You are on page 1of 141

KONSEP LANJUT USIA

Dr. Rindayati, S.Kep.,Ns.,M.Kep


D3 Keperawatan Fakultas Vokasi Universitas Airlangga
Pengertian
 Lanjut Usia adalah individu yang berusia di atas 60
tahun yang pada umumnya memiliki penurunan fungsi-
fungsi biologis, psikologis, sosial dan ekonomi (Mubarak,
2012).
 Usia lanjut adalah seseorang yang telah mencapai usia
lebih dari 60 tahun (Maryam, Siti dkk, 2008).
 Lanjut usia adalah seseorang yang mencapai umur 55
tahun, tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk
keperluan hidupnya sehari-hari dan menerima nafkah
dari orang lain (UU tentang kesejahteraan lansia)
Klasifikasi Usia Lanjut
Kriteria usia lanjut (WHO, 2013)

 Usia pertengahan (middle age): 45 - 59 tahun


 Lanjut usia (elderly): 60 - 74 tahun
 Lanjut usia tua (old): 75 - 90 tahun
 Usia sangat tua (very old): > 90 tahun
Kriteria usia lanjut (Depkes RI., 2009)

 Masa balita : 0-5 tahun


 Masa kanak- kanak : 5-11 tahun
 Masa remaja awal : 12-16 tahun
 Masa remaja akhir : 17-25 tahun
 Masa dewasa awal : 26-35 tahun
 Masa dewasa akhur : 36-45 tahun
 Masa Lansia awal: 46 - 55 tahun
 Masa lansia akhir: 56-66 tahun
 Masa manula: > 65 tahun
Karakteristik Lansia

 Berusia lebih dari 60 tahun


 Kebutuan dan masalah bervariasi dari rentang sehat - sakit,
kebutuhan biopsikososial sampai spiritual, serta dari kondisi
adaptif - maladaptif
 Lingkungan tempat tinggal bervariasi.
 Karakteristik penyakit yang dijumpai:
 Penyakit sering multipel, saling berhubungan satu sama lain
 Penyakit bersifat degeneratif, serta menimbulkan kecacatan
 Gejala sering tidak jelas, berkembang secara perlahan
 Masalah psikologis dan social sering terjadi bersamaan
Teori Proses Menua
 Teori biologis
Teori genetik dan mutasi
Immunology slow theory
Teori stres
Teori radikal bebas, dan
Teori rantai silang

 Teori psikologis
 Teori sosial
Teori biologis
 Teori genetik dan mutasi
Menua telah terprogram secara genetik
Perubahan biokimia diprogram oleh molekul/DNA
dan setiap sel pada saatnya akan mengalami mutasi

 Immunology slow theory


Sistem immune menjadi efektif dengan
bertambahnya usia
Masuknya virus kedalam tubuh, menyebabkan
kerusakan organ tubuh
Teori biologis
 Teori stress
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel
Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan
kestabilan lingkungan internal; sel-sel tubuh lelah
terpakai.

 Teori radikal bebas


Penuaan terjadi akibat sel radikal bebas
Contoh: Superoksida (O2), radikal hidroksil (OH)
Makin tua usia maskin banyak radikal bebas
Teori biologis

 Teori rantai silang


Sel-sel yang tua atau usang , reaksi kimianya
menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan
kolagen.
Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis,
kekacauan dan hilangnya fungsi.
95-year-old woman holding a five-
month-old boy
Teori psikologi

 Perubahan psikologis terkait keakuratan mental &


fungsional
Penurunan intelektualitas meliputi persepsi, kognitif,
memori, dan belajar menyebabkan lansia sulit
dipahami & berinteraksi.
 Persepsi sebagai interpretasi lingkungan
Penurunan fungsi sistem sensorik menyebabkan
penurunan kemampuan menerima, memproses, dan
merespons stimulus shg muncul aksi/reaksi berbeda
dari stimulus
Teori sosial

 Teori interaksi social


Melakukakan hal-hal yg dihargai masyarakat
 Teori penarikan diri
kemiskinan lansia, derajat kesehatan : menarik diri
 Teori aktivitas
Kepuasan melakukan aktifitas
Teori sosial
 Teori kesinambungan
 Kesinambungan siklus kehidupan: gaya hidup, perilaku
 Teori perkembangan
 Proses menjadi tua: bagaimana menjawab berbagai tantangan
dengan nilai positif/negatif.
 Teori stratifikasi usia
 Pendekatan yang dilakukan bersifat deterministik dan dapat
dipergunakan untuk mempelajari sifat lansia secara kelompok
Perubahan Akibat Proses Menua
 Perubahan Fisik
 Sel: sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan,
kardiovaskuler, reproduksi, gastrointestinal, endokrin dll
 Perubahan Kognitif
 Memory, motivasi, pemahaman, pemecahan masalah
 Perubahan Mental
 Perubahan Psikososial
 Ekonomi, penyakit, gizi, konsep diri dll
 Perkembangan Spiritual
 Agama makin terintegrasi dalam kehidupan
Permasalahan Khusus

 Kulit menjadi kering & keriput


 Rambut beruban & rontok
 Penglihatan menurun
 Pendengaran berkurang, Indera perasa menurun
 Daya penciuman berkurang
 Tinggi badan menyususut krn proses osteoporosis
 Tulang keropos massanya berkurang, kekuatan berkurang &
mudah patah
Gangguan kesehatan pada lanjut usia

1. Penyakit infeksi
 Epidemiologi penyakit infeksi
 Pengendalian infeksi
 Imunitas
 Imunisasi
 Trauma
 Fraktur kaput femoralis
 Trauma
 Luka dekubitus
 Jatuh dan sinkop
Gangguan kesehatan pada lanjut usia
 Penyakit endokrin dan metabolic
 Penyakit kelenjar tiroid
 Wanita posmenopause
 Diabetes Melitus
 Gastroenterologi
 Kesehatan rongga mulut
 Disfagia
 Penyakit pada kolon
 Penyakit kardiovaskular
 Hipertensi
 Penyakit jantung koroner
Pelayanan Kesehatan untuk Lansia
 Dokter
 Pengobatan
 Fisioterapi
 Riwayat kesehatan seperti stroke, cedera,
 Perawat Medis
 Rawat luka
 Perawat Home Care
 Pendampingan
 Posyandu lansia
 Puskesmas
 Rumah sakit
Thank You
Diskusi

 Buat resume materi


 Penyakit yang diakibatkan oleh proses penuaan
 Pilih 1 jenis penyakit
KONSEP KEPERAWATAN
GERONTIK
Dr. Rindayati, S.Kep., Ns., M.Kep
D3 Keperawatan Fakultas Vokasi Unair
2023
Pendahuluan
• Gerontologi:
• Geros lanjut usia
• Logos Ilmu
• Gerontik gerontologi dan geriatric
• Gerontologi adalah ilmu yang mempelajari seluruh aspek menua
(Kozier, 1987).
• Gerontologi adalah cabang ilmu yang mempelajari proses menua
dan masalah yang mungkin terjadi pada lanjut usia (Miller, 1990)
• Geriatri: berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi
pada orang yang berusia lanjut.
Keperawatan Gerontik
• Keperawatan gerontik adalah bentuk pelayanan professional,
didasarkan pada ilmu dan kiat/teknik keperawatan, berbentuk
bio-psiko-sosio-spritual dan kultural yang holistik, ditujukan
pada klien lanjut usia, baik sehat maupun sakit pada tingkat
individu, keluarga, kelompok/panti dan masyarakat
Alasan keperawatan gerontik
• Alasan pelaksanaan keperawatan gerontik adalah
meningkatnya jumlah lansia
• Menurunnya mortalitas bayi &anak
• Metode persalinan yang baik
• Turunnya angka kematian
• Kemajuan diagnostik dan terapi
• Perbaikan gizi &sanitasi
• Meningkatnya pengawasanpenyakit infeksi
Epidemiologi
• Tahun 2000-2030, diperkirakan angka lansia diseluruh dunia
meningkat dari 420 menjadi 974 juta.
• 59% lansia tersebar di Afrika, Asia, Amerika Latin, Karibia, dan
Oseania.
• 13% lansia berusia 80 tahun tinggal di Amerika Serikat, > 40%
tinggal di Asia
Siapakah lansia itu?
• Lanjut usia (lansia) adalah seseorang yang memiliki usia lebih
dari atau sama dengan 55 tahun (WHO, 2013).
• Lansia dapat juga diartikan sebagai menurunnya kemampuan
jaringan untuk memperbaiki diri dan mempertahankan struktur
serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap
jejas (Darmojo, 2015).
Tujuan Pelayanan Geriatri
• Optimalisasi derajad kesehatan
• Memelihara derajad kesehatan
• Miningkatkan kemandirian
• Comfortable death
Prinsip Pelayanan Geriatri
• Pendekatan yang menyeluruh
• Orientasi terhadap kebutuhan klien
• Diagnosis secara terpadu
• Team work
• Melibatkan keluarga dalam pelaksanaa
Mitos dan fakta tentang lansia
1. Lansia tidak dapat belajar keterampilan baru serta tidak perlu
pendidikan dan latihan
2. Lansia sukar memahami informasi baru
3. Lansia tidak produktif dan menjadi beban masyarakat
4. Lansia tidak berdaya
5. Lansia tidak butuh cinta dan seksual
6. Lansia tidak menikmati kehidupan sehingga tidak dapat bergembira
7. Lansia lemah, jompo, ringkih, sakit-sakitan, cacat
8. Lansia menghabiskan uang untuk berobat
9. Lansia sama dengan pikun
Tujuan Askep Gerontik
• Meningkatkan kemandirian dalam ADL dengan upaya promotif,
preventif dan rehabilitatif
• Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan dan kemampuan
dalam melakukan tindakan pencegahan dan perawatan
• Mempertahankan serta memilik isemangat hidup yang tinggi
• Menolong dan merawat gerontik yang menderita sakit sesuai
dengan kemampuan gerontik
• Menegakkan diagnosa dini pagi petugas kesehatan
• Mempertahankan kebebasan yang maksimal dengan meningkatkan
kemandirian
Fokus Askep Gerontology
• Peningkatan Kesehatan (Health Promotion)
• Pencegahan penyakit (Preventif)
• Mengoptimalkan fungsi mental
• Menganalisa gangguan umum
Lingkup peran dan tanggung jawab
1. Fenomena yang menjadi bidang garap keperawatan
gerontik adalah tidak terpenuhinya kebutuhan dasar
manusia (KDM) lanjut usia sebagai akibat proses
penuaan.
Lingkup peran dan tanggung jawab
2. Lingkup askep gerontik meliputi:
a. Pencegahan terhadap ketidakmampuan akibat proses penuaan
b. Perawatan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan akibat proses
penuaan
c. Pemulihan ditujukan untuk upaya mengatasi kebutuhan akibat proses
penuaan
Lingkup peran dan tanggung jawab
3. Tanggung jawab Perawat Gerontik
a. Membantu klien lansia memperoleh kesehatan secara optimal
b. Membantu klien lansia untuk memelihara kesehatannya
c. Membantu klien lansia menerima kondisinya
d. Membantu klien lansia menghadapi ajal dengan diperlakukan secara
manusiawi sampai dengan meninggal.
Lingkup peran dan tanggung jawab
4. Sifat Pelayanan Gerontik
a. Independent (layanan tidaktergantung pada profesilain/mandiri)
b. Interdependent
c. Humanistik (secara manusiawi)
d. Holistik (secara keseluruhan)
Praktik Keperawatan Gerontik
• Praktek keperawatan gerontik meliputi peran dan fungsinya sbb:
1. Sebagai Care Giver/pemberi asuhan langsung
2. Sebagai Pendidik klien lansia
3. Sebagai Motivator
4. Sebagai Advokasi
5. Sebagai Konselor
Tipologi Usia Lanjut
• Sering dijumpai
1. Tipe arif bijaksana
2. Tipe mandiri
3. Tipe tidak puas
4. Tipe pasrah
5. Tipe bingung
Tipologi Usia Lanjut
• Menurut kemampuannya
• Lanjut usia mandiri sepenuhnya
• Lanjut usia mandiri dengan bantuanlangsung keluarganya
• Lanjut usia mandiri dengan bantuan tidaklangsung
• Lanjut usia dibantu oleh Badan social
• Lanjut usia panti Sosial Tresna Werda
• Lanjut usia yg diraswat dirumah sakit
• Lanjut usia dengan ganggguan mental
Prespektif Keperawatan Lansia
• Pergeseran pelayanan dari klinik kekomunitas
• Pergeseran pembayaran pemeliharaan kesehatan
• Pendidikan berkelanjutan
• Pengembangan peran & tanggung jawab
Trend issue
1. Asas hukum dan organisasi keperawatangerontik
2. Lansia dalam kependudukan di Indonesia (keadaan
dan permasalahannya)
3. Upaya pelayanan kesehatan terhadap lansia
4. Sarana dan prasarana yang dipergunakan dalam pelayanan lansia
5. Model pemberian pelayanan perawatanprofesional pada klien dan
lansia
WASSALAMU’ALAIKUM
WR. WB.

TERIMA KASIH
Nursing Conceptual Models

1914 to 2007

Dorothea E. Orem: Self-Care


Deficit Theory of Nursing
Self – Care Deficit Theory of Nursing
1. The theory of self – care (teori perawatan diri) :
menggambarkan dan menjelaskan tujuan dan cara individu
melakukan perawatan diri.
2. The theory of dependent-care :
menjelaskan cara anggota keluarga dan / teman menyediakan
perawatan dependen untuk seseorang yang mengalami
ketergantungan sosial.
3. The theory of self-care deficit (teori defisit perawatan diri) :
menggambarkan dan menjelaskan keadaan individu yang
membutuhkan bantuan dalam melakukan perawatan diri,
salah satunya adalah dari perawat.
4. The theory of nursing systems (teori sistem keperawatan) :
menggambarkan dan menjelaskan hubungan interpersonal
yang harus dilakukan dan dipertahankan oleh seorang
perawat agar dapat melakukan sesuatu secara produktif.
1. The theory of self – care

 Self care
Suatu tindakan yang diprakarsai oleh individu dan
diselenggarakan berdasarkan adanya kepentingan untuk
mempertahankan hidup, fungsi tubuh yang sehat,
perkembangan dan kesejahteraan.
 Self care agency (Agen perawatan diri)
▪ Kemampuan yang kompleks dari individu atau
orang-orang dewasa (matur) untuk mengetahui dan
memenuhi kebutuhannya yang ditujukan untuk
melakukan fungsi dan perkembangan tubuh.
▪ Keterbatasan dalam melakukan perawatan diri (self care
limitation) dapat terjadi karena adanya gangguan pada sistem
tubuh yang sementara atau menetap pada seseorang serta
mempengaruhi kemampuan individu dalam melakukan
perawatan diri.
Cont’d

 Therapeutic self – care demand (kebutuhan


perawatan diri terapeutik)
Tindakan perawatan yang diperlukan dalam
jangka waktu tertentu untuk memenuhi semua
kebutuhan perawatan diri individu, yang
diprioritaskan untuk kondisi dan keadaan yang
ada dengan metode yang sesuai untuk berikut
ini:
▪ Mengontrol kebutuhan (kecukupan air, udara,
dan makanan)
▪ Promotif, preventif, pemeliharaan
Kebutuhan self care

a. Kebutuhan perawatan diri universal (Universal self – care


requisites) → mengacu pada KDM :
1. Pemeliharaan intake udara
2. Pemeliharaan intake cairan
3. Pemeliharaan intake makanan
4. Mempertahankan perawatan eleminasi dan ekskresi
5. Pemeliharaan keseimbangan antara aktivitas dan istirahat
6. Pemeliharaan keseimbangan antara kesendirian dan
interaksi social
7. Pencegahan dari bahaya pada kehidupan, fungsi, dan
kesejahteraan manusia
8. Peningkatan perkembangan dalam kelompok sosial sesuai
dengan potensi, keterbatasan dan keinginan manusia pada
umumnya
Cont’d

b. Kebutuhan Perkembangan Perawatan Diri (Development


self – care requisites)
Kebutuhan yang dihubungkan pada proses
perkembangan dapat dipengaruhi oleh kondisi
dan kejadian tertentu sehingga dapat berupa
tahapan-tahapan yang berbeda pada setiap
individu, seperti perubahan kondisi tubuh dan
status sosial.
1) Penyediaan kondisi-kondisi yang mendukung proses
perkembangan. Memfasilitasi individu dalam tahap
perkembangan seperti sekolah. 2) Keterlibatan dalam
pengembangan diri. Mengikuti kegiatan-kegiatan
yang mendukung perkembangannya. 3) Pencegahan
terhadap gangguan yang mengancam.
Cont’d

c. Kebutuhan Perawatan Diri terhadap Penyimpangan


Kesehatan (Health Deviation Self – Care Requisite)
Timbul karena lingkungan yang tidak sehat dan
ketidakmampuan individu menginginkan perubahan
dalam perilaku self care.
2. The theory of self-care deficit
 Setiap orang memiliki kemampuan untuk memenuhi
kebutuhan perawatan diri secara mandiri, tetapi ketika
seseorang tersebut mengalami ketidakmampuan untuk
melakukan perawatan diri secara mandiri → defisit
perawatan diri
 Diterapkan bila :
▪ Anak belum dewasa
▪ Kebutuhan melebihi kemampuan perawatan
▪ Kemampuan sebanding dengan kebutuhan, tetapi
diprediksi untuk masa yang akan datang, kemungkinan
terjadi penurunan kemampuan dan peningkatan
kebutuhan
3. Teori Sistem Keperawatan
(The theory of nursing systems)
Menggambarkan kebutuhan klien/individu yang
di dasari pada teori Orem tentang pemenuhan
kebutuhan sendiri dan kemampuan pasien dalam
melakukan perawatan mandiri.
Tindakan yg dilakukan perawat dan pasien untuk
memenuhi kebutuhan perawatan diri terapeutik
Terdapat tiga kategori sistem keperawatan yang
dilakukan untuk memenuhi kebutuhan perawatan
diri
Basic Nursing System

1. Wholly Compensatory System (Sistem Bantuan Penuh)


Tindakan keperawatan yang diberikan kepada pasien yang
dalam keadaan tidak mampu secara fisik dalam melakukan
pengontrolan pergerakan dan memenuhi kebutuhan hidupnya
2. Partly Compensatory System (Sistem Bantuan Sebagian)
 Tindakan keperawatan yang sebagian dapat dilakukan oleh
klien dan sebagian dilakukan oleh perawat.
 Perawat membantu dalam memenuhi kebutuhan self care
akibat keterbatasan gerak yang dialami oleh klien.
3. Supportive – Education System (sistem dukungan pendidikan)
Sistem bantuan yang diberikan pada klien yang membutuhkan
edukasi dalam rangka mencapai derajat kesehatan setinggi –
tingginya agar pasien mampu melakukan tindakan
keperawatan setelah dilakukan edukasi.
Basic Nursing System
Kerangka Konsep Keperawatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan
self care (basic conditioning factor)

1. Usia
2. Jenis kelamin
3. Status perkembangan : tingkat fisik seseorang,
fungsional, perkembangan kognitif dan tingkat
psikososial
4. Status kesehatan (sistem bantuan ppenuh,
sistem bantuan sebagian, dan sistem dukungan
pendidikan)
Cont’d

5. Sosiokultural : Sistem yang saling terkait


dengan lingkungan sosial seseorang,
keyakinan spiritual, hubungan sosial dan
fungsi unit keluarga.
6. Sistem pelayanan kesehatan
7. Sistem keluarga
8. Pola hidup
9. Lingkungan
10. Ketersediaan sumber
Nursing Conceptual Models

She was born on October 14, 1939


Sister Callista Roy:
Adaptation Model
Paradigma Keperawatan dalam Model
Adaptasi
1. Keperawatan
Bentuk pelayanan professional berupa pemenuhan
kebutuhan dasar dan diberikan kepada individu baik sehat
maupun sakit yang mengalami gangguan fisik, psikis dan
social agar dapat mencapai derajat kesehatan yang
optimal.
2. Manusia
Manusia sbg Holistic yg memiiliki sistem adaptif. System
manusia meliputi orang-orang sebagai individu atau dalam
kelompok, termasuk keluarga, organisasi, komunitas dan
social sebagai sebuah keseluruhan. Sebagai system adaptif,
manusia dapat digambarkan secara holistic sebagai satu
kesatuan yang mempunyai input, control, out put dan prosees
umpan balik.
3. Kesehatan
 Sehat merupakan suatu keadaan dan proses
dalam upaya dan menjadikan dirinya secara
terintegrasi secara keseluruhan →
mencerminkan adaptasi bahwa manusia selalu
berinteraksi dg lingkungan
 Sakit adalh suatu kondisi ketidakmampuan
individu untuk beradaptasi terhadap rangsangan
yang berasal dari dalm dan dari luar individu.
 Integritas fisiologis, psikologis, dan sosial
 Integritas → kemampuan utk mempertahankan
diri, tumbuh, berkembang, dan beradaptasi sec
terus – menerus
 ASUHAN KEPERAWATAN → memaksimalkan
respon adaptif dan meminimalkan respon
inefektif individu dlm keadaan sehat / sakit.
4. Lingkungan
 Semua kondisi, keadaaan, dan pengaruh di sekitar
individu yg dapat mempengaruhi perkembangan
dan perilaku individu dan kelompok (Aligood &
Tomey, 2006)
 Tugas manusia → mendesign lingkungan untuk
meningkatkan kemampuan adaptasi /
meminimalkan resiko yang akan terjadi pada saat
terjadi perubahan
 Lingkungan eksternal dapat berupa fisik, kimiawi,
ataupun psikologis yang diterima. individu dan
dipersepsikan sebagai suatu ancaman. Lingkungan
internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh
individu (berupa pengalaman, kemampuan
emosional, kepribadian) dan proses stressor biologis
(sel maupun molekul) yang berasal dari tubuh
individu.
Model Sistem Adaptasi Manusia berdasar
“Model Adaptasi Roy”
INPUT = sbg stimulus
1. Stimulus fokal
Stimulus internal dan eksternal dan harus segera dihadapi
oleh seseorang yang melibatkan seluruh sistem tubuh
Contoh :
Stimulasi fokal pada pasien CKD adalah kerusakan pada
ginjal tersebut yang bisa menyebabkan retensi cairan
intraseluler, hiperkalemia, pada respon fisiologis. Infeksi.

2. Stimulus kontekstual
Semua stimulus yang muncul dan mempengaruhi stimulus
fokal, dapat diobservasi dan diukur secara objektif,
menimbulkan respon negatif (faktor presipitasi) pada
stimulus fokal.
Contoh :
Stimulasi kontekstual pada pasien pasien CKD yaitu
ketidakmampuan pasien dalam mengontrol intake cairan,
ketidakseimbangan nutrisi bahkan malnutrisi,
ketidakpatuhan pasien dalam program pengobatan
3. Stimulus residual adalah stimulus yang berasal
dari lingkungan, mempengaruhi individu secara
tidak langsung.
Faktor predisposisi → Menggali keyakinan, nilai-
nilai yang dianut pasien, sikap, pengalaman
masa lalu, stigma dimasyarakat.
contoh : kurang pengetahuan tentang diet
rendah garam dan pembatasan cairan pada px
gagal ginjal
(Alligood, 2014).
PROSES KONTROL
Mekanisme koping
1. Subsistem Regulator :
 Respon sistem saraf, kimia, dan sistem endokrin yang
diteruskan sebagai prilaku atau respons
 Komponen subsitem regulator adalah input – proses – output.
 Input stimulasi berasal dari internal atau eksternal. Transmiter
regulator sistem terdiri dari bahan kimia, neural, atau berasal
dari sistem endokrin.
 Refleks otonom merupakan respons neural, sistem otak dan
spinal cord yang diteruskan sebagai perilaku output dari
sistem regulator.
 Banyak proses fisiologis yang dapat dinilai sebagai perilaku
regulator subsistem.
Cont’d

2. Subsistem Kognator
 Mekanisme kognator berhubungan dengan fungsi
otak dalam memproses informasi, pembelajaran,
penilaian, dan emosi.
 Persepsi atau proses informasi berhubungan
dengan proses internal dalam memilih atensi,
mencatat dan mengingat. Penyelesaian masalah
dan pengambilan keputusan adalah proses internal
yang berhubungan dengan penilaian atau
analisa. Emosi adalah proses pertahanan untuk
mencari keringanan, mempergunakan penilaian
dan kasih sayang.
EFFECTORS
Effectors / perilaku dalam konsep ini bertujuan untuk
beradaptasi dengan rangsangan, meliputi fungsi
fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan
interdependensi
1. Mode Adaptasi Fisiologis → proses fisik dan kimiawi
yang berhubungan dengan fungsi dan aktivitas
kehidupan (Tomey & Aligood, 2010). Mode adaptif
fisiologis fisik berkaitan dengan cara manusia
berinteraksi dengan lingkungan melalui proses
fisiologis untuk memenuhi kebutuhan dasar
oksigenasi, nutrisi, eliminasi, aktivitas dan istirahat,
serta perlindungan.
2. Mode Adaptasi Konsep Diri
 Konsep diri mengacu pada keyakinan dan
perasaan tentang diri sendiri dalam pada waktu
tertentu.
 Bagaimana seseorang mengenal pola-pola
interaksi sosial.
 Konsep diri terdiri dari : Physical self (body
sensasion, body image) dan personal self (self
consistency, self ideal dan moral-ethic-spiritual).
a. Physical self (termasuk citra
tubuh)
 Body image → bagaimana seseorang untuk
memelihara dirinya sendiri dan menghindari dari
ketidakseimbangan
 Gangguan citra tubuh → perubahan persepsi ttg
penampilan, struktur, dan fungsi fisik individu
 Contoh : Seseorang dengan hemodialisa dikatakan
beradaptasi secara adaptif apabila gambaran diri
yang positif, fungsi seksual yang efektif, integritas fisik
dengan pertumbuhan fisik, kompensasi terhadap
perubahan tubuh yang efektif, strategi koping
terhadap kehilangan yang efektif. Dikatakan
adaptasi inefektif jika adanya gangguan gambaran
diri, disfungsi seksual, dan strategi koping kehilangan
tidak efektif
b. Personal self (self consistency,
self ideal dan moral-ethic-spiritual)
 Personal self (termasuk konsistensi diri dan ideal diri)
dan etika moral diri (termasuk observasi diri dan
evaluasi diri)
 Gambaran tentang konsep diri seseorang akan
berubah secara mendalam sebagai upaya untuk
beradaptasi terhadap stimulus
 Contoh : Seseorang dengan hemodialisa dikatakan
beradaptasi secara adaptif apabila
mempertahankan adanya konsisten diri, ideal diri,
moral-etik-spiritual yang efektif, harga diri yang
fungsional dan strategi koping yang efektif terhadap
ancaman. Sebaliknya dikatakan inefektif jika
adanya kecemasan, powerlessness, merasa
bersalah dan memiliki harga diri rendah
3. Mode Fungsi Peran
 Proses penyesuaian yang berhubungan dengan
bagaimana peran seseorang dalam mengenal pola –
pola interaksi sosial dalam hubungan dengan orang
lain.
 Peran primer → peran yang ditentukan oleh jenis
kelamin, usia, dan tahapan tumbuh kembang.
 Peran sekuder → peran yang harus diselesaikan oleh
tugas peran primer.
 Peran tersier → cara individu menemukan harapan
dari peran dari peran mereka, fokusnya pada
bagaimana dirinya di masyarakat sesuai
kedudukannya (Roy, 2009; Tomey & Aligood, 2010).
4. Mode Adaptasi Interdependensi

 Kemampuan seseorang mengenal pola-pola tentang kasih sayang,


cinta yang dilakukan melalui hubungan secara interpersonal pada
tingkat individu maupun kelompok (Roy, 2009).
 Fokus → interaksi untuk saling memberi dan menerima cinta atau
kasih sayang, perhatian dan saling menghargai, keseimbangan
antara ketergantungan dan kemandirian dalam menerima sesuatu
(Alligood, 2012).
 Masalah yang terjadi pada seseorang dengan penyakit kronis
adalah isolasi sosial sehingga kebanyakan terjadi perasaan sepi
(Ordin dkk, 2013).
 Contoh : Indikator untuk mengatakan seseorang dengan
hemodialisa adaptif jika memperlihatkan adanya pola dukungan
dari keluarga, pola kesendirian dan berhubungan dengan
lingkungan yang efektif, strategi koping terhadap perpisahan dan
kesendirian yang efektif
OUTPUT
 Output dari suatu system adaptasi adalah prilaku
yang dapat diamati, diukur, atau dapat
dikemukakan secara subjektif.
1. Respons adaptif → ketika seseorang mampu
menyesuaikan diri dalam berbagai keadaan dan situasi.
 Dapat meningkatkan integritas seseorang untuk
mampu melaksanakan tujuan yang berkaitan dengan
kelangsungan hidup, perkembangan, reproduksi dan
keunggulan.
2. Respons maladaptif → perilaku yang tidak mendukung
tujuan
Nursing Theorists

Virginia Henderson
Definisi Keperawatan
Keperawatan sebagai membantu individu yang
sakit dan yang sehat dalam melaksanakan aktivitas
yang memiliki kontribusi terhadap kesehatan dan
penyembuhannya, dimana individu tersebut akan
mampu mengerjakanya tanpa bantuan bila ia
memiliki kekuatan, kemauan, dan pengetahuan
yang dibutuhkan. Hal ini dilakukan dengan cara
membantu mendapatkan kembali kemandiriannya
secepat mungkin (Henderson, 1964, p. 63).
Hubungan Pasien – Perawat

Perawat sebagai pengganti bagi pasien


Perawat sebagai penolong bagi pasien
Perawat sebagai mitra pasien
14 Kebutuhan Dasar Manusia

1. Bernafas secara normal


2. Makan dan minum yang cukup
3. Eliminasi (BAB dan BAK)
4. Bergerak dan mempertahankan postur yang
diinginkan
5. Tidur dan istirahat
6. Memilih pakaian yang tepat
7. Mempertahankan suhu tubuh dalam kisaran normal
dengan menyesuaikan pakaian yang dikenakan dan
memodifikasi lingkungan
Cont’d

8. Menjaga kebersihan diri dan penampilan


9. Menghindari bahaya dari lingkungan dan
menghindari membahayakan orang lain
10. Berkomunikasi dengan orang lain dalam
mengekspresikan emosi, kebutuhan, kekhawatiran,
dan opini
11. Beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan
12. Bekerja sedemikian rupa sebagai modal untuk
membiayai kebutuhan hidup
13. Bermain atau berpartisipasi dalam berbagai bentuk
rekreasi
14. Belajar, menemukan, atau memuaskan rasa ingin
tahu yang mengarah menuntun pada perkembangan
normal, kesehatan, dan penggunaan fasilitas
kesehatan yang tersedia
Biologis
(1-9)

Sosiologis 14 Psikologis
(12&13)
KDM (10&14)

Spiritual
(11)
Terapi Kognitif pada
Lansia
By
Rindayati
Terapi kognitif
•Merupakan terapi jangka pendek dan dilakukan secara
teratur, yang memberikan dasar berpikir pada pasien
untuk mengekspresikan perasaan negatifnya,
memahami masalahnya, mampu mengatasi perasaan
negatifnya, serta mampu memecahkan masalah
tersebut.
Terapi kognitif
• Penekanan terapi: mengenali & merubah pikiran
negatif sekaligus sistem kepercayaan yg maladaptif
Asumsi cara seseorang merasa & bertindak sgt
dipengaruhi cara ia memandang & memahami
pengalaman
• Klien dg gangguan emosi cenderung memiliki
kesulitan berpikir logis yg menimbulkan gangguan
pd kapasitas pemahamannnya
Tujuan Terapi Kognitif
• Merubah cara pandang klien melalui pikiran
otomatisnya & memberi ide utk merestrukturisasi pikiran
negatif & sistem kepercayaan yang kaku
• Terapi lebih menekankan pd kapasitas klien dlm
menemukan diri sendiri & merubah pola pikirnya utk
memperoleh cara pandang yg berbeda thd diri &
sekelilingnya
Strategi Terapi Kognitif

• Klien diajari mengidentifikasi pola pikir yang


menyimpang/terganggu melalui proses evaluasi (mengenali,
mengamati & memonitor pikiran otomatis)
• Klien belajar membedakan pikiran pribadi & kejadian yg
terjadi di dunia nyata
• Klien jg belajar bgmn pikiran mereka mempengaruhi
perasaan & tingkah laku bahkan kejadian eksternal
Manfaat Terapi Kognitif
• Dapat membangkitkan pikiran-pikiran pasien, dialog internal atau
bicara diri (self talk) & interpretasi terhadap kejadian-kejadian yang
dialami
• Terapis bersama pasien dapat mengumpulkan bukti yg mendukung
atau menyanggah interpretasi yg telah diambil
• Dapat menyusun desain eksperimen (pekerjaan rumah) untuk
menguji validitas interpretasi & menjaring data tambahan untuk
diskusi di dalam proses perlakuan teraupetik
Prinsip Dasar Terapi Kognitif

• Penekanan pada substansi pikiran irasional


• Penekanan disfungsi keyakinan tidak
sesuai dengan proses kognitif yang umum
terjadi
Distorsi Kognitif
o Berpikir atau menginterpretasi segala
sesuatu dalam bentuk “all or nothing”
(semua atau tidak sama sekali)
Dichotomous o Bepikir yg serba esktrim tanpa
reasoning penilaian relativistik di tengah-tengah
(Berpikir hitam- o Memandang kejadian sbg hitam &
putih) putih
Misal: Klien berpikir dirinya benar-benar
gagal ketika tidak mendapat hasil yang
memuaskan bagi dirinya
Distorsi Kognitif

Membatasi kesimpulan berdasarkan hal-hal yang


terbatasPemisahan sebagian kecil dari situasi
keseluruhan dg mengabaikan sisa bagian yg lebih
Selective besar atau penting
abstraction
(Pikiran selektif) Contoh : secara keseluruhan seseorang bertampang
menarik tetapi hanya karena hidungnya “pesek”
maka orang merasa tdk menarik lalu menjadi
rendah diri
Distorsi Kognitif

o Mudah membuat kesimpulan tanpa data yg


mendukung
Arbitrary inference o Menarik kesimpulan dari bukti-bukti yg tdk
(Berprasangka relevan
buruk) Contoh : menelepon pacar tetapi tdk ada jawaban
kemudian membuat kesimpulan bahwa dia pergi
bersama pacar baru
Distorsi Kognitif

Kecenderungan untuk berpikir mengenai


kemungkinan terburuk yang dapat
muncul dari situasi tertentu.
Catastrophizing
(Katastropisasi) Contoh: Klien mengatakan dirinya
terkena serangan jantung dan akan
meninggal karena merasakan debaran
agak keras pada jantungnya
Distorsi Kognitif

o Proses meyakini suatu kejadian untuk diterapkan


secara tidak tepat pada situasi lain
o Menyimpulkan suatu kejadian negatif yang
khusus, sebagai kejadian negatif secara
Overgeneralization keseluruhan
(Overgeneralisasi) Contoh : pengalaman anak yg memiliki ayah
berselingkuh menumbuhkan keyakinan bahwa
semua laki-laki suka selingkuh
Klien menganggap seluruh temannya tidak
menyukainya karena salah seorang temannya
mengatakan tidak suka kepadanya
Distorsi Kognitif

Cenderung menghubungkan kejadian eksternal dg


diri sendiri dan menyalahkan diri sendiri
Personalisasi
Ketika klien tdk datang kembali utk sesi konseling,
konselor meyakini bhw hal ini disebabkan krn
kegagalan dlm memberikan konseling
Distorsi Kognitif

Menentukan identitas diri berdasarkan kegagalan


atau kesalahan
Pemberian cap & salah
memberi cap/label Contoh :saya orang yang sial
Kegagalan untuk diterima bekerja kemudian
menilainya dirinya tidak berharga
Distorsi Kognitif

Kegagalan kecil dianggap sebagai akhir dari segala-


galanya
memperbesar dan Melebih-lebihkan pentingnya sesuatu hal
memperkecil masalah (misal kesalahan diri atau kesuksesan org lain) atau
dengan tidak tepat mengerutkan segala hal menjadi
sangat kecil (sifat diri sendiri yg baik atau cacat org
lain)
Distorsi Kognitif
Menciptakan perintah personal atau “self
commandments” : “keharusan-keharusan”,
“semestinya-semestinya”
Ide yang tegas mengenai keharusan akan segala
sesuatu yang ditemui dalam kehidupan.
Negative
imperatives Misal “saya harus membuat A menyukai saya”,
“semua orang harus menyukai saya”
(Keharusan)
Klien memecahkan barang di rumah dan
menyalahkan dirinya bahwa ia seharusnya
berhati-hati, seharunya tidak beraktivitas di
dekat barang tersebut, dan lain-lain.
Distorsi Kognitif

Menolak pengalaman-pengalaman positif


dengan bersikeras bahwa semua itu “bukan
Diskualifikasi positif apa-apa”  individu mempertahankan suatu
keyakinan negatif yang bertentangan dengan
pengalaman-pengalaman diri sendiri dalam
kehidupan sehari-hari
TUJUAN THERAPI KOGNITIF
1. Mengubah pikiran dari tidak logis dan negatif
menjadi objektif, rasional, dan positif.

2. Meningkatnya aktivitas.

3. Menurunkan perilaku yang tidak diinginkan.

4. Meningkatkan keterampilan sosial.


RESTRUKTURISASI KOGNITIF

individu diajak memikirkan kembali pikiran-


pikiran negatif yang ada dalam dirinya

Setelah itu, individu diajarkan untuk berlatih mencari


bukti-bukti yang dapat digunakan untuk melawan pikiran
negatif tersebut, serta mencari alternatif pemikiran lain
yang lebih sesuai
METODA RESTRUKTURISASI
A (Antecedent) merupakan peristiwa aktual yang mendasari
munculnya perasaan dan atau pikiran tertentu.
B (Beliefs) merupakan keyakinan yang muncul sebagai hasil
dari pikiran, biasanya berupa pikiran negatif.
C (Consequences) merupakan konsekuensi berupa perasaan
yang muncul dari suatu pikiran tertentu.
D (Dispute) merupakan usaha menantang pikiran yang sudah
muncul sebelumnya dengan menggunakan pikiran alternatif
tertentu
E (Evaluation) merupakan evaluasi yang dilakukan terhadap
perasaan setelah menantang pikiran negatif.
PELAKSANAAN THERAPI KOGNITIF
(6 sesi)
Sesi I: Ungkap pikiran otomatis NEGATIF.

• Jelaskan tujuan terapi kognitif.

a. Identifikasi masalah dengan apa, di mana, kapan, siapa


(what, where, when, who).

b. Diskusikan sumber masalah.

c. Diskusikan pikiran dan perasaan.


d. Catat pikiran otomatis dan klasifikasikan dalam distorsi
kognitif.
PELAKSANAAN THERAPI KOGNITIF
(6 sesi)
•Sesi II: Alasan.
a. Review kembali sesi I.
b. Diskusikan pikiran otomatis.
c. Tanyakan penyebabnya.
d. Beri respons atau tanggapan.
e. Tanyakan tindakan pasien.
f. Anjurkan menulis perasaan.
g. Beri rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien
dibahas pada pertemuan
PELAKSANAAN THERAPI KOGNITIF
(6 sesi)
Sesi III: Tanggapan.
a. Diskusikan hasil tulisan pasien.
b. Dorong pasien untuk memberi pendapat.
c. Berikan umpan balik.
d. Dorong pasien untuk ungkapkan keinginan.
e. Beri persepsi/pandangan perawat terhadap keinginan tersebut.
f. Beri penguatan (reinforcement) positif.
g. Jelaskan metode tiga kolom.
h. Diskusikan cara menggunakan metode tiga kolom.
i. Rencana tindak lanjut, yaitu anjurkan menuliskan pikiran otomatis
dan cara penyelesaiannya.
PELAKSANAAN THERAPI KOGNITIF
(6 sesi)

Sesi IV: Menuliskan


a. Tanyakan persaan pasien saat menuliskan rencana tindak


lanjut pada sesi III.
b. Dorong pasien untuk mengomentari tulisan.
c. Beri respons/tanggapan dan umpan balik.
d. Anjurkan untuk menuliskan buku harian.
e. Rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien akan
dibahas.
PELAKSANAAN THERAPI KOGNITIF
(6 sesi)

Sesi V: Penyelesaian masalah


a. Diskusikan kembali prinsip teknik tiga kolom.


b. Tanyakan stresor/masalah baru dan cara penyelesaiannya.
c. Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis
negatif.
d. Berikan penguatan (reinforcement) positif.
e. Anjurkan menulis pikiran otomatis dan tanggapan
rasional saat menghadapi masalah.
PELAKSANAAN THERAPI KOGNITIF
(6 sesi)

•Sesi VI: Manfaat tanggapan


a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan
rasional.
b. Berikan umpan balik.
c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional.
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah.
e. Tanyakan hambatan yang dialami.
f. Berikan persepsi/tanggapan perawat.
KESIMPULAN
•Therapi kognitif sangat baik untuk pasien lansia, utamanya
pada lansia dengan masalah psikososial
•Prinsip identifikasi pikiran otomatis negative
•Restrukturisasi pikiran negative
•Tanggapan rasional
WASSALAM

THANK YOU
THERAPI AKTIFITAS PADA
LANSIA
Joko Susanto
PENGERTIAN TERAPI AKTIFITAS

Memberikan suatu kegiatan yang


dilakukan baik secara fisik maupun non
fisik untuk menghasilkan perubahan
pengetahuan-pengetahuan, nilai-nilai
sikap, dan keterampilan
PRINSIP PEMBERIAN AKTIFITAS PADA LANSIA

• Memberikan aktifitas rutin (activity daily living)


• Tidak melelahkan
• Sesuai kemampuan
• Meningkatkan kemandirian
• Meningkatkan harga diri
JENIS AKTIFITAS

VISUAL ACTIVITIES
yaitu segala kegiatan yang berhubungan dengan aktivitas
lansia dalam membaca, melihat gambar-gambar,
mengamati dan memperhatikan orang lain bekerja atau
bermain, dan memperhatikan.
JENIS AKTIFITAS

ORAL ACTIVITIES
yaitu aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan
lansia dalam Mengemukakan suatu fakta atau prinsip,
menghubungkan suatu kejadian.
JENIS AKTIFITAS

LISTENING AKTIVITIES
aktivitas yang berhubungan dengan kemampuan lansia dalam
mendengarkan penyajian materi, mendengarkan percakapan atau
diskusi kelompok, mendengarkan radio, pengajian, dll.
JENIS AKTIFITAS

MOTOR ACTIVITIES

yakni segala keterampilan jasmani lansia untuk


mengekspresikan kemampuan yang dimilikinya. Seperti
Melakukan percobaan,bersih-bersih rumah, bercocok
tanam, dan berkebun.
STRATEGI PEMBERIAN AKTIFITAS

Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki


lansia:
• Diskusikan kemampuan melakukan kegiatan dan aspek positif
lansia (buat daftar kegiatan)
• Beri pujian yang realistik dan hindarkan memberikan penilaian
yang negatif setiap kali bertemu dengan lansia.
STRATEGI PEMBERIAN AKTIFITAS

Bantu lansia menilai kemampuan yang dapat digunakan :


• Bantu lansia menilai kegiatan yang dapat dilakukan saat ini (pilih
dari daftar kegiatan):
• buat daftar kegiatan yang dapat dilakukan saat ini.
• Bantu lansia menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap
kemampuan diri yang diungkapkan lansia.
STRATEGI PEMBERIAN AKTIFITAS

Bantu lansia untuk dapat memilih/ menetapkan kegiatan


berdasarkan daftar kegiatan yang dapat dilakukan:
• Diskusikan kegiatan yang akan dipilih untuk dilatih saat
pertemuan.
• Bantu lansia memberikan alasan terhadap pilihan yang ia tetapkan
STRATEGI PEMBERIAN AKTIFITAS

Latih kegiatan yang telah dipilih pasien:


• Latih kegiatan yang dipilih (alat dan cara melakukannya)
• Masukkan pada jadual kegiatan harian
• Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang
diperlihatkan lansia.
STRATEGI PEMBERIAN AKTIFITAS

Rencanakan kegiatan sesuai kemampuan lansia dan menyusun


rencana kegiatan:
• Beri kesempatan pada lansia untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan.
• Beri pujian atas aktivitas/kegiatan yang dapat dilakukan lansia setiap hari.
• Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap aktivitas.
• Susun daftar aktivitas yang sudah dilatihkan bersama lansia dan keluarga.
• Beri kesempatan lansia untuk mengungkapkan perasaannya setelah pelaksanaan
kegiatan.
• Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktivitas yang dilakukan lansia.
KATEGORI TERAPI

▪ Terapi pikiran-tubuh (mind-body therapies)


▪ Terapi berbasis biologi (biologically based therapies)
▪ Terapi manipulatif dan berbasis tubuh (manipulative and body based
therapies)
▪ Terapi energi yang termasuk dalam kategori energi hayati dan
bioelektromagnetik (Energy and biofield therapies
(National Center for Complementary/ Alternative Medicine)
Terapi pikiran-tubuh (mind-body therapies)

▪ Pengobatan non medis yang melibatkan teori dan praktik dari sistem
yang komplet

▪ Contoh : latihan orientasi realita, komunikasi terapeutik, terapi


kognitif, terapi tertawa, terapi musik, terapi spiritual, terapi rekreasi,
terapi warna, terapi hewan, terapi psikodrama, terapi seni
menggambar berkelompok
Terapi berbasis biologi (biologically based
therapies)

▪ Terapi yang bersifat alami, praktik, intervensi, dan produknya


berbasis biologis

▪ Contoh : hidroterapi kaki, aroma terapi, terapi herbal, diet


khusus
Terapi manipulatif dan berbasis tubuh
(manipulative and body based therapies)

▪ Adalah sistem yang didasarkan pada kegiatan manipulasi dan atau


gerakan tubuh

▪ Contoh : terapi lingkungan, terapi keluarga, terapi perilaku,


terapi relaksasi otot progresif, senam otak, senam kaki DM, terapi
tari dan gerak, terapi relaksasi napas dalam, terapi minum air
putih, senam kegel, pijat aroma terapi, terapi okupasi
Terapi energi

▪ Sistem pengobatan yang menggunakan medan energi halus


didalam dan sekitar tubuh

▪ Contoh : sentuhan terapeutik, terapi magnet


Terapi Tertawa

▪ Terapi tertawa adalah suatu terapi untuk mencapai kegembiraan


di dalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara
tawa, senyuman yang menghias wajah, perasaan hati yang lepas
dan bergembira, dada yang lapang, peredaran darah yang lancar
sehingga bisa mencegah penyakit, memelihara kesehatan, serta
menghilangkan stres.
Terapi Relaksasi Otot Progresif

▪ Merupakan kegiatan memusatkan perhatian pada suatu aktivitas


otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian
menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk
mendapatkan perasaan relaks
▪ Terapi relaksasi otot progresif yang dapat membuat tubuh dan
pikiran terasa tenang, relaks, dan memudahkan untuk tidur
Senam Otak

▪ Senam otak adalah serangkaian gerakan sederhana yang dapat


menyeimbangkan setiap bagian-bagian otak atau latihan berbasis gerakan
tubuh sederhana yang dapat dilakukan dimana saja dan kapan saja
▪ Pada lansia terjadi penurunan kemampuan otak dan tubuh sehingga tubuh
menjadi sakit
▪ Senam otak dapat memperlancar aliran darah dan oksigen ke otak, juga
merangsang kedua belahan otak untuk bekerja
Terima Kasih
PROSES KEPERAWATAN
GERONTIK
Joko Susanto
PENDAHULUAN

 Askep pada ansia bisa dilakukan pada tatanan klinik


maupun dalam kontek keluarga
 Pendekatan yang digunakan adalah proses
keperawatan, meliputi : pengkajian, diagnosa,
intervensi, implementas, dan evaluasi
Beberapa alasan timbul perhatian
pada lansia

▪ Pensiunan dan masalah-masalahnya


▪ Kematian mendadak (peny jantung & stroke)
▪ Meningkatnya jumlah lanjut usia
▪ Pemerataan pelayanan kesehatan
▪ Kewajiban Pemerintah thd orang cacat & Lansia (jompo)
▪ Perkembangan ilmu (gerontologi, geriatri)
▪ Program PBB dan SDGs
▪ Mahalnya obat-obatan
Maksud Pemberian Askep
▪ Untuk memberikan bantuan, bimbingan, pengawasan, perlindungan, &
pertolongan pada lansia secara individu maupun kelompok seperti di
lingkungan keluarga, atau institusi (panti)
▪ Askep yang diberikan, disesuaikan dg kelompok lansia (aktif atau pasif)

▪ Lansia aktif dapat berupa: dukungan ttg personal hygiene, kebersihan


lingkungan (spt: tempat tidur dan ruangan), makanan yang sesuai, (spt:
porsi kecil bergizi, bervariai dan mudah dicerna), dan kesegaran jasmani
▪ Pemberian AsKep pada lansia pasif, yang tergantung pada orla, pada
dasarnya sama seperti pada lanjut usia aktif, dengan bantuan penuh
oleh anggota keluarga atau petugas. Khususnya bagi yang lumpuh,
perlu dicegah agar tidak terjadi dekubitus (lecet)
Pendekatan Perawatan Lanjut Usia
Pendekatan Fisik
Memperhatikan atau membantu lansia untuk bernafas dengan lancar, makan
minum, melakukan eliminasi, tidur, menjaga sikap tubuh waktu berjalan, duduk,
merubah posisi tiduran, beristirahat, kebersihan tubuh, memakai dan menukar
pakaian, mempertahankan suhu badan, melindungi kulit dan kecelakaan

Pendekatan Psikis
▪ Penting untuk mengadakan pendekatan edukatif pada lansia, perawat dapat
berperan sebagai supporter, interpreter terhadap segala sesuatu yang asing,
sebagai penampung rahasia yang pribadi dan sebagai sahabat yang akrab.
▪ Perawat hendaknya memiliki kesabaran dan ketelitian dalam memberikan
kesempatan dan waktu yang cukup banyak untuk menerima berbagai bentuk
keluhan agar para lansia merasa puas.
▪ Perawat harus selalu memegang prinsip "Tripple", yaitu sabar, simpatik dan
service.
Pendekatan Sosial
▪ Mengadakan diskusi, tukar pikiran, dan bercerita merupakan salah satu upaya
perawat dalam pendekatan sosial
▪ Memberi kesempatan untuk berkumpul dgn sesama lansia berarti menciptakan
sosialisasi mereka
▪ Jadi pendekatan sosial merupakan suatu pegangan bagi perawat bahwa orang
yang dihadapinya adalah makhluk sosial yang membutuhkan orang lain

Pendekatan Spiritual
 Perawat harus bisa memberikan ketenangan dan kepuasan batin dalam
hubungannya dengan Tuhan atau agama yang dianutnya dalam kedaan sakit
atau mendekati kematian.
 Dalam menghadapi kematian setiap klien lansia akan memberikan reaksi yang
berbeda, tergantung dari kepribadian dan cara dalam mengahadapi hidup ini
 Umumnya pada waktu kematian akan datang agama atau kepercayaan
merupakan faktor yang penting sekali
TUJUAN
Agar lansia dapat melakukan kegiatan sehari –hari secara
mandiri dengan :
▪ Mempertahankan kesehatan & kemampuan lansia
dengan cara perawatan dan pencegahan.
▪ Membantu mempertahankan semangat hidup lansia
(life support)
▪ Menolong dan merawat lansia yang menderita penyakit
▪ Membantu petugas kesehatan untuk dapat mengenal
dan menegakkan diagnosa yang tepat dan dini
▪ Mempertahankan kebebasan lansia yg maksimal
(memelihara kemandirian secara maksimal)
Fokus Keperawatan Lansia

▪ Peningkatan kesehatan (health promotion)


▪ Pencegahan penyakit (preventif)
▪ Mengoptimalkan fungsi mental
▪ Mengatasi gangguan kesehatan yang umum
Kunci Menuju Lansia “BAHAGIA”

▪ B : BB berlebihan harus dihindarkan


▪ A : Atur makanan
▪ H : Hindari faktor resiko peny jantung
▪ A : Agar terus merasa b’guna dg mempunyai
aktivitas yg bermanfaat
▪ G : Gerak badan teratur wajib dilakukan
▪ I : Ikuti nasihat dokter & hindari situasi tegang
▪ A : Awasi kesehatan dengan memeriksakan
kesehatan secra berkala
Proses Asuhan Keperawatan

You might also like