You are on page 1of 13

PERAN GURU DALAM PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN DI ERA TEKNOLOGI

KOMUNIKASI DAN INFORMASI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam proses pembelajaran, media telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang seharusnya
dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media dalm proses
pembelajaran, pada umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti waktu persiapan mengajar
terbatas, sulit mencari media yang tepat, biaya tidak tersedia, atau alasan lain. Hal tersebut sebenarnya
tidak perlu muncul apabila pengetahuan akan ragam media, karakteristik, serta kemampuan masing-
masing diketahui oleh para pengajar. Media sebagai alat bantu mengajar berkembang demikian
pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi. Ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga
dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi, waktu, keuangan, maupun materi yang disampaikan.
Setiap jenis media memiliki karakteristik dan kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi
(Kemp. 1985).

Karakteristik dan kemampuan masing-masing media perlu mendapatkan perhatian dari para pengajar
sehingga mereka dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi. Peran guru dalam
mengembangkan media itu sangat perlu dalam mempengaruhi proses belajar. Karena pada dasarnya
kepribadian guru memiliki hubungan dengan murid. Kemampuan dalam mengajar dan perhatian
terhadap kemampuan para peserta didik turut mempengaruhi proses belajar.

Maka dari itu dalam era perkembangan Iptek yang begitu pesat saat ini, guru tidak cukup hanya
dengan kemampuan membelajarkan siswa, tetapi juga harus mampu mengelola informasi dan
lingkungan untuk memfasilitasi kegiatan belajar siswa (Ibrahim, et.al., 2001). Dalam Kegiatan Belajar
mengajar di dalam kelas, setiap siswa tentu memiliki intelegensi yang berbeda – beda baik laki – laki
maupun perempuan, itulah sebabnya mengapa media pembelajaran sangat dibutuhkan dalam proses
pembelajaran. Dampak perkembangan Iptek terhadap proses pembelajaran adalah diperkayanya
sumber dan media pembelajaran, seperti buku teks, modul, overhead transparansi, film, video,
televisi, slide, hypertext, web, dan sebagainya. Oleh sebab itu guru dituntut mampu memilih dan
menggunakan berbagai jenis media pembelajaran yang ada di sekitarnya.

B. Tujuan Makalah

Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui peranan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dalam kegiatan


pembelajaran dan perkembangan dunia pendidikan.

2. Mengetahui pengaruh teknologi informasi dalam menghasilkan keluaran peserta didik yang
bermutu dan modern
C. Sistematika Penulisan Makalah

Makalah ini membahas tentang peran guru dalam pengembangan media pembelajaran di era teknologi
komunikasi dan informasi disusun dan diuraikan dalam beberapa bab yaitu sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan berisi tentang latar belakang masalah, tujuan pembuatan makalah, dan juga
sistematika penulisan makalah.

BAB II Pembahasan pada bagian pertama membahas tentang teori-teori yang berkaitan dengan sumer
belajar, bagian kedua membahas tentang pengertian media, ketiga tentang jenis dan klasifikasi media,
keempat tentang peran media, kelima tentang media yang tidak diproyeksikan dan yang keenam
membahas tentang media yang diproyeksikan.

BAB III Tanggapan terhadap materi yang diuraikan dalam BAB II dan BAB IV Kesimpulan dari
semua materi yang telah dibahas.

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pendahuluan

Media pembelajaran merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan proses pembelajran.
Dalam proses belajar mengajar, dua unsur yang amat penting adalah metode mengajar dan media
pembelajaran. Media sangat bermanfaat sebagai penyampai informasi yang dapat menunjang proses
pengajaran semakin enak dan tidak bosan. Media juga telah dikenal sebagai alat bantu mengajar yang
seharusnya dimanfaatkan oleh pengajar, namun kerap kali terabaikan. Tidak dimanfaatkannya media
dalam proses pembelajaran, pada umumnya disebabkan oleh berbagai alasan, seperti waktu persiapan
mengajar yang terbatas, sulit mencari media yang tepat, biaya yang tersedia, ataupun alas an lain. Hal
tersebut sebenarnya tidak perlu muncul apabila pengetahuan akan ragam media, karakteristik, serta
kemampuan masing-masing oleh para pengajar.

Media sebagai alat mengajar berkembang demikian pesatnya sesuai dengan kemajuan teknologi.
Ragam dan jenis media pun cukup banyak sehingga dapat dimanfaatkan sesuai dengan kondisi,
waktu, keuangan, maupun materi yang akan disampaikan. Setiap jenis media memiliki karakteristik
dan kemampuan dalam menayangkan pesan dan informasi (Kemp. 1985). Karakteristik dan
kemampuan masing-masing media perlu mendapat perhatiian dari para pengajar sehingga mereka
dapat memilih media yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

D. Teori-Teori yang Berkaitan dengan Sumber Belajar


Pembelajaran diupayakan mencakup semua variabel pembelajaran yang dirasa turut mempengaruhi
belajar. Ada tiga variable yang perlu dipertimbangkan dalam merancang pembelajaran. Ketiga
variabel tersebut adalah variabel kondisi, variabel metode, dan variabel hasil pembelajaran. Kondisi
pembelajaran adalah mencakup semua variabel yang tidak dapat dimanipulasi oleh perencana
pembelajaran, dan harus diterima apa adanya. Yang termasuk dalam variabel ini adalah tujuan
pembelajaran, karakteristik bidang studi, dan karakteristik siswa. Variabel metode pembelajaran
adalah mencakup semua cara yang dapat dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran dalam kondisi
tertentu. Yang termasuk dalam variabel ini adalah strategi pengorganisasian pembelajaran, strategi
penyampaian pembelajaran, dan strategi pengelolaan pembelajaran. Sedangkan variabel hasil
pembelajaran mencakup semua akibat yang muncul dari penggunaan metode tertentu pada kondisi
tertentu, seperti keefektifan pembelajaran, efisiensi pembelajaran, dan daya tarik pembelajaran.

Inti dari rencana pembelajaran adalah menetapkan metode pembelajaran yang optimal untuk
mencapai hasil pembelajaran yang diinginkan. Fokus utama dalam perancangan pembelajaran adalah
pada pemilihan, penetapan, dan pengembangan variabel metode pembelajaran. Pemilihan metode
pembelajaran harus didasarkan pada analisis kondisi dan hasil pembelajaran. Analisis akan
menunjukkan bagaimana kondisi pembelajarannya, dan apa hasil pembelajaran yang diharapkan.
Setelah itu, barulah menetapkan dan mengembangkan metode pembelajaran yang diambil dari
perancang pembelajaran setelah mempunyai informasi yang lengkap mengenai kondisi nyata yang ada
dan hasil pembelajaran yang diharapkan.

Ada tiga prinsip yang perlu dipertimbangkan dalam upaya menetapkan metode pembelajaran, yaitu :

1. Tidak ada satu metode pembelajaran yang unggul untuk semua tujuan dalam semua kondisi.

2. Metode (strategi) pembelajaran yang berbeda memiliki pengaruh yang berbeda dan konsisten
pada hasil pembelajaran.

3. Kondisi pembelajaran yang berbeda bisa memiliki pengaruh yang konsisten pada hasil
pembelajaran.

Berkenaan dengan menyusun rencana pembelajaran, Reigeluth dan Merril dalam Reigulth telah
mengembangkan model pembelajaran secara komperhensif yang terdiri dari tiga variabel utama, yaitu
: (1) kondisi pembelajaran (instructional conditions), (2) metode pembelajaran (instructional
methods), dan (3) hasil pembelajaran (instructional outcomes). Interaksi antara ketiga variabel
tersebut dihasilkan dua teori pembelajaran, yaitu teori pembelajaran diskriptif, dan teori pembelajaran
preskriptif, yaitu secara diagram dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar : interrelasi variabel kondisi pembelajaran, metode pembelajaran, dan hasil pembelajaran.

Pada teori pembelajaran diskriptif, variabel kondisi pembelajaran dan metode pembelajaran
merupakan variabel bebas, dn hasil pembelajaran sebagai variabel terikat. Kedua variabel bebas
berinteraksi untuk menghasilkan efek hasil pembelajaran. Sedangkan pada teori pembelajaran
preskriptif, variabel kondisi pembelajaran dan hasil pembelajaran merupakan variabel bebas, dan
metode pembelajaran sebagai variabel terikat.
Kedua variabel bebas tersebut berinteraksi untuk menetapkan metode pembelajaran yang optimal.
Dengan bahasa yang lebih mudah dapat dikatakan bahwa teori pembelajaran yang yang bersifat
preskriptif membahas bagaimana mengelola faktor-faktor eksternal agar orang yang belajar dapat
belajar dengan sebaik-baiknya. Sedangkan teori belajar dekriptif membahas bagaimana proses belajar
terjadi pada diri orang yang belajar.

Degeng memberikan contoh kedua teori pembelajaran tersebut. Pada teori pembelajaran deskriptif,
apabila isi bidang studi (kondisi) diorganisasikan dengan menggunakan model elaborasi (metode),
akan diperoleh hasil belajar yang meningkat. Sedangkan pada teori pembelajaran preskriptif, agar
diperoleh hasil belajar yang meningkat, maka isi bidang studi (kondisi) perlu diorganisasikan dengan
menggunakan model elaborasi. Selanjutnya, Degeng mengungkapkan bahwa kondisi pembelajaran
merupakan faktor yang mempengaruhi efek metode dalam meningkatkan hasil belajar. Metode
pembelajaran merupakan cara yang berbeda untuk mencapai hasil pembelajaran yang berbeda di
bawah kondisi yang berbeda pula. Hasil pembelajaranmerupakan semua efek yang dapat digunakan
sebagai indikator tentang nilai dari penggunaan metode pembelajaran pada kondisi yang berbeda.

Gagne dalam Suparman mengatakan bahwa sistem pembelajaran adalah suatu set peristiwa yang
mempengaruhi anak didik sehingga terjadi proses belajar. Kegiatan pembelajaran ini harus terencana
secara sistematis untuk dapat disebut sebagai kegiatan pembelajaran. Selain ituu, dipaparkan juga
mengenai kegiatan yang dilakukan anak didik tanpa perencanaan sebelumnya yang disebut dengan
pengalaman, bukan disebut sebagai pembelajaran. Sekalipun kegiatan-kegiatan itu menyebabkan
terjadinya perubahan perilaku anak didik, tetapi tanpa rencana yang bertujuan.

Pengembangan pembelajaran sebagai suatu proses yang sistematis untuk menghasilkan suatu sistem
pembelajaran melalui tahapan berikut.

1. Perumusan tujuan instruksional umum.

2. Analisis tujuan instruksional umum.

3. Analisis kemampuan awal siswa.

4. Menuliskan tujuan instruksional khusus.

5. mengembangkan tes acuan patokan.

6. mengembangkan strategi pembelajaran.

7. mengembangkan bahan pembelajaran.

8. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif.

9. Merevisi pembelajaran.

10. Melaksanakan evaluasi formatif.

E. Pengertian Media

Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat
didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima.
Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator
menuju komunikan. Berdasarkan definisi tersebut, dapat dikatakan bahwa proses pembelajaran
merupakan proses komunikasi. Proses pembelajaran mengandung lima komponen komunikasi, guru
(komunikator), bahan pembelajaran, media pembelajaran, siswa (komunikan), dan tujuan
pembelajaran.

Media juga berasal dari bahasa Latin yang mempunyai arti antara. Makna tersebut dapat diartikan
sebagai alat komunikasi yang digunakan untuk membawa suatu informasi dari suatu sumber kepada
penerima. Sejumlah pakar membuat batasan tentang media, diantaranya yang dikemukakan oleh
Association of Education and Communication Technology (AECT) Amerika. Menurut AECT, media
adalah bentuk dan saluran yang digunakan untuk menyalurkan pesan atau informasi. Apabila
dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran maka media dapat diartikan sebagai alat komunikasi yang
digunakan dalam proses pembelajaran untuk membawa informasi dari pengajar ke peserta didik. Hal
yang sama dikemukakan sebelumnya oleh Briggs (1970) yang menyatakan bahwa media adalah
segala bentuk fisik yang dapat menyampaikan pesan serta merangsang peserta didik untuk belajar.

F. Jenis dan Klasifikasi Media

Jenis media yang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran cukup beragam, mulai dari media yang
sederhana sampai pada media yang cukup rumit dan canggih. Untuk mempermudah mempelajari
jenis-jenis media, karakter, dan kemampuannya, dilakukan pengklasifikasian atau penggolongan.

Salah satu klasifikasi yang dapat menjadi acuan dalam pemanfaatan media adalah klasifikasi yang
dikemukakan oleh Edgar Dale yang dikenal dengan kerucut pengalaman (Cone Experience). Kerucut
pengalaman Dale mengklasifikasikan media berdasarkan pengalaman belajar yang diperoleh oleh
peserta didik, mulai dari pengalaman belajar langsung, pengalaman belajar yang dapt dicapai melalui
gambar, dan pengalaman belajar yang bersifat abstrak. Untuk dapat memberikan gambaran yang lebih
jelas mengenai kerucut pengalaman, perhatikan gambar berikut.

Gambar. Kerucut pengalaman Dale (Heinich,1996)

Kerucut pengalaman Dale, menunjukkan bahwa informasi yang diperoleh melalui pengalaman
langsung yang berada pada dasar kerucut mampu menyajikan pengalaman belajar secara lebih
konkret. Semakin menuju ke puncak, penggunaan media semakin memberikan pengalaman belajar
yang bersifat abstrak.

Penggolongan lain yang dapat dijadikan acuan dalam pemanfaatan media adalah berdasarkan pada
teknologi yang digunakan, mulai media yang teknologinya rendah (low technology) sampai pada
media yang menggunakan media yang menggunakan teknologi tinggi (high technology). Apabila
penggolongan media ditinjau dari teknologi yang digunakan, maka penggolongannya sangat
dipengaruhi oleh perkembangan teknologi. Dengan demikian, penggolongan media dapat berubah
dari waktu kewaktu. Misalnya, dalam era tahun 1950 media televise dikategorikan sebagai media
berteknologi tinggi, tetapi kemudian pada era tahun 1970/1980 media tersebut bergeser dengan
kehadiran media komputer. Pada masa tesebut, computer digolongkan sebagai media dengan
teknologi yang paling tinggi, tetapi kemudian dapa tahun 1990 tergeser kedudukannya dengan
kehadiran media komputer conferencing melalui internet. Kondisi seperti ini akan berlangsung selama
ilmu dan teknologi terus berkembang.
Salah satu bentuk klasifikasi yang mudah dipelajari adalah klasifikasi yang disusun oleh Heinich,
sebagai berikut.

KLASIFIKASI

JENIS MEDIA

Media yang tidak dapat diproyeksikan (non projected media)

Realita, model, bahan grafis (graphical material), display

Media yang diproyeksikan (projected media)

OHT, Slide, Opaque

Media Audio (Audio)

Audio kaset, audio vision, active audio vissioon

Media Video (Video)

Video

Media berbasis komputer (computer based media)

Computer Assisted Instruction (CAI)

Computer Managed Instruction (CMI)

Multimedia kit

Perangkat Praktikum

Pengklasifikasian yang dilakukan oleh Heinich ini pada dasarnya adalah penggolongan media
berdasarkan bentuk fisiknya, yaitu apakah media tersebut masuk dalam golongan media yang tidak
diproyeksikan atau yang diproyeksikan, atau apakah media tertentu masuk dalam golongan media
yang dapat didengar lewat audio atau dapat dilihat secara visual, dan seterusnya.

G. Peran Media

Dalam proses pembelajaran media memiliki kontribusi dalam meningkatkan mutu dan kualitas
pengajaran. Kehadiran media tidak saja membantu pengajar dalam menyampaikan materi ajarnya,
tetapi memberikan nilai tambah pada kegiatan pembelajaran. Hal ini berlaku bagi segala jenis media,
baik yyang canggih dan mahal ataupun media yang sederhana dan murah. Kemp, dkk. (1985)
menjabarkan sejumlah kontribusi media dalam kegiatan pembelajaran antara lain :

1. Penyajian materi ajar menjadi lebih standar;

2. Kegiatan pembelajaran menjadi lebih menarik;

3. Kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif;


4. Waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi;

5. Kualitas belajar yang dapat ditingkatkan;

6. Pembelajaran dapat disajikan di mana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan;

7. Meningkatkan sifat positif peserta didik dan proses belajar menjadi lebih kuat/baik;

8. Memberikan nilai positif bagi pengajar.

Penjabaran tentang peranan media dalam pembelajaran yang dikemukakan oleh Kemp memberikan
wawasan yang luas mengenai pemanfaatan media dalam pembelajaran. Selain itu, Heinich melihat
kontribusi media dalam proses pembelajaran secara lebih global ditinjau dari kondisi berlangsungnya
proses pembelajaran, seperti berikut :

a. Proses pembelajaran yang bergantung pada kehadiran pengajar,

Pada kondisi ini, penggunaan media dalam proses pembelajaran umumnya besifat sebagai pendukung
bagi pengajar. Perancangan media yang tepat akan sangat membantu menguatkan materi
pembelajaran yang disampaikan oleh pengajar secara langsung.

b. Proses pembelajaran tanpa kehadiran pengajar

Ketidakhadiran pengajar dalam proses pembelaran dapat disebabkan oleh tidak tersedianya pengajar
atau pengajar sedang bekerja dengan peserta didik lain.

Media dapat digunakan secara efektif pada pendidikan formal dimana pengajar yang karena suatu hal
tidak dapat hadir di kelas atau sedang bekerja dengan peserta didik lain.

c. Pendidikan jarak jauh

Pendidikan jarak jauh telah berkembang dengan cepat di seluruh dunia. Hal utama yang membedakan
antara pendidikan jarak jauh dengan pendidikan tatap muka adalah adanya keterpisahan antara
pengajar dan peserta didik dalam proses pembelajaran. Adanya keterpisahan ini membutuhkan suatu
media yang berperan sebagai jembatan antar pengajar dengan peserta didik. Peranan media dalam
pendidikan jarak jauh mampu mengatasi masalah jarak, ruang, dan waktu. Media yang paling umum
digunakan dalam pendidikan jarak jauh adalah media cetak dengan menggunakan sistem
korespondensi.

d. Pendidikan khusus

Media memiliki peran yang penting dalam pendidikan bagi peserta didik yang memiliki keterbatasan
kemampuan, misalnya yang memiliki keterbelakangan mental, tuna netra, atau tuna rungu.
Penggunaan media tertentu akan sangat membantu proses pembelajaran bagi mereka. Media yang
digunakan adalah jenis-jenis media yang sesuai dan tepat bagi masing-masing keterbatasan.

H. Media yang tidak Diproyeksikan

Media ini sering disebut sebagai pameran atau displayed media. Jenis media yang tergolong media
yang tidak diproyeksikan, yaitu :

1. Realia

Realia adalah benda nyata yang digunakan sebagai bahan ajar. Pemanfaatan media realia tidak harus
selalu dihadirkan dalam ruang kelas, tetapi dapat digunakan sebagai suatu kegiatan observasi pada
lingkungannya. Realia dapat digunakan dalam kegiatan belajar dalam bentuk sebagaiman adanya,
tidak perlu dimodofikasi, tidak ada pengubahan, kecuali dipindahkan dari kondisi lingkungan hidup
aslinya. Cirri media realia adalah benda asli yang masih berada dalam keadaan utuh, dapat
dioperasikan, hidup, dalam ukuran yyang sebenarnya, dan dapat dikenali sebagaimana wujud aslinya.
Selain dalam bentuk aslinya, penggunaan realia dapat dimodifikasi.

2. Model

Pemanfaatan media realia dalam proses pembelajaran merupakan cara yang cukup efektif, karena
dapat memberikan informasi yang lebih akurat. Menurut brown (1985), model didefinisikan sebagai
benda nyata yang dimodifikasikan ; heinich et al., (1996) menyebutkan hal yang senada, yaitu
gambaran yang berbentuk tiga dimensi dari sebuah benda nyata. Penggunaan model didefinisikan
sebagai media dalam pembelajaran dimaksudkan untuk mengatasi kendala pengadaan relia, seperti
harga yang tinggi atau benda yang sulit digunakan sebagai realia.

3. Bahan Grafis

Media grafis yang juga dapat digolongkan sebagai media visual nonproyeksi, mudah digunakan
karena tidak membutuhkan peralatan serta relative murah. Umumnya media yang termasuk dalam
golongan ini hanya membutuhkan biaya yang relative rendah atau bahkan tidak memerlukan biaya
sama sekali. Brown et al melihat setidaknya ada lima jenis media grafis dalam kegiatan pembelajaran
yaitu graft, chart, diagram, kartu, poster. Dan menurut Heinich menyebutkan beberapa media grafis
yaitu gambar diam, sketsa, diagram, chart, graft, poster dan kartu.

4. Papan Display
Berbagai media yang tidak diproyeksikan, seperti gambar, poster, chart, realia, atau lainya yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran kadangkala membutuhkan tempat untuk men-display atau
memanjang. Banyak pilihan yang dapat digunakan untuk men-display atau memanjang media yang
tidak diproyeksikan, yaitu papan tulis (blackbroads), whitebroads, copybroads, dan bulletin broads.
Keempat jenis media display ini dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan.

I. Media yang Diproyeksikan (Projeced Media)

Media yang tergolong sebagai media yang diproyeksikan antara lain overhead transparency (OHT),
slide, filmstrips, dan opaque. Media tersebut diproyeksikan ke layer dengan menggunakan alat khusus
yang dinamakan proyektor (overhead projector, slide projector, dan opaque projector). Namun,
dengan perkembangan teknologi telah memungkinkan computer dan video dapat diproyeksikan
dengan menggunakan peralatan khusus, yaitu LCD.

1. OHT

OHT merupakan media yang paling sering digunakan. Tidak hanya karena popular, tetapi juga
relative lebih mudah mempersiapkan materi ataupun pengoperasianya. Selain dibutuhkan bahan
transparansi, dibutuhkan juga alat tulis khusus/pena.

v Pemanfaatan OHT dalam pembelajaran

Untuk dapat memanfaatkan media OHT dalam proses pembelajaran dengan hasil optimal, perlu
diperhatikan bebepara hal (Teague, dkk., 1994).

a. Mengajar sebaiknya mematikan overhead projector apabila tidak sedang digunakan untuk
presentasi. Dalam penggunaan OHT kerap kali seorang pengajar mengabaikan keberadaan tombol
power untuk menghidupkan dan mematikan overhead projector. Seorang pengajar kerap kali
membiarkan overhead tetap menyala sepanjang presentasi yang dilakukan, bahkan tanpa bahan yang
diproyeksikan. Hal ini selain mengganggu peserta didik dengan cahaya yang menyilaukan, juga
mempercepat masa hidup (life time) dari lampu proyektor.

b. Pada saat penggantian transparansi yang akan dipresentasikan sebaiknya overhead projector
dalam posisi mati (power off). Menyalakan kembali proyektor pada saat transparansi yang akan
dipresentasikan siap atas proyektor memberikan semacam kejutan yang akan menarik perhatian dan
membuat peserta didik kembali memfokuskan perhatiannya kepada menteri baru yang sedang
dipresentasikan.

c. Untuk mendapatkan perhatian yang berkesinambungan dari peserta didik, sebaiknya pengajar
menggunakan berbagai jenis penyajian transparansi, seperti transparansi tunggal, overlay, dan mask,
disesuaikan dengan materi yang dipresentasikan.
2. Slide

Slide tergolong dalam media visual yang penggunaannya diproyeksikan ke layer. Media slide dapat
menampilkan gambar yang sangat realistis. Hal ini disebabkan bahan dasar media slide merupakan
film fotografis berbentuk transparan yang sangat tepat untuk digunakan sebagai suplemen belajar
pada bidang studi eksakta, seperti jurusan MIPA (biologi, kimia, dan fisika), arsitektur, kedokteran,
dan juga pada bidang studi social.Penggunaan slide dalam proses pembelajaran dapat digunakan
dengan ataupun tanpa suara.

3. Media Audio

Media audio merpakan media yang sangat fleksibel, relative murah, praktis dan ringkas, serta mudah
dibawa (portable). Media ini dapat digunakan, baik untuk keperluan belajar kelompok (group
learning) maupun belajar individual. Dengan karakteristik yang dimilikinya, media audio sangat
efektif digunakan dalam beberapa bidang studi, seperti bahasa, drama, dan seni musik.

4. Media Video

Pemanfaatan media video dalam proses pembelajaran diruang kelas sudah merupakan hal yang biasa.
Sebagai media audiovisual dengan memiliki unsure gerakan dan suara, video dapat digunakan sebagai
alat Bantu mengajar pada berbagai bidang studi.

Pada bidang studi yang banyak mempelajari keterampilan motorik dapaat mengandalkan kemampuan
video. Melatih kemampuan kegiatan dengan prosedur tertentu akan membantu dengan pemanfaatan
media video.

Kemampuan video untuk mengabadikan kejadian-kejadian factual dalam bentuk program documenter
bermanfaat untuk membantu pengajar dalam mengetengahkan fakta, kemudian membahas fakta
tersebut secara lebih jelas dan mendiskusikannya diruang kelas.

5. Media Berbasis Komputer

Komputer saat ini tidak lagi merupakan konsumsi mereka yang bergerak dalam bidang bisnis atau
dunia kerja, tetapi juga dimanfaatkan secara luas oleh dunia pendidikan. Menurut Hannafin dan Peck
(1998), potensi media computer yang dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan efektivitas proses
pembelajaran antara lain sebagai berikut.

- Memungkinkan terjadinya interaksi langsung antara peserta didik dan materi pelajaran.

- Proses belajar dapat berlangsung secara individual sesuai dengan kemampuan belajar peserta
didik.

- Mampu menampilkan unsure audio visual untuk meningkatkan minat belajar (multimedia).

- Dapat memberikan umpan balik terhadap respons peserta didik dengan segera.Mampu
menciptakan proses belajar secara kesinambungan.
Heinich, et al., (1996) mengemukakan enam bentuk interaksi yang dapat diaplikasikan dalam
merancang sebuah media pembelajaran, berupa:

- Praktik dan latihan (drill and practice),

- Tutorial,

- Permainan (games),

- Simulasi (simulation),

- Penemuan (discovery), dan

- Pemecahan masalah (problem solving).

6. Multimedia Kit

Multimedia kit dapat diartikan sebagai paket bahan ajar yang terdiri dari berbagai jenis media yang
digunakan untuk menjelaskan suatu topic/materi tertentu, yang dilengkapi dengan study guide, lembar
kerja, dan modul. Multimedia kit biasanya digunakan dalam mata pelajaran fisika, kimia, dan biologi
yang siap digunakan oleh pengajar untuk menyajikan pelajarannya. Multimedia kit dapat juga
digunakan langsung oleh peserta didik, baik secara kelompok atau individual dalam melakukan
eksperimen mengenai prinsip dan mekanisme kerja suatu benda.

BAB III

TANGGAPAN

Media pembelajaran di era teknologi komunikasi dan informasi sangat beragam, maka di wajibkan
seorang guru harus mampu menggunakn media-media yang ada dengan maksimal, agar tujuan
pembelajaran dapat tercapi dengan baik. Peran seorang guru dalam mengembangkan media itu sangat
perlu dalam mempengaruhi proses belajar. Karena pada dasarnya kepribadian guru memiliki
hubungan dengan murid. Seorang guru yang kurang mampu menjelaskan dengan baik dan kurang
menguasai bahan atau materi yang diajarkan dapat menimbulkan kurangnya dorongan atau
pemahaman untuk menguasai materi. Maka dari itu peran media sangat diperlukan dalam membantu
guru untuk menyelesaikan persoalan dalam proses pembelajaran.

Dalam hal ini seorang guru sangat berperan penting dalam mengembangkan media pembelajaran,
karena guru merupaakan seorang pendidik dan sebagai fasilitator bagi para siswanya. Peranan
seorang guru dalam mengembangkan media sangat beragam sesuai dengan situasi dan kondisi yang
dihadapinya.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa guru sangat berperan
penting dalam mengembangkan media pembelajaran. Media merupakan salah satu komponen
komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan.peningkatan kuaitas
pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan teknologi pendidikan yaitu dengan cara mencari
dan mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi dalam belajar kemudian dicari pemecahannya
melalui aplikasi teknologi informasi yang sesuai.

Media juga memiliki peran sebagai berikut; penyajian materi ajar menjadi standar, kegiatan
pembelajaran menjadi lebih menarik, kegiatan belajar dapat menjadi lebih interaktif, waktu yang
dibutuhkan untuk pembelajaran dapat dikurangi, kualitas belajar dapat ditingkatkan, pembelajaran
dapat disajikan dimana dan kapan saja sesuai dengan yang diinginkan, meningkatkan sifat positif
peserta didik dalam proses menjadi lebih kuat/baik, dan memberikan nilai positif bagi pengajar.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimus. 2010. Media Pembelajaran Proyeksi Diam. online.
Http://www.canboyz.co.cc/2010/05/media-pembelajaran-proyeksi-diam.html, akses hari Jum’at 09
Maret 2012.

Fitrianur. 2010. Peran Guru dalam Pengembangan Media Pembelajaran.


OInline.Http://www.myjazz.co.cc/2010/02/peran-guru-dalam-pengembangan-media.html, akses hari
Jum’at 09 Maret 2012.

Hamzah, Ondi Saondik, dkk. 2009. Etika Profesi Keguruan. Jakarta: Refika Editama.

Sanjaya, wina. 2008. Perencanaan dan Desain System Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sumarno, Alim. 2011. Klasifikasi Media Pembellajaran. Online.


http://elearning.unesa.ac.id/myblog/alim-sumarno/klasifikasi-media-pembelajaran, akses hari Jum’at
09 Maret 2012.

Uno, Hamzah B. 2009. Profesi Kependidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

You might also like