Professional Documents
Culture Documents
Makalah Diabetes Melitus
Makalah Diabetes Melitus
PENYAKIT DALAM
A. PATOFISIOLOGI
Patofisiologi diabetes mellitus yaitu jumlah glukosa yang di ambil dan
dilepaskan oleh hati dan digunakan oleh jaringan-jaringan perifer bergantung pada
keseimbangan fisiologis beberapa hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah.
Insulin merupakan hormon yang menurunkan glukosa darah, di bentuk sel-sel beta di
pulau langerhans pankreas. Hormon yang meningkatkan kadar glukosa darah antara
lain: glukagon yang disekresi oleh korteks adrenal dan growth hormon membentuk
suatu perlawanan mekanisme regulator yang mencegah timbulnya penyakit akibat
pengaruh insulin.
Pada diabetes melitus tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan
dengan insulin dan gangguan sekresi insulin yaitu retensi insulin. Normalnya insulin
akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya
insulin dengan reseptor tersebut, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel. Retensi insulin pada diabetes melitus tipe 2 disertai penurunan
reaksi intra sel sehingga insulin pada diabetes melitus tipe 2 menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Jika sel-sel beta tidak mampu
mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan
meningkat dan terjadi diabetes tipe 2.
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel β pankreas telah dikenal
sebagai patofisiologi kerusakan sentral dari diabetes mellitus tipe 2. Belakangan
diketahui bahwa kegagalan sel β terjadi lebih dini dan lebih berat dari pada yang
diperkirakan sebelumnya. Selain otot, liver dan sel β, organ lain seperti jaringan lemak
(meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (defisiensi incretin), sel α pankreas
(hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorbsi glukosa) dan otak (resistensi
insulin), semuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi
glukosa pada diabetes mellitus tipe 2.
Adanya resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas
untuk sekresi insulin merupakan kelainan dasar yang terjadi pada penyakit DM tipe 2.
Selain otot, liver dan sel beta pankreas, terdapat peran organ-organ lain yang
berkontribusi terhadap terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe 2. Organ-
organ tersebut dan perannya adalah jaringan lemak dengan perannya meningkatkan
lipolisis, gastrointestinal dengan defisiensi incretin, sel alpha pankreas dengan
terjadinya hiperglukagonemia, ginjal dengan meningkatnya absorpsi glukosa, dan
peran otak dengan terjadinya resistensi insulin. Keseluruhan gangguan terkait kelainan
peran organ tersebut mengakibatkan kelainan metabolik yang terjadi pada pasien
Diabetes Mellitus tipe 2.
III. PENATALAKSANAAN DIABETES MELITUS TIPE 2
Prinsip penatalaksanaan diabates melitus secara umum ada lima sesuai dengan
Konsensus Pengelolaan DM di Indonesia tahun 2006 adalah untuk meningkatkan kualitas
hidup pasien DM. Tujuan Penatalaksanaan DM adalah :
Jangka pendek : hilangnya keluhan dan tanda DM, mempertahankan rasa nyaman dan
tercapainya target pengendalian glukosa darah.
Jangka panjang: tercegah dan terhambatnya progresivitas penyulit
mikroangiopati, makroangiopati dan neuropati.
Diagnosis ditegakkan dengan pemeriksaan kadar gula darah sebagai berikut :
1. Gula darah puasa > 126 mg/dl
2. Gula darah 2 jam > 200 mg/dl
3. Gula darah acak > 200 mg/dl
Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Untuk
mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
berat badan dan profil lipid,melalui pengelolaan pasien secara holistik dengan
mengajarkan perawatan mandiri dan perubahan perilaku.
1. Diet
Prinsip pengaturan makan pada penyandang diabetes hampir sama dengan anjuran
makan untuk masyarakat umum yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan
kebutuhan kalori dan zat gizi masing- masing individu. Pada penyandang diabetes perlu
ditekankan pentingnya keteraturan makan dalam hal jadwal makan, jenis dan jumlah
makanan, terutama pada mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau
insulin. Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang
dalam hal karbohidrat 60-70%, lemak 20-25% danprotein 10-15%. Untuk menentukan
status gizi, dihitung dengan BMI (Body Mass Indeks). Indeks Massa Tubuh (IMT) atau
Body Mass Index (BMI) merupupakan alat atau cara yang sederhana untuk memantau
status gizi orang dewasa, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan
berat badan. Untuk mengetahui nilai IMT ini, dapat dihitung dengan rumus berikut :
BeratBadan (Kg)
IMT = ------------------------------------------------
Tinggi Badan (m)Xtinggi Badan (m)
3. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan sangat penting dalam pengelolaan. Pendidikan kesehatan
pencegahan primer harus diberikan kepada kelompok masyarakat resiko tinggi.
Pendidikan kesehatan sekunder diberikan kepada kelompok pasien DM. Sedangkan
pendidikan kesehatan untuk pencegahan tersier diberikan kepada pasien yang sudah
mengidap DM dengan penyulit menahun.
Insulin
Insulin merupakan protein kecil dengan berat molekul 5808 pada manusia.
Insulin mengandung 51 asam amino yang tersusun dalam dua rantai yang
dihubungkan dengan jembatan disulfide, terdapat perbedaan asam amino kedua
rantai tersebut. Untuk pasien yang tidak terkontrol dengan diet atau pemberian
hipoglikemik oral, kombinasi insulin dan obat-obat lain bisa sangat efektif. Insulin
kadangkala dijadikan pilihan sementara, misalnya selama kehamilan. Namun pada
pasien DM tipe 2 yang memburuk, penggantian insulin total menjadi kebutuhan.
Insulin merupakan hormon yang mempengaruhi metabolisme karbohidrat
maupun metabolism protein dan lemak. Fungsi insulin antara lain menaikkan
pengambilan glukosa ke dalam sel–sel sebagian besar jaringan, menaikkan
penguraian glukosa secara oksidatif, menaikkan pembentukan glikogen dalam hati
dan otot serta mencegah penguraian glikogen, menstimulasi pembentukan protein
dan lemak dari glukosa.
IV. PEMBAHASAN
Penyakit diabetes melitus merupakan penyakit yang memiliki 2 tipe yaitu diabetes
tipe 1 dan diabetes tipe 2. Pada diabetes tipe 1 berasal dari faktor genetik, lingkungan,
usia dan faktor lain dan pada diabetes tipe 2 faktornya antara lain gaya hidup dan
obesitas. Adapun pengobatan yang dapat dilakukan untuk penderita diabetes melitus
yaitu dengan terapi insulin, mengonsumsi obat diabetes, mencoba pengobatan alternatif,
menjalani operasi dan memperbaiki life style (pola hidup sehat) dengan memakan
makanan yang bergizi atau sehat serta berolahraga.
Lansia (Lanjut usia) merupakan kondisi dimana terjadi sebuah proses alamiah
oleh semua orang berupa perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia pada jaringan tubuh
yang akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan. Peningkatan
Umur Harapan Hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan.
Pembinaan lansia di Indonesia dilaksanakan berdasarkan peraturan perundang-undangan
sebagai landasan dalam menentukan kebijaksanaan pembaninaan sesuai dengan undang-
undang RI No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lansia yang menyebutkan bahwa
pelayananan kesehatan dimaksudkan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan dan kemampuan lansia, upaya penyuluhan, penyembuhan dan pengembangan
lembaga.
Meningkatnya derajat kesehatan usia lanjut untuk mencapai masa tua yang
bahagia dan berdaya guna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat sesuai dengan
eksistensinya dalam strata kemasyarakatan dalam mencapai mutu kehidupan usia lanjut
yang optimal. Alasan pentingnya posyandu lansia karena kerentanannya terhadap
gangguan kesehatan dan berdampak pada kualitas hidup lansia.