Professional Documents
Culture Documents
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Self Compassion Remaja
Hubungan Antara Dukungan Keluarga Dengan Self Compassion Remaja
INTUISI
JURNAL PSIKOLOGI ILMIAH
http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/INTUISI
Terindeks DOAJ: 2541-2965
160
PENDAHULUAN kemanusiawian dimana setiap orang memiliki
Pada dasarnya setiap orang proses yang sama saat mengalami
membutuhkan kasih sayang, terutama dari kebahagiaan maupun kesedihan (Neff, 2011:
orang-orang terdekat seperti orangtua dan 2). Komponen terakhir yaitu kesadaran penuh
keluarga. Kasih sayang tidak hanya atas situasi yang terjadi saat ini (mindfulness).
diwujudkan dengan perasaan, namun juga Kesadaran di dalam mindfulness dikatakan
perbuatan. Kebutuhan akan kasih sayang sebagai sikap menghadapi kenyataan. Setiap
termasuk didalamnya adalah kebutuhan akan orang perlu untuk melihat suatu kejadian yang
menyayangi dan disayangi. Individu butuh menimpanya apa adanya, tanpa melebihkan
untuk dihargai, disukai, disayangi dan dan mengurangi. Sikap melihat kondisi seperti
direspon. Maslow (dalam Feist &Feist, 2010: apa adanya bertujuan untuk memberikan
331) menyebutkan dalam hierarchy of needs respon perilaku yang tepat atas apa yang
bahwa kebutuhan akan cinta dan kasih sayang terjadi. (Neff, 2011:2).
berada di hierarki ketiga, setelah kebutuhan Salah satu faktor individu
fisik dan rasa aman. Kegagalan memenuhi dapat mengembangkan self compassion
kebutuhan dimiliki dan kasih sayang menjadi adalah lingkungan keluarga. Keluarga
sebab hampir semua bentuk psikopatologi, merupakan tempat seorang anak bergantung
pernyataan itu menunjukkan bahwa kasih dari awal kehidupannya. Sejak dini, seorang
sayang merupakan suatu aspek yang sangat anak mempercayakan orangtuanya untuk
penting untuk dimiliki setiap manusia. menyediakan kebutuhan fisiologis yang
Konsep kasih sayang dikaitkan dengan cukup, kenyamanan dan perlindungan. Orang
kebaikan kepada orang lain. hasil penelitian tua diharapkan dapat menjelaskan hal-hal,
Neff (2003 :88) menunjukkan bahwa kasih membantu menghadapi hal-hal yang
sayang terhadap diri sendiri akan semakin menakutkan, dan menjaga anak untuk tetap
memicu kepedulian dan tumbuhnya kasih aman. Maka dari itu kondisi keluarga yang
sayang terhadap orang lain. Konsep harmonis dapat berpengaruh terhadap
menyayangi diri sendiri dalam psikologi perkembangan anak di kemudian hari. Namun
disebut self compassion. tidak semua remaja tinggal bersama dengan
Self compassion adalah kemampuan orangtuanya, terdapat remaja yang tinggal di
untuk berbelas kasih pada diri sendiri, tanpa panti asuhan. Berdasarkan wawancara dengan
kemampuan itu individu mungkin tidak siap pengasuh panti asuhan pada Desember 2016
untuk berbelas kasih pada orang lain. Self terdapat penyebab masuknya remaja ke panti
compassion memfokuskan pada derajat asuhan diantaranya, kategori pertama, remaja
individu mendemonstrasikan self kindness, yang berpisah dengan orang tua karena
common humanity, mindfulness (Neff, 2003: kematian seperti yatim, piatu, dan yatim piatu.
89). Pertama adalah penerimaan terhadap diri Hasil penelitian yang dilakukan oleh
sendiri baik secara fisik, psikis, maupun Sengendo dan Nambi (1997) bahwa remaja
emosi (self kindness). Memiliki sikap self yang sejak kecil dalam keadaan yatim, piatu
kindness berarti berusaha menghentikan kritik atau yatim piatu mempunyai perasaan yang
terhadap diri sendiri yang telah terbiasa sedih, bersalah, marah terhadap diri sendiri
dilakukan (Neff, 2011: 2). Komponen kedua dan orang lain, merasa tertekan, dan tidak
ialah kesadaran akan kondisi kemanusiawian memiliki harapan. Anak-anak yang kehilangan
yang dimiliki (common humanity). Komponen seseorang atau sesuatu yang begitu dekat
common humanity menyatakan bahwa setiap dengannya mungkin menunjukkan gejala yang
orang di dunia ini terhubung sama lain. sama dengan orang dewasa seperti denial
Keterhubunganterletakpadakondisi (pengingkaran), bodily distress (sakit
161
fisik), kemarahan, reaksi bermusuhan kepada dewasa dalam menimbang/memikirkan
meninggal dan orang lain, rasa bersalah atau perceraian dalam hubungan keluarga.
self-blame, depresi, kecemasan, bahkan Di sisi lain, remaja sedang
kepanikan (Astuti, 2005 : 45). Kategori kedua, menghadapi masa transisi dari masa anak-
remaja yang tinggal di panti asuhan karena anak menuju dewasa yang melibatkan
faktor kemiskinan orang tua, hal ini karena pada berbagai perubahan di berbagai aspek
umumnya panti asuhan memberikan akses kehidupannya. Salah satunya, remaja
pendidikan gratis pada anak-anak asuhnya. mengalami perubahan kemampuan berpikir.
Latar belakang keluarga miskin ini dapat Seiring dengan berkembangnya kemampuan
menyebabkan terjadinya gangguan psikologis berpikirnya, meningkat juga kemampuan
pada remaja panti asuhan. Menurut De Panfilis introspeksi diri dan refleksi diri pada remaja
(dalam Rahma, 2011: 232), kondisi (Keating, 1990, dalam Neff, 2003).
permasalahan ekonomi keluarga yang Kemampuan tersebut membuat remaja juga
kompleks dapat berakibat pada secara terus-menerus melakukan evaluasi diri
kecenderungan orangtua melakukan dan membandingkan dirinya dengan orang
pengabaian (fisik, pendidikan, dan emosional) lain untuk menetapkan identitas dirinya.
karena perhatian dan waktu lebih berfokus (Brown & Lohr, 1987; Harter, 1990, dalam
pada pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Neff, 2003).
Kategori ketiga, remaja dengan kondisi orang Evaluasi dan perbandingan diri
tua yang tidak harmonis dan tidak ada di dengan orang lain ini, akan membuat remaja
antara keduanya menyanggupi untuk kehilangan keyakinan pada diri, meragukan
mengasuh. Berdasarkan penelitian yang potensi diri, dan menjadi putus asa. Cara
dilakukan oleh Sarbini (2014) dampak menghindari hal tersebut yaitu berhenti
psikologis yang dirasakan anak karena menghakimi diri, mengevaluasi diri, berhenti
perceraian adalah merasa tidak aman setelah memberikan label “baik” atau “buruk” pada
ditinggal bercerai oleh orang tuanya karena diri dan menerima diri dengan
anak masih butuh perlindungan dari orang hati yang terbuka. Individu perlu
tuanya baik secara materi maupun non materi, memerlakukan diri dengan kebaikan,
adanya rasa penolakan terhadap keluarga, kepedulian, dan compassion seperti
anak sering kali marah-marah dan emosinya memerlakukan teman atau bahkan orang
sering tidak terkontrol dengan baik karena asing. Compassion bisa ditunjukkan pada diri
melihat perilaku orang tuanya yang sering ketika mengalami penderitaan dan mengalami
bertengkar, anak selalu bersedih karena keadaan kehidupan yang sulit. Hartanti (2002)
merasa kehilangan dan juga merasa kecewa mengatakan apabila remaja mendapat
terhadap kedua orang tuanya, anak merasa dukungan keluarga akan mengalami
kesepian (loneliness) karena ditinggal berkurangnya kelelahan emosi dan stress
berceraian oleh orang tuanya sebab ia kurang sehingga remaja menjadi tidak sedih lagi,
belaian kasih sayang dari orang tuanya, dan tidak merasa kecewa dan mendapatkan
perasaan menyalahkan diri sendiri merupakan masukan-masukan untuk masalah yang
gejala disorder personality, yang mana faktor sedang dihadapi, akibatnya remaja akan
tersebut dipengaruhi oleh rasa tidak aman, mampu menyelesaikan masalah dengan sikap
adanya rasa penolakan dari keluarga, mudah yang positif. Dukungan sosial dari keluarga
marah/temperamen, sedih yang sangat penting dalam mengembangkan diri
berkepanjangan, merasa kesepian, dan semua pada remaja, mengatasi permasalahannya
faktor ini diakibatkan dari pola asuh yang yang menimbulkan emosi-emosi negatif.
salah, sebab anak-anak masih belum cukup Sehingga dukungan sosial dalam keluarga
162
akan membantu remaja dalam 67,37% (64 orang) dan kategori rendah 1,05%
mengembangkan diri, meskipun dukungan (1 orang).
sosial keluarga didapat dari satu figure orang Kesimpulan hasil di atas menunjukkan bahwa
tua. Dalam hal ini ketika dukungan sosial self compassion remaja di panti asuhan dalam
keluarga dapat mengatasi segala emosi negatif kategori sedang 67,37% (64 orang). Hasil
yang mana individu akan membangun sikap tersebut mengindikasikan bahwa mayoritas
belas kasih terhadap dirinya sendiri dalam subjek memiliki self compassion ess namun
mengatasi permasalahannya. Sikap belas masih dalam katergori sedang, hal ini
kasih tersebut dinamakan dengan self dikarena ada beberapa faktor. Sedangkan
compassion. secara spesifik, self compassion yang dialami
subjek dapat dilihat dari tiga aspek, yaitu:
METODE Gambar 1
Dalam penelitian ini menggunakan Ringkasan Presentase
pendekatan kuantitatif, Desain penelitian yang
80,00
digunakan adalah desain korelasional.
70,00
Penelitian korelasional merupakan penelitian
yang bertujuan menyelidiki sejauh mana 60,00
variabel berkaitan dengan variasi pada satu 50,00
variabel lain, berdasarkan koefisien korelasi 40,00
(Azwar, 2015: 8). Sampel dari penelitian ini 30,00
ialah 95 remaja yang tinggal di panti asuhan. 20,00
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian 10,00
ini menggunakan total sampling atau sampel 0,00
jenuh. Metode pengumpulan data yang Tinggi Sedang Rendah
digunakan dalam penelitian ini adalah skala
self compassion yang berisi 25 aitem dan Dari hasil analisis statistik deskriptif
skala dukungan keluarga yang berisi 37 aitem. juga ditemukan bahwa pada komponen-
Validitas diketahui melalui perhitungan komponen self compassion, komponen self
koefisien korelasi parametric. Setelah kindness, dan komponen mindfulness
dilakukan uji validitas kemudia dilakukan uji memberikan kontribusi yang lebih menonjol
reliabilitas dengan menggunakan rumus Alpha dibandingkan dengan komponen common
Cronbach. Metode analisis data menggunakan humanity. Komponen pertama adalah
metode parametric dengan teknik korelasi penerimaan terhadap diri sendiri baik secara
product moment. Teknik analisis deskriptif fisik, psikis, maupun emosi (self kindness).
dalam hal ini antara lain penyajian data Memiliki sikap self kindness berarti berusaha
melalui tabel dan grafik. Perhitungan data menghentikan kritik terhadap diri sendiri yang
dengan menggunakan frekuensi dan telah terbiasa dilakukan (Neff, 2011: 2). Dari
penggunaan presentase hasil analisis deskriptif juga menunjukan
bahwa nilai domain komponen self kindness
HASIL DAN PEMBAHASAN sedang cenderung tinggi, artinya bahwa
Gambaran Umum Self Compassion Remaja di remaja yang tinggal di panti asuhan dapat
Panti Asuhan menerima keadaan dalam dirinya tanpa
Bahwa self compassion remaja di melakukan pengktitikan. Komponen kedua
panti asuhan secara umum dalam kategori ialah kesadaran akan kondisi kemanusiawian
tinggi 31,58% (30 orang), kategori sedang yang dimiliki (common humanity).
Keterhubungan terletak pada kondisi
163
kemanusiawian dimana setiap orang memiliki cenderung rendah yaitu 2,10% dalam kategori
proses yang sama saat mengalami tinggi 71,57% kategori sedang sisanya
kebahagiaan maupun kesedihan (Neff, 2011: 26,33%. Semakin tinggi skor yang diperoleh
2). Dari hasil analisis deskripsi juga menunjukan semakin tinggi tingkat dukungan
menunjukkan bahwa komponen common keluarga tersebut, begitu pula sebaliknya,
humanity sedang cenderung tinggi, artinya semakin rendah skor total yang diperoleh
bahwa para remaja mampu melihat suatu subjek maka semakin rendah pula tingkat
keadaan dirinya secara manusiawi dimana dukungan keluarga para remaja. Dari hasil
menganggap bahwa keadaan yang dialami analisis deskriptif diketahui bahwa secara
dirinya dialami pula oleh temannya. umum dukungan keluarga remaja di panti
Komponen terakhir yaitu kesadaran penuh asuhan berada dalam kategori tinggi dengan
atas situasi yang terjadi saat ini (mindfulness). hasil tersebut menunjukan bahwa mayoritas
Kesadaran di dalam mindfulnessdikatakan remaja tidak mengalami krisis dukungan
sebagai sikap menghadapi kenyataan. Dari keluarga karena peraturan di panti tidak
hasil analisis deskripsi juga menunjukkan melarang para penghuninya untuk pulang ke
bahwa komponen mindfulness sedang rumah dan keluarga menjenguk, sehingga
cenderung tinggi, artinya para remaja mampu intensitas pertemuan remaja dengan orangtua
menerima secara sadar mengenai keadaan dapat dikatakan cukup. Sedangkan secara
yang dialaminya. spesifik, jenis dukungan keluarga yang
diterima oleh para remaja terdapat empat
Gambaran Umum Dukungan Keluarga jenis, yaitu:
Remaja Di Panti Asuhan
Gambaran umum dukungan keluarga
remaja di panti asuhan dalam kategori sedang
Gambar 2
Ringkasan Presentase Dukungan Keluarga
90,00
80,00
70,00
60,00
50,00
40,00
30,00
20,00
10,00
0,00
Emotional Instrumental Informational
Support Support Support
Dari hasil analisis statistik deskriptif 142) meyatakan bahwa dukungan keluarga
juga ditemukan bahwa pada jenis-jenis merupakan dukungan yang diberikan orang
dukungan keluarga, hanya jenis tua sebagai bentuk interaksi terhadap anak
companionship support memberikan untuk mengembangkan kehangatan,
kontribusi yang lebih menonjiol dibandingkan komunikasi, dan perawatan.
dengan jenis dukungan lainya. Lestari (2012:
164
SIMPULAN memaklumi kekurangan dan kegagalan
Berdasarkan analisis hasil penelitian yang dialami, memahami dan menerima
dan pengujian hipotesis, maka dapat dirinya tanpa penghakiman serta
disimpulkan bahwa Self compassion remajadi menerima kenyataan yang terjadi pada
panti asuhan berada pada kategori sedang remaja.
cenderung tinggi. Dukungan keluarga pada 3. Bagi Peneliti Selanjutnya
remaja di panti asuhan berada pada kategori Bagi peneliti selanjutnya yang tertarik
tinggi. Terdapat hubungan antara dukungan meneliti tentang self compassion
keluarga dengan self compassion remaja di disarankan untuk meneliti variabel lain
panti asuhan. yang diduga turut mempengaruhi self
Berdasarkan hasil penelitian dan compassion seperti maternal support,
kesimpulan, maka penulis akan mengajukan tipe kepribadian openness to exprience
beberapa saran sebagai berikut: untuk memperkaya dan memberi
1. Bagi Subjek Penelitian informasi tambahan, dan sosial ekonomi.
Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh Peneliti selanjutnya juga dapat
data bahwa dukungan keluarga memiliki menggunakan pendekatan kualitatif
kategori rendah, sedang dan tinggi. untuk memperoleh data yang lebih
Sebaiknya responden yang memiliki spesifik yang tidak dapat diungkap
dukungan keluarga dalam kategori secara kuantitatif.
rendah dapat membangun hubungan
positif dengan keluarganya sehingga DAFTAR PUSTAKA
dapat lebih mengembangkan sikap-sikap Ahmadi, Abu. (2007). Psikologi Sosial.
positif baik terhadap orang lain dan Jakarta : Rineka Cipta.
terutama terhadap dirinya sendiri. Astuti, P., Gusniarty, U. (2009). Dampak
Pengembangan sikap positif atas diri Kematian Ibu Terhadap Kondisi
akan meningkatkan penghargaan Psikologis Remaja Putri. Naskah
terhadap dirinya sendiri. Responden Publikasi. Universitas Islam Indonesia.
akan lebih menyayangi diri sendiri Azwar, Saifudin. (2015). Metode Penelitian.
sehingga dapat menghindar dari Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
perilaku-perilaku yang dapat merugikan Feist, Jess., Gregory, J. Feist. (2010). Teori
dirinya. Hasil penelitian ini juga dapat Kepribadian. Jakarta : Salemba
digunakan sebagai bahan evaluasi untuk Humanika.
menerapkan selfcompassion saat Gerungan, W.A. (2010). Psikologi Sosial.
menghadapi kesulitan maupun Bandung : PT. Refika Aditama.
permasalahan. Hartanti. (2002). Peran sense of humor
Mengingat bahwa selfcompassion dan Dukungan Sosial pada Tingkat
memiliki dampak yang positif bagi diri Depresi Penderita Dewasa Pascastroke.
sendiri. Jurnal Anima, Vol 17(2), 107-119.
2. Bagi Pengelola Panti Asuhan Neff, Kristin D. (2003). Self Compassion: An
Bagi pihak panti asuhan khususnya Alternative Conceptualization of a
pengasuh, hasil penelitian ini dapat Healthy Attitude Toward Oneself.
dijadikan bahan untuk membantu Journal of Self and Identity, 2,
responden mengembangkan self 85–101. DOI:
compassion melalui pengasuhan yang 10.1080/15298860390129863.
diterapkan, dengan mengenalkan dan Neff, Kristin D. (2011). Self Compassion :
dapat mengajarkan remaja lebih dapat Stop Beating Yourself Up and
165
Leave Insecurity Behind. Diakses dari Penelitian Mahasiswa. Universitas
http://www.4shared.com. Jember.
Rahma, Nuzulia Ayu. (2011). Hubungan Sarafino, E.P., Smit, T.W. (2010). Health
Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Psychology :Biopsychological
dengan Penyesuaian Diri Remaja di Interaction. New Jersey : John Willey
Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Islam. & Sons, Inc.
Vol. 8 No. 2, 231-246. Sengendo, James & Janet Nambi. 1997.
Sarbini, Wasil., Kusuma, Wulandari. (2014). Psychososiall Effect of Orphanhood : a
Kondisi Psikologi Anak Dari Keluarga Study of Orphans in Rakai District.
Yang Bercerai (The Conditions Of Health Transition Review. Suplement
Child Psychology Toward Family to Volume 7, 105124.
Divorced). Artikel Ilmiah Hasil
166