You are on page 1of 23

MAKALAH

PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PADA SITUASI BENCANA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan


Kesehatan Jiwa I yang diampu oleh :

Wahyudin S.Kp,M.Kes

Oleh

Kelompok II

Alfina Liani S KHGC19048

Anisa Silfia KHGC19053

Helmilia Oktaviani KHGC19064

Neng Ayu Yuliandri KHGC19072

Putri Nur Aropah KHGC19077

Rista Tresna Dewi KHGC19082

Suci Badriyah KHGC19086

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKes KARSA HUSADA GARUT

2021
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya
kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta
salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya,
baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Keperawatan
kesehatan jiwa I dengan judul ” PELAYANAN KEPERAWATAN JIWA PADA
SITUASI BENCANA ”

Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan
masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis
mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini
nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Kemudian apabila terdapat
banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Aamiin.

Garut ,April 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................i
DAFTAR ISI ..................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................1
1.1 Latar Belakang ....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ...............................................................................................2
1.3 Tujuan .................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................................3
2.1 Definisi Bencana .................................................................................................3
2.2 Fase-Fase Bencana ..............................................................................................4
2.3 Permasalahan Dalam Penanggulangan Bencana .................................................5
2.4 Kelompok Rentan Becana ...................................................................................5
2.5 Paradigma Penanggulangan Bencana .................................................................6
2.6 Pengurangan Risiko Bencana ..............................................................................6
2.7 Trauma Pasca Bencana .......................................................................................7
2.8 Peran Perawat Komunitas Dalam Manajemen Kejadian Bencana ......................11
2.9 Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bemcana ................................14
2.10 Jenis Kegiatan Siaga Bencana ...........................................................................14
BAB III PENUTUP .......................................................................................................18
3.1 Kesimpulan .........................................................................................................18
3.2 Saran ....................................................................................................................18
Daftar Pustaka

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Proses bencana alam seringkali tidak terduga. Bencana alam memakan jiwa yang
jumlahnya tidak sedikit, sehingga banyak yang tidak siap dan tanggap dalam
memperkirakan bencana alam yang datang tiba-tiba. Profesi keperawatan bersifat luwes
dan mencakup segala kondisi, dimana perawat tidak hanya terbatas pada pemberian
asuhan dirumah sakit saja melainkan juga dituntut mampu bekerja dalam kondisi siaga
tanggap bencana. Situasi penanganan antara keadaan siaga dan keadaan normal
memang sangat berbeda, sehingga perawat harus mampu secara skill dan teknik dalam
menghadapi kondisi seperti ini. Kegiatan pertolongan medis dan perawatan dalam
keadaan siaga bencana dapat dilakukan oleh proesi keperawatan. Berbekal pengetahuan
dan kemampuan yang dimiliki seorang perawat bisa melakukan pertolongan siaga
bencana dalam berbagai bentuk. Aspek Psikologis erat kaitannya dengan proses
kehilangan, tidak hanya fisik: kehilangan barang milik, kehilangan orang yang dikasihi
tetapi juga sosial: kehilangan aktivitas, kehilangan ikatan kekeluargaaan dan lain-
sebagainya. Mengingat dampak psikologis bencana sangat besar dalam arti jumlah
mereka yang mengalami dampak besar namun jumlah profesional kesehatan mental
terbatas (jumlah psikolog klinis dan psikiater sedikit). Belum lagi proses penanganan
aspek psikologis bencana tidak singkat melainkan merupakan proses yang relatif
panjang. Sehingga perlu dirancang sebuah strategi penanganan bencana untuk
mengatasi masalah psikologis yang berkelanjutan dengan menggunakan suatu system
teknologi modern. Dalam penulisan makalah ini akan dijelaskan pentingnya peran
perawat dalam situasi tanggap bencana, bentuk dan peran yang bisa dilakukan perawat
dalam keadaan tanggap bencana. Terutama permasalahan dalam mengatasi masalah
psikis dari penderita bencana alam yang dapat mengganggu dan berpengaruh terhadap
masalah kesehatan dari klien.

1
1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pentingnya peran mahasiswa keperawatan dalam situasi tanggap bencana ?

2. Bagaimana bentuk kegiatan yang bisa dilakukan?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui peran penting mahasiswa dalam proses keperawatan jiwa dalam
situasi tanggap bencana

2. Untuk mengetahui bentuk peran dan kegiatan yang bisa dilakukan oleh
mahasiswa dalam proses keperawatan jiwa dalam situasi tanggap bencana.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi Bencana

Definisi Bencana menurut WHO (2002) adalah setiap kejadian yang


menyebabkan kerusakan gangguan ekologis, hilangnya nyawa manusia, atau
memburuknya derajat kesehatan atau pelayanan kesehatan dalam skala tertentu yang
memerlukan respon dari luar masyarakat dan wilayah yang terkena. Dalam setiap
bencana yang terjadi, selalu ada implikasi kesehatan jiwa – baik dalam kasus bencana
alam, misalnya gempa bumi, tsunami, angin ribut, atau pada bencana yang diakibatkan
oleh manusia, misalnya perang atau kekerasan interpersonal. Kebutuhan langsung dari
populasi yang terkena bencana alam seringkali merupakan kebutuhan fisik ;
perlindungan, air, makanan dan pelayanan kesehatan dasar. Namun perlu diingat bahwa
semua orang yang mengalami dan hidup dalam situasi yang tidak menentu akan
menderita trauma. Banyak permasalahan migran dan orang-orang terlantar lainnya,
berhubungan dengan konsekuensi dari bencana itu sendiri. Di sini adalah pentingnya
pokok masalah kesehatan jiwa trans-kultural bersama-sama dengan masalah fisik bagi
korban bencana.

Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan terhadap


kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana yang selamat.Stres pasca tauma
(posttraumatic stress disorder (PTSD)) merupakan kelainan psikologis yang umum
diteliti setelah terjadinya bencana. PTSD dicirikan dengan adanya gangguan ingatan
secara permanen terkait kejadian traumatik, perilaku menghindar dari rangsangan terkait
trauma, dan mengalami gangguan meningkat terus-menerus. Angka kejadian PSTD
pada korban yang mengalami bencana langsung yang selamat kurang lebih 30% sampai
40%. Pengamatan pada 262 korban tsunami di Aceh menunjukkan bahwa 83,6%
mengalami tekanan emosi berat dan 77,1% menunjukkan gejala depresi. Bencana dapat
juga didefinisikan sebagai situasi dankondisi yang terjadi dalam kehidupan masyarakat.

3
Jenis-jenis bencana :

1) Bencana alam (natural disaster), yaitu kejadian-kejadian alami seperti banjir,


genangan, gempa bumi, gunung meletus dan lain sebagainya.

2) Bencana ulah manusia (man-made disaster), yaiut kejadian-kejadian karena


perbuatan manusia seperti tabrakan pesawat udara atau kendaraan, kebakaran, ledakan,
sabotase dan lainnya.

Bencana berdasarkan cakupan wilayahnya terdiri atas:

1) Bencan Lokal, bencana ini memberikan dampak pada wilayah sekitarnya yang
berdekatan, misalnya kebakaran, ledakan, kebocoran kimia dan lainnya.

2) Bencana regional, jenis bencan ini memberikan dampak atau pengaruh pada area
geografis yang cukup luas dan biasanya disebabkan leh faktor alam seperti alam, banjir,
letusan gunung dan lainnya.

2. 2 Fase-fase bencana

Menurut Barbara santamaria (1995),ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana
yaitu fase pre impact,impact,dan post impact

1) Fase pre impact merupakan warning phase,tahap awal dari bencana.Informasi didapat
dari badan satelit dan meteorologi cuaca.Seharusnya pada fase inilah segala persiapan
dilakukan dengan baik oleh pemerintah,lembaga dan masyarakat.

2) Fase impact Merupakan fase terjadinya klimaks bencana.inilah saat-saat dimana


manusia sekuat tenaga mencoba untuk bertahan hidup.fase impact ini terus berlanjut
hingga tejadi kerusakan dan bantuan-bantuan yang darurat dilakukan.

3) Fase post impact merupakan saat dimulainya perbaikan dan penyembuhan dari fase
darurat.Juga tahap dimana masyarakat mulai berusaha kembali pada fungsi kualitas
normal.Secara umum pada fase post impact para korban akan mengalami tahap respons

4
fisiologi mulai dari penolakan (denial),marah (angry),tawar –menawar
(bargaing),depresi (depression),hingga penerimaan (acceptance).

2. 3 Permasalahan dalam penanggulangan bencana

Secara umum masyarakat Indonesia termasuk aparat pemerintah didaerah


memiliki keterbatasan pengetahuan tentang bencana seperti berikut :

1) Kurangnya pemahaman terhadap karakteristik bahaya

2) Sikap atau prilaku yang mengakibatkan menurunnya kualitas SDA

3) Kurangnya informasi atau peringatan dini yang mengakibatkan ketidaksiapan

4) Ketidakberdayaan atau ketidakmampuan dalam menghadapi ancaman bahaya

2. 4 Kelompok rentan bencana

Kerentanan adalah keadaan atau sifat (perilaku) manusia atau masyarakat yang
menyebabkan ketidakmampuan menghadapi bahaya atau ancaman dari potensi bencana
untuk mencegah, menjinakkan, mencapai kesiapan dan menanggapi dampak bahaya
tertentu. Kerentanan terbagi atas:

1) Kerentanan fisik, kerentanan yang dihadapi masyarakat dalam menghadapi


ancaman bahaya tertentu, misalnya kekuatan rumah bagi masyarakat yang tinggal di
daerah rawan gempa.

2) Kerentanan ekonomi, kemampuan ekonomi individu atau masyarakat dalam


pengalokasian sumber daya untuk pencegahan serta penanggulangan bencana.

3) Kerentanan social, kondisi social masyarakat dilihat dari aspek pendidikan,


pengetahuan tentang

4) Kerentanan lingkungan, keadaan disekitar masyarakat tinggal. Misalnya


masyarakat yang tinggal di lereng bukit atau pegunungan rentan terhadap ancaman
bencana tanah longsor.

5
2.5 Paradigma Penanggulanngan Bencana

Konsep penanggulangan bencana telah mengalami pergeseran paradigma dari


konfensional yakni anggapan bahwa bencana merupakan kejadian yang tak terelakan
dan korban harus segera mendapatkan pertolongan, ke paradigm pendekatan holistic
yakni menampakkan bencana dalam tatak rangka menejerial yang dikenali dari bahaya,
kerentanan serta kemampuan masyarakat. Pada konsep ini dipersepsikan bahwa bencana
merupakan kejadian yang tak dapat dihindari, namun resiko atau akibat kejadian
bencana dapat diminimalisasi dengan mengurangi kerentanan masyarakat yang ada
dilokasi rawan bencan serta meningkatkan kapasitas masyarakat dalam pencegahan dan
penangan bencana.

2.6 Pengurangan Risiko Bencana

Tahapan penyelenggaraan penanggulangan bencana meliputi:

1) Pra bencana, pada tahapan ini dilakukan kegiatan perencanaan penanggulangan


bencana, pengurangan risiko bencana, pencegahan, pemaduan dalam perencanaan
pembangunan, persyaratan analisis risiko bencana, penegakan rencana tata ruang,
pendidikan dan peletahihan serta penentuan persyaratan standar teknis penanggulangan
bencana (kesiapsiagaan, peringatan dini dan mitigasi bencana).

2) Tanggap darurat, tahapan ini mencakup pengkajian terhadap loksi, kerusakan dan
sumber daya; penentuan status keadan darurat; penyelamatan dan evakuasi korban,
pemenuhan kebutuhan dasar; pelayanan psikososial dan kesehatan.

3) Paska bencana, tahapan ini mencakup kegiatan rehabilitasi (pemulihan daerah


bencana, prasaranan dan saran umum, bantuan perbaikan rumah, social, psikologis,
pelayanan kesehatan, keamanan dan ketertiban) dan rekonstruksi (pembangunan,
pembangkitan dan peningkatan sarana prasarana termasuk fungsi pelayanan kesehatan.

6
2.7 Trauma Pasca Bencana

1. Stress

Secara sederhana, stres dapat didefinisikan sebagai suatu keadaan dimanaindividu


terganggu keseimbangannya. Stres terjadi akibat adanya situasidari luar ataupun dari
dalam diri yang memunculkan gangguan, danmenuntut individu berespon secara sesuai.

Stress merupakan sesuatu yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia, bahkan
seperti merupakan bagian dari kehidupan itu sendiri. Setiap harikadang kita harus
tergesa bangun, membereskan pekerjaan rumah kadang hingga lupa atau tidak sempat
sarapan, lari mengejar kendaraan umum untuk Sekolah atau menjalani aktivitas,
berkonflik dengan teman atauorang lain, kehabisan uang padahal harus membeli
keperluan harian dan seterusnya. Semua kejadian itu dapat memunculkan stres.

Mereka yang mengalami stres mungkin merasa lebih gelisah, tegang,cemas,


mengalami kelelahan, ketegangan otot dan sulit tidur. Ada pulayang tekanan darah dan
detak jantungnya nmeningkat, sakit kepala, perutmulas, gatal-gatal atau diare. Stres juga
dapat merubah perilaku kita.Misalnya kita menjadi lebih cepat marah, lebih suka
sendirian, menjaditidak enak makan, merasa tidak berdaya, tidak bersemangat,
frustrasi,atau merasa tidak percaya diri.

Meski cukup sering menganggu, stres tidak perlu selalu dilihat sebagaihal negatif.
Dalam hal tertentu ,stres memiliki dampak positif. Eustressadalah stres dalam artian
positif yakni keadaan yang dapat memotivasi,dan berdampak menguntungkan. Sebagai
contohnya, ada orang-orangyang bila sudah terdesak waktu, tiba-tiba akan
terbangkitkan kreativitasnya. Ada pula yang karena merasa tertinggal, memotivasi
dirisendiri dan dapat berprestasi gemilang.

2. Trauma

Secara sederhana, trauma berarti luka atau kekagetan (syok/shock).Penyebab


trauma adalah peristiwa yang sangat menekan, terjadi secaratiba-tiba dan di luar

7
kontrol/kendali seseorang, bahkan seringkalimembahayakan kehidupan atau
mengancam jiwa. Peristiwa ini begitumengagetkan, menyakitkan dan melebihi situasi
stres yang kita alamisehari-hari. Peristiwa ini dinamakan sebagai peristiwa
traumatis.Ciri-ciri peristiwa traumatis adalah :

a.Terjadi secara tiba-tiba.

b.Mengerikan, menimbulkan perasaan takut yang amat sangat

c.Mengancam keutuhan fisik maupun mental.

d.Dapat menimbulkan dampak fisik, pikiran, perasaan, dan perilakuyang amat


membekas bagi mereka yang mengalami ataupun yang menyaksikan.

Bencana alam seperti gempa bumi jelas merupakan peristiwa traumatis,karena


tidak pernah ada yang bisa meramalkan kapan akan datang danmenimbukan perasaan
takut dan mengerikan. Sehingga dapatmenimbukan trauma bagi yang mengalaminya.
Kondisi seperti stres yangkita rasakan setelah munculnya peristiwa traumatis disebut
sebagai strestraumatis. Kondisi inilah yang biasa kita kenal sebagai trauma.

Gejala trauma sebenarnya dapat juga dialami oleh orang yang tidakmengalami
langsung peristiwa traumatis. Misalnya, seseorang yangmenonton berita bencana secara
terus menerus. Ia kemudian menjadisulit tidur, mengalami rasa takut dan waspada
berlebihan. Hal semacam ini disebut sebagai trauma sekunder, yaitu stres traumatis
yang dialamioleh orang yang tidak mengalami secara langsung.Siapapun orangnya,
sekuat dan sehebat apapun dia, biasanya akanmenunjukkan respon tertentu. Respon
yang muncul mungkin berbeda- beda bagi tiap orang, namun umumnya respon yang
muncul adalah:

a.Memiliki ingatan atau bayangan yang sulit dilupakan, seperti mencengkeram, atau
ingatan lainnya tentang traumanya

b.Merasakan peristiwa seperti terjadi lagi (flashback )

c.Merasa terganggu bila diingatkan, atau teringat peristiwa

8
d.traumatis karena sesuatu yang dilihat, didengar, dirasakan, ataudiciumnya.

e.Ketakutan, merasa kembali berada dalam bahaya

f.Kesulitan mengendalikan perasaan karena tidak mampumengendalikan ingatan tentang


peristiwa traumatis

Selain respon-respon tersebut, kita mungkin akan mengalami perubahan perasaan


ataupun perilaku. Perubahan perasaan yang mungkin dialamiantara lain:

a.Cepat sedih

b.Cepat marah

c.Ingin menangis

d.Merasa bersalah

e.Merasa tidak berdaya

f.Suasana hati tidak menentu atau mudah berubah

g.Merasa tidak dipahami oleh orang-orang disekitarnya

Sementara perubahan perilaku yang mungkin terjadi antara lain :

a.Lebih banyak menyendiri

b.Gemetar

c. Tidak mau keluar rumah

d.Mudah tersinggung

e.Mengalami gangguan tidur, seperti: sering mimpi buruk,

f.susah tidur atau justru terlalu banyak tidur.

g.Gelisah

h.Kewaspadaan berlebih, sangat ingin menjaga dan melindungi dirii.

9
Mengalami gangguan makan, seperti : mual, muntah, tidak maumakan, atau justru
terlalu banyak makan

j.Mudah merasa was-was

k.Tiba-tiba dicekam bayangan menakutkan

l.Sulit berkonsentrasi atau berpikir jernih

m.Badan sering terasa lemas dan keluar keringat dingin

n.Sesak napas

Biasanya perubahan perilaku maupun perasaan tersebut akan berkurang seiring dengan
berjalannya waktu. Namun, kita perlu mewaspadai apabila perubahan tersebut dirasakan
lebih dari 6-8 minggu danmengganggu kehidupan kita sehari-hari. Dampak yang kita
alami mungkin lebih besar dar ipada yang kita bayangkan.

Dari Aspek Psikososial, Bencana Dapat Berdampak Pada:

1.Extreme peritraumatic stress reactions (reaksi stres & trauma)Gejala ini muncul pada
masa kurang dari 2 hari. Gejala ini ditandaidengan simptom-simptom yang muncul
setelah bencana, di antaranya:

a.Dissosiasi (depersonalisasi, derelisasi, amnesia).

b.Menghindar (menarik diri dari situasi sosial).

c.Kecemasan (cemas berlebihan, nervous, gugup, merasa tidak berdaya).

d.Intrusive re-experiencing (flashback, mimpi buruk).

2.Acute stress disorder (ASD)Gejala ini muncul pada masa 2 s.d 30 hari/4 minggu yang
ditandaidengan:

a.Individu/korban mengalami peristiwa traumatik yang mengancam jiwa diri sendiri


maupun orang lain, atau menimbulkan kengerianluar biasa bagi dirinya (horor).

10
b.Peningkatan keterbangkitan psikologis, misalnya kewaspadaantinggi, mudah kaget,
sulit konsentrasi, sulit tidur, mudah tersinggungdan gelisah.

c.Gangguan efektifitas diri di area sosial dan pekerjaan.

3.Post traumatic stress disorder (PTSD)Gejala ini muncul di atas 30 hari/1 bulan yang
ditandai dengan:

a.Gangguan muncul akibat suatu peristiwa hebat yang mengejutkan, bahkan sering tidak
terduga dan akibatnya pun tidak tertahankanoleh orang yang mengalaminya.

b. Terulangnya bayangan mental akibat peristiwa traumatik yang pernah dialami.

c.Ketidak berdayaan/ke-‖tumpul‖an emosional dan ―menarik diri‖.

d.Terlalu siaga/waspada yang disertai ketergugahan/keterbangkitansecara kronis.

e.Terjadi gangguan yang menyebabkan kegagalan untuk berfungsisecara efektif dalam


kehidupan sosial (pekerjaan, rumah tangga, pendidikan, dll).

2.8 Peran Perawat Komunitas Dalam Manajemen Kejadian Bencana

Perawat komunitas dalam asuhan keperawatan komunitas memiliki tanggung


jawab peran dalam membantu mengatasi ancaman bencana baik selama tahap
preimpact, impact/emergency, dan post impact.

Peran perawat disini bisa dikatakan multiple; sebagai bagian dari


penyusunrencana, pendidik, pemberi asuhan keperawatan bagian dari tim
pengkajiankejadian bencana.Tujuan utama : Tujuan tindakan asuhan keperawatan
komunitas pada bencanaini adalah untuk mencapai kemungkinan tingkat kesehatan
terbaik masyarakatyang terkena bencana tersebut.

1.Peran dalam Pencegahan PrimerAda beberapa hal yang dapat dilakukan perawat
dalam masa pra bencanaini, antara lain:

a.Mengenali instruksi ancaman bahaya,

11
b.Mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan saat fase emergency(makanan, air, obat-
obatan, pakaian dan selimut, serta tenda),

c.Melatih penanganan pertama korban bencana, dan

d.Merkoordinasi berbagai dinas pemerintahan, organisasi lingkungan, palang merah


nasional maupun lembaga-lembaga kemasyarakatandalam memberikan penyuluhan dan
simulasi persiapan menghadapiancaman bencana kepada masyarakat.Pendidikan
kesehatan diarahkan kepada :

a.Usaha pertolongan diri sendiri (pada masyarakat tersebut).

b.Pelatihan pertolongan pertama dalam keluarga seperti menolonganggota keluarga


dengan kecurigaan fraktur tulang , perdarahan, dan pertolongan pertama luka bakar

c.Memberikan beberapa alamat dan nomor telepon darurat sepertidinas kebakaran, rs


dan ambulans.

d.Memberikan informasi tentang perlengkapan yang dapat dibawa(misal pakaian


seperlunya, portable radio, senter, baterai).

e.Memberikan informasi tempat-tempat alternatif penampungan atau posko-posko


bencana.

2.Peran Perawat dalam Keadaan Darurat (Impact Phase)Biasanya pertolongan pertama


pada korban bencana dilakukan tepatsetelah keadaan stabil. Setelah bencana mulai
stabil, masing-masing bidang tim survey mulai melakukan pengkajian cepat
terhadapkerusakan-kerusakan, begitu juga perawat sebagai bagian dari
timkesehatan.Perawat harus melakukan pengkajian secara cepat untuk memutu
skantindakan pertolongan pertama.Ada saat dimana ‖seleksi‖ pasien untuk penanganan
segeraa (emergency) akan lebih selektif (triase).

TRIASE :

a.Merah

12
paling penting, prioritas utama. keadaan yang mengancamkehidupan sebagian besar
pasien mengalami hipoksia, syok, traumadada, perdarahan internal, trauma kepala
dengan kehilangankesadaran, luka bakar derajat I-II.

b.Kuning

penting, prioritas kedua. Prioritas kedua meliputi injurydengan efek sistemik namun
belum jatuh ke keadaan syok karenadalam keadaan ini sebenarnya pasien masih dapat
bertahan selama30-60 menit. Injury tersebut antara lain fraktur tulang multipel,fraktur
terbuka, cedera medulla spinalis, laserasi, luka bakar derajatII.

c.Hijau

prioritas ketiga. Yang termasuk kategori ini adalah frakturtertutup, luka bakar minor,
minor laserasi, kontusio, abrasio, dandislokasi.

d.Hitam

meninggal. Ini adalah korban bencana yang tidak dapatselamat dari bencana, ditemukan
sudah dalam keadaan meninggal.

3.Peran perawat di dalam posko pengungsian dan posko bencanaa.

a.Memfasilitasi jadwal kunjungan konsultasi medis dan cek kesehatansehari-hari.

b.Tetap menyusun rencana prioritas asuhan keperawatan harian.

c.Merencanakan dan memfasilitasi transfer pasien yang memerlukan penanganan


kesehatan di RS.

d.Mengevaluasi kebutuhan kesehatan harian.

e.Memeriksa dan mengatur persediaan obat, makanan, makanankhusus bayi, peralatan


kesehatan.

13
f.Membantu penanganan dan penempatan pasien dengan penyakitmenular maupun
kondisi kejiwaan labil hingga membahayakan diridan lingkungannya berkoordinasi
dengan perawat jiwa.

g.Mengidentifikasi reaksi psikologis yang muncul pada korban(ansietas, depresi yang


ditunjukkan dengan seringnya menangis danmengisolasi diri) maupun reaksi
psikosomatik (hilang nafsu makan,insomnia, fatigue, mual muntah, dan kelemahan
otot).

h.Membantu terapi kejiwaan korban khususnya anak-anak, dapatdilakukan dengan


memodifikasi lingkungan misal dengan terapi bermain.

i.Memfasilitasi konseling dan terapi kejiwaan lainnya oleh para psikolog dan psikiater.

j.Konsultasikan bersama supervisi setempat mengenai pemeriksaan kesehatan dan


kebutuhan masyarakat yang tidak mengungsi.

4.Peran perawat dalam fase postimpact

Bencana tentu memberikan bekas khusus bagi keadaan fisik, sosial, dan psikologis
korban. Selama masa perbaikan perawat membantumasyarakat untuk kembali pada
kehidupan normal. Beberapa penyakitdan kondisi fisik mungkin memerlukan jangka
waktu yang lama untuknormal kembali bahkan terdapat keadaan dimana kecacatan
terjadi.

2.9 Peran Mahasiswa Keperawatan Dalam Tanggap Bencana

Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi pelayanan


kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut juga sangat
dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana. Mahasiswa keperawatan tidak hanya
dituntut memiliki pengetahuan dan kemampuan dasar praktek keperawatan saja, Lebih
dari itu, kemampuan tanggap bencana juga sangat di butuhkan saaat keadaan darurat.
Hal ini diharapkan menjadi bekal bagi mahasiswa keperawatan untuk bisa terjun
memberikan pertolongan dalam situasi bencana. Namun, kenyataan yang terjadi di
lapangan sangat berbeda, kita lebih banyak melihat tenaga relawan dan LSM lain yang

14
memberikan pertolongan lebih dahulu dibandingkan dengan mahasiswa keperawata,
walaupun ada itu sudah terkesan lambat.

2.10 Jenis Kegiatan Siaga Bencana

Kegiatan penanganan siaga bencana memang berbeda dibandingkan pertolongan


medis dalam keadaan normal lainnya. Ada beberapa hal yang menjadi perhatian
penting. Berikut beberapa tnidakan yang bisa dilakukan oleh mahasiswa keperawatan
dalam situasi tanggap bencana:

1) Pengobatan dan pemulihan kesehatan fisik Bencana alam yang menimpa suatu
daerah, selalu akan memakan korban dan kerusakan, baik itu korban meninggal, korban
luka luka, kerusakan fasilitas pribadi dan umum, yang mungkin akan menyebabkan
isolasi tempat, sehingga sulit dijangkau oleh para relawan. Hal yang paling urgen
dibutuhkan oleh korban saat itu adalah pengobatan dari tenaga kesehatan. Mahasiswa
keperawatan bisa turut andil dalam aksi ini, baik berkolaborasi dengan tenaga perawat
atau pun tenaga kesehatan ka nadanal, ataupun juga melakukan pengobatan bersama
mahasiswa keperawatan lainnya secara cepat, menyeluruh dan merata di tempat
bencana. Pengobatan yang dilakukan pun bisa beragam, mulai dari pemeriksaan fisik,
pengobatan luka, dan lainnya sesuai dengan profesi keperawatan.

2) Pemberian bantuan

Mahasiswa keperawatan dapat melakukan aksi galang dana bagi korban bencana,
dengan menghimpun dana dari berbagai kalangan dalam berbagai bentuk, seperti
makanan, obat obatan, keperluan sandang dan lain sebagainya. Pemberian bantuan
tersebut bisa dilakukan langsung oleh mahasiswa keperawatan secara langsung di lokasi
bencana dengan memdirikan posko bantuan. Selain itu,Hal yang harus difokuskan
dalam kegiatan ini adalah pemerataan bantuan di tempat bencana sesuai kebutuhan yang
di butuhkan oleh para korban saat itu, sehinnga tidak ka nada lagi para korban yang
tidak mendapatkan bantuan tersebut dikarenakan bantuan yang menumpuk ataupun
tidak tepat sasaran.

15
3) Pemulihan kesehatan mental Para korban suatu bencana biasanya akan
mengalami trauma psikologis akibat kejadian yang menimpanya. Trauma tersebut bisa
berupa kesedihan yang mendalam, ketakutan dan kehilangan berat. Tidak sedikit trauma
ini menimpa wanita, ibu ibu, dan anak anak yang sedang dalam massa pertumbuhan.
Sehinnga apabila hal ini terus berkelanjutan maka akan mengakibatkan stress berat dan
gannguan mental bagi para korban bencana. Hal yang dibutukan dalam penanaganan
situasi seperti ini adalah pemulihan kesehatan mental yang dapat dilakukan oleh
mahasiswa keperawatan. Pada orang dewasa, pemulihannya bisa dilakukan dengan
sharing dan mendengarkan segala keluhan keluhan yang dihadapinya, selanjutnya
diberikan sebuah solusi dan diberi penyemangat untuk tetap bangkit. Sedangkan pada
anak anak, cara yang efektif adalah dengan mengembalikan keceriaan mereka kembali,
hal ini mengingat sifat lahiriah anak anak yang berada pada masa bermain. Mahasiswa
keperawatan dapat memdirikan sebuah taman bermain, dimana anak anak tersebut akan
mendapatkan permainan, cerita lucu, dan lain sebagainnya. Sehinnga kepercayaan diri
mereka akan kembali seperti sedia kala.

4) Pemberdayaan masyarakat Kondisi masyarakat di sekitar daerah yang terkena


musibah pasca bencana biasanya akan menjadi terkatung katung tidak jelas akibat
memburuknya keaadaan pasca bencana., akibat kehilangan harta benda yang mereka
miliki. Sehinnga banyak diantara mereka yang patah arah dalam menentukan hidup
selanjutnya. Hal yang bisa menolong membangkitkan keadaan tersebut adalah
melakukan pemberdayaan masyarakat. Masyarakat perlu mendapatkan fasilitas dan skill
yang dapat menjadi bekal bagi mereka kelak. Mahasiswa keperawatan dapat melakukan
pelatihan pelatihan keterampilan yang difasilitasi dan berkolaborasi dengan instansi
ataupun LSM yang bergerak dalam bidang itu. Sehinnga diharapkan masyarakat di
sekitar daerah bencana akan mampu membangun kehidupannya kedepan lewat
kemampuan yang ia miliki.

Untuk mewujudkan tindakan di atas perlu adanya beberapa hal yang harus
dimiliki oleh seorang mahasiswa keperawatan, diantaranya:

1) Mahasiswa keperawatan harus memilki skill keperawatan yang baik. Sebagai


mahasiswa keperawatan yang akan memberikan pertolongan dalam penanaganan

16
bencana, haruslah mumpuni dalam skill keperawatan, dengan bekal tersebut mahasiswa
akan mampu memberikan pertolongan medis yang baik dan maksimal.

2) Mahasiswa keperawatan harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian. Pemulihan


daerah bencana membutuhkan kepedulian dari setiap elemen masyarakat termasuk
mahasiswa keperawatan, kepedulian tersebut tercemin dari rasa empati dan mau
berkontribusi secara maksimal dalam segala situasi bencana. Sehingga dengan jiwa dan
semangat kepedulian tersebut akan mampu meringankan beban penderitaan korban
bencana.

3) Mahasiswa keperawatan harus memahami managemen siaga bencana Kondisi


siaga bencana membutuhkan penanganan yang berbeda, segal hal yang terkait harus
didasarkan pada managemen yang baik, mengingat bencana datang secara tak terduga
banyak hal yang harus dipersiapkan dengan matang, jangan sampai tindakan yang
dilakukan salah dan sia sia. Dalam melakukan tindakan di daerah bencana, mahasiswa
keperawatan dituntut untuk mampu memilki kesiapan dalam situasi apapun jika terjadi
bencana alam. Segala hal yang berhubungan dengan peralatan bantuan dan pertolongan
medis harus bisa dikoordinir dengan baik dalam waktu yang mendesak. Oleh karena itu,
mahasiswa keperawatan harus mengerti konsep siaga bencana.

17
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Bencana alam dapat menyebabkan dampak serius dan berkepanjangan terhadap


kesehatan fisik maupun psikologis pada korban bencana yang selamat. Menurut Barbara
santamaria ada tiga fase dapat terjadinya suatu bencana yaitu fase pre impact,impact,dan
post impact. Pelayanan keperawatan tidak hanya terbatas diberikan pada instansi
pelayanan kesehatan seperti rumah sakit saja. Tetapi, pelayanan keperawatan tersebut
juga sangat dibutuhkan dalam situasi tanggap bencana. Untuk mewujudkan tindakan di
atas perlu adanya beberapa hal yang harus dimiliki oleh seorang mahasiswa
keperawatan, diantaranya: Mahasiswa keperawatan harus memilki skill keperawatan
yang baik, Mahasiswa keperawatan harus memiliki jiwa dan sikap kepedulian,
Mahasiswa keperawatan harus memahami managemen siaga bencana.

3.2 SARAN

Sebagai seorang calon tenaga kesehatan, mahasiswa keperawatan diharapkan bisa


turut andil dalam melakukan kegiatan tanggap bencana. sekarang tidak hanya dituntut
mampu memiliki kemampsuan intelektual namun harus memilki jiwa kemanuasiaan
melalui aksi siaga bencana.

18
DAFTAR PUSTAKA

Keliat Budi,dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta : EGC.

https://kupdf.net/download/pelayanan-keperawatan-jiwa-dalam-situasi-bencana-
alam_5ca5420ee2b6f5bc409adc23_pdf

https://www.academia.edu/9824865/BAB_I_LATAR_BELAKANG

19
20

You might also like