You are on page 1of 49

ON GOING PROFESSIONAL

PRACTICE
EVALUATION/OPPE
(PENILAIAN PRAKTIK
PROFESIONAL YANG
BERKELANJUTAN )

DR.Dr.Sutoto,M.Kes
MENGAPA PRAKTIK PROFESIONAL PERLU DI
EVALUASI ?

UURS pasal 29 KEWAJIBAN RS


• B. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit;
• G. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien;
UU RS pasal 46
• Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.
UU PK Psl 44
• Dokter atau dokter gigi dalam menyelenggarakan praktik kedokteran wajib mengikuti
standar pelayanan kedokteran atau kedokteran gigi.
UU RS Pasal 13
• (3) Setiap tenaga kesehatan yang bekerja di Rumah Sakit harus bekerja sesuai dengan :
Standar profesi , Standar pelayanan rumah sakit,Standar prosedur operasional yang
berlaku, Etika profesi , Menghormati hak pasien dan , Mengutamakan keselamatan
pasien

• RS/KOMITE MEDIS HARUS TAHU KINERJA SEORANG


DOKTER YANG BEKERJA DI RS NYA
• DOKTER WAJIB MEMPERTAHANKAN DAN
MENINGKATKAN KINERJA PROFESI
ON GOING PROFESSIONAL PRACTICE
EVALUATION/OPPE (OPPE)
DEFINITION

Measurement of physician performance data to assess competency


and approve privileges on an on-going, non-periodic basis to allow
them to take steps to improve performance on a timelier basis.
DEFINISI
EVALUASI PRAKTIK PROFESIONAL
BERKELANJUTAN (EPPB)

EVALUASI PRAKTIK PROFESI STAF MEDIS UNTUK


MENINGKATKAN KINERJA SECARA BERKELANJUTAN
SEBAGAI DASAR PROSES REKREDENSIALING
1. Patient care
2. Medical/Clinical knowledge
3. Practice-based learning and
improvement
4. Interpersonal and communication
skills
5. Professionalism
6. Systems-based practice
7. Mengelola sumber daya
MENGAPA PRAKTIK PROFESIONAL PERLU DI
EVALUASI ?

UURS pasal 29 KEWAJIBAN RS


• B. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit;
• G. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien;
UU RS pasal 46
• Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.
MENGAPA PRAKTIK PROFESIONAL PERLU DI
EVALUASI ?

UURS pasal 29 KEWAJIBAN RS


• B. Memberi pelayanan kesehatan yang aman, bermutu,
antidiskriminasi, dan efektif dengan mengutamakan
kepentingan pasien sesuai dengan standar pelayanan rumah
sakit;
• G. Membuat, melaksanakan, dan menjaga standar mutu
pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai acuan dalam
melayani pasien;
UU RS pasal 46
• Rumah sakit bertanggung jawab secara hukum terhadap
semua kerugian yang ditimbulkan atas kelalaian yang
dilakukan oleh tenaga kesehatan di rumah sakit.
TUJUAN EVALUASI PRAKTIK
PROFESSIONAL STAF MEDIS

• Mencegah perilaku yang tidak mendukung budaya


keselamatan pasien
• Mendorong staf medis untuk mengembangkan
profesionalisme secara berkelanjutan
• Evaluasi praktik profesi staf medis yang comprehensif
• Membangun kompetensi dokter melalui data
• Membantu menciptakan pendekatan yang konsisten
dan adil untuk mengevaluasi dokter
• Membantu menciptakan pendekatan yang fair dan
konsisten untuk mengevaluasi staf medis, menetapkan
harapan dan pengukuran kinerja
TUJUAN EVALUASI PRAKTIK
PROFESSIONAL STAF MEDIS

• Membantu staf medis terus bertanggung jawab atas


praktik profesional mereka
• meningkatkan praktik individual terkait mutu dan asuhan
pasien yang aman;
• Digunakan sebagai dasar mengurangi variasi di dalam
KSM/INSTALASI layanan dengan cara membandingkan
antara kolega, penyusunan PPK (panduan praktik klinis), dan
clinical pathway;
• Digunakan sebagai dasar memperbaiki kinerja kelompok
staf medis/unit layanan dengan cara membandingkan acuan
praktik di luar rumah sakit, publikasi riset, dan indikator
kinerja klinis nasional bila tersedi
TUJUAN EVALUASI PRAKTIK
PROFESSIONAL STAF MEDIS

• SEBAGAI BAGIAN DARI UPAYA UNTUK MEMANTAU


KOMPETENSI PROFESIONAL
• UNTUK MENGIDENTIFIKASI AREA GUNA KEMUNGKINAN
PENINGKATAN KOMPETENSI PROFESIONAL
• UNTUK MENGGUNAKAN DATA OBYEKTIF DALAM
PENGAMBILANN KEPUTUSAN MENGENAI KELANJUTAN
KEWENANGAN KLINIK
TUJUAN EVALUASI PRAKTIK PROFESSIONAL
STAF MEDIS
1) meningkatkan praktik individual terkait
mutu dan asuhan pasien yang aman;
2) digunakan sebagai dasar mengurangi variasi
di dalam KSM (kelompok staf medis)/unit
layanan dengan cara membandingkan antara
kolega, penyusunan PPK (panduan praktik
klinis), dan clinical pathway;
3) digunakan sebagai dasar memperbaiki
kinerja kelompok staf medis/unit layanan
dengan cara membandingkan acuan praktik
di luar rumah sakit, publikasi riset, dan
indikator kinerja klinis nasional bila tersedia.
Alat Ukur Yg Dipakai

Siapa Yang Melakukan Review


OPPE HARUS
DITETAPKAN Indikatornya
DENGAN JELAS:
Proses Penilaiannya

Hasil Digunakan Untuk


Kredensialing
Langkah yang dilakukan bila terjadi
IKP/Pelanggaran etik

OPPE HARUS Siapa TIM Yang Melakukan Telaah


bila terjadi IKP dan pelanggaran etik
DITETAPKAN
DENGAN JELAS: Siapa TIM Yang Melakukan Telaah
bila ditemukan kinerja menurun

Penerapan FPPE/OPPE Untuk


Seluruh Kewenangan Klinis
TIM PENILAI/PENGAWAS:
MEMBUTUHKAN KOLABORASI:

• Direktur medis
• Komite Medis:
• Sub komite etik dan disiplin
• Sub komite mutu rofesi
• Sub komite kredensial
• Mitra bestari (bila perlu)
• Ketua Kelompok staf medis
• Staf Medis/staf klinis terait
• Staf IT
• Bagian SDM
TETAPKAN
SIAPA PENANGGUNG JAWAB
EVALUASI

• Direktur Medik ?
• Komite medik/sub komite
mutu profesi ?
• Ketua KSM ?
• Kepala Instalasi ?
• Staf yang ditunjuk ?
METODOLOGI
EVALUASI
DAPAT MENGGUNAKAN
1. Melakukan Review Grafik
2. Memonitor Pola Praktik Klinis
3. Simulasi
4. Proctoring (prospective, concurrent,
retrospective)
5. External peer review
6. Diskusi dengan peers group atau individu yang
terlibat dalam pelayanan pasien
7. Wawancara
8. Pengisian kuesionair
KEGIATAN OPPE

• MONITORING DAN EVALUASI DILAKUKAN SECARA TERUS


MENERUS DENGAN MENGUMPULKAN DAN MENGANALISIS
DATA SERTA INFORMASI TENTANG SIKAP, PERKEMBANGAN
PROFESIONAL, DAN HASIL DARI LAYANAN KLINIS ANGGOTA
STAF MEDIS.
• PIMPINAN MEDIK/UNIT LAYANAN BERSAMA KOMITE MEDIS
BERTANGGUNGJAWAB UNTUK MENGINTEGRASIKAN DATA
DAN INFORMASI TENTANG STAF MEDIS DAN MENGAMBIL
TINDAKAN BILAMANA DIPERLUKAN.
PENILAIAN KINERJA STAF MEDIS DALAM
STANDAR AKREDITASI → EVALUASI PRAKTIK
PROFESIONAL BERKELANJUTAN

1. Evaluasi Praktik Professional


Berkelanjutan (On going
Professional Practice
Evaluation/OPPE) Bila terjadi:
IKP atau pelanggaran etik
Hasil analisis data dan audit
klinik:
1. Tren penurunan kinerja
2. Ketidak patuhan PPK

2. Evaluasi Praktik Professional


Terfokus (Focused Professional Langkah langkah jangka
Practice Evaluation/FPPE) panjang/pendek
OPPE (ONGOING PROFESSIONAL
PRACTICE EVALUATION)

Standar KPS 12

Rumah sakit menerapkan penilaian praktik


profesional berkelanjutan (OPPE) staf
medis secara seragam untuk menilai mutu
dan keselamatan serta pelayanan pasien
yang diberikan oleh setiap staf medis.
INFORMASI
KRITIKAL Monitor dan evaluasi berkelanjutan staf medis menghasilkan

GUNA
informasi kritikal dan penting terhadap proses
mempertahankan keanggotaan staf medis dan proses

REKREDENSIAL pemberian kewenangan klinis (lihat juga KKS 9 dan KKS 9.2).

Dibutuhkan 3 tahun untuk memperpanjang keanggotaan staf


medis dan kewenangan kliniknya, prosesnya harus
berkelanjutan dan dinamis.

Masalah mutu dan insiden keselamatan pasien dapat terjadi


jika isu kinerja klinis anggota staf medis bila tidak
dikomunikasikan dan dilakukan tindakan.
MONITORING DAN EVALUASI BERKELANJUTAN DARI STAF MEDIS
MEMUAT 3 (TIGA) AREA UMUM:

1. PERILAKU,
2. PENGEMBANGAN
PROFESIONAL, DAN
3. KINERJA KLINIS.
1. PERILAKU

• Memposisikan anggota staf medis ialah model atau mentor dalam menumbuhkan
budaya aman (safety culture)
• Budaya aman ditandai dengan:
• Partisipasi penuh semua staf untuk melaporkan bila ada insiden keselamatan pasien tanpa
ada rasa takut untuk melaporkan dan disalahkan (no blame culture).
• Budaya aman juga sangat menghormati satu sama lain, antarkelompok profesional, dan tidak
terjadi sikap saling mengganggu.
• Feedback staf dalam bentuk survei atau mekanisme lain dapat membentuk sikap
dan perilaku yang diharapkan dapat mendukung anggota staf menjadi model untuk
menumbuhkan budaya aman.
EVALUASI PERILAKU MEMUAT:

1. Evaluasi apakah seorang staf medis mengerti dan mendukung kode etik
dan disiplin profesi dan RS serta dilakukan
2. identifikasi perilaku yang dapat atau tidak dapat diterima maupun
perilaku yang mengganggu;
3. tidak adanya laporan dari anggota staf medis tentang perilaku yang
dianggap tidak dapat diterima atau mengganggu;
4. mengumpulkan, analisis, serta menggunakan data dan informasi
berasal dari survei staf serta survei lainnya tentang budaya aman di
rumah sakit.
1. Perilaku yg tidak layak
(Inappropriate),

2. Perilaku yang
PERILAKU YG TIDAK mengganggu (disruptive)
MENDUKUNG
BUDAYA
KESELAMATAN 3. Perilaku yang

24 April 2019
melecehkan (harassment)

4. Pelecehan seksual.
1. Perilaku yang tidak layak (inappropriate) seperti kata-kata atau
bahasa tubuh yang merendahkan atau menyinggung perasaan
sesama staf, misalnya mengumpat dan memaki;
2. Perilaku yang mengganggu (disruptive) antara lain perilaku tidak
PERILAKU YG layak yang dilakukan secara berulang, bentuk tindakan verbal atau
nonverbal yang membahayakan atau mengintimidasi staf lain,
dan “celetukan maut” adalah komentar sembrono di depan pasien
TIDAK yang berdampak menurunkan kredibilitas staf klinis lain. Contoh
mengomentari negatif hasil tindakan atau pengobatan staf lain di
MENDUKUNG depan pasien, misalnya “obatnya ini salah, tamatan mana dia...?”,
melarang perawat untuk membuat laporan KTD, memarahi staf
BUDAYA klinis lainnya di depan pasien, kemarahan yang ditunjukkan
dengan melempar alat bedah di kamar operasi, serta membuang
rekam medis di ruang rawat;
KESELAMATAN 3. Perilaku yang melecehkan (harassment) terkait dengan ras,
agama, dan suku termasuk gender;
4. Pelecehan seksual.

KARS.Sutoto 28
1. Human error : a deviation from intention,
expectation or desirability/penyimpangan
dari niat, harapan atau keinginan

2. At risk behavior :Perilaku berisiko,seperti penyalahgunaan


obat, konsumsi alkohol berat, mengemudi ugal ugalan, atau
PERILAKU TIDAK AMAN olahraga ekstrim dianggap sebagai ancaman potensial bagi
kesehatan, atau bahkan kehidupan.

3. Reckless behavior (pengabaian sadar akan risiko


yang substansial dan tidak dapat dibenarkan. Individu
yang berperilaku sembrono selalu tahu risiko yang
mereka ambil dan memahami bahwa itu substansial.

24 April 2019
Proses monitoring dan evaluasi
Evaluasi perilaku dilaksanakan
bekelanjutan harus dapat
secara kolaboratif antara
mengenali hasil pencapaian,
subkomite etik dan disiplin,
pengembangan potensial
manajer SDM, manajer
terkait kewenangan klinis dari
pelayanan, dan kepala unit
anggota staf medis, dan
kerja.
layanan yang diberikan.
Pengukuran data kinerja staf medis untuk menjadi dasar
rekredensialing dan peningkatan kinerja staf medis
1. Patient care
2. Medical/Clinical knowledge
3. Practice-based learning and improvement
4. Interpersonal and communication skills
5. Professionalism
6. Systems-based practice
7. Mengelola sumber daya
2. PENGEMBANGAN PROFESIONAL

Anggota staf medis berkembang dengan menerapkan teknologi baru dan pengetahuan klinis
baru.
Setiap anggota staf medis dari segala tingkatan akan merefleksikan perkembangan dan perbaikan
pelayanan kesehatan dan praktik profesional sebagai berikut:
a) Asuhan pasien, penyediaan asuhan penuh kasih, tepat dan efektif dalam promosi
kesehatan, pencegahan penyakit, pengobatan penyakit, dan asuhan di akhir hidup. Alat
ukurnya adalah layanan preventif dan laporan dari pasien serta keluarga. (lihat juga HPK
3)
b) Pengetahuan medik/klinis termasuk pengetahuan biomedik, klinis, epidemiologi, ilmu
pengetahuan sosial budaya, dan pendidikan kepada pasien. Alat ukurnya adalah penerapan
panduan praktik klinis (clinical practice guidelines) termasuk revisi pedoman hasil
pertemuan profesional dan publikasi (lihat juga TKRS 11.2).
PENGEMBANGAN PROFESIONAL

c) Praktik belajar berdasar bukti (practice-bases learning) dan pengembangan, penggunaan bukti ilmiah dan
metode pemeriksaan, evaluasi, serta perbaikan asuhan pasien berkelanjutan berdasar atas evaluasi dan
belajar terus menerus (contoh alat ukur survei klinis, memperoleh kewenangan berdasar atas studi dan
keterampilan klinis baru, dan partisipasi penuh pada pertemuan ilmiah).
d) Kepandaian berkomunikasi antarpersonal termasuk menjaga dan meningkatkan pertukaran informasi
dengan pasien, keluarga pasien, dan anggota tim layanan kesehatan yang lain (contoh, partisipasi aktif di
ronde ilmiah, konsultasi tim, dan kepemimpinan tim).
e) Profesionalisme, janji mengembangkan profesionalitas terus menerus, praktik etik, pengertian terhadap
perbedaan, serta perilaku bertanggung jawab terhadap pasien, profesi, dan masyarakat (contoh, alat ukur:
membantu Komite Medik membahas terkait isu klinis dan isu profesi, aktif membantu diskusi panel
tentang etik, ketepatan waktu pelayanan di rawat jalan maupun rawat inap, dan partisipasi di
masyarakat).
f) Praktik berbasis sistem, serta sadar dan tanggap terhadap jangkauan sistem pelayanan
kesehatan yang lebih luas (contoh alat ukur: pemahaman terhadap regulasi rumah sakit
yang terkait dengan tugasnya seperti sistem asuransi medis, asuransi kesehatan (JKN),
sistem kendali mutu, dan biaya. Peduli pada masalah resistensi antimikroba).
g) Mengelola sumber daya, memahami pentingnya sumber daya dan berpartisipasi
melaksanakan asuhan yang efisien, serta menghindari penyalahgunaan pemeriksaan untuk
diagnostik dan terapi yang tidak ada manfaatnya bagi pasien serta meningkatkan biaya
pelayanan kesehatan (contoh alat ukur: berpartisipasi dalam kendali mutu dan biaya,
kepedulian terhadap biaya yang ditanggung pasien, serta berpatisipasi dalam proses
seleksi pengadaan) Sebagai bagian dari proses penilaian, proses monitoring dan evaluasi
berkelanjutan, serta harus mengetahui kinerja anggota staf medis yang relevan dengan
potensi pengembangan kemampuan profesional staf medis.
3.KINERJA KLINIS

• Proses monitoring dan evaluasi berkelanjutan staf medis harus


dapat memberi indikasi sebagai bagian dari proses penilaian kinerja
anggota staf medis terkait upaya mendukung budaya
aman/keselamatan.
• Penilaian atas informasi bersifat umum berlaku bagi semua anggota
staf medis dan juga tentang informasi spesifik terkait kewenangan
anggota staf medis dalam memberikan pelayanannya.
SUMBER DATA RUMAH SAKIT

• Sumber data termasuk data cetak, data elektronik, observasi dan,


interaksi teman sejawat.
• Harus dikumpulkan sedemikian rupa agar teridentifikasi staf medis yang
berperan. Harus terkait dengan praktik klinis seorang anggota staf
medis;
• Dapat menjadi rujukan (benchmark) di dalam KSM/unit layanan atau di
luarnya untuk mengetahui pola individu staf medis.
SUMBER DATA POTENSIAL

• lama hari rawat (length of stay),


• frekuensi (jumlah pasien yang ditangani),
• angka kematian,
• pemeriksaan diagnostik,
• pemakaian darah,
• pemakaian obat-obat tertentu,
• angka ILO, dan lain sebagainya.
jenis anggota staf medis, jenis KSM, jenis unit
layanan terstandar;

dipimpin oleh ketua KSM/unit layanan,


manajer medis, atau unit kajian staf medis;

MAKSUD DAN monitor dan evaluasi terhadap kepala bidang


pelayanan dan kepala KSM oleh profesional
TUJUAN yang kompeten (lihat juga TKRS 1.1).
1.untuk perbandingan internal, mengurangi
variasi perilaku, serta pengembangan
profesional dan hasil klinis;
2.untuk perbandingan eksternal dengan praktik
berdasar bukti (evidence based practice) atau
sumber rujukan tentang data dan informasi
hasil klinis;
Regulasi rumah sakit mengharuskan ada
tinjauan (review) paling sedikit selama 12
bulan.

Review dilakukan secara kolaborasi di antaranya


MAKSUD DAN oleh kepala KSM/unit layanan, kepala bidang
pelayanan medis, subkomite mutu profesi
komite medis, dan bagian IT.
TUJUAN Temuan, simpulan, dan tindakan yang dijatuhkan atau
yang direkomendasikan dicatat di file praktisi serta
tercermin di kewenangan klinisnya. Pemberitahuan
diberikan kepada tempat dimana praktisi memberikan
layanan (lihat juga PMKP 4 dan KKS 3).

Informasi yang dibutuhkan untuk tinjauan ini


dikumpulkan dari internal dan dari monitoring serta
evaluasi berkelanjutan setiap anggota staf termasuk
juga dari sumber luar seperti organisasi profesi atau
sumber instansi resmi.
File kredensial dari seorang anggota staf medis harus
menjadi sumber informasi yang dinamis dan selalu ditinjau
secara teratur. Contohnya, jika seorang anggota staf
menyerahkan sertifikat kelulusan sebagai hasil dari pelatihan
spesialisasi khusus maka kredensial baru ini harus diverifikasi
segera dari sumber yang mengeluarkan sertifikat.

MAKSUD Sanksi dari instansi dari luar (MKEK/MKDKI) menyelidiki


kejadian sentinel terkait seorang anggota staf medis dan
memberi sanksi maka informasi ini harus digunakan untuk
DAN TUJUAN evaluasi kewenangan klinis anggota staf medis.

Untuk menjamin bahwa file staf medis lengkap dan akurat,


file diperiksa paling sedikit 3 (tiga) tahun sekali dan ada
catatan di file tindakan yang diberikan atau tindakan yang
tidak diperlukan sehingga penempatan staf medis dapat
berlanjut.
Pemberian kewenangan
klinis tambahan Pendidikan dan pelatihan
berdasar atas diverifikasi dari sumber
pendidikan dan primernya.
KEWENANGAN pelatihan lanjutan.

KLINIS
TAMBAHAN jika dibutuhkan dan ada
waktu serta SDM:
Pemberian penuh
dilakukan supervisi
kewenangan klinis
sebelum kewenangan
tambahan mungkin
klinis diberikan. Contoh,
ditunda sampai proses
jumlah kasus yang harus
verifikasi lengkap atau
disupervisi dari kardiologi
intervensi;
LANGKAH LANGKAH BILA TERJADI
IKP/PELANGGARAN
• Evaluasi secara adil (just culture)/ (no blame culture): berdasarkan hasil
analisa terkait kejadian tersebut.
• Tindakan jangka pendek:
• Konseling
• menempatkan kewenangan tertentu di bawah supervisi
• pembatasan kewenangan
• tindakan lain untuk membatasi risiko terhadap pasien, dan untuk meningkatkan
mutu serta keselamatan pasien.
• Tindakan jangka panjang:
• Rekomendasi terkait kelanjutan keanggotaan staf medis dan kewenangan klinis.
Proses ini dilakukan sedikitnya setiap 3 (tiga) tahun.
• Monitor dan evaluasi berkelanjutan staf medis menghasilkan informasi kritikal dan
penting terhadap proses mempertahankan staf medis dan proses pemberian
kewenangan klinis.
DASAR PENGAMBILAN KEPUTUSAN KEWENANGAN
KLINIS ANGGOTA STAF MEDIS ( DILANJUTKAN,
DIBATASI, ATAU DIHENTIKAN)

1. HASIL DARI PROSES OPPE


2. PEMBATASAN KEWENANGAN
KLINIS DARI ORGANISASI PROFESI,
KKI, MKEK, MKDKI, ATAU BADAN
RESMI LAINNYA;
3. TEMUAN RS DARI HASIL EVALUASI
KEJADIAN SENTINEL ATAU
KEJADIAN LAIN;
4. KESEHATAN STAF MEDIS;
5. PERMINTAAN STAF MEDIS.
• Lama Hari Rawat (Length Of Stay),
• Frekuensi (Jumlah Pasien Yang Ditangani),
• Angka Kematian
PENILAIAN • Pemeriksaan Diagnostik
• Pemakaian Darah
KINERJA • Pemakaian Obat Obat Tertentu
KLINIS • Angka ILO
• DLL.

indikator kinerja unit dan individu sutoto 44


• Grafik review berkala:
• Jumlah pasien rawat inap/rawat jalan
• Jumlah operasi/prosedur
Informasi bisa • Observasi langsung: kepatuhan terhadap
didapat dari : kebijakan/SPO contoh di SKP, output
asuhan medis.
• Monitoring terhadap teknik diagnostik
dan pengobatan: sesuai dengan CPG/PPK
• Monitoring kualitas klinis: outcome dan
komplikasi
• Diskusi/survei dg sejawat/staf lainnya:
CONTOH PENILAIAN KINERJA KLINIS
DR X SpPD
PENANGANAN PENYAKIT DBD

• Frekuensi (Jumlah Pasien DBD Yang Ditangani selama


1 tahun)
• Lama Hari Rawat (Length Of Stay), rerata jumlah hari
rawat dari jumlah pasien DBD yg ditangani.
• Angka Kematian (jumlah kasus DBD yang ditangani
selama 1 tahun keluar RS meninggal.

indikator kinerja unit dan individu sutoto 46


KRITERIA
• Review terhadap prosedur-prosedur operatif dan klinis
PENILAIAN lain serta hasilnya (kepatuhan SPO/ outcome misal ILO,
PRAKTIK Reoperasi, Pneumoni pasca operasi (anestesi)
• Pola Penggunaan darah/Obat/alkes : keseuaian antara
PROFESSIONAL permintaan dgn kebutuhan → jumlah kantung darah
BERKELANJUTAN yg tidak digunakan. Kepatuhan terhadap formularium.
Penggunaan alkes yg tidka sesuai SPO
• Pola Permintaan tes/prosedur/Tindakan: Kepatuhan
permintaan penunjang/prosedur/tindakan sesuai SPO
• Length of stay: berbasis dokter dan penyakit
• Data Morbiditas dan mortalitas: kriteria morbiditas
sesuai ndikator yg digunakan
• Jumlah kasus yang dikonsulkan/dirujuk ke spesialis lain
Instrumen survei KARS KPS 12 Skor
1. D 10 TL
Bukti pelaksanaan penilaian kinerja untuk evaluasi mutu
praktik profesional berkelanjutan, etik, dan disiplin (OPPE) 5 TS
tenaga medis sesuai regulasi RS 0 TT
W

• Manajer SDM
2.D
Bukti dalam dokumen OPPE memuat: 10 TL
1) Perilaku; 5 TS
2) Pengembangan professional; dan 0 TT
W 3) Kinerja klinis

• Manajer SDM
Instrumen survei KARS KPS 12 Skor
3.D Bukti dalam OPPE juga meliputi peran tenaga medis dalam pencapaian target 10 TL
indikator mutu yang diukur di unit tempatnya bekerja 5 TS
0 TT
W • Manajer SDM
4. D Bukti pelaksanaan pengkajian secara obyektif terhadap data dan informasi hasil 10 TL
pelayanan klinis dari tenaga medis, termasuk dilakukan benchmarking 5 TS
0 TT
W • Manajer SDM

5. D Bukti data dan informasi hasil pemantauan kinerja tenaga medis yang dilakukan oleh: 10 TL
o kepala unit, 5 TS
o kepala kelompok tenaga medis, 0 TT
o Subkomite Mutu Profesi Komite Medik dan
o pimpinan pelayanan medis
W
• Manajer SDM
Instrumen survei KARS KPS 12 Skor
6.D Bukti pelaksanaan tindakan terhadap tenaga medis jika terjadi 10 TL
kejadian insiden keselamatan pasien atau pelanggaran perilaku 5 TS
etik 0 TT

W • Manajer SDM
7. D Bukti perubahan pemberian kewenangan tenaga medis dan 10 TL
tersedia di unit tempat tenaga medis memberikan pelayanan 5 TS
0 TT

W • Manajer SDM
• Kepala ruang unit pelayanan
SEKIAN
TERIMA KASIH

You might also like