You are on page 1of 78

PEMBELAJARAN KITAB RISĀLAH AL- MAḤĪḌ DI KELAS III IBTIDA’

MADRASAH DINIYAH NURUL IHSAN TROMPO KENDAL

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu ( S.1) Dalam Ilmu Agama Islam
Pada Program Studi Pendidikan Agama Islam

Oleh :
Nama : Ahmad Abrori
NIM : 176010169

YAYASAN WAHID HASYIM


UNIVERSITAS WAHID HASYIM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
SEMARANG
2021
ABSTRAK
Ahmad Abrori, 2021. Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di Kelas III Ibtida’
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.

Skripsi: Program studi Pendidikan Agama Islam Jurusan Pendidikan Agama


Islam, Fakultas Agama isalam Universitas Wahid Hasyim Semarang,
Pembimbing Dr.H.Muh.Syaifudin, MA dan Hj. Nur Asiyah S.Ag M.Si.

Kata Kunci: Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ

Pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ merupakan pembelajaran tentang


fikih wanita, pelajaran tersebut merupakan cabang ilmu syari’at sehingga dalam
mempelajarinya harus sungguh-sungguh karena ilmu tersebut wajib di mengerti
oleh setiap muslimah.

Penelitian ini bertujuan untuk mencari tahu bagaimana pembelajaran kitab


risālah al- maḥīḍ di kelas III Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Data penelitian diperoleh melalui teknik
wawancara.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ


di kelas III Ibtida’ Madrasah Nurul Ihsan Trompo Kendal menggunakan metode
ceramah. Pembelajaran dimulai dari perencanaan pemebelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, evaluasi pembelajaran. Dari evaluasi yang dilakukan menunjukan
bahwa pemebelajaran kepada santri sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu
santri mampu memecahkan masalah atau soal mengenai haid, nifas, dan
istikhadloh, serta mampu menerapakan materi yang didapatkan dalam kehidupan
mereka sehari-hari. Peneliti jaga menggunaka teori Ramayulis untuk melihat
apakah tahapan evaluasi pembelajaran sesuai dengan pendidikan Islam. Analisa
peneliti menunjukan bahwa evaluasi pembelajaran yang dilakukan ustadz
sebagian besar sudah sesuai dengan teori pendidikan islam Ramayulis dan hanya
beberapa tahap yang tidak dilakukan.

iv
MOTTO

﴾٨ ﴿ ‫ب‬ َ ِّ‫﴾ َوإِلَ ٰى َرب‬٧ ﴿ ‫ب‬


ْ َ‫ك فَ ْارغ‬ ْ‫ص‬ َ ‫﴾ فَِإذَا فَ َر ْغ‬٦ ﴿ ‫إِ َّن َم َع الْعُ ْس ِر يُ ْس ًرا‬
َ ْ‫ت فَان‬

‫سورة االنشراح‬

“Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Maka apabila


kamu telah selesai (dari suatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh
(urusan) yang lain. Dan hanya kepada Tuhan-mulah hendaknya kamu Berharap.”
(Q.S. A lam Nasyrah 6-8).*

*
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta
Media 2005), hlm. 141.

vi
PERSEMBAHAN
Ku persembahkan karya sederhana ini untuk:
 Abah KH Subhan Idris Lc. M.Si, Ummi Nyai Khamdiyah beserta semua
Dzuriyyah Yayasan Nurul Ihsan Trompo Kendal yang sangat saya hormati dan
terimakasih atas nasehat dan petuah bijaknya, yang telah mendidik saya
selama ini dan akan selalu terus saya harapkan do’a dan berkah ilmu-ilmunya.
 Bapak dan Ibu (Bapak Bukari Ibu Mudrikah ) yang sangat saya hormati dan
terimakasih atas segala pengorbanannya yang tidak bisa saya balas walaupun
hanya sedikit saja sampai kapanpun, semoga Allah SWT selalu menetapkan
Iman, Islamnya. Selalu diberi kesehatan dan panjang umur juga mudah-
mudahan Allah lapangkan rizqi yang barakah.
 Kakak dan Adek Nduriyah, Hidayah, Ali Masrur sahabat Helmi Abdul Latif
M.Li yang tak henti-hentinya memberikan pencerahan, motifasi dan
bantuannya.
 Teruntuk calon Istriku Uswatun Khasanah S.Pd yang tak henti-hentinya
memberikan semnagt dan menemani saat membuat skripsi.
 Almamaterku Universitas Wahid Hasyim Semarang serta teman-teman
seangkatan dan seperjuangan “PAI 17” khususnya Abdul Majid S.Pd yang
selalu memberi motivasi dan dorongan demi terselesainya penulisan skripsi
ini.

vii
KATA PENGANTAR

Assalmu’alaikum Wr. Wb.


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas limpahan rahmat,
taufiq, hidayah dan inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di Kelas III Ibtida’
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal” yang secara akademis
menjadi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1 dalam Ilmu Pendidikan
Agama Islam.
Di samping itu, apa yang telah tersaji ini tidak lepas dari bantuan berbagai
pihak, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr.H. Mudzakir Ali M.A selaku Rektor Universitas Wahid
Hasyim Semarang.
2. Bapak H. Iman Fadhilah S.Ag. M.Si selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Wahid Hasyim Semarang.
3. Bapak Anas Rohman M.Pd selaku Ketua jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam.
4. Bapak Dr.H.Muh.Syaifudin, MA selaku Pembimbing I dan Ibu Hj. Nur
Asiyah S.Ag M.Si. selaku Pembimbing II yang telah meluangkan waktunya
untuk menuntun saya agar skripsi ini cepat selesai.
5. Ky Sumar, selaku Kepala Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal
yang telah mengizinkan untuk melakukan penelitian di lembaga yang
dipimpinnya.
6. Bapak dan Ibu beserta semua keluarga saya, yang telah tulus memberikan
nasehat, bantuan dan dukungan baik materil dan spiritual demi selesainya
penyusunan skripsi ini.
7. Sahabat yang selalu memberi motivasi, dorongan baik moral maupun material.
8. Temen-temen kuliah angkatan 2017 yang telah memberikan masukan kepada
penulis demi tersusunya skripsi.
9. Semua pihak yang tidak secara langsung membantu terselesaikannya
penyusunan skripsi ini yang tidak bisa penulis sebut satu persatu.

viii
PEDOMAN TRANSLITERASI
ARAB-LATIN

Pedoman transliterasi ini berdasarkan Surat Keputusan Bersama (SKB)


Menteri Agama RI dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 158/1987 dan
No. 0543 b/U/1987 tertanggal 10 September 1987 yang ditandatangani pada
tanggal 22 Januari 1988

A. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Keterangan


‫ا‬ Alif -
tidak
dilambangkan
‫ب‬ Bâ‘ B -

‫ت‬ Tâ‘ T -

‫ث‬ Sâ' Ś
S dengan titik di
atas
‫ج‬ Jim J -

‫ح‬ Hâ‘ Ң
h dengan titik di
bawah
‫خ‬ Khâ‘ Kh -

‫د‬ Dâl D -

‫ذ‬ Zâl Ż
z dengan titik di
atas
‫ر‬ Râ’ R -

‫ز‬ Zâ’ Z -

‫س‬ Sin S -

‫ش‬ Syîn Sy -

‫ص‬ Sâd S
s dengan titik di
bawah
‫ض‬ Dâd D
d dengan titik di
bawah

x
‫ط‬ Tâ’ T
t dengan titik di
bawah
‫ظ‬ Zâ’ Z
z dengan titik di
bawah
‫ع‬ ‘Ain ‘ koma terbalik

‫غ‬ Gain G -

‫ؼ‬ Fâ’ F -

‫ؽ‬ Qâf Q -

‫ؾ‬ Kâf K -

‫ؿ‬ Lâm L -

‫ـ‬ Mîm M -

‫ف‬ Nûn N -

‫و‬ Wâw W -

‫هػ‬ Hâ’ H -
Apostrof lurus
‫ء‬ Hamzah ’ miring (tidak
untuk awal kata)
‫ي‬ Yâ’ Y -

‫ة‬ Tâ’ marbutah h


Dibaca ah ketika
mawquf
Dibaca ah/at
...‫ة‬ Tâ’ marbutah h/t ketika mawquf
(terbaca mati)
B. Vokal Pendek
Arab Latin Keterangan Contoh
‫ـَــ‬ A
Bunyi fathah
pendek
‫اَ فَ َل‬
‫ـِــ‬ I
Bunyi kasrah
pendek
‫ُسئِ َل‬
‫ـُــ‬ U
Bunyi dlammah
pendek
‫اُ ُحد‬

xi
C. Vokal Panjang
Arab Latin Keterangan Contoh
‫ػَا‬ Â
Bunyi fathah
panjang
‫كاَ َف‬
‫ػِي‬ ‫ك‬ ِ
َ ‫فْي‬
Bunyi kasrah
Î
panjag
‫ُػو‬ U
Bunyi dlammah
panjang
‫ُك ْونػُ ْوا‬
D. Diftong
Arab Latin Keterangan Contoh
‫ػَْو‬ Aw
Bunyi fathah
diikuti waw
‫َم ْوز‬
‫ػَ ْي‬ Ai
Bunyi fathah
diikuti ya’
‫َكْيد‬

E. Pembauran Kata Sandang Tertentu


Arab Latin Keterangan Contoh
‫اَلْ َق‬ Al Qa
Bunyi al
qamariyyah
‫القمرية‬
Bunyi al
‫اَلش‬ Asy Sya
syamsiyyah dengan
/ diganti huruf
‫الشمسية‬
berikutnya
Bunyi al
qamariyyah / al
‫ َوالتػ‬/ ‫َوالْ ُػم‬ Wal / Wat syamsiyyah diawali ‫ والشمسية‬/ ‫والقمرية‬
huruf hidup adalah
tidak terbaca

xii
DAFTAR ISI

Halaman Judul....................................................................................................... i
Halaman Nota Pembimbing .................................................................................. ii
Halaman Pengesahan ........................................................................................... iii
Halaman Abstrak ................................................................................................... iv
Halaman Deklarasi ................................................................................................ v
Halaman Motto...................................................................................................... vi
Halaman Persembahan .......................................................................................... vii
Halaman Kata Pengantar ....................................................................................... viii
Halaman Pedoman Transliterasi Arab-Latin……………………………………. x
Halaman Daftar Isi……………………………………………………………… xiii

Bab I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .......................................................... 1
B. Alasan pemilihan Judul ........................................................... 3
C. Telaah Pustaka ........................................................................ 3
D. Fokus Penelitian ...................................................................... 8
E. Penegasan Istilah ..................................................................... 8
F. Tujuan dan Manfaat Penelitian ............................................... 9
G. Metode Penelitian…………………………………………... 10
H. Sistematika Penyusunan Skripsi …………………………… 15

Bab II : PEMBELAJARAN KITAB RISĀLAH AL- MAḤĪḌ


A. Pengertian Pembelajaran ........................................................ 17
B. Komponen Kegiatan Pembelajaran ........................................ 20
1. Perencanaan Pembelajaran ................................................ 20
a. Penetingnya Perencanaan Pembelajaran ........................ 21
b. Komponen - komponen perencanaan pembelajaran…... 22
c. Pelaksanaan Pembelajaran…………………………….. 23

xiii
C. Metode Pembelajaran………………………………………28
1. Macam-Macam Metode Pembelajaran…………………29
D. Media Pembelajaran ………………………….....................32
E. Strategi Pembelajaran……………………………………... 33
F. Kitab Kuning dan Pondok Pesantren……………………….37

Bab III : HASIL PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN


HASIL PEMBELAJARAN KITAB RISĀLAH AL- MAḤĪḌ
DI KELAS III IBTIDA’ MADRASAH DINIYAH NURUL
IHSAN TROMPO KENDAL

A. Keadaan Umum Madrasah Tsanawiyah Nurul Ihsan.............. 39


1. Sejarah berdirinya Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo
kendal ...................................................................................... 39
2. Letak geografis…………………………………………… 39
3. Visi, Misi dan Tujuan…………………………………….. 39
4. Keadaan Ustad dan Santri ……………………………… . 40
5. Struktur Organisasi Madrasah Diniyah Nurul ihsan Trompo
Kendal…………………………………….. ........................... 41
6. Sarana dan Prasarana Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo
Kendal…………………………………………………………. 42
B. Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ di Madrasah Diniyah Nurul
Ihsan Trompo Kendal .............................................................. 43
1. Perencanaan Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di kelas III
Ibtida’ Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal ......... 43
2. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di kelas III
Ibtida’ Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal ......... 45
3. Evaluasi pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ dalam
meningkatkan pemahaman fikih wanita di Madrasah Diniyah Nurul
Ihsan Trompo Kendal .............................................................. 50

xiv
Bab IV : ANALISIS PEMBELAJARAN KITAB RISĀLAH AL-
MAḤĪḌ DI MADRASAH DINIYAH NURUL IHSAN
A. Perencanaan Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ di Madrasah
Diniyah Nurul Ihsan ................................................................ 52
B. Pelaksanaan Pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ dalam
Meningkatkan Pemahaman Fikih Wanita ............................... 55
C. Evaluasi Pemebelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di Kelas III
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan………………………….…. 59
Bab V : PENUTUP
A. Simpulan ................................................................................. 63
B. Saran ........................................................................................ 64
C. Kata Penutup ........................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

xv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Islam menganggap kaum hawa sebagai insan sangat berharga,
karenanya terdapat syariat hukum khusus tentang wanita. Haid adalah
rutinitas tiap bulan bagi perempuan dewasa yang sehat. Jika seorang
perempuan terlambat datang bulan (haid), maka dianggap memiliki
permasalahan baik perempuan yang sudah bersuami atau belum
bersuami,karena kemungkinan perempuan tersebut memiliki penyakit
atau pertanda hamil. 1
Kesepakatan para ulama mengatakan bahwa batas minimal
perempuan dianggap menstruasi adalah berusia 9 tahun dan ketika
terdapat darah sebelum umur 9 tahun, darah tersebut dianggap darah
rusak/penyakit dan bukan darah haid. Batas waktu/hari terlama
keluarnya darah haid tidak bisa ditentukan kepastiannya hal ini
dikarenakan dasar yang pakai landasan penetapan batas minimum dan
maksimum haidl beberapa memilki status mauquf yang memiliki
konsejuensi tidak dapat dipakai sebagai hujjah, memeliki label marfu’
tetapi tidak shahih. Sehingga, dalil tersebut tidak dapat dijadikan
landasan penetapan batas minimal dan maksimal darah haid. Namun,
darah yang bisa dijadikan landasan adalah kebiasaan darah yang sering
keluar dengan teratur dan darah yang tidak teratur merujuk pada bukti
penyerta (qorinah) yangmana didapat berdasar darah yng kluar.2
Darah keluar yang melebihi batas maksimum dianggap sebagai
darah istihāḍah, darah penyakit (darah kotor). Sehingga, darah haid dan

1
Huzaemah Tahido Yanggo, Fiqih Perempuan Kontemporer, (Jakarta: Ghalia
Indonesia, 2010), hlm. 21
2
Abdul Aziz Muhammad Azzam dan Abdul Wahhab Sayyed Hawwas, Fiqih Ibadah
(Thaharah, Shalat, Zakat, Puasa, dan Haji), (Jakarta: Amzah, 2009), hlm.127-128

1
2

istihāḍah sangat berbeda dan cara untuk membedakan kedua jenis


darah tersebut dapat diketahui lewat bau, kekentalan dan warnanya. 3
Siklus haid yang tidak teratur menjadikan banyak wanita
kebingungan. Karena hukum haid terkadang dinaggap sulit dan
membingungkan terlebih bagi yang belum begitu paham. Beberapa
kasus terdapat wanita yang mengalami haid hingga beehari-hari, lalu
berhenti dan jeda beberapa hari keluar kembali. Padahal hal tersebut
masih ada pada siklus haid yang sama serta bulan yang sama.
Banyak kaum hawa tidak memahamai hukum darah yang keluar
dari farji-nya. Perbedaan siklus darah menjadikan banyak wanita
kesulitan membedakan darah yang keluar masuk kategori haid atau
bukan.
Materi tentang haid adalah materi yang sangat penting sehigga
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal menetapkan materi
haid dan istihāḍah sebagai pelajaran wajib yangh harus dipahamai
santri kelas III Ibtida’ dan pembelajaran dilaksnakan tiap seminggu
sekali. Kitab referensi yang diajarkan adalah kitab Risālah Al- Maḥīḍ
karangan Masrahan Ihsan Rembang.
Materi haid dan istihāḍah adalah salah satu materi yang penting
dalam materi Pendidikan Agama Islam (PAI). Pada kitab ini terdapat
pembahasan hadats besar dan kecil serta tata cara bersucinya.
Responden penelitian ini adalah santriwati kelas III Ibtida’ yang
sudah memperoleh materi haid dan istihāḍah sehingga sudah tidak
asing dengan materi haid dan istihāḍah.
Peneliti memilih Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo
Kendal sebagai tempat penelitian karena terdapat beberapa faktor, yaitu
Madrasah ini menjadikan kitab Risālah Al- Maḥīḍ sebagai kitab
rujukan materi haid dan istihāḍah, namun tidak semua santriwati telah
memahami materi ini. sedangkan pemahaman materi haid dan

3
Syaikh al-‘Allamah Muhammad bin ‘Abdurrahman ad-Dimasyqi, Fiqih Empat
Mazhab, (Bandung: Hasyimi, 2013), hlm. 41
3

istihāḍah adalah wajib bagi perempuan yang sudah baligh. Karena


alasan – alasan diatas, peneliti tergerak melakukan riset dengan judul
“PEMBELAJARAN KITAB RISĀLAH AL- MAḤĪḌ DI KELAS III
MADRASAH DINIYAH NURUL IHSAN TROMPO KENDAL”
B. Alasan Pemilihan Judul
Materi fiqih bab haid dan istihāḍah adalah materi yang cukup
rumit. Kenyataanya, banyak wanita yang sudah aqil baligh namun
kurang memahami kajian tersebut. Padahal, pemahaman materi haid
dan istihāḍah adalah suatu keharusan. Pentingnya permasalahan
tersebut menarik perhatian peneliti untuk melakukan penelitian ini.
C. Telaah Pustaka
Sebagai referensi yang digunakan sebagai landasan dalam
penelitian ini, penulis menyambungkan beberapa penelitian yang
terkait dengan penelitian ini, diantaranya adalah:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Nurlailiyani
(09532013). Mahasiswa jurusan Ilmu Al-Qur’an dan Tafsir fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam tahun 2013 Universitas Islam Negeri
Sunan Kalijaga Yogyakarta yang berjudul “Hadits Hadits istihāḍah dan
Implikasinya Terhadap Ibadah Perempuan”. 4
Penelitian tersebut menyimpulkan terdapat khilafiyah antar
fuqoha terkait istihāḍah yang berkonsekuensi terhadap ibadah
perempuan dan hal itu pasti akan berdampak juga pada ibadah yang
dijalankan oleh wanita. Penulis mendapati terjadinya khilafiyah terkait
tanda-tanda istihāḍah saat masa nabi, masa fuqoha dan waktu saat ini.
Hal tersebut menunjukan bahwa kondisi wanita berubah setiap masa
yang disebabkan oleh banyak hal, yaitu makanan, keadaan fisik, iklim
tempat tinggal dan lainnya. Penelitian ini menjabarkan keadaan wanita
yang sedang mengeluarkan darah istihāḍah yang akan melakukan

4
Nurlailiyani, Hadits-hadits istihāḍah dan Implikasinya Terhadap Ibadah
Perempuan ( Skripsi ), (Yogyakarta: Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga, 2013), hlm. 1.
4

ibadah misalnya salat maka wanita tersebut diharuskan berwudu. Serta,


wudu ini dilaksanakn tiap akan melangsungkan salat walaupun hukum
darah istihāḍah berstatus suci. Sehingga, karya ilmiah ini menjabarkan
hadits-hadits yang mengharuskan seorang wanita melakukan wudhu
sebelum melaksanakan ibadah misalnya salat. Penelitan tersebut
memiliki kesemaan dengan penelitian ini karena membahas indikator-
indikator istihāḍah. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut dan
penelitian ini adalah pada focus penelitian yang mana penelitian ini
akan mengkaji pengajaran mareri haid dan istihāḍah sedangkan
penelitian tersebut tidak mengkaji demikian.
Kedua, penelitian yang ditulis oleh Nur Wahid (04350109/03).
Mahasiswa jurusan Al-Ahwal Asy-Syakhsiyyah Fakultas Syariah tahun
2009 Universitas Islam Negri Sunan Kalijaga Yogyakarta yang
berjudul “Pandangan Yusuf Al-Qaradawi tentang Penundaan Masa
Menstruasi Untuk Kepentingan Ibadah”.5 Secara garsi besar, penelitian
Nur Wahid mengkaji pendapat Yusuf Al-Qaradawi terkait masa
menstruasi ditunda buna kebutuhan ibadah. Beliau berpandangan
bahwa tidak terdapat pembahsan penundaan menstruasi secara jelas
didalam Qur’an dan Hadits dan hanya menjelaskan haid secara umum.
Haid yang ditunda pada intinya adalah untuk memudahkan kaum hawa
yang berkeinginan melakukan ibadah tertentu. Disamping tujuan yang
baik, hal tersebut tidak menimbulkan efek samping yang buruk serta
tidak menyababkan madhorot yang berarti. Sehingga Yusuf Al-
Qaradawi beranggapan bahwa obat yang diminum wanita untuk
penunda haid yang bertujuan ibadah adalah tidak dilarang, dengan
dasar tidak terdapat ayat al-Qur’an dan Hadits yang melarang. Selain
itu, pengkonsumsian obat tidak berbahaya untuk tubuh pemakai.
Penelitan tersebut berhubungan dengan penelitian ini karena juga

5
Wahid, Nur, Pandangan Yusuf Al-Qaradawi tentang Penundaan Masa Menstruasi
Untuk Kepentingan Ibadah (Skripsi), (Yogyakarta: Fakultas Syariah UIN Sunan Kalijaga,
2009), hlm. 3.
5

membahasa haid yaitu membahas pendapat Yusuf Al-Qaradawi terkait


penundaan masa haid untuk tujuan ibadah. Sedangkan perbedaan
penelitian tersebut dengan karya ilmiah ini adalah pada fokus penelitian
yaitu penelitian ini akan mengkaji pengajaran mareri haid dan istihāḍah
sedangkan penelitian tersebut membahas pandangan Yusuf Al-
Qaradawi terkait masa haid.
Ketiga, penelitian Ulya Mukhiqqotun Ni‟mah (2103031)
Mahasiswa jurusan Al-Ahwal Al-Syahsiyah Fakultas Syari‟ah tahun
2008 Institut Agama Islam Negri Semarang yang berjudul “Analisis
Pendapat Imam Malik tentang Iddah bagi wanita istihāḍah”.6 Garis
besar penelitian ini adalah kajian tentang iddah yang merupakan jarak
waktu yang ditetapkan oleh syara’ untuk wanita dengan status cerai
atau cerai mati hingga wanita tersebut dibolehkan melakukan nikah
kembali. Mengenai wanita yang istihāḍah, pendapat Imam Malik
mengatakan bahwa iddah wanita tersebut adalah setahun, dengan
argumen bahwa perempuan tersebut dianggap sama layaknya istri yang
tidak haid. Hal ini disamakan dengan pandangan Imam Malik dalam
Kitab Al-Muwatha‟ yang artinya “Diceritakan dari Imam Malik, dari
Ibnushihab dari Said bin Musayab, iddah bagi wanita istihāḍah adalah
satu tahun”. I mam Malik juga menjabarkan aegumen dengan logis,
bahwa iddah dimaksudkan untuk memastikan bahwa wanita sedang
tidak hamil. Karena ada kasus perempuan hamil juga menstruasi.
sehingga bisa diambil ringkasan bahwa Imam Malik beranggapan
bahwa iddah bagi wanita yang sedang istihāḍah dianggap sama seperti
iddah perempuan yang sudah tidak menstruasi yaitu setahun. Penelitan
tersebut relevan dengan penelitian ini karena juga membahasa haid
yaitu membahas pendapat Imam Malik bertema Iddah bagi perempuan

6
Ni‟mah, Ulya Mukhiqqotun, Analisis Pendapat Imam Maliktentang Iddah bagi
wanita istihāḍah (Skripsi), (Semarang: Fakultas Syari’ah UIN Walisongo
Semarang,2008), hlm. 1.
6

yang sedang istihāḍah. Sedangkan perbedaan penelitian tersebut


dengan penelitian ini adalah pada fokus penelitian yaitu penelitian ini
akan mengkaji pengajaran mareri haid dan istihāḍah sedangkan
penelitian tersebut membahas pandangan pendapat Imam Malik tentang
Iddah.
Keempat, Penelitian yang dilakukan Rifa’atun Nisa’
(210312164) Mahasiswa Jurusan Tarbiyah Prodi Pendidikan Agama
Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (Stain) Ponorogo pada Juni
2016 yang berjudul “Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Kitab
Risālah Al-Maḥīḍ Kelas IV Madrasah Miftahul Huda (Mmh) Mayak
Tonatan Ponorogo”.7 Promblematika Pembelajaran Risālah Al-Maḥīḍ
di Kelas IV Madrasah Miftahul Huda (MMH) Mayak Tonatan
Ponorogo.
Pembelajaran kitab Risālah Al-Maḥīḍ di Madrasah Miftahul
Huda (MMH) Mayak Tonatan Ponorogo menggunakan metode
ceramah, yang kurang menonjolkan peran siswa sehingga pembelajaran
tersebut kurang efektif. Di samping itu, faktor anak, kurangnya waktu
dan kurangnya guru juga menjadi problem dalam pembelajaran kitab
Risālah Al-Maḥīḍ di lembaga tersebut.
Guna mempertegas penelitian ini, penulis membuat rumusan
masalah sebagai berikut: (1). Bagaimana pelaksanaan pembelajaran
kitab Risālah Al-Maḥīḍ kelas IV MMH Mayak Tonatan Ponorogo? (2).
Apa saja problematika dalam proses pembelajaran kitab Risālah Al-
Maḥīḍ kelas IV MMH Mayak Tonatan Ponorogo? (3). Bagaimana
solusi yang dilakukan guru dalam mengatasi problematika
pembelajaran kitab Risālah Al-Maḥīḍ di kelas IV MMH Mayak
Tonatan Ponorogo? Untuk menjawab pertanyaan di atas, jenis
penelitian yang digunakan adalah studi kasus dengan pendekatan

7
Nisa’, Rifa’atun, Problematika Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Risālah Al-Maḥīḍ
Kelas IV Madrasah Miftahul Huda (Mmh) Mayak Tonatan Ponorogo (Skripsi),
(Ponorogo: (Stain) Ponorogo, juni 2016). hlm, 2.
7

kualitatif. Adapun teknik pengumpulan data menggunakan teknik


wawancara, observsi, dan dokumentasi. Sedangkan teknik analisa
adalah analisa yang diberikan miles dan huberman yaitu reduksi data,
penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian ini
dapat disimpulkan bahwasanya: (1). Dalam pelaksanaan pembelajaran
kitab Risālah Al-Maḥīḍ di kelas VI Madrasah Miftahul Huda (MMH)
Mayak Tonatan Ponorogo, guru menggunakan metode ceramah dan
juga memadukannya dengan pemberian tanya jawab. Metode tersebut
digunakan untuk memberikan uraian atau penjelasan kepada murid
tentang materi, Tanya jawab digunakan untuk mengetahui tingkat
kefahaman ataupun feedback murid-murid dari penjelasan materi yang
telah dilakukan oleh guru. Guru juga dituntut untuk dapat
membelajarkan siswa sesuai dengan apa yang telah diprogramkan,
sehingga benar-benar terarah sesuai dengan tujuan yang diharapkan.
(2).Problematika yang dihadapi guru kitab Risālah Al-Maḥīḍ di kelas
VI MMH Mayak Tonatan Ponorogo ada tiga hal yaitu: faktor
kurangnya waktu yaitu ketepatan pengajar saat menerapkan waktu yang
ada pada suatu kegiatan belajar mengajar. Faktor anak intern, faktor
yang berasal dari diri siswa itu sendiri, yang meliputi faktor fisiologis.
Faktor ekstern, faktor yang berasal dari luar peserta didik yang meliputi
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat
atau sosial. dan faktor kurangnya tenaga pengajar, yaitu hanya ada dua
tenaga pengajar saja yang dirasa masih kurang. (3). Solusi yang
dilakukan guru kitab Risālah Al-Maḥīḍ dalam problem pembelajaran
yaitu: faktor waktu yaitu dengan memberi tambahan jam pelajaran
selain jam aktif, yang dilaksanakan pada saat balajar wajib / takror
malam yang dilakukan dua kali dalam satu minggu. Problem anak yaitu
pada saat pelajaran berlangsung, apabila terdapat anak yang kurang
bersemangat dan berbicara dengan temanya maka ustadzah menyuruh
siswa untuk membaca kitabnya masing-masing, dengan begitu siswa
sudah siap menerima pelajaran yang akan diajarkan.
8

Dari penelitian - penelitian yang penulis sajikan, dapat


disimpulkan dengan jelas bahwa penelitian – peneitian diatas berbeda
dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis, yaitu penelitian-
penelitian tersebut diatas mengkaji pendapat - pendapat Fuqoha dalam
menyikapi permasalahan – permasalahn haid dan istihāḍah. Akan
tetapi, penelitian – penelitian tersebut juga memiliki hubungan dengan
penelitian yang penulis lakukan yaitu pemahaman materi haid dan
istihāḍah. Penelitian yang penulis lakukan adalah riset terkait
pengajarn materi haid dan istihāḍah di Pondok Pesantren Nurul Ihsan
Trompo Kendal.
Dalam penelitian ini, penulis fokus pada pengajaran materi haid
dan istihāḍah hanya untuk santriwati kelas III Ibtida’, hal ini
dikarenakan materi sudah pernah diberikan oleh pihak Madrasah.
Sehingga, saat penulis melaksanakan penelitian siantriwati sudah cukup
tahu banyak materi yang membahas haid dan istihāḍah.
D. Fokus Penelitian
Fokus penelitian adalah bidikan penelitiaan yang dilakukan dan
merupakan hal yang menjadi pusat perhatian dalam penelitian. Fokus
penelitian pada karya tulis ini adalah pembelajaran kitab Risālah Al-
Maḥīḍ di kelas III Ibtida’ Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo
Kendal.
E. Penegasan Istilah

1. Pembelajaran

Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang ditambah


dengan awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi pembelajaran yang berarti
proses, perbuatan, cara, mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik
mau belajar.8

8
Hermawan Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2011), hlm. 32.
9

Pembelajaran adalah salah satu usaha manusia untuk


mendapatkan sebuah pemahaman. Pemahaman tersebut tidak boleh
diperoleh begitu saja, untuk mencapai sebuah pemahaman maka seorang
harus melalui proses pembelajaran. Pembelajaran tidak berupa kegiatan
belajar mengajar saja, melainkan adanya kegiatan memilih, menetapkan,
dan mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
diinginkan. Pembelajaran adalah suatu usaha agar dapat berperilaku
tertentu. Dalam pembelajaran ada kesengajaan. Hal ini merupakan suatu
ciri khas pembelajaran. Pembelajaran terjadi setelah usaha tertentu dibuat
untuk mengubah suatu keadaan semula menjadi keadaan yang
diharapkan. 9

2. Kitab Risālah Al-Maḥīḍ


Kitab Risālah Al-Maḥīḍ yang digunakan dalam penelitian kali
ini adalah kitab Risālah Al-Maḥīḍ karangan Masrahan Ihsan Rembang.
Materi dalam kitab ini diringkas dengan tujan untuk memudahkan
dalam memahami dan membelajarkannya. Karena mengingat wajib
untuk mempelajari tentang hukum-hukum haid, istihāḍah dan nifas.
Serta berbagai permasalahannya.10

F. Tujuan Dan Manfaat Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan inti masalah yang telah dijelaskan,
maka fokus yang akan dicapai penelitian ini adalah mendiskripsikan
pembelajaran kitab Risālah Al-Maḥīḍ di kelas III Ibtida’ Madrasah
Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal meliputi perencanaan, pelaksanaan,
evaluasi pembelajaran.
Penulis berharap penelitian memberikan banyak manfaat yaitu :

9
A Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pembelajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta,1991), hlm. 14.
10
Ahmad, Muhammad Ardani bin, Risalah Haid, (Surabaya: Almiftah, 2008),hlm.
11.
10

1. Manfaat Teoritis

a. Secara teoritis, penelitian ini akan memberikan manfaat konseptual


dapat digunakan sebagai referensi untuk penelitian berikutnya guna
memajukan ilmu pengetahuan dalam dunia pendidikan yang
berhubungan dengan pembelajaran materi haid dan istihāḍah
b. Memberikan informasi tentang tingkat pemaham materi haid dan
istihāḍah dalam dunia pesantren sebagai dasar untuk mendesain
pembelajaran pada materi haid dan istihāḍah

2. Manfaat Praktis

a. Pengajar / ustadz
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan desain
pembelajaran pada bab haid dan istihāḍah
b. Pondok Pesantren
Melalui penelitian ini, Madrasah Pesantren dapat mengetahui
informasi bagaiamana tingkat kepahaman santri terkait materi haid
dan istihāḍah untuk kemudian bersama – sama dengan ustadz
mendesain pembelajaran yang efektif.
c. Santri
Penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan motovasi santri
untuk belajar secara lebih mendalam mengingat materi haid dan
istihāḍah sangat penting.

G. Metode Penelitian
Penelitian harus berdasar pada metode yang ilmiah untuk
memperoleh hasil penelitian yang berkualitas dan memiliki akurasi yang
tinggi. Daalam penelitian ini, peneliti menerapkan tahapan penelitian
sebagai berikut :
11

1. Jenis dan Pendekatan Penelitian

a. Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah termasuk penelitian lapangan. Penelitian
lapangan yaitu mempelajari secara intensif tentang latar belakang
keadaan sekarang, dan interaksi suatu sosial, individu, kelompok,
lembaga, dan masyarakat.11 Penelitian lapangan (Field Research) yang
juga dianggap sebagai pendekatan luas dalam penelitian kualitatif. Ide
penting dari jenis penelitian ini adalah bahwa peneliti berangkat ke
lapangan untuk mengadakan pengamatan langsung tentang sesuatu
fenomena yang terjadi. Dalam hal ini lokasi penelitian yang akan
peneliti lakukan pengamatan berada di madrasah diniyah nurul ihsan
trompo kendal. Sehubungan dengan itu, nantinya peneliti akan
memaparkan bagaimana situasi dan kondisi lokasi tersebut.

b. Pendekatan Penelitian
Pendekatan penelitian yang dilakukan oleh peneliti adalah
pendekatan kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena apa yang dialami oleh subyek
penelitian holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata
dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiyah dan dengan
memanfaatkan misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan
lain-lain, secara berbagai metode alamiah.12

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian adalah subjek dari mana data


diperoleh.13 Berdasarkan dari mana dapat diperoleh sumber data
dibedakan menjadi sumber data primer dan sumber data sekunder.

11
Usman, Husaini, Metodologi Penelitian Sosial, ( Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2006 ),
hlm. 5.
12
Lexy J. Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2001), hlm. 3.
13
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2006), hlm. 172.
12

a. Data Primer
Sumber data primer yaitu sumber data yang langsung memberikan
data kepada pengumpul data. Dalam penelitian ini yang menjadi
sumber data primer adalah Ustadz/ustadzah, Santriwati, Kitab
Risālah Al- Maḥīḍ.

b. Data Sekunder
Sumber data sekunder yaitu sumber data yang tidak langsung
memberikan data kepada pengumpul data. Sumber data sekunder
dalam penelitian ini berupa buku – buku dan penelitian terkait
pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ

3. Jenis Data
Jenis data dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data
yang diperoleh dari observasi, wawancara dan dokumentasi terkait
Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di Kelas III Madrasah
Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.

4. Metode Pengumpulan Data


Teknik pengumpulan data adalah tahapan yang sangat penting
dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data.14Adapun metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah:

a. Observasi

Observasi adalah suatu proses pengamatan dan pencatatan


secara sistematis, logis, objektif, dan rasional mengenai beberapa
fenomena, baik dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi
buatan untuk mencapai tujuan tertentu.15

14
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 308.
15
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 153.
13

Metode ini digunakan peneliti untuk mengambil data dimana


tempat peneliti melakukan observasi, baik itu secara langsung maupun
tidak terhadap gejala-gejala, subjek atau objek yang diselidiki, baik
dalam situasi yang sebenarnya maupun dalam situasi khusus yang
sengaja diadakan.
Observasi ini dilakukan untuk memperoleh data tentang
pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ di kelas III Ibtida’ Madrasah
Pondok Pesantren Nurul Ihsan Trompo Kendal.

b. Wawancara

Menurut Sugiyono, wawancara adalah pertemuan dua orang


untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat
dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu. 16 Teknik ini
digunakan untuk mendapatkan data tentang pembelajaran kitab Risālah
Al- Maḥīḍ di kelas III Ibtida’ Madrasah Pondok Pesantren Nurul Ihsan
Trompo Kendal.

c. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono adalah suatu cara yang


digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku,
arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta
keterangan yang dapat mendukung penelitian.17 Teknik ini digunakan
untuk mengumpulkan data dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan
angka dan gambar terkait pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ di
kelas III Ibtida’ Madrasah Nurul Ihsan Trompo Kendal.

16
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 231.
17
Sugiyono, Metode Penelitian Kombinasi (Mix Methods), (Bandung: Alfabeta
2015), hlm. 329.
14

5. Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kualitatif adalah proses mencari


dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat
mudah dipahami dan tentunya dapat diinformasikan kepada orang
lain.18
Analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah analisis data deskriptif. Analisis deskriptif adalah analisis yang
ditunjukkan untuk menggambarkan fenomene-fenomena yang ada,
yang berlangsung pada saat ini atau saat yang lampau dan
menggambarkan suatu kondisi apa adanya.19
Berdasarkan Miles dan Hiberman seperti yang dikutip oleh
Sugiyono, aktivitas analisis data dalam penelitian kualitatif adalah
sebagai berikut:20

a. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan
membuang yang tidak perlu.
Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan
gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk
melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya jika
diperlukan.21

18
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 334.
19
Nana Syaodih, Metode Penelitian Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya,
2010), hlm. 54.
20
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan
R&D, (Bandung: Alfabeta, 2008), hlm. 337.
21
Ibid., hlm. 338.
15

b. Penyajian Data
Penyajian data adalah langkah mengorganisasi data dalam suatu
tatanan informasi yang padat atau kaya makna, sehingga dapat dengan
mudah dibuat kesimpulan.22
Pada penelitian kualitatif, peneliti menguaraikan hasil peneltian,
membuat kategorisasi ataupun bagan-bagan yang dibuat dengan runtut
dan sistematis yang kemudian dapat mengarahkan pada kesimpulan
yang utuh dan lengkap.

c. Kesimpulan dan Verifikasi


Lnankah terakhir setelah menerapkan reduksi data dan
penyajian data yaitu menyimpiulkan dan memverifikasi kesimpulan.
Sehingga, masalah penelitian dapat terjawab melalui kesimpulan
penelitian. Akan tetapi, kesesuaian kesimpulan terhadap kondisi riil
atau kevalidan kesimpulan masih perlu ditinjau ulang dan verifikasi.
Verifikasi dilakukan sebagai usaha untuk pmbuktian terkait kebenaran
dan keselarasan kesimpulan dengan kondisi nyata.23
Hasil kesimpulan dalam penelitian ini adalah pendeskripsian
Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di Kelas III Ibtida’ Madrasah
Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.

H. Sistematika Penyusunan Skripsi


Sistematika penulisan skripsi adalah bagaian yang urgen. Dengan
sistematika, penyajian menjadi sistematis, runtut, dan logis karena terdapat
garis besar dan bab dalam peneltian. Selain manfaat tersebut, penulis dan
pembaca menjadi lebih mudah untuk memahami penelitian secara utuh dan
sistematis. Dalam penelitian ini, terdapat 5 bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut:

22
Mohammad Ali, Memahami Riset Perilaku dan Sosial, (Bandung: Pustaka
Cendekia Utama), hlm. 344.
23
Ibid, hlm. 416.
16

1. Bagian muka
Pada bagian ini memuat: halaman judul, halaman abstraksi, nota
pembimbing, halaman pengesahan, pernyataan halaman motto,
halaman persembahan, halaman kata pengantar, transliterasi bahasa dan
halaman daftar isi.
2. Bagian isi (batang tubuh), meliputi :
Bab I: adalah Pendahuluan, yang merupakan gambaran secara
umum dari skripsi ini, yaitu mencakup: latar belakang masalah, alasan
pemilihan judul, telaah pustaka, rumusan masalah, penegasan istilah,
tujuan dan manfaat penelitian, hipotesis tindakan, metode penelitian,
dan sistematika penyusunan skripsi.
Bab II: adalah landasan teori tentang pemahaman dengan faktor
- faktor yang mempengaruhi, haid dan istihadhoh beserta hukum -
hukumnya.
BAB III: adalah laporan hasil penelitian studi kasus tingkat
pemahaman santriwati terhadap materi haid dan istihadhoh di Pondok
Pesantren Nurul Ihsan Trompo Kendal Tahun 2020 / 2021
BAB IV: adalah analisis hasil penelitian studi kasus tingkat
pemahaman santriwati terhadap materi haid dan istihadhoh di Pondok
Pesantren Nurul Ihsan Trompo Kendal Tahun 2020 / 2021 meliputi
analisis pembahasan data dari hasil tes dan wawancara.
BAB V: Penutup, yang terdiri dari: simpulan, saran, dan kata
penutup.
Bagian akhir; terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar
riwayat hidup penulis.
BAB II
PEMBELAJARAN KITAB RISĀLAH AL- MAḤĪḌ

A. Pengertian Pembelajaran

Belajar dalam bahasa Arab adalah ta’allama dan darasa. Di dalam


Al-Qur’an juga mengunakan lafad darasa yang mempunyai arti
mempelajari dan sering berkaitan dengan mempelajari kitab. Di isyaratkan
dalam kitab bahwa Al-Qur’an adalah sumber segala pengetahuan bagi
umat islam serta sebagai pedoman hidup. Firman Allah dalam surat al-
An’am ayat 105:

َٰ ‫ست َٰولِنُبَ يِنَهٰلَِق ٍومٰيَٰلعمَ ُوو‬


َ ‫اٰد َر‬
ِ ِ ُ ‫وَكذٰلِكٰنُص ِر‬
َ ‫فٰالٰيٰت َٰوليَ ُقولُو‬ َ َ َ
Artinya: ”Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-ayat
Kami agar orang-orang musyrik mengatakan engkau telah mempelajari
ayat-ayat itu (dari ahli kitab) dan agar Kami menjelaskan al-Qur’an itu
kepada orang-orang yang mengetahui”.1

Prof. Quraish Shihab berpendapat bahwa pada lafad darasta


“engkau telah mempelajari” sebagai kegiatan membaca dengan seksama
untuk dihafalkan atau dimengerti.2
Islam mengistilahkan belajar dengan menuntut ilmu (Thalab al-
‘ilm). Dengan belajar, seseorang akan mendapat pemahaman yang
bermanfaat. Ilmu yang dipelajari harus diterapkan sehingga memberi
pengaruh baik pada kepribadian dan perilaku pembelajar.
Pembelajaran berasal dari kata dasar “ajar” yang ditambah dengan
awalan “pe” dan akhiran “an” menjadi pembelajaran yang berarti proses,

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta
Media 2005), hlm. 141.
2
M. Quraish Shihab, Tafsir al-Misbah; Pesan, Kesan dan Keserasian al-Qur’an,
Vol.4, (Jakarta: Lentera Hati, 2001), hlm. 224.

17
18

perbuatan, cara, mengajar atau mengajarkan sehingga anak didik mau


belajar.3
Pembelajaran adalah salah satu usaha manusia untuk mendapatkan
sebuah pemahaman. Pemahaman tersebut tidak boleh diperoleh begitu
saja. Untuk mencapai sebuah pemahaman, seorang harus melalui proses
pembelajaran. Pembelajaran tidak hanya bebentuk kegiatan belajar
mengajar saja, namun lebih dari itu kegiatan memilih, menetapkan, dan
mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang
diinginkan. Pembelajaran adalah suatu ihtiar agar dapat bertingkahlaku
tertentu sesuai yang diajarakan karena dalam pembelajaran terdapat
kesengajaan. Pembelajaran terlaksana setelah pengaturan tertentu dibuat
untuk merubah suatu keadaan tertentu menjadi keadaan yang diharapkan.4

Belajar adalah suatu kegiatan untuk memperoleh pengetahuan,


meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan
memperkokoh kepribadian. Dalam tataran proses mendapat pengetahuan,
sesuai pemahaman sains konvesional, kontak manusia dengan alam
diistilahkan dengan pengalaman (experience). Pengalaman yang terjadi
secara berulang menghasilkan pengetahuan (knowledge), atau a body of
knowledge. Definisi ini adalah penjelasan umum pembelajaran
berdasarkan sains secara konvesional yang mengasumsikan bahwa
pengetahuan sudah terdapat di alam, kemudian bagaimana pembelajar
mengembangkan, menggali dan menemukan serta memungutnya, sehinga
akan mendapat pengetahuan. 5

3
Hermawan Acep, Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab, (Bandung: Remaja
Rosda Karya, 2011), hlm. 32.
4
A Tresna Sastrawijaya, Pengembangan Program Pembelajaran, (Jakarta: Rineka
Cipta, 1991), hlm. 14.
5
Hariyanto Suryono, Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. (Bandung :
PT Remaja Rosdakarya, 2011), hlm. 9.
19

Belajar adalah proses perubahan tingkah laku individu yang relatif


tetatp sebagai hasil dari pengalaman. 6 Pembelajaran adalah usaha
mengatur dan memberi warna agar program belajar dapat tumbuh dan
berkembang maksimal. Proses belajar bersifat internal dan unik dalam diri
individu santri, sedangkan proses pembelajaran bersifat eksternal yang
sengaja direncanakan dan bersifat rekayasa prilaku. Pembelajaran
biasanya menjadi perhatian psikologi pendidikan. 7

B. Komponen Kegiatan Pembelajaran

Pembelajaran merupakan kegiatan yang bertujuan untuk


membelajarkan. Proses pembelajaran itu merupakan rangkaian kegiatan
yang melibatkan banyak komponen meliputi :8

1. Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan adalah suatu pemilihan dan penentuan langkah-


langkah atau cara-cara yang dapat dilakukan dengan didasarkan pada
kemampuan intelektual yang dimiliki sehingga menghasilkan suatu
rancangan kerja pada waktu yag akan datang untuk mewujudkan
pencapaian tujuan yang diinginkan.
Perencanaan adalah tahap awal dari semua kegiatan untuk itu
penyusunannya harus mempertimbangkan berbagai aspek, sebab kualitas
hasil atau pencapaian tujuan sangat bergantung pada kematangan
perencanaan. Perencanaan proses pembelajaran terkait dengan penentuan
langkah awal kegiatan sebelum pelaksanaan pembelajaran dilakukan.9

6
Skinner B.F., Science And Human Behavior. (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2013),
hlm. 98.
7
Teguh Triwiyanto, Manajemen Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi
Aksara,2015), hlm. 33.
8
Wina Sanjaya, Penelitian Tindakan Kela, (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup,
2011), hlm. 196.
9
Haerana, Manajemen Pembelajaran Berbasis Standar Proses Pendidikan Teori Dan
Aplikasinya, (Yogyakarta: Media Akademi, 2016), hlm. 35.
20

Sedangkan Sagala mengemukakan, “perencanaan pembelajaran


pada prinsipnya meliputi: (1) menetapkan apa yang mau dilakukakn oleh
guru, kapan dan bagaimana cara melakukannya dalam implementasi
pembelajaran, (2) membatasi sasaran atas dasar tujuan instruksional
khusus dan menetapkan pelaksanaan kerja untuk mencapai hasil yang
maksimal melalui proses penentuan target pembelajaran, (3)
mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan strategi
pembelajaran, (4) mengumpulkan dan menganalisis informasi yang
penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran dan (5) mempersiapkan
dan mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak-pihak yang berkepentingan.
Jika prinsip-prinsip ini terpenuhi, secara teoritik perencanaan
pembelajaran itu akan memberi penegasan untuk mencapai tujuan sesuai
skenario yang disusun.”10
a. Pentingnya Perencanaan Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran sangat diperlukan dalam sebuah desain


pembelajaran untuk menjadikan maksimal dalam proses transfer ilmu.
Wina Sanjaya mengemukakan pentingnya perencanaan pembelajaran
karena beberapa hal: 11
Pertama, pembelajaran adalah proses yang bertujuan. Sesederhana
apapun proses pembelajaran yang dibangun oleh seorang guru, maka
proses tersebut mesti diarahkan guna mencapai suatu tujuan pembelajaran.
Maka perencanaan teramat dibutuhkan guna penyusunan kegiatan
pembelajaran dan tujuan yang dicapai dari proses tersebut. Sebagai contoh
kecil adalah sebuah RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) yang
dibuat guru agar suatu proses pembelajaran di kelas terlaksana dengan
baik.

10
Ibid., hlm. 38.
11
Wina Sanjaya, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2010), h. 31-32.
21

Kedua, pembelajaran adalah proses kerjasama. Proses


pembelajaran pasti melibatkan siswa dan guru. Guru tidak akan dapat
berjalan sendiri dalam suatu proses pembelajaran tanpa adanya partisipasi
murid dalam pelaksanaan kegiatan tersebut. Proses kerjasama yang
direncanakan seorang guru tentu harus memiliki perencanaan yang baik,
yang dalam proses pembelajaran biasanya tersusun dalam metode
pembelajaran yang dikembangkan guru dalam merespon aspek kognitif,
afektif dan psikomotorik siswa.
Ketiga, proses pembelajaran adalah proses yang kompleks.
Pembelajaran bukan hanya sekedar proses menyampaikan materi
pelajaran, akan tetapi sebuah proses pembentukan perilaku siswa. Perlu
kerjasama yang baik bagi proses pelaksaan pembelajaran yang efektif,
dalam sebuah satuan pendidikan proses pembelajaran harus dilakukan
secara bersama oleh semua komponen dan unsur penyelenggara kegiatan
pembelajara.
Keempat, proses pembelajaran akan berjalan efektif manakala
dapat memanfaatkan berbagai sarana dan prasarana yang tersedia. Seiring
dengan kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Akan banyak sekali sarana pendukung pembelajaran yang dikembangkan
dalam mendukung suksesi kegiatan pembelajaran.

b. Komponen - komponen perencanaan pembelajaran

Untuk mendesain suatu konsep pembelajaran, dibutuhkan


komponen-komponen yang dapat menyukseskan penyelenggaraan
pembelajaran. Dalam kurikulum berbasis kompetensi, setidaknya ada
beberapa unsur yang mendukung kegiatan pembelajaran yang efektif,
yaitu: (1). Pemilihan kompetensi yang sesuai, (2). Spesifikasi indikator-
22

indikator evaluasi untuk menentukan keberhasilan pencapaian kompetensi,


(3). Pengembangan sistem pengajaran, (4). Evaluasi dan Penilaian. 12

c. Pelaksanaan Pembelajaran

Menurut Mulyasa, pada umumnya pelaksanaan Pembelajaran


mencakup tiga kegiatan, yakni pembukaan, pembentukan kompetensi dan
penutup. Dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 22
Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan, Pelaksanaan
pembelajaran merupakan implementasi dari RPP, meliputi kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.13

a. Kegiatan Pendahuluan
Dalam kegiatan pendahuluan, guru wajib:
1) menyiapkan peserta didik secara psikis dan fisik untuk mengikuti
proses pembelajaran;
2) memberi motivasi belajar peserta didik secara kontekstual sesuai
manfaat dan aplikasi materi ajar dalam kehidupan sehari-hari,
dengan memberikan contoh dan perbandingan lokal, nasional dan
internasional, serta disesuaikan dengan karakteristik dan jenjang
peserta didik;
3) mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan pengetahuan
sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari;
4) menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai; dan
5) menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus.

12
Abdul Madjid, Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan Standar Kompetensi
Guru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), Cet. VI, hlm. 31-32.
13
Ibid., hlm. 45.
23

b. Kegiatan Inti
Kegiatan inti menggunakan model pembelajaran, metode
pembelajaran, media pembelajaran, dan sumber belajar yang
disesuaikan dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran.
Pemilihan pendekatan tematik dan/atau tematik terpadu dan/atau
saintifik dan/atau inkuiri dan penyingkapan (discovery) dan/atau
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah
(project based learning) disesuaikan dengan karakteristik kompetensi
dan jenjang pendidikan.
c. Kegiatan Penutup
Dalam kegiatan penutup, guru bersama peserta didik baik secara
individual maupun kelompok melakukan refleksi untuk mengevaluasi:
1) seluruh rangkaian aktivitas pembelajaran dan hasil-hasil yang
diperoleh untuk selanjutnya secara bersama menemukan manfaat
langsung maupun tidak langsung dari hasil pembelajaran yang telah
berlangsung;
2) memberikan umpan balik terhadap proses dan hasil pembelajaran;
3) melakukan kegiatan tindak lanjut dalam bentuk pemberian tugas,
baik tugas individual maupun kelompok; dan
4) menginformasikan rencana kegiatan pembelajaran untuk pertemuan
berikutnya.

d. Evaluasi Pembelajaran

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, evaluasi berarti


penilaian.14 Sedangkan Evaluasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan
informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang selanjutnya informasi tersebut
digunakan untuk menentukan alternatif yang tepat dalam mengambil

14
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
(Jakarta : Balai Pustaka, Edisi 2, cet. 14, 2006), hlm. 272.
24

keputusan15. Dengan demikian, evaluasi dapat diartikan sebagai suatu


kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan suatu tolak
ukur untuk memperoleh suatu kesimpulan.

1) Fungsi dan Tujuan Evaluasi.


Fungsi utama evaluasi adalah menelaah suatu objek atau keadaan
untuk mendapatkan informasi yang tepat sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa evaluasi adalah proses
mendeskripsikan, mengumpulkan dan menyajikan suatu informasi yang
bermanfaat untuk pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
Gilbert Sax mengemukakan : Evaluation is process through which
a value or judgement or decision is made from variety of observation and
from the background and training of the evaluator. Berdasarkan itu
dijelaskan bahwa evaluasi adalah 1. Sebuah Proses, 2. Tujuan Evaluasi
adalah menentukan kualitas, 3. Dalam evaluasi harus ada pertimbangan
(judgement). 4. Pemberian pertimbangan tentang nilai dan arti haruslah
berdasarkan criteria tertentu.16
Tujuan umum evaluasi pembelajaran adalah untuk menghimpun
bahan-bahan keterangan yang akan dijadikan sebagai bukti mengenai taraf
perkembangan atau taraf kemajuan yang dialami oleh para peserta didik
setelah meraka mengikuti proses pembelajaran dalam jangka waktu
tertentu. Serta menghimpun informasi yang dijadikan dasar untuk
mengetahui taraf kemajuan, taraf perkembangan, taraf pencapaian
kegiatan belajar peserta didik.
Sedangkan tujuan khusus evaluasi pembelajaran adalah :
a) Untuk merangsang kegiatan peserta didik dalam menempuh
program pendidikan.

15
Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. (Jakarta: Bumi Aksara,
2004), hlm. 1.
16
Zainal Arifin, Evaluasi Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012),
hlm. 23.
25

b) Untuk mencari dan menemukan faktor penyebab keberhasilan dan


ketidakberhasilan peserta didik dalam mengikuti program
pendidikan sehingga dapat dicari dan ditemukan jalan keluar atau
cara-cara perbaikannya.
c) Untuk mengetahui kemajuan hasil belajar peserta didik.
d) Mengetahui potensi yang dimiliki siswa.
e) Mengetahui hasil belajar siswa
f) Mengadakan seleksi.
g) Mengetahui kelemahan atau kesulitan belajar siswa
h) Memberikan bantuan pemilihan jurusan
i) Memberikan motivasi belajar
j) Mengetahui efektifitas guru
k) Mengetahui efisiensi mengajar guru
l) Memberikan bukti untuk laporan kepada orang tua atau
masyarakat.17

2) Model-Model Yang Dipilih Untuk Evaluasi

Menurut Ernest R. Alexander, metode evaluasi dapat


diklasifikasikan menjadi lima yaitu :18

a) Before and after comparisons, metode ini mengkaji suatu obyek


penelitian dengan membandingkan antara kondisi sebelum dan kondisi
sesudahnya.
b) Actual versus planned performance comparisons, metode ini mengkaji
suatu obyek penelitian dengan membandingkan kondisi yang ada
(actual) dengan ketetapan perencanaan yang ada (planned).

17
Sudijono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT. Raja Grapindo Persada,
2013), hlm. 20.
18
Muhammad Aminudin, “ Evaluasi Rencana Lokasi Pemindahan Terminal Induk
Km. 6 Banjarmasin ( Tesis ) “, (Yogyakarta : MPKD Universitas Gadjah Mada, 2007),
hlm. 29.
26

c) Experintal (controlled) model, metode yang mengkaji suatu obyek


penelitian dengan melakukan percobaan yang terkendali untuk
mengetahui kondisi yang diteliti.
d) Quasi experimental models, merupakan metode yang mengkaji suatu
obyek penelitian dengan melakukan percobaan tanpa melakukan
pengontrolan/pengendalian terhadap kondisi yang diteliti.
e) Cost oriented models, metode ini mengkaji suatu obyek penelitian yang
hanya berdasarkan pada penilaian biaya terhadap suatu rencana.

Kemudian, Kaufan dan Thomas membedakan model evaluasi menjadi


delapan, yaitu sebagai berikut:

1) Goal Oriented Evalution / Model Tyler.

Menurut Ralph Tayler evaluasi program adalah proses untuk


mengetahui apakah tujuan pendidikan sudah dapat terealisasikan.
Evaluasi model Tayler dibangun dengan dua dasar pemikiran. Pertama,
evaluasi ditunjukkan kepada tingkah laku peserta didik. Kedua,
evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik sebelum
melaksanakan kegiatan pembelajaran dan sesudah melaksanakan
kegiatan pembelajaran(hasil). Dasar pemikiran yang kedua ini
menunjukkan bahwa seorang evaluator harus dapat menentukan
perubahan tingkah laku apa yang terjadi setelah peserta didik mengikuti
pengalaman belajartertentu dan menegaskan bahwa perubahan yang
terjadi disebabkan oleh pembelajaran.

2) Goal Free Evalution Model (Michael Schriven)

Menurut Schriven, dalam pelaksanaan evaluasi program, evaluator


tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan program, akan
tetapi bagaimana bekerjanya suatu program, dengan mengidentifikasi
penampilan-penampilan yang terjadi, baik hal-hal positif maupun yang
negatf
27

3) CIPP Model (Context, Input, Process, Product)

Konsep Evaluasi , Model CIPP pertama kali ditawarkan oleh


Stufflebeam pada tahun 1965 sebagai hasil dari usahanya dalam
mengevaluasi ESEA (The Elementary And Secondary Education Act).
Stufflebeam menawarkan konsep tersebut dengan pandangan bahwa
tujuan penting dari sebuah evaluasi adalah bukan untuk membuktikan
sesuatu, akan tetapi untuk memperbaikinya.

4) Model Empat Level Donald L. Kirkpatrick

Kirkpatrick menggunakan empat level evaluasi sebagai berikut,


evaluasi Reaksi, dilakukan untuk mengukur tingkat reaksi yang
didesain agar mengetahui opini para peserta pelatihan mengenai
program pelatihan. Evaluasi pembelajaran, ada tiga hal yang dapat di
instruktur ajarkan dalam program training, yaitu pengetahuan, sikap,
dan ketrampilan. Evaluasi tingkah laku, penilaian tingkah laku
difokuskan pada perubahan tingkah laku setelah peserta didik kembali
ke tempat kerja. Evaluasi hasil/dampak program pelatihan, evaluasi
diperhatikan pada hasil akhir yang terjadi karena peserta telah
mengikuti suatu program.

5) Model UCLA

Evaluasi ini dikembangkan oleh Alkin pada tahun 1969. Alkin


mendefinisikan evaluasi sebagai suatu proses menyakinkan keputusan,
memilih informasi yang tepat, mengumpulkan dan menganalisis
informasi. Ada lima macam evaluasi yang dikemukakan Alkin yaitu
sistem Assessment, adalah sistem yang memberi informasi tentang
keadaan atau posisi sistem. Program Planning, yaitu membantu
pemilihan program tertentu yang mungkin akan berhasil memenuhi
kebutuhan program. Program implementation, yang menyiapakan
informasi apakah program sudah diperkenalkan kepada kelompok
28

tertentu. Program Improvement, yang memberikan informasi tentang


bagaimana program berfungsi dan bagaimana program berjalan.
Program cerification, yang memberikan informasi tentang informasi
program.

6. Model Formatif Vs Sumatif

Model ini dikembangkan oleh Scriven pada tahun 1967. Menurut


Scriven evaluasi program dapat dijadikan menjadi dua yaitu evaluasi
formatif dan sumatif. Evaluasi formatif adalah proses menyediakan dan
menggunakan informasi untuk dijadikan dasar pengambilan keputusan
dalam ranggka meningkatkan kualitas produk atau program
intruksional. Sedangkan evaluasi Sumatif adalah evaluasi yang
dilaksanakan saat program telah selesai dan bagi kepentingan pihak
luar atau para pengambilan keputusan.

7) Model Kesesuaian

Menurut model ini, evaluasi adalah suatu kegiatang untuk melihat


(congruence) antara tujuan dengan hasil belajar yang telah dicapai

8) Model Pengukuran

Pengukuran digunakan untuk menentukan kuantitas suatu sifat


(attribute) tertentu yang dimiliki oleh objek, orang maupun peristiwa
dalam bentuk unit ukuran tertentu.

C. Metode Pembelajaran

Metode merupakan satu kata yang murujuk pada cara yang


akan digunakan untuk mencapai sebuah tujuan yang diharapkan. Dan
jika dikaitkan dengan proses pembelajaran, maka definisi metode
pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu cara yang dipilih oleh
29

pendidik untuk mengoptimalkan proses belajar mengajar yang


bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.
Metode pembelajaran ini memiliki peran yang penting dalam
proses pembelajaran, selain agar proses belajar mengajar tidak
membosankan, peserta didik juga akan semakin mudah mencerna
materi yang diberikan. Untuk itulah ketika memilih sebuah metode
pendidik harus memperhatikan karakteristik peserta didik. Pendidik
dapat menggunakan metode yang berbeda untuk tiap kelasnya
disesuaikan dengan kemampuan dan karakteristik peserta didik.

a. Macam-Macam Metode Pembelajaran

Metode-metode yang dapat diterapkan dalam pembelajaran


aktif yaitu :19

1). Metode Curah Pendapat

Metode curah pendapat dapat juga digunakan dalam strategi


pembelajaran yang aktif. Metode ini sangat efektif untuk mengetahui
apa yang telah diketahui oleh siswa, misalnya dosen meminta siswa
menjelaskan sebab akibat sebuah peristiwa alam.

2). Metode Studi kasus

Metode studi kasus juga dapat digunakan dalam pembelajaran


aktif. Strategi pembelajaran dengan memanfaatkan situasi atau kasus
yang dapat memberikan siswa pembelajaran bermakna dan bermanfaat.
Biasanya, guru memberikan sebuah cerita yang berkaitan dengan
konsep ataupun keterampilan yang akan dipelajari. Kemudian, siswa
berdiskusi untuk melakukan analisis, sintesis, dan evaluasi atas fakta-
fakta ataupun situasi yang ada dalam kasus tersebut.

19
. Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad, Belajar Dengan Pendekatan PAILKEM,
(Jakarta: Bumi Aksara, 2012), hlm. 67.
30

3). Metode Demonstrasi

Metode demonstrasi juga digunakan dalam pembelajaran aktif,


sebab bersentuhan dengan bagaimana siswa memeperagakan sesuatu.
Strategi pembelajaran ini memeperlihatkan bagaimana Ia melakukan
sesuatu yang kemudian diamati dan dibahas.

4). Metode Penemuan

Metode penemuan merupakan metode yang mendorong siswa


aktif. Metode ini merupakan strategi pembelajaran dimana siswa
didorong untuk menemukan sendiri pengetahuan atau konsep baru.
Misalnya, siswa diminta untuk mengukur jari-jari dan keliling beberapa
benda berbentuk bundar, kemudian kelilingnya dibagi dengan jari-
jarinya, hal ini dilakukan untuk setiap benda. Siswa akan menemukan
bahwa hasilnya akan hampir sama (ketidaktepatan dapat disebabkan
perhitungan kurang akurat).

5). Metode Jigsaw

Metode jigsaw adalah metode yang menghendaki siswa belajar


melalui kelompok. Metode ini mendorong kerjasama dalam kelompok.
Setiap anggota kelompok memahami dan mendalami sesuatu,
kemudian digabung menjadi satu dengan anggota-anggota kelompok
lain untuk memperoleh suatu pemahaman yang utuh.

6). Metode Pembelajaran Lapangan

Metode pembelajaran kegiatan lapangan adalah metode yang


berusaha menelusuri dan menginvestigasi masalah tertentu di lapangan.
Kegiatan di luar kelas untuk mempelajari situasi baru dan berbeda.
Siswa juga dapat melakukan survey untuk proyek pelajaran sosial,
membuat peta lingkungan sekitar untuk matematika atau menggunakan
31

keterampilan berbahasa yang baru untuk memeperoleh pengetahuan


baru tentang serapan bahasa bagi siswa yang belajar bahasa tertentu.

7). Metode Ceramah

Metode pembelajaran melalui ceramah adalah metode yang


menghendaki siswa harus mendapat informasi yang sama dalam jumlah
siswa yang banyak. Kegiatan pembelajaran yang menekankan pada
penyampaian informasi secara verbal dan cenderung searah (guru
kepada siswa) ini dapat terstruktur, menggunakan teknologi rendah,
dan memungkinkan, kegiatan ini untuk mengajarkan siswa-siswa dalam
waktu relative singkat.

8). Metode Diskusi Kelompok

Metode diskusi kelompok merupakan metode yang


menghendaki agar siswa dan guru serta siswa dengan siswa lainnya
terjadi interaksi dan saling tukar pengalaman dan informasi dalam
memecahkan suatu masalah. Kegiatan pembelajaran dengan

metode ini mendorong siswa untuk berinteraksi dan membantu


memahami pendapat berbeda yang mungkin muncul selama kegiatan
berlangsung. Kegiatan ini juga mendorong siswa untuk menghargai
perbedaan pendapat.

9). Metode Debat

Metode pembelajaran dengan metode debat adalah metode yang


dirancang untuk memecahkan masalah dari sudut pandang yang
berbeda. Biasanya mengahadirkan beberapa ahli, sehingga
memecahkan masalah dari sudut pandang keahlian mereka. Metode ini
biasanya terdiri dari diskusi antara dua belah pihak yang mempunyai
32

pendapat yang berbeda bahkan bertentangan, terutama berkaitan


dengan masalah-masalah yang kontroversial.

10). Metode Simulasi

Metode simulasi adalah metode pembelajaran yang sengaja


dirancang untuk bertindak atau mencoba suatu kondisi yang sebenarnya
akan terjadi atau dilakukan. Biasanya dalam kegiatan pembelajaran
yang memungkinkan siswa untuk mencoba dan melakukan sesuatu
pada situasi yang dikondisikan. Contohnya simulasi mengajar pada saat
microteaching.

D. Media Pembelajaran

Media apabila dimengerti secara umum adalah manusia, materi,


atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu
memperoleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap.20 Namun media
dapat difahami secara khusus yaitu sebagai alat grafis, poto grafis, atau
elektronis untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali visual
atau verbal.
Menurut Rayanda Asyar, media pembelajaran dapat dipahami
sebagai segala sesuatu yang dapat menyampaikan atau menyalurkan
pesan dari sumber secara terencana, sehingga terjadi lingkungan belajar
yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar
secara efisien dan efektif..21
Kaitannya dengan pembelajaran, media dapat diartikan sebagai
media pembelajaran yang meliputi alat yang secara fisik digunakan
untuk menyampaikan isi materi pengajaran, yang terdiri dari buku, tape

20
Azhar Arsyad, Media pembelajaran, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), hlm. 3.
21
Rayanda Asyhar, Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran. Jakarta:
Gaung Persada (GP) Press Jakarta 2012 hlm 8.
33

recorder, kaset, video camera, video recorder, film, slide, poto, gambar,
grafik, televisi dan komputer.22
Dalam perkembangan media pembelajaran yang mengikuti
perkembangan teknologi, media dapat dikelompokan ke dalam empat
kelompok, yaitu:
1. Media hasil teknologi cetak
2. Media hasil teknologi audio visual
3. Media hasil teknologi yang berdasarkan computer
4. Media hasil gabungan teknologi cetak dan komputer.23

Dalam memilih bentuk media yang akan digunakan dalam


pembelajaran, terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan, antara lain
yaitu:
1. Kesesuaian dengan tujuan pengajaran
2. Ketepatan dalam memilih media pengajaran
3. Objektivitas
4. Program pengajaran
5. Sasaran program
6. Situasi dan kondisi
7. Kualitas teknik
8. Keefektifan dan efisiensi. 24

E. Strstegi Pembelajaran

Menurut J.R. Dafid, dalam dunia pendidikan, strategi diartikan


sebagai a plane method, or series of activities designed to achieves a
particular educational goal. Dengan demikian strategi pembelajaran
adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang di
desain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Menurut Kemp,

22
Op.Cit., hlm. 4.
23
Ibid,. hlm. 29.
24
Abuddin Nata, Perspektif Islam Tentang Strategi Pembelajaran, (Jakarta: Kencana,
2009), hlm 305-307.
34

strategi pembelajaran adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus


dikerjakan guru dan siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai
secara efektif dan efisien.25 Terdapat beberapa strategi pembelajaran
yang dapat digunakan dalam sebuah pembelajaran, yaitu:

1. Ekspositori
Strategi pembelajaran ekspositori adalah strategi pembelajaran
yang menekankan kepada proses penyampaian materi secara verbal
dari seorang guru kepada sekelompok siswa dengan maksud agar siswa
dapat menguasai materi pelajaran secara optimal. Strategi pembelajaran
ekspositori merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang
berorientasi kepada guru (teacher centered approach).26 Dalam strategi
ini guru memegang peranan yang sangat dominan.

2. Inkuiri
Strategi pembelajaran inkuiri adalah rangkaian kegiatan
pembelajaran yang menekankan pada proses berfikir secara kritis dan
analitis untuk mencari dan menemukan sendiri jawaban dari satu
masalah yang dipertanyakan.27 Terdapat beberapa hal ciri utama dalam
strategi pembelajaran inkuiri, yaitu:
a) Menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk
mencari dan menemukan, artinya strategi inkuiri menempatkan
siswa sebbagai subjek belajar.
b) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari
dan menemukan jawaban sendiri dari suatu yang dipertanyakan,
sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri.

25
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta: Kencana, 2010), hlm. 126.
26
Ibid,. hlm 179.
27
Ibid,. hlm 196.
35

c) Tujuan strategi ini mengembangkan berfikir secara sistematis,


logis, dan keritis atau mengembangkan kemampuan intelektual
sebagai bagian dari proses mental.

3. Berbasis Masalah
Strategi pembelajaran berbasis masalah adalah rangkaian
aktivitas pembelajaran yang menekankan kepada proses penyelesaian
masalah yang dihadapi secara ilmiah.28 Terdapat tiga ciri utama dari
SPBM ini, yaitu :
a) Merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran, artinya dalam
inplementasi SPBM ada sejumlah kegiatan yang harus dilakukan
siswa.
b) Aktifitas pembelajaran diharapkan untuk menyelesaikan
masalah
c) Pemecahan masalah dilakukan dengana menggunakan
pendekatan berpikir secara ilmiah.

4. Peningkatan Kemampuan Berpikir


Strategi pembelajaran peningkatan kemampuan berpikir adalah
model pembelajaran yang bertumpu kepada pengembangan
kemampuan berpikir siswa melalui telahan fakta-fakta atau pengalaman
anak sebagai bahan untuk memecahkan masalah yang diajukan.29
Terdapat beberapa hal yang terkandung dalam pengertian di atas, yaitu:
a) Model pembelajaran yang bertumpu pada pengembangan
kemampuan berpikir, artinya tujuan yang ingin dicapai oleh SPPKB
adalah bukan sekedar siswa dapat menguasai sejumlah materi
pelajaran. Akan tetapi, bagaimana siswa dapat mengembangkan
gagasan-gagasan dan ide-ide melalui kemampuan berbahasa secara
verbal.

28
Ibid,.hlm 214.
29
Ibid,. hlm 226.
36

b) Telaahan fakta-fakta sosial atau pengalaman sosial merupakan dasar


pengembangan kemampuan berpikir, artinya pengembangan gagasan-
gagasan dan ide-ide didasarkan kepada pengalaman sosial anak dalam
kehidupan sehari-hari.
c) Sasaran akhir SPPKB adalah kemampuan anak untuk memecahkan
masalah-masalah sosial sesuai dengan taraf perkembangan anak.
5. Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif atau kelompok dalah rangkaian
kegiatan belajar yang dilakukan siswa dalam kelompok-kelompok
tertentu untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan.30
SPK mempunyai dua komponen utama, yaitu :
a) Komponen tugas kooperatif, berkaitan dengan hal yang
menyebabkan anggota bekerja sama dalam menyelesaikan tugas
kelompok
b) Struktur insentif kooperatif, merupakan sesuatu yang
membangkitkan motivasi individu untuk bekerja sama mencapai tujuan
kelompok.
6. Kontekstual
Contextual Teaching and Learning (CTL) adalah suatu strategi
pembelajaran yang menekankan kepada proses keterlibatan siswa
secara penuh untuk dapat menemukan materi yang dipelajari dan
menghubungkannya denga situasi kehidupan nyata, sehingga
mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
mereka.31 Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang harus dipahami,
yaitu:
a) CTL menekankan pada proses keterlibatan siswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman
secara langsung.

30
Ibid,. hlm 241.
31
Wina Sanjaya, Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,
(Jakarta : Kencana, 2010), hlm 255.
37

b) CTL mendorong agar siswa dapat menemukan hubungan antara


materi yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya siswa
dituntut untuk dapat menagkap hubungan antara pengalaman belajar
disekolah dengan kehidupan nyata.
c) CTL mendorong siswa untuk dapat menerapkannya dalam
kehidupan, artinya CTL bukan hanya mengharapkan siswa dapat
memahami materi yang dilepajarinya, akan tetapi bagaimana materi
pembelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam kehidupan sehari-
hari.
7. Afektif
Sikap (afektif) erat kaitannya dengan nilai (value) yang dimiliki
seseorang, sikap merupakan refleksi dari nilai yang dimiliki. Nilai
adalah suatu konsep yang berada dalam pikiran manusia yang sifatnya
tersembunyi, tidak berada dalam dunia yang empiris. Sikap adalah
kecenderungan seseorang untuk menerima atau menolak suatu objek
berdasarkan nilai yang dianggapnya baik atau tidak baik.32

F. Kitab Kuning dan Pondok Pesantren

Dalam dunia pondok pesantren disamping istilah kitab kuning


beredar juga istilah “kitab Klasik” (al-kutub al-qadimah), untuk
menyebut jenis kitab yang sama. Bahkan karena tidak dilengkapi
dengan sandangan (syakl), kitab kuning juga kerap disebut oleh
kalangan pondok pesantren sebagai “kitab gundul”. karena rentang
waktu sejarah yang sangat jauh dari kemunculannya sekarang, tidak
sedikit yang menjuluki kitab kuning ini dengan “kitab kuno.”
Dalam tradisi intelektual Islam, penamaan karya ilmiah para
ulama dibedakan berdasarkan kurun waktu atau bentuk penulisannya.
Kategori pertama disebut kitab-kitab klasik (al-kutub al-qadimah),
sedangkan kategori kedua disebut kitab-kitab modern (al-kutub al-
‘ashriyyah). Apa yang disebut dengan kitab kuning adalah pada

32
Ibid,. hlm 274.
38

dasarnya mengacu kepada kategori pertama yakni kitab klasik (al-kutub


al-qadimah).
Pengajaran kitab-kitab ini meskipun berjenjang namun materi
yang diajarkan kadang-kadang berulang-ulang. Hanya berupa
pendalaman dan perluasan wawasan santri. Memang ini menjadi salah
satu bentuk penyelenggaraan pengajaran pondok pesantren yang
diselenggarakan berdasarkan sistem (kurikulum) kitabi. Berdasarkan
pada jenjang ringan beratnya muatan kitab. Tidak berdasarkan tema-
tema (maudhlu’i) yang memungkinkan tidak terjadinya pengulangan
namun secara komprehensif diajarkan pemateri pada para santri. Meski
diajarkan dengan sistem kitabi tetap terjaga sistematika kitab,
berdasarkan pada fan-nya.33
Kurikulum pesantren “salaf” yang statusnya sebagai lembaga
pendidikan non-formal hanya mempelajari kitab-kitab klasik yang
meliputi: Tauhid, Tafsir, Hadits, Fiqh, Ushul Fiqh, Tasawwuf, Bahasa
Arab (Nahwu, Sharaf, Balaghah dan Tajwid), Mantiq dan Akhlak.
Pelaksanaan kurikulum pendidikan pesantren ini berdasarkan
kemudahan dan kompleksitas ilmu atau masalah yang dibahas dalam
kitab, sehingga dikenal tingkat awal (ula), menengah (wustha) dan
tingkat lanjutan (ulya). Gambaran naskah agama yang harus dibaca dan
dipelajari oleh santri, menurut Zamakhsyari Dhofier mencakup
kelompok “Nahwu dan Sharaf, Ushul Fiqh, Hadits, Tafsir, Tauhid,
Tasawuf, cabang-cabang yang lain seperti Tarikh dan Balaghah.

33
Ibid., hlm. 50
BAB III
HASIL PENELITIAN TENTANG PENINGKATAN HASIL
PEMBELAJARAN KITAB RISĀLAH AL- MAḤĪḌ DI KELAS III IBTIDA’
MADRASAH DINIYAH NURUL IHSAN TROMPO KENDAL

A. Keadaan Umum Madrasah Diniyah Nurul Ihsan


1. Sejarah Berdirinya Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal didirikan oleh Yayasan
Nurul Ihsan Kendal pada 13 Juni 1994 dan pada 10 Juli 1994 dimulai
pembelajaran untuk pertama kali. Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo
Kendal adalah Madrasah yang berada di lingkungan kelurahan Trompo satu –
satunya pada saat itu. menampung Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo
Kendal santri dari kelurahan Trompo dan desa lain yaitu, Sukodono, Jotang,
Kebondalem serta daerah lain. 1
2. Letak Geografis Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal

Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal terletak di jalan raya yang
sangat strategis yaitu Jalan Raya Kendal-Putat, + 3 km arah Selatan dari
Kecamatan kendal dan + 3 km dari alun- alun Kabupaten Kendal, serta + 40
km dari Ibukota Propinsi Jawa Tengah.

3. Visi, Misi dan Tujuan Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal
a. Visi Madrasah
Mewujudkan madrasah yang berkwalitas, sarat dalam prestasi teladan
dalam bersikap dan bertindak serta menjadi idola masyarakat.
b. Misi Madrasah
1) Membina peserta didik yang berilmu amaliyah dan beramal ilmiyah.
2) Membentuk insan cerdas, terampil, kreatif, mandiri, cakap dan
berakhlakul karimah.

1
Wawancara dengan Ust. Sumar, Kepala Madrasah. Nurul Ihsan Trompo Kendal, 01 Mei
2021.

39
40

3) Mengembangkan bakat seni dan ketrampilan.


4) Meningkatkan kualitas lulusan.
5) Menjalin hubungan harmonis dengan masyarakat dalam instansi
terkait yang peduli terhadap pendidikan. 2
c. Tujuan Madrasah
1) Mengantarkan lulusan yang kompeten
2) Menjadi madrasah unggulan
3) Mengembangkan pendidikan agama
4) Mengembangkan kemampuan berfikir kritis dan sistematik dalam
memahami peradaban Islam
5) Memberikan landasan metodologis dalam memahami Ajaran Islam ala
Ahlussunah Wal Jama’ah.
4. Keadaan Ustadz dan Santri Madrasah Diniyah Nutrul Ihsan Trompo Kendal.3
a. Jumlah Ustadz

Ustadz dan pengurus Madrasah Diniyah Nutrul Ihsan Trompo Kendal


adalah 25 orang. Pengajar dan pengurus berasal dari alumni Yayasan Nurul
Ihsan sendiri.

b. Jumlah Murid
Santri Madrasah Diniyah Nurul Ihsan pada tahun ajran 2020/2021
secara keseluruhan mencapai 281 santri. Adapun data santri madrasah Nurul
Ihsan tiap kelas yaitu,

Kelas Putra Putri Jumlah


I Ibda’ 20 23 43
II Ibtida’ 15 21 36
III Ibtida’ 23 21 44
I Tsanawy 19 21 40

2
Dokumentasi Madrasah. Nurul Ihsan Trompo Kendal, dikutip tanggal 21 Juni 2021.
3
Ibid,
41

II Tsanawy 25 20 45
III Tsanawy 19 10 29
I Aliyah 10 11 21
II Aliyah 5 3 8
III Aliyah 10 5 15
Jumlah 146 135 281

5. Struktur Organisi Madarsah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal

Kegiatan belajar mengajar di Madarsah Diniyah Nurul Ihsan Trompo


Kendal sangat padat dengan berbagai materi dan kitab referensi. Sehingga, agar
setiap kegiatan berjalan dengan baik dan sesuai yang arah visi misi maka perlu
dibentuk manajemen yang sesuai.
Untuk mencapai visi misi, sebuah institusi pendidikan perlu memiliki
organisasi. Penyusunan struktur organsiasi ini digunakan untuk mempermudah
menjalankan sistem yang ada. Dengan begitu, sistem akan berjalan sebagaimana
mestinya.
Struktur perlu dimiliki sebauh lembaga untuk memudahkan pembagian tugas
dalam suatu lembaga. Terdapatnya struktur menjadikan masing-masing unit bisa
berjalan selarasi arah tujuan yang sudah rumuskan. Adapun strutur pengelola
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal adalah sebagai berikut:
Pimpinan : K.H Subhan Idris Lc, M.Si
Kepala Madrasah : Ky. Sumar
Wakil Kepala : Ust. Tohari
Wk Kurikulum : Ust. Haryadin S.Pd, M.Pd
Wk kesiswaan : Ust. Misbah
Kepala TU : M khaerul Anam
Dewan Asatidh
Siswa.4

4
Wawancara dengan Ust. Sumar, Kepala Madrasah. Nurul Ihsan Trompo Kendal, 01 Mei
2021.
42

6. Sarana dan Prasarana Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal. 5


Sarana dan prasarana mutlak harus dimiliki oleh suatu lembaga untuk
menunjang kegiatan di lembaga tersebut serta harus memenuhi kebutuhan
lembaga tersebut sehingga seluruh kegiatan belajar mengajar berjalan sesuai
rencana dan santri yang belajar mendapat pengetahuan dan pengalaman belajar
sesuai dengan yang diharapkan oleh pihak lembaga ataupun santri sendri.
Sarpras yang digunakan di Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo
Kendal umumnya masih dalam kondisi baik. Sarana dan prasarana ini sangat
penting adanya agar pembelajaran berlangsug dengan baik.

Keadaan Gedung Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal

Jml Kondisi Kategori Kerusakan


No Jenis Prasarana
Ruang Baik Ringan Sedang Berat

1 Ruang Kelas 16 13 3 - -

2 Perpustakaan 1 1 - - -

3 R. Guru 1 1 - - -

4 R. Pimpinan 1 1 - - -

5 R. Tata Usaha 1 1 - - -

6 R. Konseling 1 - - 1 -

7 Tempat Ibadah 1 1 - - -

8 R. UKS 1 1 - - -

9 R. Kamar Mandi (Wc) 7 5 1 1 -

10 Gudang 1 - 1 - -

11 R. Sirkulasi - - - - -

12 Tempat Olah Raga - - - - -

.
5
Ibid.
43

13 R. Organisasi Kesiswaan 1 - - 1 -

14 R. Lainnya - - - - -

B. Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ di Madrasah Diniyah Nurul Ihsan


Trompo Kendal.
1. Perencanaan Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di kelas III Ibtida’
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.

Madrasah Diniyah Nurul Ihsan adalah lembaga pendidikan salaf dimana


pembelajaran yang dilakukan menggunakan referensi kitab kuning. Pembelajaran
fikih wanita sudah lazim dilakukan di setiap madrasah pondok pesntren karena
fikih wanita sangat penting untuk dipahami. Ustadz Syukri menjelaskan:

“Sebagai lembaga pendidikan salaf Madrasah Diniyah Nurul Ihsan harus


memberikan pembelajaran fikih kepada santri secara lengkap. Salah satu
materi yang sangat penting adalah terkait fikih wanita yang membahas haid,
istihāḍah, dan nifas. Pembelajaran fikih wanita diberikan secara khusus
yaitu dengan mengajarkan kitab Risālah Al- Maḥīḍ suapaya siswa mengerti
banyak permasalahan haid dan istihadloh. Sehingga nantinya santri paham
malsalah menstruasi yang terjadi pada perempuan. Materi ini sangat penting
sebagai landasan dalam beribadah.Dengan alasan tersebut, Madrasasah
Diniyah Nurul Ihsan mengajarkan pembahasan kitab tersebut sejak dulu.
Pemebelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ ini juga bukan untuk santri putri
saja, namun semua santri termasuk santri putra, santri pria juga harus paham
fikih wanita agar kelak dapat membimbing istri dan anaknya.” 6

Pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ di Madrasah Nurul Ihsan dilakukan


karena materi fikih wanita sangat penting untuk dipahami. Perencanaan
pembelajaran yang dilakukan tidak hanya pemberian materi oleh ustadz, tetapi
juga terdapat Tanya jawab agar santri lebih paham terkait materi yang diajarkan.

“Perencanaan pemebalajran fiqih fiqih perempuan, di awal memutuskan


pembahasan apa yang perlu diberikan, dalam hal ini materi diambil dari
kitab Risālah Al- Maḥīḍ, selain itu guru biasanya juga melengkapi
penjelasan materi yang diambil dari kitab – kitab lain. Metode yang
digunakan adalah metode ceramah disertai diskusi dan Tanya jawab.

6
Wawancara dengan Ust. Syukri, Madrasah. Nurul Ihsan Trompo Kendal, 09 Mei 2021.
44

Dengan adanya Tanya jawab, santri menjadi lebih paham dengan materi
yang diajarkan.” 7

Perencanaan pembelajaran fikih wanita adalah hal yang harus dipersiapkan


agar tujuan pemebelajaran dapat tercapai. Tujuan pembelajaran kitab Risālah Al-
Maḥīḍ yaitu meningkatkan pemahaman santri tentang fiqih tema perempuan.
Ketika mendesain pembelajaran disamping merumuskan tujuan, ustadz perlu
merancang kajian yang akan disampaikan, cara pengajaran serta kajian
pembelajaran yang dianggap penting sehingga ustadz menyampaikan materi
dengan lebih mudah. Sehingga tujuan program bisa dicapai. Berikut penjelasan
ustadz syukri:

“Perencanaan pembelajaran dilakukan sebelum melakukan pembelajaran


yaitu menentukan tujuan. Tujuan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ
yaitu sebagai sarana belajar santri untuk memperoleh pemahaman dan
pengetahuan fikih wanita, karena mengingat akan pentingnya belajar
fiqih kewanitaan, karena materi tersebut digunakan sebagai landasan
beribadah. sebelumnya pengajran materi pembelajaran, kajian tentang
tema tersebut disarikan dari banyak sumber, kitab Risālah Al- Maḥīḍ, dan
kitab-kitab lain yang relevan yang berhubungan dengan fiqih perempuan
yaitu haid, nifas serta istihāḍah. Kemudian, metode disiapkan, apa yang
dipakai, saya mengunakan metode ceramah, dilanjutkan tanya jawab agar
santri lebih paham.”8

Berdasarkan hasil wawancara kepada ustadz syukri, pembelajaran kitab


Risālah Al- Maḥīḍ sudah dilakukan sejak dulu karena fikih wanita sangat
penting untuk diketahui. Perencanaan pembelajaran dimulai dari penentuan
tujuan, yakni memberikan materi terkait fiqih kewanitaan untuk santri
perempuan secara mendalam. pemilihan materi fiqih perempuan diperoleh dari
kitab Risālah Al- Maḥīḍ serta kitab-kitab lain. Pemakaian metode ceramah dan
tanya jawab serta pendiskusian mater. Sedangkan waktu pembelajaran kitab
Risālah Al- Maḥīḍ dilaksanakan pada hari selasa Pukul 19:00- 20:00.

7
Ibid.
8
Ibid.
45

2. Pelaksanaan Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di kelas III Ibtida’


Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.

Pada pelaksanaan pembelajaran, kegiatan belajar mengajar adalah bentuk


desain pemebelajaran yang telah didesain dalam program pembelajaran oleh
ustadz. Sehingga, ustadz diharuskan untuk mengajar santri sesuai dengan desain
pemebelajaran yang telah disiapkan tersebut. Dengan begitu, pembelajaran bsat
diterapkan selaras dengan arah tujuan yang diharapkan. Disamping hal tersebut,
layaknya keharusan dalam pelaksanaan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ,
seorang ustadz harus meneliti dengan sungguh-sungguh terkait materi yang akan
disapaikan karena kitab Risālah Al- Maḥīḍ mengajarkan ilmu yang banyak
dianggap sulit untuk dipahami.

a. Kegiatan awal

Bedasarkan pengamatan peneliti, pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ


dimulai dari membaca, bismillah, hamdalah, sholawat dan surat Fatihah. Berikut
ini adalah hasil wawancara keaada Ust. Syukri:

“Sebelum dimulainya peengajaran saya memulai dengan bismillah,


hamdalah, sholawat, dan Al-Fatihah yang dikhususkan untuk pengarang
kitab agar kita mendapat keberkahan, Kemudian dilanjutkan materi yaitu
penyampaian materi dari kitab Risālah Al- Maḥīḍ”. 9

Hal ini diperjelas oleh ustadz syukri selaku pemateri yang menyebutkan
bahwa kegiatan awal dimulai dengan bismillah, hamdalah, sholawat, dan Al-
Fatihah. Sebelum penyamapaian materi, mengulas materi sebelumnya dengan
menanyakan kepada santri terkait bab sebelumnya.10

Kegiatan awal pelaksanaan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ diawali


dari ustadz memberi salam, diteruskan dengan basmalah, hamdalah, sholawat,
kemudian Al-Fatihah.

9
Ibid.
10
Ibid.
46

b. Kegiatan Inti

Pelaksanaan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ, di Madrasah Diniyah


Nurul Ihsan Trompo Kendal menggunakan metode ceramah, seperti yang
dijelaskan oleh ustadz Syukri, ustadz yang mengajar kitab Risālah Al- Maḥīḍ.

“dalam melaksanakan belajar mengajar kitab Risālah Al- Maḥīḍ di III


Ibtida’ Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal ini menggunakan metode
ceramah. Saya harus membuat metode ini berbeda dan lebih menarik, agar santri
tertarik dan materi yang saya sampaikan bisa dipahami dengan baik oleh santri.
Sehingga para santri paham permasalahan- permasalahan haid yag terjadi pada
wanita, baik berupa haid, nifas, istihāḍah, dan lain-lain. Hal itu karena masalah-
masalah tersebut harus diketahui oleh santri, terutama bagi wanita. Supaya
nantinya, para santri paham hukum-hukum yang benar menurut syari’at yang
sudah diajarkan, mereka juga lebih berhati-hati ketika mengalami menstruasi”11

Metode ceramah tidak hanya digunakan oleh ustadz Syukri, tetapi


ustadz yang lain sebagaimana yang disampaikan oleh ustadz Syumar, ustadz kitab
Risālah Al- Maḥīḍ di kelas Ibtida’ Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo
Kendal.

“ketika melaksanakan pengajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ untuk santri


Ibtida’ Madrosah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal ini saya
mengunakan metode ceramah, sebelum pembelajaran dimulai saya
menanyakan pelajaran minggu lalu, kemudian saya minta santri untuk
membaca kitab mereka satu persatu.”12

Pengakuan dari santri juga menunjukkan bahwa metodologi yang pakai


ustadz yaitu dengan cara ceramah, hal ini diungkapkan oleh Azka Amelia santri
kelas III Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.

“Ketika melaksanakan pengajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ untuk santri


Ibtida’ Madrosah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal ustadz yang
berperan penuh dalam menyampaikan materi, sedangkan santri- santri
sebagai pendengarnya.13

11
Ibid.
12
Ibid.
13
Wawancara dengan Azka Amelia, Santri Madrasah. Nurul Ihsan Trompo Kendal, 10
Mei 2021.
47

Selain itu, dalam pelaksanaan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ


ustadz juga mengadakan tanya jawab untuk mengetahui tingkat pemahaman santri
pada pelajaran yang sudah disampaikan. Seperti yang diungkapkan Azka Amelia
bahwa Ustadz menjelaskan materi yang sudah dibaca dan dimaknai, santri
menulis penjelasan dari ustadz. Kemudian, ustad memakai metode latihan, santri
diminta untuk mengerjakan kolom haid satu persatu, kemudian diberi pertanyaan
kemudian disuruh menjawab pertanyaan dari ustad, yaitu pertanyaaan yang
berkaitan dengan materi yang sudah dijelaskan oleh ustadz.14

Dalam pelaksanaan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ, seorang ustadz


harus kreatif dan inovatif ketika menyampaikan materi pelajaran. Hal ini coba
dilakukan oleh ustadz Syukri, di samping metode ceramah beliau juga
menambahkan sesi tanya jawab, seperti yang dipaparkan oleh Octa Viana salah
satu santri kelas III Ibtida’ Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.

Dia menyebutkan bahwa ketika pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ,


ustadz memulai dengan memaknai kitab Risālah Al- Maḥīḍ, setelah selesai
membacakan makna kitab, ustadz memberi penjelasan permaslahan haid secara
detail, santri terkadang diminta untuk melengkapi kolom-kolom masa haid serta
disuguhkan pertanyaan terkait materi yang telah disampaikan yang terdapat dalam
kitab Risālah Al- Maḥīḍ.15

Sama halnya dengan keterangan dari Mila, salah satu santri kelas III ini
mengenai pelaksanaan pembelajaran,

Dalam pelaksanaan pembelajaran, ustadz Syukri memberikan sebuah


tugas kelas untuk melengkapi kolom masa haid, kemudian ustadz meminta salah
satu santri untuk melengkapi kolom haid yang ada di dalam buku, lalu bergantian
kedepan hingga kami memhami penjelasan ustadz Syukri. 16

14
Ibid.
15
Wawancara dengan Octa Viana, Santri Madrasah. Nurul Ihsan Trompo Kendal, 11 Mei
2021.
16
Wawancara dengan Ust. Syukri, Nurul Ihsan Trompo Kendal, 09 Mei 2021.
48

keterangan Mila selaras dengan keterangan Hasanah terkait pembelajaran


kitab Risālah Al- Maḥīḍ kelas III bahwa dalam pembelajaran kitab Risālah Al-
Maḥīḍ ustadz membacakan makna dari materi saat itu serta membacakan harakat
(tanda baca) dari kitab tersebut. Setelah itu, ustadz menjelaskan materi beserta
contoh kasusnya. Selain itu, santri juga diminta untuk mengerjakan kolom
pembagian masa haid dengan bantuan ustadz.17

Berdasarkan hasil wawancara, peneliti mengambil kesimpulan yaitu


metode yang digunakan oleh ustadz ketika mengajar kitab Risālah Al- Maḥīḍ
adalah metode ceramah, disertai pemberian sesi tanya jawab. Dalam penerapan
pengajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ pada III Madrasah Diniyah Nurul Ihsan tidak
berbeda jauh dengan keterangan yang peneiliti dapat dari santri. Selain itu, usatdz
memberikan tes kepada santri terkait materi untuk mengetahui tingkat kepahaman
santri disamping memberikan makna kitab Risālah Al- Maḥīḍ. mengenai kitab
Risālah Al- Maḥīḍ.

Selain metode ceramah, Ustadz Syukri juga membawa alat bantu untuk
memudahkan santri dalam memahami pembelajaran:

“Dalam proses pembelajaran, saya menyuruh mereka untuk menandai


jadwal haid masing-masing. Adapun peralatan yang harus dibawa yaitu
cukup membawa penggaris dan tiga spidol warna yaitu: merah, kuning,
dan hitam untuk menandai kitab Risālah Al- Maḥīḍ masing-masing supaya
lebih mudah untuk difahami.”18

Dalam menerapkan pembelajaran tentu terdapat langkah tahapan


pembelajaran yang dilakukan ustadz. Dalam pembelajaran kitab Risālah Al-
Maḥīḍ ini ustadz melakukan tahap-tahap pembelajaran, yaitu: mengucapkan
salam, berdo’a, masuk materi, melakukan tanya jawab, kemudian salam penutup.
Tahap pembelajaran dimulai dengan salam, kemudian memulai
pembelajaran, evaluasi sebentar dan salam penutup untuk pulang.
“Tahap pembelajaran yang saya lakukan biasanya ketika masuk kelas,
langsung salam, berdo’a, kemudian berkomunikasi sedikit atau bertanya-tanya

17
Wawancara dengan Mila, Santri Madrasah. Nurul Ihsan Trompo Kendal, 11 Mei 2021.
18
Wawancara dengan Ust. Syukri, Nurul Ihsan Trompo Kendal, 09 Mei 2021.
49

tentang materi kemarin, kemudian masuk pada materi, bila pada materi itu tidak
ada yang bertanya, saya yang bertanya mengenai apa yang telah saya
sampaikan/terangkan, setelah itu salam penutup dan pulang”. 19

Pengakuan dari santri juga menunjukkan bahwa ustadz dalam


melaksanakan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ yaitu, melakukan tahap-
tahap pembelajaran. Seperti yang dipaparkan Mila salah satu murid kelas III
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo kendal yaitu;

“Dalam tahap pembelalajaran untuk memulai pembelajaran, ustadz


membuka dengan salam, bismillah, hamdalah, sholawat dan Al-Fatihah kemudian
menanyakan tentang pelajaran yang kemarin, setelah itu baru memulai kegiatan
pembelajaran.”20

Tidak jauh berbeda dengan yang dipaparkan oleh Azka Amelia salah satu
murid kelas III Madrasah Diniyah Nurul ihsan Trompo kendal Ustadz dalam
memulai pembelajaran biasanya melakukan tahapan-tahapan sebelum pelajaran
dimulai yaitu; sebelum pelajaran dimulai ustadz mengucapkan salam dan diawali
dengan do’a, setelah itu ustadz bertanya tentang pelajaran minggu lalu, kemudian
dilanjutkan dengan masuk pada materi terkadang juga ada sedikit evaluasi,
kemudian penutup yang diakhiri dengan salam dan do’a. 21

c. Kegiatan akhir

Penutupan yaitu tahap yang dilakukan ustadz guna mengakhiri


pengajaran. Sampai disini, ustadz berusaha untuk tahu bagaiaman capaian tujuan
pengajaran. Sampai disini, pengajaran diselesaikan menggunakan sesi tanya jawab
terkait pembahasansulit dan tidak dipahami, penyimpulan pelajaran kemudian di
akhir adalah doa. Disamping hal tersebut, guna mengetahui level pemahaman
santri, ustadz memberikan soal kepada santri dengan menunjuk santri. Seperti
penjelasan ustadz syukri.

19
Wawancara dengan Ust. Syukri, Kepala Madrasah Nurul Ihsan Trompo Kendal, 15
Mei 2021.
20
Wawancara dengan Mila, Santri Madrasah. Nurul Ihsan Trompo Kendal, 11 Mei 2021.
21
Wawancara dengan Azka Amelia, Santri Madrasah. Nurul Ihsan Trompo Kendal, 16 Mei 2021.
50

“diakhir sesi, saya memberikan kesempatan kepada santri agar bertanya


terkait permasalahan yang masih tidak dimengerti, permaslahan tersebut
dibahas, kemudian saya membuat kesimpulan pembahasan, lalu saya coba
cari tingkat kepahaman santri dengan membrikn soal permasalahan haid
pada santri. Setelah semua dilakukan, saya meminta santri untuk
berdoa..”22

Kesimpulan yang diperoleh dari interview adalah ketika pembelajaran


kitab Risālah Al- Maḥīḍ terdapat tahapan- tahapan pembelajaran, yaitu: 1) Tahap
permulaan yang meliputi salam, berdo’a, menanyakan materi yang telah
dipelajari. 2) Tahap inti yaitu menyampaikan materi melalui, tanya jawab,
ceramah dan 3) Tahap penutup adalah meliputi tanya jawab dan salam penutup.
Observasi yang dilakukan peneliti sesuai dengan dengan hasil wawancara
bahwa ustadz syukri mengawali tahapan permulaan yang meliputi salam, berdo’a,
menanyakan materi yang telah dipelajari. Kemudian ustadz syukri tahap inti yaitu
menyampaikan materi dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan
Tahap penutup yaitu meliputi tanya jawab dan salam penutup.

3. Evaluasi pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ dalam meningkatkan pemahaman


fikih wanita di Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal.

Dalam pembelajaran, evaluasi dilakukan guna menilai level


kepemahaman santri terkait materi fiqih kewanitaan yang sudah diajarkan pada
kelas pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ. Evaluasi diterapkan lewat observasi
pada karakter santri ketika selesai menerima materi pembelajaran. ustadz Syukri
menjelaskan:

“Saya menerapkan evaluasi dengan melihat peningkatan kepamahaman


santri sebelumnya dan setelah ikut pembelajaran Risālah Al- Maḥīḍ.
Menurut saya, santri yang mengikuti pengajian kitab Risālah Al- Maḥīḍ
mengalami peningkatan pengetahuan pada permasalahan haid serta
istihāḍah.”23

Penjelasan tersebut diperkuat keterangan dari Mila Nur Milati:

22
Wawancara dengan Ust. Syukri, Nurul Ihsan Trompo Kendal, 09 Mei 2021.
23
Wawancara dengan Ust. Syukri, Nurul Ihsan Trompo Kendal, 09 Mei 2021.
51

“Saya lihat santri kelas III lebih peduli dan paham terkait haid dan
istihāḍah, hal ini dibuktikan dengan kebiasaan santri menandai tanggal. Selain itu,
santri juga saya lihat sering mendiskusikan kategori darah kuat darah lemah”24

Pemahaman fikih wanita santri meningkat setelah mengikuti pembelajaran


Risālah Al- Maḥīḍ sebelumnya tidak banyak paham tentang haid dan tatacara
menghitung waktu suci haid. Hasanah salah satu santri kelas III memberi
keterangan:

“Dengan adanya pembelajaran kitab ini saya menjadi lebih mengerti


terkait masa waktu haid. Sebelumnya, saya belum tahu tatacara
perhitungan waktu menstruasi seberapa lama dan cara perhitungan waktu
suci. Saat ini saya menjadi paham bahwa mengetahui lama waktu haid
perlu sekali untuk diketahui supaya kita tahu lama haid kita tiap
bulannya”25

Hal ini diperjelas oleh Oktavia salah satu santri kelas III:
“Sebelumnya saya kurang paham banyak tentang haid dan bagaimana
menetukan darah haid, setelah adanya pengakian kitab Risālah Al-
Maḥīḍ saya menjadi lebih tahu” 26

Hal ini diperjelas oleh Nisa Udiana salah satu santri kelas III. Dia
menjelaskan bahwa sebelum mengaji kitab Risālah Al- Maḥīḍ, dia tidak tahu
ternyata terdapat kategori warna darah dan waktunya sehingga bisa disebut haid
ataupun istihāḍah dan sekarang menjadi lebih paham. 27

Dari pengamatan yang dilakuakan, santri menjadi lebih paham karena


telah mendapat pembelajaran. Hal ini dapat diketahui dengan indikator santri
dapat menyelesaikan permasalahan sulitterkait perhitungan haid. Selain itu, santri
juga lebih peduli tentang haid, dibuktikan dengan pengakuan ketua kelas putri
yang sering melihat santri kelas III mendiskusikan permasalahan haid. 28

24
Wawancara dengan Santri Mila, Nurul Ihsan Trompo Kendal, 16 Mei 2021.
25
Wawancara dengan Santri Hasanah, Nurul Ihsan Trompo Kendal, 16 Mei 2021.
26
Wawancara dengan Santri Oktavia, Nurul Ihsan Trompo Kendal, 16 Mei 2021.
27
Wawancara dengan Santri Nisa Udiana, Nurul Ihsan Trompo Kendal, 16 Mei 2021.
28
Wawancara dengan Ketua Siska, Nurul Ihsan Trompo Kendal, 16 Mei 2021.
BAB IV
ANALISIS PEMBELAJARAN KITAB RISĀLAH AL- MAḤĪḌ DI
MADRASAH DINIYAH NURUL IHSAN

A. Analisis Perencanaan Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ di


Madrasah Diniyah Nurul Ihsan
Fikih adalah pondasi agama yang harus diajarkan kepada setiap umat
Islam. Karena dengan pengetahuan fikih yang baik akan menjadikan ibadah
kita sah sebagai upaya agar ibadah kita diterima Allah SWT.
Fikih wanita adalah fikih tematik khusus untuk wanita yang sangat
perlu dipahami selain kajian fikih dengan tema lain. Pembelajaran kitab
Risālah Al- Maḥīḍ di madrasah diniyah salafiyah nurul ihsan adalah dalam
rangka memberi pemahaman fikih kapada para santri karena fikih wanita
adalah materi yang sangat perlu dipelajari karena berkaitan dengan ibadah,
pembahasan haid dan istihāḍah.
Perencanaan adalah tahapan diawal sebelum semua kegiatan dimulai.
sehingga perumusan perencanaa adalah suatu yang sangat penting dan
berdasar banyak pertimbangan. Karena kwalitas dari sebuah perencanaan
berdampak pada tercapainya sebuah visi. Jika desain perencanaan bagus dan
berkualitas, makan tidak sulit untuk mencapai sebuah tujuan. Untuk
mendesain rencana belajar, guru memulai dengan merumuskan tahapan diawal
belajar.
Data yang diperoleh peneliti menunjukan bahwa tahap perencanaan
pembelajaran dimulai dari penentuan tujuan. Tujuan adalah bagian penting
dan perlu tentukan lebih awal untuk sebuah kegiatan. Hal ini dikarenakan
tujuan adalah dasar acaun dalam melangkah dan menerapkan suatu kegiatan
pembelajaran yaitu agar para santri memahami materi fikih wanita terkait haid
dan istihāḍah secara mendalam.
Proses yang dilakukan ustad yaitu perumusan material pembelajaran
yang akan digunakan santri sebagai referensi dalam belajar. Perencanaan

52
53

pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ di Madrasah Diniyah Nurul Ihsan sudah
selaras dengan teori yang terdapat dalam bab II yang meliputi: (1) penetapan
kegiatan yang akan diterapkan oleh pengajar, waktu serta bagaimana cara
penerapan pembelajarannya, (2) pembatasan target pengetahuan yang
berdasarkan pada tujuan instruksional khusus dan menetapkan pelaksanaan
kerja untuk mencapai hasil yang maksimal melalui proses penentuan target
pembelajaran, (3) mengembangkan alternatif-alternatif yang sesuai dengan
strategi pembelajaran, (4) mengumpulkan dan menganalisis informasi yang
penting untuk mendukung kegiatan pembelajaran dan (5) mempersiapkan dan
mengkomunikasikan rencana-rencana dan keputusan-keputusan yang
berkaitan dengan pembelajaran kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Jika
prinsip-prinsip ini terpenuhi, secara teoritik perencanaan pembelajaran itu
akan memberi penegasan untuk mencapai tujuan sesuai skenario yang disusun.
Dimana sumber pembelajaran adalah hal yang sangat penting dan menjadi inti
pengetahuan yang akan disampaikan kepada peserta didik karena materi
belajar adalah komponen inti dalam pembelajaran. Lewat materi pembelajaran
santri dibawa kepada target pembelajaran.. Pada bembelajaran kitab Risālah
Al- Maḥīḍ, ustad menyampaiakan pengetahuan terkait haid. Ustadz
mengambil materi fikih wanita dari kitab Risālah Al- Maḥīḍ, menjelaskan
dengan detail bagaimana haid, pengertiannya, macam, hukum dan lainnya
yang terjadi pada wanita. Selain itu, ustad juga melengkapi pembahasan
materi dari kitab – kitab lain untuk memperkaya referensi.
Alokoasi waktu adalah hal yang harus dirumusakan oleh ustad. Karena
hal ini berhubungan dengan banyak waktu dan materi yang harus
disampaiakan. Seorang ustad haruslah memikirkan betul seperti apa alokasi
waktu dan materi yang akan disampaikan. Alokasi waktu yang tepat akan
berdampak pada penyampaian materi yang maksimal. Pembelajaran kitab
Risālah Al- Maḥīḍ dilaksankan setiap selasa pukul 19.00-20.00.
Dalam pelaksanaan pembelajaranya kelas III Ibtida’ Madrasah Diniyah
Nurul Ihsan Trompo Kendal, kendala yang dihadapi salah satunya adalah
keterbatasan waktu yang hanya 1 jam, waktu tersebut dirasa kurang. Karena
54

dalam pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ ini dalam menjelaskan butuh
waktu yang lama, yang mungkin adalah 2 jam atau 2 jam 30 menit, satu kali
tatap muka.
Dari hasil wawancara peneliti dengan ustadz Syukri, faktor keterbatasan
waktu masih menjadin penghambat pemebelajaran. Waktu yang terbatas yang
dihadapkan pada materi yang harus disampaikan cukup banyak menjadikan
santri kewalahan dalam menerima mater terutama bagi santri yang belum
pernah mengetahui sama sekali terkait materi haid. Hal ini tentu bisa menjadi
permasalahan tidak tercapainya tujuan pembelajaran.
Dalam pelaksanaan pembelajaran ini alokasi yang diberikan hanya 1
jam itu sudah maksimal. Dengan waktu yang hanya 1 jam sangat kurang untuk
menyampaikan materi kitab Risālah Al- Maḥīḍ. Pemberian alokasi waktu 1
jam itu kurang, karena masalah yang dibahas banyak, seperti hal nya dalam
satu poin dalam bab itu bisa digambarkan beberapa contoh soal dan itu
membutuhkan waktu banyak, seperti yang dipaparkan oleh ustadz Syumar
yaitu dengan alokasi waktu 1 jam yang diberikan itu kurang, karena dalam
satu poin saja bisa digambarkan beberapa masalah. Dari masalah itu bisa
dibuat beberapa contoh soal dan waktunya juga banyak, tapi biasanya saya
memberikan soal terus dibuat PR (pekerjaan rumah), untuk dibahas pertemuan
yang akan datang.
Adapun menurut Azka, santri kelas III Ibtida’ Madrasah Diniyah Nurul
Ihsan Trompo Kendal tentang problematika dalam pelaksanaan pembelajaran
adalah: Dalam pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ ini, ustad mengalami
sedikit kendala dalam penyampaianya, karena tidak semua santri memahami
apa yang beliau sampaikan, sebab ada beberapa santri yang baru mengalami
haid dan mereka masih kesulitan dalam membedakan warna darah. Seperti
saya sendiri yang baru mengalami haid 3 bulan yang lalu, dan saya baru
mengetahui sekarang tentang tata cara membedakan warna haid dan lain
sebagainya. setelah mempelajari Kitab Risālah Al- Maḥīḍ ini sekarang saya
menjadi lebih faham mengenai masalah haid. Maka dari itu ustadhah juga
perlu waktu yang lama dalam menjelaskan secara gamblang.
55

Sama juga dengan yang dikatakan oleh Mila selaku santri kelas III
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal, mengenai waktu yang kurang
dalam pelaksanaan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ, yaitu sebagai
berikut:
Dalam proses pembelajaran, ustadz cenderung banyak mmemakai
metode ceramah, untuk pendiskusian pertanyaan sesekali diaadakan. Waktu
sekolah yang hanya 1 jam dan seminggu sekali dirasa kurang untuk ukuran
pelajaran Risālah Al- Maḥīḍ yang memang wajib dipelajari kaum hawa.
Selain itu, guru mendesain pembelajaran yang menghasilkam nuansa
senang dan dapat memotivasi santri untuk semangat mengikuti pembelajaran
dan menyimak penyampaian materi dari ustadz, mengingat mempelajari fiqih
wanita adalah suatu keharusan.

B. Analisis Pelaksanaan Pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ dalam


Meningkatkan Pemahaman Fikih Wanita.
Pembelajaran adalah salah satu usaha manusia untuk mendapatkan
sebuah pemahaman dan pemahaman yang islami diperoleh dari pendidikan
bernafaskan Islami. term pedidikan secara umum dalam islam mengacu
kepada term al-tarbiyah, al-ta’dib, dan al-ta’lim. Dari ketiga istilah tersebut
term yang populer digunakan dalam pendidikan Islam adalah term al-tarbiyah.
Walaupun kata ini memiliki banyak arti, tetapi pengertian dasarnya
menunjukkan makna tumbuh, berkembang, memelihara, merawat, mengatur,
dan menjaga kelestarian. Pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ sesuai
penejlasan terminologi al-tarbiyah yang mengandung unsur pndidikan terdiri
empat dari unsur pendekatan, yaitu: (1). Memelihara dan menjaga fitrah
peserta didik menjelang dewasa (baligh). Dengan belajar kitab Risālah Al-
Maḥīḍ, santri menjadi paham tentang hukum Allah pada waktu sudah baligh
yang berkaitan dengan haid dan istihāḍah (2). Mengembangkan seluruh
potensi menuju kesempurnaan (3). Mengarahkan seluruh fitrah menuju
kesempurnaan. (4) Melaksanakan pendidikan secara bertahap. Pembelajaran
kitab Risālah Al- Maḥīḍ di Madrasah Nurul Ihsan dilakukan secara bertahap
56

dengan materi dasar-dasar tentang hukum haid sampai pada hukum


permasalahan dalam haid yang lebih rumit. Dari konsep al-tarbiyah tersebut,
pelaksanaan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ sesuai dengan setiap poin
yang ada Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kitab Risālah Al-
Maḥīḍ di Madrasah sesuai dengan Teori pendidikan Islam.
. Kemudian, pelaksanaan pembelajaran kitab sesuai dengan firman
Allah SWT tentang pembelajaran dalam surat al An’am ayat 105:

َ ‫ت َو ِل َيقُ اولُ اوا دَ َر اس‬


َ‫ت َو ِلنُ َب ِينَه ِلقَ او ٍم يَّعا لَ ُم اون‬ ٰ‫ف ا‬
ِ ‫اۡل ٰي‬ َ ُ‫َك ٰذ ِل َك ن‬
ُ ‫ص ِر‬
Artinya: ”Dan demikianlah Kami menjelaskan berulang-ulang ayat-
ayat Kami agar orang-orang musyrik mengatakan engkau telah mempelajari
ayat-ayat itu (dari ahli kitab) dan agar Kami menjelaskan al-Qur’an itu
kepada orang-orang yang mengetahui”.1

Lafad darasa bermakna “engkau telah mempelajari” sebagai kegiatan


membaca dengan seksama untuk dihafalkan atau dimengerti. Dengan belajar,
seseorang akan mendapat pemahaman yang bermanfaat. Ilmu yang dipelajari
harus diterapkan sehingga memberi pengaruh baik pada kepribadian dan
perilaku pembelajar.
Pelaksanaan pengajian kitab Risālah Al- Maḥīḍ dilaksanakan setiap
selasa pukul 19.00-20.00 yang bertempat di ruang kelas sesuai jadwal yang
ditentukan Pelaksanaan tersebut dilakukan sesuai dengan persiapan dan
perencanaan pembelajaran yaitu menyiapkan materi yang akan diajarakan
yaitu diambil dari kitab Risālah Al- Maḥīḍ dan menyiapkan metode
pembelajaran yang akan digunakan. Pelaksanaan program adalah perealisasian
rencana program pembelajaran. Dalam penerapanya ustadz memakai tahapan,
yaitu diawal, ustad menyiapkan peserta didik, mengucap bismillah, hamdalah,
sholawat dan Al-fatihah, dan memberi motavasi. Dalam tahap awal pengajian,
ustadz juga mereview pembahasan yg sudah pernah diajarakan. Kegiatan ini
dimaksudkan untuk menjaga pemahaman santri agar tidak lupa.. Pada awal

1
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Bandung: PT. Syamil Cipta
Media, 2005), hlm. 141.
57

kegitaan pembelajaran, kegiatan yang dilakukan ustad sudah sesuai dengan


teori Mulyasa dalam buku Perencanaan Pembelajaran; Mengembangkan
Standar Kompetensi Guru, yaitu ustad menegcek kesiapan siswa secara psikis
dan fisik untuk mengikuti proses pembelajaran, memberi motivasi belajar
peserta didik secara kontekstual sesuai manfaat dan aplikasi materi ajar dalam
kehidupan sehari-hari, mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang mengaitkan
pengetahuan sebelumnya dengan materi yang akan dipelajari. Namun, ustad
tidak menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi dasar yang akan
dicapai dan menyampaikan cakupan materi dan penjelasan uraian kegiatan
sesuai silabus. Sehingga ketidaksesuaian pelaksanaan pembelajaran pada
tahap awal adalah ustad tidak menjelelaskan tujuan pembelajaran sedangkan
komponen – komponen lain sudah sesuai dengan teori pendidikan dari
Mulyasa.
Kemudian pada tahap ini, ustad menyampaakan materi yang sudah
disiapkan sebelumnya. Materi tersebut bersumber dari kitab risalatul mahid
dan sumber lain yang relevan. Ustad memakain metode belajar seperti yang
sudah direncanakan. Metode- metode yang digunakan ustad bertujuan untuk
memaksimalkan kegiatan pembelajaran. Dengan metode yang tepat santri
dapat memahami materi dengan baik dan maksimal yang nantinya santri dapat
menerapkan materi pengetahuan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Metode ceramah
Metode ceramah adalah cara pemeberian materi pada santri secara
lisan. Poin dalam metode tersebut adalah untuk memeprmudah
pehamaman materi dengan cara lisan serta dapat mendorong santri agar
menerapkan materi yang diajarkan. Ustadz menjelaskan secara mendalam
dan santri mendengarkan.

2. Metode tanya jawab


58

Metode tanya jawab adalah memberikan pertanyaan kepada siswa.


Setelah ustadz menjelaskan materi, ustadz kemudian mengajukan waktu
pada peserta didik untul menanyakan penjelasan yang belum dimengerti.
Metode ini dimaksudkan agar santri lebih paham dengan materi yang
diajarkan.
3. Metode diskusi
Metode diskusi adalah salah satu cara untuk memecahkan masalah
yang dihadapi, baik dua orang atau lebih yang masing-masing mengajukan
argumentasinya untuk memperkuat pendapatnya hingga menghasilkan hal
yang disepakati bersama. Ustadz memberikan permasalahan tentang
materi, santri diminta untuk mendiskusikan. Kemudian, santri diminta
menjelaskan argumentasi mereka. Metode – metode yang digunakan
dalam kegiatan inti sudah sesuai dengan teori pendidikan dari Hamzah B.
Uno dan Nurdin Muhammad yaitu ustad memakai metode ceramah untuk
penyampaian pembelajaran serta metode Tanya jawab juga pendiskusian
permasalahan untuk menjadikan santri lebih paham dengan materi yang
diajarkan.
Selain penggunaan metode dalam penyampaian materi, Ustadz
menggunakan media alat bantu pengajaran seperti papan tulis, alat tulis,
tanggalan dll. Disamping metode, ustad memakai alat bantu dalam kegiatan
pembelajaran seperti, papan tulis dan tanggalan.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti dalam penyampain
materi, ustadz menggunakan metode ceramah dengan menjelaskan isi dari
kitab Risālah Al- Maḥīḍ secara mendalam. santri mendengarkan penjelasan
materi dari ustadz dengan baik. Namun, penggunaan metode ceramah
cenderung menjadikan santri bosan. Oleh karena itu, selain metode ceramah
ustadz memakai metode tanya jawab hal ini dimaksudkan agar santri lebih
aktif ketika pemebelajaran. Dalam pelaksanaan pemebelajaran kitab Risālah
Al- Maḥīḍ di tahapan ahir adalah pemeberian nilai dan penutup. Sesuai
observasi, ustad mengakhiri kegiatan pengajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ
dengan mengajukan permasalahan terkait perhitungan masa haid dan kejadian
59

yang sering dihadapi permpuan. Hal ini dimaksudkan untuk menilai


kedalaman pemahaman santri pada bab fiqih wanita dan penerapannya pada
keadaaan nyata. Dengan cara itu, ustad dapat memahami tingkat pemahaman
santri. Tahap ini sesuai dengan teori Hamzah B. Uno dan Nurdin Muhammad
tentang metode Tanya jawab yaitu ustad menggunakan metode ini untuk
menambah pemahaman santri serta mengetahui tingkat pemahaman materi.

C. Analisis Evaluasi Pemebelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di Kelas III


Madrasah Diniyah Nurul Ihsan

Evaluasi adalah hal yang diajarkan dalam pokok ajaran Islam. Evaluasi
sangat berguna untuk mengukur apakah kegiatan kitah sudah sesuai dengan
nilai – nilai kebaikan.

َّ ‫س َما قَ َّد َمتْ ِلغَ ٍد ۖ َواتَّقُوا‬


ۚ َ‫َّللا‬ ٌ ‫ظ ْر نَ ْف‬
ُ ‫َّللاَ َو ْلتَ ْن‬ َ ‫يَا أَيُّ َها الَّذ‬
َّ ‫ِين آ َمنُوا اتَّقُوا‬
َ ُ‫ير ِب َما تَ ْع َمل‬
‫ون‬ ٌ ‫َّللاَ َخ ِب‬
َّ ‫إِ َّن‬
Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah.
Hendaklah setiap orang memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk
hari esok (ahkirat). Bertakwalah kepada Allah. Sungguh, Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (Surat Al-Hasyr ayat 18).2

Hal demikian menjadi pertanda jika mengevaluasi hal yang sudah kita
lakukan adalah hal yang sangat penting sebagai hamba Allah. Evaluasi sangat
penting sebagai gambaran bagaiamana keberhasilan kegiatan yang sudah kita
lakukan dalam pembelajaran. Setelah pembelajaran dilaksanakan, ustadz
melihat tingkat kepahaman siswa terkait fikih wanita. Melalui observasi ustad
dapat melihat tingkah laku yang berubah karena pehaman terkait fiqih wanita
telah bertambah dibanding sebelumnya. Selain itu, ustadz dapat mengetahui
tingkat pemahaman santri tidak hanya dari bagaimana perubahan tngkah laku

2
Departemen Agama RI, Alqur’an Surat Al Hasyr ayat 18 ( Jakarta : Surprise, 2012 ), hlm. 549.
60

santri namun juga dapat diketahui dari berbagai faktor diantaranya dengan
melihat catatan penganggalan menstruasi. Santri yang mengalami haid yang
tidak teratur maka akan diberi waktu khusus untuk pembinaan.
Model Evaluasi yang digunakan dalam pembelajaran kitab Risālah Al-
Maḥīḍ di kelas III Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal sesuai
dengan model evaluasi Goal Oriented Evalution / Model Tayler.dengan
memakai evalusai ini, pengajar dapat mengetahui kesesuaian pembelajaran
yang diterapkan dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Penggunaan
evaluasi ini dilakukakn kepada santri sebelum mengikuti pemebelajaran dan
setelah mengikuti pembelajaran. Kemudian, pengamatan tingkah laku sebelum
dan sesudah pembelajaran adalah sebagai hasil dari evaluasi, apakah sudah
selaras dengan tujuan pembelajaran atau belum. Perubahan ini juga harus
dipastikan bahwa memang benar-benar disebabkan karena pemahaman yang
diperoleh dari pembelajaran.
Evalasi ini diterapkan dengan cara penugasan kepoada santri. Santri
diminta untuk melakukan pencatatan masa haid. Hal tersebut tentu dapat
menjadikan siswa terlatih dalam mengaplikasikan bagaimana cara mengitung
masa suci.
Kemudian, Peneliti juga menggunakan teori pendidikan islam dari
Ramayulis untuk menganalisa evalusai yang dilakukan ustad. Hasil analisa
menunjukan bahawa ustadz melakukan evaluasi hampir disemua tahapan
evaluasi pembelajaran dalam teori pendidikan Islam Ramayulis, yaitu

1. Penentuan Tujuan Evaluasi


Evaluasi dilakukan oleh ustad untuk mengukur ketercapaian tujuan
pembelajaran yaitu pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ diadakan
agar santri memahami hukum fiqih terkait haid. Tujuan pembelajaran
ini sesuai dengan tujuan pendidikan islam yaitu untuk menjadi
manusia paripurna ( insan kamil ) karena fiqih adalah salah satu ilmu
islam yang harus dipelajari untuk menjadi seorang insan kamil.
2. Penyususnan Kisi-kisi soal
61

Ustad melakukan penyusun kisi – kisi soal sesuai dengan materi yang
ada pada kitab Risālah Al- Maḥīḍ. Soal ini nantinya diberikan pada
saat tes semester. Sehingga, tahap ini sesuai dengan teori pendidikan
islam.
3. Telaah atau review dan revisi soal
Pada tahap ini ustad menelaah soal, apakah soal terlalu sulit bagi
santri. Hal ini dilakukan dengan baik oleh ustad sehingga tahap ini
sesuai dengan teori pendidikan islam.
4. Uji Coba (try out)
Tahap ini tidak dilakukan ustad.
5. Penyusunan soal
6. Penyajian tes
Soal yang sudah dibuat oleh ustad diberikan pada santri saat ulangan
tiap bab dan tes semester. Tes yang diberikan kepada santri sesuai
dengan teori pendidikan islam.
7. Scorsing
Ustad mengoreksi jawaban santri apakah sudah sesuai dengan materi
yang diajarkan
8. Pengolahan hasil tes
Nilai yang diperoleh santri dari ulangan dan tes semester selanjutnya
digabung dan diolah oleh ustad
9. Pelaporan hasil tes
Nilai yang diperoleh oleh santri kemudian dilaporkan kepada wali
kelas untuk dimasukan pada buku raport
10. Pemanfaatan hasil tes
Analisa yang dilakukan peneliti menunjukan bahwa ustad melakukakan
evaluasi sesuai dengan teori serta ada beberapa tahapan yang kurang maksimal
dan tidak dilakukan oleh ustad.
Beberapa indikator yang digunakan ustad untuk mengetahui tingkat
pemahaman santri adalah dengan melihat kemampuan santri dalalm
membedakan warna darah dan pemahaman santri yang masih diingat dari
62

pembelajaran sebelumnya.pada pengajian kitab Risālah Al- Maḥīḍ Di


Madrasah Diniyah Nurul Ihsan. Serta mampu menerapkan penegetahuan yang
sudah diperoleh untuk menyelsaikan permasalahan haid tiap bulan.
Selain itu, observasi yang dilakukan peneliti pada evaluasi yang dilkukan
ustad adalah tes/soal yang diberikan terhadap santri. Tes ini terdiri dari
ulangan harian ataupun tes semester. Dari tes tersebut ustad menjadi paham
keefektifan pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ yang diterapkan. Hasil yang
diperoleh dari pemberian tes digunakan untuk menambah data evaluasi goal
oriented evaluation yaitu jika pemahaman siswa sudah baik maka
mengindikasikan pengajaran telah sesuai dengan apa yang diharapkan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan

Penulis menyimpulkan skripsi dengan judul Pembelajaran kitab Risālah Al-


Maḥīḍ Di Kelas III Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal dengan menguraikan
pengkajian Bab I sampai Bab IV dengan keterangan sebagai berikut ini:
Pertama, perencanaan pemebelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ yang dilakukan di
Madrasah Diniyah Nurul Ihsan adalah (a) Perumusan tujuan yaitu untuk memberikan
peningkatan pemahaman pasada santri terkait fiqih wanita, (b) Penentuan bahan atau
materi dari kitab Risālah Al- Maḥīḍ seputar materi haid, nifas dan istihāḍah, (c)
Penentuan metode yaitu ceramah, tanya jawab, dan diskusi, (d) Penentuan media yaitu
ustadz mengunakan papan tulis dan tanggalan (e) Penentuan alokasi waktu yang
dilaksanakan yaitu pada hari selasa pukul 19.00-20.00.
Kedua, pengajian kitab Risālah Al- Maḥīḍ dilaksanakan pada hari selasa pukul
19.00-20.00 bertempat di ruang kelas sesuai jadwal yang sudah ditentukan oleh
kepengurusan madrasah. Kegiatan ini dimulai dengan bismillah, hamdalah, sholawat dan
Al-Fatihah, kemudian ustadz memberikan materi fiqih wanita dari kitab Risālah Al-
Maḥīḍ dan sumber lain yang relevan dengan metode ceramah. Pemberian stimulus
pertanyaan diakhir pembelajaran dimaksudkan supaya santri terdorong untuk memahami
secara lebih terkait bab yang diaharkan. Di akhir pembelajaran kitab Risālah Al- Maḥīḍ
ustad memberikan kesimpulan materi dan berakhir dengan ucapan salam dari ustad.
Ketidaksesuaian teori pada pelaksanaan pembelajaran pada tahap awal adalah ustad tidak
menjelelaskan tujuan pembelajaran sedangkan komponen – komponen lain sudah sesuai
dengan teori Mulyasa.Persiapan dan metode pembelelajaran yang diterapkan sesuai
dengan teori pendidikan islam.
Ketiga, evaluasi pembelajaran yang dilakukan yaitu dengan melalui tes lisan dan
pemberian tugas, observasi sikap santri yaitu dengan melihat penghitungan masa suci
haid santri. Hal ini sesuai dengan model evaluasi Goal Oriented Evalution / Model Tayler
yaitu evaluasi dengan melihat tujuan pembelajaran. Dari evaluasi yang dilakukan
menunjukan bahwa pemebelajaran kepada santri sesuai dengan tujuan pembelajaran yaitu
santri menyelesaikan permasalahan dan persoalan terkait haid, nifas, dan istihadloh, juga
mampu menerapakan pengetahuan dari pembelajaran pada keseharian. Peneliti jaga
menggunaka teori Ramayulis untuk melihat apakah tahapan evaluasi pembelajaran sesuai

63
64

dengan pendidikan islam. Analisa peneliti menunjukan bahwa evaluasi pembelajaran


yang dilakukan ustad sebagian besar sudah sesuai dengan teori pendidikan islam
Ramayulis dan hanya beberapa tahap yang tidak dilakukan.

B. Saran

Ada beberapa saran yang perlu untuk dikemukakan dalam Pembelajaran Kitab
Risālah Al- Maḥīḍ Di kelas III Ibtida’ Madrasah Diniyah Nurul Ihsan Trompo Kendal
yaitu:
1. Kepada ustadz pemateri Kitab Risālah Al- Maḥīḍ sebaiknya untuk menerapkan
metode pembelajaran yang bervariasi sehingga santri tetap bersemangat dalam
kegiatan pembelajaran.
2. Untuk pembimbing Pembelajaran Kitab Risālah Al- Maḥīḍ, untuk melakukan
pendampingan terhadap santri untuk menyelesaikan permasalahn yang sekiranya
santri tidak dapat menyelesaikan.
3. Bagi santri, untuk memanfaatkan dengan baik pengajian Kitab Risālah Al- Maḥīḍ,
karena pembelajaran fiqih wanita sangat penting sebagai landasan dalam melakukan
ibadah.
4. Tes tulis dan lisan dianggap perlu untuk mengamati pemahaman santri terkait materi
yang diajarkan. Jika dirasa metode yang diterapkan kurang sesuai, ustad dapat segera
melakukan penyesuaian. Tes tulis dan lisan ini sebaiknya sudah disiapkan dan ada
dokumentasi yang jelas dari ustad agar dapat dijadikan acuan pembelajaran
selanjutnya.
C. Kata Penutup

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah. Karena petunjuk-Nya, Penulis dapat


menyelesaikan skripsi ini.
Manusia adalah insan yang banyak memiliki kesalahan dan Allah lah Dzat
yang Maha sempurna. Kesalahan penulis dalam menyusun skripsi ini adalah murni
karena kekurangan penulis. Kritik dan saran yang membangun sangat penulis
harapkan untuk menjadi bahan evaluasi dan pembelajaran.
Akhir kata, dengan ridho Allah dan doa semua pembaca semoga menjadikan
skripsi ini sebagai amal baik penulis yang tidak henti-hentinya memberikan
kemanfaatan. Amin.

You might also like