You are on page 1of 6

KHUTBAH

Khutbah Jumat: Memupuk Cinta lewat Peringatan Maulid Nabi


Muhammad
Selasa, 11 Maret 2008 | 07:49 WIB

Khutbah I
. .
‫اْلَح ْم ُد ِهلل َش َّر َف اَألَن َاَم ِب َص اِح ِب اْلَم َق اِم األْع َلى َو َكَّم َل الُّس ُع ْو َد ِب َأ ْكَر ِم َم ْو ُلْو ٍد َأ ْش َه ُد أْن الإلَه إّال اُهلل َو ْح َد ُه َال‬

.
‫َش ِر ْي َك َلُه َو أْش َه ُد أَّن ُم َح َّم ًد ا َع ْب ُد ُه َو َر ُس ْو ُلُه اْلَم ْب ُع ْو ُث ِب اْلُح َّج ٍة اَلَب اِل َغ ِة َو ُح ْس ِن اْلَبَي اِن ألّلُه َّم َص ِّلي َو َس ِّلْم َع َلى‬
. .
‫َس ِّي ِد َن ا ُم َح َّم ٍد َو َع َلى آِلِه َو أْص َح اِب ِه أْج َم ِع ْي َن أَّم ا َبْع ُد َف َي ا ِع َب اَد اِهلل ًأ ْو ِص ْي ُكْم َو َنْف ِس ي ِب َت ْق َو ى اِهلل َو َق ْد َف اَز‬

.
‫اْلُم َّت ُق ْو َن اَّتُق ْو ا اَهلل َح َّق ُتَق اِتِه َو ال َت ُم ْو ُت َّن ِا َّال َو َأ ْن ُت ْم ُم ْس ِلُم ْو َن‬

Ma’asyiral Muslimin sidang Jumat rahimakumullah


Dalam kesempatan yang mulia ini marilah kita tadzakkur dan tafakkur, mengingat segala
apa yang kita amalkan selama ini dan berusaha meningkatkan keimanan dan ketakwaan
kita kepada Allah SWT. Dalam arti kita berusaha melaksanakan segala usaha yang
diperintahkan Allah dan menjauhi segala yang dilarang-Nya. Marilah kita tinggalkan
sejenak tugas-tugas duniawiyah, pekerjaan di kantor, bisnis dan perdagangan, untuk
masuk masjid melaksanakan sholat Jumat,untuk dzikrullah, ingat kepada Allah SWT.
Semoga dengan demikian kita termasuk golongan orang-orang yang tidak lalai ingat
kepada Allah, walaupun kita disibukkan dengan aktivitas jual beli dan perdagangan.
Semoga kita semua dijadikan oleh Allah SWT sebagai hamba Allah yang muttaqin dan
husnul khatimah. Amin.
Ma’asyiral Muslimin sidang Jumat rahimakumullah
Di bulan Rabi’ul Awwal yang lebih dikenal dengan bulan maulid atau bulan kelahiran Nabi
Muhammad SAW, tepatnya tanggal 12 rabi’ul awwal, biasanya kaum Muslimin merayakan
peringatan mauld Nabi Muhammad SAW, baik dirumah dengan mengundang tetangga
dan handai taulan. Atau diadakan oleh lembaga, organisasi, masyarakat kampung
dengan bentuk pengajian umum dan ceramah, ada juga dengan bakti sosial, khitanan
masal, dan bentuk amal-amal sholeh yang lain.
Yang menjadi pertanyaan, pernakah nabi Muhammad merayakan peringatan maulidnya?
Dan sejak kapankah diadakan dan untuk apa? Lalu bagaimana hukumnya mengadakan
peringatan mauled Nabi Muhammad SAW?
Ma’asyiral Muslimin sidang Jumat rahimakumullah,
Jika menelusuri sejarah, ternyata Nabi Muhammad SAW belum pernah merayakan hari
ulang tahunnya dengan upacara dan acara. Rasulullah memperingati kelahirannya
dengan berpuasa. Suatu ketika Nabi Muhammad ditanya: ”Wahai rasul, mengapa engkau
berpuasa hari Senin?” Rasul menjawab: “Pada hari Senin itu aku dilahirkan.”
Dengan demikian Nabi Muhammad merayakannya denga puasa yang kemudian di
masyarakat kita dikenal dengan puasa weton (puasa kelahiran). Namun sejarah tidak
pernah mencatat Rasulullah merayakan maulid dengan mengundang orang lain untuk
bacaan shalawat, untu bacaan berberzanjian, dibaan dan pengajian umum.
Nah, apakah kalau Nabi Muhammad SAW sahabat tidak pernah mengadakan peringatan
maulid ini berarti mengada-ngada, dan apakah termasuk bid’ah?
Ma’asyiral Muslimin sidang Jumat rahimakumullah,
Mari kita mengkaji hukum peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Dalam sebuah kitab
yang ditulis oleh Imam Jalaluddin as-Suyuthi yang berjudul Husnul Maqasid fil Amal al-
Mawalid, dijelaskan bahwa di zaman Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin memang belum
diadakan peringatan dalam bentuk upacara, shalawatan dan pengajian tentang maulid
Nabi, sehingga ada sebagian kaum Muslimin yang tidak mau memperingati kelahiran
dengan bentuk upacara itu.
Jadi, kapan peringatan kelahiran Nabi ini mulai dilaksanakan?
Ma’asyiral Muslimin sidang Jumat rahimakumullah,
Sejarah menyebutkan bahwa sejak Islam berjaya dengan menaklukan Romawi, Persia
bahkan Eropa, banyaklah orang non Muslim masuk Islam, termasuk orang-orang salib
dari Eropa. Baik karena sukarela ataupun karena terpaksa. Hal ini menimbulkan dendam
kaum Nasrani, akhirnya mereka membalas dendam dengan menjajah Timur Tengah.
Maka berkobarlah perang salib. Kaum kafir membunuh orang islam, merampas kekayaan,
dijauhkan dari Islamnya, dijauhkan dari Nabinya, dijauhkan dari sejarah kejayaan Islam.
Yang ditampilkan oleh penjajah di hadapan kaum Muslimin adalah tokoh-tokoh kafir,
tokoh-tokoh fiktif sehingga rusaklah moral anak-anak muda, hancurlah kejayaan kaum
Muslimin, hilang keteladanan, hingga tidak kenla kehebatan Islam.
Melihat kondisi umat yang terpuruk dan semakin jauh dari Islam, serta tidak punya
semangat memperjuangkan agamanya, para ulama dan tokoh Islam mencari solusi
bagaimana membangkitkan keislaman kaum Muslimin dan melepaskan diri dari
cengkeraman tentara salib.
Di antaranya seorang raja yaitu Al-Malik Mudhaffaruddin (Raja Himsiyyah), mengundang
para ulama dan masayikh ke istana untuk bermusyawarah, bagaimana membangkitkan
semangat umat Islam, membebaskan diri dari penjajah, serta menanamkan kecintaan
anak muda dan Muslimin kepada Rasulullah, sehingga mau meneladani beliau.
Dari musyawarah ulama tersebut akhirnya ada yang mengusulkan agar diadakan
peringatan peristiwa bersejarah dalam Islam, diantaranya dengan peringatan maulid
Nabi Muhammad SAW, yang kemudian dikampanyekan dengan besar-besaran,
mengundang para penyair agar menulis syair pujian kepada Nabi, serta para ulama dan
mubaligh yang bertugas menceritakan sejarah Nabi.
Al-Malik Mudhaffaruddin menanggapi usulan ini dengan antusias. Tetapi ada yang tidak
setuju, dengan alasan karena peringatan seperti itu tidak pernah dikerjakan oleh Nabi,
dan itu berarti itu bid’ah.
Menanangapi ketidaksetujuan mereka, akhirnya dijawab oleh ulama yang hadir, bahwa
dalam penjelasan tentang bid’ah itu tidak semua sesat. Menurut Imam al-Iz Abdussalam,
Ibnu Atsar menjelaskan bahwa ada bid’ah dholalah dan bid’ah hasanah. Bid’ah dholalah
(sesat) adalah bid’ah yang tidak ada dasar hukummnya dan tidak ada perintah sama
sekali dari syariat, sedangkan bid’ah hasanah adala suatu amalan yang dasar
perintahnya sudah ada dari Rasulullah, namun teknisnya tidak diatur langsung dan itu
bukan temasuk ibadah mahdah muqayyadah (ibadah murni yang telah ditentukan tata
caranya).
Ma’asyiral Muslimin sidang Jumat rahimakumullah,
Seperti sering dijelaskan bahwa ibadah itu ada dua macam. Pertama, ibadah mahdah
muqayyadah yaitu ibadah murni yang tata caranya terikat dan tidak boleh diubah, karena
perintah dan teknis pelaksanaannya contohkan langsung oleh Rasulullah, seperti shalat
dan haji yang harus sesuai dengan apa yang dicontohkan oleh Rasul.
Kedua, ibadah muthalaqah ghairu muqayyadah, yaitu ibadah mutlaq yang tata caranya
tidak terikat, perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannya terserah masing-
masing orang. Seperti berdzikir, perintahnya sudah ada namun teknisnya tidak
ditentukan sebagaiman firman Allah:

‫َف اْذ ُكُر وْا اَهّلل ِق َي امًا َو ُق ُع ودًا َو َع َلى ُج ُنوِب ُكْم‬

Yang artinya: ”Berdzikirlah kalian dalam keadaan berdiri duduk, dan berbaring." (QS an-
Nisa)
Dzikir merupakan perintahnya, sedangkan teknisnya terserah kita, duduk, berdiri,
berbaring dirumah, di masjid sendirian, bersama-sama, suara pelan ataupun dengan
suara keras tidak ada batasan-batasan, tergantung kepada situasi dan kondisi asal tidak
melanggar ketentuan syariat.
Membaca shalawat juga diperintahkan sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an:

‫ِإ َّن اَهَّلل َو َم اَل ِئ َكَت ُه ُي َص ُّلوَن َع َلى الَّن ِب ِّي َي ا َأ ُّي َه ا اَّلِذ يَن آَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْي ِه َو َس ِّلُم وا َت ْس ِل يمًا‬

Yang Artinya: ”Sesungguhnya Allah dan malaikat bershalawat kepada Nabi. Hai orang-
orang yang beriman, bershalawatlah kamu kepada Nabi dan ucapkanlah salan
penghormatan kepadanya.” (QS al-Ahzab56).
Perintah membaca shalawat ada sedangkan teknisnya terserah kita. Boleh sholawat
yang panjang, pendek, prosa, maupun syair, yang penting bershalawat kepada
Rasullullah. Hal ini termasuk juga berdakwah, Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

‫اْد ُع ِإ ِل ى َس ِب يِل َر ِّب َك ِب اْلِح ْكَم ِة َو اْلَم ْو ِع َظ ِة اْلَح َس َن ِة‬

Yang artinya: ”Serulah (manausia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran
yang baik.” (QS an-Nahl 125)
Berdakwahlah kamu ke jalan Allah dengan cara hikmah dan mauidzah hasanah atau
wejangan yang baik. Perintahnya ada sedangkan teknis pelaksanaannnya terserah kita,
boleh dalam bentuk pengajian umum, pengajian rutin di masjid, ataupun media TV, radio,
koran, majalah,diskusi, maupun seminar. Semuanya dipersilakan, yang penting
momentum dan misinya adalah dakwah.
Ma’asyiral Muslimin sidang Jumat rahimakumullah
Peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan pembacaan shalawat kepada Rasul, pengajian
umum, ceramah tentang kesadaran terhadap islam, membaca sejarah Nabi, amal saleh,
bakti sosial, khitanan massal dan lain-lain itu merupakan ibadah mutlaqah ghairu
muqayadah atau ibadah yang mutlaq dan tidak terikat tata caranya dimana perintahnya
ada sedangakan pelaksanaannya terserah kita.
Maka dengan demikian mengadakan peringatan Maulid Nabi yang diisi dengan
pembacaan shlawat, pengajian umum dan perbuatan yang baik bukan termasuk bid’ah
dlalalah, tapi tapi merupakan amrum muhtasan, yaitu “sesuatu yang dianggap baik” dan
kalau kalau dilakukan secara ikhlas karena Allah maka akan mendapatka pahala dari
Allah SWT.
Demikian juga Sayyid Alwi Al-Maliki al-Hasani menjelaskan dalam kitab Mukhtashar Sirah
Nabawiayah: “Bahwa memperingati Maulid Nabi bukan bid’ah dlalalah, tapi sesuatu yang
baik”.
Ma’asyiral Muslimin sidang Jumat rahimakumullah
Akhirnya para ulama yang hadir bersama Al-Malik Mudhaffaruddin dalam pertemuan itu
memutuskan bahwa peringatan Maulid Nabi Muhammad itu boleh. Kemudian Al-Malik
Mudhafar sendiri langsung menyumbang 100 ekor unta dan sekian ton gandum untuk
mengadakan peringatan maulid Nabi Muhammad SAW. Setiap daerah diundang penyair
untuk membuat syair pujian dan shalawat kepada Nabi Muhammad. Kitab-kitab yang
tersisa hingga sekarang di antaranya yang dikarang oleh Syekh al-Barzanji dan Syeikh
Addiba’i.
Ternyata dengan diadakannya peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW ini sangat efektif
untuk menyadarkan kaum Muslimin cinta kepada Rasul, sehingga seorang pemuda
bernama Shalahudin Al-Ayyubi menggalang anak-anak muda, dilatih fisiknya, disadarkan
cinta Rasul, diajak membebaskan diri dari penjajahan tentara Salib. Akhirnya, laskar Islam
bersama panglima Shalahudin al-Ayyubi, bisa memenangkan perang salib pada tahun
580 H. Sejak tahun itulah peringatan Maulid Nabi SAW diadakan oleh negara Muslim
lainnya.
Mudah-mudahan dengan peringatan Maulid Nabi hati kita semakin cinta kepada
Rasulullah SAW. Dengan cinta kepada Rasulullah kita akan melaksanakan perintahnya
dan menjauhi larangannya dan kita termasuk orang yang menghidupkan sunnah
Rasulullah SAW. Sebagaimana sabda beliau yang artinya: “Orang-orang yang telah
menghidupkan sunnahku maka dia berarti cinta kepadaku, dan orang-orang yang cinta
padaku nanti akan bersamaku di surga.”
‫‪Semoga kita dikumpulkan bersama Rasulullah SAW kelak di surga nanti. Amiin, ya rabbal‬‬
‫‪alamin.‬‬

‫‪.‬‬ ‫‪.‬‬
‫َأ ُع ْو ُذ ِب اِهلل ِم َن الَّش ْي َط ِن الَّر ِج ْي ِم ِِب ْس ِم اِهلل الَّر ْح مِن الَّر ِح يِم ِإ َّن ا َأ ْع َط ْي َناَك اْلَكْو َث ر َف َص ِّل ِلَر ِّب َك َو اْن َح ْر ِإ َّن َش اِن َئ َك ُه َو‬
‫اَأْلْبَت ر‬

‫أُق ْو ُل َق ْو ِل ي َهذا َو أْس َت ْغ ِف ُر وا اَهلل اْلَع ِظ ْي َم َِل ْي َو َلُكْم َو ِل َس اِئ ِر اْلُم ْس ِلِم ْي َن َو اْلُم ْس ِلَم اِت َو اْلُم ْؤ ِم ِن ْي َن َو اْلُم ْؤ ِم َناِت‬
‫َف اْس َت ْغ ِف ُر ْو ُه إَّن ُه‬

‫ُه َو اْلَغ ُف ْو ُر الَّر ِح ْي ُم‬

‫‪Khutbah II‬‬
‫َد َل‬ ‫َو َف َأ ْش ُد َأ ْن َّل َّل‬ ‫َل آ َأ ْص َأ‬ ‫َف‬ ‫َن ُم َّم‬ ‫َل‬ ‫ُأ‬ ‫َف ُأ‬ ‫َا ْل ُد‬
‫ا ِإ لَه ِإ ا اللُه َو ْح ُه ا‬ ‫َحْم للِه َوَك ى‪َ ،‬و َص ِّلْي َو َس ِّل ُم َع ى َسِّيِد ا َح ٍد اْلُمْصَط ى‪َ ،‬و َع ى ِلِه َو َح اِب ِه ْهِل اْل ا‪َ .‬ه‬
‫َش ْي َك َل ُه ‪َ ،‬و َأ ْش َهُد َأ َّن َسِّيَد َن ا ُم َحَّمًد ا َعْبُد ُه َو َر ُسْو ُل ُه‬
‫ِر‬
‫َمَأ‬ ‫ْمَأ‬ ‫ْع َل َأ َّن َه َمَأ‬ ‫َأ َّم ُد َف َأ ُّي ُم ْس َن ُأ‬
‫َعِظْي ‪َ ،‬رُكْم‬ ‫ا َبْع ‪َ ،‬يا َها اْل ِل ُمْو ‪ْ ،‬و ِصْيُكْم َو َنْفِس ْي ِب َتْقَو ى اللِه اْلَع اْلَعِظْي َو ا ُمْو ا الل َرُكْم‬
‫ِب ٍر ٍم‬ ‫َّ‬ ‫ِم‬ ‫ِلِّي‬
‫ّل‬ ‫ُنَ ّ‬ ‫ّن ّي‬ ‫ي ّل‬ ‫لل َو ‬ ‫ن ِه ْل َفَق‬ ‫َّ‬
‫ ِ وَسلا لاَ م ِ عَىَل َِب يِّ ا َك يِرمْ ِ لا ‪ َ:‬إ ِّن َا ََّه مَلئاَكِ ََت ُه َُص وَُن َعَل ا ىل َِب ِ‪ ،‬ي اََأ هَ ا ال يِذ َن آم او َص ل وُ اعَليَ ِهْ وََس مِوُ اِب لا َّص َلاة‬
‫ُّي‬
‫َن ْبَر ْي َم َو َب ْك َع َل‬ ‫َن ْبَر ْي َم َو َع َل آ‬ ‫َن ُم َّم َك َّل َت َع َل‬ ‫َن ُم َّم َع َل آ‬ ‫َع َل‬ ‫َا‬ ‫َت‬
‫ْس ِل يًم ا‪ ،‬لّٰلُهَّم َص ِّل ى َسِّيِد ا َح ٍد َو ى ِل َسِّيِد ا َح ٍد َم ا َص ْي ى َسِّيِد ا ِإ اِه ى ِل َسِّيِد ا ِإ اِه اِر ى‬
‫َسِّيِد َن ا ُم َحَّم ٍد َو َع َلى آ َسِّيِد َن ا ُم َحَّم ٍد َك َم ا َب اَرْكَت َع َلى َسِّيِد َن ا ْبَر اِهْي َم َو َع َلى آ َسِّيِد َن ا ْبَر اِهْي َم ‪ْ ،‬ي اْلَعا ِمَلْي َن َّن َك َح ِمْيٌد َم ِجْيٌد ‪َ .‬ا لّٰلُهَّم‬
‫ِإ‬ ‫ِف‬ ‫ِإ‬ ‫ِل‬ ‫ِإ‬ ‫ِل‬
‫َأ‬ ‫َأ‬
‫اْغِفْر ِلْل ُمْس ِل ِم ْي َن َو اْلُم ْس ِل َم اِت واْلُمْؤ ِم ِنْي َن َو اْلُمْؤ ِم َناِت اْل ْح َياِء ِم ْن ُهْم َو اْل ْمَو اِت ‪ ،‬اللهم اْد َفْع َعَّنا اْل َبَلاَء َو اْلَغَلاَء َو اْلَو َب اَء‬
‫َو اْلَفْحَش اَء َو اْلُم ْنَك َر َو اْل َبْغ َي َو الُّسُيْو َف اْلُم ْخَتِلَفَة َو الَّش َد اِئ َد َو اْلِمَحَن ‪َ ،‬م ا َظ َهَر ِم ْن َها َو َم ا َبَطَن ‪ِ ،‬م ْن َب َل َن ا َهَذ ا َخ اَّص ًة َو ِم ْن‬
‫ِد‬
‫ُب ْل َد اِن اْلُم ْس ِل ِم ْي َن َع اَّم ًة ‪ِ ،‬إ َّن َك َع َلى ُك َش ْي ٍء َق ِد ْيٌر‬
‫ِّل‬
‫َك‬ ‫ْأ‬
‫ِعَباَد اللِه ‪ ،‬إ َّن اللَه َي ُم ُر اْلَعْد َو اْل إ ْح َس اِن َو ْي َتاِء ِذ اْلُقْر َبى وَي ْنَه ى َع الَفْح اِء َو اْلُم ْن َو الَب ‪َ ،‬يِعُظُكْم َلَع ُكْم‬
‫َّل‬ ‫ْغ‬ ‫َش‬
‫ِي‬ ‫ِر‬ ‫ِن‬ ‫ي‬ ‫ِإ‬ ‫ِب ِل‬
‫َأ‬ ‫ْذ‬
‫َت َذ َّك ُر ْو َن ‪َ .‬ف اذ ُك ُر وا اللَه اْلَعِظْي َم َي ُك ْرُكْم َو َل ِذ ْك ُر اللِه ْكَب ُر‬
‫‪KH Abdurrahman Navis Lc.‬‬
‫‪Baca naskah khutbah lainnya seputar maulid Nabi di Kumpulan Khutbah Jumat Maulid‬‬
‫‪Nabi‬‬

You might also like