Professional Documents
Culture Documents
Keong Mas New
Keong Mas New
Keong Mas New
Tokoh :
1. Raja Daha
4. Penyihir
ADEGAN 1
Al Kisah di Istana Kerajaan Daha, hiduplah seorang Raja bernama Raja Daha bersama dua putrinya
yang cantik jelita yaitu Dewi Galuh Candra Kirana dan Dewi Galuh Ajeng. Pada suatu hari, Raja
mengabarkan akan menikahkan salah satu putrinya kepada Raden Inu Kertapatih dari Kerajaan
Kahuripan.
Raja Daha : “Iya, putriku. Ada yang ingin Ayah sampaikan pada kalian berdua. Besok, Raden Inu
Kertapati dari kerajaan Kahuripan akan datang kemari.”
Raja Daha : “Ayah sudah membuat perjanjian dengan Ayahnya, bahwa Ayah akan menikahkan salah
Ajeng : (Berbinar senang) “Siapa diantara kami yang akan dinikahkan dengan Raden Inu, Ayah?”
Raja Daha : “Kami sudah sepakat untuk menikahkan Putri Kirana dengan Raden Inu.”
Raja Daha : “Kalau begitu memang tidak salah Ayah memilihmu sebagai calon istri Raden Inu. Ayo,
kita persiapkan segala sesuatunya untuk pernikahanmu nanti.”
Ajeng : “Aku tidak setuju mengenai pernikahan ini! Kenapa harus Kirana yang dipilih dan
bukanaku!? Padahal secara nyata jelas aku yang lebih cantik dari dia!! Huh, ini tidak adil! Hanya aku
satu-satunya yang boleh menjadi istri Raden Inu!! Hanya aku, bukan Kirana! Sekarang apa yang
harus kulakukan?” (Berpikir keras sembari mondar-mandir) “AHA! Aku punya Ide yang cemerlang!”
ADEGAN 2
Galuh Ajeng yang membuat sebuah rencana buruk untuk Kirana segera pergi ke dalam hutan untuk
menemui seorang penyihir.
Penyihir : (Manggut-manggut) “Oh..ya..ya…ya aku mengerti maksudmu. Lalu kamu ingin aku
melakukan apa untuk Kirana? Mengutuknya?? Kutukan apa yang kamu inginkan? Berupa racun
mematikan atau aku mengutuknya terkena tetanus!!?”
Ajeng : “Semuanya aku serahkan padamu! Yang jelas aku ingin Kirana menderita!!”
Penyihir : “Baiklahhh, aku akan mengutuk Candra Kirana sehingga dia tidak dapat menikah dengan
Raden Inu!!”
Ajeng : (Tersenyum senang) “Terimakasih atas bantuanmu, senang bekerja sama dengan
penyihir sepertimu! Ini uang sebagai upah awal untukmu. Nanti kalau kutukanmu
berhasil, aku akan memberikan lebih banyak lagi!!”
Penyihir : (Menerima uang itu) “Tentu saja! Sekarang aku akan mempersiapkan kutukan
untuknya…” (Masuk ke dalam)
“Dewi Galuh Candra Kirana, saudariku yang malang!! Sungguh kasihan sekalin dirimu!” (Tertawa)
ADEGAN 3
(Setelah meminta bantuan pada penyihir, Galuh Ajeng kembali ke Istana dan ingin bertemu Raja
Daha.)
Ajeng : “Dia…dia ternyata selama ini menjalin hubungan dekat dengan salah satu
pengawal kita, Ayah…! Ini, aku menemukan surat cinta yang ditulis oleh Kirana untuk
pengawal itu di kamarnya!”
Raja Daha : “(Membaca surat itu dan murka) APA??! Dasar gadis tidak tahu malu, anak tak tahu
diri! Sudah mau menikah malah bercinta dengan pengawal kurang ajar itu!”
Raja Daha : “Ada apa, kamu bilang!? Baca ini!!” (Melempar surat itu ke muka Kirana)
“Oh, ini fitnah Ayahanda! Aku tidak pernah melakukannya! Tolonglah, percaya kepadaku!”
Raja Daha : “Cukup!! Keluar kamu dari istana ini! Keluar!! Kamu dengan pengawal brengsek itu
tidak pantas berada disini, keluar!!!”
Penyihir : (Tertawa) “Halo, Putri Kirana! Apa kabarmu, Hah? Kelihatannya kamu sangat sedih hari
ini? (Tertawa jahat)
Kirana : (Terkejut melihat si penyihir) “Siapa kamu? Kenapa kamu sangat buruk rupa??”
Penyihir : “Diam! Aku ke sini untuk mengutukmu menjadi keong!! Saudari macam apa
saudarimu itu hingga dia ingin aku mengutukmu!!? Kau tahu, dia tidak setuju
dengan pernikahanmu! Dia iri denganmu entah apa yang merasuki dirinya”
Kirana : “Apa? Galuh Ajeng mau mengutukku?! Dan ia iri kepadaku? Mengapaa?!”
Penyihir : (Tertawa jahat) “Ohhh tentu! Ia menginginkan pernikahanmu dibatalkan karena ialah
yang berhak menikah dengan Raden Inu! Dasar perempuan bodoh! Malang nasibmu. Terima ini!!”
(Mengarahkan tongkatnyadan mengutuk Putri Kirana) (Tertawa jahat)
Penyihir : (Tertawa) “Kau hanya akan menjadi manusia pada waktu siang hari, tapi bila hari
menjelang malam, kau akan kembali menjadi keong!! Kutukan ini akan berakhir bila kau bertemu
dengan Raden Inu!!” (Tertawa jahat)
ADEGAN 5
Candra Kirana telah dikutuk menjadi keong mas. Dan terdampar begitu saja di pantai Desa Dadapan.
Suatu hari, ada seorang Perempuan tua sedang mencari ikan di pantai. Dia menemukan keong mas
itu, dan membawanya pulang.
Perempuan tua : “Oh, keong yang sangat cantik!! Aku akan membawanya pulang!”
(Setibanya dipondok, Perempuan tua itu meletakkan keong cantik yang ia temukan lalu
meletakannya di tempat yang aman. Kemudian ia beristirahat sejenak di kursi)
Perempuan tua : “Hufh, sampai jam segini aku belum juga mendapatkan ikan. Aku harus mencari
ikan lagi, kalau tidak mendapat ikan, aku mau makan apa?” (Pergi keluar untuk mencari ikan)
Hari sudah menjelang malam, itu waktunya Putri bisa Kembali menjadi manusia walaupun hanya
sebentar.
Kirana : (Terbangun) “Loh, kenapa aku bisa di sini? Oh, tadi ada seorang perempuan tua yang
membawaku. Kasihan sekali ia itu, untuk makan saja ia harus mencari ikan terlebih dahulu. Aku akan
membelikan makanan untuknya.”
Dengan uang yang dibawanya dari istana, Putri Kirana membelikan makanan-makanan lezat untuk
perempuan tua itu. Makanan yang sudah ia beli itu ditatanya rapi di atas meja. Ketika hari mulai
menjelang malam, dan Perempuan tua itu belum juga pulang, Putri Kirana harus kembali menjadi
keong.
Tidak lama kemudian Perempuan tua itu sudah pulang ke pondok sambil marah-marah.
Nenek : “Haduhh! Hari ini ikan-ikan pada kemana? Gara-gara alat pancing tua ini aku tidak
dapat makanan! Mau makan apa hari ini!?” (Melihat kea rah meja, terkejut melihat ada makanan di
atas meja)
“Wahh, darimana makanan ini datang?? Kelihatannya lezat sekali!! Siapa yang berbaik hati
memberikannya untukku ya? Ah, sudahlah…yang penting sekarang aku makan dulu.”
Dikeesokan harinya, Kirana kembali menyediakan makanan untuk Perempuan tua itu lagi. Tapi ia
tidak tahu kalau hari ini Perempuan tua itu akan pulang lebih cepat dari biasanya karena lagi-lagi
tidak memperoleh ikan.
Kirana : “Hmmm Perempuan tua itu belum pulang, lebih baik aku segera menyiapkan makanan
untuknya…” (Menata makanan di atas meja)
Nenek : (Pulang dan kaget melihat Putri Kirana) “Hah, siapa gadis itu?”
Perempuan tua : “Tuan Putri, perkenalkan aku seorang nelayan. Aku adalah Mbok Rondo. Ada apa
yang membawamu sampai ke Desa ini? Kenapa kamu bisa ada di sini?”
Kirana : “Andalah yang membawaku ke sini Mbok Rondo. Aku adalah keong mas yang kau
temukan kemarin, Mbok…”
Kirana : “Aku dikutuk, Mbok….oleh seorang penyihir. Kutukan itu atas keinginan saudariku
sendiri yang cemburu dan iri kepadaku”
Nenek : (Merasa iba) “Kasihan sekali dirimu, Nak…Mbok tidak tahu saudari macam apa
saudarimu itu, hingga tega ingin mengutukmu! Tapi yang namanya manusia kalau sudah cemburu,
apapun dia lakukan! Huh, cemburu memang membingungkan, bahkan juga dapat membuat orang
menderita. Tidak apa Putri, sementara kau tinggal di sini saja. Sampai kebenaran itu terungkap,
sekarang mari kita makan Bersama lalu kau beristirahat kembali”
Raden Inu : “Tidak mungkin Putri Candra Kirana melakukan semua ini! Pasti ada seseorang yang
menfitnahnya!! Aku harus mencari tahu siapa orang itu!” (Keluar dari Istana)
Di tengah perjalanan saat ingin mencari Putri Cndra Kirana, Raden Inu bertemu dengan penyihi yang
waktu itu mengutuk sang Putri.
Raden Inu : “Apa? Apa yang kau bilang!! Benarkah yang kamu bilang itu!?”
Raden Inu : “Aku Raden Inu yang engkau maksud tadi. Jadi sebenarnya ini semua ulah Galuh
Ajeng?!!” (Marah)
Raden Inu : “Yang Mulia, sebenarnya apa yang terjadi pada Putri Candra Kirana? Kenapa anda
mengusirnya?”
Raja Daha : “Aku yakin kau tidak akan mempercayai berita ini. Dia sudah menghianatimu!”
Raden Inu : “Tidak! Itu tidak benar, yang Mulia! Putri Candra Kirana sudah difitnah oleh Galuh
Ajeng! Saudarinya sendiri!!”
Raden Inu : (Membawa penyihir kehadapan Raja Daha) “Ini! Ini adalah penyihir yang dibayar
oleh Galuh Ajeng untuk mengutuk Putri Candra Kirana. Dan dari penyihir inilah saya tahu yang Mulia
bahwa Galuh Ajeng juga yang menfitnah Putri Candra Kirana!! Heh, perempuan tua ayo mengaku!”
(Mendesak si penyihir)
Ajeng : “Iya, Ayahanda Ada apa, kenapa sampai berteriak seperti itu? Ajeng tidak budek
Ayahanda.” (Masuk ruangan dan terkejut melihat si penyihir) “Hah, kau?”
Raja Daha : “Kenapa apa kau terkejut? Dia temanmu kan? Sekarang Ayah sudah tahu
semuanya! Engkau sudah menfitnah saudarimu sendiri! Sekarang, kau pergi dari Istanaku! Pergi!
Jangan pernah lagi kau lihatkan wajahmu dihadapanku.”
(Menunjuk Penyihir) “Kecuali engkau!! Karena kau boleh tinggal di Istana ini!”
Ajeng : (Bersimpuh di kaki Raja Daha) “Ayahanda, maafkan Ajeng …Ajeng mengaku salah
atas perbuatan itu. Jangan usir Ajeng Ayahanda tolong…..”
Raja Daha : “Lenyaplah dari sini! Sekali lagi jangan pernah tunjukkan wajahmu itu di wilayah
kerajaanku!! Raden Inu, tolong bawa mereka berdua!!”
Raden Inu : “Ah,…di sana ada pondok! Mungkin aku bisa menumpang istirahat di sana untuk
sementara waktu dan setidaknya aku mendapat seteguk air. Aku merasa lelah sekali
setelah berjalan sejauh ini.” (Menghampiri pondok itu) “Permisi!!...”
Raden Inu : “Itu tidak penting. Yang jelas aku gembira karena sudah menemukan dirimu Putri
Kirana. Berhari-hari sudah aku mencarimu. Ayo, mari pulang…Kebenaran sudah terungkap. Ayahmu
sudah menunggu, dia tidak sabar ingin bertemu dengan dirimu.”
Kirana : “Oh, Mbok…kenalkan ini adalah Raden Inu yang Kirana ceritakan waktu itu. Dia
menjemput Kirana untuk pulang mbok. Tapi, Kirana tidak tega meninggalkan Mbok Rondo
sendirian.”
Nenek : “Tidak apa-apa, Putri Kirana. Kau pulanglah, pasti kau merindukan keluargamu.
Bahkan Ayahmu sudah pasti menunggumu”
Raden Inu : “Begini saja, Mbok Rondo akan kita bawa ke Istana dan hidup bersama kita bila kita
nanti menikah. Mbok, ayo kita pergi ke Kerajaan Daha”.
Akhirnya Mereka bertiga kembali ke Istana kerajaan Daha. Dan tidak lama kemudian, Raden Inu dan
Candra Kirana menikah dan hidup bahagia untuk selamanya.