You are on page 1of 7

ABSTRACT

Purpose — The purpose of this research is to find out and analyze (1) the effect of servant
leadership on organizational commitment, (2) the influence of servant leadership on job
satisfaction, (3) the effect of job satisfaction on organizational commitment, (4) the effect of
servant leadership on organizational commitment through satisfaction work for ASN employees
at the South Kalimantan Provincial Health Office.

Design/Methods/Approach — This study uses a quantitative approach. Respondents in this


study were 80 ASN employees at the South Kalimantan Provincial Health Office. The sampling
technique used is total sampling (census). The data collection technique uses a questionnaire
where the results are processed using SEM-PLS (Smart PLS 4.0)

Originality/value — The renewal of this research is that this research can answer phenomena
that exist in the field after a period of 5 years to see the work attitudes of ASN employees,
especially related to organizational commitment. Determination of indicators in this study is
also based on relevance in the field, so that not all question items in the questionnaire can
measure the relationship between variables. The application of the servant leadership leadership
style in the South Kalimantan Provincial Health Office adds value to research, research related
to servant leadership variables is still minimal. So that the servant leadership variable is
interesting for further study. The added value of this research is as a reference material for
further research related to servant leadership style, organizational commitment, and job
satisfaction. Apart from all that, this research can be used as evaluation material for related
agencies in improving the work attitude of employees in it.

The research results show that the servant leadership variable has no effect on organizational
commitment; There is a significant influence of servant leadership variables on job satisfaction;
There is a significant influence of job satisfaction variables on organizational commitment;
Servant leadership has a significant effect on organizational commitment through job
satisfaction of ASN employees at the South Kalimantan Provincial Health Office.

Keywords: Organizational Commitment, Job Satisfaction, Servant Leadership

Pendahuluan
Keberhasilan sebuah organisasi publik seperti instansi pemerintahan dalam memberikan
pelayanan yang baik kepada masyarakat bergantung kepada pegawai di dalamnya. Pegawai
instansi pemerintah meliputi aparatur sipil negara dan pegawai kontrak. Tonggak keberhasilan
instansi pemerintah dalam memberikan pelayanan publik dipengaruhi oleh komitmen
organisasional pegawainya. Hubungan yang terjalin antara pegawai secara emosional dengan
organisasi akan mendorong peningkatan komitmen pegawai untuk tetap menjadi bagian dari
organisasi tersebut. Komitmen organisasional antara pegawai dan rekan kerja merupakan hal
penting dalam organisasi. Seorang pelayanan publik harus menunjukkan komitmen yang tinggi
karena akan berpengaruh signifikan pada organisasi. Hal ini dilakukan dapat mengatasi berbagai
permasalahan kerja sehingga kepuasan dan tingkat loyalitas terhadap organisasi menjadi lebih
tinggi. Ketika seorang individu tidak komitmen atas tanggungjawab yang diberikan, hal ini akan
berdampak pada produktivitas, penurunan kualitas dan kinerja organisasi. Sehingga tujuan
organisasi sulit untuk dicapai.
Komitmen organisasional dianggap sebagai sebuah perilaku untuk mengidentifikasi diri
pegawai sebagai sebuah komponen yang berperan dalam proses kegiatan operasional organisasi
untuk mencapai dan menuju arah tujuan dari organisasi tersebut. Komitmen organisasional
adalah tingkat sampai dimana seorang pegawai memihak pada suatu organisasi tertentu dan
tujuan-tujuannya serta keinginan untuk mempertahankan keanggotaan dalam organisasi (Tewal
et al., 2017). Menurut Steers (dalam Mira & Margaretha, 2012) mendefinisikan komitmen
organisasional sebagai rasa identifikasi (kepercayaan terhadap nilai-nilai organisasi), keterlibatan
(kesediaan untuk berusaha sebaik mungkin demi kepentingan organisasi) dan loyalitas
(keinginan untuk tetap menjadi anggota organisasi yang bersangkutan) yang dinyatakan oleh
seorang pegawai terhadap organisasinya. Oleh karena itu, pegawai yang memiliki tingkat
komitmen organisasional yang baik akan menciptakan kinerja yang baik juga terhadap suatu
organisasi atau instansi, sehingga pegawai akan dapat memberikan kontribusi maksimal bagi
sebuah instansi.
Komitmen organisasional memberikan pengaruh dan kontribusi dalam peningkatan kinerja
pegawai. Komitmen organisasional memiliki beberapa dimensi antara lain lain yaitu komitmen
afektif, komitmen normatif, dan komitmen berkelanjutan. Komitmen afektif adalah suatu
pendekatan emosional dari individu dalam keterlibatannya dengan organisasi sehingga individu
akan merasa dihubungkan dengan organisasi. Komitmen normatif merupakan sebuah dimensi
moral yang didasarkan pada perasaan wajib dan tanggung jawab pada organisasi yang
mempekerjakannya. Dengan kata lain, komitmen normatif berkaitan dengan perasaan wajib
untuk tetap bekerja dalam organisasi. Ini berarti, karyawan yang memiliki komitmen normatif
yang tinggi merasa bahwa mereka wajib (ought to) bertahan dalam organisasi. Komitmen
berkelanjutan adalah hasrat yang dimiliki oleh individu untuk bertahan dalam organisasi,
sehingga individu merasa membutuhkan untuk dihubungkan dengan organisasi (Meyer, & Allen,
1997, hal. 11)
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan dipilih sebagai objek dalam penelitian ini.
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan merupakan lembaga pemerintah yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang kesehatan. Dalam review rancangan awal RKPD
yang dimuat dalam RENJA 2022 halaman 11, disebutkan bahwa Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan membutuhkan sumber daya manusia yang professional.
Berdasarkan pengamatan pra-penelitian dan didukung dengan data rekapitulasi kehadiran
ASN Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Peneliti menemukan beberapa fenomena
dari sisi sikap kerja, jumlah pegawai yang tidak menggunakan waktu kerja dengan baik seperti
terlambat hadir dan pulang kerja selalu lebih awal dari waktu yang ditetapkan setiap bulannya
masih cukup tinggi. Selain itu, terdapat pegawai yang tidak memperlihatkan antusiasnya
terhadap pekerjaan, sehingga pegawai tersebut tidak memberikan kontribusi terbaik untuk
instansi. Hal ini tentu bertolak belakang dengan isi RENJA 2022. Permasalahan yang terjadi
tersebut menegaskan bahwa masih rendahnya komitmen organisasional pegawai pada dimensi
komitmen normatif (normative commitment) yang mana di dalam dimensi ini dijelaskan bahwa
pegawai harusnya memiliki rasa tanggung jawab terhadap suatu organisasi.
Penelitian dari (Suputra & Sriathi, 2018) mengatakan bahwa peran kepuasan kerja
merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan pengaruh positif terhadap komitmen
organisasional pegawai. Hal ini menunjukkan semakin baik kepuasan kerja yang dirasakan
seorang pegawai, maka komitmen organisasional juga akan meningkat. Penelitian dari (Tanjung,
2019) menyebutkan bahwa secara parsial kepuasan kerja berpengaruh terhadap komitmen
organisasi. Menurut (Wibowo, 2015, hal. 132) kepuasan kerja merupakan tingkat kesenangan
seseorang sebagai tingkatan untuk nilai positif terhadap pekerjaan dan lingkungan tempat
kerjanya. Menurut (Siregar, 2017) kepuasan kerja menggambarkan perasaan seorang pegawai
terhadap pekerjaannya, yang terlihat dari sisi sikap positif pegawai terhadap pekerjaan dan segala
hal yang dihadapi pada lingkungan kerja. Oleh karena itu, sebuah instansi perlu memperhatikan
tingkat kepuasan para pegawainya, sebab tingkat kepuasan kerja yang diterima seorang pegawai
akan memberikan pengaruh positif atau negatif terhadap keberlangsungan sebuah instansi.
Permasalahan yang terjadi pada Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan yang
berkaitan dengan kepuasan kerja yaitu pegawai yang merasa kurang puas atas kesenangan suatu
pekerjaan yang terus bertambah dan tidak selesai sehingga menimbulkan rasa jenuh dan bosan,
kurangnya disiplin kerja yang ditandai dengan ketaatan dan kepatuhan pegawai dalam tempat
kerja.
Peningkatan kepuasan kerja pegawai tentu tidak lepas dari peran seorang pemimpin di
dalamnya. Gaya kepemimpinan seorang pemimpin dapat memberikan pengaruh positif atau
negatif terhadap kepuasan kerja itu sendiri. Pada penelitian ini peneliti melakukan survei awal
dengan melakukan penyebaran kuesioner terkait gaya kepemimpinan pada kepala Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan. Berdasarkan hasil yang diperoleh, didapatkan data
jawaban 30 orang responden dari kuesioner yang dibuat menyatakan bahwa gaya kepemimpinan
kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan cenderung lebih ke arah servant leadership
dengan persentasi skor rata-rata sebesar 79,81% atau dengan jumlah skor sebesar 862, tidak
hanya itu, gaya kepemimpinan transformasional sebesar 79,35%, demokratis 77,50%, otoriter
75,19%, dan skor terendah sebesar 74,54% pada gaya kepemimpinan transaksional.
Penelitian terkait dengan variabel servant leadership masih minim dilakukan. Sehingga
variabel servant leadership menarik untuk dikaji lebih lanjut. Namun, berbeda dengan topik
kepemimpinan baik di dalam negeri ataupun penelitian bertaraf internasional berdasarkan
penelitian terdahulu tentang kepemimpinan lebih banyak memberikan perhatian terhadap gaya
kepemimpinan transaksional maupun transformasional Truxillo et al., (dalam Afrianty et al.,
2020). Penelitian lain yang dilakukan oleh Mulyadi (2015) Servant leadership sangat dibutuhkan
oleh lembaga publik karena sesuai dengan visi dan misinya organisasi publik sebagai pelayan
masyarakat khususnya stakeholder dan pemimpin dapat membuat visi, memperbarui sikap,
norma atau nilai-nilai dan perilaku, serta pendapat dan sebagainya. Oleh karena itu, untuk
memberikan kontribusi terhadap pengembangan literatur, peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang servant leadership.
Servant leadership merupakan gaya kepemimpinan yang mempertimbangkan sudut
pandang etika, servant leadership juga diartikan sebagai pemimpin yang mempengaruhi,
melayani, mengutamakan anggotanya, tidak menggunakan kekuasaan, serta melampaui
kepentingan dirinya sendiri (Tewal et al., 2017). Sementara menurut (Spears, 2010) servant
leadership merupakan gaya kepemimpinan yang mengutamakan pelayanan atau berfokus pada
pemberian pelayanan kepada orang lain dengan bersinergi kepada bawahan dalam bekerja,
kemudian rasa kebersamaan diperkenalkan kepada bawahan untuk dapat saling berbagi ketika
mengambil suatu keputusan organisasi. Penelitian yang dilakukan oleh Sendjaya & Cooper
(2011), menjelaskan bahwa servant leadership terdiri dari enam dimensi, yaitu voluntary
subordination, authentic self, convenantal relationship, responsible morality, transcendental
spirituality, dan transforming influence. Voluntary subordination adalah mempertimbangkan
kebutuhan dan kepentingan orang lain di atas kepentingan pribadi. Authentic self adalah
pembawaan yang tidak defensive ketika dikonfrontasi. Convenantal relationship adalah sikap
memperlakukan anggota sebagai mitra yang setara dalam organisasi. Responsible morality
adalah pengambilan sikap tegas pada prinsip-prinsip moral. Transcendental spirituality adalah
sikap membantu orang lain dalam menemukan kejelasan tujuan dan arah. Transforming
influence merupakan sikap untuk menginspirasi orang lain.
Produktifitas kerja pegawai terbentuk dari adanya pengaruh gaya kepemimpinan servant
leadership. Hal ini dikarenakan servent leadership menurut (Trompenaars, F. & Voerman, 2010)
adalah gaya manajemen dalam hal memimpin serta melayani dan berada dalam satu harmoni
bersama pegawainya dan timbulnya interaksi dengan lingkungan organisasional. Hal tersebut
akan mendorong dan mendukung tercapainya tenaga pegawai yang maksimal sehingga memicu
munculnya kepuasan kerja pada diri pegawai yang akhirnya akan memberikan komitmen
terhadap organisasi yang bersangkutan.
Penelitian dari (Dwiki & Riana, 2018) menjelaskan bahwa servant leadership berpengaruh
positif terhadap komitmen organisasional melalui kepuasan kerja. Hal ini berarti hubungan
positif antara servant leadership dan komitmen organisasional mampu di mediasi oleh kepuasan
kerja. Apabila gaya kepemimpinan servant leadership diterapkan dengan baik maka kepuasan
kerja dan komitmen organisasional akan terbentuk dan menjadi lebih baik.

Tinjauan Literatur
Servant Leadership
Menurut Greenleaf, (1997) servant leadership merupakan kepemimpinan yang melayani dimulai
dengan perasaan alamiah bahwa seorang pemimpin ingin memberikan pelayanan kepada para
pengikutnya terlebih dahulu. Gaya kepemimpinan ini berawal dari perasaan tulus yang timbul
dalam hati untuk berkehendak memberikan pelayanan dan menjadi pihak pertama yang
melayani. Menurut (Nendah et al., 2020) servant leadership merupakan suatu gaya
kepemimpinan yang sangat peduli terhadap pertumbuhan para pengikutnya dilandasi dengan
adanya perasaan murni untuk melayani. Servant leadership diukur dengan menggunakan SLBS
(Servant Leadership Beviour Scale) yang terdiri dari 6 faktor oleh (Sendjaya & Cooper, 2011)
yaitu Voluntary subordination, Autehntic self, Convenantal relationship, Responsible morality,
Transcendental spirituality, dan Transforming influence.

Komitmen Organisasional
Komitmen organisasional adalah suatu tingkat dimana seorang pegawai mengidentifikasi sebuah
organisasi, tujuan dan harapannya untuk tetap menjadi anggota organisasi (Robbins & Judge,
2013, hal. 47). Menurut (Meyer, & Allen, 1997, hal. 11) komitmen organisasional adalah
keadaan psikologis yang menunjukkan hubungan karyawan dengan organisasi, dan memiliki
implikasi pada keputusan untuk melanjutkan keanggotaan dalam organisasi. Menurut (Robbins
& Judge, 2008, hal. 101) komitmen organisasi memiliki tiga dimensi yaitu komitmen afektif
(Affective Commitment), komitmen berkelanjutan (continuance commitment), dan komitmen
normatif (normative commitment).
Kepuasan Kerja
Menurut Wibowo, (2015, hal 132) kepuasan kerja merupakan tingkat kesenangan seseorang
sebagai tingkatan untuk nilai positif terhadap pekerjaan dan lingkungan tempat kerjanya.
Menurut Greenberg, (2011, hal. 220) kepuasan kerja merupakan suatu sikap positif atau negative
yang dimiliki seorang individu terhadap pekerjaannya. kepuasan kerja adalah respons afektif atau
emosional terhadap berbagai aspek pekerjaan seseorang dan mengacu pada tingkat pemenuhan
dan kesenangan yang ditemukan seseorang dalam pekerjaannya, dengan kata lain kepuasan kerja
adalah sikap umum yang dimiliki seseorang terhadap pekerjaannya. (Kreitner & Kinicki, 2010,
hal. 170). Menurut (Luthans, 2021, hal. 118) dimensi kepuasan kerja terbagi menjadi 5, yaitu pekerjaan
itu sendiri, gaji, kesempatan promosi, pengawasan atasan, dan rekan kerja.

Landasan Teoritis
Hubungan Antar Variabel
Menurut Kamanjaya et al., (2017) servant leadership berpengaruh positif dan signifikan
terhadap komitmen organisasional. Tingkat komitmen seorang pegawai pada suatu organisasi
dapat terbentuk dari adanya peran pemimpin yang menerapkan gaya kepemimpinan servant
leadership yang baik.
Menurut Dwiki & Riana (2018) servant leadership memiliki pengaruh positif dan signifikan
terhadap kepuasan kerja. Sementara itu menurut (Pala’langan, 2020) servant leadership
berpengaruh positif terhadap kepuasan kerja. Dapat disimpulkan bahwa seorang pemimpin yang
menerapkan gaya kepemimpinan servant leadership memberikan dorongan dalam peningkatan
kepuasan kerja pegawai pada suatu organisasi.
Menurut Suputra & Sriathi (2018) kepuasan kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap
komitmen organisasional. Hal ini membuktikan bahwa semakin baik tingkat kepuasan kerja
seorang pegawai, maka tingkat komitmen organisasional pegawai juga meningkat.
Sesuai dengan hasil penelitian dari (Dwiki & Riana, 2018) yang menjelaskan bahwa kepuasan
kerja mampu memediasi pengaruh servant leadership terhadap komitmen organisasional. Hal ini
berarti hubungan positif antara servant leadership dan komitmen organisasional mampu
dimediasi oleh kepuasan kerja.

Hipotesis
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:
H1. Servant leadership memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasional pegawai ASN
Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
H2. Servant leadership memiliki pengaruh terhadap kepuasan kerja pegawai ASN Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
H3. Kepuasan kerja memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasional pegawai ASN Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.

H4. Servant leadership memiliki pengaruh terhadap komitmen organisasional melalui kepuasan
kerja pegawai ASN Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan.
Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat seperti dalam Gambar 1.1

Servant
Leadership
(X) H1

Komitmen
H2 Organisasion
H4 al (Y)

Kepuasan H3
Kerja (Z)

Gambar 1. 1 Kerangka Konseptual

Metode Penelitian

Desain Penelitian
Metode penelitian kuantitatif digunakan dalam riset ini. Wawancara, observasi serta kuisioner
ialah teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini. Pengumpulan data yang telah
ditetapkan digunakan untuk pengujian hipotesis dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan pada
Instansi Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan yang beralamat di di Jl. Belitung Darat
No.118, Belitung Utara, Kec. Banjarmasin Barat, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan 70116.

Pengambilan Sampel dan Prosedur Penelitian


Penelitian ini menggunakan populasi yakni seluruh pegawai ASN Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan dengan jumlah 80 responden. Pengambilan teknik sampel yang digunakan
ialah sampel jenuh. Skala likert 1-5 dijadikan skala pengukuran dalam riset ini. Adapun
pengujian hipotesis riset ini menggunakan pendekatan Structural Equation Model (SEM) dengan
alat analisis yaitu Smart PLS 4.0.
Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas (independent variable) adalah servant
leadership. Servant leadership merupakan kepemimpinan yang memberikan pelayanan atas
dasar ketulusan dari dalam hati seorang pemimpin. Servant leadership pimpinan Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan terkait bagaimana pimpinan bersikap sebagai pihak yang
memberikan pelayanan dan mengutamakan kepentingan anggotanya dengan melibatkan perasaan
yang tulus sebagai pemegang kekuasaan. Terdapat empat indikator tentang servant leadership
yaitu voluntary subordination, authentic self, covenantal relationship, dan responsible morality.
Adapun yang menjadi variable intervening adalah kepuasan kerja (job satisfaction). Kepuasan
kerja merupakan ukuran dari tingkatan perasaan seorang pegawai terhadap pekerjaan yang
dimiliki, hasil dari pekerjaan, bentuk pengawasan yang diproleh, serta rasa lega dan senang
terhadap pekerjaan tersebut. Kepuasan kerja pegawai Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
Selatan berkaitan dengan sikap positif pegawai yang meliputi perasaan dan tingkah laku terhadap
pekerjaannya. Hal itu terlihat dari bagaimana pegawai menghargai dan mencapai nilai-nilai
penting pekerjaan. Terdapat lima indikator tentang kepuasan kerja yaitu kepuasan kerja terhadap,
kepuasan kerja terhadap gaji, kepuasan kerja terhadap kesempatan promosi, kepuasan kerja
terhadap atasan dan kepuasan kerja terhadap rekan kerja. Variabel terkait (dependent variable)
dalam penelitian ini adalah komitmen organisasional. Komitmen organisasional pegawai Dinas
Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan adalah berkaitan dengan sikap yang berkaitan dengan
keyakinan, kepercayaan, serta penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi.
Kemauan serta keinginan yang kuat untuk bertahan menjadi pegawai Dinas Kesehatan Provinsi
Kalimantan Selatan. Komitmen organisasional mempunyai tiga indikator yaitu komitmen afektif,
komitmen berkelanjutan, dan komitmen normative.

Analisis Data

You might also like