Professional Documents
Culture Documents
1937-Article Text-9013-1-10-20221212
1937-Article Text-9013-1-10-20221212
www.jurnal.pknstan.ac.id/index.php/JPI
PENGECUALIAN DIVIDEN SEBAGAI OBJEK PAJAK
PENGHASILAN DALAM UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA
Halaman 503
Jurnal Pajak Indonesia Vol.6, No.2S, (2022), Hal.503-511
Pengecualian Dividen Sebagai Objek Pajak Penghasilan
dalam Undang-Undang Cipta Kerja Halaman 504
Prayogo, C.A., Muhasan I.
1. PENDAHULUAN 25% dari jumlah modal yang disetor dan harus
mempunyai usaha aktif di luar kepemilikan
Melalui Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2021 saham tersebut.
tentang Cipta Kerja (UU Cipta Kerja), pengaturan Bagi wajib pajak badan dalam negeri selain yang
mengenai pemajakan atas dividen di Indonesia memenuhi persyaratan Pasal 4 ayat (3) huruf f
telah mengalami perubahan yang cukup signifikan. (sebelum berlakunya UU Cipta Kerja) di atas, maka
Jika sebelum berlakunya UU Cipta Kerja, pemajakan atas dividen yang diterima atau diperolehnya
atas dividen menggunakan paradigma classical dikenai PPh Pasal 23 dengan tarif sebesar 15 persen
system, maka setelah berlakunya UU Cipta Kerja, dan bersifat tidak final. Adapun atas dividen yang
menggunakan paradigma one tier system. diterima oleh wajib pajak orang pribadi dalam
Dalam paradigma classical system, terhadap negeri, mengacu pada Pasal 17 ayat (2d) Undang-
suatu Perseroan Terbatas (perseroan), pemajakan Undang PPh jo. Peraturan pemerintah Nomor 19
dikenakan baik kepada perseroan maupun Tahun 2009, atas dividen yang diterima atau
pemegang saham. Hal ini mengingat kedudukan diperoleh wajib pajak orang pribadi dalam negeri,
perseroan yang merupakan badan hukum (legal dikenai PPh sebesar 10 persen dan bersifat final.
entity) terpisah dari pemiliknya (pemegang saham). Dengan telah diundangkannya UU Cipta Kerja,
Sementara dalam paradigma one tier system, secara umum atas dividen yang diterima oleh wajib
antara korporasi dan sang pemilik (owner) dikenai pajak dalam negeri, dikecualikan sebagai objek PPh.
pajak pada level korporasi saja. Pemajakan dengan Dengan kata lain, atas dividen yang diterima atau
paradigma one tier system ini dimaksudkan untuk diperoleh pemegang saham dalam negeri, tidak
menghindari terjadinya pemajakan ganda atas dikenai PPh. Bagi pemegang saham yang
objek yang sama. merupakan wajib pajak badan dalam negeri,
Di Indonesia, pemajakan dengan paradigma one pengecualian berlaku secara otomatis, tanpa syarat
tier system pada korporasi, dapat dijumpai pada apapun. Sementara bagi pemegang saham yang
pengenaan Pajak Penghasilan (PPh) atas Firma, merupakan wajib pajak orang pribadi dalam negeri,
Commanditaire Vennootschap (CV), dan pengecualian dividen sebagai objek PPh, disertai
Persekutuan Perdata. Mengacu pada ketentuan dengan syarat bahwa dividen tersebut
Pasal 4 ayat (3) huruf i Undang-Undang PPh, atas diinvestasikan di Indonesia dalam jangka waktu
bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota tertentu.
(sekutu) dari Firma, CV, dan Persekutuan, bukan Adapun pengecualian dividen sebagai objek
merupakan objek PPh. Hal ini kiranya dapat PPh, hanya berlaku untuk dividen yang diterima
dipahami, mengingat bahwa secara hukum, Firma, atau diperoleh wajib pajak dalam negeri. Atas
CV, dan Persekutuan Perdata bukanlah merupakan dividen dari dalam negeri yang diterima atau
badan hukum yang terpisah dari para pemiliknya diperoleh subjek pajak luar negeri, tetap dikenai
(sekutu atau partner). PPh Pasal 26 sebesar 20% atau berdasarkan tax
Jika pemajakan terhadap Firma, CV, dan treaty.
Persekutuan Perdata menggunakan paradigma one Sebagai konsekuensi logis atas ‘dikeluarkan’-
tier system, pemajakan terhadap Perseroan nya salah satu objek yang selama ini menjadi
Terbatas (sebelum berlakunya UU Cipta Kerja) sumber penerimaan negara, pengecualian dividen
menggunakan paradigma classical system. PPh sebagai objek PPh berpotensi menyebabkan
dikenakan atas laba perseroan sekaligus juga penurunan penerimaan negara. Oleh karenanya,
pembagian laba (dividen) yang dilakukan oleh penelitian ini dimaksudkan untuk meninjau potensi
perseroan kepada pemegang saham. dampak atas pengecualian dividen sebagai objek
Sebelum berlakunya UU Cipta Kerja, PPh dalam UU Cipta Kerja terhadap penerimaan
pengecualian dividen sebagai objek PPh diberikan negara.
secara limitatif, hanya kepada pemegang saham
yang merupakan PT dalam negeri, Koperasi, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), atau Badan Usaha
2. LANDASAN TEORI
Milik Daerah (BUMD) atas penyertaan modal pada Menurut PSAK No. 23 tentang pendapatan,
PT yang didirikan atau bertempat kedudukan di dividen adalah distribusi laba kepada pemegang
Indonesia, yang memenuhi syarat sebagai berikut: investasi ekuitas sesuai dengan proporsi mereka
1) dividen berasal dari cadangan laba yang dari jenis modal tertentu. Menurut Reeve dkk
ditahan; dan (2010:275), dividen adalah suatu aliran kas yang
2) bagi perseroan terbatas, BUMN dan BUMD yang dibayarkan kepada para pemegang saham.
menerima dividen, kepemilikan saham pada Sementara menurut Undang-Undang Perseroan
badan yang memberikan dividen paling rendah Terbatas Nomor 40 Tahun 2007, dividen
Jurnal Pajak Indonesia Vol.6, No.2S, (2022), Hal.503-511
Pengecualian Dividen Sebagai Objek Pajak Penghasilan
dalam Undang-Undang Cipta Kerja Halaman 505
Prayogo, C.A., Muhasan I.
merupakan hasil dari seluruh laba bersih setelah Pemajakan atas dividen berdasarkan PPh Pasal 4
dikurangi penyisihan untuk cadangan perusahaan Ayat 2 merupakan pemajakan kepada WP OP yang
yang akan dibagikan kepada pemegang saham, memperoleh penghasilannya berasal dari dalam
kecuali ditentukan lain dalam RUPS. negeri. Tarif yang dikenakan dalam pemajakan
Mengacu pada IBFD Internasional Tax Glossary tersebut adalah sebesar 10% dari penghasilan bruto
(2015), terdapat dua jenis pemajakan terhadap sebagaimana diatur dalam PP No. 19 Tahun 2009.
dividen, yaitu Classical System dan One-Tier System. Berikut merupakan contoh dari perhitungan
Classical System Merupakan pemajakan atas pemajakan atas dividen dengan tarif 10%.
dividen, di mana pajak dikenakan pada laba yang PT Y membagikan dividen dengan jumlah total Rp
dihasilkan di tingkat perusahaan, kemudian akan 1.500.000.000. Mr. X akan memperoleh bagian dari
dikenakan pajak kembali pada tingkat pemegang dividen yang akan dibagikan tersebut. Mr. X
saham orang pribadi atas laba bersih. Sementara memiliki kepemilikan saham atas PT Y sebesar 5%.
pada One-Tier System, pemajakan dikenakan pada
Gambar III.1 Simulasi Pemajakan Dividen
laba yang dihasilkan hanya pada tingkat
(Dalam Negeri) Sebelum UU Cipta Kerja WP OP
perusahaan.
3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif,
dengan pendekatan simulasi. Dalam metode
Perhitungan atas ilustrasi tersebut adalah
kualitatif, pengumpulan data dilakukan pada
sebagai berikut.
sumber data primer atau sekunder dan teknik
Dividen Mr. X = 5% x Rp 1.500.000.000
pengumpulan data lebih banyak pada observasi
= Rp 75.000.000
(Sugiono, 2017). Pada dasarnya data yang
digunakan adalah data yang telah diolah dan
dianalisis sebagai dasar objektivitas di dalam proses Pajak Dividen = 10% x Rp 75.000.000
pembuatan keputusan atau kebijakan untuk Mr. X = Rp 7.500.000
memecahkan persoalan oleh pengambil keputusan
(Situmorang, 2010).
Dengan mendasarkan pada ketentuan 2) Pemajakan atas dividen berdasarkan PPh Pasal
perpajakan yang berlaku sebelum dan setelah 23
diundangkannya Undang-Undang Cipta Kerja, Pemajakan atas dividen berdasarkan PPh Pasal 23
Peneliti melakukan simulasi dengan menggunakan merupakan pemajakan kepada WP Badan dalam
angka-angka rekaan, untuk mengukur potensi negeri dan Bentuk Usaha Tetap (BUT). Tarif yang
dampak dari pengecualian dividen sebagai objek dikenakan dalam pemajakan tersebut adalah
PPh. Potensi dampak dinilai dengan sebesar 15% dari penghasilan bruto untuk
membandingkan antara penerimaan dengan kepemilikan saham paling rendah 25%, sedangkan
memasukkan unsur dividen sebagai objek PPh akan dikecualikan atas PPh Pasal 23 untuk
dengan mengeluarkan unsur dividen sebagai objek kepemilikan saham lebih dari 25% sebagaimana
PPh. diatur dalam Pasal 23 Ayat 1 Huruf A UU PPh.
Berikut merupakan contoh dari perhitungan
pemajakan atas dividen dengan tarif 15% serta
4. HASIL DAN PEMBAHASAN pengecualiannya.
4.1 Pemajakan atas Dividen Sebelum UU Cipta a. PT Y membagikan dividen dengan jumlah total
Kerja Rp 1.500.000.000. PT U akan memperoleh
4.1.1. Pemajakan atas Dividen Sebelum UU Cipta bagian dari dividen yang akan dibagikan
Kerja (Dividen dari Dalam Negeri) tersebut. PT U memiliki kepemilikan saham atas
Pemajakan atas dividen yang diperoleh dari PT Y sebesar 10%.
dalam negeri sebelum UU Cipta Kerja telah Gambar III.2 Simulasi Pemajakan Dalam Negeri
dirumuskan pada dua pasal berbeda sesuai dengan Dividen Sebelum UU Cipta Kerja WP Badan
kondisi penerima penghasilan tersebut, yaitu PPh
Pasal 4 Ayat (2) dan PPh Pasal 23. Berikut
merupakan penjelasan dari masing-masing pasal
tersebut:
1) Pemajakan atas dividen berdasarkan PPh Pasal
4 Ayat (2)
Jurnal Pajak Indonesia Vol.6, No.2S, (2022), Hal.503-511
Pengecualian Dividen Sebagai Objek Pajak Penghasilan
dalam Undang-Undang Cipta Kerja Halaman 506
Prayogo, C.A., Muhasan I.
Perhitungan atas ilustrasi tersebut adalah Dividen Corp = 25% x Rp 1.500.000.000
sebagai berikut. Inter = Rp 375.000.000
Dividen PT U = 10% x Rp
1.500.000.000 Pajak Dividen = 20% x Rp 375.000.000
= Rp 150.000.000 Corp Inter = Rp 75.000.000
Pajak Dividen = 15% x Rp
PT U 375.000.000
= Rp 22.650.000 4.2. Pemajakan atas Dividen Setelah UU Cipta
Kerja
b. PT Y membagikan dividen dengan jumlah
total Rp 1.500.000.000. PT L akan 4.2.1. Pemajakan Atas Dividen Setelah UU Cipta
memperoleh bagian dari dividen yang akan Kerja (Dividen dari Dalam Negeri)
dibagikan tersebut. PT L memiliki Mengacu pada UU Cipta Kerja jo. PMK No. 18
kepemilikan saham atas PT Y sebesar 35%. Tahun 2021, dividen dari dalam negeri yang
Gambar III.3 Simulasi Pemajakan Dalam Negeri diperoleh oleh WP OP dalam negeri akan dikenakan
Dividen Sebelum UU Cipta Kerja WP Badan tarif sebesar 10%, kecuali apabila dividen tersebut
diinvestasikan kembali di dalam negeri dalam
jangka waktu tertentu. Jangka waktu yang
dimaksud adalah diinvestasikan paling singkat
selama tiga tahun pajak terhitung sejak tahun pajak
dividen. Sementara untuk dividen dari dalam negeri
Perhitungan atas ilustrasi tersebut adalah yang diperoleh WP Badan dalam negeri, tanpa
sebagai berikut. persyaratan apapun dikecualikan sebagai objek
Dividen PT U = 35% x Rp PPh.
1.500.000.000 Berikut merupakan contoh dari perhitungan
= Rp 525.000.000 pemajakan tersebut.
Pajak Dividen = Tidak Terutang Pajak 1) Pemajakan atas Dividen kepada WP OP
PT U Pemajakan atas dividen kepada WP OP dapat
4.1.2 Pemajakan atas Dividen Sebelum UU Cipta dibedakan menjadi dua kasus, yaitu sebagai
Kerja (Dividen dari Luar Negeri) berikut.
a. PT Y membagikan dividen dengan jumlah total
Pemajakan atas dividen yang diperoleh dari luar
Rp 1.500.000.000. Mr. X akan mendapatkan
negeri merupakan pemajakan yang dikenakan
bagian dari dividen yang akan dibagikan
kepada WP OP yang tinggal di luar negeri dan
tersebut. Hasil dari dividend yang diperoleh
perusahaan di luar negeri yang mengoperasikan
tidak akan diinvestasikan kembali di Indonesia.
usahanya melalui BUT di Indonesia. Pemajakan
Mr. X memiliki kepemilikan saham atas PT Y
tersebut diatur dalam PPh Pasal 26 dengan tarif
sebesar 5%.
sebesar 20% dari penghasilan bruto. Berikut
merupakan contoh dari perhitungan pemajakan Gambar III.5 Simulasi Pemajakan Dalam Negeri
tersebut. Dividen Setelah UU Cipta Kerja WP OP
PT Y membagikan dividen dengan jumlah total
Rp 1.500.000.000. Corp Inter (perusahaan luar
negeri) akan mendapatkan bagian dari dividen yang
akan dibagikan tersebut. Corp Inter memiliki
kepemilikan saham atas PT Y sebesar 25%. Tidak
terdapat Tax Treaty.
Gambar III.4 Simulasi Pemajakan Luar Negeri
Dividen Sebelum UU Cipta Kerja WP Badan Perhitungan atas ilustrasi tersebut adalah sebagai
berikut.
Dividen Mr. X = 5% x Rp 1.500.000.000
= Rp 75.000.000