You are on page 1of 14

TUGAS KELOMPOK 4

” TATA KELOLA PERUSAHAAN


PT. KRAKATAU STEEL ( PERSERO ) TBK”

Makalah Untuk Tugas Presentasi Matakuliah Manajemen Stratejik


Dosen Pengajar : Dr. Hj. Ade Octavia, S.E., M.M.

Oleh

1. RIDHO PRATOMO : P2C219046


2. ADI SIMANGUNSONG : P2C219053
3. MARSINTA ULI NAINGGOLAN : P2C219057
4. SINTHA DEWI AGUSTINA : P2C219064
5. ANDI RACHMAN : P2C219065
6. DEWI : P2C219014

PROGRAM PENDIDIKAN MAGISTER MANAJEMEN


FAKULTAS PASCA SARJANA
UNIVERSITAS JAMBI
2020
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

PT. Krakatau Steel adalah produsen baja terpadu terbesar di Indonesia dan terletak
disebelah barat pulau jawa yang sudah berdiri semenjak taun 1960, yang diresmikan pada
tahun 1970. Dengan permintaan baja yang terus meningkat, baik untuk pembangunan
infrastruktur, kebutuhan sehari-hari, otomotif, serta industry pertahanan Negara. Krakatau
steel siap menjawab dengan terus melakukan tranformasi disegala lini untuk memenuhi
permintaan tersebut. Salah satu langkah Krakatau steel dalam menyambut tantangan masa
depan adalah dengan menyiapkan 2 pabrik baru, pembangunan hot strip mill 2 dan Blast
Furnice Complex yang terdiri dari Sinter Plan,cook open plan,dan blast furnace plan. Ini
semua menjadi modal Krakatau steel untuk melangkah menuju masa depan yang lebih cerah,
dan langkah tersebut telah dimulai dari beberapa perkembangan yang berhasil dicatat oleh
PERSEROAN dalam setahun terakhir.

Selain itu kinerja positif juga oleh anak usaha Krakatau Steel yang bergerak mulai
dari berbagai bidang, diantaranya : bidang baja konstruksi, sarana pendukung industry,
property, hingga kesehatan. Yang tak kalah penting adalah jalinan erat join venture Krakatau
steel dengan perusahaan-perusahaan besar lain baik domestic maupun internasional yang
memenuhi kebutuhan-kebutuhan dunia konstruksi dan otomotif. Krakatau Posco, KNSS,
Krakatau Osaka Steel, dan Krakatau Semen Indonesia
Salah satu kunci sukses pengelolaan bisnis Perusahaan adalah melalui
pengimplementasian Tata Kelola Perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance
(GCG). Dengan diimplementasikannya GCG, diharapkan pengelolaan sumber daya dan
organisasi Perusahaan menjadi lebih efisien, efektif, ekonomis dan produktif serta selalu
berorientasi pada tujuan Perusahaan dan memperhatikan para pemangku kepentingan
(Stakeholders). Perusahaan menyadari bahwa penerapan GCG saat ini tidak hanya sebagai
pemenuhan kewajiban saja, namun telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan kegiatan
bisnis Perusahaan dalam rangka menjaga pertumbuhan usaha secara berkelanjutan,
meningkatkan nilai tambah (added value) membantu Perusahaan untuk mampu bertahan
dalam persaingan.serta menjadi sarana untuk mencapai visi dan misi Perusahaan.

B. Rumusan Masalah

Yang menjadi rumusan masalah dalam penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana Profil Perusahaan PT. Krakatau Steel ?
2. Bagaimana Tata Kelola Perusahaan PT. Krakatau Steel ?
3. Bagaimana Penerapan Praktik Tata Kelola Perusahaan PT. Krakatau Steel ?
4. Bagaimana menerapkan Manajemen Resiko wujud komitmen GCG PT. Krakatau
Steel ?
5. Bagaimana tentang Etika Bisnis dan Etika Kerja PT. Krakatau Steel ?
6. Apa issue terkini pada Perusahaan PT. Krakatau Steel ?

C. Tujuan Penulisan Sebagaimana rumusan masalah di atas, maka yang menjadi tujuan
penulisannya adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui tentang Profil Perusahaan PT. Krakatau Steel


2. Mengetahui tentang Tata Kelola Perusahaan PT. Krakatau Steel
3. Mengetahui tentang Penerapan Praktik Tata Kelola Perusahaan PT. Krakatau Steel
4. Memahami penerapan Manajemen Resiko wujud komitmen GCG PT. Krakatau Steel
5. Memahami tentang Etika Bisnis dan Etika Kerja PT. Krakatau Steel.
6. Mengetahui issue terkini pada Perusahaan PT. Krakatau Steel.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Profil Perusahaan PT. Krakatau Steel

PT Krakatau Steel merupakan BUMN yang bergerak di bidang produksi baja. Perusahaan
yang beroperasi di Cilegon, Banten ini mulanya dibentuk sebagai wujud pelaksanaan Proyek
Baja Trikora yang diinisiasi oleh Presiden Soekarno pada tahun 1960 untuk memiliki pabrik
baja yang mampu mendukung perkembangan industri nasional yang mandiri, bernilai tambah
tinggi, dan berpengaruh bagi pembangunan ekonomi nasional. Ketika dibentuk pada tanggal
20 Mei 1962, perusahaan yang dulunya bernama Cilegon Steel Mill ini resmi berdiri dengan
kerja sama Tjazpromexport dari Uni Soviet. Namun, terjadinya gejolak politik dan ekonomi
yang parah, mengakibatkan pembangunan pabrik sempat terhenti. Barulah memasuki awal
1970-an, unit pabrik dilanjutkan pembangunannya dan dioperasikan secara resmi pada
tanggal 31 Agustus 1970 dengan nama Krakatau Steel. Selama dekade pertama perusahaan
berdiri, Krakatau Steel telah melakukan gerak cepat dalam pembangunan kawasan operasi
terpadu produksi baja di Cilegon dengan berbagai peresmian operasional perdana yang
disaksikan dan diresmikan langsung oleh Presiden Soeharto dari pusat pengolahan air
terpadu, pelabuhan Cigading, PLTU Cilegon 400 MW serta pabrik baja terpadu yang
meliputi 4 produk baja utama.

Dicanangkan pertama kali sebagai Proyek Besi Baja Trikora oleh Presiden Soekarno, PT
Krakatau Steel yang berdiri pada tahun 1970 telah berkembang menjadi produsen baja
terbesar di Indonesia. Dalam kurun waktu 10 tahun, Krakatau Steel telah menunjukkan
perkembangan yang pesat dengan bertambahnya berbagai fasilitas produksi seperti Pabrik
Besi Spons, Pabrik Billet Baja, Pabrik Baja Batang Kawat, serta fasilitas infrastruktur
pendukungnya, yaitu pembangkit listrik, pusat penjernihan air, pelabuhan dan sistem
telekomunikasi. Sejak itulah Krakatau Steel dikenal sebagai produsen baja terbesar di
Indonesia. Kelengkapan infrastruktur menjadikan PT Krakatau Steel sebagai industri baja
terpadu yang tidak hanya mampu menyediakan suplai produk baja, tetapi turut mendorong
pertumbuhan dunia industri di tanah air.
Berbekal kemampuan teknis dan manajerial, PT Krakatau Steel (Persero) telah
meraih Sertifikasi ISO 9001, ISO 14001, OHSAS 18001/SMK3, ISO 17025, dan Sistem
Manajemen Pengamanan (SMP). Pada tahun 1973, Perseroan memproduksi pipa spiral untuk
pertama kalinya dengan spesifikasi ASTM A252 dan AWWA C200. Sejak tahun 1977,
Perseroan telah memperoleh sertifikasi API 5L dan sejak 2009 juga meraih sertifikasi BC 1,
yang merupakan standar Building and Construction Authority yang dikeluarkan oleh Negara
Singapura.
Atas komitmen Perseroan terhadap keselamatan kerja dan kesehatan lingkungan, SGS
International menyerahkan Sertifikasi ISO 14001 pada tahun 1997. Sebelumnya, Perseroan
juga telah memperoleh Sertifikasi ISO 9001 pada tahun 1993 yang kemudian diperbarui
dengan Sertifikasi ISO 9001: 2000 pada tahun 2003, kemudian diperbarui kembali menjadi
ISO 9001: 2008 oleh SUCOFINDO tahun 2010. Seritifikasi ISO 17025 terdiri dari Sertifikasi
Laboratorium Kalibrasi, Sertifikasi Laboratorium Kimia dan Mekanik; dan Sertifikasi
Laboratorium Lingkungan yang diakreditasi oleh Komite Akreditasi Nasional (KAN).
Perseroan juga telah mendapatkan JIS Marking approval untuk produk-produk HRC sejak
tahun 1991, CRC dan WR sejak tahun 1993. Selain itu Perseroan juga telah menetapkan
Standar Nasional Produk Indonesia melalui SNI wajib pada tahun 2011 untuk HRC dan 2012
untuk CRC. Dalam bidang pengamanan, Perseroan juga telah memperoleh sertifikasi SMP
yang dikeluarkan oleh KAPOLRI dengan menerapkan Perkap 24/2007 pada tahun 2012.
Pencapaian ini merupakan perwujudan komitmen Perseroan terhadap standar kualitas bertaraf
Internasional. PT Krakatau Steel (Persero) meluncurkan penawaran umum perdana (IPO)
pada 10 November 2010 dan sejak saat itu, saham Perseroan terdaftar di Bursa Efek
Indonesia dengan nama KRAS.
Dengan kapasitas produksi yang mencapai 3,15 juta ton per tahun, PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk memproduksi sejumlah produk unggulan seperti Baja Lembaran Panas, Baja
Lembaran Dingin, dan Baja Batang Kawat. Melalui anak usahanya, Perseroan juga
mengeluarkan jenis produk baja untuk sektor industri khusus, antara lain Pipa Spiral, Pipa
ERW, Baja Tulangan, dan Baja Profil.
Berkat kemampuannya untuk memproduksi baja dengan spesifikasi khusus, terutama dalam
mendukung infrastruktur pertahanan nasional, Perseroan dikenal sebagai salah satu industri
strategis Indonesia. Saat ini, Perseroan telah menargetkan untuk meningkatkan kapasitas
produksinya menjadi 4,65 juta ton pada tahun 2017. Hal ini dilaksanakan dengan menambah
kapasitas produksi Baja Lembaran Panas sebesar 1,5 juta ton. Selain menguasai pangsa pasar
domestik, Perseroan juga mengandalkan ekspor produk baja untuk meningkatkan volume
penjualannya.

B. Tata Kelola Perusahaan PT. Krakatau Steel

Salah satu kunci sukses pengelolaan bisnis Perusahaan adalah melalui pengimplementasian
Tata Kelola Perusahaan yang baik atau Good Corporate Governance (GCG). Dengan
diimplementasikannya GCG, diharapkan pengelolaan sumber daya dan organisasi Perusahaan
menjadi lebih efisien, efektif, ekonomis dan produktif serta selalu berorientasi pada tujuan
Perusahaan dan memperhatikan para pemangku kepentingan (Stakeholders). Perusahaan
menyadari bahwa penerapan GCG saat ini tidak hanya sebagai pemenuhan kewajiban saja,
namun telah menjadi kebutuhan dalam menjalankan kegiatan bisnis Perusahaan dalam rangka
menjaga pertumbuhan usaha secara berkelanjutan, meningkatkan nilai tambah (added value)
membantu Perusahaan untuk mampu bertahan dalam persaingan.serta menjadi sarana untuk
mencapai visi dan misi Perusahaan.

Penerapan praktik terbaik Corporate Governance secara konsisten dan berkesinambungan


merupakan komitmen penuh dari PT Krakatau Steel (Persero) Tbk dalam pengelolaan bisnis
Perseroan dengan menjaga keseimbangan antara kepentingan pemegang saham maupun
kepentingan stakeholders lainnya. Dalam menerapkan Good Corporate Governance (GCG),
PT Krakatau Steel (Persero) Tbk tidak hanya sekedar memenuhi kepatuhan terhadap
peraturan perundang-undangan saja, tetapi bersungguh-sungguh menerapkannya dalam
segala kegiatan operasional yang dijalankan dengan senantiasa memperhatikan prinsip-
prinsip GCG yaitu Transparency, Accountability, Responsibility, Independency dan Fairness.

Sebagai wujud penerapan GCG yang komprehensif, PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
mengadopsi standar terbaik yang berlaku di Indonesia seperti Pedoman GCG yang
diterbitkan oleh Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) tahun 2006, standar
penerapan GCG untuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang dikeluarkan oleh Kantor
Kementerian Negara BUMN, yaitu Peraturan Menteri Negara BUMN No. Per-01/MBU/2011
juncto Per-09/MBU/2012 dan SK-16/S MBU/2012.
C. Penerapan Praktik Tata Kelola Perusahaan PT. Krakatau Steel

Melalui Surat Edaran Menteri BUMN No. SE-05/MBU/2013 Tentang Road Map Menuju
BUMN Bersih, Kementerian BUMN mengharapkan adanya peningkatan kualitas penerapan
GCG, baik secara administratif maupun substantif, serta adanya keinginan untuk
mewujudkan BUMN yang tangguh, unggul, dan bermartabat. Perusahaan menyambut baik
program BUMN Bersih tersebut dan mengimplementasikannya melaluiimplementasi
program “Krakatau Steel (KS) Bersih”. Untuk menjalankan kegiatan dan bisnis Perusahaan
dengan berlandaskan komitmen "KS Bersih" , ditetapkan kebijakan-kebijakan pokok yang
akan menjadi landasan dalam penjabaran kebijakan operasional Perusahaan meliputi :

1. Menjalankan tata kelola Perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip Good Corporate


Governance (GCG) secara konsisten untuk menjalin hubungan yang harmonis dengan
pemangku kepentingan.
2. Menerapkan Pengendalian Internal, Sistem Manajemen Risiko, Sistem Manajemen
Pengamanan dan Lingkungan Industri yang efektif untuk mengamankan investasi dan
aset Perseroan, menjamin kontinuitas, profitabilitas, dan, pertumbuhan Perseroan
selaras dengan Visi dan Misi Perusahaan.
3. Menyempurnakan sistem pelaporan pelanggaran untuk memperkuat sistem deteksi
dini dan memerangi praktik yang bertentangan dengan praktik Good Governance,
yaitu melalui mekanisme pelaporan pelanggaran (Whistle Blowing System).
4. Melaksanakan program Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi bekerjasama
dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang mulai diterapkan pada tahun
2014.
5. Penyempurnaan buku Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja serta sosialisasi kepada
seluruh karyawan guna membudayakan perilaku yang beretika dalam melakukan
kegiatan kerja dan bisnis Perseroan.
6. Menetapkan Code of Conduct (CoC)/Etika Penggunaan e-mail dan internet sesuai
dengan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik (UU ITE) serta kaidah Tata Kelola IT (IT Governance).
7. Menetapkan wajib pengisian Laporan Harta Kekayaan (LHKPN) bagi Direksi,
Komisaris, Direktur Anak Perusahaan serta pejabat struktural Perseroan sampai 2
(dua) level di bawah Direksi melalui SK Direksi No. 68/DU-KS/Kpts/2015 tanggal 22
Juni 2015 Tentang Penetapan Jabatan Struktural Di Lingkungan PT Krakatau Steel
(Persero) Tbk Yang Wajib Menyampaikan LHKPN Serta Penunjukan Koordinator
Pengelolaan LHKPN Dan User Aplikasi Wajib LHKPN.

D. Manajemen Resiko wujud komitmen GCG PT. Krakatau Steel

Sebagai salah satu Perusahaan BUMN yang bergerak di bidang industri baja di tanah air,
Perseroan terus berupaya untuk mengantisipasi segenap tantangan dan lingkungan persaingan
bisnis secara makro maupun mikro. Oleh karena itu Perseroan berkomitmen untuk melakukan
pengelolaan risiko secara terstruktur dan terintegrasi serta menetapkan langkah mitigasi dan
tindak lanjut yang tepat guna mengurangi potensi kerugian yang besar bagi Perseroan. Dalam
penerapan manajemen risiko, Perseroan menetapkan manual implementasi manajemen risiko
mengacu pada standar Committee of Sponsoring Organization of The Treadway Commission
(COSO).
Penerapan Manajemen Risiko merupakan pilar penting dalam mewujudkan tata kelola
perusahaan yang baik dan harus menjadi bagian integral dalam pelaksanaan sistem
manajemen Perseroan. Sebagai wujud komitmen Perseroan dalam penerapan GCG yang
efektif, Perseroan telah membentuk Unit Pengelola Manajemen Risiko setingkat Sub-
Direktorat yang bertanggungjawab langsung kepada Direktur Utama.
Implementasi Manajemen Risiko di Perseroan didasarkan pada beberapa kebijakan internal
maupun eksternal diantaranya:

 Surat Keputusan Direksi No.06/C/DU-KS/KPTS/ 2007 tentang Penerapan


Manajemen Risiko.
 Manual Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS)
 Peraturan Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang Penerapan Tata Kelola
Perusahaan Yang Baik (Good Corporate Governance) pada Badan Usaha Milik
Negara, Pasal 25
 Peraturan Kapolri No.24 Tahun 2007 tentang Sistem Manajemen Pengamanan.

Adapun petunjuk pelaksanaan dari penerapan Manajemen Risiko di Perseroan adalah:

1. Pedoman Penerapan Manajemen Risiko.


2. Prosedur Manajemen Risiko Perusahaan.
3. Work Instruction (Petunjuk Kerja) Analisis dan Pengendalian Risiko.
4. Work Instruction (Petunjuk Kerja) Pemantauan dan Pelaporan Risiko.

Lingkup penerapan Manajemen Risiko Perseroan meliputi:

 Risiko Proses Bisnis


 Risiko Proyek (investasi dan pembangunan rutin)
 Risiko Pengamanan

Kebijakan dan Komitmen Direksi dalam rangka menerapkan Manajemen Risiko di Perseroan
adalah:

1. Direksi dan seluruh Karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk berkomitmen


menjalankan Manajemen Risiko secara efektif dan konsisten guna menjamin
Kontinuitas, Profitabilitas dan Pertumbuhan selaras dengan Visi dan Misi Perusahaan.
2. Untuk menjalankan Manajemen Risiko, Direksi menerapkan prinsip prioritas dalam
pengendalian dan melakukan penilaian serta pengukuran risiko untuk mengalokasikan
sumber daya perusahaan secara optimal.
3. Direksi memperhatikan risiko strategis dan menetapkan langkah-langkah mitigasi
sebagai pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
4. Direksi akan terus berupaya mengembangkan budaya sadar risiko melalui upaya
peningkatan kompetensi dan menumbuhkan kesadaran setiap manajemen dan
karyawan terhadap pelaksanaan manajemen risiko.
Untuk menunjang kehandalan pengelolaan manajemen risiko Perseroan telah
mengembangkan sistem Informasi manajemen risiko (SIMARIS) yang terintegrasi di seluruh
Unit Kerja. SIMARIS mulai diimplementasikan pada tahun 2009 dan terus dikembangkan
hingga tahun 2018. Informasi yang dihasilkan melalui SIMARIS akan digunakan oleh Divisi
GCG & Risk Management untuk mengevaluasi Risiko Unit Kerja dan membuat laporan
triwulanan, serta digunakan Unit Internal Audit dalam membantu pelaksanaan proses audit
berdasarkan risiko (Risk Based Audit) sebagaimana tergambar dalam alur sebagai berikut:

E. Etika Bisnis & Etika Kerja


PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk menyadari arti pentingnya implementasi GCG sebagai alat
dan/atau cara untuk meningkatkan nilai dan pertumbuhan bisnis jangka panjang secara
berkesinambungan baik bagi Shareholders (Pemegang Saham) maupun
bagi Stakeholders(Pemangku Kepentingan) lainnya. Dalam rangka mengimplementasikan
GCG secara konsisten Perusahaan berkomitmen melalui kepatuhan atas Standar Etika Bisnis
& Etika Kerja. Pedoman Etika Bisnis & Etika Kerja disusun dengan menjabarkan Tata Nilai
Perusahaan yaitu Competence, Integrity, Reliable, Innovative disingkat CIRI guna mencapai
Visi dan Misi Perusahaan.
Pedoman Etika Bisnis & Etika Kerja merupakan seperangkat aturan sebagai acuan perilaku
Insan Krakatau Steel dalam hubungan internal maupun dengan pihak eksternal dalam upaya
membangun budaya dan lingkungan kerja yang beretika diseluruh lingkungan bisnis
Perusahaan. Pedoman Etika Bisnis dan Etika Kerja selalu dikomunikasikan dan
disosialisasikan kepada Dewan Komisaris dan organ pendukungnya, Direksi dan pejabat satu
tingkat di bawah Direksi serta seluruh karyawan diantaranya melalui:

1. Website Perseroan
2. Program Induction Course karyawan baru
3. Standing banner, Brosur, Moving Sign dan media-media lainnya pada area kantor
Perusahaan

Dalam upaya untuk mengimplementasikan standar Etika Bisnis & Etika Kerja di lingkungan
Perusahaan, seluruh pegawai Krakatau Steel, Dewan Komisaris dan Direksi diwajibkan untuk
menandatangani komitmen pemenuhan standar Etika Bisnis & Etika Kerja dalam setiap
melaksanakan aktivitas. Penandatanganan komitmen tersebut wajib dilakukan setiap tahun,
sehingga diharapkan Direksi, Dewan Komisaris dan seluruh Pegawai Krakatau Steel
memiliki standar etika dan perilaku yang baik.

F. Gratifikasi
Dalam rangka menciptakan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk yang bersih dan beretika,
terbebas dari segala unsur Penyuapan, Fraud dan KKN, Perusahaan membentuk Unit
Pengendali Gratifikasi (UPG) pada Divisi GCG & Risk Management berdasarkan Surat
Keputusan Direktur Utama No. : 114A/DU-KS/Kpts/2014 yang bertugas untuk melakukan
pengelolaan dan pengendalian gratifikasi secara konsisten di lingkungan Perusahaan.
Sebagai upaya nyata untuk mewujudkan Krakatau Steel Group Bersih, maka UPG menyusun
buku Pedoman Pengelolaan dan Pengendalian Gratifikasi sebagai acuan bagi Dewan
Komisaris, Direksi, dan seluruh Insan Krakatau Steel. UPG juga aktif dalam mencegah
terjadinya gratifikasi di lingkungan Perusahaan dengan membentuk sistem pelaporan
gratifikasi, pelaporan dapat dilakukan dengan menggunakan formulir yang diserahkan
langsung ke UPG atau menggunakan aplikasi yang terdapat pada intranet Perseroan sehingga
memudahkan Insan Krakatau Steel dalam melakukan pelaporan penerimaan gratifikasi
secara online.
Manajemen juga mendukung penuh dalam mewujudkan Krakatau Steel Bersih dengan
mengeluarkan Edaran No. 172/DU-KS/VI/2016 Tentang Larangan Penerimaan Gratifikasi
pada tanggal 24 Juni 2016.
Dewan Komisaris, Direksi dan Seluruh Karyawan PT Krakatau Steel (Persero)Tbk juga
berkomitmen untuk menerapkan pengendalian gratifikasi dengan prinsip-prinsip sebagai
berikut:

1. Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh Karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
tidak akan menawarkan atau memberikan suap atau gratifikasi yang dilarang dalam
bentuk apapun kepada Lembaga Pemerintah, Perseorangan atau Kelembagaan,
Perusahaan Domestik atau Asing untuk mendapatkan berbagai bentuk
manfaat/kemudahan sebagaimana dilarang oleh perundang-undangan yang berlaku.
2. Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh Karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
tidak akan meminta atau menerima suap, gratifikasi yang dilarang dalam bentuk
apapun dari perseorangan atau kelembagaan, perusahaan domestik atau perusahaan
asing terkait dengan pelaksanaan tugas pokok dan fungsi sebagimana dilarang oleh
perundang-undangan.
3. Dewan Komisaris, Direksi dan seluruh Karyawan PT Krakatau Steel (Persero) Tbk
bertanggung jawab mencegah dan mengupayakan pencegahan korupsi di
lingkungannya dengan meningkatkan integritas, pengawasan, dan perbaikan sistem
sesuai dengan tugas dan fungsinya.

G. Assessment GCG
Sesuai dengan Pasal 44 Peraturan Menteri BUMN No. PER-01/MBU/2011 tentang
Penerapan Tata Kelola Perusahaan Yang Baik, Perseroan wajib melakukan penilaian
(assessment) yang bertujuan untuk mengidentifkasi penerapan GCG di Perseroan yang
dilaksanakan secara berkala setiap 2 (dua) tahun oleh assessor independen dan evaluasi
(review) yang dilakukan sendiri (self assessment) untuk mendeskripsikan tindak lanjut
pelaksanaan dan penerapan GCG di Perseroan yang dilakukan tahun berikutnya. Pelaksanaan
penilaian GCG pada Perseroan diungkapkan dalam website dan laporan tahunan (Annual
Report). Pada tahun buku 2018 Perseroan menunjuk Badan Pengawasan Keuangan dan
Pembangunan (BPKP) sebagai assessor independen yang akan menilai penerapan GCG di
Perseroan. Pelaksanaan Assessment menggunakan kriteria Surat Menteri Negara BUMN No.
SK-16/S.MBU/2012 tanggal 6 Juni 2012. Hasil Assessment penerapan GCG Perseroan untuk
periode tahun 2018 telah menempatkan Krakatau Steel pada
kategori SANGAT BAIK dengan skor 89,44.

H. Whistle Blowing System (WBS)


Sejalan dengan komitmen Perusahaan untuk mengimplementasikan Good Corporate
Governance, Perseroan telah membangun dan mengimplementasikan Whistle Blowing
System (WBS) sejak pertengahan tahun 2013. WBS merupakan salah satu sistem yang terus
dikembangkan dan dilaksanakan dalam rangka mencegah dan mendeteksi potensi
pelanggaran yang mungkin terjadi sehingga dapat menciptakan iklim kerja yang lebih bersih,
mencegah praktik penyimpangan dan kecurangan. System WBS ini melibatkan peran serta
seluruh unsur Perseroan dalam proses pelaporan dan pengungkapannya.
Jenis-jenis perbuatan yang dapat dilaporkan melalui WBS ini, termasuk tetapi tidak terbatas
pada:

 Korupsi;
 Suap/Gratifikasi;
 Pencurian/penggelapan;
 Kecurangan;
 Ketidakjujuran;
 Benturan Kepentingan;
 Penyalahgunaan jabatan/kewenangan
 Perbuatan melanggar hukum (termasuk penggunaan kekerasan terhadap karyawan
atau pimpinan, pemerasan, penggunaan narkoba, perbuatan asusila, perbuatan
kriminal lainnya);
 Pelanggaran ketentuan perpajakan, lingkungan hidup, ketenagakerjaan, dan lain-lain;
 Pelanggaran prosedur operasi standar (SOP) Perusahaan, terutama terkait dengan
pengadaan barang dan jasa, pemberian manfaat dan remunerasi.

Perusahaan dapat menambah atau mengurangi daftar perbuatan yang dapat dilaporkan ini
untuk mempermudah karyawan perusahaan mendeteksi perbuatan yang dapat dilaporkan.

Issu Terkini PT. Krakatau Steel

Krakatau Steel Tuntaskan Restrukturisasi Hutang

Restrukturisasi hutang yang dilakukan dalam upaya penyehatan PT Krakatau Steel (Persero)
Tbk telah tuntas dilaksanakan. Keseluruhan kreditur telah menandatangani perjanjian kredit
restrukturisasi hutang. Perseroan melakukan penghematan biaya sebesar USD685 juta dalam
sembilan tahun.
Jakarta (28/1) - PT Krakatau Steel (persero) Tbk telah menyelesaikan restrukturisasi hutang
senilai USD2 miliar. Restrukturisasi hutang ini adalah restrukturisasi hutang terbesar yang
pernah ada di Indonesia. Kesepakatan restrukturisasi ini telah selesai ditandatangani oleh
keseluruhan kreditur pada 12 Januari 2020 lalu.
Dari jumlah restrukturisasi tersebut, sebesar 8% merupakan hutang anak perusahaan, yaitu
PT Krakatau Wajatama dan PT KHI Pipe Industries, PT MJIS, dan PT Krakatau Engineering.
Restrukturisasi hutang ini melibatkan 10 bank nasional, swasta nasional dan swasta asing.
Sebelumnya pada 30 September 2019 PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Negara
Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, PT Bank ICBC
Indonesia, Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (Indonesia Eximbank), PT Bank Central
Asia Tbk. telah sepakat untuk melakukan relaksasi pembayaran hutang dalam perjanjian
induk rekstrukturisasi (MRA). Pada 29 Desember 2019 PT Bank DBS Indonesia dan PT
Bank OCBC NISP Tbk mengawali perjanjian aksesi atau penundukannya terhadap perjanjian
induk restrukturisasi. Kemudian, pada 12 Januari 2020 dua bank swasta lainnya yakni
Standard Chatered Bank Indonesia dan PT CIMB Niaga Tbk turut tunduk dalam perjanjian
induk yang sama.
Penandatanganan persetujuan pembiayaan ini dilakukan untuk mendukung Rencana
Transformasi Bisnis dan Keuangan Krakatau Steel menjadi lebih sehat. Beban bunga dan
kewajiban pembayaran pokok pinjaman menjadi lebih ringan sehingga membantu perbaikan
kinerja perusahaan dan memperkuat cashflow perusahaan. Proyek restrukturisasi ini
berlangung selama sembilan tahun (2019-2027), dalam jangka panjang diharapkan operasi
perusahaan menjadi lebih baik.
“Melalui restrukturisasi ini, total beban bunga selama sembilan tahun hutang dapat
diturunkan secara signifikan dari USD 847 juta menjadi USD 466 juta. Selain itu,
penghematan biaya juga kita dapatkan dari restrukturisasi Krakatau Steel hutang selama
sembilan tahun sebesar USD685 juta”, ungkap Silmy Karim Direktur Utama PT KS.
“Sepanjang tahun 2019, sudah banyak hal yang sudah kami lakukan dalam rangka melakukan
transformasi perusahaan. Selain restrukturisasi hutang, kami juga telah melakukan
optimalisasi tenaga kerja dan menerapkan operation excellence sehingga Krakatau Steel lebih
efisien dan kompetitif. Kemudian di September dan November 2019 secara berturut-turut
kami berhasil melampaui rekor produksi HRC dan CRC. Dengan segala capaian ini kami
optimistis di tahun 2020, Krakatau Steel akan mempunyai catatan yang lebih gemilang”,
imbuh Silmy.
Total Pinjaman (USD)
1. PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. : 618.288.941
2. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. : 425.924.860
3. PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. : 337.391.891
4. PT Bank CIMB Niaga Tbk. : 238.336.921
5. PT Bank OCBC NISP Tbk. : 138.659.862
6. PT Bank ICBC Indonesia : 44.269.390
7. Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia : 79.832.618
8. PT Bank DBS Indonesia : 48.617.012
9. Standard Chartered Bank : 25.620.928
10. PT Bank Central Asia Tbk. : 48.693.599
Total : 2.005.636.024
Langkah selanjutnya, Perseroan juga mendorong agar dilakukan dukungan kebijakan regulasi
regulasi impor baja. Regulasi ini merupakan hal terpenting lainnya untuk mendukung
pertumbuhan industri baja yang sehat.
Impor baja saat ini sudah menghantam industri baja nasional dari hulu hingga hilir. Kondisi
ini jika diteruskan pada akhirnya Indonesia hanya akan menjadi konsumen pengguna baja
dari luar negeri saja, dan akan semakin menekan defisit neraca perdagangan.
Pada tahun 2018 volume impor baja mencapai angka 6,3 juta ton, naik sebesar 6,7%
bandingkan dengan tahun sebelumnya. Selain itu berdasarkan data Badan Pusat Statistik
(BPS) pada tahun 2018, besi dan baja tercatat menjadi komoditi impor terbesar ke-3 yaitu
sebesar 6,45% dari total importasi dengan nilai 10,25 Milyar USD dan telah mengakibatkan
defisitnya neraca perdagangan RI. Sampai dengan bulan September 2019, importasi besi dan
baja telah mencapai 5 juta ton dan di estimasi akan mengalami kenaikan sampai 6,7 juta ton
sampai akhir 2019 (meningkat 7,5% dari total impor tahun 2018 sebesar 6,3 juta ton). Bahkan
hingga September 2019, besi dan baja masih menempati posisi 3 besar komoditi impor yang
masuk ke Indonesia dengan nilai 7,63 Milyar USD.
“Bersama Kementerian BUMN, kami memberikan masukan kepada kementerian terkait agar
pasar dan industri baja di Indonesia bisa lebih sehat. Industri baja dalam negeri sangat
tertekan dengan kondisi impor baja di sepanjang tahun 2018-2019. Kami memerlukan
kebijakan dan pengawasan yang ketat dalam hal impor baja. Telah terjadi penurunan utilisasi
industri baja hingga 43% di tahun 2019”, tutur Silmy.

Pasokan, Permintaan, dan Utilisasi Industri Baja Nasional 2018


SUPPLY SHARE
PRODUK KAPASITAS PRODUKSI UTILISASI IMPOR KONSUMSI KETERANGAN
DOMESTIK IMPOR

Hot Rolled Overcapacity/Stop


4.900 2.252 66% 2.170 1.532 3.702 41%
Coil Impor

Overcapacity/Stop
Plate 2.760 1.721 62% 1.124 403 1.527 26%
Impor
Cold Rolled
2.380 823 35% 822 1.921 2.743 70% -
Coil

Overcapacity/Stop
Wire Rod 2.155 824 38% 737 695 1.432 49%
Impor

Overcapacity/Stop
Bar 8.478 2.953 35% 2.883 514 3.396 15%
Impor

Overcapacity/Stop
Section 1.727 896 52% 884 256 1.140 22%
Impor

GIS & Overcapacity/Stop


2.240 1.245 56% 1.237 751 1.988 38%
GALV Impor

Overcapacity/Stop
Pipe 2.392 975 41% 687 608 1.295 47%
Impor

*Kapasitas HRC Krakatau Steel : 3.900.000 ton/thn (2,4 juta ton existing + 1,5 juta ton
HSM#2)
*Kapasitas HRP Krakatau Posco : 1.500.000 ton/thn
Sumber : SEAISI, Badan Pusat Statistik, diolah.

Gambaran Impor Produk Baja


Produk 2013 2014 2015 2016 2017 2018 Sept 2019 2019 (E)

HRC/Plate 2,4 1,9 1,7 1,7 2,0 1,9 1,7 2,3

CRC 1,2 1,1 1,0 1,1 1,3 1,4 1,1 1,5

WR 0,7 0,7 0,6 0,8 0,6 0,6 0,5 0,6

Bar 0,5 0,5 0,4 0,5 0,5 0,5 0,4 0,5

Section 0,6 0,4 0,3 0,2 0,2 0,3 0,2 0,3

Coated Sheet 1,0 1,0 1,1 1,4 1,4 1,5 1,1 1,5

Carbon Steel 4,9 4,0 3,8 3,8 3,5 3,4 3,0 4,0

Alloy Steel 1,5 1,5 1,4 1,9 2,4 2,9 2,0 2,7

Total 6,5 5,5 5,2 5,7 5,9 6,3 5,0 6,7

Daftar Pustaka

Situs Official PT.KRAKATAU STEEL https://www.krakatausteel.com/


diakses pada 27-02-20 18:45

You might also like