelah lempeng pertumbuhan epifisis menutup
E. Meningkatnya aktivitas IGF-I sepanjang hidupnya
Seorang anak laki-laki usia 9 tahun diantar kedua orang tuanya ke klinik tumbuh
kembang karena postur tubuh anak yang sangat tinggi di atas rata-rata anak
seusianya. Keluhan lainnya disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan TD
100/80 HR 100 RR 20 suhu 37.0, perawakan tinggi dan gemuk, makrosefali,
pertumbuhan tangan dan kaki yang berlebihan, dengan kulit jari-jari tangan dan
kaki yang tebal.
Mekanisme keluhan pada pasien di atas adalah?
A. Menurunnya aktivitas IGF-I sebelum lempeng pertumbuhan epifisis menutup
B. Meningkatnya aktivitas IGF-I sebelum lempeng pertumbuhan epifisis menutup
C. Menurunnya aktivitas IGF-I setelah lempeng pertumbuhan epifisis menutup
D. Meningkatnya aktivitas IGF-I setelah lempeng pertumbuhan epifisis menutup
E. Meningkatnya aktivitas IGF-I sepanjang hidupnya
1

Definisi
• Gigantisme merupakan keadaan dimana terjadi abnormalitas
pertumbuhan yang cepat oleh karena aktivitas insulin-like growth factor-
1(IGF-I) sebelum lempeng pertumbuhan epifisis menutup.

Manifestasi Klinis
• Perawakan tinggi
• Obesitas ringan hingga sedang
• Makrosefali
• Pertumbuhan tangan dan kaki yang berlebihan, dengan kulit jari-jari
tangan dan kaki yang tebal

Diagnosis
• Kadar IGF-1
• Kadar Growth Hormone (GH)
• MRI kepala
Gigantisme
Faktor Resiko:
• genetik
Gigantisme

Manifestasi klinis
• Perawakan tinggi
Definisi • Obesitas ringan hingga sedang
Gigantisme merupakan • Makrosefali
keadaan dimana terjadi • Pertumbuhan tangan dan kaki
abnormalitas pertumbuhan yang berlebihan, dengan kulit jari-
yang cepat oleh karena jari tangan dan kaki yang tebal
aktivitas insulin-like growth
factor-1(IGF-I) sebelum
lempeng pertumbuhan epifisis
menutup.
Diagnosis
•Kadar IGF-1
•Kadar Growth Hormone (GH)
•MRI kepala

156
A. Menurunnya aktivitas IGF-I sebelum lempeng pertumbuhan epifisis menutup
à meningkat
B. Meningkatnya aktivitas IGF-I sebelum lempeng pertumbuhan epifisis
menutup
C. Menurunnya aktivitas IGF-I setelah lempeng pertumbuhan epifisis menutup
à sebelum lempeng menutup
D. Meningkatnya aktivitas IGF-I setelah lempeng pertumbuhan epifisis
menutup à sebelum lempeng menutup
E. Meningkatnya aktivitas IGF-I sepanjang hidupnya à sebelum lempeng
menutup

157
20
Seorang anak perempuan usia 9 bulan datang dibawa ibunya ke puskesmas
dengan keluhan ruam muncul diseluruh tubuh tadi pagi saat bangun tidur.
Sebelumnya, 2 hari yang lalu pasien demam naik turun, turun jika diberikan obat
penurun panas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 110 RR 22 Suhu 38.3, ruam
makulo popular generalisata, pembesaran kelenjar getah bening di posterior
leher.
Tanda patognomik penyakit pada pasien di atas adalah?
A. Koplik’s spot
B. Rose spot
C. Forscheimer spot
D. Strawberry tongue
E. Slapped cheek
Seorang anak perempuan usia 9 bulan datang dibawa ibunya ke puskesmas
dengan keluhan ruam muncul diseluruh tubuh tadi pagi saat bangun tidur.
Sebelumnya, 2 hari yang lalu pasien demam naik turun, turun jika diberikan obat
penurun panas. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 110 RR 22 Suhu 38.3, ruam
makulo popular generalisata, pembesaran kelenjar getah bening di posterior
leher.
Tanda patognomik penyakit pada pasien di atas adalah?
A. Koplik’s spot
B. Rose spot
C. Forscheimer spot
D. Strawberry tongue
E. Slapped cheek
4A

Nama lain: Campak jerman

Etiologi: Rubella virus

Klinis

• Masa prodromal 1-5 hari dengan demam subfebris, malaise,


anoreksia, konjungtivitis ringan, nyeri tenggorkan, batuk,
limfadenopati.
• Gejala cepat menurun setelah hari pertama timbul ruam
• Demam 38 - 38.7oC, biasanya timbul dan hilang bersamaan
dengan ruam kulit
• Ruam mulai di muka dan menyebar ke leher, badan, dan
ekstremitas dengan cepat
• Forscheimer spot : bercak pinpoint warna merah muda di
palatum mole sampai uvula. Muncul saat prodromal sampai
1 hari setelah ruam

161
Demam dengan Ruam
Definisi Demam dengan ruam pada anak

Suatu penyakit yang bermanifestasi


sebagai erupsi difus pada kulit (ruam)
à berhubungan dengan penyakit
Makulopapular Papulovesikular
sistemik oleh infeksi

Telapak tangan,
Dermatomal
Demam + ruam Demam à ruam Seluruh tubuh telapak kaki,
tunggal
dan mulut

“Slapped Wajah ke tubuh, Limfadenopati Varicella/ Herpes zoster/ Hand foot mouth
Tubuh à wajah
cheek” dan 3c (cough, postauricular Chickenpox/ Shingles disease
dan ekstremitas
ruam “lacy” coryza, dan suboccipital Cacar air (VZV) (Reaktivasi VZV) (Coxsackie A16)
conjunctivitis) +
koplik spot
Eritema Rubella/ Roseola
infeksiosum Campak jerman infantum
(Parvovirus B19) (Rubellavirus) (HHV 6)
Rubeola/measles/
Morbili/campak
(Morbilivirus)

162
Demam dengan Ruam
Definisi
Demam dengan ruam pada anak
Suatu penyakit yang bermanifestasi
sebagai erupsi difus pada kulit (ruam)
à berhubungan dengan penyakit
sistemik oleh infeksi
Peteki/purpura Deskuamasi

Palpable purpura, Selangkangan à


arthritis, nyeri Tubuh à wajah tubuh, gejala
Ruam difusa, sepsis
abdominal, dan ekstremitas bersifat “crash and
glomerulonefritis burn”

Scarlet Penyakit Kawasaki


Henoch schonlein
Meningokosemia fever/demam
purpura (Autoimun)
scarlatina (GABHS)

163
A. Koplik’s spot à campak
B. Rose spot à demam thypoid
C. Forscheimer spot à rubella
D. Strawberry tongue à scarlet fever
E. Slapped cheek à eritema infeksiosum

164
21
Seorang bayi laki-laki usia 3 bulan datang dibawa ibunya ke puskesmas dengan
keluhan ruam muncul diseluruh tubuh tadi pagi saat bangun tidur. Pasien demam
sejak 4 hari yang lalu pasien , namun tadi pagi sudah turun dengan sendirinya.
Ruam muncul ketika anak tidak demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR
130 RR 25 Suhu 36.3, ruam generalisata, pemeriksaan lain dalam batas normal.
Diagnosis pasien di atas adalah?
A. Rubella
B. Rubeola
C. Roseola infantum
D. Kawasaki disease
E. Scarlet fever
Seorang bayi laki-laki usia 3 bulan datang dibawa ibunya ke puskesmas dengan
keluhan ruam muncul diseluruh tubuh tadi pagi saat bangun tidur. Pasien demam
sejak 4 hari yang lalu pasien , namun tadi pagi sudah turun dengan sendirinya.
Ruam muncul ketika anak tidak demam. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR
130 RR 25 Suhu 36.3, ruam generalisata, pemeriksaan lain dalam batas normal.
Diagnosis pasien di atas adalah?
A. Rubella
B. Rubeola
C. Roseola infantum
D. Kawasaki disease
E. Scarlet fever
3B

Nama lain: Exanthema subitum

Etiologi: Human herpes virus tipe 6

Klinis
• Demam tinggi mendadak (40oC), anak iritabel, anoreksia
• Bisa disertai gejala ISPA
• Demam menetap 3-5 hari dan turun mendadak hingga suhu
normal, diikuti muncul ruam dari sumbu tubuh lalu menyebar ke
kepala dan ekstremitas
• Ruam exanthema merah muda, tidak meninggalkan bekas berupa
pigmentasi atau deskuamasi

Terapi
• Self limiting
• Simtomatis (antipiretik)
Demam dengan Ruam
Definisi Demam dengan ruam pada anak

Suatu penyakit yang bermanifestasi


sebagai erupsi difus pada kulit (ruam)
à berhubungan dengan penyakit
Makulopapular Papulovesikular
sistemik oleh infeksi

Telapak tangan,
Dermatomal
Demam + ruam Demam à ruam Seluruh tubuh telapak kaki,
tunggal
dan mulut

“Slapped Wajah ke tubuh, Limfadenopati Varicella/ Herpes zoster/ Hand foot mouth
Tubuh à wajah
cheek” dan 3c (cough, postauricular Chickenpox/ Shingles disease
dan ekstremitas
ruam “lacy” coryza, dan suboccipital Cacar air (VZV) (Reaktivasi VZV) (Coxsackie A16)
conjunctivitis) +
koplik spot
Eritema Rubella/ Roseola
infeksiosum Campak jerman infantum
(Parvovirus B19) (Rubellavirus) (HHV 6)
Rubeola/measles/
Morbili/campak
(Morbilivirus)

169
Demam dengan Ruam
Definisi
Demam dengan ruam pada anak
Suatu penyakit yang bermanifestasi
sebagai erupsi difus pada kulit (ruam)
à berhubungan dengan penyakit
sistemik oleh infeksi
Peteki/purpura Deskuamasi

Palpable purpura, Selangkangan à


arthritis, nyeri Tubuh à wajah tubuh, gejala
Ruam difusa, sepsis
abdominal, dan ekstremitas bersifat “crash and
glomerulonefritis burn”

Scarlet Penyakit Kawasaki


Henoch schonlein
Meningokosemia fever/demam
purpura (Autoimun)
scarlatina (GABHS)

170
A. Rubella à tidak tepat, ruam muncul saat panas tinggi
B. Rubeola à ada pembesaran KGB
C. Roseola infantum à ruam muncul saat panas turun
D. Kawasaki disease à ada gejala CREAM dan demam setidaknya 5 hari
E. Scarlet fever à patognomik ada strawberry tongue

171
22
Seorang bayi perempuan usia 7 hari datang diantar orang tua ke puskesmas
karena demam sejak 3 hari yang lalu. Demam disertai dengan mual muntah. Ibu
pasien juga mengatakan bahwa perut bayi kemerahan dan keluar cairan
kekuningan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 119 RR 30 Suhu 38.7, regio
umbilical eritema, terdapat pus dari umbilical cord.
Tatalaksana awal yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Resusitasi cairan parenteral
B. Berikan obat penurun panas
C. Berikan antibiotic secara oral
D. Bersihkan luka dengan povidone iodine
E. Berikan antibiotic secara parenteral
Seorang bayi perempuan usia 7 hari datang diantar orang tua ke puskesmas
karena demam sejak 3 hari yang lalu. Demam disertai dengan mual muntah. Ibu
pasien juga mengatakan bahwa perut bayi kemerahan dan keluar cairan
kekuningan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 119 RR 30 Suhu 38.7, regio
umbilical eritema, terdapat pus dari umbilical cord.
Tatalaksana awal yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Resusitasi cairan parenteral
B. Berikan obat penurun panas
C. Berikan antibiotic secara oral
D. Bersihkan luka dengan povidone iodine
E. Berikan antibiotic secara parenteral
4A

Definisi

•Infeksi pada sisa tali pusat dan umbilikus dan jaringan sekitarnya pada bayi baru lahir

Etiologi

•Infeksi polimikrobial
•Staphylococcus aureus
•Streptococcus pyogenes, dll

Manifestasi Klinis

•Keluar pus / darah dari sisa tali pusat


•Bau busuk area umbilikus
•Gejala sistemik meliputi:
•Demam
•Poor feeding
•Irritable
175
4A

Pemeriksaan Penunjang

• Laboratorium
• Darah lengkap: Leukositosis
• Kultur discharge: untuk menentukan etiologi

Tatalaksana

• Umbilical cord care à terapi awal


• Chlorhexidine 4% setiap hari ATAU
• Povidone iodine setiap hari
• Dilakukan rutin hingga tali pusat terlepas sendiri

• Antibiotik parenteral → terapi utama


• Ampisilin 50 mg/kgBB tiap 12 jam DITAMBAH
• Gentamisin 3-5 mg/kgBB 1x/hari

176
Omfalitis
Faktor Resiko:
• hiegiene
Omfalitis

Manifestasi klinis
• Keluar pus / darah dari sisa tali
pusat
• Bau busuk area umbilikus
• Gejala sistemik meliputi:
Definisi • Demam
Infeksi pada sisa tali pusat dan • Poor feeding
umbilikus dan jaringan • Irritable
sekitarnya pada bayi baru
lahir

Tatalaksana
•Umbilical cord care terapi awal
• Chlorhexidine 4% setiap hari ATAU
• Povidone iodine setiap hari
• Dilakukan rutin hingga tali pusat terlepas sendiri

•• Antibiotik parenteral → terapi utama


• Ampisilin 50 mg/kgBB tiap 12 jam DITAMBAH
• Gentamisin 3-5 mg/kgBB 1x/hari

177
A. Resusitasi cairan parenteral à lihat apakah ada dehidrasi, bukan tx awal
pada omfalitis
B. Berikan obat penurun panas à bukan terapi awal
C. Berikan antibiotic secara oral à secara parenteral
D. Bersihkan luka dengan povidone iodine
E. Berikan antibiotic secara parenteral à terapi definitif

178
23
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun diantar orang tua ke puskesmas
karena anak rewel dan tidak mau makan. Demam dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Pasien mengeluhkan nyeri pada sekitar pipi hingga ke telinga, sehingga nyeri
ketika digunakan untuk menelan. Teman bermain pasien juga sedang
mengalami gejala yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 120 RR 23
Suhu 38.1, bengkak pada pipi kanan, kemerahan, dan nyeri tekan. Fluktuasi (-).
Mekanisme penyebaran penyakit pada kasus di atas adalah?
A. Secara fekal – oral
B. Secara droplet
C. Secara sentuhan pada cairan tubuh
D. Ditularkan melalui serangga
E. Ditularkan melalui luka pada tubuh
Seorang anak perempuan berusia 4 tahun diantar orang tua ke puskesmas
karena anak rewel dan tidak mau makan. Demam dirasakan sejak 2 hari yang
lalu. Pasien mengeluhkan nyeri pada sekitar pipi hingga ke telinga, sehingga
nyeri ketika digunakan untuk menelan. Teman bermain pasien juga sedang
mengalami gejala yang sama. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 120 RR 23
Suhu 38.1, bengkak pada pipi kanan, kemerahan, dan nyeri tekan. Fluktuasi (-).
Mekanisme penyebaran penyakit pada kasus di atas adalah?
A. Secara fekal – oral
B. Secara droplet
C. Secara sentuhan pada cairan tubuh
D. Ditularkan melalui serangga
E. Ditularkan melalui luka pada tubuh
4A

Definisi

• Infeksi dari virus Mumps

Etiologi

• Virus Mumps (paramyxoviridae)


• Transmisi: Droplet airborne
• Sangat menular à 3 hari sebelum dan 9 hari sesudah
pembengkakan parotis

Manifestasi Klinis

• Periode inkubasi à 16-18 hari


• Gejala prodromal (durasi 3-4 hari)
• Demam, malaise, nyeri otot&kepala, anorexia
• Parotitis Mumps (durasi ≥2 hari)
• Bengkak parotis bilateral (bisa unilateral juga)
• Inflamasi di daerah antara lobus aurikula dan angulus mandibula

182
4A

Pemeriksaan Penunjang

• RT-PCR dari serum atau swab oral


• Kultur virus
• Serologi à IgM Mumps positif

Tatalaksana à Bersifat Self-limiting

• Suportif
• Analgetik (NSAID, Paracetamol)
• Cairan
• Kompres dingin untuk bengkak

Komplikasi

• Orchitis Mumps (pada laki-laki)


• 4-8 hari setelah pembengkakan parotis
• Testis membesar dan nyeri bilateral

183
Mumps
Faktor Resiko:
• Lingkungan keluhan
yang sama Mumps

Manifestasi klinis
• Demam, malaise, nyeri
otot&kepala, anorexia
Definisi • Parotitis Mumps (durasi ≥2 hari)
Infeksi dari virus Mumps • Bengkak parotis bilateral (bisa
unilateral juga)
• Inflamasi di daerah antara lobus
aurikula dan angulus mandibula

Tatalaksana
•Suportif
•Analgetik (NSAID, Paracetamol)
•Cairan
•Kompres dingin untuk bengkak

184
A. Secara fekal – oral à tidak tepat
B. Secara droplet
C. Secara sentuhan pada cairan tubuh à tidak tepat
D. Ditularkan melalui serangga à tidak tepat
E. Ditularkan melalui luka pada tubuh à tidak tepat

185
24
Seorang bayi usia 1 hari datang diantar ibunya dengan membewa rujukan ke
poli anak. Pasien lahir dengan ruam kebiruan diseluruh tubuhnya. Ibu merupakan
G1P1A0 dengan Riwayat demam saat usia kehamilan 18 bulan tetapi tidak
berobat dan hanya mengonsumsi obat warung saja. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan HR 140 RR 50 Suhu 37.8, gambaran blueberry muffin baby, mikrosefali,
tuli sensorineural, dan korioretinitis. Pada pemeriksaan foto kepala didapatkan
kalsifikasi periventricular.
Tatalaksana yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Spiramisin
B. Pirimetamine
C. Sulfadiazine
D. Valasiklovir
E. Ganciclovir
Seorang bayi usia 1 hari datang diantar ibunya dengan membewa rujukan ke
poli anak. Pasien lahir dengan ruam kebiruan diseluruh tubuhnya. Ibu merupakan
G1P1A0 dengan riwayat demam saat usia kehamilan 18 bulan tetapi tidak
berobat dan hanya mengonsumsi obat warung saja. Pada pemeriksaan fisik
didapatkan HR 140 RR 50 Suhu 37.8, gambaran blueberry muffin baby, mikrosefali,
tuli sensorineural, dan korioretinitis. Pada pemeriksaan foto kepala didapatkan
kalsifikasi periventricular.
Tatalaksana yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Spiramisin
B. Pirimetamine
C. Sulfadiazine
D. Valasiklovir
E. Ganciclovir
3B

Etiologi: Cytomegalovirus

Transmisi

• Maternal: cairan tubuh


• Fetus: transmisi transplasental
• Newborn: saat lahir atau dari air susu ibu

Manifestasi Klinis

• Hidrosefalus, Mikrosefali
• Kalsifikasi Periventrikular
• Tuli Sensorineural
• Korioretinitis

189
3B

Tatalaksana

• Tatalaksana suportif
• Ganciclovir, valganciclovir

190
Infeksi TORCH Kongenital
Infeksi Manifestasi Klinis Pemeriksaan Penunjang Tatalaksana
• ≤ 18 minggu : Spiramisin 3 x 1
• Trias:
gram
• Korioretinitis
Antibodi IgG dan IgM • > 18 minggu/Neonatus :
Toxoplasmosis • Hidrosefalus
PCR Pirimetamine/Sulfadiazine +
• Kalsifikasi intracranial difus
Leucovorin (Asam folat) sampai
• Purpura dan petekie (blueberry muffin rash)
aterm
VDRL atau RPR
• Jaundice dan hepatosplenomegaly
Sifilis Dark Field Microscopy • Inj. BPG 2,4 juta IU
• Ruam makulopapular
PCR

• IUGR, premature Antibodi IgG dan IgM • Asiklovir 5 x 800 mg selama 7 hari
Varicella Zooster
• Korioretinitis, katarak PCR • VZIG

• Katarak
• Tuli kongenital Antibodi IgG dan IgM
Rubella • Profilaksis: Vaksinasi
• Kelainan jantung (PDA, dll) PCR
• Purpura dan petekie (blueberry muffin rash)

• Korioretinitis
• Ibu: Valasiklovir
Cytomegalovirus • Mikrosefali Antibodi IgG dan IgM
• Neonatus: Ganciclovir
(CMV) • Kalsifikasi intracranial (intraventrikuler) PCR
• Terminasi Kehamilan
• Peteki, purpura, jaundice

• IUGR, premature • Asiklovir IV 5 mgBB / 8 jam


Herpes Simplex PCR
• Lesi SEM Involvement (Skin Eye Mouth) selama 7 – 10
Virus (HSV) Kultur
• CNS Involvement : meningoencephalitis • Piluhan persalinan : SC
A. Spiramisinà tx toxoplasma < 18 minggu
B. Pirimetamine à tx toxoplasma > 18 minggu
C. Sulfadiazineà tx toxoplasma > 18 minggu
D. Valasiklovirà tx CMV pada ibu
E. Ganciclovir à tx CMV pada anak

192
25
Seorang anak usia 17 bulan datang ke IGD karena sesak napas sejak 1 jam SMRS.
Keluhan disertai dengan demam dan batuk pilek sejak 3 hari yang lalu. Riwayat
asma dalam keluarga disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 120 RR 40
Suhu 38.0, wheezing pada kedua lapang paru, retraksi intercostal. Pemeriksaan
laboratorium darah rutin didapatkan dalam batas normal.
Gambaran pada foto dada bila dilakukan adalah?
A. Atelektasis
B. Perselubungan pada satu lobus
C. Hiperaerasi
D. Honeycomb appearance
E. Patchy infiltrate
Seorang anak usia 17 bulan datang ke IGD karena sesak napas sejak 1 jam
SMRS. Keluhan disertai dengan demam dan batuk pilek sejak 3 hari yang lalu.
Riwayat asma dalam keluarga disangkal. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR
120 RR 40 Suhu 38.0, wheezing pada kedua lapang paru, retraksi intercostal.
Pemeriksaan laboratorium darah rutin didapatkan dalam batas normal.
Gambaran pada foto dada bila dilakukan adalah?
A. Atelektasis
B. Perselubungan pada satu lobus
C. Hiperaerasi
D. Honeycomb appearance
E. Patchy infiltrate
3B

Definisi
• Inflamasi bronkioli pada bayi < 2 tahun

Etiologi
• RSV (tersering)
• Rhinovirus
• Adenovirus

Faktor Risiko
• Sosioekonomi rendah, ortu perokok, prematuritas, PJB

Gejala Klinis
• Demam (tidak terlalu tinggi)
• Rhinorrhea, nasal discharge
• Batuk kering dan mengi→khas

196
3B

Pemeriksaan Fisik

• Takipnea
• Wheezing (+)
• Retraksi dinding dada
• Fine inspiratory crackles pada seluruh lapang paru

Pemeriksaan Penunjang

• Saturasi oksigen : ≤ 92% → ruang intensif


• Foto thorax : hiperaerasi, air trapping

Tatalaksana
Suportif : oksigen, antipiretik, nebulisasi SABA

197
Gejala:
- Batuk

Diagnosa Banding -
-
Sesak
(+/-) Demam

Wheezing (+) Wheezing (-) Bronkopneumonia

Demam (+) • Etiologi: S. Pneumonia


Demam (-) > 2 Minggu • Klinis umum: Batuk, napas
Usia < 2 tahun Tidak
cepat, demam
• Pemeriksaan:
iya
Leukositosis, Rontgen: bercak
opaque
• Tatalaksana:
Bronkiolitis Asma TB Anak Pneumonia:
- Rawat jalan (tanpa tanda
bahaya)
• Etiologi: RSV
• Etiologi : M. Tuberculosis - Amoxicilin 2x40mgbb 3-5
• Klinis khas: • Pencetus:
• Klinis: Batuk, demam, bb hari
Mengi, batuk kering, demam Allergen, suhu dingin (mis:
tidak naik (>2 minggu) Pneumonia Berat:
subfebris malam hari)
• Pemeriksaan: Sputum, - Rawat inap
• Pemeriksaan: • Klinis: mengi, batuk kering
TCM, tuberculin - Ampicilin 50mgbb IM/IV / 6
Wheezing • Pemeriksaan:
• Tatalaksana: OAT jam +
Foto thorax: hiperaerasi, air Wheezing
TB Klinis: 2 RHZ / 4 RH - Gentamicin 7,5mgbb IM/IV
trapping Spirometri: FEV1 <80%
TB Bakteriologis: 2 RHZE / 4 / hari selama 5 hari
• Tatalaksana: Variabilitas >13%
RH atau
Oksigen, nebu SABA, • Tatalaksana: bronkodilator
- Ceftriaxone 80mgbb IM/IV /
antipiretik
hari
A. Atelektasis à BPD
B. Perselubungan pada satu lobus à pneumonia lobaris
C. Hiperaerasi
D. Honeycomb appearance à bronkiektasis
E. Patchy infiltrate à MAS

199
26
Seorang anak usia 3 tahun datang ke IGD RS karena keluhan sesak napas. Sesak
napas dirasakan sejak 4 jam SMRS. Keluhan didahului dengan batuk , pilek,
demam sumer sumer sejak 5 hari yang lalu yang belum membaik dengan obat
warung. Pasien masih mau makan minum porsi lebih sedikit dengan frekuensi
lebih sering. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 140, RR 70, Suhu 38.3, saturasi
darah 95 room air. Didapatkan rhonki di kedua lapang paru, tidak ada retraksi
dada. Rhontgen terdapat gambaran airbronchogram.
Tatalaksana yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Rawat jalan dengan antibiotic amoxicillin
B. Rawat jalan dengan antibiotic gentamisin
C. Rawat inap dengan antibiotic amoxicillin
D. Rawat inap dengan antibiotic ampicillin
E. Rawat inap dengan antibiotic ceftriaxone
Seorang anak usia 3 tahun datang ke IGD RS karena keluhan sesak napas. Sesak
napas dirasakan sejak 4 jam SMRS. Keluhan didahului dengan batuk , pilek,
demam sumer sumer sejak 5 hari yang lalu yang belum membaik dengan obat
warung. Pasien masih mau makan minum porsi lebih sedikit dengan frekuensi
lebih sering. Pada pemeriksaan fisik didapatkan HR 140, RR 70, Suhu 38.3, saturasi
darah 95 room air. Didapatkan rhonki di kedua lapang paru, tidak ada retraksi
dada. Rhontgen terdapat gambaran airbronchogram.
Tatalaksana yang tepat untuk pasien di atas adalah?
A. Rawat jalan dengan antibiotic amoxicillin
B. Rawat jalan dengan antibiotic gentamisin
C. Rawat inap dengan antibiotic amoxicillin
D. Rawat inap dengan antibiotic ampicillin
E. Rawat inap dengan antibiotic ceftriaxone
Definisi

• infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstitial.

Etiologi
• S. pneumoniae (tersering)
• Respiratory Syncytial Virus (RSV) tersering pada anak <3 tahun
• Adenovirus
• Parainfluenza virus dan influenza virus.
• Mycoplasma pneumonia dan Chlamydia pneumonia tersering pada anak >10 tahun.
Manifestasi Klinis

• Batuk atau kesulitan bernapas dengan satu tanda berikut


• Napas cepat
• Retraksi dinding dada bawah
• Kadang disertai ronkhi pada auskultasi
• Demam
• Kesulitan makan dan minum, tampak lemah

Batas Nafas Cepat / Tachypnoe anak

Usia RR (kali/menit)
< 2 bulan ≥ 60
2 – 12 bulan ≥ 50
1 – 5 tahun ≥ 40

204
4

Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium

• Leukositosis
• Pemeriksaan dahak à Kultur Sputum (Gold Standard)

Gambaran Radiologis

• Bronkopneumonia:
• Bercak opaque pada paru yang dapat berbentuk
nodul-nodul atau retikulonoduler dan dapat
berkonfluens.

205
206
Derajat dan Tatalaksana

Derajat Manifestasi Klinis Tatalaksana

• Batuk. Pernapasan cepat,


Rawat Jalan
Pneumonia Retraksi dinding dada,
Antibiotik:
Ringan • Demam
• Amoksisilin oral 2x40 mg/kg 3 – 5 hari
• Tanpa tanda bahaya

Rawat Inap
• Gejala dan tanda pneumonia Antibiotik:
• Saturasi O2 < 90% • Ampisilin 50 mg/kg atau benzylpenicilin 50.000
Pneumonia • Distres pernapasan berat U/kg IM/IV / 6 jam selama minimal 5 hari
Berat • Tanda bahaya (tidak mampu • Gentamisin 7,5 mg/kg IM/IV per hari selama
minum, letargi, penurunan minimal 5 hari
kesadaran) Jika gagal à
• Ceftriaxone 80 mg/kg IM/IV per hari

207
A. Rawat jalan dengan antibiotic amoxicillin
B. Rawat jalan dengan antibiotic gentamisin à pakai amox
C. Rawat inap dengan antibiotic amoxicillin à tidak ada tanda bahaya
D. Rawat inap dengan antibiotic ampicillin à tidak ada tanda bahaya
E. Rawat inap dengan antibiotic ceftriaxone à tidak ada tanda bahaya

208
27
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun datang diantar orang tua ke puskesmas
dengan keluhan batuk yang tidak berhenti-berhenti sejak 3 hari yang lalu. Batuk
terus-terusan dan sering terdengar seperti melengking. Kadang pasien harus
menarik napas secara dalam saat ingin batuk dan biasa diakhiri dengan muntah
berisi air. Pasien tidak dilakukan imunisasi sejak pertamakali lahir. Pada
pemriskaan fisik didapatkan HR 130 RR 29 Suhu 37.9. perdarahan konjungitva +/-,
menghitam di bagian mata.
Pernyataan yang tepat terkait kasus di atas adalah? Kecuali
A. Penyebab merupakan bakteri berbentuk basil
B. Penyebab merupakan gram positive
C. Penyebab disebut dengan Bordetella pertussis
D. Dapat ditularkan melalui droplet.
E. Bisa juga disebut dengan baruk 100 hari
Seorang anak laki-laki usia 5 tahun datang diantar orang tua ke puskesmas
dengan keluhan batuk yang tidak berhenti-berhenti sejak 3 hari yang lalu. Batuk
terus-terusan dan sering terdengar seperti melengking. Kadang pasien harus
menarik napas secara dalam saat ingin batuk dan biasa diakhiri dengan muntah
berisi air. Pasien tidak dilakukan imunisasi sejak pertamakali lahir. Pada
pemriskaan fisik didapatkan HR 130 RR 29 Suhu 37.9. perdarahan konjungitva +/-,
menghitam di bagian mata.
Pernyataan yang tepat terkait kasus di atas adalah? Kecuali
A. Penyebab merupakan bakteri berbentuk basil
B. Penyebab merupakan gram positive
C. Penyebab disebut dengan Bordetella pertussis
D. Dapat ditularkan melalui droplet.
E. Bisa juga disebut dengan baruk 100 hari
4A

Etiologi

Penyakit yang disebabkan oleh bakteri basil Gram negative Bordetella pertussis melalui droplet.
Nama lain:
• Batuk rejan / whooping cough
• 100 day cough

Faktor Risiko

• Belum imunisasi DPT


• Hamil
• Kontak erat dengan individu terinfeksi

212
4A

Manifestasi Klinis

Fase Manifestasi Klinis


Kataralis
Flu like symptomps
(hari 1 – 7)
• Batuk berat >2 minggu, whooping cough
• Setelah batuk diakhiri muntah, tercekik, sianosis, inspirasi
dalam dan, apneu. Pada bayi mungkin tidak disertai
Paroksismal whoop.
(hari 7 – 14) • Batuk dapat berlanjut sampai 3 bulan atau lebih.
• Anak infeksius selama 2 minggu sampai 3 bulan setelah
terjadinya penyakit
• Sering disertai perdarahan subkonjungtiva
Konvalesens
Proses penyembuhan
(hari 14 – 21)

213
4A

Pemeriksaan Penunjang

• Kultur dari swab nasofaring à diagnosis pasti


• Darah lengkap à leukositosis (limfositosis absolut)
• X-ray toraks à infiltrat perihiler, atelektasis, epiema
• Serologi à IgG toksis pertusis

Pemeriksaan Fase Kataral Fase Paroksismal Fase Konvalesens


Penunjang (1-2 minggu) (3-6 minggu) (>6 minggu)
Kultur ++ -/+ -
PCR ++ ++ -
Serologi -/+ ++ ++

214
4A

Tatalaksana

• Observasi ketat
• Terapi oksigen dan ventilasi mekanik
• Isolasi (terutama bayi) selama 4 minggu, diutamakan sampai 5-7 hari selesai pemberian antibiotik
• Kortikosteroid, albuterol, dan beta adrenergik à belum terbukti efektif

Usia Eritromisin Klaritromisin Azitromisin

Tidak
< 1 bulan
40-50mg/kg/hari direkomendasikan 10mg/kg/hari dosis
terbagi 4 dosis 15 mg/kg/hari tunggal selama
> 1 bulan selama 14 hari terbagi 2 dosis 5 hari
selama 7 hari
2 g/hari terbagi 4 1 g/hari terbagi 4 Hari 1:500 mg
Remaja
dosis selama 14 hari dosis selama 7 hari Hari 2-5: 250mg

215
Diagnosa Banding Stidor pada Anak
Pertussis Croup Epiglotittis Laryngomalacia
Haemophilus influenza tipe
Etiologi Bordetella Pertussis Parainfluenza virus Kongenital
b
Batuk Whooping cough Barking cough Tidak spesifik (-)
• Demam ringan • 4D (disfagia, drooling, Stridor inspirasi
demam tinggi, dan distres
• Batuk rejan • Demam ringan Dimulai usia 4-6 minggu,
Klinis khas napas)
• Daerah sekitar mata • Batuk menggonggong • Hot potato voice Memuncak usia 6-8 bulan,
menghitam • Posisi tripod Remisi usia 2 tahun
X-ray cervical:
Mikroskopis: X-ray cervical lateral à Laringoskopi :
Penunjang steeple sign/ pencil sign/
bakteri batang gram (-) Thumbprint sign Omega-shaped epiglottis
wine bottle sign
Ringan sedang: Dexamethason
Azitromisin 10mg/kg/hari dosis
PO
Tatalaksana tunggal selama
Berat : oksigen dan nebulisasi
Ceftriaxone + Vankomisin Observasi
5 hari
adrenalin/ epinefrin
A. Penyebab merupakan bakteri berbentuk basil à benar
B. Penyebab merupakan gram positive à gram negatif
C. Penyebab disebut dengan Bordetella pertussis à benar
D. Dapat ditularkan melalui droplet. à benar
E. Bisa juga disebut dengan baruk 100 hari à benar

217
28
Seorang anak perempuan usia 1 bulan dibawa orang tuanya ke poli anak karena
anak sering terlihat sesak berulang yang hilang timbul. Sesak hilang dengan
perubahan posisi bayi dari telentang menjadi miring kekanan atau kiri. Demam
atau keluhan lain disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 124 RR 22 Suhu 36.1,
pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Dokter akan melakukan pemeriksaan
laringoskopi untuk membantu menegakkan diagnosis.
Gambaran apa yang mungkin muncul pada laringoskop?
A. Bird beak sign
B. Rat tail sign
C. Omega shape
D. Coiling springs
E. Doughnut sign
Seorang anak perempuan usia 1 bulan dibawa orang tuanya ke poli anak
karena anak sering terlihat sesak berulang yang hilang timbul. Sesak hilang
dengan perubahan posisi bayi dari telentang menjadi miring kekanan atau kiri.
Demam atau keluhan lain disangkal. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 124 RR 22
Suhu 36.1, pemeriksaan fisik lain dalam batas normal. Dokter akan melakukan
pemeriksaan laringoskopi untuk membantu menegakkan diagnosis.
Gambaran apa yang mungkin muncul pada laringoskop?
A. Bird beak sign
B. Rat tail sign
C. Omega shape
D. Coiling springs
E. Doughnut sign
Definisi Etiologi

• Kelainan kongenital dari kartilago laring à supraglotis jatuh saat inspirasi à obstruksi
• Kemungkinan karena keterlambatan maturitas laring
• Dimulai usia 4-6 minggu, memuncak usia 6-8 bulan, remisi usia 2 tahun

Manifestasi Klinis
• Stridor inspirasi: memburuk pada posisi
terlentang, saat menangis dan makan
• Tidak ada kesulitan makan atau
pertumbuhan
• Gagal tumbuh dan gangguan
pernapasan saat tidur pada kasus yang
berat
Pemeriksaan penunjang

• Laringoskopi : Omega-shaped epiglottis

Tatalaksana
• Observasi à biasanya sembuh pada usia 2 tahun
• Operatif à pada kasus berat (gagal napas)

222
Laryngomalacia
Faktor Resiko:
• Gen
Laryngomalacia

Manifestasi klinis
• Stridor inspirasi: memburuk pada
posisi terlentang, saat menangis
dan makan
Definisi • Tidak ada kesulitan makan atau
Kelainan kongenital dari pertumbuhan
kartilago laring supraglotis • Gagal tumbuh dan gangguan
jatuh saat inspirasi obstruksi pernapasan saat tidur pada kasus
Kemungkinan karena yang berat
keterlambatan maturitas
laring
Dimulai usia 4-6 minggu,
memuncak usia 6-8 bulan,
remisi usia 2 tahun
Tatalaksana
•Observasi biasanya sembuh pada
usia 2 tahun
•Operatif pada kasus berat (gagal
napas)

223
A. Bird beak sign à barium enema akalasia
B. Rat tail signà barium enema akalasia
C. Omega shape à laringoskop laringomalacia
D. Coiling springs à foto abdomen ileus proximal
E. Doughnut sign à USG appendisitis

224
29
Seorang anak perempuan usia 3 tahun dibawa orang tuanya ke IGD karena
anak tampak lemas dan tertidur post kejang tadi pagi saat jalan-jalan pagi.
Kejang seluruh tubuh sekitar 10 detik 15 menit yang lalu, kejang seluruh tubuh,
mata mendelik ke atas. Pasien demam tinggi baru muncul tadi pagi saat mau
kejang. Sebelumnya demam sumer-sumer, disertai dengan BAB cair sebanyak
3x/hari sejak kemarin. Berat badan 11 kg. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 114 RR
22 Suhu 39.1, pemeriksaan fisik lain dan neurologis dalam batas normal.
Jika anak tiba-tiba kejang lagi tatalaksana yang dapat dilakukan adalah?
A. Berikan stesolid suppo 5 mg
B. Berikan stesolid suppo 10 mg
C. Diazepam IV bolus cepat 5 mg
D. Fenitoin IV bolus cepat 220 mg
E. Fenobarbital IV bolus cepat 220 mg
Seorang anak perempuan usia 3 tahun dibawa orang tuanya ke IGD karena
anak tampak lemas dan tertidur post kejang tadi pagi saat jalan-jalan pagi.
Kejang seluruh tubuh sekitar 10 detik 15 menit yang lalu, kejang seluruh tubuh,
mata mendelik ke atas. Pasien demam tinggi baru muncul tadi pagi saat mau
kejang. Sebelumnya demam sumer-sumer, disertai dengan BAB cair sebanyak
3x/hari sejak kemarin. Berat badan 11 kg. Pemeriksaan fisik didapatkan HR 114 RR
22 Suhu 39.1, pemeriksaan fisik lain dan neurologis dalam batas normal.
Jika anak tiba-tiba kejang lagi tatalaksana yang dapat dilakukan adalah?
A. Berikan stesolid suppo 5 mg
B. Berikan stesolid suppo 10 mg
C. Diazepam IV bolus cepat 5 mg
D. Fenitoin IV bolus cepat 220 mg
E. Fenobarbital IV bolus cepat 220 mg
4A

Definisi

Bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal >38oC) yang tidak
disebabkan oleh proses intrakranial maupun gangguan elektrolit.

Klasifikasi

• Terjadi pada anak usia


6 bulan – 60 bulan
• > 60 bulan : Kejang Demam Plus

228
4A

Pemeriksaan Penunjang

• Kejang demam simpleks


tidak butuh penunjang

• Kejang demam kompleks:

229
Tatalaksana Abortif

230
Profilaksis Intermiten

•Kelainan neurologis berat MED+EASY


•Berulang dalam 4x/tahun SUHU à <39
•Usia <6 bulan 4 à 4x / 1 tahun
•Kejang terjadi dengan suhu <39C 6 à < 6 bulan
•Apabila pada kejang sebelumnya, suhu meningkat cepat Celcius à C. Palsy

Diazepam oral 0,3 mg/kgBB/kali atau rektal 0,5 mg/kgBB/kali 3 x 1 selama 48 jam pertama demam

Profilaksis Maintenance/Rumatan

•Kejang lama >15 menit


•Kejang fokal
•Adanya kelainan neurologis à hemiparesis, paresis Todd, cerebral palsy, retardasi mental, hidrosefalus.

• Fenobarbital : 4-5 mg / kg BB/hari


• Asam Valproat : 15-40 mg/kg BB/hari
A. Berikan stesolid suppo 5 mgà BB < 12 kg
B. Berikan stesolid suppo 10 mgà BB > 12 kg
C. Diazepam IV bolus cepat 5 mg à bolus secara perlahan, jika sudah
terpasang jalur IV
D. Fenitoin IV bolus cepat 220 mgà dalam 20 menit, dilakukan jika dengan
diazepam IV masih kejang
E. Fenobarbital IV bolus cepat 220 mg à 10-20 mg/ menit, dilakukan jika
dengan diazepam IV masih kejang

232
30
Seorang anak laki-laki usia 3 tahun dibawa orang tua ke klinik tumbuh kembang
karena anak belum bisa berjalan, anak terlihat kesulitan untuk menopang berat
badannya. Ibu merupakan G1P1A0 dengan riwayat persalinan lama. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam batas normal, tonus otot kedua kaki
meningkat dengan peningkatan refleks.
Diagnosis pasien di atas adalah?
A. Cerebral palsy tipe spastik hemiplegi
B. Cerebral palsy tipe spastik diplegi
C. Cerebral palsy tipe spastik quadriplegi
D. Cerebral palsy tipe diskinetik
E. Cerebral palsy tipe athetoid
Seorang anak laki-laki usia 3 tahun dibawa orang tua ke klinik tumbuh kembang
karena anak belum bisa berjalan, anak terlihat kesulitan untuk menopang berat
badannya. Ibu merupakan G1P1A0 dengan riwayat persalinan lama. Pada
pemeriksaan fisik didapatkan TTV dalam batas normal, tonus otot kedua kaki
meningkat dengan peningkatan refleks.
Diagnosis pasien di atas adalah?
A. Cerebral palsy tipe spastik hemiplegi
B. Cerebral palsy tipe spastik diplegi
C. Cerebral palsy tipe spastik quadriplegi
D. Cerebral palsy tipe diskinetik
E. Cerebral palsy tipe athetoid
2

Definisi Faktor Resiko

• Merupakan suatu keadaan kerusakan jaringan otak yang menyebabkan gangguan motorik dan
postural non-progresif
• Faktor resiko:
• Kelahiran prematur
• Asfiksia perinatal - Trauma
• Malformasi intrakranial

Manifestasi Klinis

• Gangguan perkembangan motorik à keterlambatan tumbuh kembang


seperti, tengkurap, merangkak, duduk, berdiri dan berjalan.
• Abnormalitas tonus otot
• Postur abnormal à Scissors gait
• Keterbelakangan mental
• Gangguan bicara,bahasa dan oromotor

236
2

Tipe - Tipe
Cerebral Palsy

Tipe Spastik (pyramidal)


• Terdapat riwayat peningkatan tonus otot, hiperrefleks
• Tipe spastik Hemiplegik
• Kelainan terdapat pada salah satu sisi ekstremitas (sisi tubuh kanan/kiri)
• Tipe spastik Diplegik
• Kelemahan dominan terdapat pada ekstremitas bawah saja, dengan ekstremitas atas yang
tidak terlalu lemah/ tidak lemah sama sekali.
• Scissors gait
• Tipe spastik Quadriplegi
• Kelainan pada semua ekstremitas, dapat terjadi hipotonus atau hipertonus keempat
ekstremitas
Tipe Diskinetik / athetoid(ekstrapiramidal)
• Ditandai dengan gangguan postural dan koordinasi akibat hipotonus otot-otot penyangga
badan, gerakan involunter.

237
2

Tipe - Tipe
Cerebral Palsy

Tipe Ataxic
• Gangguan keseimbangan dan motorik yang membutuhkan koordinasi otot kecil contoh seperti
menulis, mengmbil cangkir.
Tipe Campuran
• Gabungan dari 2 tipe CP, seperti spastik-dyskinetik CP

238
A. Cerebral palsy tipe spastik hemiplegi à salah satu sisi tubuh (kanan, kiri)
B. Cerebral palsy tipe spastik diplegi à salah satu pasang ekstremitas (atas,
bawah)
C. Cerebral palsy tipe spastik quadriplegi à keempat ekstremitas
D. Cerebral palsy tipe diskinetik à Gerakan involunter
E. Cerebral palsy tipe athetoid à Gerakan involunter

239

You might also like