You are on page 1of 68
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL. i LEMBAR PENGESAHANAN ii KATA PENGANTAR iit DAFTAR ISL iv DAFTAR GAMBAR v DAFTAR SINGKATAN vill DAFTAR LAMPIRAN ix BAB |: PENDAHULUAN " 1.1 Latar Belakang 1 1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan 13 1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan 14 1.4 Bagi Siswa 1.5 Bagi Institusi Tempat PKL BAB II: TUJUAN UMUM. 16 2.1 Ketentuan Umum tentang Apotek 16 2.2Tugas dan fungsi Apotek 16 2.3 Pendirian Apotek 7 2.4 Pencabutan Izin Apotek 23 2.5 pengelolaan Sumber di Apotek 25 2.5.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia 25 2.5.2 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Farmasi 25 2.6 Pelayanan di Apotek 27 2.6.1 Pelayanan Resep/Pesanan 29 2.6.2 Promosi dan Edukasi —— 2.6.3 Pelayanan Residensi ( Home Care ). 31 2.6.4 Pelayanan Obat Tanpa Resep 31 2.6.5 Pelayanan Narkotika. 3] BAB Ill: PEMBAHASAN. 36 3.1 Waktu,Tempat, dan Teknis dan pelaksanaan 36 3.2 Sejarah Apotek Padang Guci Farma 36 3.3 Tujuan Pendirian Apotek Padang Guci Farma 37 3.4 Pengelolaan di Apotek Padang Guci Farma 37 3.4.1 Sumber Daya Manusia (SDM ) 37 3.4.2 Sarana dan Prasarana 39 3.4.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya 3.5 Pelayanan di Apotek Padang Guci Farma 43 3.6 Perpajakan 44 3.7 Evaluasi Mutu Pelayanan 45 3.8 Strategi Pengembangan 46 BAB IV: KESIMPULAN DAN SARAN 47 4.1 Kesimpulan 47 4.2 Saran, 47 LAMPIRAN-LAMPIRAN. 49 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Logo Obat Narkotika ——— Gambar 2.2 Struktur Sumber Daya Manusia 38 Gambar 2.3 Layout Padang Guci Farma 40 Gambar 2.4 Pelayanan Resep Umum 44 DAFTAR SINGKATAN APA : Apoteker Pengelolah Apotek PSA Pemilik Sarana Apotek AA : Asisten Apoteker DINKES : Dinas Kesehatan KEPMENKES : Kementrian Kesehatan PerMenkes : Peraturan Menteri Kesehatan FEFO : First Expired Out FIFO : First In First Out PIO : Pelayanan Imformasi Obat PTO : Pemantauan Terapi Obat MESO : Monitoring Efek Samping Obat PBF : Pedagang Besar Farmasi cop : Cast On Delivery orc : Over The Counter ocB : Obat Generik Berlogo owa : Obat Wajib Apotek OKT : Obat Keras Tertentu PPN : Pajak Pertambahan Nilai SP : Surat Pesanan PKL : Praktek Kerja lapangan sop : Standar Operasional Prosedur DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Denah Lokasi Apotek Padang Guci Farma Lampiran 2. Etiket Apotek Padang Guci Farma Lampiran 3. Surat Pesanan...__. . Lampiran 4, Surat Pesanan Oba-bat Tertentu Lampiran 5. Surat Pesanan Narkotika Lampiran 6. Surat Pesanan Psikotropika Lampiran 7. Surat Pesanan Prekursor. Lampiran 8. Blanco Salinan Resep Lampiran 9. Kwitansi Lampiran 10. Kartu Stock Lampiran 11. Faktur Lampiran 12. Buku Barang Masuk Lampiran 13. Buku Barang Keluar Lampiran 14. Buku Defecta Lampiran 15. Buku Resep Lampiran.16 Contoh Resep Lampiran.17 Sipnap. 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 — . BABI PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semoga dengan _berjalannya waktu dan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat, tingkat perhatian masyarakat terhadap pelayanan kesehatan khususnya dibidang kefarmasian, maka dituntut juga kemampuan dan kecakapan para petugas dalam rangka mengatasi permasalahan yang timbul dalam pelaksanaan pelayanan kefarmasian kepada masyarakat. Hal ini menjadi sebuah tantangan bagi dunia kefarmasian khususnya dalam meningkatkan derajat _kesehatan. Meningkatkan derajat kesehatan bukan hanya menjadi tanggung jawab bersama yang memiliki hak dan potensi untuk mengenal dan mengatasi masalah kesehatan yang ada di lingkungan sekitar. Dengan demikian pada dasarnya kaitan tugas pekerjaan farmasi dalam melangsungkan berbagai proses kefarmasian, bukan sekedar membuat obat, melainkan juga menjamin serta meyakinkan bahwa produk kefarmasian yang diselenggarakan adalah bagian yang tidak terpisahkan dari proses penyembuhan penyakit yang diderita pasien. Untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di lingkungan kita maka pihak Sekolah Menengah Kejuruan Farmasi Bhakti Nusa Bengkulu memberikan kesempatan kepada siswa SMK-S 16 Bhakti Nusa Bengkulu untuk berhubungan langsung dengan masyarakat sebagai sarana dibidang kesehatan khsususnya dibidang farmasi dengan cara melakukan Praktik Kerja Lapangan atau bisa disebut PKL. Siswa dibekali dengan materi pendidikan umum (normatif), pengetahuan dasar penunjang (adaptif) serta teori dan keterampitan dasar kejuruan (produktif). Di institusi yang bergerak dibidang kefarmasian yang sesuai dengan kompetensi yang telah di berikan di sekolah. Sarana yang bergerak di bidang kefarmasian di antaranya apotek, rumah sakit, dan UPTD. Pada dasarnya kegiatan ini merupakan kegiatan pelatihan dilapangan yang di rancang untuk memberikan pengalaman, pengetahuan dan keahlian praktis kepada siswa khususnya mengenal obat-obatan bagi SMK Farmasi Harapan utama dari kegiatan PKL yaitu dapat meningkatkan keahlian profesi, meningkatkan kualitas sesuai tuntutan kebutuhan usaha/industry,meliputi : kemampuan, motivasi, disiplin, inisiatif dan kreatif. Praktik Kerja Lapangan dilakukan di kelas |, bertempat di Apotek Padang Guci Farma yang terletak di JI. Bumi Ayu Raya,Bumi Ayu, Kp. Melayu, Kota Bengkulu, yang mana Praktik Kerja Lapangan ini dilakukan selama Kurang lebih 2,5 bulan. Dimulai Pada tanggal 07 February sampai tanggal 16 April. Selama Praktek Kerja Lapangan ini mempunyai makna yang penting dan merupakan sarana pengenalan lapangan kerja bagi siswa, masa orientasi sebelum bekerja di masyarakat, untuk itu dengan melaksanakan Peraktik kerja Lapangan dapat menambah pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh siswa. Dengan adanya Praktik Kerja Lapangan siswa mampu berkomunikasi didunia pekerjaannya sehingga dapat mengetahui permasalahan dilapangan pekerjaan dan cara _mengatasinya. Keterampilan lain yang didapat oleh siswa, antara lain pelayanan, peracikan pencampuran obat, penyuluhan obat serta mampu bekerja sama dengan tenaga kesehatan lainnya. Disamping itu, Praktik Kerja Lapangan merupakan sarana informasi pendidikan kesehatan bagi siswa, sehingga dapat menyumbangkan kemampuan yang dimilikinya sesuai bidangnya Adapun Visi yang dibuat di Apotek Padang Guci Farma yaitu, menjadikan Apotek Padang Guci sebagai tempat dan wadah utama masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pencegahan dan pengobatan penyakit dengan mengedepankan pelayanan kesehatan yang bermutu, Terjangkau dan nyaman Misi nya, Memberikan informasi kesehatan dan konsultasi penyakit kepada pasien, menyedeiakan obat-obat yang terjangkau oleh masyarakat dengan mutu yang terjamin,memberikan pelayanan dengan penuh semangat dan antusiasme yang tinggi sehingga pelanggan merasa dihargai dan puas terhadap pelayanan, memiliki kemauan tinggi untuk terus belajarmengembangkan diri dan terus berusaha untuk mencari cara yang lebih efektif dan efisien untuk meningkatkan pelayanan dan kualitas produk,, memupuk rasa kepedulian terhadap customer,supplier, dan mitrakerja,serta bekerja__ berdasarkan keikhlasan hati.selalu berusaha memberikan kinerja terbaik sehingga tercipta emotional yang kuat dengan customer. 1.2 Tujuan Praktik Kerja Lapangan Dalam rangka mempersiapkan tenaga kefarmasian yang siap pakai, makadilakukan Praktik Kerja lapangan dengan tujuan sebagai berikut 1. Meningkatkan, memperluas, dan memantapkan keterampilan yang bermutu, kemampuan peserta didik sebagai bekal untuk memasuki lapangan kerja yang sesuai dengan kebutuhan program pendidikan yang di terapkan. 2. Mengenal kegiatan-kegiatan penyelenggaraan program kesehatan masyarakat secara menyeluruh baik ditinjau dari aspek teknis maupun social budaya. 3. Memberikan kesempatan peserta didik untuk mendapatkan pengalaman kegiatan pelayanan kesehatan farmasi 4, Menumbuh kembangkan dan memantapkan sikap etis, profesionalisme dan nasionalisme yang diperlukan peserta didik untuk memasuki lapangan kerja sesuai bidangnya. 5. Memperoleh masukan guna memperbaiki_— dan mengembangkan serta_ meningkatkan _penyelenggaraan pendidikan Sekolah Menengah Kejuruan Swasta 16 (SMK- $16) Farmasi 6. Memperluas cakrawala pandang dan meningkatkan keterampilan dalam membentuk kecakapan dalam pelayanan dan penerapan teori sebelum memasuki lapangan kerja sesungguhnya 7. Mengembangkan dam memantapkan mental para siswa- siswi untuk memasuki lapangan kerja sesungguhnya 8. Meningkatkanpengetahuan siswa kepada _aspek-aspek dibidang usaha yang potensial dalam lapangan kerja diantaranya struktur organisasi usaha, asosiasi_usaha, jenjang karier, dan menajemen usaha. 9. Memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menerapkan disiplin kerja, etos kerja, sikap dan kepribadian serta keterampilan sebagai tenaga kesehatan. 10.Membekali_calon Asisten Apoteker dengan wawasan, pengetahuan, keterampilan, dan keahlian. Sehingga dapat menghasilkan calon-calon Asisten Apoteker yang siap terjuan kedunia kerja yang sesuai dengan profesinya 1.3 Manfaat Praktik Kerja Lapangan 1.3.1 Bagi Siswa 1. Mendapatkan pengalaman dan keterampilan dalam kegiatan kefarmasian 2. Dapat mengetahui kegiatan-kegiatan pokok farmasi 3. Mendapat bahan untuk penulisan karya tulis ilmiah dan institusi pelayanan kesehatan 4, Sebagai lahan untuk mencari kemungkinan lowongan pekerjaan 5. Peserta didik mampu menerapkan, memanfaatkan, dan 4 mengembangkan ilmu dan pengetahuan yang telah didapatkan selama PKL (Praktik Kerja Lapangan) 6. Untuk memenuhi salah satu syarat mengikuti Ujian Akhir Nasional 7. Peserta didik mendapatkan sarana informasi dan pendidikan dalam bidang kefarmasian 1.3.2 Bagi Institusi Tempat PKL 1. Apotek dapat mengenal kualitas peserta Praktik Kerja Lapangan yang belajar dan bekerja di tempat Praktik Kerja Lapangan. 2. Umumnya peserta Praktik Kerja Lapangan telah ikut dalam proses pelayanan secara aktif sehingga pada pengertian tertentu peserta Praktik Kerja Lapangan adalah tenaga kerja yang memberi keuntungan. 3. Apotek dapat memberi tugas kepada peserta Praktik Kerja Lapangan untuk kepentingan pelayanan sesuai kompetensi dan kemampuan yang dimiliki 4, Selama proses oendidikan melalui kerja lapangan , peserta Praktik Kerja Lapangan lebih mudah diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan terhadap peraturan Apotek. Karena itu, sikap peserta Praktik Kerja Lapangan dibentuk sesuai khas kerja di Apotek. 5. Memberi kepuasan bagi Apotek Karena diakui ikut serta menentukan masa depan anak bangsa melalui Praktik Kerja Lapangan 6. Apotek dapat memberi tugas kepada peserta PKL untuk kepentingan pelayanan sesuai kompotensi dan kemampuan yang dimiliki Selama proses pendidikan melalui kerja lapangan, peserta PKL lebih mudah diatur dalam hal disiplin berupa kepatuhan ~ terhadap peraturan Apotek, karena itu, sikap peserta PKL dapat dibentuk sesuai dengan ciri khas kerja di Apotek Memberi keputusan bagi Apotek karena diakui ikut serta mencantumkan masa depan anak bangsa melalui Praktik Kerja Lapangan ( PKL) BABII TINJAUAN UMUM 2.1 Ketentuan Umum Tentang Apotek Menurut Peraturan Menteri Kesehatan No.9 Tahun 2017 Tentang Apotek, Apotek adalah sarana pelayanan kefarmasian tempat dilakukan praktek kefarmasian oleh Apoteker. Selain itu terdapat pula pengertian lain yang mengatakan bahwa Apotek adalah suatu bisnis yang komoditasnya terdiri dari perbekalan farmasi (obat dan bahan obat) dan perbekalan kesehatan (alat kesehatan), Menurut Peraturan Menteri Kesehatan RI No.35 Tahun 2014 tentang Pekerjaan Kefarmasian. Pelayanan Kefarmasian adalah suatu pelayanan langsung dan bertanggung jawab kepada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien. Secara umum Apotek berfungsi sebagai tempat pengabdian seorang Apoteker dan Asisten Apoteker (AA), Peranan Apotek dibidang pelayanan kefarmasian adalah : a. Pembuatan, pengelolahan, peracikan, pengubahan _bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat. b. Pengadaan, pengimpanan, penyaluran dan penyerahan perbekalan farmasi di bidang kesehatan lainnya. c. Informasi mengenai perbekalan kesehatan di bidang farmasi 2.2 Tugas dan Fungsi Apotek Pada umumnya tugas Apotek adalah sebagai sarana pelayanan kesehatan untuk keperluan seluruh lapisan masyarakat. Berdasarkan peraturan menteri kesehatan nomor 9 tahun 2017 tentang Apotek yang tertera antara lain 1. Tempat pengabdian profesi seorang Apoteker yang telah mengucapkan sumpah jabatan sebagai Apoteker Pengelola Apotek. 2. Sarana farmasi yang melakukan peracikan, pengubahan bentuk, pencampuran, dan penyerahan obat/bahan obat. 3. Saran penyaluran perbekalan farmasi dan harus mengedarkan obat yang diperlukan masyarakat secara meluas dan merata dengan harga yang terjangkau oleh masyarakat. 4, Farmasi tempat dilakukannya pelayanan informasi tentang perbekalan farmasi yang berdasarkan kepada _kepentingan masyarakat lainnya, seperti: a) Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya kepada masyarakat. Contoh perbekalan farmasi : bahan obat, obat, alkes, dan kosmetika, obat asli Indonesia, bahan obat asii Indonesia. b) Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat dan bahaya obat serta perbekalan farmasi lainnya. ©) Pelayanan informasi didasarkan pada kepentingan masyarakat 2.3 Pendirian Apotek Suatu apotek baru dapat beroperasi setelah mendapat Surat Izin Apotek (SIA). SIA adalah surat izin yang diberikan oleh Menteri KesehatanRepublik Indonesia kepada Apoteker atau Apoteker yang bekerjasamadengan pemilik sarana apotek untuk menyelenggarakan pelayanan apotek pada suatu tempat tertentu, Izin Apotek pada suatu tempat tertentu diberikan oleh Mentri kepada Apoteker Pengelola Apotek (APA). Surat Izin Apotek (SIA) berlaku selama 5 tahun dan dapat di perpanjang selama Apotek tersebut memenuhi persyaratan.Sesuai Kepmenkes RI No 9 tahun 2017 pasal 13. Menurut Kepmenkes RI No.1332/Menkes/SK/X/2002 _disebutkan bahwa persyaratan-persyaratan Apotek adalah sebagai berikut: a) Untuk mendapatkan izin apotek, apoteker atau apoteker yang bekerjasama dengan pemilik —sarana_—yang_—ttelah memenuhi persyaratan harus siap dengan tempat. b) Perlengkapan termasuk sediaan farmasi dan perbekalan farmasi yang lain yang merupakan milik sendiri atau milik pihak lain ©) Sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi d) Apotek dapat melakukan kegiatan pelayanan komoditi yang lain di luar sediaan farmasi. Persyaratan lain yang harus diperhatikan untuk mendirikan suatu apotek antara lain 1. Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA), Untuk memperoleh SIPA sesuai dengan PP RI No. 51 tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian, seorang Apoteker harus memiliki Surat Tanda Registrasi Apoteker (STRA).STRA ini dapat di peroleh jika seorang apoteker memenuhi persyaratan sebagai berikut : a. Memiliki jazah Apoteker b. Memiliki sertifikat kompentensi apoteker c. Surat Pernyataan telah mengucapkan sumpah atau janji apoteker d. Surat keterangan sehat fisik dan mental dari dokter yangmempunyai surat izin praktek e. Membuat pernyataan akan mematuhi dan melaksanakan ketentuan etika profesi. Setiap tenaga kefarmasian yang akan menjalankan pekerjaankefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasian bekerja Setiap Tenaga _Kefarmasian yang akan —_menjalankan pekerjaankefarmasian wajib memiliki surat izin sesuai tempat tenaga kefarmasianbekerja. Surat izin yang dimaksud adalah berupa : a) SIPA bagi Apoteker penanggung jawab di fasilitas pelayanan kefarmasian. b) SIPA bagi Apoteker pendamping difasilitas _pelayanan kefarmasian. ©) SIK bagi Apoteker yang melakukan pekerjaan kefarmasian difasilitas produksi atau fasilitas distribusi/penyaluran. d) SIKTTK bagi Tenaga Teknis Kefarmasian yang melakukan pekerjaan kefarmasian pada fasilitas kefarmasian 2. Lokasi dan Tempat. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No922/Menkes/Per/X/1993 lokasi apotek tidak lagi ditentukan harus memiliki jarak minimal dari apotek lain dan sarana apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan komoditi lainnya di luar sediaan farmasi, namun sebaiknya harus mempertimbangkan segi penyebaran dan pemerataan pelayanan, jumlahpenduduk, jumlah —dokter,-—ssarana._—_pelayanan kesehatanzlingkungan yang higienis dan faktor-faktor lainnya. Apoteker berlokasi pada daerah yang dengan mudah dikenali oleh masyarakat. Padahal nama apoteker dapat papan petunjuknya dengan jelas tertulis kata ‘APOTEK’.Apotek harus dapat dengan mudah dijangkau masyarakat dengan kendaraan. Bangunan dan Kelengkapan Bangunan apotek harus mempunyai luas dan memenuhi persyaratan yang cukup, serta memenuhi persyaratan teknis sehingga dapat menjamin kelancaran pelaksanaan tugas dan fungsi apotek serta memelihara mutu perbekalan kesehatan di bidang farmasi. Yang perlu diperhatikan adalah: a. Bangunan apotek sekurang-kurangnya terdiri dari : ruang tunggu, tuang administrasi dan ruang kerja apoteker, ruang penyimpanan obat, ruang peracikan dan penyerahan obat, tempat pencucian obat, kamar mandi dan toilet. b, Bangunan apotek juga harus dilengkapi dengan : Sumber air yang 9 memenuhi syarat Kesehatan, penerangan yang baik, Alat pemadam kebakaran yang befungsi baik, ventilasi dan sistem sanitasi yang balk dan memenuhi syarat higienis, Papan nama yang memuat nama apotek, nama APA, nomor SIA, alamat apotek, nomor telepon apotek. a. Apotek harus memiliki perlengkapan, antara lain: Alat_ pembuangan, pengolahan dan peracikan seperti timbanganmortir, gelas ukur dll. Perlengkapan dan alat penyimpanan, dan perbekalan farmasi, seperti lemari obat dan lemari pendinginWadah pengemas dan pembungkus, etiket dan plastik pengemas. Tempat penyimpanan khusus narkotika, psikotropika dan bahan beracun ¢. Apotek harus memiliki buku-buku standar farmasi antara lain: Farmakope Indonesia, ISO, MIMS, DPHO,serta kumpulan peraturan prundang-undangan yang berhubungan dengan apotek. d. Apotekharusmemilikiperlengkapan administrasi, seperti blanko pesanan obat, faktur, kwitansi, salinan resep dan lain-lain. 2. Apoteker Pengelola Apotek Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.1332/Menkes/ SK/X/2002 tentang perubahan atas Peraturan Menteri Kesehatan Republik IndonesiaNo.922/Menkes/Per/X/1993 tentang ketentuan dan tata cara pemberian izin apotek pada pasal 1 dijelaskan bahwa APA adalah seorang apoteker yang telah diberikan Surat Izin Apotek (SIA). Apoteker Pengelola Apotek (APA) berkewajiban menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar_profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola Sumber Daya Manusia (SDM) secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan serta memberi peluang untuk meningkatkan pengetahuan. Selainharus memiliki Surat Izin Praktek Apoteker (SIPA). persyaratan lain yang harus dipenuhi untuk menjadi apoteker pengelola apotek adalah: a. Memenuhi syarat-syarat Kesehatan fisik dan mental untuk melaksanakan tugasnya sebagai Apoteker b. Tidak bekerja di suatu perusahaan farmasi dan tidak menjadi APA diapotek lain.Seorang APA bertanggung jawab terhadap kelangsungan hidup apotek yang dipimpinnya, juga bertanggung jawab kepada pemilik modal jika bekerja sama dengan pemilik sarana apotek Fungsi dan tugas apoteker di Apotek adalah sebagai berikut : a) Membuat visi dan misi apotek. b) Membuat tujuan, strategi dan program kerja. c) Membuat dan menetapkan peraturan atau SOP pada setiap fungsi kegiatan apotek. d) Membuat dan menentukan indikator form record pada setiap fungsi kegiatan apotek. e) Membuat sistem pengawasan dan pengendalian SOP dan program kerja pada setiap. Sedangkan wewenang dan tanggung jawab apoteker di apotek adalah a) Menentukan arah terhadap seluruh kegiatan b) Menentukan sistem atau peraturan yang akan digunakan ©) Mengawasi pelaksanaan SOP dan program kerja 4d) Bertanggung jawab terhadap kinerja yang diperoleh. ‘Sedangkan Pengelolaan apotek oleh APA ada dua bentuk, yaitu —_pengelolaan bisnis (non teknis kefarmasian) dan pengelolaan di bidang pelayanan (teknis kefarmasian), maka untuk dapat melaksanakan tugasnya dengan sukses seorang ‘APA harus melakukan kegiatan sebagai berikut a) Memastikan bahwa jumlah dan jenis produk yang dibutuhkan senantiasa tersedia_ dan diserahkan kepada yang membutuhkan. b) Menata apotek sedemikian rupa sehingga berkesan bahwa apotek menyediakan berbagai_ obat dan _perbekalan kesehatan lain secara lengkap. ) Menetapkan harga jual produknya dengan harga bersaing, d) Mempromosikan usaha apoteknya melalui berbagai upaya. €) Mengelola apotek sedemikian rupa sehingga memberikan keuntungan f) Mengupayakan agar pelayanan di apotek dapat berkembang dengancepat, nyaman dan ekonomis A. Sarana Apotek Sarana Apotek dapat didirikan pada lokasi yang sama dengan kegiatan pelayanan dan komoditi lainnya diluar sediaan farmasi B. Bangunan Apotek Bangunan Apotek sekurang-kurangnya memiliki ruangan_ khusus tertentu untuk : a. b. ©. d. e. Ruang Tunggu Ruang Peracikan dan Penyerahan Resep (sesuai kebutuhan ) Ruang Administrasi dan kamar kerja Apoteker ( sesuai kebutuhan ) Ruang tempat pencucian alat (sesuai kebutuhan ) WC ( sesuai kebutuhan ) C. Kelengkapan Bangunan calon Apotek a. Sumber air b. penerangan c. Harus cukup terang sehingga dapat menjamin pelaksanaan tugas dan fungsi apotek (PLN/Generator/Petromax ) d. Alat pemadam kebakaran Harus berfungsi dengan baik sekurang-kurangnya dua buah a. Ventilasi b. Sanitasi D. Papan Nama Berukuran minimal : Panjang : 80 cm Dengan tulisan : Hitam diatas dasar putih, Tinggi huruf minimal Sem, tebal Sem 2.4 Pencabutan Izin Apotek Setiap apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan Perundang- undangan yang berlaku sesuai dengan keputusan Menteri Kesehatan RI No.9 Tahun 2017 pencabutan SIA dilakukan oleh pemerintah daerah kabupaten/kota berdasarkan : a. Hasil Pengawasan; dan/atau b. Rekomendasi Kepala Balai POM Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut surat izin apotek apabila : 1. Pencabutan SIA dilakukan setelah dikeluarkan teguran tertulis berturutturut sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu masing-masing 1 (satu) bulan dengan menggunakan formulir 8. 2. Apotek melakukan pelanggaran berat yang membahayakan jiwa, SIA Setiap apotek harus berjalan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku Sesuai dengan Keputusan Menteri KesehatanRINo.1332/Menkes/SK/X/2002, Kepala Dinas Kesehatan dapat mencabut surat izin apotek apabila a ‘Apoteker yang sudah tidak memenuhi ketentuan atau persyaratan sebagai apoteker pengelola apotek Apoteker tidak = memenuhi —kewajiban dalam menyediakan,menyimpan dan menyerahkan_perbekalan farmasi yang bermutu baik dan terjamin keabsahannya serta tidak memenuhi kewajiban dalam memusnahkan perbekalan farmasi yang tidak dapat digunakan lagi atau dilarang digunakan dan mengganti obat generik yang ditulis dalam resep dengan obat paten. . Apoteker pengelola apotek berhalangan _melakukan tugasnya lebih dari2 tahun secara terus-menerus Terjadi pelanggaran terhadap ketentuan_Peraturan Perundang-undangan mengenai_narkotika, obat keras, psikotropika serta ketentuan peraturan perundang-undangan lainnya. Surat izin kerja apoteker pengelola apotek dicabut. Pemilik sarana apotek terbukti terlibat dalam pelanggaran perundang-undangan di bidang obat . Apotek tidak lagi memenuhi persyaratan sebagai apotek Pelaksanaan pencabutan izin apotek dapat dilaksanakan setelah di keluarkannya : a. Peringatan tertulis kepada apoteker pengelola apotek sebanyak kali berturut-turut dengan tenggang waktu masing-masing 2 bulan. 24 b. Pembekuan izin apotek untuk jangka waktu selama- lamanya 6 bulansejak dikeluarkannya _penetapan pembekuan kegiatan di apotek, Pembekuan izin apotek dapat dicairkan kembali apabila apotek telah membuktikan memenuhi persyaratan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Hal ini dilakukan setelah Kepala Balai POM setempat melakukan pemeriksaan. Keputusan pencabutan surat izin apotek dilakukan oleh KepalaDinas Kesehatan atau Kota disampaikan langsung kepada apoteker pengelola apotek dengan menggunakan contoh formulir model APT-15, tembusan kepada Menteri dan kepala Dinas Kesehatan Provinsi setempat serta Kepala Balai Pemeriksaan Obat dan makanan setempat. Apabila surat izin apotek dicabut, apoteker pengelola apotek atau apoteker pengganti_wajib_ mengamankan perbekalan farmasinya. Pengamanan tersebut dilakukan dengan tata cara sebagai berikut 1. Dilakukan inventarisasi tethadap seluruh_persediaan narkotika, obatkeras tertentu dan obat lainnya dan seluruh resep yang tersisa di apotek 2. Narkotika, psikotropika dan resep harus dimasukkan dalam tempat yang tertutup dan terkunci 3. Apoteker pengelola apotek wajib melaporkan kepada Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten atau Kota atau petugas yang diberi wewenangtentang penghentian kegiatan disertai laporan inventaris yang dimaksud di atas 2.5 Pengelolaan Sumber Apotek 2.5.1 Pengelolaan Sumber Daya Manusia Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang professional Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan dan memberi peluang untuk —meningkatkan pengetahuan Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Apotek setdak- tidaknya adalah Pemilik Sarana Apotek (PSA), Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker, Juru Resep, Tenaga Tata Usaha. Pengelolaan sumber daya manusia dalam sistem pengelolaan apotek dikategorikan sebagai pengelolaan non teknis. Pengelolaan non teknis lainnya yang juga penting adalah meliputi semua kegiatan administrasi, keuangan, personalia dan upaya — upaya peningkatan kompetensinya. 2.5.2 Pengelolaan Sedian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya Pengelolaan jenis ini dalam system pengelolaan apotek dikategorikan sebagai pengelolaan teknis. Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No.1332/Menkes /SK/2002,Bab VI pasal 10, di bidang kefarmasian pengelolaan apotek meliputi a. Pembuatan, pengelolaan, peracikan, perubahan_bentuk, pencampuran, penyimpanan dan penyerahan obat atau bahan obat b. Pengadaan, penyimpanan, penyaluran dan_—_penyerahan perbekalanfarmasi lainnya, Pelayanan informasi mengenai perbekalan farmasi yang meliputi: a) Pelayanan informasi tentang obat dan perbekalan farmasi lainnya yang diberikan balk kepada dokter atau tenaga kesehatan lain maupun kepada masyarakat b) Pengamatan dan pelaporan informasi mengenai khasiat keamanan, bahaya, mutu obat dan perbekalan farmasi lainnya Secara Umum Pengelolaan Sedian Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya ini meliputi pekerjaan sebagai berikut: Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit dan kemampuan dan budaya masyarakat. a. Perencanaan Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu diperhatikan pola penyakit dan kemampuan dan budaya masyarakat. b. Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaansediaan farmasi harus melalui jalur resmi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku. c. Penyimpanan Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan padawadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru, wadah sekurang-kurangnya memuat nomor bets dan tanggal kadaluarsa, Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjaminkestabilan bahan. d. Administrasi Dalam menjalankan pelayanan kefarmasian di apotek, perlu dilaksanakan kegiatan administrasi yang meliputi : 1.Administrasi Umum meliputi: pencatatan, pengarsipan, pelaporan narkotika, psikotropika dan dokumentasi sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 2. Administrasi Pelayanan meliputi: pengarsipan resep, pengarsipan catatan pengobatan pasien, pengarsipan hasil monitoring penggunaan obat. e. — Keuangan Dalam keuangan di Apotek ada beberapa hal yang mempengaruhi keuangan, yakni seperti: 1. Penerimaan: berupa pekerjaan yang dilakukan diapotek sehingga menghasilkan pendapatan di Apotek, kegiatan tersebur berupa pelayan pelayan resep dan pelayanan non resep. Sumber pendapatan secara umum diperoleh dari hasil penjualan, dan modal dari apotek. 2. Pengeluaran: dalam apotek terdapat beberapa pengeluaran seperti biaya rutin dari apotek. Biaya rutin yakni seperti: gaji karyawan, listrik, telepon dan air. 2.6 Pelayanan di Apotek Pelayanan kefarmasian adalah pelayanan langsung dan bertanggung jawab pada pasien yang berkaitan dengan sediaan farmasi dengan maksud mencapai hasil yang pasti untuk meningkatkan mutu kehidupan pasien Pelayanan di Apotek meliputi : 1. Pelayanan Resep/pesanan yang berisi tentang Skrining resep, penyimpanan obat, kemasan obat yang diberikan, penyerahan obat, informasi, dan salinan resep 2. Promosi dan edukasi 3. Pelayanan Residensi ( Home Care ) 4. Pelayanan obat tanpa resep 5. Pelayanan narkotika 6. Pelayanan psikotropika 7. Pelayanan obat keras 8. Pelayanan obat bebas terbatas © . Pelayanan obat Generik 10. Pelayanan obat wajib Apotek Pelayanan di Apotek meliputi : Pelayanan Resep/pesanan, Promosi dan Edukasi, Pelayanan Residensial ( Home Care ), Pelayanan obat tanpa resep, pelayanan narkotika, pelayanan psikotropika,obat keras, obat bebas, obat bebas terbatas, obat generic, dan obat wajib Apotek. Pelayanan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek. Menimbang : a, Bahwa untuk meningkatkan mutu pelayanan kefarmasian di Apotek yang berorientasi_ kepada keselamatan _pasien, diperlukan suatu standar yang dapat digunakan sebagai acuan dalam pelayanan kefarmasian di Apotek b. Bahwa Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 35 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Farmasi di Apotek sudah tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan hokum c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana di maksud dalam huruf a dan huruf b, serta untuk melaksanakan ketentuan Pasal 21 ayat ( 4) Peraturan Pemerintah Nomor 51 Tahun 2009 tentang Pekerjaan Kefarmasian , Perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan tentang Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek Mengingat Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 3 Tahun 2021 Tentang Perubahan Penggolongan, Pembatasan, dan kategori Obat 1. Pasal 17 ayat (3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4916) 3. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063) 2.6.1 Pelayanan Resep/Pesanan a. Skrining Resep 1, Pelayanan administrasif, seperti nama, SIK, dan alamat dokter; tanggal penulisan resep, namaalamat,umurjenis kelamin,dan berat badan pasien, nama obat, potensi, dosis, jumlah yang diminta, cara pemakaian serta informasi lainnya. 2. Kesesuaian farmasetika seperti bentuk sediaan, dosis, potensi, stabilitas, inkompatibilitas, cara dan lama pemberian 3. Pertimbangan klinis seperti adanya alergi, efek samping, interaksi, kesesuaian ( dosis, durasi, jumlah obat dan lain-lain ) b. Penyimpanan obat Menurut Kepmenkes Nomor 1027 Tahun 2004, lanhkah-langkah penyiapan obat yang harus dilakukan adalah sebagai berikut : 1. Peracikan Merupakan kegiatan menyiapkan, menimbang, mencampur, mengemas dan memberi etiket pada wadah. Dalam melaksanakan peracikan, obat harus dibuat sesuai prosedur tetap dengan mempehatikan dosis, jenis dan jumlah obat serta penulisan etiket yang benar. 2. Etiket Etiket harus jelas dan dapat dibaca. Menurut Kepmenkes Nomor 280 tahun 1981 pasal 11 a) Obat yang diserahkan atas resep dokter, harus dilengkapi dengan etiket berwarna putih untuk obat dalam dan warna biru untuk obat luar b) Pada etiket harus tercantumkan 1) Nama dan alamat Apotek 2) Nama dan nomor izin pengelolaan Apotek Apoteker pengelola Apotek 3) Nomor dan tanggal pembuatan 4) Aturan pemakaian 5) Tanda lain yang diperlukan, misalnya : kocok dahulu atau tidak boleh diulang tanpa resep dokter dan sebagainya, a. Kemasan obat yang diberikan Obat hendaknya dikemas rapi dalam kemasan yang cocok sehingga terjaga kualitas. b. Penyerahan obat Sebelum obat diserahkan pada pasien harus dilakukan pemeriksaan akhir tethadap kesesuaian antara obat dan resep. Penyerahan obat dan konseling kepada pasien dan tenaga xn kesehatan. c. Informasi Apoteker harus memberikan informasi yang jelas, benar dan mudah dimengerti, akurat, etis, bijaksana dan terkini, informasi obat pada pasien sekurang-kurangnya meliputi : cara pemakaian obat, cara penyimpanan obat, jangka waktu pengobatan, aktivitas serta makanan dan minuman yang harus dihindari selama terapi, Apoteker harus memberikan konseling kepada pasien sehingga dapat memperbaiki kualitas hidup pasien. Konseling terutama ditujukan untuk pasien penyakit kronis ( Hipertensi, diabetes mellitus, TBC, asma, dan lain-lain ). Setelah penyerahan obat kepada pasien, Apoteker harus melaksanakan pemantauan penggunaan obat. d. Salinan resep Ketentuan dan tata cara pengelolaan apotek, disebutkan bahwa salinan resep adalah salinan yang dibuat apotek yang selain membuat semua keterangan yang terdapat dalam resep asli harus memuat pula 1. Nama dan alamat Apotek 2. Nama dan nomor Surat Izin Pengelola Apotek ( SIPA) 3. Tanda tangan dan paraf Apoteker Pengelola Apotek 4. Tanda “det” atau “detur” untuk obat yang sudah diserahkan tanda ‘nedet” atau “ne-det” untuk obat yang belum diserahkan 5. Nomor, resep dan tanggal pembuatan 6. Tanda tangan Apoteker 2.6.2 Promosi dan Edukasi Dalam rangka pemberdayaan masyarakat, Apoteker harus memberikan promosi dan edukasi kepada pasien yang ingin melakukan upaya pengobatan diri sendiri ( swamedikasi ) untuk penyakit yang ringan dan memilhkan obat yang sesuai dan Apoteker harus berpatisipasi secara aktif dalam kegiatan ini 2.6.3 Pelayanan Residensi (Home Care ) Apoteker sebagai care give diharapkan juga dapat melakukan pelayanan kefarmasian yang bersifat kunjungan rumah, khusus nya untuk kelompok lansia dan pasien dengan penyakit kronis. Untuk kegiatan ini, Apoteker harus membuat catatan pengobatan pasien medication record. 2.6.4 Pelayanan Obat Tanpa Resep ‘a. Menerima permintaan pelayanan obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi lain b. Menganalisi permintaan c. Memberikan alternatif macam-macam obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi lain d. Memberikan pilihan harga obat bebas, pbat bebas terbatas, dan komoditi lain e, Menyerahkan obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi lain Memberikan informasi obat bebas, bebas terbatas, dan komoditi lain 2.6.5 Pelayanan Narkotika Narkotika berdasarkan UU No. 3 Tahun 2015 adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Logo obat narkotika : Pada kemasannya terdapat tanda seperti medali berwarna merah dengan bergaris tepi merah. Gambar 2.1 Logo Obat Narkotika Obat golongan ini hanya boleh diperjual belikan di Apotek dengan resep dokter, dengan menunjukkan resep asli dan resep tidak dapat diulang. Tiap bulannya Apotek wajib melaporkan pembelian dan penggunaannya kepada pemerintah, Narkotika dapat dibedakan lagi menjadi 3 (tiga ) golongan yaitu (Undang-undang No. 9 Tahun 2017 ) a. Narkotika golongan | adalah narkotika yang hanya dapat digunakan untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan dan tidak digunakan dalam terapi, serta mempunyai potensi sangat tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : Opium, kokain, ganja, asetorfina, asetilalfa, dll. Dan narkotika golongan | terdiri 114 jenis. b. Narkotika golongan 1! adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan, digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi dan/atau_ untuk tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan. Contoh : alfasetilmetadol, alfameprodina, alfametadol, alfapordina, alfentanil, dll, dan narkotika golongan II terdiri dari 91 jenis. c. Narkotika golongan Ill adalah narkotika yang berkhasiat pengobatan dan banyak digunakan dalam terapi dan atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan ketergantungan. Contoh : asetildigidrokodeina, dekstropoksifena, dihidrikodeina, etilmorfina, d._kodeina, nikodikodina dil. Dan narkotika golongan III terdiri dari 15 jenis 1. Pengadaan/pembelian Narkotika Pasal 5 ayat 1 UU Nomor 9 Tahun 1976 disebutkan bahwa Menteri Kesehatan memberi izin kepada Apotek untuk membeli, meracik, menyediakan, memiliki atau menyimpan untuk persediaan, menguasai, menjual menyalurkan, menyerahkan, mengirim, dan membawa atau mengangkut narkotika untuk dilakukan dengan menggunakan surat pesanan narkotika model N. 9 ke PBF Kimia Farmasi ( PBF yang mendapatkan izin dari pemerintah untuk menyalurkan obat narkotika ) dan buat 5 lembar untuk PBF. Dinas Kesehatan Wilayah. Balai Besar POM, Menager Kimia Farmasi Pusat, dan arsip Apotek. Setiap suatu SP hanya dapat digunakan untuk satu item/satu jenis narkotika, Dimana kertas SP ini dapat dibeli di Kimia Farma, karena Apotek tidak boleh membuat sendiri. 2. Pelayanan resep Narkotika Resep mengandung narkotika Apotek hanya melayani pembelian narkotika berdasarkan resep dokter dengan ketentuan berdasarkan surat edaran BPOM No. 336/SE/SE/1967 antara lain dinyatakan : a. Apotek dilarang melayani selain resep yang mengandung narkotika, walaupun resep tersebut baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali b. Untuk resep narkotika yang baru dilayani sebagian atau belum dilayani sama sekali, Apotek boleh membuat salinan resep tetapi salinan resep tersebut hanya boleh dilayani oleh Apotek yang menyimpan resep aslinya. c. Salinan resep dari resep narkotika dengan tulisan iter tidak boleh dilayani sama sekali, Oleh karena itu dokter tidak boleh menambah tulisan /ter pada resep-resep yang mengandung narkotika. 3. Penyimpanan Narkotika Penyimpanan obat narkotika dan psikotropika dilakukan secara khusus. Untuk penyimpanan narkotika pada lemari khusus yang tidak tembus cahaya, dengan ukuran 40x80x100 cm dan memiliki dua bagian dengan dua pintu serta lemari tersebut diletakkan pada dinding. Satu bagian untuk tempat penyimpanan stock dan dilengkapi dengan kartu stock, bagian yang lain untuk menyimpan obat yang digunakan sehari-hari dan dilengkapi dengan kartu stelling. Lemari tersebut terkunci dan tidak diberi penandaan apapun untuk menghindari pencurian. . Pelayanan Narkotika Obat golongan narkotika hanya dapat diberikan kepada pasien bila menggunakan resep dokter atau copy resep dengan tanda nedet dari apotek yang menyimpan resep asli. Hal ini sesuai dengan surat edaran Ditjen POM Nomor 336/E/SE/77 disebutkan sesuai pasal 7 ayat 2 UU RI Nomor 8 Tahun 1976 tentang narkotika, Apotek dilarang mengulangi menyerahkan narkotika atas resep yang sama dari seseorang dokter atau atas dasar salinan resep Resep-resep tersebut kemudian disimpan secara_terpisah. Setiap pengeluaran dicatat di kartu stelling lengkap dengan nomor resepnya, kemudian dicatat di buku narkotika dan psikotropika. Resep yang mengandung narkotika diberi tanda garis merah, kemudian dipisahkan untuk dicatat dalam buku registrasi narkotika Pencatatan meliputi tanggal, nomor resep, tanggal pengeluaran, jumiah obat, nama pasien, alamat pasien, dan nama dokter. Dilakukan pencatatan tersendiri untuk masing-masing nama obat narkotika. Pengecekan resep dengan pengeluaran obat tersebut dilakukan setiap bulan untuk kemudian dibuat laporan bulanan. Untuk setiap penggunaan obat golongan narkotika dan psikotropika maka dicatat jumlah pengeluaran dan sisa yang ada, jika ada perbedaan maka dilakukan control lebih lanjut. Hal ini dilakukan untuk menghindari adanya terjadi penyalahgunaan obat dan juga digunakan untuk membuat laporan. . Pelaporan Narkotika Laporan penggunaan narkotika setiap bulannya dikirim ke Dinas Kesehatan dan kesejahteraan social kabupaten/kota dan dibuat tembusan ke Dinas Kesehatan dan kesejahteraan social provinsi, Balai Besar POM dan untuk arsip Apotek. Pelaporan selambat- lambatnya tanggal 10 setiap bulannya. Laporan bulanan narkotika serisi nomor urut, nama sediaan, satuan, jumlah pada awal bulan, pemasukan, pengeluaran dan persediaan akhir bulan serta keterangan. Khusus untuk penggunaan mophin, prthidin dan derivatnya dalam lembar tersendiri disertai dengan nama dan alamat pasien serta nama alamat dokter. . Pemusnahan Narkotika Pemusnahan narkotika harus dilakukan dengan memperhatikan beberapa hal sebagai berikut : a. Dikarenakan obat kedaluwarsa b. Tidak memenuhi syarat untuk dipergunakan untuk pelayanan kesehatan c. Dilakukan dengan menggunakan berita acara yang membuat 1. Nama, jenis, sifat dan jumlah 2. Keterangan tempat, jam, hari, tanggal, bulan, dan tahun 3. Tanda tangan dan identitas pelaksanaan dan pejabat yang menyaksikan ( ditunjuk oleh KeMenkes ) 4. Ketentuan lebih lanjut syarat dan tata cara pemusnahan diatur dengan keputusan Menteri Kesehatan 38 BABII PEMBAHASAN 3.1 Waktu, tempat, dan teknis pelaksanaan Waktu pelaksanaan Praktek Kerja lapangan (PKL) dimulai pada tanggal 07 February - 16 April 2022. Praktek Kerja Lapangan (PKL) bertempat di Apotek Padang Guci Farma yang beralamat di JI. Bumi Ayu Raya RT 06 Kelurahan Muara Dua Kecamatan Kampung Melayu Kota Bengkulu. Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Padang Guci Farma ini dilakukan secara berkelompok sebanyak 3 orang yang terdiri dari : 1. Enjel Pratama 2. Okta Suci Ramadani 3. Yanesmi Novitasari Kelompok ini dibagi menjadi 2 sift yatu, shift pagi dan shift siang . Pembagian shift adalah shift pagi yang waktu prakteknya dilaksanakan mulai pukul 06:30 - 14:00, dan shift siang dimulai pada pukul 14:00-21:00 WIB. Ketiga kelompok Shift ini pernah menjalankan shift pagi dan shift siang. Masing-masing selama 1 hari bergantian setiap minggunya, Sementara tanggal 16 April 2022. sebagai terakhir dari pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Apotek Padang Guci Farma 3.2 Sejarah Apotek Padang Guci Farma Sebelum menjadi Apotek, tempat ini masih berbentuk toko obat berizin yang bernama Padang Guci, tepatnya pada bulan maret tahun 2014 JI, Bumi Ayu 6. Setelah mendapatkan Apoteker, toko obat berizin tersebut berubah menjadi Apotek Padang Guci Farma pada bulan september tahun 2015 di JLRaya Bumi Ayu Rt6 Kelurahan Muara 2 kecamatan kampung melayu kota Bengkulu dengan nomor izin: 500/4751/APTK/BPPTPM /IX/ 2015. Apotek Padang Guci Farma pertama kali dipegang oleh PSA, yaitu : kwan juga selaku Pemilik Sarana Apotek, dengan Apoteker Pengelola Apotek yaitu : Apt .Eva Suryanti, S.Farm dengan SIPA : 500/4744/SIPA/BPPTPM/IX/2015. Apotek Padang Guci Farma merupakan usaha dagang perorangan atau swasta, Dalam menjalankan fungsinya, Apotek Padang Guci Farma merupakan salah satu sarana informasi mengenai obat, baik cara penggunaanya maupun akibatnya. Obat yang menyangkut nyawa manusia harus diberi penjelasan yang berkaitan dengan guna obat dan cara pemakaiannya yang diserahkan kepada pasien secara tepat dan jelas. 33 Tujuan Pendirian Apotek Padang Guci Fama Apotek Padang Guci Farma didirikan dengan tujuan 1. Dalam rangka ikut mendukung program pemerintah di bidang kesehatan, _khususnya menjamin ketersediaan obat yang baik dan bermutu. 2. Dalam rangka mendekatkan pelayanan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan lainnya pada masyarakat. 3. Memberikan alternatif pilihan bagi masyarakat pengguna layanan dalam menjamin kepuasan layanan. 4, Memperluas jangkauan komunikasi dan informasi kepada mayarakat perihal obat dan penyakit sehingga dapat meningkatkan kesadaran hidup sehat bagi masyarakat. 34 Pengelolaan Sumber Daya di Apotek 3.4.1 Sumber Daya Manusia Sesuai ketentuan perundangan yang berlaku apotek harus dikelola oleh seorang apoteker yang profesional. Dalam pengelolaan apotek, apoteker senantiasa harus memiliki kemampuan menyediakan dan memberikan pelayanan yang baik, mengambil keputusan yang tepat, mampu berkomunikasi antar profesi, menempatkan diri sebagai pimpinan dalam situasi multidisipliner, kemampuan mengelola SDM secara efektif, selalu belajar sepanjang karier dan membantu memberi pendidikan serta. mampu memberi peluang untuk — meningkatkan pengetahuan pendidikan. Sumber Daya Manusia yang dimiliki oleh Apotek setdak-tidaknya adalah Pemilik Sarana Apotek (PSA), Apoteker Pengelola Apotek (APA), Asisten Apoteker (AA), dan Juru Resep, serta Tenaga Tata Usaha Di apotek Padang Guci Farma terdapat beberapa personalia yang mempunyai tugas dan wewenang yang berbeda sesuai dengan posisi dalam struktur organisasi apotek seperti Pemilik Sarana Apotek (PSA): Ikwan, S.sos Apoteker Pengelola Apotek __: Apt. Fresilis Dwi Putri, S.Farm. Asisten Apoteker 1. Isnainul Mufidah, Amd.Farm 2. Nuril Aniyah Putri 3. Ratna Yulinda PSA(Pemilik Saham Apotek) Ikwan S,Sos ‘APA (Apoteker Penanggung Jawab) Apt. Frisilia Dwi Putri, S.Farm. AA (Asisten Apoteker) 1. Isnainul Mufidah,Amd.Farm 2. Nuril Aniyah putri 3. Ratna Yulinda Gambar 22 Struktur Sumber Daya Manusia 3,42 Sarana dan prasarana Sarana : Gedung dengan ukuran kira-kira Smx9m terdiri dari beberapa ruangan dan komponen-komponennya, seperti: 1 5. Tempat parkir : yang terletak dibagian depan pada Apotek Padang Guci Farma tempatnya cukup luas untuk menampung beberapa kendaraan dari pengunjung yang datang ke Apotek. Ruang tunggu : berada pada sisi kiri dan kanan dari tempat parkir yang terletak di bagian depan Apotek Padang Guci Farma. Terdapat beberapa tempat duduk yang disediakan dari Apotek untuk Pengunujung/konsumen agar dapat menunggu obat yang dibeli/resep yang akan ditebus Ruang peracikan: terdapat di sebelah kanan lemari obat keras. Ruang Apoteker : ruangan yang terletak bersebelahan dengan ruang racikan, Ruangan ini biasa digunakan sebagai tempat untuk melakukan pengentrian data. Toilet : ruangan ini berada di belakang gudang. Prasarana : 1 Bahan: Semua macam obat-obatan, bahan baku obat, bahan tambahan (Sacchorite), bahan pelarut (Air, alkohol, ), Bungkus Puyer. kioAlat: Peralatan peracikan (seperti: Mortir dan stamper, bekker glass), gunting, steples, kalkulator Gambar 2.3 Lay Out Apotek Keterangan : 1. Lemari obat bebas dan bebas terbatas 2. Lemari obat bebas dan bebas terbatas 3. Lemari alat kesehatan 4, Lemari herbal 5. Meja kasir 6. Lemaries 7. Lemari minyak aromatika 8. Lemari obat keras 9. Meja dokter 10. Lemari penyimpanan faktur 11. Tempat cek pasien 12. Lemari penyimpanan alat kesehatan 13, Meja racik dokter 14, Lemari infus 15. Lemari obat keras sediaan salep 16. Lemari stok obat bebas dan bebas terbatas 17.Lemari stok obat keras 18.Gudang 19.We 3.4.3 Pengelolaan Sediaan Farmasi dan Perbekalan Kesehatan Lainnya a. Perencanaan Dalam membuat perencanaan pengadaan sediaan farmasi perlu dipethatikan pola penyakit dan kemampuan dan budaya masyarakat.Terkait dengan pertimbangan tersebut maka obat-obat yang sering masuk dalam perencanaan adalah yang terkait dengan penyakit tertentu (misalnya diabetes, infeksi saluran pernafasan), dan contoh obat yang diagendakan dalam perencanaan adalah Amoxicillin, Asam mefenamat, Carbidu dll Perencanaan sediaan farmasi dan perbekalan kesehatan biasanya dilakukan oleh Apoteker. Salah satu dokumen perencanaan yang ada di Apotek adalah buku catatan obat yang sudah habis/mau habis yang disebut buku defekta b. Pengadaan Untuk menjamin kualitas pelayanan kefarmasiaan maka pengadaan sediaan farmasi harus melalui jalur_resmi sesuai peraturan perundang undangan yang berlaku. a Manjemen Pengadaan diapotek Padang Guci Farma didahului oleh Pemesanan obat dengan Surat Pesanan Resmi sesuai dengan golongannya . ‘Ada 2 model Surat Pesanan yang ada di Apotek Padang Guci Farma yaitu: 1.) SP untuk Pemesanan obat bebas, obat bebas terbatas, dan obat keras. 2.) SP untuk Pemesanan Obat yang mengandung Prekursor. c. Penyimpanan Obat atau bahan obat harus disimpan dalam wadah asli dari pabrik. Dalam hal pengecualian atau darurat dimana isi dipindahkan pada wadah lain, maka harus dicegah terjadinya kontaminasi dan harus ditulis informasi yang jelas pada wadah baru. Semua bahan obat harus disimpan pada kondisi yang sesuai, layak dan menjamin kestabilan bahan. Penyimpanan sediaan farmasi yang dilakukan di ‘Apotek Padang Guci Farma, disesuaikan golongan obat, jenis penyakit, abjad, dan tanggal ed, seperti: Penyimpanan sediaan farmasi yang dilakukan di apotek Padang Guci Farma, disesuaikan golongan obat, jenis penyakit, abjad, dan tanggal ed, seperti: Bentuk sediaan. Suppositoria disimpan pada suhu sejuk yaitu pada lemari es. Vaksin dan serum disimpan pada suhu dingin. Alkes disimpan pada suhu kamar. Obat Bebas, obat bebas terbatas, obat herbal terstandart, jamu, fitofarmaka disimpan di swalayan farmasi. Obat keras di simpan pada etalase obat belakang berdasarkan alfabetis Obat disusun berdasarkan sistem FIFO (first in first out) dan FEFO ( first expired first out) 8. Obat yang mengandung prekursor tunggal iletakkan pada lemari khusus d. Administrasi aAeenrna 1 Tugas dan Kewajiban : 1.) Membukukan pemasukan dan pengeluaran obat. 2.) Mengurus obat yang berhubungan dengan apotek ‘Tanggung Jawab : 1.) Bertanggung jawab atas seluruh pembukuan yang dibuat. 2.) Bertanggung jawab atas percetakan, pemasukan, dan pengeluaran obat-obatan dan perbekalan farmasi lainnya e. Keuangan 2. Dalam keuangan di Apotek Padang Guci Farma di pegang oleh PSA nya sendiri, beberapa tugas yang dilakukan seperti menghitung/ kalkulasi biaya obat dan resep. Ada dua komponen dalam keuangan yakni 1. Pemasukan Biaya keuangan dari beberapa obat dan resep yang diterima dari pasien/konsumen dapat dikatakan pemasukan dalam keuangan di Apotek, pemasukan setiap hari bertambah dan menjadi kas bagi Apotek. Pendapatan di Apotek Padang Guci Farma Setiap hari, yakni shift pagi dan shift Sore berbeda . Jika shift Pagi pendapatan dihitung pada siang hari bisa didapat sejumlah + Rp. 500.000,- hingga Rp.650.000;. Sedangkan pada shift Sore pendapatan diperoleh sebanyak + Rp.9.00.000,-. Pendapatan pada shift pagi dan shift sore berbeda dikarenakan pada malam hari konsumen lebih banyak sehingga, pendapatan diperoleh lebih banyak daripada shift pagi Dapat dikatakan pendapatan perbulan yang didapat oleh Apotek Padang Guci Farma sebanyak + Rp.75.000.000-, sehingga laba dapat diperoleh dari pemasukan keuangan dari pasien/konsumen di apotek Pengeluaran Pengeluarann dapat terjadi dari beberapa transaksi di Apotek sepert gaji karyawan, listrik, telepon, air, pajak, dan pembayaran terhadap distributor. 35 Pelayanan Apotek Padang Guci Farma hanya melayani resep umum dari dokter, berikut tata cara pelayanan resep yang masuk di Apotek Padang Guct : 1. Resep yang masuk diterima Tenaga Teknis Kefarmasian yang ada di Apotek Padang guci 2. Resep tersebut dihargai, setelah dihargai tanyakan pada asisten harga obat yang akan dibayar oleh pasien, jika setuju pasien tersebut langsung membayar, kemudian resep tersebut diberi nomor dan langsung dikerjakan. 3, Setelah resep dikerjakan obat langsung disiapkan kemudian obat atau resep tersebut diperiksa kembali sebelum obat di serahkan kepada pasien. Hal ini ditujukan untuk menghindari semua hal-hal yang tidak diinginkan sewaktu obat diserahkan kepada pasien maka Tenaga Teknis Kefarmasian yang menyerahkan wajib memberikan penjelasan atau petunjuk mengenai aturan pakai atau penggunaan dari obat tersebut Pasien Resep di terima menyerahkan | ,] oleh AAdan |_| _—Resep dihargai resep mengecek kelengkapan obat 1 ‘AA meracik dan Pasien setuju AA menyediakan |g] — membayar |_| _memberitahukan obat kepada pasien = ———— setuju atau tidak Obat diperiksa Obat diserahkan kembali oleh AA [>| kepada pasien beserta PIO Gambar 2.4 Alur Pelayanan Resep 3.6 Perpajakan Pembayaran pajak diapotek padang guci dilakukan oleh petugas khusus sesuai dengan ketentuan peraturan undang-undang yang berlaku. Caranya 0,5% omset disetor ke pajak setiap tanggal 20. 37 Evaluasi Mutu Pelayanan Tabel SOP ( Standard Operating Procedure) Penerimaan Obat/Alkes Apotek Padang Guci Farma NO Aktivitas Tanggung Jawab 1 | Cek kelengkapan faktur dari distributor meliputi Petugas cap perusahaan, tanda tangan penanggung jawab yang distributor, harga, diskon, dan tanggal jatuh tempo. | menerima 2 | Cek faktur dengan barang meliputi: nama barang, | Petugas jumlah, kadaluarsa, Ed dan kemasan yang menerima 3 | Cross ceck dengan sp yang dibuat dari bagian Petugas pengadaan farmasi yang menerima 4 | Beri tanda tangan, cap, dan nomor register Petugas penerimaan barang pada faktur yang sudah sesuai. | yang Catat tanggal dan jam pengiriman barang, menerima 5 | Catat pada buku bermasalah untuk faktur yang Petugas bermasalah (salah kirim, jumiah tidak sesuai, yang tusak/kadaluarsa) menerima 6 | Kemudian disimpan sesuai dengan ketentuan. Petugas yang menerima 7 | Catat penerimaan barang pada masing-masing Petugas kartu stok barang/stok besar/stok kecil yang menerima @ | Entry data faktur ke buku penerimaan dan buku Petugas faktur yang menerima Tabel SOP ( Standard Operating Proceduce) Penyimpanan Obat/Alkes Apotek Padang Guci Farma NO Aktivitas Tanggung Jawab 1 | Obat sampai disimpan distok cadangan jika masih_ |“ Petugas banyak di etalase Penerima 2_| Obat keras disimpan berdasarkan abjad Petugas Penerima 3. | Simpan obat berdasarkan FEFO/FIFO (FIRST Semua EXPIRED FIRST OUT/FIRST IN FIRST OUT) jadi dicek jika obat sudah mendekanti ED di ketak paling depan sehingga bisa di ambil 4 | Tempat penyimpanan di lap dari debu atau di ‘Semua bersihkan sehingga tidak rusak 5 | Catat pada buku ED untuk Obat/Alkes yang sudah ‘Semua mendekati ED 6 | Catat obat yang stoknya tinggal sedikit pada buku | Semua Defekta coret yang sudah dipesan maupun di terima ‘SOP ( standard Operasional Prosedur ) ketersediaan stok 7_| Faktur langsung di susun dan dicatat di buku faktur 2 | Obat yang mau habis langsung ambil dari gudang dan di isi 3. | Untuk ketersediaan obat benar-benar dicek jangan sampai double box/stok | Susun rapi kembali obat agar terlinat rapi 5 _| Bersihkan debu di etalase agar obat sampai ke pasien dalam keadaan bersih 6 | Perhatikan Potongan obat dahulukan lah yang sudah terpotong 7_| Catatlah obat mau habis atau kebutuhan obat yang diperlukan apotek/pasien di buku defekta 8 | Ketika mengambilkan pasien obat cek terlebih dahulu ketersediaan dan harga 9 | Mendahulukan stok menumpuk untuk di keluarkan 70 | Jangan sampai ada obat death stok (3 bulan tidak pemah keluar) 38. Strategi Pengembangan Dalam mengembangkan strategi pengembangan di Apotek Padang Guci Farma, pelayanan yang diberikan petugas yang cepat dan ramah adalah strategi utama dalam pengembangan Apotek Padang Guci Farma.Selain itu Apotek Padang Guci Farma dilengkapi dengan dokter umum dan perawat.Selain pelayanan terdapat PIO Pelayanan Informasi Obat oleh Apoteker. BABIV PENUTUP- 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil_pembahasan yang telah diuraikan, dan pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan yang dilaksanakan di Apotek Padang guci maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Apotek Padang Guci Farma sebagai sarana pelayanan kesehatan yang menyediakan dan menyalurkan perbekalan farmasi kepada masyarakat. 2. Pendidikan yang didapat dari sekolah sangat berbeda dengan yang ada di lapangan, dilapangan kita langsung berhadapan dengan masyarakat umum, 3. Dengan adanya kegiatan PKL di Apotek, kita bisa menambah wawasan untuk dunia kerja kita nanti 4, Dengan PKL kita bisa lebih dapat memahami situasi dan kondisi yang terjadi ketika kita melakukan sebuah pekerjaan sehingga bisa memudahkan berinteraksi dengan masyarakat. 5. Seorang Asisten Apoteker mempunyai peran penting dalam sebuah Apotek 6. Seorang Asisten Apoteker mempunyai tugas dan tanggung jawab yang cukup besar dalam pelaksanaan kegiatan kefarmasian 4.2 Saran Dalam melakukan pekerjaan kefarmasian hendaknya dilakukan dengan penuh kesabaran, ketelitian, serta sikap yang baik. 1. Hendaknya Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) yang dilaksanakan diberi waktu yang lebih lama agar banyak mendapatkan wawasan 2. Sebelum siswa terjun kelapangan, sebaiknya dalam pengajaran di sekolah diberi teori yang mencangkup tentang Praktik Kerja Lapangan. Supaya siswa ketika melakukan kesalahan yang fatal 3. Diharapkan kegiatan ini dapat berlangsung guna dapat memberi bekal 47 tambahan bagi siswa-siswi SMK-S 16 Farmasi Bhakti Nusa Kota Bengkulu. Agar mampu bersaing dalam dunia kerja dan mencetak siwa/I yang professional di bidang kefarmasian sehingga membawa nama baik sekolah. 4. Kepada siswa/i yang akan melaksanakan Praktik Kerja Lapangan ( PKL ) di Apotek agar lebih dapat meningkatkan pengetahuan tentang Apotek, sehingga lebih memahami materi dan permasalahan yang ada di Apotek. =< = @ xe

You might also like