Diterjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia - www.onlinedoctranslator.

com
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023

Refleksi hubungan geodiversitas-budaya dalam

konsep jasa ekosistem abiotik

Lucie Kubaliková1* dan Paola Coratza2

1Institut Geonik Akademi Ilmu Pengetahuan Ceko, Drobného 28, 602 00 Brno, Republik
Ceko
2Departemen Ilmu Kimia dan Geologi, Universitas Modena dan Reggio Emilia,
Via Campi 103, 41125 Modena, Italia
LK,0000-0002-0508-048X
* Korespondensi:Lucie.Kubalikova@ugn.cas.cz

Abstrak:Hubungan antara geodiversitas dan budaya sangat erat dan sering terjadi, dan hal itu
tercermin dalam berbagai bidang, situasi, atau tingkatan yang berbeda-beda. Tujuan dari bab ini
bukan untuk memberikan gambaran menyeluruh tentang bagaimana geodiversitas
mempengaruhi budaya dan sebaliknya (karena topik ini telah dieksplorasi secara menyeluruh
dalam berbagai karya), tetapi bertujuan untuk menganalisis hubungan geodiversitas-budaya
dalam konsep ekosistem abiotik. layanan (atau layanan geosistem). Hubungan ini paling baik
terlihat dan dikenali dalam layanan budaya dan, pada akhirnya, pengetahuan; namun, jenis
layanan lain (provisioning, supporting) juga relevan. Selain itu, hubungan geodiversitas-budaya
tercermin dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dalam bahasa; dengan demikian, wawasan cepat
tentang topik ini juga disajikan.

Konsep geodiversity berasal dari awal 1990-an dan telah
berkembang menjadi paradigma geoscientific yang
signifikan, beragam dan berkembang.Abu-abu 2021).
Meskipun telah dibahas dan terkadang dipertanyakan (
Ollie 2012;Brocx dan Semeniuk 2019B), saat ini diterima
secara luas di komunitas ilmiah (Brilhaet al.2018), dan
selama beberapa dekade terakhir, masalah penilaian
dan pemetaannya telah ditangani oleh komunitas ilmiah
(Zwolinśkiet al.2018dan referensi di dalamnya).
Keanekaragaman hayati (atau alam abiotik) memiliki
banyak fungsi dan memberikan banyak layanan dan
manfaat bagi masyarakat manusia (Gordon dan Barron
2012;Abu-abu 2013). Selain itu, ia memiliki nilai intrinsik
yang terlepas dari fungsi-fungsi ini (Abu-abu 2013, 2021).
Fungsi dan manfaat ini dapat diidentifikasi, dijelaskan
dan dianalisis dalam konsep jasa ekosistem. Meskipun
ada banyak pendekatan kuantitatif untuk geodiversitas,
terutama diterapkan untuk studi skala regional dalam
konteks yang berbeda (misSerrano dan Ruiz Flaño 2007;
Hjort dan Luoto 2010;Ruban 2010;Pereiraet al.2013;
Pelliteroet al.2014;Tukiainenet al.2016;Zwolinśkiet al.
2018;Ferrandoet al.2021), dalam bab ini, penulis
mempertimbangkan geodiversitas sebagai entitas yang
bernilai netral, seperti yang didefinisikan olehAbu-abu
(2013).
Untuk lebih memahami hubungan geodiversitas-
budaya, diskusi tentang konstruk budaya diperlukan.
Budaya (dari bahasa Latinbudayaberasal daricoler,yang
berarti 'untuk mengolah', 'untuk cenderung', 'untuk
sampai ') adalah konsep multilevel yang sangat populer
dan kompleks yang telah dipelajari dan digunakan
dalam berbagai ilmu sosial (misalnya antropologi,
sosiologi, psikologi, manajemen) (lih.Tara et al.2009dan
referensi di dalamnya). Meskipun konsep budaya berusia
berabad-abad, dan meskipun beberapa upaya untuk
mendefinisikannya dan mengukur berbagai aspeknya
dapat ditelusuri kembali ke masa lalu, kesepakatan
umum tentang definisinya belum tercapai dalam
literatur. Pada tahun 1952,Kroeber dan Kluckhohn
menyusun daftar sekitar 200 definisi budaya yang
berbeda, dan tinjauan lain telah mengungkapkan bahwa
jumlah definisi meningkat (Soudijnet al.1990;Hofstede
2001). Tylor ([1871]1958, P. 1) berpendapat bahwa
budaya adalah 'keseluruhan kompleks yang meliputi
pengetahuan, kepercayaan, seni, moral, hukum, adat
istiadat, dan setiap kemampuan dan kebiasaan lain yang
diperoleh manusia sebagai anggota masyarakat'.
Hofstede (1980, P. 21) mendefinisikan budaya sebagai
'pemrograman kolektif dari pikiran yang membedakan
anggota satu kelompok dari yang lain'.Matsumoto (1996,
P. 16) membuat poin penting bahwa budaya 'dibagi oleh
sekelompok orang, tetapi berbeda untuk setiap individu,
dikomunikasikan dari satu generasi ke generasi
berikutnya'. UNESCO mendefinisikan budaya sebagai
'seperangkat fitur spiritual, material, intelektual, dan
emosional yang khas dari masyarakat atau kelompok
sosial, dan yang mencakup, selain seni dan sastra, gaya
hidup, cara hidup bersama, sistem nilai, tradisi, dan
kepercayaan' (UNESCO 2001). Definisi-definisi ini

Dari: Kubaliková, L., Coratza, P., Pál, M., Zwolinśki, Z., Irapta, PN dan van Wyk de Vries, B. (eds)Gambaran
Geodiversity dan Geoheritage.Masyarakat Geologi, London, Publikasi Khusus,530, https://doi.org/10.1144/
SP530-2022-155
© 2023 Penulis. Diterbitkan oleh The Geological Society of London. Seluruh hak cipta.
Untuk izin:http://www.geolsoc.org.uk/permissions. Penafian penerbitan:www.geolsoc.org.uk/pub_ethics
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
L. Kubaliková dan P. Coratza
menyoroti bagaimana budaya, dalam arti luas, dapat
dianggap sebagai semua nilai material dan spiritual yang
diciptakan oleh masyarakat manusia sepanjang sejarah.
Budaya adalah produk masyarakat, dinamis dan adaptif,
bervariasi dari masyarakat ke masyarakat, dimiliki bersama
oleh orang-orang dan rentan ditransmisikan dari satu
generasi ke generasi berikutnya.
Hubungan antara geodiversity/geoheritage dan
budaya/warisan budaya telah banyak dianalisis dan
didiskusikan dalam berbagai karya dan dari berbagai
sudut pandang.Panizza dan Piacente (2003)
menyajikan konsep geomorfologi budaya yang
terkait, misalnya, dengan penggunaan lanskap dan
geodiversity secara historis.Larwoodet al. (2017)
mengeksplorasi hubungan antara fitur alam dan
budaya dari lanskap dan relevansinya dengan
konservasi dan pengelolaan terpadu.Gordon (2012A,
2012B,2018) mengkaji hubungan antara
geodiversitas, lanskap dan budaya, serta isu estetika
geodiversitas dan lanskap.Reynard dan Giusti (2018)
merenungkan proses pembuatan warisan dan
hubungan antara lanskap budaya dan geoheritage.
Coratza dan Hoblea (2018) membahas kekhasan
warisan geomorfologi, yang sering mencakup fitur
budaya tertentu. Banyak karya, proyek dan makalah
yang mempelajari hubungan warisan geoheritage-
budaya dapat ditemukan dalam karya yang lebih
baruPijet-Migoń dan Migoń (2022).Perkotaanet al. (
2022)juga menyajikan beberapa contoh relevansi
budaya geoheritage (atau geosites), dan mereka
menggunakan konsep layanan ekosistem abiotik
untuk membenarkan kebutuhan geokonservasi.
Meskipun kontroversial, perlu disebutkan bahwa,
dalam beberapa kasus, nilai uang dari jasa ekosistem
abiotik juga dapat menunjukkan pentingnya
keanekaragaman hayati dan relevansinya bagi
budaya dan masyarakat manusia (Brouweret al.2013;
Queiroz dan Garcia 2022).
Banyak penulis telah merefleksikan hubungan
geodiversity/geoheritage-culture/cultural heritage
dalam geosite dan bidang penelitian geomorphosite
di lingkungan yang berbeda (Soldatiet al.2008)
seperti daerah pesisir (Lollino dan Pagliarulo 2008;
Coratzaet al.2016;Selmiet al.2019), daerah perkotaan
(Del Monteet al.2013;Palacio-Prieto 2015;Chan dan
Godsey 2016;Huruf pikaet al.2016;De Wever et al.
2017;Habibiet al.2018;Portal dan Kerguillec 2018;
Kubalikováet al.2020,2021), daerah pegunungan (
Bollatiet al.2015;Giordanoet al.2016; Mauerhoferet
al.2018;Esiket al.2019;Klachula 2020), kawasan karst (
Asrat 2015;Sendjajaet al.2020; Antićet al.2022),
daerah vulkanik (Zangmo Tefogoumet al.2014,2017;
Mouftiet al.2015;Szepesi et al.2017) dan daerah
gurun (Boukhchimet al.2018; Finziet al.2019;Younes
Arradet al.2020). Mengevaluasi nilai-nilai budaya
(atau karakteristik) adalah bagian standar dari
metode penilaian geosite dan geomorfosit (Brilha
2016;Reynardet al.2016). Berbeda
kriteria yang digunakan: baik pernyataan sederhana
yang menunjukkan bahwa nilai/karakteristik budaya
ada/tidak ada atau penilaian yang lebih rinci tentang
keragaman dalam fitur budaya yang terkait dengan
aspek ilmu bumi dari suatu situs, terutama ketika
menilai situs geo-budaya (Boukhchimet al.2018;Reynard
dan Giusti 2018;Selmiet al.2019;Kubalikováet al.2020)
atau lokasi penambangan geo dan yang diubah secara
antropogenik (Margiotta dan Sanso 2016;Baczynśkaet al.
2018;Carrion Meroet al.2018;Kubalikováet al. 2019).
Perlu disebutkan bahwa beberapa karya tersebut di atas
telah tercermin terutama pada hubungan antara
geoheritage dan warisan budaya. Namun, menurut
pendekatan Gray (keanekaragaman hayati sebagai istilah
netral-nilai yang menjelaskan berbagai fenomena abiotik di
Bumi), warisan geo hanya mewakili satu bagian dari
keanekaragaman hayati (bagian spesifik dari
keanekaragaman hayati dengan nilai yang diberikan oleh
masyarakat manusia).Abu-abu (2013)juga menunjukkan
bahwa geodiversity adalah tulang punggung geoheritage,
dan geoheritage terdiri dari bagian-bagian dari 'geodiversity
teridentifikasi' Bumi yang dianggap layak untuk dikonservasi
karena kepentingan/nilainya.
Tujuan dari bab ini adalah untuk mengeksplorasi
geodiversitas dan hubungan budaya dalam konsep jasa
ekosistem. Tidak diragukan lagi, hubungan antara
geodiversitas dan budaya paling baik terlihat dalam jasa
ekosistem budaya (dan jasa pengetahuan); namun,
dalam kelompok jasa ekosistem lainnya, hubungan ini
juga relevan. Selain itu, kami ingin menyentuh beberapa
masalah geodiversitas dan hubungan budaya yang
kurang dikenal, seperti hubungan antara geodiversity
dan bahasa, geodiversity dan toponim atau geodiversity
dan obat-obatan, dan mengaitkan fitur-fitur ini dalam
skema ekosistem abiotik (atau geosistem) jasa.
Refleksi hubungan geodiversitas-
budaya dalam konsep jasa ekosistem
abiotik
Layanan ekosistem abiotik atau layanan geosistem
sebelumnya telah dibahas dan diklasifikasikan dalam
beberapa karya (Abu-abu 2013,2018,2021;van Ree dan
van Beukering 2016;van Reeet al.2017;Haines-Young dan
Potschin 2018;Rubahet al.2020). Klasifikasi jasa
ekosistem abiotik biasanya mengikuti skema tradisional
jasa ekosistem (ES) seperti yang diberikan dalam
Penilaian Ekosistem Milenium (Reid et al.2005): jasa
pendukung, pengaturan, penyediaan dan kebudayaan.
Abu-abu (2013)mengusulkan kelompok khusus yang
disebut layanan pengetahuan, yang terkait erat dengan
ES budaya. Dalam bab ini, kami mengikuti skema ini (
Reidet al.2005;Abu-abu 2013), menyadari bahwa,
misalnya,Haines-Young dan Potschin (2018)
menggunakan klasifikasi lain.
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
Hubungan geodiversitas-budaya
Berkaitan dengan posisi hubungan geodiversity-
culture dalam konsep ES, tidak hanya jasa ekosistem
geodiversity culture dan knowledge yang mengacu pada
budaya. Selagimengatur layanangeodiversitas
didefinisikan sebagai cara-cara di mana proses alami
mengatur lingkungan (Abu-abu 2018), itulayanan
pendukung dan penyediaantampaknya lebih erat terkait
dengan masyarakat manusia dan budaya. Berdasarkan
klasifikasi layanan geosistem Gray, ES pendukung yang
terkait dengan budaya diwakili oleh 'Tanah dan air
sebagai platform untuk aktivitas manusia' dan
'Penguburan dan penyimpanan' (Abu-abu 2013, P. 126).
Penyediaan ES juga mencerminkan keterkaitan
geodiversitas-budaya (geodiversitas sebagai sumber
daya: makanan dan minuman, nutrisi dan mineral,
bahan bakar, bahan konstruksi, bahan industri, produk
hias, fosil).Layanan budayatermasuk manfaat mental
dan fisik dan terkait dengan kesejahteraan, kualitas
lingkungan, pariwisata dan rekreasi, makna budaya dan
spiritual, inspirasi artistik atau pengembangan
masyarakat.Layanan pengetahuantermasuk
kemungkinan merekonstruksi sejarah Bumi, termasuk
lingkungan dan iklim masa lalu, pemantauan lingkungan
dan peramalan atau geoeducation (Abu-abu 2013;
Gordon 2018).
Mempertimbangkan kembali istilah geodiversity dan
geoheritage dan mempertimbangkan definisinya,
muncul pertanyaan: di mana posisi geoheritage (sebagai
bagian dari geodiversity yang memiliki nilai warisan dari
sudut pandang ilmiah atau estetika) dalam konsep jasa
ekosistem abiotik ? Pertama, harus disebutkan bahwa
istilah 'nilai' seperti yang digunakan dalam bab ini tidak
selalu mencerminkan nilai moneter, khususnya dalam
hal jasa geosistem budaya (Ikanet al.2016;Hironet al.
2016). Literatur ilmiah mengungkapkan bahwa istilah
geodiversity dan geoheritage jelas terkait, tetapi tidak
tepat untuk menyamakan geoheritage yang berharga
dengan geodiversity tinggi (Migon 2021). Jelaslah bahwa
geodiversity adalah entitas yang jauh lebih luas daripada
geoheritage.Carcavillaet al. (2008)berpendapat bahwa
daerah dengan geodiversitas tinggi belum tentu
memiliki warisan geologis yang lebih relevan daripada
daerah dengan geodiversitas rendah. Dalam beberapa
kasus, wilayah yang sangat beragam geo mungkin
memiliki lebih banyak situs menarik, tetapi hubungan ini
tidak selalu langsung. BerdasarkanGordon (2018), nilai
geoheritage dan warisan budaya relevan dengan
layanan ekosistem budaya geodiversity (bersama
dengan nilai spiritual, nilai wisata atau nilai estetika,
misalnya).
Jelas bahwa ada beberapa kaitan yang hanya dapat
diamati pada tingkat geodiversitas–budaya, misalnya dalam
kaitannya dengan toponim atau heraldik; di sini, geodiversity
(sebagai entitas yang netral nilai) dianggap sebagai 'sumber
daya' dan inspirasi. Hubungan geoheritage-culture tidak
relevan dalam kasus ini, karena geoheritage hanya mewakili
sebagian kecil dari geodiversity dan didefinisikan secara
sempit. Contoh lainnya adalah
penggunaan elemen geodiversitas seperti batu konstruksi,
atau penggunaan bahan Bumi yang berbeda dalam
pengobatan atau kegiatan spiritual; bahan-bahan ini adalah
elemen geodiversity, bukan geoheritage, misalnya
penggunaan batu gamping atau marmer untuk perkerasan
jalan. Ini adalah contoh hubungan geodiversitas-budaya,
akhirnya geodiversitas-warisan budaya. Itu
marmer atau batu kapur dalam hal ini bukan merupakan
unsur geoheritage melainkan bagian dari warisan
budaya; namun, mereka juga dapat menjadi warisan geo
yang penting (De Weveret al.2017;Brocx dan Semeniuk
2019A;Pereira dan van den Eynde 2019).
Layanan pengaturan
Seperti disebutkan di atas, jasa pengaturan
geodiversitas didefinisikan sebagai cara-cara di
mana proses alami mengatur lingkungan (Abu-abu
2018). Haines-Young dan Potschin (2018)termasuk
layanan pengaturan menjadi 'pengaturan dan
pemeliharaan' (dibagi menjadi transformasi input
biokimia atau fisik ke ekosistem; pengaturan kondisi
fisik, kimia dan biologis; dan jenis layanan
pengaturan dan pemeliharaan lainnya melalui
proses abiotik), yang mencerminkan lebih tepat
karakter jenis jasa ekosistem ini. Dengan demikian,
relevansi jasa pengaturan dengan budaya dan
masyarakat manusia sangat terbatas.
Layanan penyediaan
Layanan penyediaan dapat didefinisikan secara
sederhana sebagai bahan dan barang yang dinilai oleh
masyarakat manusia. Bahan bakar, sumber makanan
dan minuman, dan bahan industri atau konstruksi dapat
dianggap sebagai sumber keanekaragaman hayati yang
relevan dalam penyediaan ES (Abu-abu 2013). Mungkin,
hubungan geodiversitas-budaya paling baik terlihat
dalam penggunaan bahan bangunan, khususnya batu
bangunan. Dalam arsitektur pedesaan dan perkotaan
kita dapat menemukan banyak contoh, batu digunakan
untuk bangunan dan sebagai batu hias. Misalnya, ofiolit
– yang eksploitasi ekonominya di Emilia Apennines
(Italia) kembali ke pertengahan Paleolitik karena nuansa
kromatiknya seperti merah basal, hijau serpentin, dan
breksi warna-warni – telah digunakan sebagai elemen
hias dan artefak di gereja dan arsitektur penguburan,
atau sebagai hiasan di dinding luar bangunan gunung (
Bertacchiniet al.2004).
Batu bangunan berkontribusi pada tampilan
khas kota, desa, atau monumen bersejarah, dan
dapat memperoleh geoheritage (Bennettet al.
1996; De Weveret al.2017;Brocx dan Semeniuk
2019A; Pereira dan van den Eynde 2019) atau
relevansi warisan budaya (Prǐkryl dan Török 2010;
Pereiraet al. 2015). Banyak contoh penggunaan
batuan beku, sedimen dan metamorf di Eropa
(misCorbiet al.2019;Baukonet al.2020;
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
L. Kubaliková dan P. Coratza
Kubaliková dan Zapletalová 2021), Amerika Utara
dan Selatan (misCraveroet al.2015;Kunciet al.2020;
Mouraet al.2021), Afrika (misKlemm dan Klemm 2001
;Kol 2020) dan Australia (miskooper 2019) dapat
dikutip. Dalam beberapa kasus, keterkaitan antara
bahan bangunan dan tampilan kota begitu erat
sehingga tercermin dari julukan kota tersebut,
seperti kasus Jaisalmer di Rajastan (India), yang
disebut 'Kota Emas' karena warna kuningnya yang
cerah. warna Batu Kapur Emas Jaisalmer (Kauret al.
2020).
Contoh penting diberikan oleh Batu Kapur
Globigerina Bawah di Kepulauan Malta, yang telah
digunakan secara intensif untuk bangunan dan
pahatan selama ribuan tahun. Kota Warisan Dunia
Valletta, Kuil Megalitik prasejarah yang terdaftar di
UNESCO di Kepulauan Malta serta banyak contoh
warisan arkeologi dan arsitektur lainnya dari
Kepulauan Malta telah dibangun dari batu ini, yang
terus digunakan baik untuk konstruksi baru maupun
untuk restorasi bangunan di pulau (Cassaret al.2017
). Untuk signifikansi budaya, sejarah, dan
ekonominya, Batu Kapur Globigerina Bawah di
Kepulauan Malta telah diakui sebagai 'Sumber Daya
Batu Warisan Dunia' pada tahun 2019 oleh
International Union of Geological Sciences. Ada
kasus serupa yang melibatkan bahan lain, seperti
Pedra Lioz, sejenis batu kapur yang diekstraksi di
sekitar Lisbon, Portugal (Silva 2019), atau Jacobsville
Sandstone, batupasir lapisan merah dari Michigan
Atas, AS (Mawaret al.2017). Contoh lain diberikan di
Pereiraet al. (2015)DanHannibalet al. (2020). Contoh
lain diwakili oleh batu kapur Jurassic Crinoidea, yang
diambil sejak akhir abad ke-12 dari beberapa situs di
Kota Brno (Republik Ceko). Segera setelah
dimulainya ekstraksi, itu menjadi bahan ikonik untuk
arsitektur abad pertengahan Brno dan berkontribusi
pada tampilan karakteristik bangunan dan
monumen suci dan sipil yang penting di kota (
Kubaliková dan Zapletalová 2021). Contoh-contoh
hubungan geodiversitas-budaya yang disebutkan di
atas yang tercermin dalam penyediaan jasa
ekosistem ditampilkan di Gambar 1.
Ekstraksi batu bangunan dan geomaterial lainnya
terkait erat dengan sejarah industri daerah (Coratza
et al.2018;Evanset al.2018; Harga dan Ronck 2019;
Salamet al.2018;Proser 2019;Yu dan Yang 2022) dan
dapat menggambarkan perkembangan dan
perubahan kebijakan pasokan material kota atau
wilayah yang lebih luas. Kasus pemugaran Menara
Ghirlandina Modena (Emilia–Romagna, Italia), simbol
kota dan Situs Warisan Dunia UNESCO sejak 1997,
mewakili aspek tersebut. Studi multidisiplin yang
dilakukan pada mosaik bangunan batu eksternal
menara selama restorasi selama 2 tahun,
mengungkapkan bahwa menara ditutupi dengan 16
jenis litotipe berbeda dengan non-
susunan yang homogen. Perbandingan
antara bebatuan yang diimpor ke Modena oleh orang
Romawi dan bahan yang diperoleh melalui
penghancuran yang terjadi pada zaman kuno akhir dan
era abad pertengahan mengungkap kisah menarik
tentang konstruksi menara dan kebijakan pasokan batu
kota (Lugli et al.2009).
Batu bangunan sangat sering digunakan sebagai sumber
daya geoedukatif dan geowisata; ada banyak proyek yang
berkaitan dengan bangunan dan batu hias di daerah
perkotaan (misalnya geopath yang mencerminkan
penggunaan bahan lokal, jalur edukatif; misalnyaMawaret al.
2017;Pelfiniet al.2018;Del Lama 2019;Gambino et al.2019;
Santiet al.2021). Bahan yang diekstraksi dapat dianggap
sebagai bagian dari warisan geo-mining dan dengan
demikian menjadi sumber penting untuk pariwisata
pertambangan (Carrion Meroet al.2018;Mata-Perello 2018;
KazancSayaet al. 2019).Salamet al. (2018)membahas
kemungkinan menghubungkan geodiversity, geoheritage,
kegiatan pertambangan dan warisan industri di daerah
Kurkur-Dungul di Mesir, dengan kemungkinan implikasi
untuk pengembangan kegiatan geotourism. Di sini, tumpang
tindih penyediaan dan budaya ES terbukti.
Umumnya, penelitian tentang batu bangunan sangat
multidisiplin (Pereiraet al.2013;De Wever et al.2017;
Kubaliková dan Zapletalová 2021) dan memungkinkan
untuk mencakup aspek material (bahan yang diekstraksi
sebagai sumber daya dan akhirnya menjadi bagian dari
warisan budaya) dan lokasi ekstraksi (tambang yang
terbengkalai dan aktif; kaitannya dengan geologi,
arkeologi, sejarah, estetika lanskap).
Tambang yang terbengkalai juga merupakan
batasan penting bagi (atau kesempatan untuk)
pembangunan perkotaan. Di Brno (Republik Ceko),
selama tahun 1920-an, sebagai salah satu akibat dari
Depresi Besar, orang miskin membutuhkan tempat
tinggal. Tambang yang terbengkalai mewakili sebidang
tanah yang murah karena tidak cocok untuk pertanian
atau kegiatan industri, sehingga orang mulai
membangun rumah sederhana atau tempat berlindung
di sana. Situasi ini terjadi misalnya di dasar tambang
batupasir Cěrvený kopec atau di lubang pasir Písecňík (
Kucǎ 2000). Pada masa itu, mereka tidak dianggap
sebagai tempat tinggal yang baik; namun, hari ini,
berkat sejarahnya yang luar biasa dan penataan kota
yang spesifik, mereka menjadi bagian dari warisan
budaya kota (Kubaliková dan Zapletalová 2021). Aspek
hubungan geodiversitas-budaya ini juga dapat tercermin
dalam layanan pendukung, di mana bentuk lahan yang
diubah secara antropogenik menjadi platform untuk
aktivitas manusia yang berbeda.
Dalam konteks penyediaan layanan, hubungan
antara elemen geodiversitas dan obat-obatan dapat
diamati. Di masa lalu, banyak komponen abiotik
digunakan untuk mengobati penyakit; Duffinet al. (
2013)menyajikan banyak contoh, seperti
penggunaan farmasi batu apung (Duffin 2013) atau
emas (Konsol 2013). Penyembuhan
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023

Hubungan geodiversitas-budaya

Gambar 1.Hubungan geodiversitas-budaya tercermin dalam penyediaan jasa ekosistem: geodiversity sebagai sumber batu
bangunan dan hubungannya yang kuat dengan arsitektur. (A)Jaisalmer, Rajastan, India; berkat warna kuning cerah dari
batu kapur Jaisalmer, yang telah digunakan untuk banyak bangunan, kota ini mendapat julukan 'Kota Emas'.
(B)Torre Belén (Menara Belén), Lisbon, Portugal; itu dibangun dari Batu Warisan Dunia 'Pedra Lioz' yang diakui, sejenis batu kapur
yang diekstraksi di sekitar Lisbon. (C)Pelapukan sarang lebah dari batugamping Globigerina Bawah, terdaftar sebagai Batu Warisan
Dunia (Valletta, Malta). (D)Dan (e)Penggunaan batu gamping Jurassic Crinoidea sebagai batu dekoratif, Brno, Republik Ceko (bahan
ikonik untuk arsitektur kota abad pertengahan). Sumber: penulis.

sifat sumber daya air juga relevan (Robins dan Smedley
2013). Ada banyak contoh penggunaan air mineral atau
air panas dalam pengobatan, misalnya Spa Priessnitz di
Pegunungan Jeseníky, Carlsbad dan Luhacǒvice Spa
(semua contoh dari Republik Ceko). Penggunaan lumpur
penyembuhan atau garam penyembuhan juga dapat
disebutkan. Ini adalah kasus bahan tanah liat yang
dikeluarkan oleh gunung lumpur di daerah antara
Nirano dan Sassuolo (Cagar Alam Nirano, Modena
Apennines, Italia) yang digunakan dengan berbagai cara
di masa lalu: untuk tujuan kosmetik sebagai masker
lumpur dan mandi lumpur di Salvarola Spa kuno, dekat
Sassuolo. Saat ini, bahan ini digunakan dalam praktik
kedokteran hewan untuk menyembuhkan artikulasi
kuda (Castaldini dan Coratza 2017). Contoh lain dari
penggunaan geodiversity
untuk tujuan medis diberikan olehRocha dan Ferreira
da Silva (2014); mereka memeriksa tumpang tindih
antara geologi medis dan geowisata di Kepulauan
Tanjung Verde, dan mereka menyajikan manfaat
medis dari tanah liat dan pasir berkarbonasi dari
endapan di pulau Boavista, Maio, Sal dan Santo
Antão (Rocha dan Ferreira da Silva 2014).
Mengenai sumber daya ini dan aspek terkait
(misalnya sejarah penggunaan mineral dan air panas,
peralatan spa, infrastruktur dan arsitektur),
geodiversitas (atau elemen hidrologinya) dapat menjadi
bagian dari warisan spa, yang terkait erat dengan wisata
spa (Dragiciet al.2015;Vystoupilet al.2017).
Perlu disebutkan bahwa, di masa lalu, ada kepercayaan
bahwa beberapa batu (berharga, semimulia) atau bahan
abiotik lainnya dapat berfungsi sebagai pertahanan.
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023

L. Kubaliková dan P. Coratza

melawan kekuatan jahat (Kukalet al.1989;Duffinet al.
2013) atau terhadap bahaya sambaran petir dan ular (
Bertacchiniet al.2004). Hal ini juga dapat dianggap
relevan untuk jasa ekosistem budaya, karena nilai
spiritual dari keanekaragaman hayati merupakan aspek
penting dalam konteks tersebut (Abu-abu 2013). Namun,
hubungan geodiversitas-kedokteran (atau masalah
kesehatan) mungkin jauh lebih sederhana: lanskap,
termasuk elemen geodiversitasnya, memiliki efek
penyembuhan dan kesejahteraan itu sendiri (Gordon
2018), yang juga telah diidentifikasi sebagai salah satu
budaya ES (Abu-abu 2013).
Layanan pendukung
Jasa pendukung adalah jasa yang diperlukan untuk produksi atau
pemeliharaan semua jasa ekosistem lainnya. Layanan pendukung
keanekaragaman hayati dapat didefinisikan tidak hanya sebagai
layanan yang menyediakan ruang hidup bagi tumbuhan atau
hewan (proses tanah, penyediaan habitat), tetapi juga sebagai
layanan yang menawarkan lingkungan dan basis untuk aktivitas
manusia yang berbeda.Abu-abu (2013)mengidentifikasi dua
kelompok utama: geodiversity sebagai platform dan geodiversity
sebagai lingkungan untuk penguburan dan penyimpanan.
Aspek 'keanekaragaman hayati sebagai platform' terutama
tercermin dalam penggunaan bentang alam. Sudah di zaman
prasejarah, bentang alam digunakan oleh manusia untuk berbagai
tujuan, misalnya gua atau batu yang menggantung digunakan sebagai
tempat berlindung (misalnya Cueva de las Manos di
Argentina; Atapuerca di Spanyol; Mesa Verde di AS),
sinkhole yang terhubung ke akuifer air tawar bawah
tanah digunakan sebagai mata air alami untuk
menyediakan air minum (mis.cenotedi Semenanjung
Yucatan, Meksiko) dan lembah atau depresi
memanjang digunakan sebagai jalur komunikasi
(misalnya depresi struktural Moravská brána/
Gerbang Moravia di Republik Ceko, tempat jalan
Amber mengarah). Selain itu, kondisi geomorfologi
suatu daerah dapat mendukung keberadaan
pemukiman manusia (Kubalikováet al.2020;
Perkotaanet al.2022). Ketinggian yang signifikan,
aksesibilitas yang sulit, dan stabilitas singkapan telah
memengaruhi pembangunan bangunan penting,
benteng, kastil, benteng, pos pertahanan dengan
kontrol strategis atas area atau biara di sekitarnya –
misalnya Benteng Mehrangarh di Jodhpur di
Rajasthan, India; Kastil Vranov di Republik Ceko; Aït
Benhaddou, desa berbenteng (ksar) di Maroko; Kastil
Bardi di Italia; Biara Meteora di Yunani (Gambar 2).
Saat ini, bentang alam juga memengaruhi
perkembangan kota dan penempatan bangunan-bangunan
penting. Medan datar cocok untuk pabrik industri dan untuk
pembangunan bandara (Abu-abu 2013;Pijet-Migoń dan
Migoń 2018). Pengaturan geomorfologi juga penting untuk
kegiatan santai dan olahraga; misalnya lereng cocok untuk
bermain ski atau untuk pertanian dan pemeliharaan anggur
(lereng kering berorientasi selatan). Bentuk lahan juga
memainkan peran penting dalam pemilihan tempat yang
cocok untuk beberapa jenis bangunan besar

Gambar 2.Bentang alam dan fungsi pendukungnya. (A)Biara Meteora, Yunani; terletak di menara batu konglomerat yang curam. (B)
Aït Benhaddou, Maroko; sebuah benteng yang terletak di ketinggian yang memungkinkan tinjauan luas lanskap sekitarnya. (C)
Quebrada de las Flechas, Argentina; izin yang digunakan oleh Ruta 40. (D)Kastil Bardi, Parma Apennines, Italia; ditempatkan secara
strategis di atas tanjakan yang terdiri dari basal dan jasper merah, itu masih merupakan benteng yang tinggi di persimpangan jalan
yang menghubungkan pantai barat Liguria ke Via Emilia. (e)Kastil Vranov nad Dyjí, Czechia; terletak di singkapan batu di atas Sungai
Dyje. Sumber: penulis.
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
Hubungan geodiversitas-budaya
konstruksi. Contoh tipikal adalah penggunaan lembah dan
ngarai yang sempit dan tertoreh dalam untuk konstruksi
bendungan (misalnya Bendungan Brno di Republik Ceko,
Bendungan Hoover di AS). Lintasan dan celah di daerah
pegunungan digunakan sebagai tempat yang cocok untuk
rel kereta api dan jalan raya; misalnya pas Vlárský di
perbatasan Ceko–Slowakia, pas Quebrada de las Flechas di
Argentina (Gambar 2). Ada banyak contoh di mana
pegunungan atau sungai mewakili batas antara dua wilayah
yang berbeda (misSumava/Böhmerwald/Bohemian Forest
sebagai perbatasan historis antara tanah Ceko dan wilayah
Jerman).
Lapisan tanah bawah telah lama digunakan untuk
penguburan manusia (Abu-abu 2013); hubungan budaya dan
geodiversitas yang menarik terkait dengan penguburan manusia
tercermin dalam studi tentang batu nisan dan kuburan (Del Lama
2019;Pereiraet al.2019). Hal ini memiliki hubungan yang kuat
dengan warisan budaya dan mewakili sebuah isu yang layak
untuk dipelajari lebih lanjut karena kuburan memiliki hubungan
yang dekat dengan sejarah dan bahkan mungkin menjadi bagian
dari identitas lokal – misalnya sebagai tempat penguburan
masyarakat lokal yang dirayakan, sehingga berkontribusi pada
rasa tempat. Ini dapat dianggap sebagai elemen dalam layanan
ekosistem budaya (Abu-abu 2013;Gordon 2018).
Layanan pendukung penting dari geodiversitas
diwakili oleh penyimpanan. Ada banyak jenis
penyimpanan bawah tanah, seperti gas, cairan,
limbah radioaktif atau jenis limbah lainnya (Szaboet
al.2010). Dalam hal ini, bentang alam bawah tanah
antropogenik dan alami digunakan.
Jasa ekosistem budaya dan pengetahuan
Dengan layanan budaya, kami mengacu pada nilai yang
ditempatkan oleh masyarakat pada beberapa aspek
geodiversitas karena signifikansi sosial atau
komunitasnya (Abu-abu 2013). Dalam hal ini, istilah 'nilai'
tidak harus mengacu pada nilai moneter atau ekonomi,
karena geodiversity memiliki manfaat/nilai fisik dan
mental dalam arti nonekonomi (Hironet al.2016;Rubahet
al. 2021,2022). Secara lebih luas, jasa ekosistem budaya
didefinisikan sebagai manfaat nonmateri yang diperoleh
manusia dari ekosistem melalui pengayaan spiritual,
perkembangan kognitif, refleksi, rekreasi, dan
pengalaman estetis (Reidet al.2005;Susu et al.2013;Ikan
et al.2016).Abu-abu (2013)mengembangkan skema jasa
ekosistem budaya yang disediakan oleh geodiversity
dengan mendefinisikan lima kelompok nilai: kualitas
lingkungan; geowisata dan rekreasi; makna budaya,
spiritual, dan sejarah (termasuk mitos dan pengertian
tempat); inspirasi artistik; dan perkembangan
masyarakat.Gordon (2012A,2018) mengusulkan
klasifikasi yang lebih rinci dengan menambahkan,
misalnya keanekaragaman budaya yang dipengaruhi
oleh geodiversity, warisan budaya dan nilai geoheritage
serta nilai estetika. Skema ini telah digunakan untuk
penilaian jasa ekosistem budaya di lingkungan yang
berbeda (Garcia 2019;Kubaliková 2020).
Nilai wisata dan rekreasigeodiversity, termasuk
limpahan manfaat dan kesejahteraan fisik dan
mental, pembangunan lokal dan ekonomi telah
banyak dibahas dalam berbagai karya (Dowling dan
Newsome 2010,2018;Pijet-Migońdan Migoń 2019;
Rubahet al.2021,2022). Di buku ini,Migoń dan Pijet-
Migoń (2022)merenungkan masalah ini memberikan
banyak contoh.
Nilai artistikKeanekaragaman hayati telah
diremehkan, tetapi terbukti bahwa keanekaragaman
hayati selalu menjadi inspirasi bagi karya seni dan
sastra. Keanekaragaman hayati dan lanskap sangat
dihargai oleh seniman Romantis; sebagai contoh, kita
dapat menyebutkan K. Postl dan A. Mánes, yang
dianggap sebagai pendiri lukisan lanskap Ceko, atau
sekolah pelukis Barbizon yang menjadikan lanskap dan
elemen geodiversitasnya sebagai sumber inspirasi
penting (misalnya singkapan batu pasir di dekat
Fontainebleau , Prancis). Paul Cézanne sangat
terinspirasi oleh bentang alam dan lanskap tanah
kelahirannya dan terpesona oleh geologi; pelukis
menyatakan: 'Untuk melukis pemandangan dengan baik,
pertama-tama saya harus menemukan fondasi
geologisnya' (Tuma 2002). Banyak contoh lain yang
dapat dikutip: Leonardo da Vinci ('The Virgin of the
Rocks'), Monet ('The Cliffs of Belle Ile'), JMW Turner
('Staffa, Fingal's Cave'), T. Moran (lukisan Yellowstone), K.
Hokusai ('Gelombang Hebat Kanagawa').
Keanekaragaman hayati telah digunakan oleh para
seniman dalam membuat pahatan batu besar yang
diukirdi tempatseperti 'Decebalus' di Terusan Danube di
Rumania (Ilies dan Josan 2009), kepala empat presiden
Amerika Serikat di Gunung Rushmore (AS) atau Buddha
Raksasa Leshan (Cina). Keanekaragaman unsur geologi
dan geomorfologi sangat mempengaruhi seni taman –
khususnya kasus Jepang dan Cina – serta seni desain
kontemporer. Banyak contoh dibahas secara luas diAl
Bashaet al. (2020), seperti Plaza Gedung Pengadilan
Federal di Minneapolis (Minnesota, AS), yang
menampilkan serangkaian gundukan elips dengan
penjajaran diagonal yang melambangkan lautan lapisan
drum glasial di paving alun-alun.
Mengenai sastra, geodiversity dan lanskap mengilhami
banyak penyair Romantis (misalnya GG Byron, J. Keats, PB
Shelley), beberapa dari mereka juga menulis tentang fitur
lanskap dan geodiversitas dalam buku harian perjalanan
mereka, misalnya KH Mácha, seorang penyair Romantis
Ceko, menulis tentang perjalanannya dari Praha ke Bohemia
utara (sekarang dikenal sebagai wilayah Mácha) pada tahun
1832–35, dan dia membuat beberapa gambar kerucut
vulkanik yang telah punah di Dataran Tinggi Bohemian
Tengah (Kubaliká 2018). DalamPerjalanan Italia,Johann
Wolfgang von Goethe, penyair dan ilmuwan Jerman terkenal,
menggambarkan dengan mata seorang ahli geologi dan
pelukis lanskap, seperti yang dia nyatakan sendiri, lanskap
Italia yang kompleks dengan mempertimbangkan komponen
geologis, biologis, dan budayanya (Coratza dan Panizza 2017
).
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
L. Kubaliková dan P. Coratza
Peristiwa geologis alam, terutama pembubaran gipsum
dan banyak lubang pembuangan yang dihasilkan di
sekitar kota Ripon di North Yorkshire (Inggris), mungkin
merupakan inspirasi Lewis Carroll untukAlice di Negeri
Ajaib (Cooper 1999). Pemandangan fisik dan proses
geologi juga menginspirasi Dante; dalamDivina
Commedia,ada referensi untuk gempa bumi, tanah
longsor, air terjun dan, di 'Inferno' (Inf. 12.32), sebuah
diskusi tentang penyebab 'ruina' - kata Dante untuk
tanah longsor - dekat Trento (Italia Utara) dilaporkan (
Dante 1321;Roma 2016). Keanekaragaman lanskap yang
menakjubkan di wilayah bekas Kadipaten Urbino (Italia
Tengah) mengobarkan kepekaan beberapa pelukis besar
Renaisans Italia, misalnya Piero della Francesca, Raphael,
dan Leonardo da Vinci, yang mereproduksinya dalam
karya seni mereka yang paling terkenal (Nesci dan
Borchia 2017). Baru-baru ini, karya seni – misalnya puisi,
konser, presentasi video – telah digunakan untuk
mempromosikan pemahaman yang lebih dalam tentang
lanskap geologis yang menarik di wilayah Marche (Italia)
dengan mengintegrasikan asal dan estetika fisik mereka
dengan warisan budaya dan seni mereka (Nesci dan
Valentini 2020). Keterkaitan antara geodiversity dan
sastra (khususnya puisi) tercermin dalam kegiatan
International Institute of Geopoetics (https://
www.institut-geopoetique.org/en/) dan Pusat Geopoetik
Skotlandia (https://www.geopoetics.org. inggris/).
Elemen geodiversitas yang bernilai estetis dan
pengaturan geomorfologi juga digunakan dalam
industri film: banyak pemandangan telah menjadi
latar belakang yang menarik untuk film (Lugeriet al.
2015). Banyak contoh yang dapat dikutip: Teluk
Dweira (Malta) ditampilkan diBenturan para Titan (
1981),Diantara Serigala (1985),Christopher Columbus
– Penemuan (1992),Pengembaraan (1997),Pangeran
Monte Cristo (2002) dan serial TV HBOPermainan
Takhta (2011); Gunung berapi Alpen Selandia Baru
adalah latar belakangnyaPenguasa Cincintrilogi, dan
Ngauruhoe, gunung berapi aktif, ditampilkan
sebagai 'Mount Doom' di film; wilayah Taranaki
(Selandia Baru) menjadi latar belakang banyak
adegan di dalamnyaSamurai terakhirkarena Gunung
Taranaki menyerupai Gunung Fuji; tenggara provinsi
Burgos (Spanyol) menyediakan lokasi syuting alami
untuk film terkenal Sergio LeoneYang baik yang
jahat dan yang jelek (1966) (González-Delgado et al.
2020).
Keterkaitan antara keanekaragaman hayati dan budaya
seringkali tercermin dalam mitos. Aspek ini sesuai dengan
'makna budaya, spiritual dan sejarah' yang didefinisikan oleh
Abu-abu (2013, P. 126) dalam budaya ES. Geomitologi
pertama kali diperkenalkan olehVitaliano (1968)sebagai studi
tentang unsur-unsur geologis dari mitos – terkait dengan
asal-usul situs tertentu, bentang alam atau penjelasan
proses atau bahkan peristiwa sejarah, terutama bencana.
Piccardi dan Masse
(2007)menyajikan banyak contoh topik geomitologi,
termasuk geomitologi yang dijelaskan dalam Alkitab (dan
penjelasan ilmiahnya), mitos masyarakat kuno di seluruh
dunia dan juga legenda lokal terkait misalnya bongkahan
batu yang tidak menentu di Italia utara yang mungkin
relevan dari sudut pandang geokonservasi (Motta dan Motta
2007). Sejumlah situs yang dicirikan oleh fenomena geologis
yang aneh dan mengesankan telah membangkitkan minat
dan keingintahuan orang sejak zaman kuno, sehingga
memunculkan mitos dan legenda (misalnya formasi
batupasir Uluru di Australia,Reynard 2009; situs Mefite di
Lembah Ansanto, Italia Selatan,Sistoet al.2020). Singkapan
ofiolitik di Emilia Apennines (Italia) merupakan contoh yang
baik untuk mengilustrasikan hubungan antara
keanekaragaman hayati dan mitologi. Warnanya yang gelap,
garis luar yang kasar dan meresahkan, curah yang besar,
resistensi yang lebih tinggi dibandingkan dengan bebatuan
di sekitarnya, tutupan vegetasi yang sedikit atau kurang dan
fakta bahwa mereka tidak dapat dieksploitasi sebagai tanah
pertanian telah berkontribusi untuk mengubah ofiolit
menjadi objek fantasi dan takhayul. Itu sebabnya mereka
disebut 'batu Iblis' dalam banyak legenda dan anekdot dan
telah lama digunakan sebagai jimat melawan bahaya
sambaran petir dan ular atau untuk melindungi bayi yang
baru lahir. 'Venus Savignano' – patung wanita kuno terkenal
yang dianggap berasal dari fase Paleolitik terakhir yang
terbuat dari batu berkelok-kelok yang umum di distrik
Modena – tampaknya terkait dengan fungsi magis-religius
kuno (Bertacchini et al.2004). Di antara banyak mitos yang
dapat dikutip, mitos tentang Cyclops Polyphemus di Sisilia
(Italia) tentunya merupakan salah satu yang paling menarik
dan kuno. Penemuan tengkorak gajah dengan cekungan
bagian depan yang besar memunculkan kepercayaan bahwa
raksasa bermata satu pernah ada dan menghuni pulau
tersebut (Agneset al.2007). Lubang pembuangan air tawar (
cenote) karena suku Maya di Semenanjung Yucatan di
Meksiko adalah pintu gerbang ke Xibalba, dunia bawah
mitologis tempat tinggal para dewa (Melo Zurita 2019).
Di Republik Ceko, contoh tempat-tempat menarik ilmu
Bumi yang berkaitan dengan mitos juga dapat ditemukan,
misalnya Bukit Rí̌p, sebuah kenop basaltik yang menjulang di
atas lingkungan datar yang biasanya dikaitkan dengan
legenda tentang kedatangan orang-orang Bohemia kuno ke
tanah Ceko; Bukit Blaník yang terkait dengan mitos tentara
yang tidak aktif yang tersembunyi di dalam batu besar yang
akan melindungi tanah Ceko dan orang-orang di masa-masa
sulit (Kubaliká 2018); dan RozSskala kecil ('Splited Rock'),
sebuah formasi batuan gneiss yang menurut legenda,
dibelah oleh Iblis (Kirchner dan Kubaliková 2015).
Geomitologi telah digunakan dalam geoeducation dan
geotourism sebagai alat yang efektif untuk mendidik
masyarakat tentang geodiversitas yang lebih dari sekedar
bongkahan batu dan memiliki banyak konotasi ilmiah dan
budaya (Kirchner dan Kubaliková 2015; Khoshraftar dan
Torabi Farsani 2019;Goemaere et al.2021;Rassioset al.2022).
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023

Hubungan geodiversitas-budaya

Asal usul formasi batuan tertentu sering
dijelaskan sebagai karya Iblis, yang tercermin dalam
toponim seperti Cěrtovy skály (Batu Setan) di dataran
tinggi Vizovice, Czechia timur; Menara Setan di AS;
Garganta del Diablo (Devil's Throat) di dalam Air
Terjun Iguazú di Argentina; Garganta del Diablo
lainnya di dekat Cafayate, Argentina; dan Puerta del
Diablo (Gerbang Setan) dekat Tupiza, Bolivia (
Gambar 3).
Seperti diilustrasikan di atas, refleksi lain dari tautan
geodiversitas-budaya dalam ES budaya diwakili oleh
toponim. Proses penamaan situs dan kawasan tertentu
berarti (sampai batas tertentu) bahwa orang-orang
'mengadopsi' lanskap atau elemennya dan membiasakan diri
dengannya (Daniel 2013). Dari contoh Kota Brno (Republik
Ceko), kita dapat melacak beberapa kelompok sumber daya
geodiversitas dengan nama lokal yang mencerminkan: (1)
litologi, misalnya Cěrvený kopec (Bukit Merah), dinamai
konglomerat kemerahan dan batupasirnya yang khas;Žlutý
kopec (Bukit Kuning) dinamai menurut loess kuning hingga
krem; Bílá Hora (Gunung Putih) dinamai dari
batugampingnya yang berwarna putih hingga abu-abu
terang; (2) morfologi, misalnya Skalky (Batuan), menunjukkan
terjadinya singkapan batuan; Svažná Street (Steep Street),
mencerminkan kemiringan lereng;
(3) hidrologi, misalnya Jalan Vodní (Jalan Air); Náplavka
(Tanggul), kedua tempat yang disebutkan saat ini
terletak jauh dari aliran air mana pun tetapi namanya
masih menjadi kesaksian tentang pengaturan atau
organisasi kota di masa lalu dan posisi sumber daya air;
(4) menambang, menggali dan mengolah sumber daya
alam, misalnya Jalan Cihláršká (Jalan Pembuatan Batu
Bata); Vápenka (Jalan Kiln Kapur). Toponim yang
mencerminkan elemen geodiversitas (termasuk elemen
air) sering membantu mengidentifikasi perubahan
jaringan hidrologi atau komponen hidrologi atau
geomorfologi lanskap yang hilang/punah, atau
memungkinkan untuk merekonstruksi sejarah
penggunaan sumber daya alam, termasuk aspek
industri (Kucǎ 2000).
Keanekaragaman hayati juga tercermin dalam lambang (
da Silva 2019), yang menggarisbawahi fakta bahwa fitur
abiotik sangat penting dalam membentuk identitas suatu
wilayah atau komunitas. Elemen yang paling sering mungkin
adalah elemen yang terkait dengan penambangan dan
penggalian bersejarah, tetapi beberapa lambang
mencerminkan fitur geodiversitas lainnya, misalnya bentang
alam (pegunungan), elemen hidrologi (sungai atau mata air),
atau elemen paleontologi (fosil). Contoh simbol komunal
tersebut ditampilkan diGambar 4.

Gambar 3.Toponim terkait setan mencerminkan hubungan geodiversitas-budaya. (A)Menara Setan, Wyoming, AS.
(B)Puerta del Diablo (Gerbang Setan), Tupiza, Bolivia. (C)Garganta del Diablo (Tenggorokan Setan), Cafayate, Argentina.
Sumber: penulis.
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023

L. Kubaliková dan P. Coratza

Gambar 4.Contoh simbol komunal dari beberapa kota Ceko yang mencerminkan keanekaragaman hayati dan sumber daya alam.
(A)Skryje; unsur paleontologi. (B)Zlaté Hory; emas sebagai sumber daya. (C)Jáchymov; bentang alam dan simbol yang terkait dengan
aktivitas penambangan. (D)Havírǒv; unsur dan simbol hidrologi yang berkaitan dengan kegiatan pertambangan. Sumber: Registr
komunálních symbolů CŘ/Register of Communal Symbols of the Czech Republic,https://rekos.psp.cz/(2022).

Refleksi hubungan geodiversitas-budaya dalam toponim
dan lambang dapat dianggap sebagai bagian dari makna
budaya, spiritual dan sejarah seperti yang didefinisikan oleh
Abu-abu (2013), karena mereka berkontribusi pada identitas
lokal atau regional dan berpartisipasi dalam rasa tempat
orang (Gordon 2018).
Pembangunan masyarakatsering dikaitkan dengan
upaya geokonservasi dan kegiatan geoedukasi yang
didukung oleh masyarakat geologi setempat.
Keterlibatan masyarakat lokal, misalnya melalui
kesukarelawanan, relevan untuk subtipe jasa ekosistem
budaya ini karena berkontribusi secara signifikan untuk
membina hubungan antara keanekaragaman hayati,
masyarakat dan budaya (Burek 2012;Worton dan Gillard
2013;Proser 2019;Kubalikováet al.2022). Keterlibatan ini
relevan terutama dalam kasus Geoparks, baik di tingkat
global maupun nasional (Global Geoparks Network 2022,
http://www.globalgeopark.org/), dan dalam
mengembangkan proyek ilmu kebumian dengan
menggunakan konsep citizen science (Powellet al. 2013;
Leeet al.2020).Leeet al. (2020)menyajikan berbagai
macam proyek dan platform di mana pembangunan
masyarakat (melalui kontribusi sukarela untuk penelitian
Earthscience) terbukti, dan mereka mengeksplorasi
perspektif masa depan melalui serangkaian studi kasus
yang berpusat pada geohazard, observasi dan klasifikasi,
multi-topik dan pendidikan/penjangkauan. Aspek ini
sebagian tumpang tindih denganlayanan ekosistem
pengetahuan,yang meliputi isu-isu seperti sejarah bumi,
sejarah penelitian, pemantauan lingkungan, geoforensik
dan pendidikan dan pekerjaan (Abu-abu 2013), yang
juga merupakan bagian dari hubungan geodiversitas-
budaya.
BerdasarkanAbu-abu (2013), studi tentang
keanekaragaman hayati telah memungkinkan rekonstruksi
sejarah Bumi selama 4600 Ma yang lalu, termasuk
rekonstruksi iklim masa lalu dan evolusi kehidupan. Berkat
kemajuan dalam pengetahuan geologi, beberapa teori dan
hipotesis disempurnakan atau,
sebaliknya, dibantah. Nilai ilmiah atau pengetahuan
tentang geodiversity diperlukan untuk memprediksi
perubahan lingkungan dan dengan demikian
beradaptasi dengan perubahan tersebut (Cokelatet al.
2012;Pendatanget al.2015;Gordonet al.2018;Knudsonet
al.2018;Wignalet al. 2018;Selmiet al.2022).
Keanekaragaman hayati memiliki peran penting
dalamPendidikan Lingkungan hidup (ataugeoedukasi),
baik formal maupun informal, yang merupakan salah
satu pilar geowisata dan juga berperan penting dalam
geokonservasi. Aspek pendidikan ini terintegrasi atau
tercermin dalam berbagai definisi dan pendekatan
geowisata dan geokonservasi, dari awal sepertiselang
(1995, P. 16), yang berpendapat bahwa geowisata adalah
'penyediaan fasilitas interpretatif dan layanan untuk
memungkinkan wisatawan memperoleh pengetahuan
dan pemahaman tentang geologi dan geomorfologi
suatu situs di luar tingkat apresiasi estetika belaka',
untuk pendekatan yang lebih baru seperti pendekatan
Dowling dan Newsome (2018, P. 9), yang menyatakan
bahwa 'geotourism' mempromosikan geoconservation,
memupuk geo-education melalui geo-interpretation, dan
berkontribusi pada pembangunan berkelanjutan suatu
kawasan atau kawasan'. Geoeducation adalah alat
penting untuk meningkatkan geoliterasi publik (Clari
2018). Pentingnya pendidikan dan interpretasi juga
ditekankan dalam dokumen dan deklarasi organisasi
internasional seperti Deklarasi Digne-les-Bains (ProGEO
1991), Kerangka Kerja UNESCO untuk Konservasi Geologi
(Dingwall 2005) dan Deklarasi Arouca (Asosiasi
Geoparque Arouca 2011).
Relasi geodiversitas-budaya juga merupakan bagian
yang tidak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari dengan
tercermin dalam bahasa. Dengan demikian, kepentingan
linguistik atau semiotik dari geodiversitas harus disebutkan
juga. Aspek ini dapat dianggap sebagai isu khusus dalam ES
budaya, kemungkinan besar sebagai subtipe 'makna
budaya'; namun, mungkin subtipe khusus dari
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023

Hubungan geodiversitas-budaya

'keanekaragaman hayati dalam kehidupan sehari-hari' atau
'makna linguistik dan semiotik' dapat didefinisikan dalam ES
budaya dari keanekaragaman hayati. BerdasarkanHolub dan
Kopecňý (1952)DanKukalet al. (1989), kata-kata yang
mendeskripsikan ciri-ciri abiotik seringkali berasal dari
zaman yang sangat tua dan umum dalam beberapa bahasa,
misalnya kámen (batu) – kata pan-Slavia yang muncul dalam
beberapa bentuk di sebagian besar bahasa Slavia; sama
halnya dengan země (tanah) atau hlína (tanah). Idiom
dengan elemen geodiversity muncul dalam berbagai bahasa.
Misalnya, batu atau karang dianggap sebagai sesuatu yang
tahan lama atau keras; berikut adalah beberapa contoh dari
Kamus Cambridge (https://diksi ary.cambridge.org/):
(1)Batu Penjuru –sesuatu yang sangat penting yang
bergantung pada semua hal lainnya.
(2)Memiliki hati batu -menjadi tidak baik atau kejam.
(3)Jangan tinggalkan kebutuhan bisnis yang terlewat –untuk melakukan
semua yang Anda bisa untuk mencapai hasil yang baik,
terutama ketika mencari sesuatu.
(4)Diukir di batu -sesuatu yang tidak dapat
diubah.
(5)Di Batu -kemungkinan akan segera gagal.
(6)Batu bergulir (tidak mengumpulkan lumut) –seseorang
yang selalu bepergian dan berganti pekerjaan
memiliki keuntungan tidak memiliki tanggung jawab,
tetapi juga memiliki kerugian seperti tidak memiliki
tempat tinggal tetap.
(7)Terendah -tingkat serendah mungkin.
Batu juga merupakan satuan berat sebesar 14 pound atau
6,35 kg, digunakan terutama jika berbicara tentang a
berat badan seseorang, misalnya 'dia telah memakai/kehilangan
batu' (dia adalah batu yang lebih berat/ringan).
Masih banyak lagi contoh unsur geodiversitas dalam
bahasa baik sebagai idiom maupun metafora; misalnya
elemen air (sungai, danau, anak sungai, mis menangis
sungai –menangis deras atau berlebihan;sungai sesuatu
–sejumlah besar sesuatu yang cair); bentang alam
(pegunungan, bukit, jurang, misgunung sesuatu –
kuantitas tinggi dari sesuatu;membuat gunung dari
sarang tikus mondok –untuk membuat sedikit kesulitan
tampak seperti masalah serius;berada di atas bukit
– tidak lagi dapat melakukan sesuatu dengan baik karena usia;
jurang yang dalamsebagai metafora untuk situasi sulit yang
membawa masalah atau kehancuran); atau logam (memerintah
sesuatu dengan tangan besi/tinju – untuk mengendalikan
sekelompok orang dengan sangat kuat) (https://dictionary.cam
bridge.org/).
Kami telah membahas banyak aspek yang
mencerminkan hubungan geodiversitas-budaya dalam
konteks layanan ekosistem (atau geosistem) abiotik.
Skema yang disederhanakan dari tautan ini disajikan di
Gambar 5dan itu memungkinkan untuk melihat
intensitas dan relevansi hubungan geodiversitas-budaya
dengan jenis layanan ekosistem abiotik tertentu.
Kesimpulan
Saat ini kesadaran masyarakat terhadap budaya dan alam
sudah jauh lebih besar, termasuk geologi. Konsep
geodiversity yang relatif baru diperkenalkan dapat
memberikan peluang dan insentif baru baik untuk
meningkatkan pengetahuan kita maupun untuk melindungi

Gambar 5.Refleksi dan relevansi hubungan geodiversity-culture dalam konsep jasa ekosistem (atau geosistem) abiotik. Ketebalan
garis yang menghubungkan simpul-simpul tertentu merepresentasikan intensitas hubungan (garis tipis: intensitas rendah; garis
sedang: intensitas sedang; garis tebal: intensitas tinggi). Garis putus-putus mewakili relevansi yang sangat terbatas dari hubungan
geodiversitas-budaya dengan jenis dan subtipe tertentu dari jasa ekosistem (ES).
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
L. Kubaliková dan P. Coratza
dan mengelola sumber daya teritorial. Konsep ini
menjadi kunci baru untuk menghadirkan geologi
dengan wajah yang lebih menarik, terdiri dari
keragaman yang mengesankan, sejarah dan kenikmatan
emosional dan visual. Padahal, geodiversity merupakan
inti dari keragaman bentang alam dan kehidupan di
Bumi, dan terkait erat dengan komunitas biologis serta
terintegrasi dengan struktur sosial dan budaya yang
hidup dan beroperasi di suatu wilayah.
Bab ini tidak dimaksudkan sebagai tinjauan mendalam
tentang hubungan geodiversitas-budaya, tetapi bertujuan
untuk menganalisis tautan ini dan mengaitkannya dalam
konteks layanan ekosistem abiotik. Dari definisi budaya dan
analisis skema Gray untuk layanan geosistem, dimungkinkan
untuk menangkap beberapa refleksi hubungan
geodiversitas-budaya tidak hanya dalam layanan ekosistem
budaya dan pengetahuan tetapi juga dalam layanan
pendukung dan penyediaan. Pendekatan ini dapat berfungsi
sebagai cara lain untuk melakukan penelitian tentang topik
ini. Pijet-Migon ánd Migon (́2022)mendiskusikan beberapa
kemungkinan untuk mensistematisasikan hubungan antara
geoheritage dan warisan budaya, dan menyajikan berbagai
pendekatan dengan faktor-faktor mendasarnya yang penting
untuk klasifikasi tema pada antarmuka geoheritage-warisan
budaya. Dengan demikian, pendekatan yang disajikan dalam
bab ini dapat menjadi alternatif atau perluasan proposal
mereka, karena memperhitungkan hubungan geodiversitas-
budaya dan tidak hanya hubungan geoheritage-warisan
budaya.
Sementara beberapa aspek dari hubungan
geodiversity-culture telah lebih diperhatikan dan
diteliti lebih dalam (misalnya bangunan batu dan
arsitektur, geotourism, geoeducation), aspek lain
masih belum dieksplorasi dan menawarkan
kemungkinan untuk memperkaya pengetahuan kita
tentang topik ini. Ini adalah kasus isu-isu yang
kurang dibahas seperti geotoponim atau refleksi
hubungan geodiversity-budaya dalam heraldik atau
bahasa yang dapat dieksplorasi dalam ES budaya
(makna budaya dan spiritual, termasuk rasa tempat
dan identitas lokal). Perhatian penelitian lebih lanjut
juga diperlukan dalam kasus pengembangan
masyarakat (di perbatasan jasa ekosistem budaya
dan pengetahuan), terutama terkait dengan proyek
sains warga dan penelitian partisipatif. Dapat
dikatakan bahwa ketika mempelajari hubungan
geodiversitas-budaya,
Riset yang lebih detail dengan pendekatan multidisiplin,
implementasi metode spesifik yang 'dipinjam' dari bidang
keilmuan lain dan eksplorasi mendalam terhadap beberapa
topik dapat berkontribusi secara signifikan untuk memahami
pentingnya geodiversity. Pendekatan ekosistem abiotik
dapat mewakili langkah menuju pengelolaan terpadu,
konservasi dan promosi, yang selalu lebih efektif daripada
melestarikan, mengelola atau mempromosikan unsur-unsur
lanskap tertentu (baik alam dan budaya) secara terisolasi.
jalan. Mengaitkan hubungan geodiversitas-budaya dalam konsep
layanan ekosistem abiotik dapat memberikan kerangka kerja
untuk studi di masa depan dan dapat berkontribusi untuk lebih
memahami perlindungan dan pemanfaatan berkelanjutan tidak
hanya dari geoheritage tetapi juga geodiversity secara
keseluruhan, dan untuk membenarkan langkah-langkah
konservasi dan pengelolaan yang diterapkan tidak hanya pada
tingkat tapak (pada geosite, geomorfosit, atau geokultur tertentu)
tetapi pada geodiversity secara umum.
Kontribusi penulisLK:konseptualisasi (pemimpin), metodologi
(pemimpin), sumber daya (setara), pengawasan (pemimpin),
penulisan – draf asli (setara), penulisan – tinjauan & pengeditan
(setara);PC:konseptualisasi (pendukung), metodologi
(pendukung), sumber daya (setara), penulisan – draf asli (setara),
penulisan – ulasan & pengeditan (setara).
Minat bersaingPara penulis menyatakan bahwa mereka tidak
memiliki kepentingan keuangan yang bersaing atau hubungan
pribadi yang dapat mempengaruhi pekerjaan yang dilaporkan
dalam makalah ini.
PendanaanPenelitian ini tidak menerima hibah khusus
dari lembaga pendanaan mana pun di sektor publik,
komersial, atau nirlaba.
Ketersediaan dataPembagian data tidak berlaku untuk artikel
ini karena tidak ada set data yang dibuat atau dianalisis selama
penelitian ini.
Referensi
Agnesi, V., Di Patti, C. dan Truden, B. 2007. Raksasa dan
gajah Sisilia.Masyarakat Geologi, London,
Publikasi Khusus,273,263–270,https://doi.org/10.
1144/GSL.SP.2007.273.01.20
Al Basha, N., Eplényi, A. dan Sándor, G. 2020. Inspiratif
geologi – pengaruh formasi dan pola geologi alami
pada desain lansekap kontemporer.Arsitektur dan
Seni Lansekap,17,39–48,https://doi.org/ 10.22616/
j.landarchart.2020.17.05
Antic,́ A., Markovic,́ SBet al.2022. Menuju berkelanjutan
geowisata berbasis karst dari Gunung Kalafat di
Tenggara Serbia.Warisan bumi,14,16,https://doi.org/
10.1007/s12371-022-00651-6
Asrat, A. 2015. Geologi, geomorfologi, geodiversitas dan
geokonservasi Sistem Gua Sof Omar, Ethiopia
Tenggara.Jurnal Ilmu Bumi Afrika,
108,47–63,https://doi.org/10.1016/j.jafrearsci.201
5.04.015
Associação Geoparque Arouca 2011. Deklarasi Arouca
tentang Geowisata. 12 November 2011. Geopark
Eropa, http://www.europeangeoparks.org/?p=223
[diakses terakhir 30 November 2018].
Baczynśka, E., Lorenc, MW dan Kazḿierczak, U. 2018.
Daya tarik lanskap dari tambang yang ditinggalkan.
Warisan bumi,10,271–285,https://doi.org/10.1007/
s12371-017-0231-6
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
Hubungan geodiversitas-budaya
Baucon, A., Piazza, M., Cabella, R., Bonci, MC, Capponi,
L., de Carvalho, CN dan Briguglio, A. 2020. Bangunan
yang 'berbicara': ichnological geoheritage pada
bangunan tahun 1930-an di Piazza della Vittoria (Genova,
Italia).Warisan bumi,12,pasal 70,https://doi.org/10.1007/
s12371-020-00496-x
Bennett, MR, Doyle, P., Larwood, JG dan Prosser, CD
(eds) 1996.Geologi di Depan Pintu Anda: Peran
Geologi Perkotaan dalam Konservasi Warisan Bumi.
Masyarakat Geologi, London.
Bertacchini, M., Coratza, P., Panizza, M. dan Piacente, S.
2004. Geologi dalam lanskap budaya terpadu:
contoh mempromosikan pembangunan
berkelanjutan dan ekonomi di wilayah Emilia–
Romagna (Italia). Di dalam:Parkes, MA (ed.)
Konferensi Lanskap Alam dan Budaya: Yayasan
Geologi.9–11 September 2002. Royal Irish
Academy, Dublin, 309–312.
Bollati, I., Coratza, P.et al.2015. Arah dalam geoheritage
studi: saran dari Komunitas Geomorfologi Italia.
Teknik Geologi untuk Masyarakat dan Wilayah,8,
213–217,http://doi.org/10.1007/978-3-319-
09408-3_34
Boukhchim, N., Fraj, TB dan Reynard, E. 2018. Lateral
dan tempat tinggal gua 'vertiko-lateral' di Haddej dan
Guermessa: warisan geokultural khas Tunisia
Tenggara.Warisan bumi,10,575–590,https://doi.org/
10.1007/s12371-017-0251-2
Brilha, J. 2016. Inventarisasi dan Penilaian Kuantitatif
geosites dan situs geodiversity: review.Warisan
bumi,8,119–134,https://doi.org/10.1007/
s12371-014-0139-3
Brilha, J., Gray, M., Pereira, DI and Pereira, P. 2018. Geo-
keragaman: tinjauan integratif sebagai kontribusi
terhadap pengelolaan berkelanjutan seluruh alam.
Ilmu & Kebijakan Lingkungan,86,19–28,https://doi.
org/10.1016/j.envsci.2018.05.001
Brocx, M. dan Semeniuk, V. 2019A.Batu bangunan bisa
signifikansi geoheritage.Warisan bumi,11,133–149,
https://doi.org/10.1007/s12371-017-0274-8 Brocx, M.
dan Semeniuk, V. 2019B.The '8Gs' – cetak biru
untuk geoheritage, geoconservation, geoeducation
dan geotourism.Jurnal Ilmu Bumi Australia,
66,803–821,https://doi.org/10.1080/08120099.2019.
1576767
Brouwer, R., Brander, LM, Kuik, O., Papyrakis, E. dan
Bateman, I. 2013. Sintesis Pendekatan untuk Menilai
dan Menilai Jasa Ekosistem di UE dalam Konteks
TEEB. Laporan akhir. Institut Studi Lingkungan,
Universitas VU Amsterdam,https://ec.europ a.eu/
environment/nature/biodiversity/economics/pdf/
EU%20Valuation.pdf[terakhir diakses 27 Juli 2022].
Brown, EJ, Prosser, CD dan Stevenson, NM 2012. Geo-
keragaman, konservasi dan perubahan iklim: prinsip
utama untuk adaptasi.Jurnal Geografi Skotlandia,
128,234–239,https://doi.org/10.1080/14702541.20
12.725859
Burek, C. 2012. Peran LGAPs (Local Geodiversity
Rencana Aksi) dan RIGS Welsh sebagai penggerak lokal
untuk geokonservasi dalam geowisata di Wales.Warisan
bumi,4,45–63,https://doi.org/10.1007/s12371-012-0054-4
Carcavilla, L., Durán, JJ dan López-Martínez, J. 2008.
Geodiversidad: konsep dan hubungan dengan warisan
geologis.Geo-Tema,10,1299–1303,https://www.
igme.es/patrimonio/descargas/concepto_geodiversi
dad.pdf
Carrión Mero, P., Herrera Franco, G. dan Briones, J. 2018.
Geowisata dan pengembangan lokal berdasarkan
pemanfaatan situs geologi dan pertambangan, Zaruma–
Portovelo, Ekuador.ilmu bumi,8,205,https://doi.org/
10.3390/ geosciences8060205
Cassar, J., Torpiano, A., Zammit, T. dan Micallef, A. 2017.
Proposal untuk pencalonan Batu Kapur Globigerina
Bawah dari Kepulauan Malta sebagai 'Sumber Daya Batu
Warisan Dunia'.Semua episode,40,221–231,http://doi.
org/10.18814/epiiugs/2017/v40i3/017025 Castaldini, D.
dan Coratza, P. 2017. Gunung lumpur di
Emilia–Romagna Apennines: bentang alam kecil dengan nilai
pemandangan dan ilmiah yang luar biasa.Di dalam:Soldati, M.
dan Marchetti, M. (eds)Lanskap dan Bentang Alam Italia.
Springer Internasional, 225–234.
Chan, MA dan Godsey, HS 2016. Danau Bonneville
geosites di lanskap perkotaan: potensi hilangnya
warisan geologis.Perkembangan Proses Permukaan
Bumi,20,617–633,https://doi.org/10.1016/
B978-0-444-63590-7.00023-8
Chlachula, J. 2020. Warisan Geologi Kazakhstan Timur.Geo-
warisan,12,91,https://doi.org/10.1007/s12371-020-
00514-y
Clary, RM 2018. Geoheritage dan geoliterasi publik:
peluang untuk pendidikan geosains yang efektif di dalam
taman AS.Di dalam:Dowling, RK dan Newsome, D. (eds)
Buku Pegangan Geowisata.Edward Elgar, 244–253. Cole,
D. 2020. Batu warisan di Cape Town, Afrika Selatan.
Masyarakat Geologi, London, Publikasi Khusus,486,
305–323,https://doi.org/10.1144/SP486.3 Comer, P.,
Pressey, RLet al.2015. Memasukkan geodi-
ke dalam keputusan konservasi.Biologi
Konservasi,29,692–701,https://doi.org/10.1111/
cobi. 12508
Console, R. 2013. Penggunaan farmasi emas dari barang antik
uitas ke abad ketujuh belas.Masyarakat Geologi,
London, Publikasi Khusus,375,171–191,https://
doi.org/10.1144/SP375.12
Cooper, BJ 2019. Batu warisan di Australia Selatan. Australia
Tralian Journal of Earth Sciences, 66, 947–953,https://
doi.org/10.1080/08120099.2018.1547323
Cooper, T. 1999. Masalah subsidensi Ripon dan Alice in
Negeri Ajaib. Ceramah yang dipresentasikan pada British
Association for the Advancement of Science Meeting, 14
September, Sheffield, UK,https://sgi.isprambiente.it/
sinkhole web/pubblicazioni/internazionali/
Alice%20in%20W onderland%20and%20gypsum.pdf
[terakhir diakses 15 Agustus 2022].
Coratza, P. dan Hobléa, F. 2018. Kekhususan geo-
warisan morfologis.Di dalam:Reynard, E. dan Brilha,
J. (eds)Warisan geo.Elsevier, 87–106,https://doi.org/
10.1016/B978-0-12-809531-7.00005-8
Coratza, P. dan Panizza, M. 2017. Perjalanan Italia Goethe
dan lanskap geologis.Di dalam:Soldati, M. dan
Marchetti, M. (eds)Lanskap dan Bentang Alam Italia.
Springer Internasional, 511–521.
Coratza, P., Gauci, R., Schembri, J., Soldati, M. dan
Tonelli, C. 2016. Menjembatani nilai alam dan budaya
situs dengan pemandangan luar biasa: bukti dari
Gozo, Kepulauan Maltese.Warisan bumi,8,91–103,
https://doi.org/10.1007/s12371-015-0167-7
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
L. Kubaliková dan P. Coratza
Coratza, P., Vandelli, V. dan Soldati, M. 2018. Lingkungan-
rehabilitasi mental yang menghubungkan warisan alam
dan industri: rencana induk untuk area tambang yang
diberhentikan di Emilia Apennines (Italia).Ilmu Bumi
Lingkungan,77,pasal 455,https://doi.org/10.1007/
s12665-018-7642-9
Corbí, H., Martínez-Martínez, J. dan Martin-Rojas, I.
2019. Menghubungkan warisan geologi dan arsitektur dalam
geosite tunggal: Pulau Nueva Tabarca (Spanyol Tenggara).
Warisan bumi,11,703–716,https://doi.org/10.1007/
s12371-018-0327-7
Cravero, F., Ponce, MB, Gozalvez, MR dan Marfil, SA
2015. 'Piedra Mar del Plata': sebuah ortokuarsit
Argentina yang layak dipertimbangkan sebagai 'Sumber
Daya Batu Warisan Dunia'.Masyarakat Geologi, London,
Publikasi Khusus,407,263–268,https://doi.org/10.1144/
SP407.9
Daniel, J. (ed.) 2013.Catatan sejarah lingkungan
republiky [Sejarah lingkungan Republik Ceko].
Universitas Masarykova, Brno.
da Silva, CM 2019. Geodiversity dan sense of place: local
elemen geologi identitas dalam lambang kota
Portugis.Warisan bumi,11,949–960,https://doi.org/
10.1007/s12371-018-00344-z
Dante Alighieri, 1321. La Divina Commedia.
Del Lama, EA 2019. Potensi geowisata perkotaan:
gereja dan kuburan.Warisan bumi,11,717–728,
https://doi.org/10.1007/s12371-018-0325-9
Del Monte, M., Fredi, P., Pica, A. dan Vergari, F. 2013.
Geosites dalam pusat kota Roma (Italia): campuran
warisan budaya dan geomorfologi.Geografia Fisica e
Dinamica Quaternaria,36,241–257,http://doi.org/
10.4461/GFDQ.2013.36.20
DeWever, P., Baudin, F., Pereira, D., Cornée, A., Egoroff, G.
dan Page, K. 2017. Pentingnya geosite dan batu
pusaka di perkotaan – review.Warisan bumi,9, 561–
575,https://doi.org/10.1007/s12 371-016-0210-3
Dingwall, P. 2005. Geologi Warisan Dunia: Global
Kerangka. Kontribusi untuk Studi Tema Global
tentang Situs Alam Warisan Dunia. IUCN, WCPA,
UNESCO,https://portals.iucn.org/library/sites/
library/files/documents/Rep-2005-009.pdf
[terakhir diakses 23 November 2022].
Dowling, RK dan Newsome, D. (eds) 2010.Geowisata.
Wisata Geologi dan Lansekap.Teman baik. Dowling,
RK dan Newsome, D. (eds) 2018.Buku pegangan dari
Geowisata.Edward Elgar.
Draghici, CC, Pintilii, RD, Peptenatu, D., Comanescu,
LG dan Sirodoev, I. 2015. Peran pariwisata SPA dalam
pengembangan ekonomi lokal dari Rumania.
Procedia Ekonomi dan Keuangan,23,1573–1577,
https://doi.org/10.1016/S2212-5671(15)00400-1
Duffin, CJ 2013. Sejarah penggunaan farmasi
batu apung.Masyarakat Geologi, London, Publikasi
Khusus,375,157–169,https://doi.org/10.1144/SP375.8
Duffin, CJ, Moody, RTJ dan Gardner-Thorpe, C. (eds)
2013. Sejarah geologi dan kedokteran.Masyarakat
Geologi, London, Publikasi Khusus,375,https://
doi.org/10.1144/SP375.0
Ésik, Z., Rózsa, P. dan Szepesi, J. 2019. Elemen geoheritage
pabrik batu kilangan, Pegunungan Tokaj,
Hungaria.ahli geologi Eropa,48,38–42. Evans, BG,
Cleal, CJ dan Thomas, BA 2018. Geotour-
isme dalam lingkungan industri: South Wales Coalfield
Jaringan Geoheritage.Warisan bumi,10,93–107,
https://doi.org/10.1007/s12371-017-0226-3 Ferrando,
A., Faccini, F., Paliaga, G. dan Coratza, P. 2021.
Analisis berbasis GIS dan AHP kuantitatif untuk
penilaian dan pemetaan geodiversitas.Keberlanjutan,
13, 10376,https://doi.org/10.3390/su131810376 Finzi,
Y., Avni, S., Maroz, A., Avriel-Avni, N., Ashcke-
nazi-Polivoda, S. dan Ryvkin, I. 2019. Nilai
geodiversity dan geoheritage yang luar biasa dari
kawah erosi Kawah Negev.Warisan bumi,11,875–896,
https://doi.org/10.1007/s12371-018-0335-7 Fish, R.,
Church, A. and Winter, M. 2016. Konseptualisasi
jasa ekosistem budaya: kerangka kerja baru untuk
penelitian dan keterlibatan kritis.Layanan ekosistem,
21B,208–217,https://doi.org/10.1016/j.ecoser.201
6.09.002
Fox, N., Graham, LJ, Eigenbrod, F., Bullock, JM dan
Parks, KE 2020. Memasukkan geodiversity dalam
keputusan jasa ekosistem.Ekosistem dan Manusia,
16, 151–159,https://doi.org/10.1080/26395916.2020.
1758214
Fox, N., Graham, LJ, Eigenbrod, F., Bullock, JM dan
Parks, KE 2021. Memperkaya data media sosial
memungkinkan representasi layanan ekosistem budaya
yang lebih kuat.Layanan ekosistem,50,pasal 101328,
https://doi.org/10.1016/j.ecoser.2021.101328
Fox, N., Graham, LJ, Eigenbrod, F., Bullock, JM dan
Taman, KE 2022. Keanekaragaman hayati mendukung
jasa ekosistem budaya: penilaian menggunakan media
sosial. Warisan bumi,14,pasal 27,https://doi.org/10.1007/
s12371-022-00665-0
Gambino, F., Borghi, A.et al.2019. BATU WISATA: a
aplikasi seluler gratis untuk mempromosikan warisan
geologis di kota Torino (NW Italy).Warisan bumi,11, 3–17,
https://doi.org/10.1007/s12371-017-02 77-5 García, MGM
2019. Layanan ekosistem disediakan oleh
geodiversity: penilaian awal dan perspektif untuk
pemanfaatan berkelanjutan sumber daya alam di
wilayah pesisir negara bagian São Paulo, Brasil
tenggara. Warisan bumi,11,1257–1266,https://
doi.org/10. 1007/s12371-019-00383-0
Giordano, E., Giardino, M.et al.2016. Mengikuti jejak
Charlemagne di Cottian Alps. Warisan budaya
dan geologi dari jejak Franks (Susa Valley,
Piemonte, NW Italy).Warisan bumi,8,293–300,
https://doi.org/10.1007/s12371-015-0158-8
Goemaere, E., Millier, C.et al.2021. Legenda dari
Ardennes Massif, warisan geo-budaya takbenda
lintas batas (Belgia, Luksemburg, Prancis, Jerman).
Warisan bumi,13,pasal 28,https://doi.org/10.1007/
s12371-021-00549-9
González-Delgado, J.Á., Martínez-Graña, A.et al.2020.
Augmented reality sebagai alat untuk mempromosikan
nilai wisata warisan geologis di sekitar lokasi syuting
alam: studi kasus di 'Sad Hill' (Film The Good, the Bad and
the Ugly, Burgos, Spanyol).Warisan bumi,
12,pasal 34,https://doi.org/10.1007/s12371-020-
00457-4
Gordon, JE 2012A.Terlibat dengan geodiversity: 'batu
voices', kreativitas, dan layanan budaya ekosistem di
Skotlandia.Jurnal Geografi Skotlandia,128,240– 265,
https://doi.org/10.1080/14702541.2012.725860
Gordon, JE 2012B.Menemukan kembali rasa takjub: geo-
warisan, geowisata dan lanskap budaya
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
Hubungan geodiversitas-budaya
pengalaman.Warisan bumi,4,65–77,https://doi.org/
10.1007/s12371-011-0051-z
Gordon, JE 2018. Geoheritage, geotourism, dan budaya
lanskap tural: meningkatkan pengalaman pengunjung
dan mempromosikan geokonservasi.ilmu bumi,8,136,
https://doi.org/10.3390/geosciences8040136 Gordon, JE
dan Barron, HF 2012. Menilai geodiversitas dan
geokonservasi: mengembangkan pendekatan ekosistem
yang lebih strategis.Jurnal Geografi Skotlandia,128,278–
297, https://doi.org/10.1080/14702541.2012.72 5861
Gordon, JE, Crofts, R.et al.2018. Peningkatan Peran
geokonservasi dalam pengelolaan kawasan lindung dan
konservasi alam.geoheritag,10,191–203, https://doi.org/
10.1007/s12371-017-0240-5 Gray, M. 2013.Geodiversity:
Menghargai dan Melestarikan Abi-
Sifat otik.edisi ke-2. Wiley Blackwell.
Gray, M. 2018. Posisi geosains yang membingungkan
dalam pendekatan 'modal alam' dan 'jasa
ekosistem'.Layanan ekosistem,34,106–112,
https://doi.org/10.1016/j.ecoser.2018.10.010
Gray, M. 2021. Geodiversity: signifikan, multi-segi
dan berkembang, paradigma geosains daripada
istilah yang berlebihan.Prosiding Asosiasi Ahli
Geologi,132,605–619,https://doi.org/10.1016/j.pge
ola.2021.09.001
Habibi, T., Ponedelnik, AA, Yashalova, NN dan Ruban,
DA 2018. Kompleksitas geoheritage perkotaan: bukti
sumber daya alam yang unik dari kota Shiraz di Iran.
Kebijakan Sumber Daya,59,85–94,https://doi.org/10.
1016/j.resourpol.2018.06.002
Haines-Young, R. dan Potschin, MB 2018. Menuju a
Klasifikasi Umum Layanan Ekosistem
Internasional (CICES) untuk Akuntansi
Lingkungan dan Ekonomi Terpadu V5.1. Badan
Lingkungan Eropa,https://cices.eu/resources/
Hannibal, JT, Kramar, S. and Cooper, BJ (eds) 2020.
Contoh batu pusaka di seluruh dunia: pengantar.
Masyarakat Geologi, London, Publikasi Khusus,
486,https://doi.org/10.1144/SP486-2020-84
Hirons, M., Comberti, C. dan Dunford, R. 2016. Menilai
jasa ekosistem budaya.Tinjauan Tahunan
Lingkungan dan Sumber Daya,41,545–574,https://
doi.org/10. 1146/annurev-environ-110615-085831
Hjort, J. dan Luoto, M. 2010. Geodiversitas lintang tinggi
pemandangan di Finlandia utara.Geomorfologi,115,
109–116,https://doi.org/10.1016/j.geomorph.2009.
09.039
Hofstede, G. 1980.Konsekuensi Budaya: Internasional
Perbedaan Nilai Terkait Pekerjaan.Sage, London.
Hofstede, G. 2001. Konsekuensi terkini budaya: penggunaan
skor dimensi dalam teori dan penelitian.Jurnal
Internasional Manajemen Lintas Budaya,1,11–17,
https://doi.org/10.1177/147059580111002 Holub,
J. dan Kopecňý, F. 1952.Etimologik slovník
jazyka cěského [Kamus etimologi bahasa Ceko].
Státní pedagogické nakladatelství, Praha. Hose,
TA 1995. Menjual kisah batu Inggris.Lingkungan
Interpretasi roment,10,16–17.
Ilies, DC dan Josan, N. 2009. Geosites–geomorphosites
dan lega.GeoJournal Pariwisata dan Geosites II,3, 78–
85,http://gtg.webhost.uoradea.ro/PDF/GTG-1-
2009/10_OK_Ilies+Josan.pdf
Kaur, G., Kaur, P.et al.2020. Batu kapur emas Jaisalmer: a
sumber daya batu warisan dari gurun India barat.
Warisan bumi,12,pasal 53,https://doi.org/10.1007/
s12371-020-00475-2
KazancSaya,N., Suludere, Y.et al.2019. Peninggalan Pertambangan dan
geosite yang relevan sebagai instrumen yang memungkinkan untuk
pembangunan berkelanjutan kota-kota penambang di Turki.Warisan bumi,
11,1267–1276,https://doi.org/10.1007/s12371-019-
00391-0
Key, MM, Lieber, SB dan Teagle, RJ 2020. Seorang ahli sejarah-
pendekatan geoarkeologis untuk mendapatkan sumber
batu bangunan abad kedelapan belas: penggunaan batu
pasir Aquia Creek di Christ Church, Lancaster County, VA,
USA.Warisan bumi,12,pasal 4,https://doi.org/10. 1007/
s12371-020-00426-x
Khoshraftar, R. dan Torabi Farsani, N. 2019. Geomythol-
ogy: sebuah pendekatan untuk menarik geotourist (studi
kasus: Takht-e Soleyman̄ – Situs Warisan Dunia Takab).
Warisan bumi,11,1879–1888,https://doi.org/ 10.1007/
s12371-019-00399-6
Kirchner, K. dan Kubaliková, L. 2015. Geomitologi: a
alat yang berguna untuk tujuan geokonservasi dan
geowisata.Di dalam:Fialová, J. dan Pernicová, D. (eds)
Rekreasi Publik dan Perlindungan Lanskap – dengan
Manusia Bergandengan Tangan!Masyarakat Insinyur
Lansekap Ceko; Departemen Manajemen Lanskap
Fakultas Kehutanan dan Teknologi Kayu, Universitas
Mendel di Brno, Brno, 68–74.
Klemm, D. dan Klemm, R. 2001. Batu bangunan dari
Mesir kuno – anugerah geologisnya.Jurnal Ilmu
Bumi Afrika,33,631–642,https://doi.org/10. 1016/
S0899-5362(01)00085-9
Knudson, C., Kay, K. dan Fisher, S. 2018. Menilai geo-
keragaman dan keragaman budaya pendekatan untuk
membangun ketahanan melalui konservasi.Perubahan
Iklim Alam,8,678–685,https://doi.org/10.1038/
s41558-018-0188-8
Kroeber, AL dan Kluckhohn, C. 1952. Budaya: kritis
meninjau konsep dan definisi.Makalah Museum
Arkeologi & Etnologi Peabody, Universitas
Harvard,47,viii, 223.
Kubaliková, L. 2018. Republik Ceko: perencanaan dan
pengelolaan sumber daya tersembunyi geowisata.Di dalam:
Dowling, RK dan Newsome, D. (eds)Buku Pegangan
Geowisata.Edward Elgar, Cheltenham, Inggris, 417–432,
https://doi.org/10.4337/9781785368868.00046
Kubaliková, L. 2020. Jasa ekosistem budaya geo-
keragaman: studi kasus dari Stránská skála (Brno,
Republik Ceko).Tanah,9,105,https://doi.org/10. 3390/
tanah9040105
Kubaliková, L. dan Zapletalová, D. 2021. Geo-budaya
aspek batu bangunan yang digali di Kota Brno
(Republik Ceko): jembatan antara warisan alam dan
budaya.Warisan bumi,13,pasal 78,https://doi.org/
10.1007/s12371-021-00585-5
Kubaliková, L., Kirchner, K., Kuda, F. dan Machar, I.
2019. Peran bentang alam antropogenik dalam
pengelolaan lanskap berkelanjutan.Keberlanjutan,11,
4331, https://doi.org/10.3390/su11164331 Kubaliková, L.,
Kirchner, K., Kuda, F. and Bajer, A. 2020.
Penilaian sumber daya geowisata perkotaan: contoh
dua situs geokultural di Brno, Republik Ceko.Warisan
bumi,12,pasal 7,https://doi.org/10.1007/
s12371-020-00434-x
Kubaliková, L., Drápela, E., Kirchner, K., Bajer, A.,
Balková, M. dan Kuda, F. 2021. Geowisata perkotaan
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
L. Kubaliková dan P. Coratza
pengembangan dan geokonservasi: apakah mungkin
menemukan keseimbangan?Ilmu & Kebijakan Lingkungan,
121,1–10, https://doi.org/10.1016/j.envsci.2021.03.016
Kubaliková, L., Bajer, A., Balková, M., Kirchner, K. dan
Machar, I. 2022. Rencana aksi geodiversitas sebagai alat
pengembangan pariwisata berkelanjutan dan pendidikan
lingkungan.Keberlanjutan,14,6043,https://doi.org/
10.3390/su14106043
Kucǎ, K. 2000.Brno – vývoj mešta, prědmeští a prǐpoje-
tidak ada darah.Basis, Brno.
Kukal, Z., Malina, J., Malinová, R. dan Tesarǒvá, H. 1989.
Cľoveǩ a kámen [Manusia dan Batu].Akademisi Praha.
Larwood, J., Prancis, S. dan Mahon, C. (eds) 2017. Budaya-
sekutu Alam atau Budaya Alami? Menggali
Hubungan antara Alam dan Budaya melalui Warisan
Dunia. Komite Nasional IUCN Inggris,https://iuc
nuk.files.wordpress.com/2017/05/naturally-
culturalweb.pdf[terakhir diakses 9 Februari 2021].
Lee, KA, Lee, JR and Bell, P. 2020. Ulasan warga
sains dalam ilmu Bumi: potensi manfaat dan
hambatan.Prosiding Asosiasi Ahli Geologi,
131,605–617,https://doi.org/10.1016/j.pgeola.202
0.07.010
Lollino, P. dan Pagliarulo, R. 2008. Interaksi erosi,
proses ketidakstabilan dan warisan budaya di Pulau San
Nicola (Kepulauan Tremiti, Italia Selatan).Geografia Fisica
e Dinamica Quaternaria,31,161–169,http://
www.glaciologia.it/wp-content/uploads/FullText/
full_text_31_2/10_Lollino_161_169.pdf
Lugeri, FR, Farabollini, P., Greco, R. dan Amadio, V.
2015. Karakterisasi geologi lanskap dalam serial TV
utama: pendekatan yang disarankan untuk
melibatkan publik dalam promosi warisan geologi.
Keberlanjutan,7,4100–4119,https://doi.org/10.3390/
su704 4100
Lugli, S., Papazzoni, CA, Gavioli, S., Melloni, C., Ros-
setti, G., Tintori, S. dan Zanfrognini, R. 2009. Batu
Menara Ghirlandina.Di dalam:Cadignani, R. (ed.)
Menara Ghirlandina. Proyek Konservasi. Luca
Sossella Editore, 97–117.
Margiotta, S. dan Sanso, P. 2016. Tambang yang terbengkalai dan
geowisata: peluang bagi Distrik Kuari Salento (Apulia,
Italia Selatan).Warisan bumi,9,1–15, https://doi.org/
10.1007/s12371-016-0201-4 Mata-Perelló, J. 2018.
Geomining heritage as a tool to pro-
perkembangan sosial masyarakat pedesaan.Di dalam:
Reynard, E. dan Brilha, J. (eds)Geoheritage: Penilaian,
Perlindungan dan Pengelolaan.Elsevier, 167–177.
Matsumoto, D. 1996.Budaya dan Psikologi.Brooks
Cole, Pacific Grove, CA.
Mauerhofer, L., Reynard, E.et al.2018. Kontribusi a
inventarisasi geomorfosit ke pengetahuan geoheritage di
negara berkembang: kasus Taman Nasional Pegunungan
Simien, Ethiopia.Warisan bumi,10, 559–574,https://
doi.org/10.1007/s12371-017-0 234-3 Melo Zurita, M. de L.
2019. Lubang, penjelajahan bawah tanah
tion dan mempengaruhi di Semenanjung Yucatan.Emosi,
Ruang dan Masyarakat,32,artikel 100584,https://doi. org/
10.1016/j.emospa.2019.100584
Migon,́ P. 2021. Bentang alam granit, geodiversity dan geo-
warisan – konteks global.Warisan,4,198–219, https://
doi.org/10.3390/heritage4010012
Migon,́ P. dan Pijet-Migon,́ E. 2022. Peran geodiver-
kota dan geoheritage dalam pariwisata dan pengembangan lokal.
Masyarakat Geologi, London, Publikasi Khusus,530,
https://doi.org/10.1144/SP530-2022-115
Milcu, AI, Hanspach, J., Abson, D. dan Fischer, J. 2013.
Layanan ekosistem budaya: tinjauan literatur dan prospek
untuk penelitian di masa depan.Ekologi dan Masyarakat,
18,44,https://doi.org/10.5751/ES-05790-180344
Motta, L. dan Motta, M. 2007. Blok tidak menentu: dari perlindungan
tor makhluk ke geosites untuk dilindungi.Masyarakat
Geologi, London, Publikasi Khusus,273,315–327,
https://doi.org/10.1144/GSL.SP.2007.273.01.24
Moufti, MR, Németh, K.et al.2015. Geotop vulkanik
dan geosite mereka terawetkan dalam iklim gersang
terkait lanskap dan perubahan iklim sejak Neogen di
Arab Saudi utara: Harrat Hutaymah (wilayah Hai'il).
Warisan bumi,7,103–118,https://doi.org/10. 1007/
s12371-014-0110-3
Moura, P., Garcia, MGM dan Brilha, J. 2021. Pedoman
untuk pengelolaan geoheritage: sebuah pendekatan di
Sertão Central, semikering timur laut Brasil.Warisan
bumi,13,pasal 42,https://doi.org/10.1007/s12371-
021-00566-8
Nesci, O. dan Borchia, R. 2017. Bentang alam dan bentang alam
Kadipaten Urbino dalam lukisan Renaisans Italia. Di
dalam:Soldati, M. dan Marchetti, M. (eds)Lanskap dan
Bentang Alam Italia.Springer Internasional, 257–269.
Nesci, O. dan Valentini, L. 2020. Sains, puisi, dan
musik untuk pemandangan wilayah Marche, Italia:
mengkomunikasikan pelestarian warisan alam.
komunikasi geosains,3,393–406,https://doi.org/
10.5194/gc-3-393-2020
Ollier, C. 2012. Permasalahan geowisata dan geodiversitas.
Quaestiones Geographicae,31,57–61,https://doi. org/
10.2478/v10117-012-0025-5
Palacio-Prieto, JL 2015. Geoheritage di dalam kota: perkotaan
geosite di Mexico City.Warisan bumi,7,365–373,
https://doi.org/10.1007/s12371-014-0136-6 Panizza,
M. dan Piacente, S. 2003.Budaya Geomorfologia-
ale.Pitagora.
Pelfini, M., Bollati, I., Giudici, M., Pedrazzini, T., Sturani,
M. and Zucali, M. 2018. Urban geoheritage as a
resource for Earth sciences education: example from
Milan metropolitan area.Rendiconti Online Societa
Geologica Italiana,45,https://doi.org/10.3301/
ROL.2018.33
Pellitero, R., Manosso, FC dan Serrano, E. 2014. Pertengahan dan
perhitungan geodiversity skala besar di Fuentes
Carrionas (NW Spain) dan Serra do Cadeado (Paranà,
Brazil): metodologi dan aplikasi untuk pengelolaan
lahan.Geografiska Annaler: Seri A, Geografi Fisik,97,
219–235,https://doi.org/10.1111/geoa.12057 Pereira,
D. dan van den Eynde, VC 2019. Batu pusaka
dan geoheritage.Warisan bumi,11,1–2,https://doi.
org/10.1007/s12371-019-00350-9
Pereira, D., Marker, BR, Kramar, S., Cooper, BJ dan
Schouenborg, BE (eds) 2015. Batu Warisan Global:
menuju pengakuan internasional terhadap batu
bangunan dan hias.Masyarakat Geologi, London,
Publikasi Khusus,407,https://doi.org/10.1144/SP407
Pereira, DI, Pereira, P., Brilha, J. dan Santos, L. 2013.
Penilaian keanekaragaman hayati Negara Bagian Paraná
(Brasil): pendekatan inovatif.Manajemen lingkungan,52,
541–552,https://doi.org/10.1007/s00267-013-0100-2
Pereira, LS, do Nascimento, MAL dan Mantesso-Neto,
V. 2019. Jejak geowisata di Senhor da Boa
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
Hubungan geodiversitas-budaya
Pemakaman Sentença, João Pessoa, Negara Bagian
Paraíba (PB), Brasil Timur Laut.Warisan bumi,11,1133–
1149, https://doi.org/10.1007/s12371-019-00359-0 Pica,
A., Vergari, F., Fredi, P. dan Del Monte, M. 2016. The
Warisan geomorfologi Aeterna Urbs (Roma, Italia).
Warisan bumi,8,31–42,https://doi.org/10.1007/
s12371-015-0150-3
Piccardi, L. dan Masse, WB 2007. Mitos dan geologi.
Masyarakat Geologi, London, Publikasi Khusus,273, https://
doi.org/10.1144/GSL.SP.2007.273.01.26 Pijet-Migon,́ E. dan
Migon,́ P. 2018. Akibat perubahan bentuk lahan
ke gedung bandara.Di dalam:Thornbush, MJ dan Allen,
CD (eds)Geomorfologi Perkotaan: Bentang Alam dan
Proses di Kota.Elsevier, 101–114.
Pijet-Migon,́ E. dan Migon,́ P. 2019. Mempromosikan dan
preting geoheritage di tingkat lokal – pendekatan dari bawah
ke atas di tanah gunung berapi yang sudah punah, Sudetes,
SW Polandia.Warisan bumi,11,1227–1236,https://doi. org/
10.1007/s12371-019-00357-2
Pijet-Migon,́ E. dan Migon,́ P. 2022. Geoheritage dan budaya
warisan tural – ulasan tentang tema-tema yang berulang
dan saling terkait.ilmu bumi,12,98,https://doi.org/10.
3390/geosciences12020098
Portal, C. dan Kerguillec, R. 2018. Bentuk kota: geo-
lanskap morfologi, lingkungan perkotaan abiotik,
dan geoheritage di dunia barat: contoh taman
dan kebun.Warisan bumi,10,67–78,https://
doi.org/10.1007/s12371-017-0220-9
Powell, J., Nash, G. dan Bell, P. 2013. GeoExposures: doc-
menampilkan paparan geologis sementara di
Britania Raya melalui situs web citizen-science.
Prosiding Asosiasi Ahli Geologi,124,638–647,https://
doi.org/10.1016/j.pgeola.2012.04.004
Harga, WR dan Ronck, CL 2019. Penggalian untuk Dunia
Penunjukan warisan: wisata batu tulis di Wales Utara.
Warisan bumi,11,1839–1854,https://doi.org/10. 1007/
s12371-019-00402-0
Prǐkryl, R. and Török, A. (eds) 2010. Batu alam
sumber daya untuk monumen bersejarah.Masyarakat
Geologi, London, Publikasi Khusus,333,https://doi. org/
10.1144/SP333.0
ProGEO 1991. Deklarasi Digne-les-Bains – Deklarasi
Hak Memori Bumi. ProGEO, http://www.progeo.ngo/
downloads/DIGNE_DECLA RATION.pdf[terakhir
diakses 30 April 2022]. Prosser, CD 2019. Komunitas,
kuari, dan geoheritage –
membuat koneksi.Warisan bumi,11,1277–1289, https://
doi.org/10.1007/s12371-019-00355-4 Queiroz, DS dan
Garcia, MGM 2022. Geografis 'tersembunyi'
keragaman dalam pendekatan tradisional dalam jasa
ekosistem: perspektif berdasarkan penilaian moneter.
Warisan bumi,14,pasal 44,https://doi.org/10.1007/
s12371-022-00676-x
Rassios, AE, Krikeli, A.et al.2022. Warisan Geologi
Gunung Olympus: mitologi kuno dan geologi
modern.Warisan bumi,14,pasal 15,https://doi.org/10.
1007/s12371-022-00649-0
Reid, W., Mooney, H., Cropper, A., Capistrano, D., Car-
penter, S. dan Chopra, K. 2005.Penilaian Ekosistem
Milenium. Ekosistem dan Kesejahteraan Manusia:
Sintesis.Island Press, Washington, DC, AS. Reynard, E.
2009. Geomorfosit: definisi dan karakteristik
teristik.Di dalam:Reynard, E., Coratza, P. dan Regolini-
Bissig, G. (eds)Geomorfosit.Pfeil, München, 89–103.
Reynard, E. dan Giusti, C. 2018. Bentang alam dan budaya
nilai tural geoheritage.Di dalam:Reynard, E. dan Brilha, J.
(eds)Geoheritage: Penilaian, Perlindungan dan
Pengelolaan.Elsevier, 147–166.
Reynard, E., Perret, A., Bussard, J., Grangier, L. dan
Martin, S. 2016. Pendekatan Terpadu untuk
Inventarisasi dan Pengelolaan Warisan Geomorfologi
Skala Regional.Warisan bumi,8,43–60,https://doi.
org/10.1007/s12371-015-0153-0
Robins, NS dan Smedley, PL 2013 Air Tanah –
Obat dari Glassful?Masyarakat Geologi, London,
Publikasi Khusus,375,261–267.http://doi.org/10.
1144/SP375.17
Rocha, F. dan Ferreira daSilva, E. 2014. Geowisata,medis
geologi dan pembangunan lokal: studi kasus
Tanjung Verde. Jurnal Ilmu Bumi Afrika,99,735–742,
https://doi.org/10.1016/j.jafrearsci.2014.04.015
Romano, M. 2016. “Per tremoto o per sostegno manco”:
Geologi Inferno Dante Alighieri.Jurnal Geosains
Italia,135 (1), 95–108,https://doi.org/ 10.3301/
IJG.2015.01
Mawar, WI, Vye, EC, Stein, CA, Malone, DH,
Craddock, JP dan Stein, SA 2017. Jacobsville
Sandstone: kandidat nominasi 'Global Heritage Stone
Resource' dari Michigan, AS.Semua episode,
40,213–219,https://doi.org/10.18814/epiiugs/201 7/
v40i3/017024
Ruban, DA 2010. Kuantifikasi geodiversity dan nya
kehilangan.Prosiding Asosiasi Ahli Geologi,121, 326–
333,https://doi.org/10.1016/j.pgeola.2010.07.002
Sallam, ES, Ponedelnik, AA, Tiess, G., Yashalova, NN
dan Ruban, DA 2018. Warisan geologis wilayah
Kurkur–Dungul di Mesir selatan.Jurnal Ilmu Bumi
Afrika,137,103–115,https://doi.org/10. 1016/
j.jafrearsci.2017.10.012
Santi, P., Tramontana, M.et al.2021. Pusat bersejarah
Urbino, Warisan Dunia UNESCO (wilayah Marche,
Italia): rencana perjalanan perkotaan-geologi
melintasi bangunan dan batu hias.Warisan bumi,13,
pasal 86, https://doi.org/10.1007/s12371-021-00606-3
Selmi, L., Coratza, P., Gauci, R. dan Soldati, M. 2019.
Geoheritage sebagai alat untuk pengelolaan
lingkungan: studi kasus di Malta utara (Laut
Mediterania tengah).Sumber daya,8,168,https://
doi.org/10.3390/ resources8040168
Selmi, L., Canesin, TS, Gauci, R., Pereira, P. dan Coratza,
P. 2022. Kajian risiko degradasi: memahami dampak
perubahan iklim terhadap warisan geo.Keberlanjutan,14,
4262,https://doi.org/10.3390/su14074 262 Sendjaja, P.,
Suparka, E. dan Botjing, MU 2020. Geodi-
versi Taman Nasional Kepulauan Togean, Provinsi
Sulawesi Tengah untuk penilaian Geopark.Seri
Konferensi IOP: Ilmu Bumi dan Lingkungan,
589,artikel 012023,https://doi.org/10.1088/1755-
1315/589/1/012023
Serrano, E. dan Ruiz Flaño, P. 2007. Geodiversity: sebuah teori
konsep retis dan terapan.Geografica Helvetica,62,
140–147,https://doi.org/10.5194/gh-62-140-2007
Silva, ZCG 2019. Lioz – batu kerajaan di Portugal dan a
batu monumental di Brasil kolonial.Warisan bumi,11,
165–175,https://doi.org/10.1007/s12371-017-0267-7
Sisto, M., Di Lisio, A. and Russo, F. 2020. TheMefite in the
Lembah Ansanto (Italia Selatan): Geoarchaeosite untuk
Mempromosikan Geowisata dan Geokonservasi
Diunduh dari https://www.lyellcollection.org oleh Lucie Kubalikova pada 13 Februari 2023
L. Kubaliková dan P. Coratza
Lanskap Budaya Irpinian.Warisan bumi,12,29,
https://doi.org/10.1007/s12371-020-00450-x Soldati,
M., Buhagiar, S., Coratza, P., Magri, O., Pasuto, A.
dan Schembri, JA 2008. Integrasi geomorfologi dan
warisan budaya: isu utama untuk masa kini dan
masa depan.Geografia Fisica e Dinamica
Quaternaria,31,95–96.
Soudijn, KA, Hutschemaekers, GJM dan van de Vijver,
FRJ 1990. Konseptualisasi budaya.Di dalam:van de
Vijver, FRJ dan Hutschemaekers, GJM (eds)
Konseptualisasi Kebudayaan.Tilburg University
Press, Tilburg, 19–39.
Szabó, J., Dávid, L. dan Loszy, D. (eds) 2010.Antropogenik
Geomorfologi. Panduan Bentang Alam Buatan Manusia.
Peloncat,https://doi.org/10.1007/978-90-481-3058-0
Szepesi, J., Harangi, S.et al.2017. Geoheritage Vulkanik dan
perspektif geowisata di Hongaria: kasus Situs
Warisan Dunia UNESCO, lanskap budaya bersejarah
wilayah anggur Tokaj, Hongaria.Warisan bumi,9,
329–349,https://doi.org/10.1007/s12371-016-0205-0
Taras, V., Rowney, J. dan Steel, P. 2009. Setengah abad
mengukur budaya: tinjauan pendekatan, tantangan,
dan batasan berdasarkan analisis 121 instrumen
untuk mengukur budaya.Jurnal Manajemen
Internasional,15,357–373,https://doi.org/10.1016/
j.int man.2008.08.005
Tukiainen, H., Bailey, JJ, Field, R., Kangas, K. dan Hjort,
J. 2016. Menggabungkan geodiversitas dengan iklim dan
topografi untuk memperhitungkan kekayaan spesies
terancam. Biologi Konservasi,31,364–375,https://doi.org/
10.1111/cobi.12799
Tuma, KA 2002. Cézanne dan Lucretius di Red Rock.
Representasi,78,56–85.https://www.jstor.org/sta ble/
10.1525/rep.2002.78.1.56
Tylor,EB [1871] 1958.Budaya Primitif.Harper, New York.
UNESCO 2001. Deklarasi Universal UNESCO tentang Budaya
Keanekaragaman hayati. UNESCO,https://www.un.org/
en/events/culturaldiversityday/pdf/127160m.pdf
[terakhir diakses 28 November 2022].
Urban, J., Radwanek-Bak̨, B. dan Margielewski, W. 2022.
Konsep geoheritage dalam konteks jasa ekosistem abiotik
(jasa geosistem) – bagaimana cara memperdebatkan
geokonservasi dengan lebih baik?Warisan bumi,14,pasal 54,
https://doi.org/10.1007/s12371-022-00688-7 Van Ree, CCDF
dan van Beukering, PJH 2016. Geo-
layanan sistem: sebuah konsep dalam mendukung pembangunan
berkelanjutan dari bawah permukaan.Layanan ekosistem,20, 30–
36,https://doi.org/10.1016/j.ecoser.2016.06.004
Van Ree, CCDF, van Beukering, PJH dan Boekestijn,
J. 2017. Layanan geosistem: mata rantai tersembunyi dalam
pengelolaan ekosistem.Layanan ekosistem,26,58–69,https://
doi.org/10.1016/j.ecoser.2017.05.013
Vitaliano, DB 1968. Geomythology: dampak geo-
peristiwa logika sejarah dan legenda dengan
referensi khusus ke Atlantis.Jurnal Institut Cerita
Rakyat,5, 5–30,https://doi.org/10.2307/3813842
Vystoupil, J.,Sauer, M. dan Bobková, M. 2017. Spa, spa
pariwisata dan pariwisata kesehatan di Republik
Ceko. Jurnal Pariwisata Ceko,6,5–26,http://doi.org/
10.1515/cjot-2017-0001
Wignall, RML, Gordon, JE, Anglo, V., MacFadyen,
CCJ dan Everett, NS 2018. Penilaian risiko kualitatif
untuk dampak perubahan iklim pada situs
geoheritage yang penting secara nasional dan
internasional di Skotlandia.Prosiding Asosiasi Ahli
Geologi,129, 120–134,https://doi.org/10.1016/
j.pgeola.2017.11. 003
Worton, GJ dan Gillard, R. 2013. Masyarakat lokal
dan kaum muda – masa depan geokonservasi.
Prosiding Asosiasi Ahli Geologi,124, 681–690,
https://doi.org/10.1016/j.pgeola.2013.01. 006
Younes Arrad, T., Errami, E., Ennih, N., Ouajhain, B.,
Ettachfini, EM dan Said Bouaouda, M. 2020. Dari
inventarisasi geoheritage hingga implikasi geoedukasi
dan geowisata: wawasan dari Jbel Amsittene (provinsi
Essaouira, Maroko).Jurnal Ilmu Bumi Afrika,
161,artikel 103656,https://doi.org/10.1016/j.jafrear
sci.2019.103656
Yu, Y. dan Yang, J. 2022. Peran dan praktik geodi-
versity dalam melayani ekosistem di Cina.Keberlanjutan,
14,4547,https://doi.org/10.3390/su14084547
Zangmo Tefogoum, G., Kagou Dongmo, A.et al.2014.
Fitur geomorfologi Gunung Api Manengouba (Jalur
Kamerun): aset untuk pengembangan Geopark
potensial.Warisan bumi,6,225–239,https://doi. org/
10.1007/s12371-014-0109-9
Zangmo Tefogoum, G., Kagou Dongmo, A.et al.2017.
Warisan geo vulkanik Kaldera Gunung Bamenda
(Garis Kamerun): penilaian untuk tujuan geowisata
dan geoedukasi.Warisan bumi,9,255–278, https://
doi.org/10.1007/s12371-016-0177-0 Zwolinśki, Z.,
Najwer, A. dan Giardino, M. 2018. Metode
untuk menilai geodiversitas.Di dalam:Reynard, E. dan
Brilha, J. (eds)Geoheritage: Penilaian, Perlindungan dan
Pengelolaan.Elsevier, 27–52.