You are on page 1of 24

MAKALAH

TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS DALAM PEMERINTAHAN


DAERAH: ANALISIS HUKUM ADMINISTRASI NEGARA UNTUK
MENINGKATKAN GOOD GOVERNANCE
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Transparansi dan akuntabilitas adalah dua pilar penting dalam pembentukan
pemerintahan yang baik (Good Governance)1. Di tingkat pemerintahan daerah, ini
menjadi semakin krusial, mengingat peran penting yang dimainkan oleh pemerintah
daerah dalam memberikan pelayanan kepada warga setempat. Keterbukaan
(transparansi) dalam tindakan pemerintah dan akuntabilitas dalam penggunaan
sumber daya publik adalah prinsip-prinsip yang esensial untuk memastikan bahwa
pemerintah daerah bekerja demi kepentingan masyarakat, menghindari korupsi,
serta mempromosikan keterlibatan warga dalam proses pengambilan keputusan2.
Analisis Hukum Administrasi Negara, sebagai kerangka hukum yang mengatur
cara pemerintahan beroperasi, memiliki peran yang sangat penting dalam
memastikan bahwa prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas terjaga dengan
baik. Dalam konteks pembahasan ini, penulis akan menggali lebih dalam bagaimana
hukum administrasi negara berperan dalam menciptakan kerangka kerja hukum
yang memungkinkan pengawasan yang efektif terhadap tindakan pemerintah daerah,
serta bagaimana hal ini dapat berkontribusi pada pencapaian Good Governance.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana peraturan dan perundang-undangan dalam Hukum Administrasi
Negara mengatur aspek transparansi dalam pemerintahan daerah, khususnya
dalam hal pengungkapan informasi publik?
2. Bagaimana akuntabilitas pemerintah daerah diatur oleh kerangka hukum
administrasi negara, dan apa mekanisme yang ada untuk memastikan
akuntabilitas dalam penggunaan sumber daya publik?
3. Apa hambatan dan tantangan utama yang dihadapi dalam menerapkan prinsip
transparansi dan akuntabilitas di tingkat pemerintahan daerah?
4. Bagaimana peran pihak-pihak terkait, seperti lembaga pengawasan, masyarakat

1
Amir, M. Y. D. L. (2014). Penguatan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dalam Pembentukan
Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Pilar Penegakan Hak Asasi Manusia Di Indonesia. Jurnal Ilmu
Hukum Jambi, 5(2), 43280.
2
Said, A. L. (2018). Corporate Social Responsibility dalam perspektif governance. Deepublish.
sipil, dan media dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas di pemerintahan
daerah?
5. Bagaimana praktik Good Governance di pemerintahan daerah berdampak pada
pembangunan lokal dan kesejahteraan masyarakat setempat, dan dalam konteks
ini, apa manfaat konkrit yang dapat diidentifikasi dari peningkatan transparansi
dan akuntabilitas?
6. Bagaimana pengalaman pemerintahan daerah dalam menerapkan prinsip
transparansi dan akuntabilitas berbeda-beda di berbagai wilayah atau negara?
7. Bagaimana hukum administrasi negara dapat diperkuat atau dimodifikasi untuk
mempromosikan lebih efektif transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan
daerah?
8. Bagaimana dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
terhadap transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan daerah, dan apa
implikasinya dalam konteks hukum administrasi negara?
9. Bagaimana penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat
ditingkatkan untuk mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam
pemerintahan daerah, dan apa implikasi hukum administrasi negara yang perlu
dipertimbangkan untuk memfasilitasi penerapan TIK dalam konteks ini?

C. Tujuan
1. Untuk memahami kerangka hukum yang mengatur transparansi dalam
pemerintahan daerah, dengan fokus pada peraturan dan undang-undang yang
berkaitan dengan pengungkapan informasi publik.
2. Untuk menganalisis kerangka hukum yang mengatur akuntabilitas dalam
pemerintahan daerah, termasuk mekanisme yang ada untuk memastikan
akuntabilitas dalam penggunaan sumber daya publik.
3. Untuk mengidentifikasi hambatan dan tantangan utama yang dihadapi dalam
menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas di tingkat pemerintahan
daerah, serta mencari solusi atau rekomendasi untuk mengatasi hambatan
tersebut.
4. Untuk mengevaluasi peran lembaga pengawasan, masyarakat sipil, dan media
dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas di pemerintahan daerah, serta
menyelidiki sejauh mana mereka efektif dalam melaksanakan peran tersebut.
5. Untuk mengukur dampak praktik Good Governance di pemerintahan daerah
pada pembangunan lokal dan kesejahteraan masyarakat setempat, serta
mengidentifikasi manfaat konkrit dari peningkatan transparansi dan
akuntabilitas.
6. Untuk membandingkan pengalaman pemerintahan daerah dalam menerapkan
prinsip transparansi dan akuntabilitas di berbagai wilayah atau negara, dan
menganalisis perbedaan, kesamaan, dan pelajaran yang dapat dipetik dari
pengalaman tersebut.
7. Untuk merumuskan rekomendasi kebijakan yang bersifat praktis berdasarkan
hasil penelitian, dengan tujuan memperkuat hukum administrasi negara atau
memberikan panduan bagi pemerintah daerah dalam meningkatkan transparansi
dan akuntabilitas.
8. Untuk menyelidiki dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
(TIK) pada transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan daerah dan
memberikan pandangan mengenai cara memanfaatkan TIK untuk meningkatkan
tata kelola pemerintahan yang baik.
9. Untuk menganalisis sejauh mana TIK telah digunakan dalam praktik
pemerintahan daerah untuk meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
BAB II PEMBAHASAN

A. Peraturan dan perundang-undangan dalam Hukum Administrasi Negara


Peraturan dan perundang-undangan dalam Hukum Administrasi Negara
memiliki peran kunci dalam mengatur aspek transparansi dalam pemerintahan
daerah, terutama dalam hal pengungkapan informasi publik 3. Di banyak negara,
terdapat undang-undang dan regulasi yang secara khusus mengamanatkan bahwa
pemerintah daerah harus mengungkapkan informasi kepada masyarakat. Hal ini
bertujuan untuk memastikan bahwa warga negara memiliki akses yang layak ke
informasi yang berkaitan dengan keputusan pemerintah, pengelolaan sumber daya
publik, dan kinerja pemerintah daerah.
Dalam kerangka hukum administrasi negara, peraturan mengatur berbagai aspek
transparansi, seperti kewajiban pemerintah daerah untuk menyediakan informasi
yang akurat, lengkap, dan mudah diakses kepada publik. Undang-undang tersebut
juga menetapkan batasan-batasan yang mungkin ada terkait dengan informasi yang
harus diungkapkan demi kepentingan keamanan nasional, privasi, atau kebijakan
tertentu4. Selain itu, regulasi seringkali memuat ketentuan mengenai tata cara
permintaan informasi oleh warga dan prosedur pengaduan jika informasi tersebut
ditolak.
Regulasi juga bisa mencakup sanksi atau tindakan hukum jika pemerintah
daerah tidak mematuhi kewajiban pengungkapan informasi publik 5. Dengan
demikian, hukum administrasi negara memberikan kerangka kerja hukum yang
penting untuk mempromosikan transparansi dalam pemerintahan daerah. Pentingnya
pengaturan ini adalah untuk menjaga prinsip-prinsip akuntabilitas, mencegah
penyalahgunaan wewenang, dan memungkinkan partisipasi aktif warga dalam
proses pengambilan keputusan pemerintah daerah. Keseluruhan, peraturan dan
3
Ardin, A. T., Adiningsih, C. N., Sofyan, D. R., & Irawan, F. (2022). Tinjauan Hukum Administrasi
Negara Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Program Pengungkapan Sukarela. Journal of Law,
Administration, and Social Science, 2(1), 33-44.
4
Randa, I. D. B., & Haryanto, I. (2021). Perlindungan Hukum Atas Data Wajib Pajak Dalam Sistem
Automatic Exchange Of Information (AEOI) Studi Perbandingan Indonesia Uni Eropa. Legal Standing:
Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 25-37.
5
Wijaya, H., & Selian, M. A. H. (2022). TANGGUNG JAWAB HUKUM RUMAH SAKIT
TERHADAP HAK PASIEN DI ERA PANDEMI COVID-19. Jurnal Medika Hutama, 3(02 Januari),
1799-1810.
perundang-undangan dalam Hukum Administrasi Negara menjadi fondasi penting
dalam memastikan bahwa pemerintahan daerah menjalankan tugasnya secara
terbuka dan transparan kepada publik.
Peraturan dan perundang-undangan dalam Hukum Administrasi Negara
mengatur aspek transparansi dalam pemerintahan daerah, khususnya dalam hal
pengungkapan informasi publik, sebagai berikut:
1. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
Undang-Undang ini mengatur tentang hak setiap orang untuk memperoleh
informasi publik, termasuk informasi yang dihasilkan, disimpan, dikelola, dan/atau
dikuasai oleh penyelenggara negara. Pemerintah daerah sebagai penyelenggara
negara berkewajiban untuk menyediakan, memberikan, dan/atau menerbitkan
informasi publik yang berada di bawah kewenangannya.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 94 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan
Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang penyelenggaraan pemerintahan
daerah yang terbuka, aspiratif, partisipatif, akomodatif, kolaboratif, dan
bertanggungjawab. Pemerintah daerah wajib menerapkan prinsip transparansi dalam
penyelenggaraan pemerintahannya, termasuk dalam hal pengungkapan informasi
publik.
3. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2017 tentang Pedoman
Pengelolaan Informasi dan Dokumentasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Peraturan Menteri ini mengatur tentang pengelolaan informasi dan dokumentasi
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pemerintah daerah wajib menyusun dan
menetapkan rencana kerja pengelolaan informasi dan dokumentasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah, yang salah satu isinya adalah rencana penyediaan informasi
publik.

B. Akuntabilitas pemerintah daerah diatur oleh kerangka hukum administrasi


negara
Akuntabilitas pemerintah daerah diatur oleh kerangka hukum administrasi
negara dengan sejumlah peraturan dan mekanisme yang dirancang untuk
memastikan bahwa pemerintah daerah bertanggung jawab dalam penggunaan
sumber daya publik6. Kerangka hukum ini mencakup berbagai aspek, termasuk
kewajiban untuk melaporkan pengelolaan anggaran, prosedur audit, serta sanksi
yang mungkin diberlakukan dalam kasus pelanggaran.
Salah satu komponen utama dalam mengatur akuntabilitas pemerintah daerah
adalah kewajiban untuk menyusun dan menyampaikan laporan keuangan yang
transparan dan terperiksa secara independen. Ini mencakup laporan penggunaan
dana publik, aset, dan liabilitas. Laporan ini harus sesuai dengan standar akuntansi
yang berlaku dan diaudit oleh pihak ketiga atau lembaga audit independen untuk
memastikan integritas informasi keuangan. Selain itu, terdapat mekanisme
pengawasan seperti lembaga pengawasan, yang sering kali memiliki kewenangan
untuk mengaudit dan menyelidiki keuangan pemerintah daerah. Mereka juga dapat
memantau kinerja dan kepatuhan pemerintah daerah terhadap hukum dan regulasi
yang berlaku.
Hukum administrasi negara juga menyediakan dasar hukum untuk sanksi atau
tindakan hukum jika terjadi pelanggaran dalam penggunaan sumber daya publik
atau dalam menjalankan tugas-tugas pemerintah daerah 7. Ini dapat mencakup
tindakan disiplin terhadap pejabat yang bertanggung jawab, sanksi pidana jika
terdapat tindak pidana keuangan, dan prosedur pengadilan yang memungkinkan
pihak ketiga atau masyarakat untuk mengajukan gugatan jika terdapat dugaan
pelanggaran.
Akuntabilitas pemerintah daerah diatur oleh kerangka hukum administrasi
negara, yang meliputi:
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengatur
tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik, termasuk akuntabilitas. Pasal 28D
ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan
bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian
hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah
6
Dewi, R. C., & Suparno, S. (2022). Mewujudkan good governance melalui pelayanan publik. Jurnal
Media Administrasi, 7(1), 78-90.
7
Ridwan, I. H. J., & Sudrajat, M. A. S. (2020). Hukum administrasi Negara dan kebijakan pelayanan
publik. Nuansa Cendekia.
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah mengatur
tentang penyelenggaraan pemerintahan daerah yang akuntabel. Pasal 23 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan
bahwa pemerintah daerah wajib melaksanakan prinsip-prinsip pemerintahan yang
baik, salah satunya adalah akuntabilitas.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2017 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah mengatur tentang mekanisme
pembinaan dan pengawasan terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah,
termasuk akuntabilitas.
Penerapan akuntabilitas dalam penggunaan sumber daya publik penting untuk
mewujudkan pemerintahan yang baik (good governance). Akuntabilitas dapat
meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah, serta mendorong
partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.
1. Transparansi
Transparansi merupakan salah satu unsur penting dalam akuntabilitas.
Pemerintah daerah wajib menyediakan informasi publik yang lengkap dan akurat
kepada masyarakat mengenai pengelolaan keuangan dan kekayaan daerah.
Informasi publik tersebut dapat diungkapkan melalui berbagai cara, antara lain:
a. Penyediaan informasi publik secara mandiri, yaitu pemerintah daerah
menyediakan informasi publik di situs web resminya, media sosial, dan/atau
sarana lainnya.
b. Pembukaan akses informasi publik, yaitu masyarakat dapat mengakses
informasi publik di kantor pemerintah daerah.
c. Pemberian informasi publik atas permintaan, yaitu masyarakat dapat
mengajukan permohonan informasi publik kepada pemerintah daerah.
2. Akuntabilitas kinerja
Akuntabilitas kinerja merupakan mekanisme untuk mengukur dan melaporkan
kinerja pemerintah daerah. Pemerintah daerah wajib menyusun dan menerapkan
sistem akuntabilitas kinerja untuk mengukur dan melaporkan kinerjanya. Sistem
akuntabilitas kinerja dapat berupa Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
(SAKIP) atau sistem akuntabilitas kinerja lainnya.
3. Pengawasan
Pengawasan merupakan mekanisme untuk memastikan bahwa pemerintah
daerah telah melaksanakan tugas dan fungsinya secara akuntabel. Pemerintah daerah
wajib melakukan pengawasan internal dan eksternal terhadap penyelenggaraan
pemerintahannya. Pengawasan internal dilakukan oleh aparat pengawasan internal
pemerintah (APIP), sedangkan pengawasan eksternal dilakukan oleh lembaga
negara, seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Ombudsman Republik
Indonesia.

C. Hambatan dan tantangan dalam menerapkan prinsip transparansi dan


akuntabilitas
Hambatan dan tantangan utama yang dihadapi dalam menerapkan prinsip
transparansi dan akuntabilitas di tingkat pemerintahan daerah 8 adalah sebagai
berikut:
1. Kurangnya kesadaran dan komitmen dari pemerintah daerah
Pemerintah daerah masih belum sepenuhnya menyadari dan berkomitmen untuk
menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas. Hal ini dapat disebabkan oleh
berbagai faktor, antara lain kurangnya pemahaman mengenai pentingnya
transparansi dan akuntabilitas, serta adanya budaya birokrasi yang tertutup.
2. Kurang memadainya sarana dan prasarana
Pemerintah daerah masih belum memiliki sarana dan prasarana yang memadai
untuk mendukung penerapan transparansi dan akuntabilitas. Hal ini dapat berupa
sarana dan prasarana untuk menyediakan informasi publik, serta sarana dan
prasarana untuk melakukan pengawasan.
3. Kurang berdayanya masyarakat
Masyarakat masih belum sepenuhnya berdaya untuk menuntut transparansi dan
akuntabilitas dari pemerintah daerah. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor,
antara lain kurangnya pengetahuan dan kesadaran mengenai hak-hak masyarakat,
serta keterbatasan akses terhadap informasi publik.
8
Haris, S. (2004). Desentralisasi dan otonomi daerah: desentralisasi, demokratisasi & akuntabilitas
pemerintahan daerah. Yayasan Obor Indonesia.
4. Kurang tegasnya penegakan hukum
Kasus-kasus pelanggaran transparansi dan akuntabilitas masih belum ditindak
secara tegas. Hal ini dapat menimbulkan kesan bahwa pemerintah daerah tidak
serius dalam menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Berikut adalah beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan
dan tantangan tersebut, antara lain:
1. Pemerintah pusat perlu memperkuat pembinaan dan pengawasan terhadap
penerapan transparansi dan akuntabilitas di tingkat pemerintahan daerah.
2. Pemerintah daerah perlu meningkatkan kesadaran dan komitmennya untuk
menerapkan transparansi dan akuntabilitas.
3. Pemerintah daerah perlu meningkatkan sarana dan prasarananya untuk
mendukung penerapan transparansi dan akuntabilitas.
4. Masyarakat perlu meningkatkan pengetahuan dan kesadarannya mengenai hak-
haknya untuk menuntut transparansi dan akuntabilitas dari pemerintah daerah.
5. Penegakan hukum terhadap kasus-kasus pelanggaran transparansi dan
akuntabilitas perlu dilakukan secara tegas.

D. Peran pihak-pihak terkait dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas


Pihak-pihak terkait, seperti lembaga pengawasan, masyarakat sipil, dan media,
memiliki peran kunci dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas di pemerintahan
daerah. Lembaga pengawasan, seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau
Ombudsman, bertindak sebagai lembaga independen yang melakukan audit,
investigasi, dan pengawasan terhadap tindakan pemerintah daerah 9. Mereka
memainkan peran penting dalam memastikan bahwa dana publik dikelola dengan
baik dan sesuai dengan hukum, serta memberikan rekomendasi atau temuan yang
dapat membantu memperbaiki praktik pemerintahan daerah.
Masyarakat sipil, termasuk organisasi nirlaba, kelompok advokasi, dan individu,
memiliki peran dalam memantau, memberikan masukan, dan mengkritik
pemerintahan daerah10. Mereka dapat mengadvokasi transparansi dan akuntabilitas,
9
Rosyadi, M. I. (2016). Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan dan Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan dalam Menilai Kerugian Keuangan Negara. Mimbar Keadilan, 3, 27-56.
10
Argenti, G. (2017). Civil Society Dan Politik Moral Muhammadiyah. Jurnal Politikom
Indonesiana, 2(2), 82-82.
serta membantu mengungkapkan informasi yang mungkin tidak diungkapkan secara
sukarela oleh pemerintah daerah. Masyarakat sipil juga dapat melibatkan diri dalam
proses pengambilan keputusan dan memberikan masukan kepada pemerintah
daerah.
Media memainkan peran penting dalam menginformasikan masyarakat tentang
tindakan pemerintah daerah11. Dengan menyediakan liputan yang kritis dan
independen, media dapat mengekspos masalah, korupsi, atau ketidakpatuhan yang
terjadi di pemerintahan daerah. Mereka juga dapat menyuarakan kepentingan
masyarakat dan menjaga transparansi dengan memantau dan melaporkan informasi
yang relevan.
Kolaborasi antara lembaga pengawasan, masyarakat sipil, dan media seringkali
menghasilkan hasil yang lebih efektif dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas
di pemerintahan daerah. Mereka dapat saling melengkapi dengan menyediakan
wawasan, pengawasan, dan tekanan untuk memastikan bahwa pemerintahan daerah
beroperasi secara terbuka, berintegritas, dan sesuai dengan kepentingan masyarakat.
Pihak-pihak terkait, seperti lembaga pengawasan, masyarakat sipil, dan media,
memiliki peran penting dalam menjaga transparansi dan akuntabilitas di
pemerintahan daerah.
Lembaga pengawasan, seperti Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan
Ombudsman Republik Indonesia, berperan dalam melakukan pengawasan terhadap
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Pengawasan tersebut dapat berupa
pengawasan terhadap penggunaan anggaran daerah, pelaksanaan kebijakan daerah,
dan pelayanan publik daerah.
1. Melakukan pemeriksaan terhadap pengelolaan keuangan daerah
2. Melakukan pemeriksaan terhadap pelaksanaan kebijakan daerah
3. Melakukan pemeriksaan terhadap pelayanan publik daerah
Masyarakat sipil, seperti organisasi non-pemerintah (NGO) dan organisasi
masyarakat (ormas), berperan dalam mendorong transparansi dan akuntabilitas
pemerintah daerah. Masyarakat sipil dapat melakukan berbagai kegiatan, seperti
advokasi, kampanye, dan pengawasan sosial.
1. Melakukan advokasi untuk mendorong perbaikan penyelenggaraan
11
Prastowo, F. A. A. (2020). Pelaksanaan fungsi pokok humas pemerintah pada lembaga
pemerintah. PRofesi Humas, 5(1), 17-37.
pemerintahan daerah
2. Melakukan kampanye untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai
transparansi dan akuntabilitas
3. Melakukan pengawasan sosial terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah
Media massa, baik media cetak, media elektronik, maupun media digital,
berperan dalam memberikan informasi kepada masyarakat mengenai
penyelenggaraan pemerintahan daerah. Media massa dapat berperan sebagai kontrol
sosial terhadap pemerintah daerah.
1. Melaporkan kegiatan pemerintah daerah
2. Melakukan investigasi terhadap dugaan pelanggaran transparansi dan
akuntabilitas
3. Melakukan kritik terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah

E. Praktik Good Governance di pemerintahan daerah


Praktik Good Governance di pemerintahan daerah memiliki dampak yang
signifikan pada pembangunan lokal dan kesejahteraan masyarakat setempat 12.
Ketika pemerintahan daerah menjalankan prinsip-prinsip Good Governance, seperti
transparansi dan akuntabilitas, berbagai manfaat konkret dapat diidentifikasi.
Pertama, peningkatan transparansi memungkinkan akses yang lebih mudah dan
merata ke informasi publik, termasuk data anggaran dan kebijakan, yang pada
gilirannya memungkinkan partisipasi yang lebih baik dari masyarakat dalam proses
pengambilan keputusan. Ini memungkinkan kebijakan yang lebih sesuai dengan
kebutuhan lokal dan meningkatkan pelayanan publik yang berkualitas.
Kedua, akuntabilitas yang kuat dalam penggunaan sumber daya publik
meminimalkan risiko korupsi dan penyalahgunaan wewenang oleh pihak
berwenang13. Dana publik yang dikelola secara efisien dan sesuai dengan hukum
dapat digunakan untuk proyek-proyek pembangunan yang bermanfaat, seperti
infrastruktur, pendidikan, dan layanan kesehatan. Hal ini memajukan pembangunan

12
Siti Maryam, N. (2017). Mewujudkan good governance melalui pelayanan publik. JIPSI-Jurnal Ilmu
Politik Dan Komunikasi UNIKOM, 6.
13
Pamungkas, D. H., & Manulang, G. N. (2023). Peran AUPB dalam Melindungi Integritas Pegawai
KPK: Tinjauan Yuridis atas Kasus Pemecatan yang Dipertanyakan. Jurnal Ilmiah Wahana
Pendidikan, 9(11), 660-676.
lokal dan menghasilkan manfaat nyata bagi masyarakat setempat. Selain itu, praktik
Good Governance menciptakan lingkungan yang menarik bagi investasi dan
pertumbuhan ekonomi di tingkat lokal. Ketika bisnis dan investor merasa bahwa
pemerintah daerah menjalankan praktik yang transparan dan akuntabel, mereka
cenderung lebih cenderung berinvestasi dan menciptakan lapangan kerja, yang pada
gilirannya meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Peningkatan transparansi dan akuntabilitas membantu membangun kepercayaan
antara pemerintah daerah dan masyarakat14. Kepercayaan yang kuat merupakan
landasan bagi kerjasama yang efektif dalam berbagai aspek pembangunan lokal, dari
proyek-proyek infrastruktur hingga layanan kesehatan dan pendidikan. Dengan
demikian, manfaat konkret dari peningkatan transparansi dan akuntabilitas
mencakup pembangunan yang lebih berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi, dan
peningkatan kesejahteraan bagi masyarakat setempat.
Praktik Good Governance di pemerintahan daerah berdampak positif pada
pembangunan lokal dan kesejahteraan masyarakat setempat. Good Governance
dapat diartikan sebagai penyelenggaraan pemerintahan yang baik, bersih, dan
transparan. Praktik Good Governance dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah daerah, serta mendorong partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan.
Dalam konteks pembangunan lokal dan kesejahteraan masyarakat setempat,
peningkatan transparansi dan akuntabilitas dapat memberikan manfaat konkrit
sebagai berikut:
1. Meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pemerintah daerah.
Transparansi dan akuntabilitas dapat meningkatkan kepercayaan masyarakat
terhadap pemerintah daerah. Masyarakat akan merasa bahwa pemerintah daerah
dapat dipercaya untuk mengelola sumber daya publik secara baik dan
bertanggung jawab.
2. Mendorong partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pemerintahan.
Transparansi dan akuntabilitas dapat mendorong partisipasi masyarakat dalam
penyelenggaraan pemerintahan. Masyarakat akan merasa memiliki hak untuk
ikut serta dalam pengambilan keputusan dan pengawasan terhadap
14
Salle, A. (2017). Makna transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah. Jurnal kajian ekonomi dan
keuangan daerah, 1(1).
penyelenggaraan pemerintahan.
3. Meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintahan.
Transparansi dan akuntabilitas dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas
penyelenggaraan pemerintahan. Pemerintah daerah akan lebih termotivasi untuk
bekerja secara profesional dan akuntabel dalam menggunakan sumber daya
publik.
4. Meningkatkan kualitas pelayanan publik. Transparansi dan akuntabilitas dapat
meningkatkan kualitas pelayanan publik. Pemerintah daerah akan lebih
berorientasi pada kebutuhan masyarakat dalam memberikan pelayanan publik.
5. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat. Peningkatan transparansi dan
akuntabilitas dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.
Pemerintah daerah akan lebih fokus pada pembangunan yang dapat
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

F. Pengalaman pemerintahan daerah dalam menerapkan prinsip transparansi


dan akuntabilitas
Pengalaman pemerintahan daerah dalam menerapkan prinsip transparansi dan
akuntabilitas dapat bervariasi secara signifikan di berbagai wilayah dan negara.
Perbedaan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk budaya politik, tingkat
perkembangan ekonomi, kultur organisasi pemerintah daerah, dan hukum
administrasi negara yang berlaku.
Di beberapa negara maju, seperti Norwegia dan Singapura, penerapan
transparansi dan akuntabilitas telah menjadi norma dalam praktik pemerintahan
daerah15. Mereka memiliki budaya yang sangat terbuka dan proses pengambilan
keputusan yang transparan, serta memiliki lembaga-lembaga independen yang kuat
untuk mengawasi penggunaan sumber daya publik. Sebagai hasilnya, tingkat
korupsi rendah, pelayanan publik yang berkualitas, dan tingkat kesejahteraan yang
tinggi di masyarakat. Namun, di negara berkembang, tantangan dalam menerapkan
prinsip-prinsip ini mungkin lebih besar. Birokrasi yang kompleks, praktik korupsi
yang menyebar, dan keterbatasan sumber daya seringkali menjadi hambatan yang
15
Saggaf, S., Said, M. M., & Saggaf, W. S. (2018). Reformasi Pelayanan Publik di Negara
Berkembang (Vol. 1). SAH MEDIA.
signifikan. Di beberapa wilayah, masyarakat mungkin kurang akses terhadap
pendidikan dan informasi yang diperlukan untuk memahami dan memanfaatkan
prinsip-prinsip transparansi dan akuntabilitas.
Dalam negara yang memiliki kebijakan desentralisasi yang kuat, seperti
Indonesia, praktik transparansi dan akuntabilitas sangat beragam 16. Beberapa
pemerintah daerah mungkin telah berhasil menerapkan sistem yang efisien dan
transparan, sementara yang lain masih berjuang untuk mengatasi tantangan dan
mengubah budaya organisasional mereka. Dalam konteks ini, pengalaman
pemerintahan daerah dalam menerapkan transparansi dan akuntabilitas
menunjukkan bahwa tidak ada solusi satu ukuran yang cocok untuk semua.
Pendekatan harus disesuaikan dengan konteks lokal, dan reformasi yang berhasil
memerlukan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah pusat, lembaga
independen, masyarakat sipil, dan media. Dengan demikian, pengalaman ini
menyoroti pentingnya adaptasi kebijakan dan praktek untuk memenuhi kebutuhan
dan tantangan unik di setiap wilayah atau negara.
Pengalaman pemerintahan daerah dalam menerapkan prinsip transparansi dan
akuntabilitas berbeda-beda di berbagai wilayah atau negara. Perbedaan tersebut
dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain:
1. Budaya politik
Budaya politik di suatu wilayah atau negara dapat mempengaruhi penerapan
prinsip transparansi dan akuntabilitas. Di wilayah atau negara yang memiliki budaya
politik yang terbuka, masyarakat cenderung lebih menuntut transparansi dan
akuntabilitas dari pemerintah daerah.
2. Kebijakan pemerintah
Kebijakan pemerintah dapat mendorong atau menghambat penerapan prinsip
transparansi dan akuntabilitas. Di wilayah atau negara yang memiliki kebijakan
yang mendukung transparansi dan akuntabilitas, pemerintah daerah cenderung lebih
mudah menerapkan prinsip tersebut.
3. Kemampuan pemerintah daerah
Kemampuan pemerintah daerah dapat mempengaruhi penerapan prinsip

16
Wibowo, E. A., & Oktivalerina, A. (2022). Analisis Dampak Kebijakan Desentralisasi Fiskal terhadap
Penurunan Tingkat Kemiskinan pada Kabupaten/Kota: Studi Kasus Indonesia pada 2010-2018. Bappenas
Working Papers, 5(1), 97-119.
transparansi dan akuntabilitas. Pemerintah daerah yang memiliki kemampuan yang
baik cenderung lebih mudah menerapkan prinsip tersebut.
4. Kesadaran masyarakat
Kesadaran masyarakat dapat mendorong atau menghambat penerapan prinsip
transparansi dan akuntabilitas. Masyarakat yang memiliki kesadaran yang tinggi
akan pentingnya transparansi dan akuntabilitas cenderung lebih mudah mendorong
pemerintah daerah untuk menerapkan prinsip tersebut.

G. Hukum administrasi negara untuk mempromosikan transparansi dan


akuntabilitas dalam pemerintahan daerah
Untuk mempromosikan transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan
daerah, hukum administrasi negara dapat diperkuat atau dimodifikasi melalui
berbagai langkah. Pertama, hukum harus mengamanatkan kewajiban yang lebih kuat
terkait dengan pengungkapan informasi publik. Ini termasuk mengidentifikasi jenis
informasi yang harus diungkapkan, frekuensi pelaporan, dan cara akses masyarakat
terhadap data tersebut. Hukum harus memastikan bahwa informasi yang diberikan
adalah akurat, terperiksa, dan mudah diakses oleh masyarakat.
Kedua, hukum administrasi negara dapat mengatur mekanisme pengawasan
yang lebih kuat, termasuk audit independen dan investigasi oleh lembaga seperti
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)17. Ini juga dapat mencakup perlindungan
whistleblower yang efektif untuk mendorong pengungkapan pelanggaran internal.
Selain itu, hukum harus memperkuat sanksi dan konsekuensi yang jelas untuk
pelanggaran transparansi dan akuntabilitas. Ini mencakup penegakan hukum yang
tegas untuk melawan tindak pidana korupsi atau penyalahgunaan wewenang.
Selanjutnya, hukum administrasi negara dapat mempromosikan partisipasi
masyarakat yang lebih aktif dalam proses pengambilan keputusan. Ini dapat dicapai
dengan mengatur forum konsultasi dan publik, serta dengan mendorong partisipasi
warga dalam pemantauan dan pengawasan kebijakan dan program pemerintah.
Selama proses perubahan hukum, keterlibatan aktif dari berbagai pemangku

17
Hidayat, S., Haris, O. K., Rizky, A., & Seriyati, E. (2023). Kewenangan Badan Pemeriksa Keuangan
(BPK) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam Menentukan Kerugian
Keuangan Negara. Halu Oleo Legal Research, 5(2), 592-604.
kepentingan, termasuk masyarakat sipil, pemerintah daerah, dan lembaga
independen, adalah penting18. Proses konsultasi yang inklusif dan partisipatif akan
memastikan bahwa hukum yang diperkuat atau dimodifikasi akan mencerminkan
kebutuhan dan tantangan yang ada di tingkat pemerintahan daerah, sambil
memastikan kepatuhan terhadap prinsip-prinsip Good Governance.
Hukum administrasi negara dapat diperkuat atau dimodifikasi untuk
mempromosikan lebih efektif transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan
daerah melalui berbagai upaya, antara lain:
1. Memperkuat pengaturan mengenai transparansi dan akuntabilitas dalam
peraturan perundang-undangan. Pengaturan mengenai transparansi dan
akuntabilitas dalam peraturan perundang-undangan perlu diperkuat untuk
memberikan kepastian hukum bagi pemerintah daerah dalam menerapkan
prinsip tersebut.
2. Meningkatkan penegakan hukum terhadap pelanggaran transparansi dan
akuntabilitas. Penegakan hukum terhadap pelanggaran transparansi dan
akuntabilitas perlu ditingkatkan untuk memberikan efek jera bagi pelaku
pelanggaran.
3. Meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pentingnya transparansi dan
akuntabilitas. Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya transparansi dan
akuntabilitas perlu ditingkatkan untuk mendorong masyarakat untuk berperan
aktif dalam mengawasi penyelenggaraan pemerintahan daerah.

H. Dampak perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) terhadap


transparansi dan akuntabilitas
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) telah memiliki
dampak signifikan pada transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan daerah.
TIK telah memungkinkan pemerintah daerah untuk lebih efisien dan efektif dalam
pengelolaan informasi, pengungkapan publik, dan pelaporan keuangan 19.
Implikasinya dalam konteks hukum administrasi negara sangat besar.
18
Riskiyono, J. (2015). Partisipasi masyarakat dalam pembentukan perundang-undangan untuk
mewujudkan kesejahteraan. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah Sosial, 6(2), 159-176.
19
Sinaga, Y. F., & TRI, J. W. P. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi pelaporan keuangan
di internet secara sukarela oleh pemerintah daerah (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Pertama, TIK telah memungkinkan pemerintah daerah untuk menyediakan akses
yang lebih cepat dan mudah ke informasi publik melalui portal dan situs web
pemerintah. Masyarakat dapat dengan mudah mengakses data anggaran, kebijakan,
dan laporan kinerja pemerintah daerah. Ini memperkuat transparansi dengan
memberikan akses real-time ke informasi yang relevan.
Kedua, penggunaan TIK dalam sistem pengelolaan keuangan publik telah
meningkatkan akuntabilitas. Sistem keuangan berbasis TIK memungkinkan
pemantauan yang lebih ketat atas alokasi anggaran dan penggunaan sumber daya
publik, mengurangi risiko penyalahgunaan dan korupsi. Selanjutnya, TIK juga
memungkinkan pelaporan yang lebih akurat dan terverifikasi, yang mendukung
praktik akuntabilitas. Dengan adanya sistem TIK, data keuangan dapat
diintegrasikan dan dipantau dengan lebih baik, meminimalkan kesalahan manusia
dan memfasilitasi audit yang lebih efisien. Namun, dampak TIK juga membawa
implikasi hukum yang perlu diperhatikan. Hukum administrasi negara perlu
diperbarui atau dimodifikasi untuk mencakup regulasi dan pedoman yang relevan
terkait dengan penggunaan TIK dalam pemerintahan daerah. Ini mencakup
perlindungan privasi data, kebijakan keamanan siber, dan ketentuan yang mengatur
pengungkapan informasi elektronik.
Peraturan hukum juga harus mencakup mekanisme penegakan yang sesuai
terkait dengan pelanggaran yang mungkin terjadi dalam penggunaan TIK. Dalam
konteks ini, hukum administrasi negara perlu bersifat progresif, mengakomodasi
perubahan teknologi, dan memberikan dasar hukum yang kuat untuk
mengintegrasikan TIK dengan efektif dalam upaya meningkatkan transparansi dan
akuntabilitas dalam pemerintahan daerah.
Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) memiliki dampak
positif terhadap transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan daerah. TIK
dapat membantu pemerintah daerah untuk menyediakan informasi publik secara
lebih luas dan mudah, serta meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan
penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Dampak positif TIK terhadap transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan
daerah antara lain:
1. Penyediaaan informasi publik secara lebih luas dan mudah. TIK dapat
membantu pemerintah daerah untuk menyediakan informasi publik secara lebih
luas dan mudah, baik melalui situs web resmi, media sosial, maupun sarana
lainnya. Hal ini memudahkan masyarakat untuk mengakses informasi publik
yang mereka butuhkan.
2. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. TIK dapat membantu pemerintah daerah untuk
meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengawasan penyelenggaraan
pemerintahan daerah. Hal ini dapat dilakukan melalui mekanisme partisipasi
masyarakat secara online, misalnya melalui survei, forum diskusi, dan lainnya.
Implikasi perkembangan TIK dalam konteks hukum administrasi negara antara
lain:
1. Perlunya penyesuaian peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-
undangan yang mengatur transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan
daerah perlu disesuaikan dengan perkembangan TIK. Hal ini untuk memastikan
bahwa pemerintah daerah dapat memanfaatkan TIK secara efektif untuk
meningkatkan transparansi dan akuntabilitas.
2. Perlunya peningkatan kapasitas pemerintah daerah. Pemerintah daerah perlu
meningkatkan kapasitasnya dalam memanfaatkan TIK untuk meningkatkan
transparansi dan akuntabilitas. Hal ini untuk memastikan bahwa pemerintah
daerah dapat menggunakan TIK secara efektif dan efisien.
3. Perlunya peningkatan kesadaran masyarakat. Kesadaran masyarakat mengenai
pentingnya transparansi dan akuntabilitas perlu ditingkatkan. Hal ini untuk
mendorong masyarakat untuk berperan aktif dalam mengawasi penyelenggaraan
pemerintahan daerah.

I. Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung


transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan daerah
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat ditingkatkan untuk
mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan daerah melalui
beberapa pendekatan yang signifikan. Pertama, pemerintah daerah dapat
memanfaatkan TIK untuk menyediakan akses yang lebih mudah dan merata ke
informasi publik20. Ini mencakup pembuatan situs web pemerintah yang memuat
data anggaran, kebijakan, dan laporan kinerja, sehingga masyarakat dapat dengan
cepat mengakses informasi yang relevan. Selain itu, TIK juga memungkinkan
pemerintah daerah untuk menyelenggarakan forum konsultasi dan partisipasi online,
yang memungkinkan masyarakat untuk memberikan masukan dan mengikuti proses
pengambilan keputusan.
Dalam mengimplementasikan TIK dalam pemerintahan daerah, ada beberapa
implikasi hukum administrasi negara yang perlu dipertimbangkan. Pertama,
perlindungan privasi data menjadi kunci. Pemerintah daerah harus mematuhi
undang-undang yang mengatur pengumpulan, penyimpanan, dan penggunaan data
pribadi warga dengan cermat. Ini mencakup kebijakan yang mengatur hak akses dan
kontrol warga terhadap data pribadi mereka. Selain itu, hukum administrasi negara
perlu mengatur keamanan siber dan perlindungan terhadap serangan siber yang
mungkin mengancam keberlanjutan operasi pemerintahan daerah dan kerahasiaan
informasi21. Hukum harus mencakup ketentuan yang mengatur kebijakan keamanan
data dan prosedur tanggap darurat dalam menghadapi pelanggaran keamanan siber.
Penggunaan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dapat ditingkatkan untuk
mendukung transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan daerah melalui
berbagai upaya, antara lain:
1. Penyediaaan infrastruktur TIK yang memadai. Pemerintah daerah perlu
menyediakan infrastruktur TIK yang memadai, seperti jaringan internet,
perangkat keras, dan perangkat lunak, untuk mendukung penerapan TIK dalam
pemerintahan daerah.
2. Pengembangan sistem informasi dan aplikasi TIK. Pemerintah daerah perlu
mengembangkan sistem informasi dan aplikasi TIK yang efektif untuk
mendukung transparansi dan akuntabilitas, misalnya sistem informasi pelayanan
publik, sistem informasi keuangan daerah, dan sistem informasi akuntabilitas
kinerja pemerintah daerah.
3. Peningkatan kapasitas sumber daya manusia. Pemerintah daerah perlu

20
Utami, H. D., & UT, I. A. F. (2016). Akses Informasi Yang Akurat Cepat Mudah dan Merata
Mendorong Terwujudnya Tata Kelola Pemerintah yang Baik. In Prosiding Seminar: Universitas Terbuka
Covention Center (UTCC).
21
Hastri, E. D. (2021). Cyber Espionage Sebagai Ancaman Terhadap Pertahanan dan Keamanan Negara
Indonesia. Law & Justice Review Journal, 1(1), 12-25.
meningkatkan kapasitas sumber daya manusianya dalam memanfaatkan TIK,
baik bagi aparatur pemerintah daerah maupun masyarakat.
4. Peningkatan kesadaran masyarakat. Kesadaran masyarakat mengenai pentingnya
transparansi dan akuntabilitas perlu ditingkatkan. Hal ini untuk mendorong
masyarakat untuk memanfaatkan TIK untuk mengakses informasi publik dan
mengawasi penyelenggaraan pemerintahan daerah.
Implikasi hukum administrasi negara yang perlu dipertimbangkan untuk
memfasilitasi penerapan TIK dalam konteks ini antara lain:
1. Perlunya penyesuaian peraturan perundang-undangan. Peraturan perundang-
undangan yang mengatur transparansi dan akuntabilitas dalam pemerintahan
daerah perlu disesuaikan dengan perkembangan TIK. Hal ini untuk memastikan
bahwa pemerintah daerah dapat memanfaatkan TIK secara efektif dan legal.
2. Perlunya penguatan lembaga pengawasan. Lembaga pengawasan perlu diperkuat
untuk mengawasi penerapan TIK dalam pemerintahan daerah, terutama untuk
mencegah penyalahgunaan TIK.
3. Perlunya peningkatan partisipasi masyarakat. Partisipasi masyarakat dalam
pengawasan penyelenggaraan pemerintahan daerah perlu ditingkatkan. Hal ini
dapat dilakukan melalui mekanisme partisipasi masyarakat secara online.
BAB III KESIMPULAN

Dalam konteks pemerintahan daerah, peningkatan transparansi dan akuntabilitas


melalui hukum administrasi negara adalah kunci untuk mencapai Good Governance.
Berbagai negara dan wilayah memiliki pengalaman yang beragam dalam menerapkan
prinsip-prinsip ini, dan hambatan serta tantangan yang dihadapi juga bervariasi. Bagi
pemerintah daerah, menerapkan praktik Good Governance membawa manfaat konkret,
termasuk pembangunan lokal yang berkelanjutan, pertumbuhan ekonomi, dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat. Dampak positif ini didukung oleh
perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), yang memungkinkan akses
yang lebih mudah ke informasi dan pengelolaan keuangan yang lebih efisien. Namun,
untuk memaksimalkan potensi TIK dan memastikan penerapan transparansi dan
akuntabilitas yang efektif, hukum administrasi negara harus diperkuat dan dimodifikasi
sesuai dengan perkembangan teknologi. Ini mencakup pengaturan yang berkaitan
dengan keamanan data, privasi, dan mekanisme penegakan hukum yang relevan.
Dengan demikian, memahami dan mengatasi tantangan dalam menerapkan Good
Governance melalui hukum administrasi negara adalah kunci untuk mencapai
pemerintahan daerah yang lebih terbuka, bertanggung jawab, dan efektif.
DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Y. D. L. (2014). Penguatan Tata Kelola Pemerintahan Yang Baik Dalam


Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Sebagai Pilar Penegakan Hak
Asasi Manusia Di Indonesia. Jurnal Ilmu Hukum Jambi, 5(2), 43280.
Ardin, A. T., Adiningsih, C. N., Sofyan, D. R., & Irawan, F. (2022). Tinjauan Hukum
Administrasi Negara Terhadap Kepatuhan Wajib Pajak Dalam Program
Pengungkapan Sukarela. Journal of Law, Administration, and Social
Science, 2(1), 33-44.
Argenti, G. (2017). Civil Society Dan Politik Moral Muhammadiyah. Jurnal Politikom
Indonesiana, 2(2), 82-82.
Dewi, R. C., & Suparno, S. (2022). Mewujudkan good governance melalui pelayanan
publik. Jurnal Media Administrasi, 7(1), 78-90.
Hidayat, S., Haris, O. K., Rizky, A., & Seriyati, E. (2023). Kewenangan Badan
Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan
(BPKP) dalam Menentukan Kerugian Keuangan Negara. Halu Oleo Legal
Research, 5(2), 592-604.
Haris, S. (2004). Desentralisasi dan otonomi daerah: desentralisasi, demokratisasi &
akuntabilitas pemerintahan daerah. Yayasan Obor Indonesia.
Hastri, E. D. (2021). Cyber Espionage Sebagai Ancaman Terhadap Pertahanan dan
Keamanan Negara Indonesia. Law & Justice Review Journal, 1(1), 12-25.
Pamungkas, D. H., & Manulang, G. N. (2023). Peran AUPB dalam Melindungi
Integritas Pegawai KPK: Tinjauan Yuridis atas Kasus Pemecatan yang
Dipertanyakan. Jurnal Ilmiah Wahana Pendidikan, 9(11), 660-676.
Prastowo, F. A. A. (2020). Pelaksanaan fungsi pokok humas pemerintah pada lembaga
pemerintah. PRofesi Humas, 5(1), 17-37.
Randa, I. D. B., & Haryanto, I. (2021). Perlindungan Hukum Atas Data Wajib Pajak
Dalam Sistem Automatic Exchange Of Information (AEOI) Studi Perbandingan
Indonesia Uni Eropa. Legal Standing: Jurnal Ilmu Hukum, 5(1), 25-37.
Ridwan, I. H. J., & Sudrajat, M. A. S. (2020). Hukum administrasi Negara dan
kebijakan pelayanan publik. Nuansa Cendekia.
Riskiyono, J. (2015). Partisipasi masyarakat dalam pembentukan perundang-undangan
untuk mewujudkan kesejahteraan. Aspirasi: Jurnal Masalah-masalah
Sosial, 6(2), 159-176.
Rosyadi, M. I. (2016). Wewenang Badan Pemeriksa Keuangan dan Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan dalam Menilai Kerugian Keuangan
Negara. Mimbar Keadilan, 3, 27-56.
Saggaf, S., Said, M. M., & Saggaf, W. S. (2018). Reformasi Pelayanan Publik di
Negara Berkembang (Vol. 1). SAH MEDIA.
Said, A. L. (2018). Corporate Social Responsibility dalam perspektif governance.
Deepublish.
Salle, A. (2017). Makna transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah. Jurnal
kajian ekonomi dan keuangan daerah, 1(1).
Sinaga, Y. F., & TRI, J. W. P. (2011). Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi
pelaporan keuangan di internet secara sukarela oleh pemerintah
daerah (Doctoral dissertation, Universitas Diponegoro).
Siti Maryam, N. (2017). Mewujudkan good governance melalui pelayanan
publik. JIPSI-Jurnal Ilmu Politik Dan Komunikasi UNIKOM, 6.
Utami, H. D., & UT, I. A. F. (2016). Akses Informasi Yang Akurat Cepat Mudah dan
Merata Mendorong Terwujudnya Tata Kelola Pemerintah yang Baik.
In Prosiding Seminar: Universitas Terbuka Covention Center (UTCC).
Wibowo, E. A., & Oktivalerina, A. (2022). Analisis Dampak Kebijakan Desentralisasi
Fiskal terhadap Penurunan Tingkat Kemiskinan pada Kabupaten/Kota: Studi
Kasus Indonesia pada 2010-2018. Bappenas Working Papers, 5(1), 97-119.
Wijaya, H., & Selian, M. A. H. (2022). TANGGUNG JAWAB HUKUM RUMAH
SAKIT TERHADAP HAK PASIEN DI ERA PANDEMI COVID-19. Jurnal
Medika Hutama, 3(02 Januari), 1799-1810.

You might also like