You are on page 1of 100

PERANCANGAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN PADA KOLAM

PENGENDAPAN (SETTLING POND) DI PT X

Oleh :

FATIHAHTUL NADILA

F1D120005

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN

JURUSAN TEKNIK KEBUMIAN

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS JAMBI
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material
lain sehingga air yang dialirkan dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih,
selain itu hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pendangkalan
sungai. Kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol
kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan. Rancangan
kolam pengendapan yang akan dibuat berdasarkan total pada debit air yang
masuk ke dalam kolam pengendapan.

Dengan adanya kegiatan penambangaUn yang dilakukan oleh PT. X maka


akan menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan lebih khususnya pada
kualitas air. Adanya kemajuan aktivitas penambangan yang dilakukan PT. X
serta semakin besar target operasi yang dicapai akan mengakibatkan semakin
banyak area bukaan baru untuk ditambang yang dapat menyebabkan perubahan
arus air atau air limpasan yang akan masuk kedalam front penambangan serta
dapat mengakibatkan penurunan kualitas baku mutu air

Terjadinya penurunan kualitas air yang disebabkan oleh aktivitas


penambangan menuntuk setiap perusahaan pertambangan untuk melakukan
pengelolaan air sebelum dibuang ke lingkungan bebas. Penuruan kualitas air ini
disebabkan oleh air limpasan yang masuk ke area penambangan dimana material
yang ditambangan mengandung unsur kontaminan. Dalam Peraturan Menteri
Negara Lingkungan Hidup No 34 Tahun 2009 Tentang Baku Mutu Air Limbah
Bagi Usaha dan Kegiatan Pertambangan. Beberapa jenis kontaminan yang harus
di identifikasi adalah nilai pH, total suspended solid, serta kandungan logam
berat. Logam berat yang terdapat pada penambangan bauksit yaitu besi (Fe),
tembaga (Cu), nikel (Ni), mangan (Mn), serta timbal (Pb).

Penurunan kualitas air ini disebabkan oleh adanya kontak air dengan
maretial/batuan yang terekspose sehingga merubah kulalitas air. Berdasarkan
hasil uji laboratotirum terhadap air limpasan disimpulkan bahwa terdapat
Penurunan kualitas air pada aktivitas penambangan di X Unit Bisnis
Penambangan Bauksit. Penurunan kualitas air dalam hal ini nilai ditandai oleh
Ph yang menurun, kadar TSS yang tinggi yang terkandung dalam air serta
terdapat logam berat dalam hal ini logam berat yang melebihi ambang batas yaitu
besi (Fe). Sehingga, dalam hal ini perusahaan harus melakukan kegiatan Upaya
Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.

Agar tercapainya Upaya Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan


Lingkungan maka harus dilakukan sebuah perencanaan kolam pengendapan.
Dimana kolam pengendapan akan menjadi tempat untuk kegiatan pemantauan
dan pengelolaan agar air yang terkontaminasi dapat dilakukan treatment terlebih
dahulu.

1.2 Rumusan Masalah


Adapun maksud dan tujuan penelitian Tugas Akhir yang dilakukan adalah:
1. Mengetahui curah hujan pada tambang X
2. Mengetahui volume air yang masuk kedalam kolam pengendapan
3. Mengetahui dimensi paritan yang sesuai dengan debit limpasan tambang
4. Mengetahui rencana desain kolam pengendapan yang mampu menampung
debit limpasan tambang
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun manfaat yang ingin didapatkan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Dengan dilakukan penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan bacaan


atau referensi dalam menambah wawasan di bidang ilmu pertambangan.
2. mengaplikasian langsung teori yang didapatkan di perkuliahan dengan
keadaan di lapangan.
3. Memberikan saran kepada perusahaan dan dapat dijadikan sebagai bahan
evaluasi bagi perusahaan untuk langkah pengambilan keputusan dalam
perencanaan kolam pengendapan limpasan air tambang yang sesuai dengan
kemajuan tambang.
BAB II
LANDASAN TEORI

Coal getting merupakan proses pengambilan batu bara dari pembersihan


(cleaning) sampai pengisian (loading) batu bara ke alat angkut untuk kemudian di
angkut ke tempat penampungan (stockpile). Kondisi cuaca hujan dengan volume
yang tinggi merupakan kendala proses coal getting. Tambang terbuka dengan
menggunakan metode open pit. Metode penambangan ini akan menyebab kan
terbentuknya cekungan yang luas sehingga sangat potensial untuk menjadi daerah
tampungan air, baik yang berasal dari air limpasan permukaan dan air tanah. Oleh
karena itu Sistem drainase (drainage system) di buat salah satunya dengan membuat
Settling Pond. Settling Pond adalah suatu penyaliran berbentuk kolam yang
berfungsi sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang, baik air tanah
maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar ke perairan
umum. Melalui upaya penanganan air yang masuk ke dalam pit, maka di harapkan
permasalahan yang timbul akibat tidak terkontrolnya air yang masuk ke pit dapat
diminimalisir sehingga aktifitas penambangan dapat tetap di lakukan
(Purwaningsih & Irawan, 2018)

Penirisan tambang akan identik dengan pengontrolan air tanah dan air
permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas penambagan. Curah hujan
yang tinggi menyebabkan meningkatnya volume air yang terakumulasi pada dasar
tambang sehingga kegiatan penambangan menjadi terganggu dan produksi tidak
optimal karena area kerja menjadi tergenang air. Air yang menggenangi lokasi
penambangan merupakan masalah yang utama bagi perusahaan pertambangan
karena air yang masuk ke lokasi penambangan dapat mengganggu aktivitas
penambangan dan mengakibatkan terhambatnya produksi. (Hutagalung &
Pangkung, 2018)

Untuk mengatasi air yang berada pada pit penambangan perlu dilakukan
sistem penyaliran sehingga air yang berada pada pit penambangan dapat
dipompakan keluar. Air yang di pompakan dari pit penambangan akan mengalir
melaluidrainage kemudian dialirkan menuju settling pond
Kolam pengendapan (settling pond) juga berfungsi untuk mengendapkan
lumpur atau material lain sehingga air yang dialirkan dari kolam pengendapan ke
sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
pendangkalan sungai. Kolam pengendapan (settling pond) juga dapat berfungsi
sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam
pengendapan (Surahmad, Adnyano, & Purnomo, 2021)

kajian teknis rancangan kolam pengendapan (settling pond) dilakukan agar


didapatkan keselarasan antara debit yang akan masuk kedalam kolam pengendapan
(settling pond) dengan kapasitas kolam pengendapan (settling pond) itu sendiri
sehingga air yang masuk tidak akan meluap (over flow), yang dapat mengakibatkan
air langsung terbuang kelingkungan bebas tanpa dilakukan treatment terlebih
dahulu.

Beberapa faktor yang menjadi perhatian dan harus dipertimbangkan dalam


pembuatan rancangan sistem penyaliran pada tambang terbuka sebagai berikut:

1. Curah Hujan
Di Indonesia yang merupakan daerah tropis, bentuk presipitasi yang
dominan berupa hujan. Jika air di atmosfer yang dalam bentuk kumpulan
butiran air berbentuk awan hasil dari proses kondensasi uap air setelah
proses evaporasi mendingin, butiran air menjadi cukup besar yang
kemudian jatuh ke permukaan bumi. Pengolahan data dalam analisis
frekuensi curah hujan dilakukan guna memperoleh data curah hujan yang
siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran tambang. Hasil
sebaran data dari perhitungan dispersi selanjutnya dapat digunakan untuk
analisis curah hujan rencana. Data yang telah dihitung dapat direncanakan
berdasarkan tingkat variansi data sehingga dalam penentuan curah hujan
rencana akan memiliki tingkat keyakinan yang tinggi.
2. Intensitas Hujan
Intensitas curah hujan merupakan jumlah curah hujan per satuan
waktu yang relatif singkat dan dinyatakan dalam satuan mm/jam yang
artinya dalam waktu satu jam adalah sekian milimeter. Pada banyak kasus
di tambang terbuka di Indonesia hanya tersedia data hujan harian yang
diukur menggunakan alat penakar hujan biasa. Sementara itu, kejadian
hujan yang harus ditangani oleh sistem penyaliran umumnya ditentukan
oleh intensitasnya.
3. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Daerah tangkapan hujan merupakan luas permukaan yang jika
terjadi hujan, air hujan akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju
ke titik pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan bumi sebagian akan
meresap ke dalam tanah, sebagian tercegat oleh tumbuhan (vegetasi), dan
sebagiannya lagi bisa saja langsung jatuh di laut, sungai, danau, dan
sebagainya. Semua air yang mengalir di permukaan bumi belum tentu dapat
menjadi sumber air dari suatu sistem penyaliran yang kondisi tersebut
tergantung pada daerah tangkapan hujan dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi, dan lain-lain.
Daerah tangkapan hujan yang merupakan daerah air limpasan mengalir
menuju ke sistem penyaliran alami pada suatu lokasi tertentu yang dalam
penentuan luasannya berdasarkan peta topografi.
4. Air Limpasan
Air hujan yang tidak mengalami evaporasi dan infiltrasi akan
menjadi limpasan. Untuk pembahasan mengenai limpasan, yang menjadi
rujukan adalah daerah tangkapan hujan (watershed, catchment area). Areal
tambang dapat digolongkan sebagai daerah tangkapan hujan kecil yang
karakteristiknya adalah debit limpasan sangat dipengaruhi oleh karakteristik
hujan atau dalam proses rancangan, frekuensi debit limpasan dapat didekati
dari frekuensi hujan. (Isniarno, Naufal, Iswandaru, Guntoro, & Khorniawan,
2022)

Faktor yang mempengaruhi dimensi settling pond adalah jumlah air yang
akan masuk ke dalam settling pond dimana pada penelitian tersebut, penulis
mengatakan bahwa debit air limpasan dipengaruhi oleh koefisien, intensitas curah
hujan serta luasnya daerah penelitian. Dibuat settling pond dengan dimensi sesuai
dengan debit air yang masuk dengan beberapa kompartemen agar air memiliki
waktu untuk mengendap
Settling pond harus dibuat dengan dimensi ukuran serta geometri yang tepat
agar fungsinya sebagai kolam pengendapan tercakupi. Settling pond harus
dirancang sebaik mungkin dikarenakan air limbah penambangan yang masuk ke
dalam settling pond akan diendapkan serta diolah untuk dapat dialirkan ke perairan
dengan mencakup standar baku mutu air pada Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 13 Tahun 2003. Diperlukan perhitungan terhadap debit air yang
masuk ke dalam settling pond agar dapat menentukan ukuran dimensi yang tepat
sehingga air tidak menguap serta dapat mengendap dan diolah dengan waktu yang
cukup. Settling pond juga harus dirancang sebaik mungkin dengan beberapa bagian
terpisah atau kompartemen agar air yang akan dialirkan menuju sungai telah benar-
benar mengalami proses pengendapan sehingga aman untuk dialirkan menuju
perairan. (Rosalindo , Assidiqi, Wiratama, & Megasukma , 2022)
BAB III

METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pada penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data
sekunder. Pengumpulan Data Primer dilakukan dengan cara pengambilan data
dilapangan. Adapun data primer yang untuk penelitian ini adalah peta topografi
Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan. Adapun data sekunder
untuk penelitian ini adalah spesifikasi pompa, spesifikasi pipa dan dimensi
sump.

- Curah Hujan Terencana


Curah hujan rencana merupakan suatu kriteria utama dalam perencanaan
sistem penyaliran untuk air permukaan pada suatu tambang. Salah satu
metode dalam analisa frekuensi yang sering digunakan dalam menganalisa
data curah hujan adalah metode distribusi ekstrim, atau juga dikenal dengan
metode distribusi Gumbel
𝑆𝐷
𝑋𝑟 = 𝑋 + (𝑌𝑡 − 𝑌𝑁)
𝑆𝑛
Dimana :
Xr = Perkiraan nilai curah hujan rencana (mm)
X = Curah hujan rata-rata (mm)
SD = Simpangan baku (standar deviation)
Yt = Standar deviasi dari reduksi variate (standar deviation of the
reduced variate), nilainya tergantung dari jumlah data
YN = Nilai reduksi variat (reduced mean) dari variabel yang diharapkan
terjadi pada periode ulang tertentu, Sn Koreksi rata-rata (reduced
mean)
- Intensitas Curah Hujan
Perhitungan intensitas curah hujan dilakukan dengan menggunakan rumus
Mononobe
𝑅24 24 2
𝐼= ( )3
24 𝑡
Dimana :
R24 = Curah hujan rencana perhari (24 jam)
t = Lamanya curah hujan/durasi hujan (jam)
- Limpasan
Penentuan besarnya air limpasan maksimum ditentukan dengan rumus
sebagai berikut :
Q = 0,278 . C . I . A (3)
Dimana:
Q = Debit air, m3/detik
C = Koefesien limpasan
I = Intensitas curah hujan, mm/jam
A = Luas penangkap hujan, km2.
3.2 Pengambilan Data
Data yang digunakan untuk penelitan diambil secara langsung pada kondisi
lapangan sebenarnya berdasarkan kebutuhan data akan digunakan, pembagian
data dibedakan menjadi data primer dan data sekunder

3.3 Analisa Data

Data-data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan literatur-


literatur yang berhubungan dengan masalah tersebut, ialah sebagai berikut :
a. Menghitung data curah hujan dengan menggunakan metode Gumbel
dan intensitas hujan dengan persamaan Mononobe.
b. Menghitung debit total air yang masuk yang berasal dari debit limpasan.
c. Menghitung dimensi drainage dengan menggunakan metode mononobe
dengan trial and error berdasarkan volume air yang masuk per hari.
d. Menentukan dimensi kolam pengendapan berdasarkan debit yang
masuk
DAFTAR PUSTAKA

Hutagalung, G., & Pangkung, Y. G. (2018). Perencanaan Teknis Sistem Penyaliran


Tambang Batubara Pada PT. Nan Riang Kabupaten Batanghari Provinsi
Jambi. Jurnal Penelitian Tambang, 9.

Isniarno, N. F., Naufal, M. I., Iswandaru, Guntoro, D., & Khorniawan, W. B.


(2022). Sistem Pengelolaan Air pada Settling Pond Untuk Tambang
Terubuka. Jurnal Pertambangan, 95.

Purwaningsih, D. A., & Irawan, D. (2018). KAJIAN TEKNIS GEOMETRI


SETTLING POND PADA PIT 8. PENAMBANGAN BATUBARA PT.
MEGAPRIMA PERSADA JOB SITE PONGKOR KECAMTAN
LOAKULU KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA PROVINSI
KALIMANTAN TIMUR. Jurnal Geologi Pertambangan, 59-60.

Rosalindo , Assidiqi, A., Wiratama, J., & Megasukma , J. (2022). Rancangan


Dimensi Settling Pond Pit IV PT Akat Srida Amri, Kabupaten Bungo.
Jurnal Pertambangan, 53.

Surahmad, R. C., Adnyano, A. A., & Purnomo, H. (2021). Rancangan Teknis


Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendpan (Settling Pond) di Pit Durian
PT J Resources Bolaang Mongondow Site Bakan, Sulawesi Utara. Jurnal
Peramtambangan , 226.
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG


BATUBARA PADA PT. NAN RIANG
KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI

Glory Hutagalung1), Yulius G. Pangkung2)


1) 2)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
1) 2)
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: gloryhutagalung07@gmail.com, 2)yulius.pangkung@yahoo.co.id
1)

Abstract

PT. Nan Riang is a coal mining company located in Muara Tembesi District, Batanghari Regency, Jambi
Province. PT. Nan Riang applied open pit system in its operation, in which Stripe Mine was considerably
implemented as the main method. The utilisation of this method would form pits, so that, during rainy days,
the water could potentially be stagnant in front. The catchment areas are divided into 6 sections; the 1st
catchment area was 0.00929 km2, the 2nd catchment area was 0.06017 km2, the 3rd catchment area was
0.03256 km2, the 4th catchment area was 0.03960 km2, the 5th catchment area was 0.08065 km2, and the 6th
catchment area was 0.02596 km2. From the calculation of drainage dimensions, it was highlighted that the
water level was approximately 0.26 m, width of drainage was about 0.39 m, width of drainage surface was
0.78 m, wet circumference was about 0.73 m, the depth of was 1.07 m, and length of side was 1.19 m. The
pump that is set for the drainage was LCC-H 50-230, with the pumping capacity of 3,405 m3/ hour. These
pumps have Total Head of 90 m, with the impeller rotation of 3710 rpm. The amount of water entering the
settling pond was 15.80336 m3/ second, with the settling widht of 29.71 m2 pond. Regarding the dimensions
of settling pond, in which water could be gathered as calculated, therefore settling pond should be set at
10 m in length, 4 m in width and 2 m in height, with the volume of 237.64451 m3.

Keywords: drainage, pumps, settling pond.

Abstrak

PT. Nan Riang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada di Kecamatan Muara
Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. PT. Nan Riang melakukan sistem tambang terbuka yang
menggunakan metode Stripe Mine sehingga akan membentuk cekungan, sehingga pada saat hujan
berpotensi air akan tergenang pada front. Luasan daerah tangkapan hujan pada daerah penelitian ini dibagi
menjadi 6 bagian. Daerah tangkapan hujan I luas area 0,00929 km2, daerah tangkapan hujan II luas daerah
0,06017 km2, daerah tangkapan hujan III luas daerah 0,03256 km2, daerah tangkapan hujan IV luas daerah
0,03960 km2, daerah tangkapan hujan V luas daerah 0,08065 km2, dan daerah tangkapan hujan VI luas
daerah 0,02596 km2. Dari perhitungan dimensi drainagenya didapat, tinggi air 0,26 m, lebar dasar
saluran 0,39 m luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m. Pompa yang akan di rencakan pad a sumuran ini adalah
pompa LCC-H 50-230 dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini mempunyai Head Total sebesar
90 m dan putaran impeller 3710 rpm. Debit air yang akan masuk pada settling pond adalah 15,80336
m3/detik, dengan luas settling pond 29,71 m2 . Untuk ukuran dimensi settling pond agar dapat menampung
air limpasan sesuai dengan perhitungan diatas maka panjang settlingpond 10 m, lebar settling pond 4 m,
dan tinggi settling pond 2 m. maka volume settling pond 237,64451 m3.

Kata Kunci : drainage, pompa, settling pond.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


8
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN DASAR TEORI


Penirisan tambang akan identik dengan Curah Hujan Rencana
pengontrolan air tanah dan air permukaan bumi Curah hujan rencana merupakan suatu
yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik kriteria utama dalam perencanaan sistem
tambang terbuka, maupun tambang bawah tanah, penyaliran untuk air permukaan pada suatu
baik itu pada penambangan bijih atau tambang. Salah satu metode dalam analisa
penambangan batubara. Curah hujan yang tinggi frekuensi yang sering digunakan dalam
menyebabkan meningkatnya volume air yang menganalisa data curah hujan adalah metode
terakumulasi pada dasar tambang sehingga distribusi ekstrim, atau juga dikenal dengan
kegiatan penambangan menjadi terganggu dan metode distribusi Gumbel:
produksi tidak optimal karena area kerja menjadi
SD
tergenang air. Air yang menggenangi lokasi Xr=X+ Sn (Yt-YN) (1)
penambangan merupakan masalah yang utama bagi
perusahaan pertambangan karena air yang masuk Dimana :
ke lokasi penambangan dapat mengganggu Xr = Perkiraan nilai curah hujan rencana (mm)
aktivitas penambangan dan mengakibatkan X = Curah hujan rata-rata (mm)
terhambatnya produksi. SD = Simpangan baku (standar deviation)
Yt = Standar deviasi dari reduksi variate
PT. Nan Riang merupakan salah satu (standar deviation of the reduced variate),
perusahaan tambang batubara yang berada pada nilainya tergantung dari jumlah data
Provinsi Jambi. PT. Nan Riang berada di wilayah YN = Nilai reduksi variat (reduced mean) dari
Desa Ampelu Kecamatan Muara Tembesi variabel yang diharapkan terjadi pada
Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Dalam periode ulang tertentu, Sn Koreksi rata-rata
melakukan penambangan Batubara, sistem (reduced mean)
penambangan yang digunakan adalah sistem
tambang terbuka (surface mining) dengan metode Intensitas Curah Hujan
Strip Mine Perhitungan intensitas curah hujan
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe:
PT. Nan Riang mempunyai beberapa pit
yaitu pit Djebak dan Ampelu. Dalam melakukan R24 24 2/3
kegiatan penambangan di pit Ampelu yang I= 24
( )
t
(2)
merupakan lokasi penelitian, banyaknya volume air
tambang dan lumpur merupakan masalah sistem Dimana :
penyaliran yang harus diatasi terlebih apabila R24 = Curah hujan rencana perhari (24 jam)
terjadi curah hujan yang tinggi. Air dalam jumlah t = Lamanya curah hujan/durasi hujan (jam)
yang berlebih di dalam pit tambang akan
menyebabkan terganggunya aktivitas penggalian, Limpasan
pemuatan, dan pengangkutan. Penentuan besarnya air limpasan maksimum
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Untuk mengatasi air yang berada pada pit
penambangan perlu dilakukan sistem penyaliran Q = 0,278 . C . I . A (3)
sehingga air yang berada pada pit penambangan
dapat dipompakan keluar. Air yang di pompakan Dimana:
dari pit penambangan akan mengalir melalui Q = Debit air, m3/detik
drainage kemudian dialirkan menuju settling pond. C = Koefesien limpasan
I = Intensitas curah hujan, mm/jam
METODE PENELITIAN A = Luas penangkap hujan, km2.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
mencakup data primer dan data sekunder. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data Primer dilakukan dengan cara Curahan Hujan
pengambilan data dilapangan. Adapun data primer
yang untuk penelitian ini adalah peta topografi SD
Xr = X+ (Yt-YN)
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Sn
perusahaan. Adapun data sekunder untuk penelitian 62,532
= 264,6+ (1,499-0,757)
ini adalah spesifikasi pompa, spesifikasi pipa dan 0,947
dimensi sump. = 338,053 mm/bulan

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


9
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

= 11,268 mm/hari diketahui Daerah Tangkapan Hujan (DTH) I


memiliki luas 0,0081km2. Sehingga nilai koefisien
Intensitas Curah Hujan limpasan untuk DTH I adalah 0,9 Untuk daerah
Penentuan intensitas hujan rencana tangkapan hujan didapatkan data - data sebagai
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe. berikut:
2/3
Luas daerah tangkapan hujan (A) = 0,00929 Km2
11,628  24  Intensitas curah hujan rata-rata (I) = 5,026
I  
24  1  mm/jam
= 5,026 mm/jam Koefisien limpasan (C) = 0,9

Penentuan Air Limpasan Sehingga debit air limpasan maksimum:


Merupakan daerah tangkapan hujan yang
Q = 0,278 x C x I x A
berupa bukaan tambang tanpa vegetasi. Dengan
perhitungan menggunakan software Autoad 2007 = 0,278 x 0,9 x 5,026 x 0,00929
= 0,01168 m3/detik

Tabel 1. Debit air limpasan menggunakan curah hujan normal


Intensitas Hujan
Luas Debit
Lokasi Koefisien Rencana
(m2) (km2) (mm/jam) (m3/detik) (m3/jam)
DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 5,026 0,01168 42,05383
DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 5,026 0,05885 211,8622
DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 5,026 0,03185 114,6428
DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 5,026 0,03320 119,5213
DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 5,026 0,07888 283,9859
DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 5,026 0,01813 65,281
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Tabel 2. Debit air limpasan menggunakan intensitas curah hujan lebat
Intensitas Hujan
Luas Debit
Lokasi Koefisien Rencana
(m2) (km2) (mm/jam) (m3/detik) (m3/jam)
DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 22,958 0,05336 192,0955
DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 22,958 0,26882 967,754
DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 22,958 0,14546 523,6708
DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 22,958 0,15165 545,9549
DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 22,958 0,36033 1297,204
DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 22,958 0,08283 298,1936
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Drainage A = (b + Zd).d
Saluran terbuka dibuat berbentuk trapezium = (1,152d + 0,58d).d
dengan kemiringan sisi 60°, digunakan rumus: = 1,73d2
2
1 3 2
1 R = ½d
Q R S A
n S = 0,039 (kemiringan rata-rata saluran
mengikuti kemiringan rata-rata jalan
n = 0,03 (untuk dinding tanah yang dibuat
tambang 3,9%)
excavator)
Z = 1/tan (60°) = 0,58 Saluran terbuka dengan debit air 0,0875 m3/detik
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d Qmaks = 1 x R2/3 x S1/2 x A
= 2{(0,582 + 1)1/2 – 0,58}.d n
= 1,152d

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


10
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

0,07053 = 1 x (0,5 d)2/3 x (0,039)1/2 x (1,73 d2) 0,11 m² = 0,18 m.B + 0,04 m²
0.03 (0,11 m2 –0,04 m²) = 0,18 mB
0,07053 = 7,174 d8/3 B = 0,41 m
d3/8 = 0,004
d = 0,18 m Daerah jagaan air/ kelilingbasah (w)
w =B–b+d
Lebar dasar saluran (b) w = 0,41 m – 0,20 m + 0,18 m
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d w = 38 m
= 2{(0,58)2 + 1)1/2 – 0,58} x 0,18 m
= 0,20 m Kedalaman saluran (H)
H=d+w
Luas saluran (A) H = 0,18 m + 0,38 m
A = (b + Z.d) d H = 0,56 m
= (0,20 m + 0,58 x 0,18 m ) x 0,18 m
= 0,05 m² Panjang sisi saluran (a)
Lebar permukaan saluran (B) a = d+ w/sin 60°
2A = (B + b ) d = 0,18 m + 0,38/0.866
2 x 0,05 m² = (B + 0,20 m) x 0,18 m = 0,62 m

Tabel 3 Dimensi drainage curah hujan lebat


Keterangan Debit d b A B w H a
drainage I 0,32218 0,34 0,39 0,20 0,78 0,73 1,07 1,19
drainage II 0,37272 0,36 0,41 0,22 0,83 0,77 1,13 1,25
drainage III 0,15165 0,26 0,29 0,11 0,59 0,55 0,81 0,89
drainage IV 0,36033 0,35 0,41 0,22 0,82 0,76 1,12 1,24
drainage V 0,11596 0,23 0,27 0,09 0,54 0,50 0,73 0,81
Sumber: Data primer (diolah), 2018

Keterangan:
d = Tinggi air w = Keliling basah
b = Lebar dasar saluran H = Kedalaman saluran
A = Luas saluran A = Panjang sisi saluran
B = Lebar permukaan saluran

yang harus dipompakan untuk periode ulang hujan


5 tahun adalah sebesar 15,80336 m3/detik.

Pompa yang akan di rencanakan pada


sumuran ini adalah 1 unit pompa LCC-H 50-230
dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini
mempunyai Head Total sebesar 90 m dan putaran
impeller 3710 rpm. Air dari sumuran ini
selanjutnya akan dialirkan ke atas menggunakan
pipa berdiameter 0,15 m dengan panjang bentangan
Gambar 1. Dimensi drainage dengan intensitas
90 m, pipa yang digunakan adalah HDPE, air yang
curah hujan lebat
dipompakan keluar dari pit akan dialirkan ke
Sump dan Pompa drainage dan kemudian akan dilanjutkn ke
Volume sump yang ada sekarang pada lokasi settlingpond. Pompa digunakan pada saat pit
Pit Ampelu berdasarkan pengukuran dari panjang penambangan tergenang air akibat air hujan.
10,5 m, lebar 3 m dan tinggi air 0,5 m adalah
sebesar 15,75 m3. Pada lokasi tambang Pit Ampelu Settlingpond
curah hujan debit air yang masuk dari debit Data yang diperoleh sebagai berikut:
limpasan permukaan untuk periode ulang hujan 5 % solid = 2,5%
tahun dalah sebesar 0,05336 m3/detik. Dari debit air % air = 97,5%
yang masuk secara keseluruhan maka debit air
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
11
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Berat padatan per m3 Luas kolam pengendapan


= % solid x Q x 2.500 kg/m3 Volume total
= Kecepatan pengendapan
= 0,025 x 15,80336 m3/detik x 2.500 kg/m3
15,80336 m3 /detik
= 987,710 kg/detik =
0,05322 m/detik
Berat air per m3 = 29,71 m2
= % air x Q x 1.000 kg/m3
= 0.975 x 15,80336 m3/detik x 1.000 kg/m3 Dimensi Kolam Pengendapan
= 15.408,28 kg/detik Kedalaman kolam (H) = 2 m
Voleme padatan per detik Lebar (l) = 4 m
= berat solid/ρp Panjang (p) = 29,71/3
987,710 kg/detik = 10 m.
= 2.500 kg/m3
= 0,39508 m3/detik Kolam pengendapan memiliki 3 buah
kompartemen yang masing-masing kompartemen
Volume air per detik
= Berat air/1000 kg/m3 memiliki panjang 10 m, lebar 4 m dan kedalaman 2
15.408,28 kg/detik m. Maka volume kolam pengendapan bisa dihitung
= 1.000 kg/m3 sebagai berikut :
= 15,408,28 m3/detik Volume kolam pengendapan
Total volume per detik = 3 x (p x l x H)
= (0,39508 + 15,40828) m3/detik = 3 x (10 m x 4 m x 2 m)
= 15,80336 m3/detik = 240,439 m³

(a)

(b)

Gambar 3. Desain kolam pengendapan tampak atas (a) dan tampak Isometrik (b)

KESIMPULAN DAN SARAN luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran
Kesimpulan 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m.
pengolahan data dan analisis dari lokasi PT. Nan untuk dimensi settling pond dengan debit
Riang maka dapat diambil simpulan sebagai 15,80336 m3/detik yang masuk maka panjang
berikut : 10 m, lebar settling pond 4 m, dan kedalaman
1. Intesitas curah hujan pada PT. Nan Riang settling pond 2 m.
5,046mm/jam pada hujan ini dikategorikan
hujan normal, untuk mengantisipasi DAFTAR PUSTAKA
kemungkinan terburuk agar daerah tangkpan Boro Paulus. 2011. Perencanaan Sistem Penyaliran
hujan tidak tergenang air maka intensitas curah Tambang Di Bukit Tlf Tambang Tengah PT.
hujan 22,98 mm/jam. Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis
2. Dimensi drainage sesuai perhitungan data curah Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Tugas
hujan dengan debit limpasan 0,32218 m3/detik, Akhir. Jurusan Teknik. Fakultas Matematika
tinggi air 0,34 m, lebar dasar daluran 0,39 m
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
12
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

dan Ilmu Pengetahuam Alam. Universitas Sugiyono.2010. Metodologi Penelitian. Bandung


Negeri Papua. Manokwari Alfabeta 2003.
Dinata Umaga Edden, dkk. tt. Perencanaan Kolam Suwandhi Awang, 2004. Perencanaan Sistem
Pengendapan Sebagai Pit Water Management Penyaliran. Unisba, Bandung
(Studi Kasus Perencanaan Asparaga Pond) Pit Syaiful.2012.SistemPenyaliranTambang.http://sya
Pinang South, PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta, iful049.blogspot.co.id/2012/09/sistem-
Kalimantan Timur. penyaliran-tambang. html (diakses l 20 juni
Putra Lingga Oka, dkk. tt. Kajian Teknis Sistem 2016)
Penirisan Tambang Banko Barat Guna Triatmodjo Bambang. 2016. Hidrologi Terapan.
Menanggulangi Dan Mengoptimalisasi Sistem Fakultas Teknik Sipil, Universitas Gadjah
Pemompaan Air Tambang Di Pit Iii Barat PT. Mada. Yogyakarta Beta Offset.
Bukit Asam (PERSERO) Tbk Tanjung Enim.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


13
Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XVI Tahun 2021 (ReTII)
November 2021, pp. 226~237
ISSN: 1907-5995  226

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam


Pengendapan (Settling Pond) di Pit Durian PT J Resources
Bolaang Mongondow Site Bakan, Sulawesi Utara

Regita Cahyani Surahmad1, A.A. Inung Arie Adnyano1, Hendro Purnomo1


1Program Studi Teknik Petambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Korespondensi : inungarie@itny.ac.id

ABSTRAK
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material lain sehingga air yang dialirkan
dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya pendangkalan sungai. Kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol
kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan. Rancangan kolam pengendapan yang akan
dibuat berdasarkan total pada debit air yang masuk ke dalam kolam pengendapan, yaitu sebesar 3,784
m3/detik dengan masing-masing jumlah air yang masuk terdiri dari debit air limpasan sebesar 3,78 m3/detik
dan debit air hujan sebesar 0,0048 m3/detik. Kolam pengendapan yang dirancang berbentuk limas terpancung
dan dibuat berkelok-kelok (zig-zag). Kolam pengendapan memiliki 5 buah kompartemen dengan dimensi
yaitu luas pada kompartemen 1 sampai 4 sebesar 4.616 m2, kedalaman 7 m, kemiringan kolam 60˚, lebar atas
21 m, panjang atas 37 m, lebar bawah 13 m, panjang bawah 29 m, serta total volume kolam rancangan
sebesar 12.936 m3 dengan volume tiap kompartemennya sebesar 3.234 m3, sedangkan pada kompartemen 5
digunakan dimensi volume kompartemen aktual pada CP-01 PT. J Resources Bolaang Mongondow yaitu
sebesar 9.007 m3. Serta kolam pengendapan yang dirancang juga terdiri dari 3 buah penyekat dengan lebar
penyekat 7 m, dan panjang penyekat 14 m. Dari dimensi kolam pengendapan yang dirancang sebesar 12.936
m3 di tambah volume kolam pada kompartment 5 yang menggunakan volume aktual sebesar 9.007 m 3
diperoleh total volume kolam pengendapan yaitu sebesar 21.943 m3, dapat menampung volume air yang
masuk sebesar 15.409 m3 selama 67,87 menit. Kolam pengendapan harus dilakukan pemeliharaan agar dapat
berfungsi dengan baik dan lama, yaitu dengan cara kolam pengendapan dibersihkan dari material padatan
yang mengendap ke dasar kolam dengan menggunakan excavator cat 390D L. Untuk setiap kompartemen
dari kolam pengendapan memiliki waktu pemeliharaan yang berbeda-beda pada tiap kompartemennya yaitu
pada kompartemen 1 dapat dilakukan pemeliharaan setiap 6 hari sekali, kompartemen 2 dilakukan setiap 43
hari sekali, kompartemen 3 dilakukan setiap 289 hari sekali, kompartemen 4 dilakukan setiap 1.837 hari
sekali atau 5 tahun sekali, Sedangkan pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan karena pada
rancangan kolam pengendapan yaitu pada kompartemen 1 sampai kompartemen 4 partikel padatan telah
sempurna terendapkan.
Kata kunci : Kolam, Pengendapan, Debit, Dimensi, Pemeliharaan.

ABSTRACT
Settling pond function to deposit mud or other materials so that the water flowing from the settling ponds to
the river is clear, besides that this is also intended to prevent silting of the river. Settling pond can also
function as a place to control the quality of the water that will flow out of the settling pond. The design of the
settling pond that will be made is based on the total flow of water entering the settling pond, which is 3,784
m3/second with each amount of incoming water consisting of a runoff water discharge of 3,78 m 3/second and
the rainwater discharge is 0,0048 m3/second. Settling pond are designed to be in the shape of a truncated
pyramid and made zigzag. The settling pond has 5 compartments with dimensions in compartment 1 to 4 is
4.616 m2, depth 7 m, pool slope 60˚, top width 21 m, top length 37 m, bottom width 13 m, bottom length 29 m,
and the total volume of pool design is 12.936 m3 with the volume of each compartment is 3.234 m3, while in
compartment 5 used the dimensions of the actual compartment volume at CP-01 PT. J Resources Bolaang
Mongondow is 9.007 m3. As well as a settling pond designed also consists of 3 pieces of partition with a
width of 7 m and a length of 14 m. From the dimensions of the settling pond designed at 12.936 m3 and the
added volume of the pond in compartment 5 which uses an actual volume of 9.007 m3 obtained the total
volume of the settling pond of 21.943 m3, can accommodate the volume of incoming water of 15.409 m3 for
67,87 minutes. The settling pond must be maintained so that it can function properly and for a long time,

Prosiding homepage: http://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII


ReTII ISSN: 1907-5995  227

namely by cleaning the settling pond of solid material that settles to the bottom of the pond using a excavator
cat 390D L. For each compartment of the pond settling pond have different maintenance times in each
compartment, in compartment 1 maintenance can be done every 6 days, compartment 2 is done once every
43 days, compartment 3 is done once every 289 days, compartment 4 is done once every 1.837 days or every
5 years, while in compartment 5 there is no need to do maintenance because in the design of the settling pond
that is in compartment 1 to compartment 4 solid particles have been perfectly precipitated.
Keywords : Pond, Sediment, Discharge, Dimensions, Maintenance.

1. PENDAHULUAN
Dengan adanya kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. J Resources Bolaang Mongondow
(PT. JRBM) maka akan menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan lebih khususnya pada kualitas
air. Adanya kemajuan aktivitas penambangan yang dilakukan PT. J Resources Bolaang Mongondow (PT.
JRBM) serta semakin besar target operasi yang dicapai akan mengakibatkan semakin banyak area bukaan
baru untuk ditambang yang dapat menyebabkan perubahan arus air atau air limpasan yang akan masuk
kedalam front penambangan serta dapat mengakibatkan penurunan kualitas baku mutu air [10-13].
Dikarenakan melihat cakupan masalah dan manfaat air cukup luas, maka manajemen air penting
untuk diperhatikan dalam industri tambang. Sehingga dilakukanlah suatu metode sistem penyaliran tambang
untuk penanganan air yang akan mencemari sungai, danau, maupun lingkungan sekitar dengan cara
pembuatan kolam pengendapan (settling pond). Perlu dilakukan kajian teknis rancangan kolam pengendapan
(settling pond) untuk dapat menampung air limpasan tambang sehingga air dapat dikontrol baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
Serta kajian teknis rancangan kolam pengendapan (settling pond) dilakukan agar didapatkan
keselarasan antara debit yang akan masuk kedalam kolam pengendapan (settling pond) dengan kapasitas
kolam pengendapan (settling pond) itu sendiri sehingga air yang masuk tidak akan meluap (over flow), yang
dapat mengakibatkan air langsung terbuang kelingkungan bebas tanpa dilakukan treatment terlebih dahulu.
Kolam pengendapan (settling pond) juga berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material lain
sehingga air yang dialirkan dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pendangkalan sungai. Kolam pengendapan (settling pond) juga
dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan
[17].
Dalam kasus penelitian kali ini, perusahaan kurang memperhatikan dimensi kolam pengendapannya
(settling pond) sehingga dibutuhkan rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang sesuai
untuk menampung debit yang akan masuk, mampu mengendapkan material padatan dengan baik, serta dari
segi perawatannya mudah untuk dibersihkan dari lumpur yang mengendap. Adapun dalam upaya
pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond), perusahaan belum memiliki standar
pemeliharaan (maintenance) kolam yaitu berupa jadwal yang teratur untuk melakukan pengerukan lumpur
yang terendap di setiap dasar kompartemen kolam.
Agar tercapainya upaya kelola lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan yang baik bagi PT. J
Resources Bolaang Mongondow (PT. JRBM), maka harus dilakukan sebuah perancangan kolam
pengendapan (settling pond). Dimana kolam pengendapan (settling pond) akan menjadi tempat untuk
pemantauan dan pengelolaan air agar air yang terkontaminasi dapat dilakukan treatment terlebih dahulu
sebelum dialirkan kelingkungan sekitar tambang [9][14-16].

2. METODE PENELITIAN
Dalam memecahkan permasalahan ini, dengan menggabungkan antara teori dan data-data lapangan,
terutama data-data primer yang didapat dari perusahaan (PT. J Resources Bolaang Mongondow) sehingga
dari keduanya didapat suatu pendekatan. Adapun urutan pengerjaan penelitian sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Mempelajari bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan Sistem Penyaliran Tambang baik berupa
buku maupun referensi laporan penelitian, serta mempelajari berbagai referensi dari perpustakaan yang
nantinya akan digunakan sebagai dasar teori pada penelitian ini [1-8]
2. Pengamatan Lapangan
Dalam melaksanakan penelitian dilapangan akan dilakukan beberapa tahapan, yaitu :
a. Observasi lapangan, melakukan pengamatan secara langsung dilapangan dan mencari informasi-
informasi dengan melakukan wawancara langsung dengan karyawan maupun narasumber yang terkait
dengan permasalahan.
b. Mencocokan data literatur yang ada dengan kondisi lapangan kemudian disesuaikan dengan rumusan
masalah agar data yang diambil dapat digunakan dengan efektif dan penelitian tidak meluas.

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
228  ISSN: 1907-5995

3. Pengambilan Data
a. Data primer, yaitu data yang didapatkan berdasarkan pengamatan langsung dilapangan dengan
melakukan pengumpulan data secara langsug atau wawancara kepada narasumber yang terkait.
Dimana data primer yang diambil meliputi jam hujan aktual, TSS (total suspended solid), dan
dokumentasi lapangan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan berdasarkan referensi yang terdapat pada perusahaan dan
sebagai pendukung dari data primer. Data sekunder didapat dari buku literatur, laporan dan arsip
perusahaan seperti peta lokasi dan kesampaian daerah penelitian, peta topografi, peta geologi regional,
dan data curah hujan.
4. Pengolahan Data
Tahap ini dilakukan setelah data lapangan maupun data yang didapat dari perusahaan terkumpul
lengkap, yang selanjutnya data diolah dan dianalisa.
5. Analisis Data dan Pembahasan
Dari data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan literatur literatur yang berhubungan
dengan masalah tersebut, yaitu sebagai berikut :
a. Menghitung data curah hujan dengan menggunakan metode gombel dan intensitas hujan dengan
persamaan mononobe.
b. Mengitung debit total air yang masuk yang berasal dari debit limpasan dan debit air hujan.
c. Menentukan dimensi drainase berdasarkan debit air yang akan masuk.
d. Menentukan dimensi kolam pengendapan berdasarkan debit air yang masuk.
e. Menentukan sistem pemeliharaan (maintenance) pada kolam pengendapan (settling pond).
6. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan
dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua aspek yang telah
dibahas. Sedangkan saran adalah masukkan yang ditujukan kepada masyarakat umum maupun instansi-
instansi tertentu terkait hal-hal yang ditemukan pada saat penelitian.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  229

3. HASIL DAN ANALISIS


3.1 Analisis Data Curah Hujan
3.1.1 Data Curah Hujan
Curah hujan sangat berpengaruh terhadap sistem penyaliran tambang karena besar kecilnya curah
hujan akan mempengaruhi jumlah air yang harus ditampung dalam bukaan tambang. Data curah hujan
yang diperoleh dari daerah penelitian adalah data curah hujan 14 tahun terakhir pada pit durian, dari tahun
2006-2019. Curah hujan yang digunakan dalam perhitungan adalah dari data curah hujan maksimum setiap
tahun selama 14 tahun, data tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Curah Hujan Maksimum


Tahun Curah Hujan Maksimum (X)
2006 68,0
2007 99,7
2008 107,9
2009 71,9
2010 89,7
2011 146,9
2012 127,9
2013 159,5
2014 230,0
2015 108,0
2016 158,5
2017 155,5
2018 80,0
2019 68,0
Jumlah 1671,50
Rata-rata 119,39

3.1.2 Curah Hujan Rencana


Data curah hujan maksimum setiap tahun selama 14 tahun dari 2006 sampai tahun 2019 dianalisis
untuk mencari curah hujan rencana. Setelah dilakukan perhitungan menggunakan metode gumbel, diperoleh
nilai curah hujan rencana sebesar 112,90 mm/hari dengan periode ulang hujan 2 tahun dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Curah Hujan Rencana
Reduce Reduce
Periode Yn X CH Rencana (Xt)
Variant Sn Variant S
ulang Rata-rata Rata-rata (mm/hari)
(Yr) Factor (k)
2 0,367 0,531 1,017 -0,162 40,190 119,39 112,90
3 0,903 0,531 1,017 0,365 40,190 119,39 134,07
4 1,246 0,531 1,017 0,702 40,190 119,39 147,63
5 1,500 0,531 1,017 0,952 40,190 119,39 157,66
10 2,250 0,531 1,017 1,690 40,190 119,39 187,30
15 2,674 0,531 1,017 2,106 40,190 119,39 204,03
20 2,970 0,531 1,017 2,397 40,190 119,39 215,74
25 3,113 0,531 1,017 2,538 40,190 119,39 224,76
Metode Gumbel

3.1.3 Intensitas Curah Hujan


Perhitungan intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya dengan
metode monnobe. Perhitungan intensitas curah hujan bertujuan untuk mengkonversikan curah hujan harian
menjadi curah hujan per jam. Dalam penelitian ini setelah didapatkan curah hujan rencana dan lamanya
waktu hujan yaitu data jam hujan maka intensitas curah hujan dapat dihitung menggunakan rumus
mononobe. Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh nilai intensitas hujan sebesar 30,28 mm/jam.

3.1.4 Koefisien Limpasan


Nilai koefisien limpasan (C) dipengaruhi oleh macam-macam permukaan dan luas daerah tangkapan
hujan, dimana tiap permukaan mempunyai nilai koefisien limpasan masing-masing. Berdasarkan pengamatan
di lapangan, nilai koefisien yang digunakan adalah 0,8 karena sesuai dengan kondisi sekitar daerah tangkapan

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
230  ISSN: 1907-5995

hujan yaitu merupakan lahan reklamasi yang dimana terdapat tumbuhan tetapi masih jarang serta memiliki
nilai persen (%) kemiringan >15% yaitu 32%.
3.2 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Daerah tangkapan hujan ini ditentukan berdasarkan perbedaan elevasi yang akan mengindikasikan
arah kemana air akan mengalir. Penentuan daerah tangkapan hujan menggunakan peta design rancangan
tahun 2019 (departement engineering). Cara untuk menentukan luas daerah tangkapan hujan dengan cara
menarik garis dari titik tertinggi disekeliling kolam pengendapan (settling pond) membentuk polygon
tertutup. Untuk luasan daerah tangkapan hujan dihitung menggunakan program software Autocad 2007. Luas
daerah tangkapan hujan di pit Durian adalah sebesar 56,12 Ha dan sebesar 0,3697 Ha untuk luas bukaan
kolam pengendapan (settling pond).

3.3 Analisis Debit Air


3.3.1 Debit Air Limpasan
Debit air limpasan adalah debit air hujan rencana dalam suatu daerah tangkapan hujan yang
diperkirakan akan masuk ke dalam lokasi tambang. Perhitungan debit air limpasan dapat ditentukan setelah
diketahui luas daerah tangkapan hujan (DTH) sebesar 0,5612 km2 (56,12 Ha), nilai koefisien limpasan (C)
sebesar 0,8 dan intensitas curah hujan (I) sebesar 30,28 mm/jam. Dihitung dengan menggunakan rumus
rasional, dan dari hasil perhitungan diperoleh debit air limpasan sebesar 3,78 m3/detik atau 13.605 m3/jam.
3.3.2 Debit Air Hujan
Debit air hujan yang langsung masuk ke bukaan tambang dipengaruhi oleh besar atau kecilnya luas
bukaan tambang. Semakin luas bukaan tambang akan semakin besar debit yang dihasilkan. Perhitungan air
hujan berdasarkan luas bukaan tambang (A) dan dan curah hujan rencana (Xt). Luas bukaan tambang sebesar
0,3697 km2 dan curah hujan rencana sebesar 0,0047 m/jam, sehingga diperoleh debit air hujan sebesar
0,0048 m3/detik atau 17,38 m3/jam.
3.3.3 Debit Air Tambang
Air tambang adalah jumlah air limpasan yang masuk kedalam bukaan kolam pengendapan (settling
pond) ditambah dengan jumlah air hujan yang langsung masuk kedalam kolam pengendapan (settling pond).
Untuk mengetahui besarnya air tambang, maka perlu diketahui debit air limpasan dan debit air hujan yang
langsung jatuh atau masuk kedalam kolam pengendapan (settling pond). Berdasarkan hasil perhitungan, debit
total air yang akan masuk ke dalam kolam pengendapan (settling pond) adalah sebesar 3,784 m3/detik atau
13.622 m3/jam.

3.4 Saluran Terbuka


Dimensi saluran terbuka harus disesuaikan dengan debit air limpasan yang akan masuk ke kolam
pengendapan (settling pond) sehingga saluran yang dibuat akan cukup untuk menampung debit air limpasan.
Saluran terbuka yang digunakan untuk mengalirkan air limpasan menuju ke kolam pengendapan (settling
pond) yaitu berbentuk trapesium, hal ini dikarenakan dapat mengalir air dalam debit air yang besar dan juga
mudah dalam pembuatan serta perawatannya. Untuk visualisasi pada gambar saluran terbuka di lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Visualisasi Saluran Terbuka

Agar saluran terbuka dapat mengalirkan air berdasarkan debit air yang akan dialirkan dan juga untuk
menghindari terjadinya luapan banjir, dapat menggunakan dimensi yang diusulkan. Pembuatan saluran

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  231

terbuka yang rencananya diusulkan berdasarkan hasil perhitungan dan pengamatan di lokasi yang sesuai
dengan debit air yang akan masuk ke kolam pengendapan (settling pond) dapat dilihat pada gambar 3,
dengan dimensi sebagai berikut (tabel 3).
Tabel 3. Dimensi Rancangan Saluran Terbuka
Parameter Dimensi
Kemiringan dinding saluran (α) 600
Panjang sisi luar saluran (a) 1,37 m
Tinggi jagaan (z) 0,17 m
Lebar dasar saluran (b) 2,02 m
Lebar permukaan (T) 2,74 m
Kedalaman saluran (h) 1,35 m
Luas penampang basah (A) 1,18 m

Gambar 3. Dimensi Rancangan Saluran Terbuka

3.5 Kolam Pengendapan (settling pond)


Air limpasan yang berada di area sekitar penambangan kemudian dialirkan melalui saluran terbuka
menuju kolam pengendapan (settling pond). Kolam pengendapan (settling pond) adalah salah satu bagian
penting dari sistem penyaliran tambang yaitu kolam yang berfungsi sebagai tempat penampung air tambang
sekaligus untuk mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut bersama air tambang. Selain itu juga
sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan (settling pond),
agar air yang akan dialirkan ke sungai atau saluran alam lainnya sudah jernih.
Dalam rancangan pembuatan kolam pengendapan (settling pond), penentuan kapasitas kolam harus
berdasarkan dari jumlah debit yang akan masuk ke dalam kolam pengendapan (settling pond). Kolam
pengendapan (settling pond) dibuat pada daerah rendah dari suatu daerah penambangan, sehingga air akan
masuk melalui inlet kolam pengendapan (settling pond) secara alami dan selanjutnya dialirkan keluar melalui
outlet kolam pengendapan (settling pond).
Agar dapat berfungsi dengan baik, kolam pengendapan (settling pond) harus memiliki rancangan
yang baik pula. Maka rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang nantinya akan dibuat
harus disesuaikan dengan debit air tambang yang akan masuk. Serta kecepatan pengendapatan material
padatannya, persen (%) padatan serta persen (%) air yang terkandung dalam air tambang yang akan masuk
diketahui.
Dalam merancang dimensi settling pond hal-hal yang perlukan diperhatikan adalah, bentuk kolam
pengendapan dibuat berkelok-kelok (zig-zag), agar kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga partikel
padatan cepat mengendap, dan geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan ukuran alat yang
biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam pengendapan, seperti mengeruk lumpur dalam kolam,
maupun memperbaiki tanggul kolam. Untuk visualisasi pada kolam pengendapan (settling pond) di lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5.

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
232  ISSN: 1907-5995

Gambar 4. Visualisasi Kolam Pengendapan

Gambar 5. Kolam Pengendapan

Pada penelitian ini rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) hanya dilakukan pada
kompartemen 1 sampai kompartemen 4 dengan luas ketersediaan area pada kompartemen 1 sampai 4 sebesar
6.089 m2, sedangkan pada kompartemen 5 tetap menggunakan dimensi aktual dengan luas kompartemen
sebesar 16.684 m2. Dikarenakan lokasi kolam pengendapan (settling pond) terletak pada area reklamasi dan
jauh dari sungai sehingga tidak terdapat oulet kolam pada kompartemen 5, yang dimana air pada
kompartemen 5 dapat digunakan untuk penyiraman jalan tambang dan penyiraman tumbuhan pada lahan
reklamasi.

3.5.1 Bentuk Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Pada perancangan ini bentuk kolam pengendapan (settling pond) dirancang berbentuk limas
terpancung dan dibuat berkelok-kelok (zig-zag) dengan pembuatan penyekat pada tiap kompartemen kolam
pengendapan (settling pond). Kolam pengendapan (settling pond) berbentuk limas terpancung dengan
kemiringan 600 dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya erosi atau pengikisan dinding pada kolam
pengendapan (settling pond) oleh air, sedangkan dibuat berkelok-kelok (zig-zag) agar supaya kecepatan air
dan material dapat diperkecil. Dengan kecepatan aliran air yang kecil, maka waktu yang dibutuhkan oleh air
untuk keluar dari kolam pengendapan (settling pond) semakin lama serta partikel padatan yang terkandung
dalam air memiliki waktu yang cukup untuk mengendap.

3.5.2 Rancangan Dimensi Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Kolam pengendapan (settling pond) dirancang untuk menampung air serta untuk mengendapakan
partikel padatan yang terkandung dalam air yang akan di keluarkan dari tambang. Total debit air yang masuk
ke kolam pengendapan (settling pond) yaitu sebanyak 3,784 m3/detik, dengan total solid suspended sebesar
37.736 mg/L serta jumlah persen (%) padatan yang didapatkan adalah sebesar 2,90% dan persen (%) air
adalah sebesar 97,1%. Penentuan rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) dilakukan dengan
menggunakan persamaan stokes dan didapat kecepatan pengendapannya sebesar 0,0099 m/detik, sehingga
diperoleh luas minimum setiap kompartemen dari kolam pengendapan (settling pond) adalah sebesar 382 m2.
Adapun untuk dimensi panjang, lebar dan kedalaman kolam pengendapan (settling pond) ditentukan
berdasarkan alat yang digunakan oleh perusahan untuk pembuatan kolam pengendapan (settling pond) yaitu
Komatsu PC850-8R1. Untuk dimensi kolam pengendapan (settling pond) dapat dilihat pada gambar 6 dan
tabel 4 sebagai berikut.

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  233

Tabel 4. Dimensi Rancangan Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Parameter Dimensi
Luas 6.045 m2
Kedalaman 7m
Kemiringan 600
Lebar atas 21 m
Panjang atas 39 m
Lebar sekat 7m
Panjang sekat 14 m
Lebar bawah 13 m
Panjang bawah 30 m
Vol. Settling pond 20.700 m3
Vol. Kompartemen 4.140 m3
Panjang settling pond 223 m

Gambar 6. Dimensi Rancangan Kolam Pengendapan

3.6 Total Suspended Solid (TSS)


Pada perancangan pembuatan kolam pengendapan (settling pond) dilakukan perhitungan total
suspended solid (TSS) guna untuk mengetahui berapa banyak material padatan yang akan diendapkan.
Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan sampel air limpasan yang di ambil langsung pada inlet
kolam pengendapan (settling pond) pada saat hujan sebanyak 6 sampel. Kemudian sampel yang sudah di
ambil dilakukan pengukuran nilai TSS dengan menggunakan alat TSS Portable di lab Enviro PT. J Resources
Bolaang Mongondow, sedangkan untuk nilai TSS oulet diperoleh dari perusahaan. Perhitungan jumlah nilai
TSS inlet dan TSS outlet terdapat pada tabel 5 dan tabel 6.

Tabel 5. Nilai TSS pada Inlet Kolam Pengendapan


Lokasi Sampel TSS (mg/L)
1 70.192
2 67.148
3 69.455
CP-01 (inlet)
4 8.312
5 5.888
6 5.420
Jumlah 226.415
Rata-rata 37.735,83

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
234  ISSN: 1907-5995

Gambar 7. TSS Portable dan Sampel Air

Gambar 8. Nilai TSS Inlet

Tabel 6. Nilai TSS pada Outlet Kolam Pengendapan (Sumber: EHS Dept PT. JRBM, 2001)
Lokasi Date TSS (mg/L)
1 Mar 2020 9
2 Mar 2020 7
3 Mar 2020 8
4 Mar 2020 10
5 Mar 2020 27
6 Mar 2020 13
7 Mar 2020 17
8 Mar 2020 7
9 Mar 2020 7
10 Mar 2020 16
11 Mar 2020 11
12 Mar 2020 11
13 Mar 2020 9
14 Mar 2020 10
15 Mar 2020 9
CP-01 (outlet) 16 Mar 2020 9
17 Mar 2020 8
18 Mar 2020 10
19 Mar 2020 11
20 Mar 2020 10
21 Mar 2020 8
22 Mar 2020 8
23 Mar 2020 8
24 Mar 2020 8
25 Mar 2020 11
26 Mar 2020 9
27 Mar 2020 8
28 Mar 2020 9
29 Mar 2020 12
30 Mar 2020 11
31 Mar 2020 25
Jumlah 336
Rata-rata 10,83

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  235

3.6.1 Presentase Pengendapan


Persentase pengendapan bertujuan untuk mengetahui apakah kolam pengendapan (settling pond)
yang akan dibuat dapat berfungsi untuk mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam air limpasan
tambang dengan baik. Persentase pengendapan dipengaruhi oleh debit total air yang masuk menuju kolam
pengendapan (settling pond), lebar kolam, panjang kolam, kecepatan pengendapan, serta kecepatan air di
kolam pengendapan (settling pond). Dari hasil perhitungan didapat waktu yang dibutuhkan padatan untuk
mengendap (tv) adalah sebesar 11,78 menit dan waktu yang dibutuhkan air untuk keluar dari kolam
pengendapan (settling pond) (th) adalah sebesar 89,55 menit.
Dalam proses pengendapan ini partikel padatan akan mengendap dengan baik jika waktu yang
dibutuhkan partikel untuk mengendap (tv) tidak lebih besar dari waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar
dari kolam pengendapan (th). Karena waktu pengendapan partikel padatan lebih kecil dari pada waktu air
keluar dari kolam pengendapan (setting pond), maka proses pengendapan dapat terjadi didalam rancangan
dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang akan dibuat kali ini. Persentase pengendapan yang terjadi
pada kolam pengendapan (settling pond) dan padatan yang berhasil diendapkan (dalam waktu sehari) dapat
dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Persentase Pengendapan


Padatan yang Berhasil Diendapkan
Kompartemen Persen Pegendapan (%)
(m3/hari)
1 88,3 519,58
2 10,3 60,60
3 1,2 7,06
4 0,17 1,00
5 0,02 0,11
Total 99,99 588,35

Dengan hasil persentase pengendapan yang terjadi disetiap kompartemen dari kompartemen 1
sampai kompartemen 5 tersebut menujukan bahwa persen pengendapan semakin berkurang dari setiap
kompartemennya, hal ini karena Sebagian besar partikel padatan sudah terendapkan terlebih dahulu pada
kompartemen pertama. Dilihat dari hasil perhitungan total persentase partikel padatan yang berhasil
mengendap diperoleh total 99,99% proses pengendapan partikel padatan yang terjadi di kolam pengendapan
(settling pond) yang dirancang.
Dari hasil 100% yang diharapkan partikel untuk mengendap, ada sekitar 0,01% partikel padatan
yang tidak berhasil mengendap dan tersuspensi keluar kompartemen bersama air. Sehingga air yang akan di
alirkan ke luar kompartemen rancangan menuju kompartemen aktual perlu dilakukan treatment air terlebih
dahulu (pada kompartemen 4 atau 5) sebelum air digunakan untuk kebutuhan penyiraman reklamasi tanaman
maupun penyiraman jalan tambang.

3.7 Pemeliharaan (Maintenance) Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Kegiatan pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) harus dilakukan agar
kolam pengendapan (settling pond) dapat berfungsi dengan baik dan dapat dipergunakan lebih lama. Proses
pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) dapat dilakukan dengan cara pembersihan
partikel padatan yang mengendap pada kolam pengendapan (settling pond) yaitu dengan menggeruk partikel
padatan yang berhasil mengendap di dasar kolam pengendapan (settling pond).
Alat yang digunakan untuk menggaruk partikel padatan pada kolam pengendapan (settling pond)
berbeda dengan alat yang digunakan untuk pembuatan kolam pengendapan (settling pond). Sesuai dengan
aturan yang ditentukan oleh perusahaan, maka alat yang digunakaan untuk menggaruk partikel padatan pada
kolam pengendapan (settling pond) yaitu Excavator Cat 390D L. Dimana spesifikasi alat diusahakan sesuai
dengan penentuan geometeri kolam pengendapan (settling pond), dimana bertujuan agar kolam pengendapan
(settling pond) yang dibuat benar-benar dapat dibersihkan dengan alat tersebut serta agar tidak mengubah
geometri kolam pengendapan (settling pond).
Waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) pada
setiap kompartemen berbeda-beda. Hal ini dikarenakan nilai persentase pengendapan dari setiap
kompartemennya berbeda-beda, adapun untuk waktu pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan
(settling pond) dapat dilihat pada tabel 8.

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
236  ISSN: 1907-5995

Tabel 8. Waktu Pemeliharaan Kolam Pengendapan


Kompartemen Waktu (hari)
1 7
2 68
3 586
4 4.140
5 37.636

Dari hasil yang diperoleh, yaitu pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan
(maintenance) karena telah melewati batas waktu umur tambang pada perusahaan.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan serta analisis data di daerah penelitian Pit Durian PT. J
Resources Bolaang Mongondow, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang sesuai dengan debit air yang di tampung
dengan jumlah 5 buah kompartmen memiliki ukuran sebagai berikut :
Luas seluruh settling pond rancangan = 6.045 m2
Kemiringan = 600
Lebar atas kompartemen = 21 m
Panjang atas kompartemen = 39 m
Lebar bawah kompartemen = 13 m
Panjang bawah kompartemen = 30 m
Kedalaman kolam =7m
Lebar sekat =7m
Panjang sekat = 14 m
Volume settling pond rancangan = 20.700 m3
Volume tiap kompartemen = 4.140 m3
2. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) sendiri
berbeda-beda, yaitu :
Kompartemen 1 = 7 hari
Kompartemen 2 = 68 hari
Kompartemen 3 = 586 hari
Kompartemen 4 = 4.140 hari (± 11 tahun)
Kompartemen 5 = 37.636 hari (± 103 tahun)
Pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan (maintenance) karena telah melewati batas
waktu umur tambang pada perusahaan.
Sedangkan pada penelitian ini diperoleh beberapa saran yang diharapkan agar dapat
dipertimbangkan serta diterapkan oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Diharapkan agar dimensi rancangan kolam pengendapan (settling pond) pada penelitian kali ini dapat
diterapkan pada perusahaan karena pada rancangan tiap kompartemen kolam dapat berfungsi dengan
sempurna pada proses pengendapan partikel padatan.
2. Dalam upaya perawatan kolam pengendapan (settling pond), PT. J Resources Bolaang Mongondow
belum mempunyai standar pemeliharaan (maintenance) kolam yaitu berupa jadwal waktu yang teratur
untuk melalukan pengerukan lumpur yang terendap di setiap kompartemen. Sehingga diharapkan agar
waktu untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) yang diperoleh pada
penelitian kali ini dapat diterapakn oleh perusahaan.
3. Untuk bentuk dan dimensi saluran terbuka yang mengalirkan air ke kolam pengendapan (settling pond)
mungkin bisa menggunakan rekomendasi pada penelitian kali ini dikarenakan saluran terbuka aktual
pada lokasi penelitian tidak optimal baik dari segi bentuk maupun dimensi.
4. Perlu dilakukan perawatan pada saluran terbuka secara berkala agar tidak terjadi pengendapan material
yang berlebih sehingga saluran terbuka dapat berfungsi dengan baik.

UCAPAN TERIMAKASIH
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
semangat serta dukungan moral maupun moril dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga doa dan semua
hal baik yang diberikan dapat menjadikan saya serta kalian orang yang baik pula.

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  237

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Alviansyah, N., “Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Pada Bukit 7 PT. ANTAM Tbk UBP Bauksit, Tayan,
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat”, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019
[2]. Chow, V.T., “Hidrolika Saluran Terbuka” (Bahasa Indonesia), Erlangga, Jakarta, Indonesia. 1985
[3]. Gautama, R.S.,“Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang”, Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Mineral ITB, Pengantar Penyaliran Tambang. 1994
[4]. Giancoli D.C., “Fisika Prinsip dan Aplikasi”, Jilid ke-1 Edisi ke-5, Diterjemahkan Oleh Yuhilza Hanum,
Erlangga, Jakarta. 2001
[5]. Hardjana, I., “The Descovery, Geology and Exploration of The High Sulphidation Au-Mineralization System in
The Bakan District”, Majalah Geologi Indonesia Vol. 27, North Sulawesi. 2012
[6]. Hartono, “Kuliah Sistem Penyaliran Tambang Kolam Pengendapan”, Program Studi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta. 2013
[7]. Husain, A.A., lecture: Thamrin, M.,“Desain Kolam Pengendapan (settling pond)”, Rekayasa Lingkungan
Tambang, Student of Mining Engineering, Hasanuddin University. 2016
[8]. Indonesianto, Y., “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta. 2018
[9]. Ipi, J.V., “Rancangan Dimensi Settling Pond Untuk Pit Warute Tambang Batubara PT. Bina Sarana Sukses Site
Operation PT. Antang Gunung Meratus Provinsi Kalimantan Selatan”, Program Studi Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. 2020.
[10]. J Resources., “Annual Report PT J Resources Asia Pasifik, Tbk”. 2015
[11]. J Resources., “Tipe Endapan Daerah Bakan”, Mine Geology Department, PT. J Resources Bolaang Mongondow.
2019
[12]. J Resources., “Laporan Pemantauan Curah Hujan Triwulan IV 2019”, Mining Engineering Department, PT. J
Resources Bolaang Mongondow. 2019
[13]. J Resources., “Laporan Pemantauan Kualitas Air Limbah di Titik Penaatan”, EHS Department, PT. J Resources
Bolaang Mongondow. 2020
[14]. Kurnia, D., “Evaluasi Kondisi Aktual dan Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Emas di Pit Durian, Site
Bakan PT. J Resources Bolaang Mongondow, Kecamatan Lolayan, Kotamobagu, Sulawesi Utara”, Program
Studi S1 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang. 2018
[15]. Pangestu, W.A., “Analisa Perancangan Kolam Pengendapan di PT. Gunung Mas, Tbk”, Program Studi Teknik
Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 2019
[16]. Prasetyo, E.E.E., 2012, “Rancangan Dimensi Settling Pond Berdasarkan Daerah Tangkapan Hujan Pada Pit
B2A PT. Sebuku Batubai Coal Pulau Laut Tengah Kotabaru Kalimantan Selatan”, Prodi Teknik Pertambangan,
UPN “Veteran” Yogyakarta. 2012
[17]. ........, Arsip Engineering Department PT. J Resources Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. 2019

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Vol 10 No.1, Januari 2022: 93-100

Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond Untuk Tambang Terbuka

1
Noor Fauzi Isniarno, 2Muhammad Ilham Naufal, 3Iswandaru, 4Dono Guntoro,
5
Wahyu Budi khorniawan

Program Studi teknik Pertambanga, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung


1,2,3,4,5
1
Noor_fauzi_isniarno@yahoo.com / noorfauzi@unisba.ac.id

Abstract. The importance of the need for water causes water to become a major factor
in the sustainability of existing mining activities. In addition, the occurrence of silt
deposition in the main pond is a separate problem which is very likely to cause silting
of the main pond. This study aims to examine problems related to water and materials
entering the mine. Based on the results of research using the calculation of the Gumbel
distribution, through the Mononobe equation and rational formulas so that the runoff
discharge is obtained where the total discharge that enters the washing pond is 710.81
m3/day. Thus, in order for the washing pond to optimally meet water needs, additional
water is needed, which is 5,414.88 m3/day. To prevent silting of the main pond, periodic
maintenance is needed, in this case the dredging of sedimentary material deposited in
the pond. Based on the results of the study, it was found that 51,788 kg of solids were
deposited in the pond carried by circulating water. With a reference of 60% of the pond
capacity, the optimum time for dredging is once every 18 days.
Keywords: Mononobe, Gumbel distribution, rational formula, runoff discharge,
Hydrology

Abstrak. Pentingnya kebutuhan akan air menyebabkan air menjadi faktor utama
dalam keberlangsungan kegiatan penambangan yang ada. Di samping itu, terjadinya
pengendapan lumpur pada kolam utama menjadi permasalahan tersendiri yang sangat
memungkinkan menyebabkan pendangkalan kolam utama. Penelitian ini bertujuan
untuk meneliti permasalahan terkait air dan material yang masuk ke dalam tambang.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang menggunakan perhitungan distribusi
Gumbel, melalui persamaan Mononobe serta rumus rasional sehingga didapatkan
debit limpasan dengan total debit yang masuk ke dalam kolam pencucian sebesar
710,81 m3/hari. Dengan demikian, agar kolam pencucian dapat memenuhi kebutuhan
air secara optimal, diperlukan air tambahan, yaitu sebesar 5.414,88 m3/hari. Untuk
dapat mencegah pendangkalan kolam utama dibutuhkan perawatan berkala yang
dalam hal ini adalah pengerukan material sedimen yang terendapkan di dalam kolam.
Berdasarkan hasil kajian didapatkan sebanyak 51.788 kg padatan terendapkan di
dalam kolam yang terbawa oleh air sirkulasi. Dengan acuan 60% kapasitas kolam,
waktu optimum untuk dilakukan pengerukan adalah setiap 18 hari sekali.
Kata Kunci: Mononobe, Distribusi Gumbel, rumus rasional, debit limpasan,
Hidrologi

1. Pendahuluan perubahan hidrologi, ekologi, dan


lingkungan yang tidak menguntungkan
Perubahan global yang cepat di sistem sungai utama (Kumar, 2020).
(pertumbuhan penduduk, urbanisasi, Wawasan untuk hidrologi, suatu kualitas
dan kondisi cuaca ekstrim yang sering air dan perubahananya, diperlukan suatu
terjadi) secara kumulatif memengaruhi monitoring mengenai siklus hidrologi
badan air setempat dan mengakibatkan (Sin, 2020). Perubahan penggunaan lahan
93
94 | Isniarno, et al.

dan tutupan lahan sangat penting untuk bergantung kepada beberapa sektor di
studi hidrologi karena memengaruhi antaranya adalah sektor teknis, seperti
limpasan permukaan, hasil sedimen, dan hidrologi dan hidrogeologi (Isniarno,
beban nutrisi dari daerah aliran sungai 2021).
(Risal, 2020). Keberadaan air tanah Pengelolaan lanskap pada lahan
sangat dipengaruhi oleh keberadaan tambang tidak terlepas dari tindakan
zona resapan (Isniarno, 2020). hidrologi konservasi air. Umumnya, komoditas
air permukaan dan hidrolika dalam pasir yang terdiri atas topsoil, lempung,
beberapa dekade terakhir, terutama pasir lempungan, dan pasir merupakan
karena keunggulan kinerja yang luas bagian dari lapisan batuan yang mampu
dan kemudahan penggunaan (Kermani, melewatkan serta menyimpan air.
2020). Mempertimbangkan kondisi tersebut,
Penambangan terbuka adalah pengolahan bahan galian dilakukan
rekayasa sistem yang rumit yang memiliki sebagai bentuk peningkatan nilai jual dari
banyak faktor tidak aman, seperti jumlah material yang menjadi salah satu konsen
pekerja yang besar, tempat kerja yang penting dalam dunia pertambangan,
tersebar, kondisi alam yang buruk, dan yakni ketersedian air yang harus selalu
lingkungan kerja yang rumit, termasuk terpenuhi demi keberlangsungan kegiatan
siklus hidrologi yang terjadi (Kaihuan, pencucian dan keberadaan material
2012). Air yang diakibatkan oleh area pengotor berupa lempung menjadi
tambang terbuka bisa berdampak permasalahan penting dalam kegiatan
positif atau bisa berdampak negatif pencucian pasir. Berdasarkan pemikiran
(Acharya, 2020). Air yang dibuang dari tersebut, perlu dilakukannya pengkajian
lokasi tambang terbengkalai dan/atau terhadap sistem pengelolaan air guna
direklamasi dengan tingkat keasaman memenuhi kebutuhan pencucian pasir
yang relatif lebih tinggi dan terus menjadi dan pengelolaan pengotor hasil pencucian
perhatian global karena berbagai dampak yang didasarkan pada data hasil lapangan
terhadap kualitas air permukaan dan air secara nyata yang kemudian diharapkan
tanah (Acharya, 2020). Oleh karena itu, dapat diterapkan pada skala perusahaan.
perlu dilakukan pengevaluasi kontribusi
sumber-sumber dari keterdapatan air yang 2. Metode Ilmiah
sangat diperlukan dalam pengelolaan
air dalam sebuah operasi penambangan Sistem penyaliran tambang
(scheiber, 2018). (mine water management) adalah suatu
Dalam sistem penambangan sistem dalam pengelolaan air tambang
terbuka, masalah terpenting dalam yang meliputi aspek identifikasi dan
kegiatan produksi penambangan adalah kuantifikasi sumber air tambang, optimasi
pengelolaan air permukaan. Pengelolaan manajemen air tambang, perencanaan
air permukaan merupakan pengelolaan dan perancangan sarana prasarana,
air secara terpadu, kegiatan pengelolaan penyaliran, serta pengendalian dampak
dengan tujuan meminimalkan pengaruh lingkungan akibat dari air tambang.
negatif air permukaan yang terdiri dari Pada tambang terbuka, sumber air dapat
metode drainase tambang, drainase berasal dari air limpasan hujan yang
tambang, pemisahan sedimen, dan jatuh secara langsung pada area tambang,
pengendalian (Isniarno, 2020). Dalam air luapan dari sumber air permukaan
metode untuk hidrogeoligi bawah yang berada di sekitar lokasi tambang,
permukaan, penulis dapat menggunakan seperti danau, sungai, rawa, dan air tanah
metode geofisika, yaitu vertical electrical apabila bukaan tambang memotong
sounding (Isniarno, 2020). Efisiensi akuifer, sedangkan di tambang bawah
dalam perusahaan pertambangan tanah, umumnya air berasal dari lapisan
ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X
Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond... | 95

akuifer yang terpotong akibat penggalian milimeter. Pada banyak kasus di tambang
lubang bukaan serta dapat berasal dari terbuka di Indonesia hanya tersedia data
kegiatan pendukung penambangan, hujan harian yang diukur menggunakan
seperti pekerjaan pengisian ruang bekas alat penakar hujan biasa. Sementara itu,
tambang (backfilling) oleh material kejadian hujan yang harus ditangani oleh
tailing dalam bentuk lumpur (slurry). sistem penyaliran umumnya ditentukan
Beberapa faktor yang menjadi oleh intensitasnya. Oleh sebab itu, dalam
perhatian dan harus dipertimbangkan perancangan sarana penyaliran tambang,
dalam pembuatan rancangan sistem parameter besaran hujan yang biasanya
penyaliran pada tambang terbuka sebagai digunakan adalah intensitas hujan.
berikut: Rumus mononobe, dapat dipakai guna
mengestimasi curah hujan jangka pendek
Curah Hujan dari data hujan 24 jam.
Dalam daur hidrologi, presipitasi
merupakan salah satu komponen utama Daerah Tangkapan Hujan (Catchment
yang merupakan proses jatuhnya air Area)
atmosferik ke permukaan bumi dalam Daerah tangkapan hujan
bentuk hujan, salju, butiran es, dan merupakan luas permukaan yang jika
sejenisnya. Di Indonesia yang merupakan terjadi hujan, air hujan akan mengalir ke
daerah tropis, bentuk presipitasi yang daerah yang lebih rendah menuju ke titik
dominan berupa hujan. Jika air di pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan
atmosfer yang dalam bentuk kumpulan bumi sebagian akan meresap ke dalam
butiran air berbentuk awan hasil dari tanah, sebagian tercegat oleh tumbuhan
proses kondensasi uap air setelah proses (vegetasi), dan sebagiannya lagi bisa
evaporasi mendingin, butiran air menjadi saja langsung jatuh di laut, sungai,
cukup besar yang kemudian jatuh ke danau, dan sebagainya. Semua air yang
permukaan bumi. Pengolahan data dalam mengalir di permukaan bumi belum
analisis frekuensi curah hujan dilakukan tentu dapat menjadi sumber air dari suatu
guna memperoleh data curah hujan yang sistem penyaliran yang kondisi tersebut
siap pakai untuk suatu perencanaan tergantung pada daerah tangkapan hujan
sistem penyaliran tambang. Hasil sebaran dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
data dari perhitungan dispersi selanjutnya di antaranya kondisi topografi, rapat
dapat digunakan untuk analisis curah tidaknya vegetasi, dan lain-lain. Daerah
hujan rencana. Data yang telah dihitung tangkapan hujan yang merupakan daerah
dapat direncanakan berdasarkan tingkat air limpasan mengalir menuju ke sistem
variansi data sehingga dalam penentuan penyaliran alami pada suatu lokasi
curah hujan rencana akan memiliki tertentu yang dalam penentuan luasannya
tingkat keyakinan yang tinggi. Analisis berdasarkan peta topografi.
curah hujan dapat dilakukan dengan
beberapa persamaan, seperti distribusi Air Limpasan
normal, distribusi log normal, distribusi Air hujan yang tidak mengalami
C.J Gumbel, dan distribusi Log-Person evaporasi dan infiltrasi akan menjadi
Tipe III. limpasan. Untuk pembahasan mengenai
limpasan, yang menjadi rujukan adalah
Intensitas Hujan daerah tangkapan hujan (watershed,
Intensitas curah hujan merupakan catchment area). Areal tambang dapat
jumlah curah hujan per satuan waktu digolongkan sebagai daerah tangkapan
yang relatif singkat dan dinyatakan hujan kecil yang karakteristiknya adalah
dalam satuan mm/jam yang artinya debit limpasan sangat dipengaruhi oleh
dalam waktu satu jam adalah sekian karakteristik hujan atau dalam proses
https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
96 | Isniarno, et al.

rancangan, frekuensi debit limpasan baiknya menggunakan peta rencana


dapat didekati dari frekuensi hujan. penambangan dan peta situasi tambang
karena dinilai dapat mewakili kondisi
3. Hasil dan Pembahasan aktual sesuai tahapan rencana tahunan.
Berdasarkan pada pembuatan catchment
Secara umum, daerah penelitian area yang mengacu pada peta topografi
dikhususkan pada area sekitar kolam rencana penambangan, tidak dijumpai
pencucian yang setiap hari secara kontinu daerah tangkapan hujan di luar lubang
terus dilakukan pemompaan. Kolam bukaan yang ada. Hal ini disebabkan
pencucian pasir berada pada lokasi yang kondisi topografi sekitar yang curam
sama dengan lokasi dumping material dari dengan arah aliran yang berlawanan
tambang sehingga memerlukan perhatian punggungan dengan mengarah keluar
khusus yang dalam hal ini adalah area tambang. Luasan daerah catchment
ketersediaan air guna keberlangsungan area dapat dilihat pada Tabel 1.
proses pencucian material. Tabel 1. Catchment Area Daerah Penelitian
Pengambilan data secara langsung Lokasi Catchment Area (A) m2 Persentase (%)
di lapangan meliputi data-data yang CA1 8.734,76 9%
berhubungan erat dengan pengujian serta CA2 49.090,25 52%
percobaan secara aktual di lapangan CA3 22.727,46 24%
untuk mendapatkan perbandingan
CA4 13.512,91 14%
secara teoritis. Pengambilan data secara
langsung meliputi sampel batuan, Koefisien limpasan dapat
pengujian infiltrasi, pengukuran hambatan ditentukan dengan mengetahui kondisi
pemompaan, hingga pengukuran dimensi morfologi dan tata guna lahan daerah
aktual di lapangan, seperti ukuran pipa yang ingin ditentukan nilainya.
yang digunakan. Berdasarkan pada pengamatan kondisi
Pengambilan data tidak langsung lapangan serta diperkuat dengan
pada kegiatan kerja praktik ini berasal melakukan penentuan persen lereng
dari hasil pengamatan laporan terdahulu didapatkan bahwa kondisi kemiringan
dan kajian-kajian yang telah dilakukan lereng daerah penelitian berada pada
sebelumnya, seperti pengumpulan data besaran persentase dengan nilai rata-
curah hujan, pengambilan data topografi rata sebesar > 15%. Apabila merujuk
lokal, hingga spesifikasi alat pemompaan. pada peta tutupan lahan dari kementerian
Diadakannya pengambilan data tidak kehutanan tahun 2017, daerah penelitian
langsung diharapkan dapat digunakan berada pada tutupan lahan pertanian
sebagai pendukung dalam mencapai lahan kering yang bercampur semak dan
tujuan yang ingin dituju serta digunakan juga merupakan bagian lahan terbuka
sebagai pembanding, baik secara teoritis tambang. Dilanjutkan dengan nilai
maupun aktual di lapangan. koefisien limpasan yang merupakan
Dalam melakukan penentuan perbandingan kuantitas air limpasan
luasan catchment area, hal itu didasarkan terhadap curah hujan sebagai contoh
pada kecenderungan arah gerak aliran pada CA 1, lalu didapatkan nilai koefisien
air yang berupa wilayah tangkapan yang limpasan sebesar 0.9 yang dapat diartikan
polanya disesuaikan dengan kondisi bahwa air yang melimpas pada daerah
topografi. Dengan adanya penentuan tersebut sebesar 90%, sedangkan sisanya
batas catchment area diharapkan setiap akan meresap. Berikut merupakan nilai
debit hujan akan terkonsentrasi sesuai untuk masing-masing parameter yang
batasan catchment area tersendiri. dimaksudkan sesuai Tabel 2.
Dalam penentuan batas catchment area Untuk melakukan analisis data
digunakan peta topografi, tetapi ada curah hujan dapat dilakukan pemahaman
ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X
Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond... | 97

Tabel 2. Koefisien Limpasan Untuk Masing-Masing Catchment Area


Lokasi Luas (A) m2 Kemiringan (%) Pengelompokan Tata Guna Koefisien Limpasan
Lahan
CA1 8.734,76 2 - 17% Lahan Terbuka Tambang 0,9
CA2 49.090,25 2 - 17% Lahan Terbuka Tambang 0,9
CA3 22.727,46 2 - 17% Lahan Terbuka Tambang 0,9
CA4 13.512,91 2 - 17% Lahan Terbuka Tambang 0,9

Tabel 3. Curah Hujan Bulanan Periode 2011 - 2020


Curah Hujan (mm/hari)
Tahun MAX
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2011 5,17 7,30 9,46 12,11 5,95 7,77 2,64 2,17 4,72 5,94 10,00 8,98 12,1
2012 7,72 7,83 8,54 7,42 4,26 4,46 4,10 5,90 2,45 4,26 9,18 13,13 13,1
2013 17,53 10,25 9,40 8,23 7,53 8,05 7,86 3,32 2,55 4,12 5,89 14,03 17,5
2014 19,62 12,83 9,45 10,23 6,33 7,36 5,81 3,59 3,81 3,38 9,39 12,39 19,6
2015 12,72 17,75 11,90 8,59 6,16 2,91 3,35 2,43 3,23 3,18 9,62 10,25 17,8
2016 11,56 15,13 13,11 12,00 6,94 6,48 7,44 5,37 10,98 11,92 11,82 6,61 15,1
2017 10,16 15,22 10,66 10,05 8,03 4,59 3,17 2,61 6,76 12,02 14,41 9,53 15,2
2018 6,84 16,86 12,04 8,61 4,44 6,69 1,34 3,94 4,92 7,54 10,76 11,17 16,9
2019 12,80 14,83 8,93 12,25 7,33 3,19 2,48 1,76 1,68 4,91 6,62 12,56 14,8
2020 12,27 20,39 19,58 10,40 10,78 4,59 4,81 4,19 6,95 11,94 9,84 9,99 20,4

mengenai distribusi sebaran data diartikan sebagai besarnya jumlah hujan


intensitas curah hujan yang terjadi. yang turun dalam satuan waktu sehingga
Dengan mengetahui curah hujan rencana perlu diketahui waktu konsentrasi yang
dapat diketahui intensitas curah dalam dibutuhkan air untuk dapat mencapai titik
suatu periode ulang tahunan tertentu. terendah dari titik tertinggi pada suatu
Berdasarkan pada curah hujan daerah tangkapan. Dengan diketahuinya
setiap bulan hujan, penentuan curah besaran nilai untuk waktu konsentrasi
hujan rencana dengan menggunakan (Tc), besarnya intensitas hujan dapat
metode E. J Gumbel akan menunjukkan diketahui dengan menggunakan
nilai keterjadian, baik sebelum maupun persamaan Mononobe. Berdasarkan hasil
sesudah tahun yang dituju. Dengan perhitungan yang telah dilakukan, dapat
menggunakan data curah bulanan diketahui besaran intensitas curah hujan
sepuluh tahun ke belakang, untuk dapat terhadap satuan waktu sebagaimana pada
mengetahui curah hujan harian perlu Tabel 4.
dibagi hari hujan yang terjadi pada bulan Bilamana seluruh parameter
tersebut. Berikut merupakan data curah penentuan debit air limpasan telah
hujan bulanan periode 2011 – 2020 tersedia, maka untuk menentukan
terdapat pada Tabel 3. besarnya nilai debit air limpasan dapat
Intensitas curah hujan dapat menggunakan persamaan rumus rasional
Tabel 4. Intensitas Curah Hujan
Durasi Intensitas Hujan (mm/jam)
CAx
Menit Jam t = 2 Tahun t = 5 Tahun t = 10 Tahun
CA1 3,93 0,07 16,21 24,60 30,15
CA2 1,27 0,02 34,43 52,24 64,04
CA3 0,71 0,01 50,89 77,23 94,67
CA4 1,09 0,02 38,12 57,86 70,92

https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
98 | Isniarno, et al.

Tabel 5. Debit Air Limpasan setiap Catchment Area


Lokasi Koefisien Limpasan Intensitas CH (I) m/ Catchment Area Debit (Q1) m3/detik
(C) detik (A) m2
CA1 0,9 6,8331,E-06 8.734,7692 0,0537
CA2 0,9 1,4512,E-05 49.090,2531 0,6412
CA3 0,9 2,1453,E-05 22.727,4628 0,4388
CA4 0,9 1,6071,E-05 13.512,9123 0,1955

yang ditujukan untuk menentukan debit pengerukan material sedimen dasar


air limpasan pada daerah dengan kondisi kolam pengendapan.
permukaan relatif homogen. Yang Berdasarkan pengamatan kondisi
terdapat pada Tabel 5. di lapangan dan peta geologi lokasi
Konduktivitas hidrolik merupakan penelitian diketahui partikel yang
suatu kondisi yang muncul sebagai terbawa oleh aliran air berupa partikel
akibat adanya ruang kosong pada pori lempung-lanau yang memiliki ukuran
material yang kemudian terisi oleh butir menurut skala Wentworth sebesar
fluida terhadap waktu. Di lapangan, 0,0625 mm.
penentuan konduktivitas hidrologi Berdasarkan data tersebut, debit
dilakukan dengan menggunakan silinder air yang tersirkulasi masuk ke dalam
yang terisi oleh air sehingga dapat kolam adalah sebesar 229,70 m3/jam
diamati perubahan kondisi terhadap yang dapat dilakukan perhitungan
waktu (single ring). Dalam menentukan massa dan volume dari padatan serta
besaran nilai untuk gradien hidrolik air air pada kolam utama. Karena padatan
tanah dapat dilakukan menggunakan yang masuk ke dalam kolam kurang
penampang air tanah lokasi yang dicari dari 40% (11,58%), digunakan Hukum
berdasarkan perbandingan antara jarak Stokes untuk menghitung kecepatan
akuifer dengan panjang lintasan aliran pengendapan material. Adapun jenis
akuifer atau secara matematis. material yang ikut teralirkan menuju
Berdasarkan estimasi kolam utama memiliki nilai densitas (ρs)
kesetimbangan kolam terlihat bahwa sebesar 1.946,92 Kg/m3 dan densitas
terjadinya kekurangan akan kebutuhan air air (ρ) sebesar 996,14 Kg/m3 pada suhu
guna pencucian material sebesar 5164,96 28,4oC dengan viskositas (µ) sebesar
m3. Untuk mengatasi permasalahan yang 0,000827 m2/s dan gravitasi sebesar 9,81
dialami sebagai akibat tidak terpenuhinya m/s2. Menurut Virginia Soil and Water
volume kolam pencucian secara alami, Conservation Commision (1980) dalam
maka untuk menjaga agar kolam Simons (1982) merekomendasikan
pencucian tidak mengalami kekeringan, pengerukan dilaksanakan bilamana
hal itu dapat menggunakan pilihan kuantitas sedimen berada pada nilai lebih
pengaliran air dari kolam utama dengan kurang 60% dari total volume kolam
debit sama dengan lebih dari debit yang untuk menjaga kondisi tetap optimum
dikeluarkan oleh pompa dalam satuan yang didapatkan waktu pengerukan
jam. kolam setiap 18 hari sekali.
Kemudian, dilakukannya
perawatan terhadap kolam pengendapan 4. Kesimpulan dan Saran
(settling pond) sangat diperlukan demi
menghindari terjadi pendangkalan Kesimpulan yang dapat diambil
dasar kolam. Upaya perawatan perlu dari penelitian ini adalah debit air
dilakukan secara berkala mengingat yang dibutuhkan untuk memenuhi
kegiatan berlangsung secara kontinu kebutuhan kolam pencucian pasir
yang dilakukan dengan melakukan harian yang didapatkan berdasarkan

ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X


Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond... | 99

pertimbangan bagian total debit yang Geographic Information Systems


dikeluarkan adalah sebesar 5.414,88 (GIS). IOP Conference Series:
m3/hari. Estimasi kuantitas material Materials Science and Engineering,
sedimen yang terendapkan dalam kolam 042043.
utama adalah sebanyak 51.788 kg/jam Isniarno, N. F. (2020). Optimasi Iterasi
dengan kecepatan pengendapan sebesar dan Root Means Square (RMS)
0,00245 m/s yang ikut terbawa oleh Dalam Penentuan Batas Litologi
debit aliran sirkulasi sebesar 229,70 m3/ dari Vertical Electrical Sounding
jam. Dengan kuantitas material sedimen (VES). Ethos : Journal Penelitian
yang terendapkan sebesar 51.788 kg/ dan Pengabdian kepada masyarakat
jam, perawatan kolam yang dalam hal (sains & Teknologi), 5058.
ini adalah waktu pengerukan, dapat Isniarno, N. F. (2021). Analisis Discounted
dilakukan secara berkala setiap 18 hari Cash Flow (DCF) Dalam Investasi
sekali. tambang dan Kelayakan Ekonomi
Saran dari penelitian ini adalah Pada Ekstraksi Timah dengan
kolam pencucian dapat dilapisi dengan Menggunakan Teknologi Klorinasi
lapisan tahan air, seperti geomembrane, Basah. Ethos : jurnal Penelitian dan
geotextile, geosynthetic, geogrid, geonet, Pengabdian Kepada Masyarakat,
geofoam, geocell, ataupun geocomposite 6626.
karena kolam pencucian sendiri terdiri Kaihuan, z. (2012). Research on Intrinsic
atas material yang mudah tererosi dan Safety Method for Open-pit
meloloskan air. Dengan menggunakan Mining. Procedia Engineering,
lapisan tahan air ini, diharapkan air 453-458.
tidak merembes dan mencegah kuantitas Kermani, M. Z. (2020). Neurocomputing
air dalam kolam berkurang. Pada in surface water hydrology and
beberapa bekas front kerja yang telah hydraulics: a review of two
tidak terpakai didapatkan rembesan air decades retrospective, current
tanah yang cukup deras pada kedalaman status and future prospects. Journal
tertentu. Dilakukannya kajian terhadap of Hidrology, 125085.
rembesan air tersebut dapat menjadi suatu Kumar, P. (2020). Socio-hydrology:
preferensi identifikasi permasalahan A key approach for adaptation
yang dapat muncul kemudian hari karena to water scarcity and achieving
besar kemungkinan dapat memengaruhi human well-being in large riverine
kesetimbangan air sekitar. islands. Progress in Disaster
Science, Volume 8, December
DAFTAR PUSTAKA 2020, 100134.
Risal, A. (2020). Sensitivity of hydrology
Acharya, B. S. (2020). Acid mine and water quality to variation
drainage from coal mining in the in land use and land cover data.
United States – An overview. Agricultural Water Management,
Journal of Hydrology, 125061. 106366.
Isniarno, N. F. (2020). Analysis of Scheiber, l. (2018). Quantification
velocity groundwater in unconfines of properties of different water
aquifer zone using infiltration sources in a mining operation.
measurement. IOP Conference Science of the Total Environment,
Series: Materials Science and 587-599.
Engineering, 042047. Sin, Y. (2020). Changes in hydrology,
Isniarno, N. F. (2020). Hydrological water quality, and algal blooms in
monitoring in open PIT mining a freshwater system impounded
areas using geodatabase attribute in with engineered structures in a
https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
100 | Isniarno, et al.

temperate monsoon river estuary.


Journal of Hydrology: Regional
Studies, 100744.

ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X


JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 58

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI SETTLING POND PADA PIT 8


PENAMBANGAN BATUBARA PT. MEGAPRIMA PERSADA
JOB SITE PONGKOR KECAMATAN LOAKULU
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :
Diah Ayu Purwaningsih 1 dan Donny Irawan 2

ABSTRACT

Source of water entering to settling pond in general surface water and


ground water, in the water area of this study water entering into swp 06 comes
from trench 1 and 2 which is the water from pumping at pit 8 and runoff water,
for ground water is ignored because it is included in the amount of water pumping
discharge in pit 8. The water entering into the trench 1 is the water from the west
pit 8 pipe and from the runoff water area pit 7 of 7,9505 Ha and pit 8 of 2,3008
Ha. The water entering into the trench 2 is the result of pumping from the east pit
8 runoff water with the area of DTH which is a Palm Oil Plantation of 25,55Ha
and DTH Top Soil of 3,8044 Ha. The pumps and pipes used by PT. MPP is KSB
150 and HDPE 6’, diameter 16 cm, and thickness 1,4cm. The total volume of
actual settling pond SWP 06 amounted to 63,5230 m3, water entering into settling
pond SWP 06 that is from trench 1 of 2,1743 m3/s and trench 2 of 2,8950 m3/s so
that total discharge of incoming water is 5,0693 m3/s and when reviewed the total
volume of incoming water amounted 29.152,44 m3 so that only need to do
maintenance by dredging so that the volume of the pool can accommodate the
water that will be because the 3 compartement that have a width 29 cm which can
occur silting at middle of compartement because PC 200 with macimum reach 42
ft =12,8016 m at 2 time that is 25,6032 m, pool age 1a for 5,7days and pool
1b,2b,and 2a during 11,5 days and increase the age of the pool during mining
activities take place settling pond SWP 06 must be done in routine dredging. The
factors that influence the dimensions of the amount of water that will enter into
settling pond SWP 06.

Keywords :Chatcment Area, Hidrology, Settling Pond


JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 59

ABSTRAK

Sumber air yang masuk ke Settling pond pada umumnya air permukaan
dan air tanah, pada daerah penelitian ini air yang masuk ke dalam SWP 06 berasal
dari paritan 1 dan 2 yang merupakan air dari pemompaan pada pit 8 dan air
limpasan, untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam jumlah debit
pemompaan air di pit 8. Air yang masuk kedalam paritan 1 merupakan air dari
hasil pemompaan pit 8 Barat dan dari air limpasan dengan luas Area DTH yang
merupakan Area Reklamasi pada pit 7 sebesar 7,9505 Ha dan pit 8 sebesar
2,3008 Ha. Air yang masuk kedalam paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan
dari pit 8 Timur dan air limpasan dengan luas area DTH yang merupakan
Perkebssunan Kelapa Sawit sebesar 25,55 Ha dan DTH Top Soil sebesar
3,8044 Ha. Pompa dan Pipa yang digunakan oleh PT. MPP yaitu KSB 150 dan
HDPE ukuran 6’,diameter 16 cm, dan tebal 1,4 cm. Volume total aktual Settling
Pond SWP 06 sebesar 63.523 m3, air yang masuk kedalam Settling pond SWP 06
yaitu dari paritan 1 sebesar 2,1743 m3/detik dan paritan 2 sebesar 2,895 m3/detik
sehingga debit total air limpasan yang masuk sebesar 5,0693 m3/detik dan saat di
kaji kembali volume total air yang masuk sebesar 29.152,44 m3 sehingga hanya
perlu di lakukan perawatan dengan cara pengerukan agar volume kolam bisa
menampung air yang akan masuk karena pada 3 Kompartement yang ada
mempunyai lebar 29 m yang bisa terjadinya pendangkalan pada tengah
kompartement karena PC 200 dengan Jangkauan Maksimal 42 ft = 12,8016 m di
kali 2 yaitu 25,6032 m, umur kolam 1a selama 6,7 hari dan kolam 1b,2b,2a
selama 11,5 hari dan untuk menambah umur kolam tersebut selama kegiatan
penambangan berlangsung settling pond SWP 06 harus di lakukan pengerukan
rutin. Faktor yang mempengaruhi dimensi yaitu jumlah air yang akan masuk
kedalam Settling Pond SWP 06.

A. PENDAHULUAN
Dalam industri pertambangan batubara, eksplorasi batubara dari lapisan
dalam tanah harus malalui proses pemisahan over burden. Over burden adalah
material penutup batubara, proses ini disebut over burden removal. Hasil akhir
dari penambangan batubara adalah clean coal, yaitu batubara yang digunakan
untuk bahan bakar. Coal getting merupakan proses pengambilan batu bara dari
pembersihan (cleaning) sampai pengisian (loading) batu bara ke alat angkut untuk
kemudian di angkut ke tempat penampungan (stockpile). Kondisi cuaca hujan
dengan volume yang tinggi merupakan kendala proses coal getting. Tambang
terbuka dengan menggunakan metode open pit. Metode penambangan ini akan
menyebab kan terbentuknya cekungan yang luas sehingga sangat potensial untuk
menjadi daerah tampungan air, baik yang berasal dari air limpasan permukaan dan
air tanah. Oleh karena itu Sistem drainase (drainage system) di buat salah satunya
dengan membuat Settling Pond. Settling Pond adalah suatu penyaliran berbentuk
kolam yang berfungsi sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang,
baik air tanah maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar
ke perairan umum. Melalui upaya penanganan air yang masuk ke dalam pit, maka
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 60

di harapkan permasalahan yang timbul akibat tidak terkontrolnya air yang masuk
ke pit dapat diminimalisir sehingga aktifitas penambangan dapat tetap di lakukan.

1. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap geometri
Setlling pond di pit pada penambangan Batubara. Tujuan penelitian untuk
Mengetahui sumber-sumber air yang masuk ke Settling pond., Mengetahui debit
air yang masuk ke Settling pond, Mengetahui Geometri Settling pond, dan Faktor
– faktor yang mempengaruhi dimensi Settling pond.

2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini agar tidak terjadi suatu perluasan masalah maka penulis
membatasi dengan mengkaji pada geometri Settling pond pada pit 8 penambangan
batubara agar volume Settling pond bisa menampung volume air yang akan di
alirkan masuk ke dalam Settling pond dengan data curah hujan selama 10 tahun .

3. Metodelogi Penelitian
Didalam melaksanakan Penelitian ini, penulis menggunakan studi pustaka
dengan data-data atau observasilapangan, sehingga dari kedianya didapat
pendekatan penyelesaian masalah, adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:
1. Tahap kajian literatur
Tahap ini merupakan kegiatan awal sebelum dilakukannya penelitian. Pada
tahap ini dilakukan kajian-kajian pustaka atau literatur sebagai pendukung
kegiatan penelitian yang bersifat teoritis.
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan di lakukan dengan cara peninjauan dan pengamatan
langsung kelapangan terhadap objek kajian yang di amati dalam hal ini
berkaitan dengan sedang geometri Settling pond.
3. Tahap pengambilan data
a) Data primer yaitu : Sumber-sumber air yang masuk ke dalam kolam ke
Settling pond dengan cara pengamatan langsung pada daerah penelitian,
Pengukuran geometri Settling pond dengan cara pengukuran langsung
yaitu (panjang, Lebar, dan Kedalaman) dengan menggunakan berupa alat
meteran, Dokumentasi Lapangan sesuai dengan kegiatan penelitian
dengan menggunakan kamera, dan Melihat secara langsung jenis lahan di
area penelitian.
b) Data sekunder
Tahap pengambilan data sekunder yaitu berupa pengambilan data yang
dilakukan tanpa perlu langsung ke lapangan, Data curah hujan harian 10
tahun pada daerah penelitian, Peta situasi tambang, danSpesifikasi pompa
dan alat perawatan Settling pond
4. Akuisi data
Merupakan pengelompokan dari data-data yang diambil untuk proses
selanjutnya.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 61

5. Tahap pengolahan dan kajian data


Pengolahan data dalam penelitian ini yaitu berupa data sumber-sumber air
yang masuk dan menentukan catchment area dengan menggunakan aplikasi
AutoCAD 2010, dan perhitungan data curah hujan menggunakan aplikasi
microsoft exce, dan menghitung hasil pengukuran geometri aktual kolam. Setelah
semua data terkumpul dan selesai di kaji atau di olah dari awal sampai akhir maka
dalam mendapatkan hasil dari permasalahan yang ada di dalam penelitian ini.
6. Pembuatan draft hasil dari penelitian.
Setelah semua data terkumpul, di olah atau di kaji dari awal sampai akhir
sehingga di peroleh hasil dari penelitian kemudian disimpulkan dan selanjutnya
di buat dalam bentuk draft hasil penelitian.
7. Kesimpulan
Setelah mendapatkan hasil dari penelitian yang ada, maka dapat di
simpulkan penyebab permasalahan sesuai dengan judul penelitian.

B. DASAR TEORI
1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan pada
proses analisis hidrologi. Siklus hidrologi menurut Soemarto (1987) adalah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Dalam
siklus hidrologi ini terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara
proses hujan (presipitation), penguapan (evaporation), transpirasi, infiltrasi,
perkolasi, aliran limpasan (run off), dan aliran bawah tanah.

(SumberSoemarto, 1987)
Gambar 1. Siklus Hidrologi

2. Air Permukaan
Limpasan Permukaan atau aliran permukaan merupakan bagian dari curah
hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju kesungai, danau dan lautan
(Asdak,1995). Menurut Arsyad (1983) limpasan permukaan adalah air yang
mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran
permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah,
dimana dalam hal ini tanah telah jenuh air (Kartasapoetra dkk.1988). sifat aliran
permukaan seperti jumlah atau volume, laju, kecepatan dan gejolak aliran
permukaan menentukan kemampuannya untuk menimbulkan erosi, dalam
penelitian ini yang diukur adalah besar aliran permukaan dalam satuan mm
(Haridjaja dkk.1991).
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 62

3. Air Tanah
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah
disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang
dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.

4. Daerah Tangkapan Hujan


Menurut Awang Suwandhi (2004) area tangkapan hujan adalah suatu area
ataupun daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan
dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon
tertutup, yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan
mengikuti arah aliran air. Aliran air tersebut tidak hanya berupa air permukaan
yang mengalir di dalam alur sungai, tetapi termasuk juga aliran di lereng-lereng
bukit yang mengalir menuju alur sungai sehingga daerah tersebut dinamakan
daerah aliran sungai. Secara lebih spesifik daerah tangkapan didefinisikan sebagai
bagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment area) dimana aliran air
tanah (yang saturated) menjauhi muka air tanah. Biasanya di daerah tangkapan,
muka air tanahnya terletak pada suatu kedalaman tertentu.

5. Sumber-Sumber Air yang masuk ke dalam Settling Pond


1. Air Permukaan
Limpasan Permukaan atau aliran permukaan merupakan bagian dari curah
hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju kesungai, danau dan lautan
(Asdak,1995). Menurut Arsyad (1983) limpasan permukaan adalah air yang
mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran
permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah,
2. Akuifer
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah
yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah
dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer.

6. Intensitas Curah Hujan


Intensitas Curah Hujan adalah jumlah hujan yang jatuh dalam areal tertentu
dalam jangka waktu yang relatif singkat, dinyatakan dalam mm/detik, mm/menit,
atau mm/jam. Untuk mengetahui nilai intensitas curah hujan di suatu tempat,
maka digunakan alat pencatat curah hujan. Intensitas curah hujan biasanya
dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam, yang artinya tinggi/kedalaman
yang terjadi adalah sekian mm dalam periode waktu 1 jam. Untuk itu hanya
didapat dari data pengamatan curah hujan otomatis. Keadaan curah hujan dapat
didefinisikan dalam tabel sebagai berikut :
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 63

Tabel 1. Keadaan Dan Intensitas Curah Hujan


Curah Hujan ( mm )
Keadaan Curah Hujan
1 Jam 24 Jam
Hujan Ringan <1 <5
Hujan Ringan 1–5 5 – 10
Hujan Normal 5 – 10 10 – 50
Hujan Deras 10 – 20 50 – 100
Hujan Sangat Deras > 20 >100

(Sumber :Suwandi A,2004)

Apabila curah hujan harian di daerah penelitian diketahui tidak terdistribusi


merata setiap tahun, maka menurut Mononobe, intensitas curah hujan dapat
dihitung dengan rumus perkiraan intensitas curah hujan untuk lama waktu hujan
sembarang yang dihitung dari data curah hujan harian yaitu :
2
 24  3
R 24
I=  
24  t 
7. Debit Air limpasan
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan
tanah menuju sungai, danau atau laut. Besarnya air limpasan tergantung
dari banyak faktor, sehingga tidak semua air yang berasal dari curah hujan akan
menjadi sumber bagi sistem penyaliran. Dari banyak faktor, yang paling
berpengaruh yaitu :
1. Kondisi penggunaan lahan
2. Kemiringan lahan
3. Perbedaan ketinggian daerah
Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut
koefisien air limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum
ditentukan dengan menggunakan rumus metode rasional, yaitu :

Q = 0,00278 X C X I x A

8. Geometri Settling Pond


Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan partikel – partikel atau
lumpur yang ikut bersama air hasil aliran dari saluran tambang sebelum air
lumpur tersebut dibuang kepermukaan akhir maka diendapkan terlebih dahulu
partikel-partikel padatnya agar tidak mencemari lingkungan sekitar tambang.
Ukuran settling pond dibuat dengan mempertimbangkan luas area tangkapan
hujan kandungan padatan air tambang dan koefisien pengendapan.
Rumus settling pond Robert Manning, (1895):
I. V = Q x t
II. A = V/d
III. P = A/L
IV. L = P/JUMLAH ZONA
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 64

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sumber air yang masuk ke dalam Settling Pond


Settling Pond pada umumnya didesain khusus untuk menampung air yang
masuk, dan dilakukan pengelolaan sebelum air di alirkan keperairan umum.
Sumber air yang masuk ke Settling pond pada umumnya air permukaan dan air
tanah,
a. Air permukaan
pada daerah penelitian ini air yang masuk ke dalam SWP 06 berasal dari
paritan 1 dan 2 yg merupakan air dari pemompaan pada Pit 8 dan air limpasan,
Berikut tabel sumber – sumber air yang masuk ke dalam Setling pond:

Tabel 2. Sumber – sumber air yang masuk ke dalam Settling pond.

Sumber Air Luas Debit Volume


(Ha) (m3/detik) (m3)
1. Paritan 1 :
a. Pit 8 Barat 32,1106 0,1806 1705,4
b. Area Reklamasi Pit 7 7,9505 0,78
c. Area Reklamasi Pit 8 2,3008 0,2257
2. Paritan 2
a. Pit 8 Timur 17,8334 0,5426 5806,04
b. Perkebunan Kelapa 25,55 1,5597
Sawit
c. Top Soil 3,8044 0,4313

Air pada paritan 1 bersumber dari air yang di pompakan melalui pompa di pit
8 barat dengan volume air 1705,4 m3 dan air limpasan dari DTH yang merupakan
area reklamasi 7 dan 8, sedangkan air pada paritan 2 bersumber dari air yang di
pompakan melalui pompa di pit 8 timur dengan volume air 5806,04 m3 dan air
limpasan dari DTH yang merupakan area top soil dan perkebunan kelapa sawit.
b. Air Tanah (akifer)
Pada penelitian ini untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam
jumlah debit pemompaan air di pit.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 65

PT. MEGAPRIMA PERSADA


PETA SITUASI TAMBANG
U

100 200 500 m

9943000

9942500

9942000

9941500

9941000
492000
491500

492500

PT. MEGAPRIMA PERSADA KAB. BULUNGAN Tan ju ng selor

1 : 7691
PETA SITUASI TAMBANG
KAB. BERAU Tanjun gredeb

Teluk Sumbang

KAB. KUTAI

Tenggarong S amarinda

B alikpapan
KAB. PASIR

U Tanahg rogot

100 200 500 m

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di PT.MPP


9943000

9942500
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 66

2. Perhitungan Debit Air yang masuk kedalam Settling Pond SWP 06


Perhitungan debit air limpasan dilakukan dengan menggunakan rumus
rasional dari hasil perhitungan tersebut debit air yang masuk kedalam Settling
pond yang melalui paritan 1 dan 2, debit total air yang masuk kedalam Settling
pond SWP 06 yaitu dari paritan 1 sebesar 2,1743 m3/detik dan paritan 2 sebesar
2,895 m3/detik sehingga debit total air limpasan yang masuk sebesar 5,0693
m3/detik.

3. Kajian Kolam Pengendapan


Settling Pond SPW06 yang digunakan pada PT. MPP tersebut mempunyai
empat kompartement yang masing-masing dimensinya mempunyai :
a. Kompartement 1a Panjang 45 meter, lebar 24 meter, dan kedalaman 6
meter sehinga volume air yang dapat di tampung sebesar 6.480 m3.
b. Kompartement 2a Panjang 94 meter, lebar 29 meter, dan kedalaman 7
meter sehinga volume air yang dapat di tampung sebesar 19.082 m3.
c. Kompartement 1b Panjang 93 meter, lebar 29 meter, dan kedalaman 7
meter sehinga volume air yang dapat di tampung sebesar 18.878 m3.
d. Kompartement 2b Panjang 94 meter, lebar 29 meter, dan kedalaman 7
meter sehinga volume air yang dapat di tampung sebesar 19.082 m3
Kolam pengendapan pada daerah penelitian yaitu di Settling Pond SWP 06
perlu dikajiulang hal ini disebabkan karena tujuan pembuatan di buat untuk
menampung air dari Pit 7 yang kemudian di alih fungsikan untuk menampung air
dari Pit 8,oleh karena akan terjadi perbedaan volume total air yang akan masuk
kedalam SWP 06,
Untuk jangkauan alat yang di gunakan yaitu PC200 dengan Jangkauan seiring
tanah maksimal 42ft = 12,8016m di kali 2 yaitu 25,6032m.
Dari hasil perhitungan jumlah air yang masuk melalui paritan kedalam
Settling Pond SWP 06 sebesar 2,9968m3/detik.
Dari perhitungan diatas dengan kecepatan partikel danbesarnya TSS yang
masuk serta debit total, maka masing-masing kompartement hanya mempunyai
umur kolam 1a selama 6,7 hari dan kolam 1b,2b,2a selama 11,5 hari dan untuk
menambah umur kolam tersebut selama kegiatan penambangan berlangsung
settling pond SWP 06 harus di lakukan pengerukan rutin.

4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Geometri Settling Pond SWP 06


Faktor yang mempengaruhi Geometri Settling Pond SWP 06yaitu berasal dari
sumber – sumber air yang masuk kedalam Settling pondyang merupakan air
permukaan Sebagai berikut :
1. Air Permukaan
Pada daerah penelitian air permukaan yang masuk berasal dari pemompaan
air pada pit 8 dan air limpasan yang di alirkan melalui Paritan 1 dan 2 mengarah
pada Settling Pond SWP 06 untuk dilakukan pengelolaan sebelum di lepaskan ke
perairan umum.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 67

Faktor yang mempengaruhi besar debit air yang masuk kedalam Settling
Pond yaitu dari :
a. Koefisien daerah tangkapan hujan (C)
Pada Settling Pond SWP 06 memiliki 4 Koefisien di mana masing-masing
koefisien memiliki tata guna lahan yang berbeda sebagai berikut :
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 7 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Kebun Kelapa Sawit Pit 8memiliki tata guna lahan
untuk topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi hutan.
- Koefisien dari DTH Top Soil Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi tanpa tanaman.
b. Intensitas curah hujan (I)
Intensitas curah hujan berpengaruh besar berdasarkan umur tambang dan
durasi lama hujan semakin besar intensitas curah hujan semakin besar pula jumlah
air yang masuk. Pada daerah penelitian data curah hujan yang di gunakan 10
tahun dari tahun 2006-2015 dengan durasi lama hujan sebesar 2 jam.
c. Luas Area Penelitian (A)
Luas area akan berpengaruh besar pada jumlah air yang akan masuk kedalam
Settling pond karena semakin luas daerah tangkapan hujan semakin besar air
yang jatuh di area tersebut. Pada daerah penelitian terdapat 4 daerah tangkapan
hujan yang langsung masuk kedalam paritan yang mengarah pada Settling pond
yaitu area Reklamasi pit 7, Reklamasi pit 8, Kebun Kelapa Sawit pit 8,dan Top
Soil pit 8.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sumber air utama yang masuk ke dalam lokasi pit 8 adalah paritan 1
merupakan air dari hasil pemompaan pit 8 barat, air limpasan dari area
reklamasi, dan paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan dari pit 8 timur, air
limpasan dari perkebunan kelapa sawit, dan top soil.
2. Debit air yang masuk kedalam Settling Pond SWP 06 dari paritan 1 paritan 2
sebesar 2,9968 m3/detik.
3. Pada Geometri Settling Pond SWP 06 aktual yang ada volume total kolam
sebesar 63.532 m3 yang kemudian di kaji karena fungsi sebelumnya
merupakan settling pond untuk pit 7 kemudian di fungsikan untuk pit 8 agar
dapat mengetahui volume air yang akan masuk dari pit 8, setelah dilakukan
pengkajian ulang dengan perhitungan volume air yang di dapat sebesar
29.152,44 m3/detik yang merupakan air dari pit 8 dan paritan. jadi volume
aktual kolam pengendapan swp 06 masih dapat menampung air yang berasal
dari penambangan pit 8.
4. Faktor yang mempengaruhi dimensi Settling Pond SWP 06 yaitu dari air
permukaan dan air tanah. dimana air permukaan merupakan air limpasan
debit air limpasan itu sendiri di pengaruhi oleh koefisien, intensitas curah
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 68

hujan, dan luar area penelitian. sedangkan air tanah di abaikan karena sudah
termasuk pada perhitungan pemompaan pada area pit 8.

E. DAFTAR PUSTAKA
PerDaProv Kaltim No 2, 2011, Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pfleider E. P., 1972. Surface Minning. The American Institude of Minning.
Metallurgical and Petroleum Inc., New York
Rudi Sayogya GB., 1993. Sistem Penirisan Tambang. Kursus Perencanaan
Tambang. Jurusan Teknik Pertambangan FTM, ITB.
Sosrodarsono S. Dan Takeda K.,1993. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta
Soewarno, 1995. Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data
Jilid I, Gramedia. Jakarta.
Sugiharto, 2008, Dasar-DasarPengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta
Sundoyo, 2012, PerhitunganDimensi settling pond padaPenambangan Batubara,
Skripsi, UniversitasKutaiKartanegara.
Todd, D.K., 1959. Ground Water Hydrology,Jhon Wely and Sons. Inc. New York
dan London
Triatmodjo, Bambang, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.
Muchjidin, 2006, PengendalianMutudalamIndustri Batubara, Penerbit ITB,
Bandung.
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

RANCANGAN DIMENSI SETTLING POND PIT IV PT AKAT SRIDA


AMRI, KABUPATEN BUNGO

SETTLING POND DIMENTION DESIGN PIT IV PT AKAT SRIDA AMRI,


BUNGO REGENCY
Rosalinda1, A. Assidiqi2, J. Wiratama3, Y. Megasukma4
1-4
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
Jl. Mendalo Darat Km. 15, Muara Bulian, Jambi. Kode pos : 36361. Email : hmtp@unja.ac.id
e-mail: *1rosalindaoca.1702@gmail.com, 2r2prayuda@gmail.com , 3jarot.mining@unja.ac.id,
4
yosamegasukma@unja.ac.id

ABSTRAK

PT Akat Srida Amri merupakan perusahaan pertambangan batubara di Desa Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi dengan menggunakan metode tambang terbuka. Salah satu permasalahan pada penambangan dengan metode ini
adalah air. Kondisi aktual settling pond masih memperlihatkan kendala dimana dua kompartemen settling pond
memperlihatkan tidak mampunya menampung air yang masuk dilihat dari meluapnya air yang mengakibatkan
pengendapan lumpur tidak berjalan dengan baik. Penelitian dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut
dengan merekomendasikan dimensi settling pond yang tepat. Rancangan dimensi settling pond dibuat dengan melakukan
perhitungan curah hujan menggunakan Metode Gumbell dan didapatkan curah hujan rencana 438,64517 mm/hari,
intensitas curah hujan 33,0476918 mm/jam, luas CA settling pond 1488,11 m2 sehingga didapat debit air limpasan sebesar
29,51 m3/jam dengan debit pompa 30 m3/jam. Berdasarkan perhitungan parameter di atas, didapatkan volume dimensi
rekomendasi serta mengacu pada Lampiran II Nomor 17 Poin (i) KEPMEN ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 yaitu
sebesar 1785,12 m3. Dari pengolahan, analisis data yang dilakukan serta acuan, dimensi settling pond diperbesar agar dapat
menampung debit total sebesar 1785,12 m3/hari dengan dimensi panjang dan lebar alas 16,75 m x 16,75 m, panjang dan
lebar atas 24,75 m x 24,75 m dengan kedalaman 4 m sehingga air dapat tertampung dan proses pengendapan lumpur dapat
berjalan dengan baik. Direkomendasikan juga penambahan dua kompartemen menjadi empat kompartemen dengan
masing-masing fungsi sebagai sediment zone, safety zone, treatment zone, dan mud zone.
Kata kunci: Catchment area, debit air limpasan, settling pond

ABSTRACT

PT Akat Srida Amri is a coal mining company in Rantau Pandan Village, Bungo Regency, Jambi Province using the open
pit mining method. One of the problems in mining with this method is water. The actual condition of the settling pond still
shows problems where the 2 settling pond compartments show their inability to accommodate the incoming water as seen
from the overflow of water in the settling pond which causes the sedimentation of mud to not work properly. This research
was conducted to overcome these problems by recommending the right settling pond dimension. The design of the settling
pond dimension was made by calculating rainfall using the Gumbell method and obtained a planned rainfall of 438,64517
mm/day, rainfall intensity 33,0476918 mm/hour, CA settling pond area of 1488,11 m2 so that it can be obtained runoff
water discharge of 29.51 m3/hour with a pump discharge of 30 m 3/hour. Based on the calculation of the parameters above,
the recommended dimension volume is obtained and refers to Attachment II Number 17 Points (i) KEPMEN ESDM
Number 1827 K/30/MEM/2018 which is 1785.12 m3. From the processing, data analysis carried out as well as references,
the dimensions of the settling pond are enlarged so that it can accommodate a total discharge of 1785.12 m3/day with
dimensions of length and width of the base 16.75 mx 16.75 m, length and width of the top 24.75 mx 24 .75 m with a depth
of 4 m so that water can be accommodated and the process of sludge deposition can run well. It is also recommended to
add 2 compartments to 4 compartments with each function as a sediment zone, safety zone, treatment zone and mud zone.)

Key Word : Catchment area, run off, settling pond

52
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

PENDAHULUAN Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827


K/30/MEM/2018, settling pond sebagai fasilitas
PT Akat Srida Amri merupakan suatu perusahaan yang pengendapan air tambang harus setidaknya memiliki
melakukan usaha di bidang pertambangan batubara. PT dimensi dengan volume sebesar 1,25 kali curah hujan
Akat Srida Amri berlokasi di Desa Rantau Pandan, tertinggi selama 84 jam. Kriteria keberhasilan settling
Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi pond adalah saat kualitas air memenuhi ketentuan baku
Jambi. Pada PT Akat Srida Amri, batubara ditambang mutu lingkungan hingga diuji layak untuk dialirkan ke
menggunakan metode tambang terbuka dengan sistem perairan atau sungai dengan tidak menimbulkan dampak
penambangan strip mine. Pada kegiatan penambangan negatif. Dengan demikian dibutuhkan rekomendasi
dengan metode tambang terbuka, seluruh kegiatannya rancangan dimensi settling pond agar bisa menampung
dilakukan di atas permukaan dan berhubungan langsung keseluruhan debit air yang masuk baik dari pompa yang
dengan udara luar sehingga seluruh rangkaian aktivitas berasal dari sumuran (sump) maupun air limpasan yang
penambangannya sangat dipengaruhi olah cuaca. Salah berada di area sekitar settling pond yang berpedoman
satu permasalahan penambangan metode ini adalah air, juga pada KEPMEN ESDM Nomor 1827
sehingga diperlukan penanganan air dengan baik. K/30/MEM/2018.

Penanganan air di wilayah tambang dilakukan dengan METODE PENELITIAN


penyaliran tambang, yaitu upaya yang dilakukan agar
dapat mencegah serta mengatasi air yang masuk ke Penelitian ini dilakukan di Pit IV PT Akat Srida Amri
lokasi penambangan. Settling pond merupakan salah satu yang berlokasi di Desa Rantau Pandan, Kecamatan
fasilitas dalam sistem penyaliran tambang yang Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
berfungsi mengendapkan dan mengolah air, baik air Penelitian ini dilakukan pada Bulan Oktober tahun 2021
yang berasal dari aliran pompa yang bersumber dari dengan menggabungkan teori dan data-data lapangan.
sump serta air limpasan di sekitar area settling pond Data yang diperoleh yaitu berupa data primer yaitu data
tersebut. Pada Pit 4 PT Akat Srida Amri, meluapnya air observasi lapangan secara langsung yaitu ukuran
yang masuk ke dalam settling pond memperlihatkan dimensi kolam pengendapan (settling pond) aktual dan
ketidakmampuan settling pond aktual menampung air data sekunder yaitu data curah hujan dan peta topografi
yang masuk sehingga air terus meluap dan proses serta studi pustaka. Semua data yang diperoleh
pengendapan tidak berjalan dengan baik. digunakan untuk pendekatan masalah dengan melakukan
analisis data. Kegiatan analisis data yang dilakukan
Settling pond merupakan kolam yang digunakan untuk diantaranya adalah analisis curah hujan rencana dengan
pengendapan material lumpur serta air limbah. Pada menggunakan Metode Gumbell. Hasil analisis ini akan
penelitian Purwaningsih dan Irawan (2018), dikatakan digunakan untuk analisis selanjutnya yaitu analisis
bahwa faktor yang mempengaruhi dimensi settling pond intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode
adalah jumlah air yang akan masuk ke dalam settling Mononobe. Setelahnya, dilakukan analisis debit air
pond dimana pada penelitian tersebut, penulis limpasan dimana hasil analisis tersebut akan dihitung
mengatakan bahwa debit air limpasan dipengaruhi oleh dengan menambahkan perhitungan debit pompa serta
koefisien, intensitas curah hujan serta luasnya daerah ketentuan KEPMEN ESDM 1827, maka akan
penelitian. Dibuat settling pond dengan dimensi sesuai didapatkan rancangan dimensi settling pond yang tepat.
dengan debit air yang masuk dengan beberapa
kompartemen agar air memiliki waktu untuk mengendap Teknik Pengolahan Data
[1]. Settling pond harus dibuat dengan dimensi ukuran
serta geometri yang tepat agar fungsinya sebagai kolam Data yang didapatkan baik dari data primer dan data
pengendapan tercakupi. Settling pond harus dirancang sekunder akan diolah dengan tahapan berikut :
sebaik mungkin dikarenakan air limbah penambangan a. Analisis curah hujan rencana maksimum dengan
yang masuk ke dalam settling pond akan diendapkan menggunakan Metode Gumbell dilakukan dalam
serta diolah untuk dapat dialirkan ke perairan dengan beberapa tahapan perhitungan dengan menentukan
mencakup standar baku mutu air pada Keputusan nilai rata-rata curah hujan maksimum terlebih dahulu
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2003. menggunakan rumus berikut:
Diperlukan perhitungan terhadap debit air yang masuk
ke dalam settling pond agar dapat menentukan ukuran X = (ΣCH)/(Σn) …………………………….…(1)
dimensi yang tepat sehingga air tidak menguap serta
dapat mengendap dan diolah dengan waktu yang cukup. Keterangan:
Settling pond juga harus dirancang sebaik mungkin X = Rata-rata curah hujan (mm)
dengan beberapa bagian terpisah atau kompartemen agar ΣCH = Jumlah nilai Curah Hujan (mm)
air yang akan dialirkan menuju sungai telah benar-benar Σn = Banyaknya data
mengalami proses pengendapan sehingga aman untuk
dialirkan menuju perairan. Menentukan standar deviasi dengan rumus berikut:
S = √((Σ (Xi –X)²)/(n-1))..………………………(2)

53
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

Keterangan : c. Perhitungan debit air limpasan dengan metode


S = Standar deviasi (mm/hari) rasional.
Xi = Jumlah data curah hujan ke- i (mm/hari)
Q = C. I. A……………………………………....(9)
X = Rata-rata curah hujan (mm)
n = Banyaknya data
Keterangan :
Q = Debit air limpasan maksimum(m3/detik)
Menentukan koreksi variansi dengan rumus berikut:
C = Koefisien limpasan
Yt = -ln[-ln[(T-1)/T]..……………………...……..(3)
I = Intensitas curah hujan (m3/detik)
Keterangan:
A = Luas daerah tangkapan hujan (m2)
Yt = Koreksi variansi
T = Periode ulang hujan
d. Mengetahui luas daerah tangkapan hujan berdasarkan
arah aliran air dilihat dari kontur peta topografi dan
Menentukan koreksi rata-rata dengan rumus berikut:
dicari luas menggunakan ArcGis
Yn =-ln[-ln[(n+1-m)/(n+1)]]..……………………(4)
e. Mengetahui kapasitas debit pompa aktual
Keterangan:
f. Menghitung keseluruhan debit air yang masuk menuju
Yn = Koreksi rata-rata
settling pond
n = Banyaknya data
Qtotal = Qpompa + Qlimpasan …..……..(10)
M = Nomor urut data
Keterangan :
Qtotal = Debit total (m3/hari)
Menentukan koreksi simpangan dengan rumus
Qpompa = Debit Pompa (m3/hari)
berikut:
Qlimpasan = Debit air limpasan (m3/hari)
Sn =√((Σ(Yn-YN)2)/((n-1))) …………..……..….(5)
Keterangan:
g. Menghitung volume settling pond sesuai dengan
Sn = Koreksi simpangan
KEPMEN ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018
Yn = Nilai Yn ke-I
YN= Rata-rata nilai Yn
h. Menghitung dimernsi rekomendasi settling pond
n = Banyaknya data
Luas atas = m
Perhitungan Curah Hujan Rencana Luas alas = m
(Yt-t)……………………..…………(6) Tinggi = Z m
Xt =
Volume total dari settling pond dapat dihitung
Keterangan:
dengan rumus :
= Curah hujan rata-rata (mm/hari)
Volume = (X2 + Y2) 0,5 Z…………………..….(11)
S = Standar deviasi nilai curah hujan dari data
(mm/hari)
Sn = Koreksi simpangan
Yt = Koreksi varians
Yn = Nilai rata-rata dari Yn
.
b. Analisis perhitungan intensitas curah hujan
menggunakan Metode Mononobe
Sebelumnya dicari nilai tc menggunakan persamaan :
tc = [0,87 L3/H]0,385............................................(7)
Keterangan:
Tc = Lama waktu hujan (jam)
L = Jarak datar dari elevasi paling tinggi ke titik
paling rendah (m)
H = Beda tinggi (m)

Gambar 1. Ilustrasi Persamaan Trapesium untuk


……………………………….(8) Menghitung Dimensi Rekomendasi Settling Pond

Keterangan:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) HASIL DAN PEMBAHASAN
tc = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm) Dimensi Settling Pond Aktual

Settling pond merupakan kolam yang berguna dalam


pengendapan material lumpur serta berfungsi sebagai

54
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

tempat untuk pengecekan mutu air sebelum dialirkan curah hujan dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya
menuju sungai. Untuk pengambilan data aktual dimensi air pada area tambang yang harus diatasi. Curah hujan
kolam pengendapan (settling pond) dapat dilakukan bisa diartikan sebagai ketinggian air hujan yang telah
dengan pengukuran menggunakan meteran dan bambu. terkumpul pada sutau tempat yang datar, tidak meresap,
Pada pengukuran sisi seperti panjang dan lebar kolam tidak menguap, serta tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu)
dilakukan dengan menggunakan meteran. Sedangkan milimeter memiliki arti bahwa dalam luasan satu meter
untuk pengukuran kedalaman kolam pengendapan persegi pada suatu tempat yang datar akan dapat
dilakukan menggunakan bambu dimana bambu menampung air setinggi satu milimeter atau tertampung
ditancapkan ke dalam kolam, kemudian angkat bambu air sebanyak satu liter.
dan ukur kedalaman menggunakan meteran.
Untuk menghitung curah hujan rencana, data aktual yang
Kondisi aktual di lapangan menunjukkan bahwa settling digunakan pada PT Akat Srida Amri adalah data curah
pond berada pada elevasi 83 mdpl dengan dua hujan selama 10 tahun yaitu periode 2012-2021. Data
kompartemen berbentuk persegi panjang dengan dimensi tersebut kemudian didispersi terlebih dahulu untuk
kompartemen 1 yaitu panjang 12 m, lebar 9,45 m serta menentukan metode yang digunakan dalam perhitungan
kedalaman 2,72 m yang berfungsi sebagai zona sediment untuk mencari nilai curah hujan rencana, dimana curah
trap (zona pengendapan), sedangkan kompartemen 2 hujan rencana diartikan sebagai perkiraan tinggi hujan
memiliki dimensi panjang 11,3 m, lebar 9,8 m serta maksimum yang diperkirakan terjadi sekali pada periode
kedalaman 2,7 m berfungsi sebagai zona penampungan ulang hujan yang direncanakan.
setelah pengendapan sebelum air dialirkan menuju
perairan. Volume masing-masing kompartemen tersebut Tabel 1. Data Curah Hujan Maksimum Tahunan PT
adalah kompartemen 1 sebesar 308,448 m3 dan volume Akat Srida Amri
kompartemen 2 sebesar 298,998 m3. Kondisi aktual
settling pond yang ada tidak dapat menampung No Tahun Xi
keseluruhan debit air masuk dan settling pond meluap.
Air di dalam settling pond masih mengandung lumpur 1 2012 830
dan tidak ada titik penaatan air untuk pengecekan baku 2 2013 458
mutu air.
3 2014 425
4 2015 424
5 2016 533
6 2017 323
7 2018 347
8 2019 361
9 2020 402
10 2021 470
Jumlah 4573
Rata-rata (x) 457,3
Max 830

Untuk menentukan nilai intensitas curah hujan,


digunakan data berupa curah hujan maksimum.
Perhitungan data curah hujan rencana dapat dilakukan
dengan berbagai metode dimana didapatkan metode
yang memenuhi syarat dilihat dari nilai parameternya
yaitu menggunakan Metode Gumbell. Gumbell
beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel
Gambar 2. Settling Pond Aktual hidrologis itu tidak terbatas, sehingga digunakan
data distribusi dengan harga yang paling
maksimum. Dari data curah hujan maksimum
Analisis Curah Hujan Rencana didapatkan data curah hujan rencana yang nantinya akan
digunakan dalan penentuan intensitas curah hujan untuk
Curah hujan menjadi faktor penting pada sistem mengetahui debit air yang akan masuk ke dalam daerah
penyaliran dikarenakan sumber utama air permukaan penambangan [2].
pada tambang terbuka adalah air hujan. Besar kecilnya

55
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

Dari perhitungan menggunakan beberapa persamaan tangkapan, tata guna lahan serta jarak lintasan air dari
pada tahapan analisis curah hujan rencana, didapatkan titik terjauh hingga di titik yang ditinjau [6].
nilai dari perhitungan rata-rata curah hujan adalah
sebesar 457,3 mm, standar deviasi sebesar 145,09924 Dalam menghitung intensitas curah hujan terlebih
mm/hari, koreksi variansi 0,36651, koreksi rata-rata dahulu dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai tc
sebesar 0,49521, koreksi simpangan sebesar 1,00099 dan dengan menghitung menggunakan persamaan 7 dan
nilai curah hujan rencana dihitung yaitu sebesar diketahui lama waktu hujan periode ulang hujan ke-2
438,64517 mm/hari. yaitu sebesar 9,870808199 jam. Nilai ini kemudian
digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan.
Koefisien Limpasan
Dari perhitungan menggunakan persamaan 8 didapatkan
Koefisien limpasan permukaan adalah suatu angka yang nilai dari intensitas curah hujan periode ulang hujan ke-2
akan menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran pada Pit 4 PT Akat Srida Amri adalah sebesar
air permukaan yang terjadi akibat besarnya curah hujan 33,0476918 mm/jam. Nilai intensitas yang didapatkan
yang jatuh pada wilayah tertentu terhadap volume curah kemudian digunakan dalam perhitungan debit air
hujan tersebut. Volume limpasan curah hujan dapat limpasan.
meningkat seiring dengan bertambah luasnya permukaan
kedap air [3]. Tabel 3. TC dan Intensitas Curah Hujan

Koefisien limpasan berhubungan dengan besarnya aliran TC Intensitas Curah Hujna (mm/jam)
permukaan dan dipengaruhi oleh kemiringan dan tata Lokasi
Jam t = 2 tahun t = 5 tahun t = 10 tahun
guna lahan. Semakin curam dan semakin sedikit vegetasi
penutup lahan suatu lokasi maka semakin besar pula CA
9,87080819 33,047691 50,8339806 59,0293889
Settlin
nilai koefisien limpasannya. Hal tersebut seperti g Pond
9 8 6 4
ditunjukkan pada tabel berikut [4] :
Daerah Tangkapan Hujan
Tabel 2 . Nilai Koefisien Limpasan
Perhitungan debit air limpasan mempertimbangkan
Koefisien luasan daerah tangkapan hujan. Daerah tangkapan hujan
No Kemiringan Tata Guna Lahan
Limpasan merupakan luas suatu permukaan dimana ketika terjadi
Sawah, rawa 0,2 hujan, air hujan akan mengalir menuju area yang lebih
Datar rendah hingga ke titik pengaliran. Pengamatan di
1 Hutan, perkebunan 0,3
(<3%) lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Perumahan 0,4
Hutan, perkebunan 0,4 koefisien limpasan dan kondisi topografi, sehingga dapat
Perumahan 0,5 diketahui batasan daerah tangkapan hujan pada area
Menengah kolam pengendapan [7]. Daerah tangkapan hujan bisa
2
(3% - 15%)
Semak-semak agak
0,6 ditentukan serta diketahui luasnya tersebut dengan cara
jarang
menghitung keliling area dari kolam pengendapan. Luas
Hutan atau kebun 0,6
daerah tangkapan hujan ditentukan dengan
Tanah gundul atau
0,7 menggunakan software ArcGIS dimana luas daerah
jalan aspal
tangkapan hujan settling pond adalah 1488,11 m2.
Perumahan 0,7
Curam
3 Semak-semak agak
(>15%) 0,8
jarang
Lahan Terbuka Daerah
0,9
Tambang

Intensitas Air Hujan

Intensitas curah hujan merupakan jumlah curah hujan


persatuan jangka waktu tertentu. Intensitas curah hujan
merupakan volume hujan setiap satuan waktu pada
kurun waktu terjadinya hujan (tc) [5]. Waktu konsentrasi
(tc) merupakan waktu yang dibutuhkan air agar dapat
mengalir dari titik terjauh di dalam daerah tangkapan
sampai titik yang ditinjau (titik kontrol). Pada saat waktu
Gambar 3. Peta Daerah Tangkapan Hujan
konsentrasi ini, seluruh daerah tangkapan telah
memberikan sumbangan aliran pada titik kontrol. Waktu
konsentrasi tergantung pada karakteristik daerah

56
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

Debit Air Limpasan Tabel 4. Debit Total Settling Pond

Air permukaan adalah air hujan yang tidak bisa ditahan Qlimpasan Qlimpasan QPompa Qpompa Qtotal
oleh tanah, vegetasi maupun cekungan yang pada (m3/jam) (m3/hari) (m3/jam) (m3/hari) (m3/hari)
akhirnya akan mengalir langsung ke sungai maupun laut
29,51 708,1 30 300 1008,1
[8]. Aliran tersebut terjadi akibat air hujan tidak
terinfiltrasi secara keseluruhan karena curah hujan
maupun faktor lereng dan kekompakan daerah tersebut. Volume Total Settling Pond Berdasarkan KEPMEN
Air limpasan akan dibuang atau dialirkan menuju ke luar ESDM 1827/K/30/M3M/2018
area penambangan maupun sungai terdekat dimana
lumpur endapannya akan dibuang secara keseluruhan. Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827
Aspek bidang yang difokuskan adalah curah hujan, K/30/MEM/2018 Lampiran II Nomor 17 tentang
tutupan, tanah, dan luas daerah aliran. Pengelolaan Air Tambang Poin (iii), menyebut bahwa
pengendalian pengelolaan air tambang meliputi
Debit air limpasan pada daerah settling pond dihitung penambahan kapasitas fasilitas pengendapan atau
dengan rumus rasional dengan mengalikan koefisien pengelolaan air tambang, sehingga direkomendasikan
limpasan, intensitas curah hujan dengan luas daerah rancangan dimensi settling pond. Ukuran kolam
tangkapan hujan di sekitar atau yang akan mengalir ke pengendapan seharusnya sesuai dengan jumlah air yang
settling pond. Koefisien limpasan ditentukan ditampung sehingga air yang bersumber dari sumuran
berdasarkan survey lapangan, intensitas curah hujan (sump) dan air limpasan di area settling pond tidak akan
didapatkan dari perhitungan menggunakan data sekunder meluap dan dapat teratasi dengan baik.
maka didapatkan debit air limpasan yang masuk menuju
settling pond adalah sebesar 0,082 m3/detik atau 29,51 Mengacu pada KEPMEN Nomor 1827 K/30/MEM/2018
m3/jam. Lampiran II Nomor 17 tentang Pengelolaan Air
Tambang Poin (i) disebutkan bahwa fasilitas
Debit Pompa Aktual pengendapan mempunyai kapasitas sekurang-kurangnya
1,25 kali dari volume air tambang pada curah hujan
Untuk memindahan ataupun mengeluarkan air dari area tertinggi selama 84 jam sehingga dimensi settling pond
yang rendah digunakan pompa, dimana titik terendahnya dicari dengan dengan menggunakan rumus dan
yaitu pada sumuran atau kolam penampungan sementara didapatkan volume sebesar 1785,12 m3.
(sump) pada lokasi penambangan terendah ke area yang
lebih tinggi yang dalam hal ini menuju kolam Rancangan Dimensi Rekomendasi Settling Pond
pengendapan (settling pond) [9].
Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827
Debit pompa diartikan sebagai banyaknya air yang dapat K/30/MEM/2018 Lampiran II Nomor 17 tentang
dikeluarkan oleh pompa dalam satuan waktu. PT Akat Pengelolaan Air Tambang Poin (iii), menyebut bahwa
Srida Amri menggunakan 1 unit pompa EBARA tipe pengendalian pengelolaan air tambang meliputi
250 x 200 FS4LA dengan debit sebesar 8,3 Ltr/dtk atau penambahan kapasitas fasilitas pengendapan atau
30 m3/ jam sebanyak 1 unit dengan pipa berdiameter 6 pengelolaan air tambang, sehingga direkomendasikan
inch. Debit pompa inilah yang digunakan dalam rancangan dimensi settling pond. Settling pond yang
perhitungan debit total pompa untuk ditambahkan direkomendasikan adalah berbentuk trapesium dengan
dengan debit total air limpasan dan akan menjadi debit sudut kemiringan 45o dan kedalaman 4 m, dimana
total settling pond. panjang dan lebar alas dari settling pond ini adalah 16,75
m x 16,75 m. Sedangkan panjang dan lebar atas dari
Debit Total Settling Pond settling pond adalah 24,75 m x 24,75 m. Dengan ukuran
dimensi tersebut, settling pond dapat menampung
Debit total pada settling pond merupakan debit yang volume sebesar 1786,26 m3.
digunakan untuk menentukan besar kecilnya ukuran
dimensi settling pond. Debit total pada settling pond Bentuk kolam pengendapan yang direncanakan yaitu
dipengaruhi oleh debit air limpasan dan debit pompa berbentuk trapesium karena kemudahan pembuatan
dimana pompa bekerja selama maksimum 10 jam setiap dimana akan digunakan excavator sehingga alat akan
harinya. Dari perhitungan menggunakan persamaan 10, lebih mudah bekerja sesuai dengan dimensi dan sudut
diketahui nilai debit total sesuai dengan yang dari dimensi settling pond rekomendasi. Settling pond
ditunjukkan oleh tabel berikut : dibuat berliku sehingga kecepatan air yang masuk dapat
diperkecil yang akan mengakibatkan material padat yang
akan diendapkan pada kolam pengendapan (settling
pond) membutuhkan lebih sedikit waktu dengan material
padatan yang terendapkan lebih banyak[10].

57
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

lingkungan mengacu pada Keputusan Menteri


Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2003, yang dilihat
dari TSS, Ph, Mn dan Fe. Setelah air dinyatakan
memenuhi baku mutu, maka air dapat dilepaskan menuju
sungai atau perairan.

KESIMPULAN

Settling pond aktual memiliki dua kompartemen dengan


kompartemen 1 memiliki panjang 12 m, lebar 9,45 m
serta kedalaman 2,72 m sebagai zona sediment trap
sedangkan kompartemen 2 memiliki panjang 11,3 m,
Gambar 4. Rancangan Dimensi 3D Rekomendasi lebar 9,8 m serta kedalaman 2,7 m. Volume masing-
Settling Pond masing kompartemen tersebut adalah kompartemen 1
sebesar 308,448 m3 dan volume kompartemen 2 sebesar
298,998 m3. Berdasarkan beberapa parameter
diantaranya luas catchment area settling pond seluas
1488,11 m2, koefisien limpasan 0,6 dengan tanaman
agak jarang, curah hujan rencana sebesar 438,64517
mm/hari, intensitas curah hujan sebesar 33,0476918
mm/jam maka nilai debit air limpasan adalah sebesar
0,00820 m3/detik atau 29,51 m3/jam. Berdasarkan debit
air total yang masuk ke settling pond yang didapat dari
debir air limpasan sebesar 29,51 m3/jam dan debit
pompa sebesar 30 m3/jam. Dengan mengacu pada
Gambar 5. Dimensi Rekomendasi Settling Pond KEPMEN ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018, maka
direkomendasikan settling pond dengan bentuk
trapesium dengan kedalaman 4 m dan sudut 45o. Panjang
Teknologi yang digunakan dalam pengolahan air pada dan lebar alas adalah sebesar 16,75 m x 16,75 m serta
settling pond adalah pengolahan aktif yaitu dengan panjang dan lebar atas sebesar 24,75 m x 24,75 m.
proses netralisasi dan pengendapan. Pada settling pond, Dengan penambahan dua kompartemen menjadi empat
ada empat zona kompartemen yaitu zona sediment trap, kompartemen dengan dimensi ukuran yang dianggap
safety pond, safety zone, treatment zone dan mud zone sama yang berfungsi sebagai sediment zone, safety zone,
[11] dimana direkomendasikan sebagai berikut : treatment zone, dan mud zone.
1. Kompartemen 1 sebagai zona sediment trap dimana
setelah air masuk ke settling pond, akan terjadi UCAPAN TERIMA KASIH
pengendapan berbagai material berat yang terbawa
secara gravitasi. Penulis berterima kasih kepada PT Akat Srida Amri
2. Kompartemen 2 sebagai kolam pengaman (safety yang sudah memberikan dukungan dalam bentuk data
zone) berfungsi mengumpulkan serta menahan air sekunder, fasilitas serta izin terhadap penelitian ini.
secara sementara sebelum akan dilakukan
pengolahan air dan material secara kimia. DAFTAR PUSTAKA
3. Kompartemen 3 sebagai treatment zone dimana
dilakukan pengolahan secara kimia dimana [1] Purwaningsih, D.A., & Irawan, D. (2018). Kajian
dicampurkan bahan kimia koagulan-flokulan. Teknis Geometri Settling Pond Pada Pit 8
Proses netralisasi untuk menteralisisr pH air Penambangan Batubara PT Megaprima
tambang menggunakan kapur (CaCO3) dan tawas Persada Job Site Pongkor Kecamatan
untuk menurunkan TSS. Loakulu Kabupaten Kutai Kartanegara
4. Kompartemen 4 sebagai zona lumpur (mud zone) Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Geologi
yang berfungsi menampung flok lumpur yang telah Pertambangan, 1(23), 58-68.
terbentuk. Flok terssebut akan jatuh di bagian [2] Subiakto, Peter, E., & Hartono. (2016). Kajian
bawah kolam sedangkan air yang sudah bersih akan Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang
mengalir di bagian atas kolam. Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT.
Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim
Setelah melewati empat kompartemen di atas, air akan Sumatera Selatan. Prosiding Seminar
menuju titik penaatan. Pada titik ini, dilakukan Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri
pengontrolan (monitoring) air hasil pengolahan dan dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi
dilakukan pengambilan sampel air hasil pengolahan Teknologi Nasional Yogyakarta.
untuk melihat terpenuhi atau tidaknya baku mutu

58
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

[3] Krismayanti, DS., Bunganaen, W., Hangge, EE.,


Munaisyah, F., Dian, N.K. (2018). Analisis
Nilai Koefisien Limpasan Permukaan Pada
Embung Kecil di Pulau Flores Bagian Timur.
Jurnal Sumber Daya Air, (14)2, 125-140.
[4] Sayoga, R. (1999). Sistem Penyaliran Tambang.
Jurusan Teknik Pertambangan. Bandung :
FTM ITB.
[5] Maulidani, SS., Ihsan, N., Sulistiawaty. (2015).
Analisis Pola dan Intensitas Curah Hujan
Berdasarkan Data Observasi Dan Satelit
Tropical Rainfall Measuring Missions
(TRMM) 3B42 V7 di Makassar. Jurnal Sains
dan Pendidikan Fisika, 11(1), 98-103.
[6] Muharomah, R. (2014). Analisis Run-off Sebagai
Dampak Perubahan Lahan Sekitar
Pembangunan Underpass Simpang Patal
Palembang Dengan Memanfaatkan Teknik
GIS. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan,
2(3), 424-433.
[7] Arindry, A.P.P., Syahrudin, & Y. Herlambang.
(2020). Evaluasi Kapasitas Kolam
Pengendapan Unit Pencucian Bauksit Pada
Washing Plant Cabing PT Dinamika
Sejahtera Mandiri Side Teraju Kabupaten
Sanggau Kalimantan Barat. JeLAST : 7(1).
[8] Verrina, GP., Anugrah, DD., Sarino. (2013). Analisa
Runoff Pada Sub Das Lematang Hulu.
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 1(1),
22-31.
[9] Rusdiana, Lina, R., & M.I.Aziz. (2020). Kajian
Teknis Aktifitas Dewatering Di Area
Penambangan IUP PT Duta Alam Sumatera
Periode Bulan Maret 2020. Jurnal Teknik
Patra Akademika, 11(01), 64-75.
[10] Khusairi, A.R., Tamrin, K., & Yunasril. (2017).
Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang
pada Tambang Terbuka Batubara PT. Nusa
Alam Lestari, Kenagarian Sinamar,
Kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten
Dharmasraya. Jurnal Bina Tambang, 3(3),
1202-1212.
[11] Harun, dkk. (2008). Pedoman Teknis Pengelolaan
Air Limbah Tambang Batubara Terbuka.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

59
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018

PERENCANAAN TEKNIS SISTEM PENYALIRAN TAMBANG


BATUBARA PADA PT. NAN RIANG
KABUPATEN BATANGHARI PROVINSI JAMBI

Glory Hutagalung1), Yulius G. Pangkung2)


1) 2)
Jurusan Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik Pertambangan dan Perminyakan Universitas Papua
1) 2)
Jl. Gunung Salju Amban Manokwari
Email: gloryhutagalung07@gmail.com, 2)yulius.pangkung@yahoo.co.id
1)

Abstract

PT. Nan Riang is a coal mining company located in Muara Tembesi District, Batanghari Regency, Jambi
Province. PT. Nan Riang applied open pit system in its operation, in which Stripe Mine was considerably
implemented as the main method. The utilisation of this method would form pits, so that, during rainy days,
the water could potentially be stagnant in front. The catchment areas are divided into 6 sections; the 1st
catchment area was 0.00929 km2, the 2nd catchment area was 0.06017 km2, the 3rd catchment area was
0.03256 km2, the 4th catchment area was 0.03960 km2, the 5th catchment area was 0.08065 km2, and the 6th
catchment area was 0.02596 km2. From the calculation of drainage dimensions, it was highlighted that the
water level was approximately 0.26 m, width of drainage was about 0.39 m, width of drainage surface was
0.78 m, wet circumference was about 0.73 m, the depth of was 1.07 m, and length of side was 1.19 m. The
pump that is set for the drainage was LCC-H 50-230, with the pumping capacity of 3,405 m3/ hour. These
pumps have Total Head of 90 m, with the impeller rotation of 3710 rpm. The amount of water entering the
settling pond was 15.80336 m3/ second, with the settling widht of 29.71 m2 pond. Regarding the dimensions
of settling pond, in which water could be gathered as calculated, therefore settling pond should be set at
10 m in length, 4 m in width and 2 m in height, with the volume of 237.64451 m3.

Keywords: drainage, pumps, settling pond.

Abstrak

PT. Nan Riang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada di Kecamatan Muara
Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. PT. Nan Riang melakukan sistem tambang terbuka yang
menggunakan metode Stripe Mine sehingga akan membentuk cekungan, sehingga pada saat hujan
berpotensi air akan tergenang pada front. Luasan daerah tangkapan hujan pada daerah penelitian ini dibagi
menjadi 6 bagian. Daerah tangkapan hujan I luas area 0,00929 km2, daerah tangkapan hujan II luas daerah
0,06017 km2, daerah tangkapan hujan III luas daerah 0,03256 km2, daerah tangkapan hujan IV luas daerah
0,03960 km2, daerah tangkapan hujan V luas daerah 0,08065 km2, dan daerah tangkapan hujan VI luas
daerah 0,02596 km2. Dari perhitungan dimensi drainagenya didapat, tinggi air 0,26 m, lebar dasar
saluran 0,39 m luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m. Pompa yang akan di rencakan pad a sumuran ini adalah
pompa LCC-H 50-230 dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini mempunyai Head Total sebesar
90 m dan putaran impeller 3710 rpm. Debit air yang akan masuk pada settling pond adalah 15,80336
m3/detik, dengan luas settling pond 29,71 m2 . Untuk ukuran dimensi settling pond agar dapat menampung
air limpasan sesuai dengan perhitungan diatas maka panjang settlingpond 10 m, lebar settling pond 4 m,
dan tinggi settling pond 2 m. maka volume settling pond 237,64451 m3.

Kata Kunci : drainage, pompa, settling pond.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


8
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

PENDAHULUAN DASAR TEORI


Penirisan tambang akan identik dengan Curah Hujan Rencana
pengontrolan air tanah dan air permukaan bumi Curah hujan rencana merupakan suatu
yang biasanya mengganggu aktifitas tambang, baik kriteria utama dalam perencanaan sistem
tambang terbuka, maupun tambang bawah tanah, penyaliran untuk air permukaan pada suatu
baik itu pada penambangan bijih atau tambang. Salah satu metode dalam analisa
penambangan batubara. Curah hujan yang tinggi frekuensi yang sering digunakan dalam
menyebabkan meningkatnya volume air yang menganalisa data curah hujan adalah metode
terakumulasi pada dasar tambang sehingga distribusi ekstrim, atau juga dikenal dengan
kegiatan penambangan menjadi terganggu dan metode distribusi Gumbel:
produksi tidak optimal karena area kerja menjadi
SD
tergenang air. Air yang menggenangi lokasi Xr=X+ Sn (Yt-YN) (1)
penambangan merupakan masalah yang utama bagi
perusahaan pertambangan karena air yang masuk Dimana :
ke lokasi penambangan dapat mengganggu Xr = Perkiraan nilai curah hujan rencana (mm)
aktivitas penambangan dan mengakibatkan X = Curah hujan rata-rata (mm)
terhambatnya produksi. SD = Simpangan baku (standar deviation)
Yt = Standar deviasi dari reduksi variate
PT. Nan Riang merupakan salah satu (standar deviation of the reduced variate),
perusahaan tambang batubara yang berada pada nilainya tergantung dari jumlah data
Provinsi Jambi. PT. Nan Riang berada di wilayah YN = Nilai reduksi variat (reduced mean) dari
Desa Ampelu Kecamatan Muara Tembesi variabel yang diharapkan terjadi pada
Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. Dalam periode ulang tertentu, Sn Koreksi rata-rata
melakukan penambangan Batubara, sistem (reduced mean)
penambangan yang digunakan adalah sistem
tambang terbuka (surface mining) dengan metode Intensitas Curah Hujan
Strip Mine Perhitungan intensitas curah hujan
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe:
PT. Nan Riang mempunyai beberapa pit
yaitu pit Djebak dan Ampelu. Dalam melakukan R24 24 2/3
kegiatan penambangan di pit Ampelu yang I= 24
( )
t
(2)
merupakan lokasi penelitian, banyaknya volume air
tambang dan lumpur merupakan masalah sistem Dimana :
penyaliran yang harus diatasi terlebih apabila R24 = Curah hujan rencana perhari (24 jam)
terjadi curah hujan yang tinggi. Air dalam jumlah t = Lamanya curah hujan/durasi hujan (jam)
yang berlebih di dalam pit tambang akan
menyebabkan terganggunya aktivitas penggalian, Limpasan
pemuatan, dan pengangkutan. Penentuan besarnya air limpasan maksimum
ditentukan dengan rumus sebagai berikut :
Untuk mengatasi air yang berada pada pit
penambangan perlu dilakukan sistem penyaliran Q = 0,278 . C . I . A (3)
sehingga air yang berada pada pit penambangan
dapat dipompakan keluar. Air yang di pompakan Dimana:
dari pit penambangan akan mengalir melalui Q = Debit air, m3/detik
drainage kemudian dialirkan menuju settling pond. C = Koefesien limpasan
I = Intensitas curah hujan, mm/jam
METODE PENELITIAN A = Luas penangkap hujan, km2.
Data yang diperlukan dalam penelitian ini
mencakup data primer dan data sekunder. HASIL DAN PEMBAHASAN
Pengumpulan Data Primer dilakukan dengan cara Curahan Hujan
pengambilan data dilapangan. Adapun data primer
yang untuk penelitian ini adalah peta topografi SD
Xr = X+ (Yt-YN)
Sedangkan data sekunder diperoleh dari Sn
perusahaan. Adapun data sekunder untuk penelitian 62,532
= 264,6+ (1,499-0,757)
ini adalah spesifikasi pompa, spesifikasi pipa dan 0,947
dimensi sump. = 338,053 mm/bulan

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


9
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

= 11,268 mm/hari diketahui Daerah Tangkapan Hujan (DTH) I


memiliki luas 0,0081km2. Sehingga nilai koefisien
Intensitas Curah Hujan limpasan untuk DTH I adalah 0,9 Untuk daerah
Penentuan intensitas hujan rencana tangkapan hujan didapatkan data - data sebagai
dilakukan dengan menggunakan rumus Mononobe. berikut:
2/3
Luas daerah tangkapan hujan (A) = 0,00929 Km2
11,628  24  Intensitas curah hujan rata-rata (I) = 5,026
I  
24  1  mm/jam
= 5,026 mm/jam Koefisien limpasan (C) = 0,9

Penentuan Air Limpasan Sehingga debit air limpasan maksimum:


Merupakan daerah tangkapan hujan yang
Q = 0,278 x C x I x A
berupa bukaan tambang tanpa vegetasi. Dengan
perhitungan menggunakan software Autoad 2007 = 0,278 x 0,9 x 5,026 x 0,00929
= 0,01168 m3/detik

Tabel 1. Debit air limpasan menggunakan curah hujan normal


Intensitas Hujan
Luas Debit
Lokasi Koefisien Rencana
(m2) (km2) (mm/jam) (m3/detik) (m3/jam)
DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 5,026 0,01168 42,05383
DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 5,026 0,05885 211,8622
DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 5,026 0,03185 114,6428
DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 5,026 0,03320 119,5213
DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 5,026 0,07888 283,9859
DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 5,026 0,01813 65,281
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Tabel 2. Debit air limpasan menggunakan intensitas curah hujan lebat
Intensitas Hujan
Luas Debit
Lokasi Koefisien Rencana
(m2) (km2) (mm/jam) (m3/detik) (m3/jam)
DTH1 0,9 9.289,52 0,00929 22,958 0,05336 192,0955
DTH2 0,7 60.170,77 0,06017 22,958 0,26882 967,754
DTH3 0,7 32.559,60 0,03256 22,958 0,14546 523,6708
DTH4 0,6 39.602,64 0,03960 22,958 0,15165 545,9549
DTH5 0,7 80.654,57 0,08065 22,958 0,36033 1297,204
DTH6 0,5 25.956,55 0,02596 22,958 0,08283 298,1936
Sumber: Data primer (diolah), 2018
Drainage A = (b + Zd).d
Saluran terbuka dibuat berbentuk trapezium = (1,152d + 0,58d).d
dengan kemiringan sisi 60°, digunakan rumus: = 1,73d2
2
1 3 2
1 R = ½d
Q R S A
n S = 0,039 (kemiringan rata-rata saluran
mengikuti kemiringan rata-rata jalan
n = 0,03 (untuk dinding tanah yang dibuat
tambang 3,9%)
excavator)
Z = 1/tan (60°) = 0,58 Saluran terbuka dengan debit air 0,0875 m3/detik
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d Qmaks = 1 x R2/3 x S1/2 x A
= 2{(0,582 + 1)1/2 – 0,58}.d n
= 1,152d

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


10
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

0,07053 = 1 x (0,5 d)2/3 x (0,039)1/2 x (1,73 d2) 0,11 m² = 0,18 m.B + 0,04 m²
0.03 (0,11 m2 –0,04 m²) = 0,18 mB
0,07053 = 7,174 d8/3 B = 0,41 m
d3/8 = 0,004
d = 0,18 m Daerah jagaan air/ kelilingbasah (w)
w =B–b+d
Lebar dasar saluran (b) w = 0,41 m – 0,20 m + 0,18 m
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d w = 38 m
= 2{(0,58)2 + 1)1/2 – 0,58} x 0,18 m
= 0,20 m Kedalaman saluran (H)
H=d+w
Luas saluran (A) H = 0,18 m + 0,38 m
A = (b + Z.d) d H = 0,56 m
= (0,20 m + 0,58 x 0,18 m ) x 0,18 m
= 0,05 m² Panjang sisi saluran (a)
Lebar permukaan saluran (B) a = d+ w/sin 60°
2A = (B + b ) d = 0,18 m + 0,38/0.866
2 x 0,05 m² = (B + 0,20 m) x 0,18 m = 0,62 m

Tabel 3 Dimensi drainage curah hujan lebat


Keterangan Debit d b A B w H a
drainage I 0,32218 0,34 0,39 0,20 0,78 0,73 1,07 1,19
drainage II 0,37272 0,36 0,41 0,22 0,83 0,77 1,13 1,25
drainage III 0,15165 0,26 0,29 0,11 0,59 0,55 0,81 0,89
drainage IV 0,36033 0,35 0,41 0,22 0,82 0,76 1,12 1,24
drainage V 0,11596 0,23 0,27 0,09 0,54 0,50 0,73 0,81
Sumber: Data primer (diolah), 2018

Keterangan:
d = Tinggi air w = Keliling basah
b = Lebar dasar saluran H = Kedalaman saluran
A = Luas saluran A = Panjang sisi saluran
B = Lebar permukaan saluran

yang harus dipompakan untuk periode ulang hujan


5 tahun adalah sebesar 15,80336 m3/detik.

Pompa yang akan di rencanakan pada


sumuran ini adalah 1 unit pompa LCC-H 50-230
dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini
mempunyai Head Total sebesar 90 m dan putaran
impeller 3710 rpm. Air dari sumuran ini
selanjutnya akan dialirkan ke atas menggunakan
pipa berdiameter 0,15 m dengan panjang bentangan
Gambar 1. Dimensi drainage dengan intensitas
90 m, pipa yang digunakan adalah HDPE, air yang
curah hujan lebat
dipompakan keluar dari pit akan dialirkan ke
Sump dan Pompa drainage dan kemudian akan dilanjutkn ke
Volume sump yang ada sekarang pada lokasi settlingpond. Pompa digunakan pada saat pit
Pit Ampelu berdasarkan pengukuran dari panjang penambangan tergenang air akibat air hujan.
10,5 m, lebar 3 m dan tinggi air 0,5 m adalah
sebesar 15,75 m3. Pada lokasi tambang Pit Ampelu Settlingpond
curah hujan debit air yang masuk dari debit Data yang diperoleh sebagai berikut:
limpasan permukaan untuk periode ulang hujan 5 % solid = 2,5%
tahun dalah sebesar 0,05336 m3/detik. Dari debit air % air = 97,5%
yang masuk secara keseluruhan maka debit air
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
11
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

Berat padatan per m3 Luas kolam pengendapan


= % solid x Q x 2.500 kg/m3 Volume total
= Kecepatan pengendapan
= 0,025 x 15,80336 m3/detik x 2.500 kg/m3
15,80336 m3 /detik
= 987,710 kg/detik =
0,05322 m/detik
Berat air per m3 = 29,71 m2
= % air x Q x 1.000 kg/m3
= 0.975 x 15,80336 m3/detik x 1.000 kg/m3 Dimensi Kolam Pengendapan
= 15.408,28 kg/detik Kedalaman kolam (H) = 2 m
Voleme padatan per detik Lebar (l) = 4 m
= berat solid/ρp Panjang (p) = 29,71/3
987,710 kg/detik = 10 m.
= 2.500 kg/m3
= 0,39508 m3/detik Kolam pengendapan memiliki 3 buah
kompartemen yang masing-masing kompartemen
Volume air per detik
= Berat air/1000 kg/m3 memiliki panjang 10 m, lebar 4 m dan kedalaman 2
15.408,28 kg/detik m. Maka volume kolam pengendapan bisa dihitung
= 1.000 kg/m3 sebagai berikut :
= 15,408,28 m3/detik Volume kolam pengendapan
Total volume per detik = 3 x (p x l x H)
= (0,39508 + 15,40828) m3/detik = 3 x (10 m x 4 m x 2 m)
= 15,80336 m3/detik = 240,439 m³

(a)

(b)

Gambar 3. Desain kolam pengendapan tampak atas (a) dan tampak Isometrik (b)

KESIMPULAN DAN SARAN luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran
Kesimpulan 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m.
pengolahan data dan analisis dari lokasi PT. Nan untuk dimensi settling pond dengan debit
Riang maka dapat diambil simpulan sebagai 15,80336 m3/detik yang masuk maka panjang
berikut : 10 m, lebar settling pond 4 m, dan kedalaman
1. Intesitas curah hujan pada PT. Nan Riang settling pond 2 m.
5,046mm/jam pada hujan ini dikategorikan
hujan normal, untuk mengantisipasi DAFTAR PUSTAKA
kemungkinan terburuk agar daerah tangkpan Boro Paulus. 2011. Perencanaan Sistem Penyaliran
hujan tidak tergenang air maka intensitas curah Tambang Di Bukit Tlf Tambang Tengah PT.
hujan 22,98 mm/jam. Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis
2. Dimensi drainage sesuai perhitungan data curah Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Tugas
hujan dengan debit limpasan 0,32218 m3/detik, Akhir. Jurusan Teknik. Fakultas Matematika
tinggi air 0,34 m, lebar dasar daluran 0,39 m
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
12
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018

dan Ilmu Pengetahuam Alam. Universitas Sugiyono.2010. Metodologi Penelitian. Bandung


Negeri Papua. Manokwari Alfabeta 2003.
Dinata Umaga Edden, dkk. tt. Perencanaan Kolam Suwandhi Awang, 2004. Perencanaan Sistem
Pengendapan Sebagai Pit Water Management Penyaliran. Unisba, Bandung
(Studi Kasus Perencanaan Asparaga Pond) Pit Syaiful.2012.SistemPenyaliranTambang.http://sya
Pinang South, PT. Kaltim Prima Coal, Sangatta, iful049.blogspot.co.id/2012/09/sistem-
Kalimantan Timur. penyaliran-tambang. html (diakses l 20 juni
Putra Lingga Oka, dkk. tt. Kajian Teknis Sistem 2016)
Penirisan Tambang Banko Barat Guna Triatmodjo Bambang. 2016. Hidrologi Terapan.
Menanggulangi Dan Mengoptimalisasi Sistem Fakultas Teknik Sipil, Universitas Gadjah
Pemompaan Air Tambang Di Pit Iii Barat PT. Mada. Yogyakarta Beta Offset.
Bukit Asam (PERSERO) Tbk Tanjung Enim.

INTAN Jurnal Penelitian Tambang


13
Prosiding Nasional Rekayasa Teknologi Industri dan Informasi XVI Tahun 2021 (ReTII)
November 2021, pp. 226~237
ISSN: 1907-5995  226

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam


Pengendapan (Settling Pond) di Pit Durian PT J Resources
Bolaang Mongondow Site Bakan, Sulawesi Utara

Regita Cahyani Surahmad1, A.A. Inung Arie Adnyano1, Hendro Purnomo1


1Program Studi Teknik Petambangan, Fakultas Teknologi Mineral, Institut Teknologi Nasional Yogyakarta
Korespondensi : inungarie@itny.ac.id

ABSTRAK
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material lain sehingga air yang dialirkan
dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya pendangkalan sungai. Kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol
kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan. Rancangan kolam pengendapan yang akan
dibuat berdasarkan total pada debit air yang masuk ke dalam kolam pengendapan, yaitu sebesar 3,784
m3/detik dengan masing-masing jumlah air yang masuk terdiri dari debit air limpasan sebesar 3,78 m3/detik
dan debit air hujan sebesar 0,0048 m3/detik. Kolam pengendapan yang dirancang berbentuk limas terpancung
dan dibuat berkelok-kelok (zig-zag). Kolam pengendapan memiliki 5 buah kompartemen dengan dimensi
yaitu luas pada kompartemen 1 sampai 4 sebesar 4.616 m2, kedalaman 7 m, kemiringan kolam 60˚, lebar atas
21 m, panjang atas 37 m, lebar bawah 13 m, panjang bawah 29 m, serta total volume kolam rancangan
sebesar 12.936 m3 dengan volume tiap kompartemennya sebesar 3.234 m3, sedangkan pada kompartemen 5
digunakan dimensi volume kompartemen aktual pada CP-01 PT. J Resources Bolaang Mongondow yaitu
sebesar 9.007 m3. Serta kolam pengendapan yang dirancang juga terdiri dari 3 buah penyekat dengan lebar
penyekat 7 m, dan panjang penyekat 14 m. Dari dimensi kolam pengendapan yang dirancang sebesar 12.936
m3 di tambah volume kolam pada kompartment 5 yang menggunakan volume aktual sebesar 9.007 m 3
diperoleh total volume kolam pengendapan yaitu sebesar 21.943 m3, dapat menampung volume air yang
masuk sebesar 15.409 m3 selama 67,87 menit. Kolam pengendapan harus dilakukan pemeliharaan agar dapat
berfungsi dengan baik dan lama, yaitu dengan cara kolam pengendapan dibersihkan dari material padatan
yang mengendap ke dasar kolam dengan menggunakan excavator cat 390D L. Untuk setiap kompartemen
dari kolam pengendapan memiliki waktu pemeliharaan yang berbeda-beda pada tiap kompartemennya yaitu
pada kompartemen 1 dapat dilakukan pemeliharaan setiap 6 hari sekali, kompartemen 2 dilakukan setiap 43
hari sekali, kompartemen 3 dilakukan setiap 289 hari sekali, kompartemen 4 dilakukan setiap 1.837 hari
sekali atau 5 tahun sekali, Sedangkan pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan karena pada
rancangan kolam pengendapan yaitu pada kompartemen 1 sampai kompartemen 4 partikel padatan telah
sempurna terendapkan.
Kata kunci : Kolam, Pengendapan, Debit, Dimensi, Pemeliharaan.

ABSTRACT
Settling pond function to deposit mud or other materials so that the water flowing from the settling ponds to
the river is clear, besides that this is also intended to prevent silting of the river. Settling pond can also
function as a place to control the quality of the water that will flow out of the settling pond. The design of the
settling pond that will be made is based on the total flow of water entering the settling pond, which is 3,784
m3/second with each amount of incoming water consisting of a runoff water discharge of 3,78 m 3/second and
the rainwater discharge is 0,0048 m3/second. Settling pond are designed to be in the shape of a truncated
pyramid and made zigzag. The settling pond has 5 compartments with dimensions in compartment 1 to 4 is
4.616 m2, depth 7 m, pool slope 60˚, top width 21 m, top length 37 m, bottom width 13 m, bottom length 29 m,
and the total volume of pool design is 12.936 m3 with the volume of each compartment is 3.234 m3, while in
compartment 5 used the dimensions of the actual compartment volume at CP-01 PT. J Resources Bolaang
Mongondow is 9.007 m3. As well as a settling pond designed also consists of 3 pieces of partition with a
width of 7 m and a length of 14 m. From the dimensions of the settling pond designed at 12.936 m3 and the
added volume of the pond in compartment 5 which uses an actual volume of 9.007 m3 obtained the total
volume of the settling pond of 21.943 m3, can accommodate the volume of incoming water of 15.409 m3 for
67,87 minutes. The settling pond must be maintained so that it can function properly and for a long time,

Prosiding homepage: http://journal.itny.ac.id/index.php/ReTII


ReTII ISSN: 1907-5995  227

namely by cleaning the settling pond of solid material that settles to the bottom of the pond using a excavator
cat 390D L. For each compartment of the pond settling pond have different maintenance times in each
compartment, in compartment 1 maintenance can be done every 6 days, compartment 2 is done once every
43 days, compartment 3 is done once every 289 days, compartment 4 is done once every 1.837 days or every
5 years, while in compartment 5 there is no need to do maintenance because in the design of the settling pond
that is in compartment 1 to compartment 4 solid particles have been perfectly precipitated.
Keywords : Pond, Sediment, Discharge, Dimensions, Maintenance.

1. PENDAHULUAN
Dengan adanya kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. J Resources Bolaang Mongondow
(PT. JRBM) maka akan menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan lebih khususnya pada kualitas
air. Adanya kemajuan aktivitas penambangan yang dilakukan PT. J Resources Bolaang Mongondow (PT.
JRBM) serta semakin besar target operasi yang dicapai akan mengakibatkan semakin banyak area bukaan
baru untuk ditambang yang dapat menyebabkan perubahan arus air atau air limpasan yang akan masuk
kedalam front penambangan serta dapat mengakibatkan penurunan kualitas baku mutu air [10-13].
Dikarenakan melihat cakupan masalah dan manfaat air cukup luas, maka manajemen air penting
untuk diperhatikan dalam industri tambang. Sehingga dilakukanlah suatu metode sistem penyaliran tambang
untuk penanganan air yang akan mencemari sungai, danau, maupun lingkungan sekitar dengan cara
pembuatan kolam pengendapan (settling pond). Perlu dilakukan kajian teknis rancangan kolam pengendapan
(settling pond) untuk dapat menampung air limpasan tambang sehingga air dapat dikontrol baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
Serta kajian teknis rancangan kolam pengendapan (settling pond) dilakukan agar didapatkan
keselarasan antara debit yang akan masuk kedalam kolam pengendapan (settling pond) dengan kapasitas
kolam pengendapan (settling pond) itu sendiri sehingga air yang masuk tidak akan meluap (over flow), yang
dapat mengakibatkan air langsung terbuang kelingkungan bebas tanpa dilakukan treatment terlebih dahulu.
Kolam pengendapan (settling pond) juga berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material lain
sehingga air yang dialirkan dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pendangkalan sungai. Kolam pengendapan (settling pond) juga
dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan
[17].
Dalam kasus penelitian kali ini, perusahaan kurang memperhatikan dimensi kolam pengendapannya
(settling pond) sehingga dibutuhkan rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang sesuai
untuk menampung debit yang akan masuk, mampu mengendapkan material padatan dengan baik, serta dari
segi perawatannya mudah untuk dibersihkan dari lumpur yang mengendap. Adapun dalam upaya
pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond), perusahaan belum memiliki standar
pemeliharaan (maintenance) kolam yaitu berupa jadwal yang teratur untuk melakukan pengerukan lumpur
yang terendap di setiap dasar kompartemen kolam.
Agar tercapainya upaya kelola lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan yang baik bagi PT. J
Resources Bolaang Mongondow (PT. JRBM), maka harus dilakukan sebuah perancangan kolam
pengendapan (settling pond). Dimana kolam pengendapan (settling pond) akan menjadi tempat untuk
pemantauan dan pengelolaan air agar air yang terkontaminasi dapat dilakukan treatment terlebih dahulu
sebelum dialirkan kelingkungan sekitar tambang [9][14-16].

2. METODE PENELITIAN
Dalam memecahkan permasalahan ini, dengan menggabungkan antara teori dan data-data lapangan,
terutama data-data primer yang didapat dari perusahaan (PT. J Resources Bolaang Mongondow) sehingga
dari keduanya didapat suatu pendekatan. Adapun urutan pengerjaan penelitian sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Mempelajari bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan Sistem Penyaliran Tambang baik berupa
buku maupun referensi laporan penelitian, serta mempelajari berbagai referensi dari perpustakaan yang
nantinya akan digunakan sebagai dasar teori pada penelitian ini [1-8]
2. Pengamatan Lapangan
Dalam melaksanakan penelitian dilapangan akan dilakukan beberapa tahapan, yaitu :
a. Observasi lapangan, melakukan pengamatan secara langsung dilapangan dan mencari informasi-
informasi dengan melakukan wawancara langsung dengan karyawan maupun narasumber yang terkait
dengan permasalahan.
b. Mencocokan data literatur yang ada dengan kondisi lapangan kemudian disesuaikan dengan rumusan
masalah agar data yang diambil dapat digunakan dengan efektif dan penelitian tidak meluas.

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
228  ISSN: 1907-5995

3. Pengambilan Data
a. Data primer, yaitu data yang didapatkan berdasarkan pengamatan langsung dilapangan dengan
melakukan pengumpulan data secara langsug atau wawancara kepada narasumber yang terkait.
Dimana data primer yang diambil meliputi jam hujan aktual, TSS (total suspended solid), dan
dokumentasi lapangan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan berdasarkan referensi yang terdapat pada perusahaan dan
sebagai pendukung dari data primer. Data sekunder didapat dari buku literatur, laporan dan arsip
perusahaan seperti peta lokasi dan kesampaian daerah penelitian, peta topografi, peta geologi regional,
dan data curah hujan.
4. Pengolahan Data
Tahap ini dilakukan setelah data lapangan maupun data yang didapat dari perusahaan terkumpul
lengkap, yang selanjutnya data diolah dan dianalisa.
5. Analisis Data dan Pembahasan
Dari data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan literatur literatur yang berhubungan
dengan masalah tersebut, yaitu sebagai berikut :
a. Menghitung data curah hujan dengan menggunakan metode gombel dan intensitas hujan dengan
persamaan mononobe.
b. Mengitung debit total air yang masuk yang berasal dari debit limpasan dan debit air hujan.
c. Menentukan dimensi drainase berdasarkan debit air yang akan masuk.
d. Menentukan dimensi kolam pengendapan berdasarkan debit air yang masuk.
e. Menentukan sistem pemeliharaan (maintenance) pada kolam pengendapan (settling pond).
6. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan
dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua aspek yang telah
dibahas. Sedangkan saran adalah masukkan yang ditujukan kepada masyarakat umum maupun instansi-
instansi tertentu terkait hal-hal yang ditemukan pada saat penelitian.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  229

3. HASIL DAN ANALISIS


3.1 Analisis Data Curah Hujan
3.1.1 Data Curah Hujan
Curah hujan sangat berpengaruh terhadap sistem penyaliran tambang karena besar kecilnya curah
hujan akan mempengaruhi jumlah air yang harus ditampung dalam bukaan tambang. Data curah hujan
yang diperoleh dari daerah penelitian adalah data curah hujan 14 tahun terakhir pada pit durian, dari tahun
2006-2019. Curah hujan yang digunakan dalam perhitungan adalah dari data curah hujan maksimum setiap
tahun selama 14 tahun, data tersebut dapat dilihat pada tabel 1 dibawah ini :

Tabel 1. Curah Hujan Maksimum


Tahun Curah Hujan Maksimum (X)
2006 68,0
2007 99,7
2008 107,9
2009 71,9
2010 89,7
2011 146,9
2012 127,9
2013 159,5
2014 230,0
2015 108,0
2016 158,5
2017 155,5
2018 80,0
2019 68,0
Jumlah 1671,50
Rata-rata 119,39

3.1.2 Curah Hujan Rencana


Data curah hujan maksimum setiap tahun selama 14 tahun dari 2006 sampai tahun 2019 dianalisis
untuk mencari curah hujan rencana. Setelah dilakukan perhitungan menggunakan metode gumbel, diperoleh
nilai curah hujan rencana sebesar 112,90 mm/hari dengan periode ulang hujan 2 tahun dapat dilihat pada
tabel 2.
Tabel 2. Curah Hujan Rencana
Reduce Reduce
Periode Yn X CH Rencana (Xt)
Variant Sn Variant S
ulang Rata-rata Rata-rata (mm/hari)
(Yr) Factor (k)
2 0,367 0,531 1,017 -0,162 40,190 119,39 112,90
3 0,903 0,531 1,017 0,365 40,190 119,39 134,07
4 1,246 0,531 1,017 0,702 40,190 119,39 147,63
5 1,500 0,531 1,017 0,952 40,190 119,39 157,66
10 2,250 0,531 1,017 1,690 40,190 119,39 187,30
15 2,674 0,531 1,017 2,106 40,190 119,39 204,03
20 2,970 0,531 1,017 2,397 40,190 119,39 215,74
25 3,113 0,531 1,017 2,538 40,190 119,39 224,76
Metode Gumbel

3.1.3 Intensitas Curah Hujan


Perhitungan intensitas curah hujan dapat dilakukan dengan beberapa metode salah satunya dengan
metode monnobe. Perhitungan intensitas curah hujan bertujuan untuk mengkonversikan curah hujan harian
menjadi curah hujan per jam. Dalam penelitian ini setelah didapatkan curah hujan rencana dan lamanya
waktu hujan yaitu data jam hujan maka intensitas curah hujan dapat dihitung menggunakan rumus
mononobe. Setelah dilakukan perhitungan maka diperoleh nilai intensitas hujan sebesar 30,28 mm/jam.

3.1.4 Koefisien Limpasan


Nilai koefisien limpasan (C) dipengaruhi oleh macam-macam permukaan dan luas daerah tangkapan
hujan, dimana tiap permukaan mempunyai nilai koefisien limpasan masing-masing. Berdasarkan pengamatan
di lapangan, nilai koefisien yang digunakan adalah 0,8 karena sesuai dengan kondisi sekitar daerah tangkapan

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
230  ISSN: 1907-5995

hujan yaitu merupakan lahan reklamasi yang dimana terdapat tumbuhan tetapi masih jarang serta memiliki
nilai persen (%) kemiringan >15% yaitu 32%.
3.2 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Daerah tangkapan hujan ini ditentukan berdasarkan perbedaan elevasi yang akan mengindikasikan
arah kemana air akan mengalir. Penentuan daerah tangkapan hujan menggunakan peta design rancangan
tahun 2019 (departement engineering). Cara untuk menentukan luas daerah tangkapan hujan dengan cara
menarik garis dari titik tertinggi disekeliling kolam pengendapan (settling pond) membentuk polygon
tertutup. Untuk luasan daerah tangkapan hujan dihitung menggunakan program software Autocad 2007. Luas
daerah tangkapan hujan di pit Durian adalah sebesar 56,12 Ha dan sebesar 0,3697 Ha untuk luas bukaan
kolam pengendapan (settling pond).

3.3 Analisis Debit Air


3.3.1 Debit Air Limpasan
Debit air limpasan adalah debit air hujan rencana dalam suatu daerah tangkapan hujan yang
diperkirakan akan masuk ke dalam lokasi tambang. Perhitungan debit air limpasan dapat ditentukan setelah
diketahui luas daerah tangkapan hujan (DTH) sebesar 0,5612 km2 (56,12 Ha), nilai koefisien limpasan (C)
sebesar 0,8 dan intensitas curah hujan (I) sebesar 30,28 mm/jam. Dihitung dengan menggunakan rumus
rasional, dan dari hasil perhitungan diperoleh debit air limpasan sebesar 3,78 m3/detik atau 13.605 m3/jam.
3.3.2 Debit Air Hujan
Debit air hujan yang langsung masuk ke bukaan tambang dipengaruhi oleh besar atau kecilnya luas
bukaan tambang. Semakin luas bukaan tambang akan semakin besar debit yang dihasilkan. Perhitungan air
hujan berdasarkan luas bukaan tambang (A) dan dan curah hujan rencana (Xt). Luas bukaan tambang sebesar
0,3697 km2 dan curah hujan rencana sebesar 0,0047 m/jam, sehingga diperoleh debit air hujan sebesar
0,0048 m3/detik atau 17,38 m3/jam.
3.3.3 Debit Air Tambang
Air tambang adalah jumlah air limpasan yang masuk kedalam bukaan kolam pengendapan (settling
pond) ditambah dengan jumlah air hujan yang langsung masuk kedalam kolam pengendapan (settling pond).
Untuk mengetahui besarnya air tambang, maka perlu diketahui debit air limpasan dan debit air hujan yang
langsung jatuh atau masuk kedalam kolam pengendapan (settling pond). Berdasarkan hasil perhitungan, debit
total air yang akan masuk ke dalam kolam pengendapan (settling pond) adalah sebesar 3,784 m3/detik atau
13.622 m3/jam.

3.4 Saluran Terbuka


Dimensi saluran terbuka harus disesuaikan dengan debit air limpasan yang akan masuk ke kolam
pengendapan (settling pond) sehingga saluran yang dibuat akan cukup untuk menampung debit air limpasan.
Saluran terbuka yang digunakan untuk mengalirkan air limpasan menuju ke kolam pengendapan (settling
pond) yaitu berbentuk trapesium, hal ini dikarenakan dapat mengalir air dalam debit air yang besar dan juga
mudah dalam pembuatan serta perawatannya. Untuk visualisasi pada gambar saluran terbuka di lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Visualisasi Saluran Terbuka

Agar saluran terbuka dapat mengalirkan air berdasarkan debit air yang akan dialirkan dan juga untuk
menghindari terjadinya luapan banjir, dapat menggunakan dimensi yang diusulkan. Pembuatan saluran

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  231

terbuka yang rencananya diusulkan berdasarkan hasil perhitungan dan pengamatan di lokasi yang sesuai
dengan debit air yang akan masuk ke kolam pengendapan (settling pond) dapat dilihat pada gambar 3,
dengan dimensi sebagai berikut (tabel 3).
Tabel 3. Dimensi Rancangan Saluran Terbuka
Parameter Dimensi
Kemiringan dinding saluran (α) 600
Panjang sisi luar saluran (a) 1,37 m
Tinggi jagaan (z) 0,17 m
Lebar dasar saluran (b) 2,02 m
Lebar permukaan (T) 2,74 m
Kedalaman saluran (h) 1,35 m
Luas penampang basah (A) 1,18 m

Gambar 3. Dimensi Rancangan Saluran Terbuka

3.5 Kolam Pengendapan (settling pond)


Air limpasan yang berada di area sekitar penambangan kemudian dialirkan melalui saluran terbuka
menuju kolam pengendapan (settling pond). Kolam pengendapan (settling pond) adalah salah satu bagian
penting dari sistem penyaliran tambang yaitu kolam yang berfungsi sebagai tempat penampung air tambang
sekaligus untuk mengendapkan partikel-partikel padatan yang ikut bersama air tambang. Selain itu juga
sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan (settling pond),
agar air yang akan dialirkan ke sungai atau saluran alam lainnya sudah jernih.
Dalam rancangan pembuatan kolam pengendapan (settling pond), penentuan kapasitas kolam harus
berdasarkan dari jumlah debit yang akan masuk ke dalam kolam pengendapan (settling pond). Kolam
pengendapan (settling pond) dibuat pada daerah rendah dari suatu daerah penambangan, sehingga air akan
masuk melalui inlet kolam pengendapan (settling pond) secara alami dan selanjutnya dialirkan keluar melalui
outlet kolam pengendapan (settling pond).
Agar dapat berfungsi dengan baik, kolam pengendapan (settling pond) harus memiliki rancangan
yang baik pula. Maka rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang nantinya akan dibuat
harus disesuaikan dengan debit air tambang yang akan masuk. Serta kecepatan pengendapatan material
padatannya, persen (%) padatan serta persen (%) air yang terkandung dalam air tambang yang akan masuk
diketahui.
Dalam merancang dimensi settling pond hal-hal yang perlukan diperhatikan adalah, bentuk kolam
pengendapan dibuat berkelok-kelok (zig-zag), agar kecepatan aliran lumpur relatif rendah, sehingga partikel
padatan cepat mengendap, dan geometri kolam pengendapan harus disesuaikan dengan ukuran alat yang
biasanya dipakai untuk melakukan perawatan kolam pengendapan, seperti mengeruk lumpur dalam kolam,
maupun memperbaiki tanggul kolam. Untuk visualisasi pada kolam pengendapan (settling pond) di lokasi
penelitian dapat dilihat pada gambar 4 dan gambar 5.

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
232  ISSN: 1907-5995

Gambar 4. Visualisasi Kolam Pengendapan

Gambar 5. Kolam Pengendapan

Pada penelitian ini rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) hanya dilakukan pada
kompartemen 1 sampai kompartemen 4 dengan luas ketersediaan area pada kompartemen 1 sampai 4 sebesar
6.089 m2, sedangkan pada kompartemen 5 tetap menggunakan dimensi aktual dengan luas kompartemen
sebesar 16.684 m2. Dikarenakan lokasi kolam pengendapan (settling pond) terletak pada area reklamasi dan
jauh dari sungai sehingga tidak terdapat oulet kolam pada kompartemen 5, yang dimana air pada
kompartemen 5 dapat digunakan untuk penyiraman jalan tambang dan penyiraman tumbuhan pada lahan
reklamasi.

3.5.1 Bentuk Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Pada perancangan ini bentuk kolam pengendapan (settling pond) dirancang berbentuk limas
terpancung dan dibuat berkelok-kelok (zig-zag) dengan pembuatan penyekat pada tiap kompartemen kolam
pengendapan (settling pond). Kolam pengendapan (settling pond) berbentuk limas terpancung dengan
kemiringan 600 dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya erosi atau pengikisan dinding pada kolam
pengendapan (settling pond) oleh air, sedangkan dibuat berkelok-kelok (zig-zag) agar supaya kecepatan air
dan material dapat diperkecil. Dengan kecepatan aliran air yang kecil, maka waktu yang dibutuhkan oleh air
untuk keluar dari kolam pengendapan (settling pond) semakin lama serta partikel padatan yang terkandung
dalam air memiliki waktu yang cukup untuk mengendap.

3.5.2 Rancangan Dimensi Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Kolam pengendapan (settling pond) dirancang untuk menampung air serta untuk mengendapakan
partikel padatan yang terkandung dalam air yang akan di keluarkan dari tambang. Total debit air yang masuk
ke kolam pengendapan (settling pond) yaitu sebanyak 3,784 m3/detik, dengan total solid suspended sebesar
37.736 mg/L serta jumlah persen (%) padatan yang didapatkan adalah sebesar 2,90% dan persen (%) air
adalah sebesar 97,1%. Penentuan rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) dilakukan dengan
menggunakan persamaan stokes dan didapat kecepatan pengendapannya sebesar 0,0099 m/detik, sehingga
diperoleh luas minimum setiap kompartemen dari kolam pengendapan (settling pond) adalah sebesar 382 m2.
Adapun untuk dimensi panjang, lebar dan kedalaman kolam pengendapan (settling pond) ditentukan
berdasarkan alat yang digunakan oleh perusahan untuk pembuatan kolam pengendapan (settling pond) yaitu
Komatsu PC850-8R1. Untuk dimensi kolam pengendapan (settling pond) dapat dilihat pada gambar 6 dan
tabel 4 sebagai berikut.

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  233

Tabel 4. Dimensi Rancangan Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Parameter Dimensi
Luas 6.045 m2
Kedalaman 7m
Kemiringan 600
Lebar atas 21 m
Panjang atas 39 m
Lebar sekat 7m
Panjang sekat 14 m
Lebar bawah 13 m
Panjang bawah 30 m
Vol. Settling pond 20.700 m3
Vol. Kompartemen 4.140 m3
Panjang settling pond 223 m

Gambar 6. Dimensi Rancangan Kolam Pengendapan

3.6 Total Suspended Solid (TSS)


Pada perancangan pembuatan kolam pengendapan (settling pond) dilakukan perhitungan total
suspended solid (TSS) guna untuk mengetahui berapa banyak material padatan yang akan diendapkan.
Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan sampel air limpasan yang di ambil langsung pada inlet
kolam pengendapan (settling pond) pada saat hujan sebanyak 6 sampel. Kemudian sampel yang sudah di
ambil dilakukan pengukuran nilai TSS dengan menggunakan alat TSS Portable di lab Enviro PT. J Resources
Bolaang Mongondow, sedangkan untuk nilai TSS oulet diperoleh dari perusahaan. Perhitungan jumlah nilai
TSS inlet dan TSS outlet terdapat pada tabel 5 dan tabel 6.

Tabel 5. Nilai TSS pada Inlet Kolam Pengendapan


Lokasi Sampel TSS (mg/L)
1 70.192
2 67.148
3 69.455
CP-01 (inlet)
4 8.312
5 5.888
6 5.420
Jumlah 226.415
Rata-rata 37.735,83

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
234  ISSN: 1907-5995

Gambar 7. TSS Portable dan Sampel Air

Gambar 8. Nilai TSS Inlet

Tabel 6. Nilai TSS pada Outlet Kolam Pengendapan (Sumber: EHS Dept PT. JRBM, 2001)
Lokasi Date TSS (mg/L)
1 Mar 2020 9
2 Mar 2020 7
3 Mar 2020 8
4 Mar 2020 10
5 Mar 2020 27
6 Mar 2020 13
7 Mar 2020 17
8 Mar 2020 7
9 Mar 2020 7
10 Mar 2020 16
11 Mar 2020 11
12 Mar 2020 11
13 Mar 2020 9
14 Mar 2020 10
15 Mar 2020 9
CP-01 (outlet) 16 Mar 2020 9
17 Mar 2020 8
18 Mar 2020 10
19 Mar 2020 11
20 Mar 2020 10
21 Mar 2020 8
22 Mar 2020 8
23 Mar 2020 8
24 Mar 2020 8
25 Mar 2020 11
26 Mar 2020 9
27 Mar 2020 8
28 Mar 2020 9
29 Mar 2020 12
30 Mar 2020 11
31 Mar 2020 25
Jumlah 336
Rata-rata 10,83

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  235

3.6.1 Presentase Pengendapan


Persentase pengendapan bertujuan untuk mengetahui apakah kolam pengendapan (settling pond)
yang akan dibuat dapat berfungsi untuk mengendapkan partikel padatan yang terkandung dalam air limpasan
tambang dengan baik. Persentase pengendapan dipengaruhi oleh debit total air yang masuk menuju kolam
pengendapan (settling pond), lebar kolam, panjang kolam, kecepatan pengendapan, serta kecepatan air di
kolam pengendapan (settling pond). Dari hasil perhitungan didapat waktu yang dibutuhkan padatan untuk
mengendap (tv) adalah sebesar 11,78 menit dan waktu yang dibutuhkan air untuk keluar dari kolam
pengendapan (settling pond) (th) adalah sebesar 89,55 menit.
Dalam proses pengendapan ini partikel padatan akan mengendap dengan baik jika waktu yang
dibutuhkan partikel untuk mengendap (tv) tidak lebih besar dari waktu yang dibutuhkan partikel untuk keluar
dari kolam pengendapan (th). Karena waktu pengendapan partikel padatan lebih kecil dari pada waktu air
keluar dari kolam pengendapan (setting pond), maka proses pengendapan dapat terjadi didalam rancangan
dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang akan dibuat kali ini. Persentase pengendapan yang terjadi
pada kolam pengendapan (settling pond) dan padatan yang berhasil diendapkan (dalam waktu sehari) dapat
dilihat pada tabel 7.

Tabel 7. Persentase Pengendapan


Padatan yang Berhasil Diendapkan
Kompartemen Persen Pegendapan (%)
(m3/hari)
1 88,3 519,58
2 10,3 60,60
3 1,2 7,06
4 0,17 1,00
5 0,02 0,11
Total 99,99 588,35

Dengan hasil persentase pengendapan yang terjadi disetiap kompartemen dari kompartemen 1
sampai kompartemen 5 tersebut menujukan bahwa persen pengendapan semakin berkurang dari setiap
kompartemennya, hal ini karena Sebagian besar partikel padatan sudah terendapkan terlebih dahulu pada
kompartemen pertama. Dilihat dari hasil perhitungan total persentase partikel padatan yang berhasil
mengendap diperoleh total 99,99% proses pengendapan partikel padatan yang terjadi di kolam pengendapan
(settling pond) yang dirancang.
Dari hasil 100% yang diharapkan partikel untuk mengendap, ada sekitar 0,01% partikel padatan
yang tidak berhasil mengendap dan tersuspensi keluar kompartemen bersama air. Sehingga air yang akan di
alirkan ke luar kompartemen rancangan menuju kompartemen aktual perlu dilakukan treatment air terlebih
dahulu (pada kompartemen 4 atau 5) sebelum air digunakan untuk kebutuhan penyiraman reklamasi tanaman
maupun penyiraman jalan tambang.

3.7 Pemeliharaan (Maintenance) Kolam Pengendapan (Settling Pond)


Kegiatan pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) harus dilakukan agar
kolam pengendapan (settling pond) dapat berfungsi dengan baik dan dapat dipergunakan lebih lama. Proses
pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) dapat dilakukan dengan cara pembersihan
partikel padatan yang mengendap pada kolam pengendapan (settling pond) yaitu dengan menggeruk partikel
padatan yang berhasil mengendap di dasar kolam pengendapan (settling pond).
Alat yang digunakan untuk menggaruk partikel padatan pada kolam pengendapan (settling pond)
berbeda dengan alat yang digunakan untuk pembuatan kolam pengendapan (settling pond). Sesuai dengan
aturan yang ditentukan oleh perusahaan, maka alat yang digunakaan untuk menggaruk partikel padatan pada
kolam pengendapan (settling pond) yaitu Excavator Cat 390D L. Dimana spesifikasi alat diusahakan sesuai
dengan penentuan geometeri kolam pengendapan (settling pond), dimana bertujuan agar kolam pengendapan
(settling pond) yang dibuat benar-benar dapat dibersihkan dengan alat tersebut serta agar tidak mengubah
geometri kolam pengendapan (settling pond).
Waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) pada
setiap kompartemen berbeda-beda. Hal ini dikarenakan nilai persentase pengendapan dari setiap
kompartemennya berbeda-beda, adapun untuk waktu pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan
(settling pond) dapat dilihat pada tabel 8.

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
236  ISSN: 1907-5995

Tabel 8. Waktu Pemeliharaan Kolam Pengendapan


Kompartemen Waktu (hari)
1 7
2 68
3 586
4 4.140
5 37.636

Dari hasil yang diperoleh, yaitu pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan
(maintenance) karena telah melewati batas waktu umur tambang pada perusahaan.

4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan serta analisis data di daerah penelitian Pit Durian PT. J
Resources Bolaang Mongondow, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang sesuai dengan debit air yang di tampung
dengan jumlah 5 buah kompartmen memiliki ukuran sebagai berikut :
Luas seluruh settling pond rancangan = 6.045 m2
Kemiringan = 600
Lebar atas kompartemen = 21 m
Panjang atas kompartemen = 39 m
Lebar bawah kompartemen = 13 m
Panjang bawah kompartemen = 30 m
Kedalaman kolam =7m
Lebar sekat =7m
Panjang sekat = 14 m
Volume settling pond rancangan = 20.700 m3
Volume tiap kompartemen = 4.140 m3
2. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) sendiri
berbeda-beda, yaitu :
Kompartemen 1 = 7 hari
Kompartemen 2 = 68 hari
Kompartemen 3 = 586 hari
Kompartemen 4 = 4.140 hari (± 11 tahun)
Kompartemen 5 = 37.636 hari (± 103 tahun)
Pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan (maintenance) karena telah melewati batas
waktu umur tambang pada perusahaan.
Sedangkan pada penelitian ini diperoleh beberapa saran yang diharapkan agar dapat
dipertimbangkan serta diterapkan oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Diharapkan agar dimensi rancangan kolam pengendapan (settling pond) pada penelitian kali ini dapat
diterapkan pada perusahaan karena pada rancangan tiap kompartemen kolam dapat berfungsi dengan
sempurna pada proses pengendapan partikel padatan.
2. Dalam upaya perawatan kolam pengendapan (settling pond), PT. J Resources Bolaang Mongondow
belum mempunyai standar pemeliharaan (maintenance) kolam yaitu berupa jadwal waktu yang teratur
untuk melalukan pengerukan lumpur yang terendap di setiap kompartemen. Sehingga diharapkan agar
waktu untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) yang diperoleh pada
penelitian kali ini dapat diterapakn oleh perusahaan.
3. Untuk bentuk dan dimensi saluran terbuka yang mengalirkan air ke kolam pengendapan (settling pond)
mungkin bisa menggunakan rekomendasi pada penelitian kali ini dikarenakan saluran terbuka aktual
pada lokasi penelitian tidak optimal baik dari segi bentuk maupun dimensi.
4. Perlu dilakukan perawatan pada saluran terbuka secara berkala agar tidak terjadi pengendapan material
yang berlebih sehingga saluran terbuka dapat berfungsi dengan baik.

UCAPAN TERIMAKASIH
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
semangat serta dukungan moral maupun moril dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga doa dan semua
hal baik yang diberikan dapat menjadikan saya serta kalian orang yang baik pula.

ReTII November 2021 : 226 – 237


ReTII ISSN: 1907-5995  237

DAFTAR PUSTAKA

[1]. Alviansyah, N., “Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Pada Bukit 7 PT. ANTAM Tbk UBP Bauksit, Tayan,
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat”, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019
[2]. Chow, V.T., “Hidrolika Saluran Terbuka” (Bahasa Indonesia), Erlangga, Jakarta, Indonesia. 1985
[3]. Gautama, R.S.,“Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang”, Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Mineral ITB, Pengantar Penyaliran Tambang. 1994
[4]. Giancoli D.C., “Fisika Prinsip dan Aplikasi”, Jilid ke-1 Edisi ke-5, Diterjemahkan Oleh Yuhilza Hanum,
Erlangga, Jakarta. 2001
[5]. Hardjana, I., “The Descovery, Geology and Exploration of The High Sulphidation Au-Mineralization System in
The Bakan District”, Majalah Geologi Indonesia Vol. 27, North Sulawesi. 2012
[6]. Hartono, “Kuliah Sistem Penyaliran Tambang Kolam Pengendapan”, Program Studi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta. 2013
[7]. Husain, A.A., lecture: Thamrin, M.,“Desain Kolam Pengendapan (settling pond)”, Rekayasa Lingkungan
Tambang, Student of Mining Engineering, Hasanuddin University. 2016
[8]. Indonesianto, Y., “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta. 2018
[9]. Ipi, J.V., “Rancangan Dimensi Settling Pond Untuk Pit Warute Tambang Batubara PT. Bina Sarana Sukses Site
Operation PT. Antang Gunung Meratus Provinsi Kalimantan Selatan”, Program Studi Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. 2020.
[10]. J Resources., “Annual Report PT J Resources Asia Pasifik, Tbk”. 2015
[11]. J Resources., “Tipe Endapan Daerah Bakan”, Mine Geology Department, PT. J Resources Bolaang Mongondow.
2019
[12]. J Resources., “Laporan Pemantauan Curah Hujan Triwulan IV 2019”, Mining Engineering Department, PT. J
Resources Bolaang Mongondow. 2019
[13]. J Resources., “Laporan Pemantauan Kualitas Air Limbah di Titik Penaatan”, EHS Department, PT. J Resources
Bolaang Mongondow. 2020
[14]. Kurnia, D., “Evaluasi Kondisi Aktual dan Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Emas di Pit Durian, Site
Bakan PT. J Resources Bolaang Mongondow, Kecamatan Lolayan, Kotamobagu, Sulawesi Utara”, Program
Studi S1 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang. 2018
[15]. Pangestu, W.A., “Analisa Perancangan Kolam Pengendapan di PT. Gunung Mas, Tbk”, Program Studi Teknik
Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 2019
[16]. Prasetyo, E.E.E., 2012, “Rancangan Dimensi Settling Pond Berdasarkan Daerah Tangkapan Hujan Pada Pit
B2A PT. Sebuku Batubai Coal Pulau Laut Tengah Kotabaru Kalimantan Selatan”, Prodi Teknik Pertambangan,
UPN “Veteran” Yogyakarta. 2012
[17]. ........, Arsip Engineering Department PT. J Resources Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. 2019

Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

RANCANGAN DIMENSI SETTLING POND PIT IV PT AKAT SRIDA


AMRI, KABUPATEN BUNGO

SETTLING POND DIMENTION DESIGN PIT IV PT AKAT SRIDA AMRI,


BUNGO REGENCY
Rosalinda1, A. Assidiqi2, J. Wiratama3, Y. Megasukma4
1-4
Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Jambi
Jl. Mendalo Darat Km. 15, Muara Bulian, Jambi. Kode pos : 36361. Email : hmtp@unja.ac.id
e-mail: *1rosalindaoca.1702@gmail.com, 2r2prayuda@gmail.com , 3jarot.mining@unja.ac.id,
4
yosamegasukma@unja.ac.id

ABSTRAK

PT Akat Srida Amri merupakan perusahaan pertambangan batubara di Desa Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi dengan menggunakan metode tambang terbuka. Salah satu permasalahan pada penambangan dengan metode ini
adalah air. Kondisi aktual settling pond masih memperlihatkan kendala dimana dua kompartemen settling pond
memperlihatkan tidak mampunya menampung air yang masuk dilihat dari meluapnya air yang mengakibatkan
pengendapan lumpur tidak berjalan dengan baik. Penelitian dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut
dengan merekomendasikan dimensi settling pond yang tepat. Rancangan dimensi settling pond dibuat dengan melakukan
perhitungan curah hujan menggunakan Metode Gumbell dan didapatkan curah hujan rencana 438,64517 mm/hari,
intensitas curah hujan 33,0476918 mm/jam, luas CA settling pond 1488,11 m2 sehingga didapat debit air limpasan sebesar
29,51 m3/jam dengan debit pompa 30 m3/jam. Berdasarkan perhitungan parameter di atas, didapatkan volume dimensi
rekomendasi serta mengacu pada Lampiran II Nomor 17 Poin (i) KEPMEN ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 yaitu
sebesar 1785,12 m3. Dari pengolahan, analisis data yang dilakukan serta acuan, dimensi settling pond diperbesar agar dapat
menampung debit total sebesar 1785,12 m3/hari dengan dimensi panjang dan lebar alas 16,75 m x 16,75 m, panjang dan
lebar atas 24,75 m x 24,75 m dengan kedalaman 4 m sehingga air dapat tertampung dan proses pengendapan lumpur dapat
berjalan dengan baik. Direkomendasikan juga penambahan dua kompartemen menjadi empat kompartemen dengan
masing-masing fungsi sebagai sediment zone, safety zone, treatment zone, dan mud zone.
Kata kunci: Catchment area, debit air limpasan, settling pond

ABSTRACT

PT Akat Srida Amri is a coal mining company in Rantau Pandan Village, Bungo Regency, Jambi Province using the open
pit mining method. One of the problems in mining with this method is water. The actual condition of the settling pond still
shows problems where the 2 settling pond compartments show their inability to accommodate the incoming water as seen
from the overflow of water in the settling pond which causes the sedimentation of mud to not work properly. This research
was conducted to overcome these problems by recommending the right settling pond dimension. The design of the settling
pond dimension was made by calculating rainfall using the Gumbell method and obtained a planned rainfall of 438,64517
mm/day, rainfall intensity 33,0476918 mm/hour, CA settling pond area of 1488,11 m2 so that it can be obtained runoff
water discharge of 29.51 m3/hour with a pump discharge of 30 m 3/hour. Based on the calculation of the parameters above,
the recommended dimension volume is obtained and refers to Attachment II Number 17 Points (i) KEPMEN ESDM
Number 1827 K/30/MEM/2018 which is 1785.12 m3. From the processing, data analysis carried out as well as references,
the dimensions of the settling pond are enlarged so that it can accommodate a total discharge of 1785.12 m3/day with
dimensions of length and width of the base 16.75 mx 16.75 m, length and width of the top 24.75 mx 24 .75 m with a depth
of 4 m so that water can be accommodated and the process of sludge deposition can run well. It is also recommended to
add 2 compartments to 4 compartments with each function as a sediment zone, safety zone, treatment zone and mud zone.)

Key Word : Catchment area, run off, settling pond

52
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

PENDAHULUAN Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827


K/30/MEM/2018, settling pond sebagai fasilitas
PT Akat Srida Amri merupakan suatu perusahaan yang pengendapan air tambang harus setidaknya memiliki
melakukan usaha di bidang pertambangan batubara. PT dimensi dengan volume sebesar 1,25 kali curah hujan
Akat Srida Amri berlokasi di Desa Rantau Pandan, tertinggi selama 84 jam. Kriteria keberhasilan settling
Kecamatan Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi pond adalah saat kualitas air memenuhi ketentuan baku
Jambi. Pada PT Akat Srida Amri, batubara ditambang mutu lingkungan hingga diuji layak untuk dialirkan ke
menggunakan metode tambang terbuka dengan sistem perairan atau sungai dengan tidak menimbulkan dampak
penambangan strip mine. Pada kegiatan penambangan negatif. Dengan demikian dibutuhkan rekomendasi
dengan metode tambang terbuka, seluruh kegiatannya rancangan dimensi settling pond agar bisa menampung
dilakukan di atas permukaan dan berhubungan langsung keseluruhan debit air yang masuk baik dari pompa yang
dengan udara luar sehingga seluruh rangkaian aktivitas berasal dari sumuran (sump) maupun air limpasan yang
penambangannya sangat dipengaruhi olah cuaca. Salah berada di area sekitar settling pond yang berpedoman
satu permasalahan penambangan metode ini adalah air, juga pada KEPMEN ESDM Nomor 1827
sehingga diperlukan penanganan air dengan baik. K/30/MEM/2018.

Penanganan air di wilayah tambang dilakukan dengan METODE PENELITIAN


penyaliran tambang, yaitu upaya yang dilakukan agar
dapat mencegah serta mengatasi air yang masuk ke Penelitian ini dilakukan di Pit IV PT Akat Srida Amri
lokasi penambangan. Settling pond merupakan salah satu yang berlokasi di Desa Rantau Pandan, Kecamatan
fasilitas dalam sistem penyaliran tambang yang Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
berfungsi mengendapkan dan mengolah air, baik air Penelitian ini dilakukan pada Bulan Oktober tahun 2021
yang berasal dari aliran pompa yang bersumber dari dengan menggabungkan teori dan data-data lapangan.
sump serta air limpasan di sekitar area settling pond Data yang diperoleh yaitu berupa data primer yaitu data
tersebut. Pada Pit 4 PT Akat Srida Amri, meluapnya air observasi lapangan secara langsung yaitu ukuran
yang masuk ke dalam settling pond memperlihatkan dimensi kolam pengendapan (settling pond) aktual dan
ketidakmampuan settling pond aktual menampung air data sekunder yaitu data curah hujan dan peta topografi
yang masuk sehingga air terus meluap dan proses serta studi pustaka. Semua data yang diperoleh
pengendapan tidak berjalan dengan baik. digunakan untuk pendekatan masalah dengan melakukan
analisis data. Kegiatan analisis data yang dilakukan
Settling pond merupakan kolam yang digunakan untuk diantaranya adalah analisis curah hujan rencana dengan
pengendapan material lumpur serta air limbah. Pada menggunakan Metode Gumbell. Hasil analisis ini akan
penelitian Purwaningsih dan Irawan (2018), dikatakan digunakan untuk analisis selanjutnya yaitu analisis
bahwa faktor yang mempengaruhi dimensi settling pond intensitas curah hujan dengan menggunakan Metode
adalah jumlah air yang akan masuk ke dalam settling Mononobe. Setelahnya, dilakukan analisis debit air
pond dimana pada penelitian tersebut, penulis limpasan dimana hasil analisis tersebut akan dihitung
mengatakan bahwa debit air limpasan dipengaruhi oleh dengan menambahkan perhitungan debit pompa serta
koefisien, intensitas curah hujan serta luasnya daerah ketentuan KEPMEN ESDM 1827, maka akan
penelitian. Dibuat settling pond dengan dimensi sesuai didapatkan rancangan dimensi settling pond yang tepat.
dengan debit air yang masuk dengan beberapa
kompartemen agar air memiliki waktu untuk mengendap Teknik Pengolahan Data
[1]. Settling pond harus dibuat dengan dimensi ukuran
serta geometri yang tepat agar fungsinya sebagai kolam Data yang didapatkan baik dari data primer dan data
pengendapan tercakupi. Settling pond harus dirancang sekunder akan diolah dengan tahapan berikut :
sebaik mungkin dikarenakan air limbah penambangan a. Analisis curah hujan rencana maksimum dengan
yang masuk ke dalam settling pond akan diendapkan menggunakan Metode Gumbell dilakukan dalam
serta diolah untuk dapat dialirkan ke perairan dengan beberapa tahapan perhitungan dengan menentukan
mencakup standar baku mutu air pada Keputusan nilai rata-rata curah hujan maksimum terlebih dahulu
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2003. menggunakan rumus berikut:
Diperlukan perhitungan terhadap debit air yang masuk
ke dalam settling pond agar dapat menentukan ukuran X = (ΣCH)/(Σn) …………………………….…(1)
dimensi yang tepat sehingga air tidak menguap serta
dapat mengendap dan diolah dengan waktu yang cukup. Keterangan:
Settling pond juga harus dirancang sebaik mungkin X = Rata-rata curah hujan (mm)
dengan beberapa bagian terpisah atau kompartemen agar ΣCH = Jumlah nilai Curah Hujan (mm)
air yang akan dialirkan menuju sungai telah benar-benar Σn = Banyaknya data
mengalami proses pengendapan sehingga aman untuk
dialirkan menuju perairan. Menentukan standar deviasi dengan rumus berikut:
S = √((Σ (Xi –X)²)/(n-1))..………………………(2)

53
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

Keterangan : c. Perhitungan debit air limpasan dengan metode


S = Standar deviasi (mm/hari) rasional.
Xi = Jumlah data curah hujan ke- i (mm/hari)
Q = C. I. A……………………………………....(9)
X = Rata-rata curah hujan (mm)
n = Banyaknya data
Keterangan :
Q = Debit air limpasan maksimum(m3/detik)
Menentukan koreksi variansi dengan rumus berikut:
C = Koefisien limpasan
Yt = -ln[-ln[(T-1)/T]..……………………...……..(3)
I = Intensitas curah hujan (m3/detik)
Keterangan:
A = Luas daerah tangkapan hujan (m2)
Yt = Koreksi variansi
T = Periode ulang hujan
d. Mengetahui luas daerah tangkapan hujan berdasarkan
arah aliran air dilihat dari kontur peta topografi dan
Menentukan koreksi rata-rata dengan rumus berikut:
dicari luas menggunakan ArcGis
Yn =-ln[-ln[(n+1-m)/(n+1)]]..……………………(4)
e. Mengetahui kapasitas debit pompa aktual
Keterangan:
f. Menghitung keseluruhan debit air yang masuk menuju
Yn = Koreksi rata-rata
settling pond
n = Banyaknya data
Qtotal = Qpompa + Qlimpasan …..……..(10)
M = Nomor urut data
Keterangan :
Qtotal = Debit total (m3/hari)
Menentukan koreksi simpangan dengan rumus
Qpompa = Debit Pompa (m3/hari)
berikut:
Qlimpasan = Debit air limpasan (m3/hari)
Sn =√((Σ(Yn-YN)2)/((n-1))) …………..……..….(5)
Keterangan:
g. Menghitung volume settling pond sesuai dengan
Sn = Koreksi simpangan
KEPMEN ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018
Yn = Nilai Yn ke-I
YN= Rata-rata nilai Yn
h. Menghitung dimernsi rekomendasi settling pond
n = Banyaknya data
Luas atas = m
Perhitungan Curah Hujan Rencana Luas alas = m
(Yt-t)……………………..…………(6) Tinggi = Z m
Xt =
Volume total dari settling pond dapat dihitung
Keterangan:
dengan rumus :
= Curah hujan rata-rata (mm/hari)
Volume = (X2 + Y2) 0,5 Z…………………..….(11)
S = Standar deviasi nilai curah hujan dari data
(mm/hari)
Sn = Koreksi simpangan
Yt = Koreksi varians
Yn = Nilai rata-rata dari Yn
.
b. Analisis perhitungan intensitas curah hujan
menggunakan Metode Mononobe
Sebelumnya dicari nilai tc menggunakan persamaan :
tc = [0,87 L3/H]0,385............................................(7)
Keterangan:
Tc = Lama waktu hujan (jam)
L = Jarak datar dari elevasi paling tinggi ke titik
paling rendah (m)
H = Beda tinggi (m)

Gambar 1. Ilustrasi Persamaan Trapesium untuk


……………………………….(8) Menghitung Dimensi Rekomendasi Settling Pond

Keterangan:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) HASIL DAN PEMBAHASAN
tc = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm) Dimensi Settling Pond Aktual

Settling pond merupakan kolam yang berguna dalam


pengendapan material lumpur serta berfungsi sebagai

54
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

tempat untuk pengecekan mutu air sebelum dialirkan curah hujan dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya
menuju sungai. Untuk pengambilan data aktual dimensi air pada area tambang yang harus diatasi. Curah hujan
kolam pengendapan (settling pond) dapat dilakukan bisa diartikan sebagai ketinggian air hujan yang telah
dengan pengukuran menggunakan meteran dan bambu. terkumpul pada sutau tempat yang datar, tidak meresap,
Pada pengukuran sisi seperti panjang dan lebar kolam tidak menguap, serta tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu)
dilakukan dengan menggunakan meteran. Sedangkan milimeter memiliki arti bahwa dalam luasan satu meter
untuk pengukuran kedalaman kolam pengendapan persegi pada suatu tempat yang datar akan dapat
dilakukan menggunakan bambu dimana bambu menampung air setinggi satu milimeter atau tertampung
ditancapkan ke dalam kolam, kemudian angkat bambu air sebanyak satu liter.
dan ukur kedalaman menggunakan meteran.
Untuk menghitung curah hujan rencana, data aktual yang
Kondisi aktual di lapangan menunjukkan bahwa settling digunakan pada PT Akat Srida Amri adalah data curah
pond berada pada elevasi 83 mdpl dengan dua hujan selama 10 tahun yaitu periode 2012-2021. Data
kompartemen berbentuk persegi panjang dengan dimensi tersebut kemudian didispersi terlebih dahulu untuk
kompartemen 1 yaitu panjang 12 m, lebar 9,45 m serta menentukan metode yang digunakan dalam perhitungan
kedalaman 2,72 m yang berfungsi sebagai zona sediment untuk mencari nilai curah hujan rencana, dimana curah
trap (zona pengendapan), sedangkan kompartemen 2 hujan rencana diartikan sebagai perkiraan tinggi hujan
memiliki dimensi panjang 11,3 m, lebar 9,8 m serta maksimum yang diperkirakan terjadi sekali pada periode
kedalaman 2,7 m berfungsi sebagai zona penampungan ulang hujan yang direncanakan.
setelah pengendapan sebelum air dialirkan menuju
perairan. Volume masing-masing kompartemen tersebut Tabel 1. Data Curah Hujan Maksimum Tahunan PT
adalah kompartemen 1 sebesar 308,448 m3 dan volume Akat Srida Amri
kompartemen 2 sebesar 298,998 m3. Kondisi aktual
settling pond yang ada tidak dapat menampung No Tahun Xi
keseluruhan debit air masuk dan settling pond meluap.
Air di dalam settling pond masih mengandung lumpur 1 2012 830
dan tidak ada titik penaatan air untuk pengecekan baku 2 2013 458
mutu air.
3 2014 425
4 2015 424
5 2016 533
6 2017 323
7 2018 347
8 2019 361
9 2020 402
10 2021 470
Jumlah 4573
Rata-rata (x) 457,3
Max 830

Untuk menentukan nilai intensitas curah hujan,


digunakan data berupa curah hujan maksimum.
Perhitungan data curah hujan rencana dapat dilakukan
dengan berbagai metode dimana didapatkan metode
yang memenuhi syarat dilihat dari nilai parameternya
yaitu menggunakan Metode Gumbell. Gumbell
beranggapan bahwa distribusi variabel-variabel
Gambar 2. Settling Pond Aktual hidrologis itu tidak terbatas, sehingga digunakan
data distribusi dengan harga yang paling
maksimum. Dari data curah hujan maksimum
Analisis Curah Hujan Rencana didapatkan data curah hujan rencana yang nantinya akan
digunakan dalan penentuan intensitas curah hujan untuk
Curah hujan menjadi faktor penting pada sistem mengetahui debit air yang akan masuk ke dalam daerah
penyaliran dikarenakan sumber utama air permukaan penambangan [2].
pada tambang terbuka adalah air hujan. Besar kecilnya

55
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

Dari perhitungan menggunakan beberapa persamaan tangkapan, tata guna lahan serta jarak lintasan air dari
pada tahapan analisis curah hujan rencana, didapatkan titik terjauh hingga di titik yang ditinjau [6].
nilai dari perhitungan rata-rata curah hujan adalah
sebesar 457,3 mm, standar deviasi sebesar 145,09924 Dalam menghitung intensitas curah hujan terlebih
mm/hari, koreksi variansi 0,36651, koreksi rata-rata dahulu dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai tc
sebesar 0,49521, koreksi simpangan sebesar 1,00099 dan dengan menghitung menggunakan persamaan 7 dan
nilai curah hujan rencana dihitung yaitu sebesar diketahui lama waktu hujan periode ulang hujan ke-2
438,64517 mm/hari. yaitu sebesar 9,870808199 jam. Nilai ini kemudian
digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan.
Koefisien Limpasan
Dari perhitungan menggunakan persamaan 8 didapatkan
Koefisien limpasan permukaan adalah suatu angka yang nilai dari intensitas curah hujan periode ulang hujan ke-2
akan menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran pada Pit 4 PT Akat Srida Amri adalah sebesar
air permukaan yang terjadi akibat besarnya curah hujan 33,0476918 mm/jam. Nilai intensitas yang didapatkan
yang jatuh pada wilayah tertentu terhadap volume curah kemudian digunakan dalam perhitungan debit air
hujan tersebut. Volume limpasan curah hujan dapat limpasan.
meningkat seiring dengan bertambah luasnya permukaan
kedap air [3]. Tabel 3. TC dan Intensitas Curah Hujan

Koefisien limpasan berhubungan dengan besarnya aliran TC Intensitas Curah Hujna (mm/jam)
permukaan dan dipengaruhi oleh kemiringan dan tata Lokasi
Jam t = 2 tahun t = 5 tahun t = 10 tahun
guna lahan. Semakin curam dan semakin sedikit vegetasi
penutup lahan suatu lokasi maka semakin besar pula CA
9,87080819 33,047691 50,8339806 59,0293889
Settlin
nilai koefisien limpasannya. Hal tersebut seperti g Pond
9 8 6 4
ditunjukkan pada tabel berikut [4] :
Daerah Tangkapan Hujan
Tabel 2 . Nilai Koefisien Limpasan
Perhitungan debit air limpasan mempertimbangkan
Koefisien luasan daerah tangkapan hujan. Daerah tangkapan hujan
No Kemiringan Tata Guna Lahan
Limpasan merupakan luas suatu permukaan dimana ketika terjadi
Sawah, rawa 0,2 hujan, air hujan akan mengalir menuju area yang lebih
Datar rendah hingga ke titik pengaliran. Pengamatan di
1 Hutan, perkebunan 0,3
(<3%) lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Perumahan 0,4
Hutan, perkebunan 0,4 koefisien limpasan dan kondisi topografi, sehingga dapat
Perumahan 0,5 diketahui batasan daerah tangkapan hujan pada area
Menengah kolam pengendapan [7]. Daerah tangkapan hujan bisa
2
(3% - 15%)
Semak-semak agak
0,6 ditentukan serta diketahui luasnya tersebut dengan cara
jarang
menghitung keliling area dari kolam pengendapan. Luas
Hutan atau kebun 0,6
daerah tangkapan hujan ditentukan dengan
Tanah gundul atau
0,7 menggunakan software ArcGIS dimana luas daerah
jalan aspal
tangkapan hujan settling pond adalah 1488,11 m2.
Perumahan 0,7
Curam
3 Semak-semak agak
(>15%) 0,8
jarang
Lahan Terbuka Daerah
0,9
Tambang

Intensitas Air Hujan

Intensitas curah hujan merupakan jumlah curah hujan


persatuan jangka waktu tertentu. Intensitas curah hujan
merupakan volume hujan setiap satuan waktu pada
kurun waktu terjadinya hujan (tc) [5]. Waktu konsentrasi
(tc) merupakan waktu yang dibutuhkan air agar dapat
mengalir dari titik terjauh di dalam daerah tangkapan
sampai titik yang ditinjau (titik kontrol). Pada saat waktu
Gambar 3. Peta Daerah Tangkapan Hujan
konsentrasi ini, seluruh daerah tangkapan telah
memberikan sumbangan aliran pada titik kontrol. Waktu
konsentrasi tergantung pada karakteristik daerah

56
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

Debit Air Limpasan Tabel 4. Debit Total Settling Pond

Air permukaan adalah air hujan yang tidak bisa ditahan Qlimpasan Qlimpasan QPompa Qpompa Qtotal
oleh tanah, vegetasi maupun cekungan yang pada (m3/jam) (m3/hari) (m3/jam) (m3/hari) (m3/hari)
akhirnya akan mengalir langsung ke sungai maupun laut
29,51 708,1 30 300 1008,1
[8]. Aliran tersebut terjadi akibat air hujan tidak
terinfiltrasi secara keseluruhan karena curah hujan
maupun faktor lereng dan kekompakan daerah tersebut. Volume Total Settling Pond Berdasarkan KEPMEN
Air limpasan akan dibuang atau dialirkan menuju ke luar ESDM 1827/K/30/M3M/2018
area penambangan maupun sungai terdekat dimana
lumpur endapannya akan dibuang secara keseluruhan. Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827
Aspek bidang yang difokuskan adalah curah hujan, K/30/MEM/2018 Lampiran II Nomor 17 tentang
tutupan, tanah, dan luas daerah aliran. Pengelolaan Air Tambang Poin (iii), menyebut bahwa
pengendalian pengelolaan air tambang meliputi
Debit air limpasan pada daerah settling pond dihitung penambahan kapasitas fasilitas pengendapan atau
dengan rumus rasional dengan mengalikan koefisien pengelolaan air tambang, sehingga direkomendasikan
limpasan, intensitas curah hujan dengan luas daerah rancangan dimensi settling pond. Ukuran kolam
tangkapan hujan di sekitar atau yang akan mengalir ke pengendapan seharusnya sesuai dengan jumlah air yang
settling pond. Koefisien limpasan ditentukan ditampung sehingga air yang bersumber dari sumuran
berdasarkan survey lapangan, intensitas curah hujan (sump) dan air limpasan di area settling pond tidak akan
didapatkan dari perhitungan menggunakan data sekunder meluap dan dapat teratasi dengan baik.
maka didapatkan debit air limpasan yang masuk menuju
settling pond adalah sebesar 0,082 m3/detik atau 29,51 Mengacu pada KEPMEN Nomor 1827 K/30/MEM/2018
m3/jam. Lampiran II Nomor 17 tentang Pengelolaan Air
Tambang Poin (i) disebutkan bahwa fasilitas
Debit Pompa Aktual pengendapan mempunyai kapasitas sekurang-kurangnya
1,25 kali dari volume air tambang pada curah hujan
Untuk memindahan ataupun mengeluarkan air dari area tertinggi selama 84 jam sehingga dimensi settling pond
yang rendah digunakan pompa, dimana titik terendahnya dicari dengan dengan menggunakan rumus dan
yaitu pada sumuran atau kolam penampungan sementara didapatkan volume sebesar 1785,12 m3.
(sump) pada lokasi penambangan terendah ke area yang
lebih tinggi yang dalam hal ini menuju kolam Rancangan Dimensi Rekomendasi Settling Pond
pengendapan (settling pond) [9].
Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827
Debit pompa diartikan sebagai banyaknya air yang dapat K/30/MEM/2018 Lampiran II Nomor 17 tentang
dikeluarkan oleh pompa dalam satuan waktu. PT Akat Pengelolaan Air Tambang Poin (iii), menyebut bahwa
Srida Amri menggunakan 1 unit pompa EBARA tipe pengendalian pengelolaan air tambang meliputi
250 x 200 FS4LA dengan debit sebesar 8,3 Ltr/dtk atau penambahan kapasitas fasilitas pengendapan atau
30 m3/ jam sebanyak 1 unit dengan pipa berdiameter 6 pengelolaan air tambang, sehingga direkomendasikan
inch. Debit pompa inilah yang digunakan dalam rancangan dimensi settling pond. Settling pond yang
perhitungan debit total pompa untuk ditambahkan direkomendasikan adalah berbentuk trapesium dengan
dengan debit total air limpasan dan akan menjadi debit sudut kemiringan 45o dan kedalaman 4 m, dimana
total settling pond. panjang dan lebar alas dari settling pond ini adalah 16,75
m x 16,75 m. Sedangkan panjang dan lebar atas dari
Debit Total Settling Pond settling pond adalah 24,75 m x 24,75 m. Dengan ukuran
dimensi tersebut, settling pond dapat menampung
Debit total pada settling pond merupakan debit yang volume sebesar 1786,26 m3.
digunakan untuk menentukan besar kecilnya ukuran
dimensi settling pond. Debit total pada settling pond Bentuk kolam pengendapan yang direncanakan yaitu
dipengaruhi oleh debit air limpasan dan debit pompa berbentuk trapesium karena kemudahan pembuatan
dimana pompa bekerja selama maksimum 10 jam setiap dimana akan digunakan excavator sehingga alat akan
harinya. Dari perhitungan menggunakan persamaan 10, lebih mudah bekerja sesuai dengan dimensi dan sudut
diketahui nilai debit total sesuai dengan yang dari dimensi settling pond rekomendasi. Settling pond
ditunjukkan oleh tabel berikut : dibuat berliku sehingga kecepatan air yang masuk dapat
diperkecil yang akan mengakibatkan material padat yang
akan diendapkan pada kolam pengendapan (settling
pond) membutuhkan lebih sedikit waktu dengan material
padatan yang terendapkan lebih banyak[10].

57
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

lingkungan mengacu pada Keputusan Menteri


Lingkungan Hidup Nomor 13 Tahun 2003, yang dilihat
dari TSS, Ph, Mn dan Fe. Setelah air dinyatakan
memenuhi baku mutu, maka air dapat dilepaskan menuju
sungai atau perairan.

KESIMPULAN

Settling pond aktual memiliki dua kompartemen dengan


kompartemen 1 memiliki panjang 12 m, lebar 9,45 m
serta kedalaman 2,72 m sebagai zona sediment trap
sedangkan kompartemen 2 memiliki panjang 11,3 m,
Gambar 4. Rancangan Dimensi 3D Rekomendasi lebar 9,8 m serta kedalaman 2,7 m. Volume masing-
Settling Pond masing kompartemen tersebut adalah kompartemen 1
sebesar 308,448 m3 dan volume kompartemen 2 sebesar
298,998 m3. Berdasarkan beberapa parameter
diantaranya luas catchment area settling pond seluas
1488,11 m2, koefisien limpasan 0,6 dengan tanaman
agak jarang, curah hujan rencana sebesar 438,64517
mm/hari, intensitas curah hujan sebesar 33,0476918
mm/jam maka nilai debit air limpasan adalah sebesar
0,00820 m3/detik atau 29,51 m3/jam. Berdasarkan debit
air total yang masuk ke settling pond yang didapat dari
debir air limpasan sebesar 29,51 m3/jam dan debit
pompa sebesar 30 m3/jam. Dengan mengacu pada
Gambar 5. Dimensi Rekomendasi Settling Pond KEPMEN ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018, maka
direkomendasikan settling pond dengan bentuk
trapesium dengan kedalaman 4 m dan sudut 45o. Panjang
Teknologi yang digunakan dalam pengolahan air pada dan lebar alas adalah sebesar 16,75 m x 16,75 m serta
settling pond adalah pengolahan aktif yaitu dengan panjang dan lebar atas sebesar 24,75 m x 24,75 m.
proses netralisasi dan pengendapan. Pada settling pond, Dengan penambahan dua kompartemen menjadi empat
ada empat zona kompartemen yaitu zona sediment trap, kompartemen dengan dimensi ukuran yang dianggap
safety pond, safety zone, treatment zone dan mud zone sama yang berfungsi sebagai sediment zone, safety zone,
[11] dimana direkomendasikan sebagai berikut : treatment zone, dan mud zone.
1. Kompartemen 1 sebagai zona sediment trap dimana
setelah air masuk ke settling pond, akan terjadi UCAPAN TERIMA KASIH
pengendapan berbagai material berat yang terbawa
secara gravitasi. Penulis berterima kasih kepada PT Akat Srida Amri
2. Kompartemen 2 sebagai kolam pengaman (safety yang sudah memberikan dukungan dalam bentuk data
zone) berfungsi mengumpulkan serta menahan air sekunder, fasilitas serta izin terhadap penelitian ini.
secara sementara sebelum akan dilakukan
pengolahan air dan material secara kimia. DAFTAR PUSTAKA
3. Kompartemen 3 sebagai treatment zone dimana
dilakukan pengolahan secara kimia dimana [1] Purwaningsih, D.A., & Irawan, D. (2018). Kajian
dicampurkan bahan kimia koagulan-flokulan. Teknis Geometri Settling Pond Pada Pit 8
Proses netralisasi untuk menteralisisr pH air Penambangan Batubara PT Megaprima
tambang menggunakan kapur (CaCO3) dan tawas Persada Job Site Pongkor Kecamatan
untuk menurunkan TSS. Loakulu Kabupaten Kutai Kartanegara
4. Kompartemen 4 sebagai zona lumpur (mud zone) Provinsi Kalimantan Timur. Jurnal Geologi
yang berfungsi menampung flok lumpur yang telah Pertambangan, 1(23), 58-68.
terbentuk. Flok terssebut akan jatuh di bagian [2] Subiakto, Peter, E., & Hartono. (2016). Kajian
bawah kolam sedangkan air yang sudah bersih akan Teknis Sistem Penyaliran pada Tambang
mengalir di bagian atas kolam. Batubara PIT 1 Utara Banko Barat PT.
Bukit Asam (Persero) Tbk. Tanjung Enim
Setelah melewati empat kompartemen di atas, air akan Sumatera Selatan. Prosiding Seminar
menuju titik penaatan. Pada titik ini, dilakukan Nasional XI “Rekayasa Teknologi Industri
pengontrolan (monitoring) air hasil pengolahan dan dan Informasi 2016 Sekolah Tinggi
dilakukan pengambilan sampel air hasil pengolahan Teknologi Nasional Yogyakarta.
untuk melihat terpenuhi atau tidaknya baku mutu

58
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008

[3] Krismayanti, DS., Bunganaen, W., Hangge, EE.,


Munaisyah, F., Dian, N.K. (2018). Analisis
Nilai Koefisien Limpasan Permukaan Pada
Embung Kecil di Pulau Flores Bagian Timur.
Jurnal Sumber Daya Air, (14)2, 125-140.
[4] Sayoga, R. (1999). Sistem Penyaliran Tambang.
Jurusan Teknik Pertambangan. Bandung :
FTM ITB.
[5] Maulidani, SS., Ihsan, N., Sulistiawaty. (2015).
Analisis Pola dan Intensitas Curah Hujan
Berdasarkan Data Observasi Dan Satelit
Tropical Rainfall Measuring Missions
(TRMM) 3B42 V7 di Makassar. Jurnal Sains
dan Pendidikan Fisika, 11(1), 98-103.
[6] Muharomah, R. (2014). Analisis Run-off Sebagai
Dampak Perubahan Lahan Sekitar
Pembangunan Underpass Simpang Patal
Palembang Dengan Memanfaatkan Teknik
GIS. Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan,
2(3), 424-433.
[7] Arindry, A.P.P., Syahrudin, & Y. Herlambang.
(2020). Evaluasi Kapasitas Kolam
Pengendapan Unit Pencucian Bauksit Pada
Washing Plant Cabing PT Dinamika
Sejahtera Mandiri Side Teraju Kabupaten
Sanggau Kalimantan Barat. JeLAST : 7(1).
[8] Verrina, GP., Anugrah, DD., Sarino. (2013). Analisa
Runoff Pada Sub Das Lematang Hulu.
Jurnal Teknik Sipil dan Lingkungan, 1(1),
22-31.
[9] Rusdiana, Lina, R., & M.I.Aziz. (2020). Kajian
Teknis Aktifitas Dewatering Di Area
Penambangan IUP PT Duta Alam Sumatera
Periode Bulan Maret 2020. Jurnal Teknik
Patra Akademika, 11(01), 64-75.
[10] Khusairi, A.R., Tamrin, K., & Yunasril. (2017).
Kajian Teknis Sistem Penyaliran Tambang
pada Tambang Terbuka Batubara PT. Nusa
Alam Lestari, Kenagarian Sinamar,
Kecamatan Asam Jujuhan, Kabupaten
Dharmasraya. Jurnal Bina Tambang, 3(3),
1202-1212.
[11] Harun, dkk. (2008). Pedoman Teknis Pengelolaan
Air Limbah Tambang Batubara Terbuka.
Kementerian Negara Lingkungan Hidup.

59
Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Vol 10 No.1, Januari 2022: 93-100

Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond Untuk Tambang Terbuka

1
Noor Fauzi Isniarno, 2Muhammad Ilham Naufal, 3Iswandaru, 4Dono Guntoro,
5
Wahyu Budi khorniawan

Program Studi teknik Pertambanga, Fakultas Teknik, Universitas Islam Bandung


1,2,3,4,5
1
Noor_fauzi_isniarno@yahoo.com / noorfauzi@unisba.ac.id

Abstract. The importance of the need for water causes water to become a major factor
in the sustainability of existing mining activities. In addition, the occurrence of silt
deposition in the main pond is a separate problem which is very likely to cause silting
of the main pond. This study aims to examine problems related to water and materials
entering the mine. Based on the results of research using the calculation of the Gumbel
distribution, through the Mononobe equation and rational formulas so that the runoff
discharge is obtained where the total discharge that enters the washing pond is 710.81
m3/day. Thus, in order for the washing pond to optimally meet water needs, additional
water is needed, which is 5,414.88 m3/day. To prevent silting of the main pond, periodic
maintenance is needed, in this case the dredging of sedimentary material deposited in
the pond. Based on the results of the study, it was found that 51,788 kg of solids were
deposited in the pond carried by circulating water. With a reference of 60% of the pond
capacity, the optimum time for dredging is once every 18 days.
Keywords: Mononobe, Gumbel distribution, rational formula, runoff discharge,
Hydrology

Abstrak. Pentingnya kebutuhan akan air menyebabkan air menjadi faktor utama
dalam keberlangsungan kegiatan penambangan yang ada. Di samping itu, terjadinya
pengendapan lumpur pada kolam utama menjadi permasalahan tersendiri yang sangat
memungkinkan menyebabkan pendangkalan kolam utama. Penelitian ini bertujuan
untuk meneliti permasalahan terkait air dan material yang masuk ke dalam tambang.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang menggunakan perhitungan distribusi
Gumbel, melalui persamaan Mononobe serta rumus rasional sehingga didapatkan
debit limpasan dengan total debit yang masuk ke dalam kolam pencucian sebesar
710,81 m3/hari. Dengan demikian, agar kolam pencucian dapat memenuhi kebutuhan
air secara optimal, diperlukan air tambahan, yaitu sebesar 5.414,88 m3/hari. Untuk
dapat mencegah pendangkalan kolam utama dibutuhkan perawatan berkala yang
dalam hal ini adalah pengerukan material sedimen yang terendapkan di dalam kolam.
Berdasarkan hasil kajian didapatkan sebanyak 51.788 kg padatan terendapkan di
dalam kolam yang terbawa oleh air sirkulasi. Dengan acuan 60% kapasitas kolam,
waktu optimum untuk dilakukan pengerukan adalah setiap 18 hari sekali.
Kata Kunci: Mononobe, Distribusi Gumbel, rumus rasional, debit limpasan,
Hidrologi

1. Pendahuluan perubahan hidrologi, ekologi, dan


lingkungan yang tidak menguntungkan
Perubahan global yang cepat di sistem sungai utama (Kumar, 2020).
(pertumbuhan penduduk, urbanisasi, Wawasan untuk hidrologi, suatu kualitas
dan kondisi cuaca ekstrim yang sering air dan perubahananya, diperlukan suatu
terjadi) secara kumulatif memengaruhi monitoring mengenai siklus hidrologi
badan air setempat dan mengakibatkan (Sin, 2020). Perubahan penggunaan lahan
93
94 | Isniarno, et al.

dan tutupan lahan sangat penting untuk bergantung kepada beberapa sektor di
studi hidrologi karena memengaruhi antaranya adalah sektor teknis, seperti
limpasan permukaan, hasil sedimen, dan hidrologi dan hidrogeologi (Isniarno,
beban nutrisi dari daerah aliran sungai 2021).
(Risal, 2020). Keberadaan air tanah Pengelolaan lanskap pada lahan
sangat dipengaruhi oleh keberadaan tambang tidak terlepas dari tindakan
zona resapan (Isniarno, 2020). hidrologi konservasi air. Umumnya, komoditas
air permukaan dan hidrolika dalam pasir yang terdiri atas topsoil, lempung,
beberapa dekade terakhir, terutama pasir lempungan, dan pasir merupakan
karena keunggulan kinerja yang luas bagian dari lapisan batuan yang mampu
dan kemudahan penggunaan (Kermani, melewatkan serta menyimpan air.
2020). Mempertimbangkan kondisi tersebut,
Penambangan terbuka adalah pengolahan bahan galian dilakukan
rekayasa sistem yang rumit yang memiliki sebagai bentuk peningkatan nilai jual dari
banyak faktor tidak aman, seperti jumlah material yang menjadi salah satu konsen
pekerja yang besar, tempat kerja yang penting dalam dunia pertambangan,
tersebar, kondisi alam yang buruk, dan yakni ketersedian air yang harus selalu
lingkungan kerja yang rumit, termasuk terpenuhi demi keberlangsungan kegiatan
siklus hidrologi yang terjadi (Kaihuan, pencucian dan keberadaan material
2012). Air yang diakibatkan oleh area pengotor berupa lempung menjadi
tambang terbuka bisa berdampak permasalahan penting dalam kegiatan
positif atau bisa berdampak negatif pencucian pasir. Berdasarkan pemikiran
(Acharya, 2020). Air yang dibuang dari tersebut, perlu dilakukannya pengkajian
lokasi tambang terbengkalai dan/atau terhadap sistem pengelolaan air guna
direklamasi dengan tingkat keasaman memenuhi kebutuhan pencucian pasir
yang relatif lebih tinggi dan terus menjadi dan pengelolaan pengotor hasil pencucian
perhatian global karena berbagai dampak yang didasarkan pada data hasil lapangan
terhadap kualitas air permukaan dan air secara nyata yang kemudian diharapkan
tanah (Acharya, 2020). Oleh karena itu, dapat diterapkan pada skala perusahaan.
perlu dilakukan pengevaluasi kontribusi
sumber-sumber dari keterdapatan air yang 2. Metode Ilmiah
sangat diperlukan dalam pengelolaan
air dalam sebuah operasi penambangan Sistem penyaliran tambang
(scheiber, 2018). (mine water management) adalah suatu
Dalam sistem penambangan sistem dalam pengelolaan air tambang
terbuka, masalah terpenting dalam yang meliputi aspek identifikasi dan
kegiatan produksi penambangan adalah kuantifikasi sumber air tambang, optimasi
pengelolaan air permukaan. Pengelolaan manajemen air tambang, perencanaan
air permukaan merupakan pengelolaan dan perancangan sarana prasarana,
air secara terpadu, kegiatan pengelolaan penyaliran, serta pengendalian dampak
dengan tujuan meminimalkan pengaruh lingkungan akibat dari air tambang.
negatif air permukaan yang terdiri dari Pada tambang terbuka, sumber air dapat
metode drainase tambang, drainase berasal dari air limpasan hujan yang
tambang, pemisahan sedimen, dan jatuh secara langsung pada area tambang,
pengendalian (Isniarno, 2020). Dalam air luapan dari sumber air permukaan
metode untuk hidrogeoligi bawah yang berada di sekitar lokasi tambang,
permukaan, penulis dapat menggunakan seperti danau, sungai, rawa, dan air tanah
metode geofisika, yaitu vertical electrical apabila bukaan tambang memotong
sounding (Isniarno, 2020). Efisiensi akuifer, sedangkan di tambang bawah
dalam perusahaan pertambangan tanah, umumnya air berasal dari lapisan
ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X
Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond... | 95

akuifer yang terpotong akibat penggalian milimeter. Pada banyak kasus di tambang
lubang bukaan serta dapat berasal dari terbuka di Indonesia hanya tersedia data
kegiatan pendukung penambangan, hujan harian yang diukur menggunakan
seperti pekerjaan pengisian ruang bekas alat penakar hujan biasa. Sementara itu,
tambang (backfilling) oleh material kejadian hujan yang harus ditangani oleh
tailing dalam bentuk lumpur (slurry). sistem penyaliran umumnya ditentukan
Beberapa faktor yang menjadi oleh intensitasnya. Oleh sebab itu, dalam
perhatian dan harus dipertimbangkan perancangan sarana penyaliran tambang,
dalam pembuatan rancangan sistem parameter besaran hujan yang biasanya
penyaliran pada tambang terbuka sebagai digunakan adalah intensitas hujan.
berikut: Rumus mononobe, dapat dipakai guna
mengestimasi curah hujan jangka pendek
Curah Hujan dari data hujan 24 jam.
Dalam daur hidrologi, presipitasi
merupakan salah satu komponen utama Daerah Tangkapan Hujan (Catchment
yang merupakan proses jatuhnya air Area)
atmosferik ke permukaan bumi dalam Daerah tangkapan hujan
bentuk hujan, salju, butiran es, dan merupakan luas permukaan yang jika
sejenisnya. Di Indonesia yang merupakan terjadi hujan, air hujan akan mengalir ke
daerah tropis, bentuk presipitasi yang daerah yang lebih rendah menuju ke titik
dominan berupa hujan. Jika air di pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan
atmosfer yang dalam bentuk kumpulan bumi sebagian akan meresap ke dalam
butiran air berbentuk awan hasil dari tanah, sebagian tercegat oleh tumbuhan
proses kondensasi uap air setelah proses (vegetasi), dan sebagiannya lagi bisa
evaporasi mendingin, butiran air menjadi saja langsung jatuh di laut, sungai,
cukup besar yang kemudian jatuh ke danau, dan sebagainya. Semua air yang
permukaan bumi. Pengolahan data dalam mengalir di permukaan bumi belum
analisis frekuensi curah hujan dilakukan tentu dapat menjadi sumber air dari suatu
guna memperoleh data curah hujan yang sistem penyaliran yang kondisi tersebut
siap pakai untuk suatu perencanaan tergantung pada daerah tangkapan hujan
sistem penyaliran tambang. Hasil sebaran dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
data dari perhitungan dispersi selanjutnya di antaranya kondisi topografi, rapat
dapat digunakan untuk analisis curah tidaknya vegetasi, dan lain-lain. Daerah
hujan rencana. Data yang telah dihitung tangkapan hujan yang merupakan daerah
dapat direncanakan berdasarkan tingkat air limpasan mengalir menuju ke sistem
variansi data sehingga dalam penentuan penyaliran alami pada suatu lokasi
curah hujan rencana akan memiliki tertentu yang dalam penentuan luasannya
tingkat keyakinan yang tinggi. Analisis berdasarkan peta topografi.
curah hujan dapat dilakukan dengan
beberapa persamaan, seperti distribusi Air Limpasan
normal, distribusi log normal, distribusi Air hujan yang tidak mengalami
C.J Gumbel, dan distribusi Log-Person evaporasi dan infiltrasi akan menjadi
Tipe III. limpasan. Untuk pembahasan mengenai
limpasan, yang menjadi rujukan adalah
Intensitas Hujan daerah tangkapan hujan (watershed,
Intensitas curah hujan merupakan catchment area). Areal tambang dapat
jumlah curah hujan per satuan waktu digolongkan sebagai daerah tangkapan
yang relatif singkat dan dinyatakan hujan kecil yang karakteristiknya adalah
dalam satuan mm/jam yang artinya debit limpasan sangat dipengaruhi oleh
dalam waktu satu jam adalah sekian karakteristik hujan atau dalam proses
https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
96 | Isniarno, et al.

rancangan, frekuensi debit limpasan baiknya menggunakan peta rencana


dapat didekati dari frekuensi hujan. penambangan dan peta situasi tambang
karena dinilai dapat mewakili kondisi
3. Hasil dan Pembahasan aktual sesuai tahapan rencana tahunan.
Berdasarkan pada pembuatan catchment
Secara umum, daerah penelitian area yang mengacu pada peta topografi
dikhususkan pada area sekitar kolam rencana penambangan, tidak dijumpai
pencucian yang setiap hari secara kontinu daerah tangkapan hujan di luar lubang
terus dilakukan pemompaan. Kolam bukaan yang ada. Hal ini disebabkan
pencucian pasir berada pada lokasi yang kondisi topografi sekitar yang curam
sama dengan lokasi dumping material dari dengan arah aliran yang berlawanan
tambang sehingga memerlukan perhatian punggungan dengan mengarah keluar
khusus yang dalam hal ini adalah area tambang. Luasan daerah catchment
ketersediaan air guna keberlangsungan area dapat dilihat pada Tabel 1.
proses pencucian material. Tabel 1. Catchment Area Daerah Penelitian
Pengambilan data secara langsung Lokasi Catchment Area (A) m2 Persentase (%)
di lapangan meliputi data-data yang CA1 8.734,76 9%
berhubungan erat dengan pengujian serta CA2 49.090,25 52%
percobaan secara aktual di lapangan CA3 22.727,46 24%
untuk mendapatkan perbandingan
CA4 13.512,91 14%
secara teoritis. Pengambilan data secara
langsung meliputi sampel batuan, Koefisien limpasan dapat
pengujian infiltrasi, pengukuran hambatan ditentukan dengan mengetahui kondisi
pemompaan, hingga pengukuran dimensi morfologi dan tata guna lahan daerah
aktual di lapangan, seperti ukuran pipa yang ingin ditentukan nilainya.
yang digunakan. Berdasarkan pada pengamatan kondisi
Pengambilan data tidak langsung lapangan serta diperkuat dengan
pada kegiatan kerja praktik ini berasal melakukan penentuan persen lereng
dari hasil pengamatan laporan terdahulu didapatkan bahwa kondisi kemiringan
dan kajian-kajian yang telah dilakukan lereng daerah penelitian berada pada
sebelumnya, seperti pengumpulan data besaran persentase dengan nilai rata-
curah hujan, pengambilan data topografi rata sebesar > 15%. Apabila merujuk
lokal, hingga spesifikasi alat pemompaan. pada peta tutupan lahan dari kementerian
Diadakannya pengambilan data tidak kehutanan tahun 2017, daerah penelitian
langsung diharapkan dapat digunakan berada pada tutupan lahan pertanian
sebagai pendukung dalam mencapai lahan kering yang bercampur semak dan
tujuan yang ingin dituju serta digunakan juga merupakan bagian lahan terbuka
sebagai pembanding, baik secara teoritis tambang. Dilanjutkan dengan nilai
maupun aktual di lapangan. koefisien limpasan yang merupakan
Dalam melakukan penentuan perbandingan kuantitas air limpasan
luasan catchment area, hal itu didasarkan terhadap curah hujan sebagai contoh
pada kecenderungan arah gerak aliran pada CA 1, lalu didapatkan nilai koefisien
air yang berupa wilayah tangkapan yang limpasan sebesar 0.9 yang dapat diartikan
polanya disesuaikan dengan kondisi bahwa air yang melimpas pada daerah
topografi. Dengan adanya penentuan tersebut sebesar 90%, sedangkan sisanya
batas catchment area diharapkan setiap akan meresap. Berikut merupakan nilai
debit hujan akan terkonsentrasi sesuai untuk masing-masing parameter yang
batasan catchment area tersendiri. dimaksudkan sesuai Tabel 2.
Dalam penentuan batas catchment area Untuk melakukan analisis data
digunakan peta topografi, tetapi ada curah hujan dapat dilakukan pemahaman
ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X
Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond... | 97

Tabel 2. Koefisien Limpasan Untuk Masing-Masing Catchment Area


Lokasi Luas (A) m2 Kemiringan (%) Pengelompokan Tata Guna Koefisien Limpasan
Lahan
CA1 8.734,76 2 - 17% Lahan Terbuka Tambang 0,9
CA2 49.090,25 2 - 17% Lahan Terbuka Tambang 0,9
CA3 22.727,46 2 - 17% Lahan Terbuka Tambang 0,9
CA4 13.512,91 2 - 17% Lahan Terbuka Tambang 0,9

Tabel 3. Curah Hujan Bulanan Periode 2011 - 2020


Curah Hujan (mm/hari)
Tahun MAX
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Aug Sep Oct Nov Dec
2011 5,17 7,30 9,46 12,11 5,95 7,77 2,64 2,17 4,72 5,94 10,00 8,98 12,1
2012 7,72 7,83 8,54 7,42 4,26 4,46 4,10 5,90 2,45 4,26 9,18 13,13 13,1
2013 17,53 10,25 9,40 8,23 7,53 8,05 7,86 3,32 2,55 4,12 5,89 14,03 17,5
2014 19,62 12,83 9,45 10,23 6,33 7,36 5,81 3,59 3,81 3,38 9,39 12,39 19,6
2015 12,72 17,75 11,90 8,59 6,16 2,91 3,35 2,43 3,23 3,18 9,62 10,25 17,8
2016 11,56 15,13 13,11 12,00 6,94 6,48 7,44 5,37 10,98 11,92 11,82 6,61 15,1
2017 10,16 15,22 10,66 10,05 8,03 4,59 3,17 2,61 6,76 12,02 14,41 9,53 15,2
2018 6,84 16,86 12,04 8,61 4,44 6,69 1,34 3,94 4,92 7,54 10,76 11,17 16,9
2019 12,80 14,83 8,93 12,25 7,33 3,19 2,48 1,76 1,68 4,91 6,62 12,56 14,8
2020 12,27 20,39 19,58 10,40 10,78 4,59 4,81 4,19 6,95 11,94 9,84 9,99 20,4

mengenai distribusi sebaran data diartikan sebagai besarnya jumlah hujan


intensitas curah hujan yang terjadi. yang turun dalam satuan waktu sehingga
Dengan mengetahui curah hujan rencana perlu diketahui waktu konsentrasi yang
dapat diketahui intensitas curah dalam dibutuhkan air untuk dapat mencapai titik
suatu periode ulang tahunan tertentu. terendah dari titik tertinggi pada suatu
Berdasarkan pada curah hujan daerah tangkapan. Dengan diketahuinya
setiap bulan hujan, penentuan curah besaran nilai untuk waktu konsentrasi
hujan rencana dengan menggunakan (Tc), besarnya intensitas hujan dapat
metode E. J Gumbel akan menunjukkan diketahui dengan menggunakan
nilai keterjadian, baik sebelum maupun persamaan Mononobe. Berdasarkan hasil
sesudah tahun yang dituju. Dengan perhitungan yang telah dilakukan, dapat
menggunakan data curah bulanan diketahui besaran intensitas curah hujan
sepuluh tahun ke belakang, untuk dapat terhadap satuan waktu sebagaimana pada
mengetahui curah hujan harian perlu Tabel 4.
dibagi hari hujan yang terjadi pada bulan Bilamana seluruh parameter
tersebut. Berikut merupakan data curah penentuan debit air limpasan telah
hujan bulanan periode 2011 – 2020 tersedia, maka untuk menentukan
terdapat pada Tabel 3. besarnya nilai debit air limpasan dapat
Intensitas curah hujan dapat menggunakan persamaan rumus rasional
Tabel 4. Intensitas Curah Hujan
Durasi Intensitas Hujan (mm/jam)
CAx
Menit Jam t = 2 Tahun t = 5 Tahun t = 10 Tahun
CA1 3,93 0,07 16,21 24,60 30,15
CA2 1,27 0,02 34,43 52,24 64,04
CA3 0,71 0,01 50,89 77,23 94,67
CA4 1,09 0,02 38,12 57,86 70,92

https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
98 | Isniarno, et al.

Tabel 5. Debit Air Limpasan setiap Catchment Area


Lokasi Koefisien Limpasan Intensitas CH (I) m/ Catchment Area Debit (Q1) m3/detik
(C) detik (A) m2
CA1 0,9 6,8331,E-06 8.734,7692 0,0537
CA2 0,9 1,4512,E-05 49.090,2531 0,6412
CA3 0,9 2,1453,E-05 22.727,4628 0,4388
CA4 0,9 1,6071,E-05 13.512,9123 0,1955

yang ditujukan untuk menentukan debit pengerukan material sedimen dasar


air limpasan pada daerah dengan kondisi kolam pengendapan.
permukaan relatif homogen. Yang Berdasarkan pengamatan kondisi
terdapat pada Tabel 5. di lapangan dan peta geologi lokasi
Konduktivitas hidrolik merupakan penelitian diketahui partikel yang
suatu kondisi yang muncul sebagai terbawa oleh aliran air berupa partikel
akibat adanya ruang kosong pada pori lempung-lanau yang memiliki ukuran
material yang kemudian terisi oleh butir menurut skala Wentworth sebesar
fluida terhadap waktu. Di lapangan, 0,0625 mm.
penentuan konduktivitas hidrologi Berdasarkan data tersebut, debit
dilakukan dengan menggunakan silinder air yang tersirkulasi masuk ke dalam
yang terisi oleh air sehingga dapat kolam adalah sebesar 229,70 m3/jam
diamati perubahan kondisi terhadap yang dapat dilakukan perhitungan
waktu (single ring). Dalam menentukan massa dan volume dari padatan serta
besaran nilai untuk gradien hidrolik air air pada kolam utama. Karena padatan
tanah dapat dilakukan menggunakan yang masuk ke dalam kolam kurang
penampang air tanah lokasi yang dicari dari 40% (11,58%), digunakan Hukum
berdasarkan perbandingan antara jarak Stokes untuk menghitung kecepatan
akuifer dengan panjang lintasan aliran pengendapan material. Adapun jenis
akuifer atau secara matematis. material yang ikut teralirkan menuju
Berdasarkan estimasi kolam utama memiliki nilai densitas (ρs)
kesetimbangan kolam terlihat bahwa sebesar 1.946,92 Kg/m3 dan densitas
terjadinya kekurangan akan kebutuhan air air (ρ) sebesar 996,14 Kg/m3 pada suhu
guna pencucian material sebesar 5164,96 28,4oC dengan viskositas (µ) sebesar
m3. Untuk mengatasi permasalahan yang 0,000827 m2/s dan gravitasi sebesar 9,81
dialami sebagai akibat tidak terpenuhinya m/s2. Menurut Virginia Soil and Water
volume kolam pencucian secara alami, Conservation Commision (1980) dalam
maka untuk menjaga agar kolam Simons (1982) merekomendasikan
pencucian tidak mengalami kekeringan, pengerukan dilaksanakan bilamana
hal itu dapat menggunakan pilihan kuantitas sedimen berada pada nilai lebih
pengaliran air dari kolam utama dengan kurang 60% dari total volume kolam
debit sama dengan lebih dari debit yang untuk menjaga kondisi tetap optimum
dikeluarkan oleh pompa dalam satuan yang didapatkan waktu pengerukan
jam. kolam setiap 18 hari sekali.
Kemudian, dilakukannya
perawatan terhadap kolam pengendapan 4. Kesimpulan dan Saran
(settling pond) sangat diperlukan demi
menghindari terjadi pendangkalan Kesimpulan yang dapat diambil
dasar kolam. Upaya perawatan perlu dari penelitian ini adalah debit air
dilakukan secara berkala mengingat yang dibutuhkan untuk memenuhi
kegiatan berlangsung secara kontinu kebutuhan kolam pencucian pasir
yang dilakukan dengan melakukan harian yang didapatkan berdasarkan

ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X


Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond... | 99

pertimbangan bagian total debit yang Geographic Information Systems


dikeluarkan adalah sebesar 5.414,88 (GIS). IOP Conference Series:
m3/hari. Estimasi kuantitas material Materials Science and Engineering,
sedimen yang terendapkan dalam kolam 042043.
utama adalah sebanyak 51.788 kg/jam Isniarno, N. F. (2020). Optimasi Iterasi
dengan kecepatan pengendapan sebesar dan Root Means Square (RMS)
0,00245 m/s yang ikut terbawa oleh Dalam Penentuan Batas Litologi
debit aliran sirkulasi sebesar 229,70 m3/ dari Vertical Electrical Sounding
jam. Dengan kuantitas material sedimen (VES). Ethos : Journal Penelitian
yang terendapkan sebesar 51.788 kg/ dan Pengabdian kepada masyarakat
jam, perawatan kolam yang dalam hal (sains & Teknologi), 5058.
ini adalah waktu pengerukan, dapat Isniarno, N. F. (2021). Analisis Discounted
dilakukan secara berkala setiap 18 hari Cash Flow (DCF) Dalam Investasi
sekali. tambang dan Kelayakan Ekonomi
Saran dari penelitian ini adalah Pada Ekstraksi Timah dengan
kolam pencucian dapat dilapisi dengan Menggunakan Teknologi Klorinasi
lapisan tahan air, seperti geomembrane, Basah. Ethos : jurnal Penelitian dan
geotextile, geosynthetic, geogrid, geonet, Pengabdian Kepada Masyarakat,
geofoam, geocell, ataupun geocomposite 6626.
karena kolam pencucian sendiri terdiri Kaihuan, z. (2012). Research on Intrinsic
atas material yang mudah tererosi dan Safety Method for Open-pit
meloloskan air. Dengan menggunakan Mining. Procedia Engineering,
lapisan tahan air ini, diharapkan air 453-458.
tidak merembes dan mencegah kuantitas Kermani, M. Z. (2020). Neurocomputing
air dalam kolam berkurang. Pada in surface water hydrology and
beberapa bekas front kerja yang telah hydraulics: a review of two
tidak terpakai didapatkan rembesan air decades retrospective, current
tanah yang cukup deras pada kedalaman status and future prospects. Journal
tertentu. Dilakukannya kajian terhadap of Hidrology, 125085.
rembesan air tersebut dapat menjadi suatu Kumar, P. (2020). Socio-hydrology:
preferensi identifikasi permasalahan A key approach for adaptation
yang dapat muncul kemudian hari karena to water scarcity and achieving
besar kemungkinan dapat memengaruhi human well-being in large riverine
kesetimbangan air sekitar. islands. Progress in Disaster
Science, Volume 8, December
DAFTAR PUSTAKA 2020, 100134.
Risal, A. (2020). Sensitivity of hydrology
Acharya, B. S. (2020). Acid mine and water quality to variation
drainage from coal mining in the in land use and land cover data.
United States – An overview. Agricultural Water Management,
Journal of Hydrology, 125061. 106366.
Isniarno, N. F. (2020). Analysis of Scheiber, l. (2018). Quantification
velocity groundwater in unconfines of properties of different water
aquifer zone using infiltration sources in a mining operation.
measurement. IOP Conference Science of the Total Environment,
Series: Materials Science and 587-599.
Engineering, 042047. Sin, Y. (2020). Changes in hydrology,
Isniarno, N. F. (2020). Hydrological water quality, and algal blooms in
monitoring in open PIT mining a freshwater system impounded
areas using geodatabase attribute in with engineered structures in a
https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
100 | Isniarno, et al.

temperate monsoon river estuary.


Journal of Hydrology: Regional
Studies, 100744.

ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X


JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 58

KAJIAN TEKNIS GEOMETRI SETTLING POND PADA PIT 8


PENAMBANGAN BATUBARA PT. MEGAPRIMA PERSADA
JOB SITE PONGKOR KECAMATAN LOAKULU
KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA
PROVINSI KALIMANTAN TIMUR

Oleh :
Diah Ayu Purwaningsih 1 dan Donny Irawan 2

ABSTRACT

Source of water entering to settling pond in general surface water and


ground water, in the water area of this study water entering into swp 06 comes
from trench 1 and 2 which is the water from pumping at pit 8 and runoff water,
for ground water is ignored because it is included in the amount of water pumping
discharge in pit 8. The water entering into the trench 1 is the water from the west
pit 8 pipe and from the runoff water area pit 7 of 7,9505 Ha and pit 8 of 2,3008
Ha. The water entering into the trench 2 is the result of pumping from the east pit
8 runoff water with the area of DTH which is a Palm Oil Plantation of 25,55Ha
and DTH Top Soil of 3,8044 Ha. The pumps and pipes used by PT. MPP is KSB
150 and HDPE 6’, diameter 16 cm, and thickness 1,4cm. The total volume of
actual settling pond SWP 06 amounted to 63,5230 m3, water entering into settling
pond SWP 06 that is from trench 1 of 2,1743 m3/s and trench 2 of 2,8950 m3/s so
that total discharge of incoming water is 5,0693 m3/s and when reviewed the total
volume of incoming water amounted 29.152,44 m3 so that only need to do
maintenance by dredging so that the volume of the pool can accommodate the
water that will be because the 3 compartement that have a width 29 cm which can
occur silting at middle of compartement because PC 200 with macimum reach 42
ft =12,8016 m at 2 time that is 25,6032 m, pool age 1a for 5,7days and pool
1b,2b,and 2a during 11,5 days and increase the age of the pool during mining
activities take place settling pond SWP 06 must be done in routine dredging. The
factors that influence the dimensions of the amount of water that will enter into
settling pond SWP 06.

Keywords :Chatcment Area, Hidrology, Settling Pond


JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 59

ABSTRAK

Sumber air yang masuk ke Settling pond pada umumnya air permukaan
dan air tanah, pada daerah penelitian ini air yang masuk ke dalam SWP 06 berasal
dari paritan 1 dan 2 yang merupakan air dari pemompaan pada pit 8 dan air
limpasan, untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam jumlah debit
pemompaan air di pit 8. Air yang masuk kedalam paritan 1 merupakan air dari
hasil pemompaan pit 8 Barat dan dari air limpasan dengan luas Area DTH yang
merupakan Area Reklamasi pada pit 7 sebesar 7,9505 Ha dan pit 8 sebesar
2,3008 Ha. Air yang masuk kedalam paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan
dari pit 8 Timur dan air limpasan dengan luas area DTH yang merupakan
Perkebssunan Kelapa Sawit sebesar 25,55 Ha dan DTH Top Soil sebesar
3,8044 Ha. Pompa dan Pipa yang digunakan oleh PT. MPP yaitu KSB 150 dan
HDPE ukuran 6’,diameter 16 cm, dan tebal 1,4 cm. Volume total aktual Settling
Pond SWP 06 sebesar 63.523 m3, air yang masuk kedalam Settling pond SWP 06
yaitu dari paritan 1 sebesar 2,1743 m3/detik dan paritan 2 sebesar 2,895 m3/detik
sehingga debit total air limpasan yang masuk sebesar 5,0693 m3/detik dan saat di
kaji kembali volume total air yang masuk sebesar 29.152,44 m3 sehingga hanya
perlu di lakukan perawatan dengan cara pengerukan agar volume kolam bisa
menampung air yang akan masuk karena pada 3 Kompartement yang ada
mempunyai lebar 29 m yang bisa terjadinya pendangkalan pada tengah
kompartement karena PC 200 dengan Jangkauan Maksimal 42 ft = 12,8016 m di
kali 2 yaitu 25,6032 m, umur kolam 1a selama 6,7 hari dan kolam 1b,2b,2a
selama 11,5 hari dan untuk menambah umur kolam tersebut selama kegiatan
penambangan berlangsung settling pond SWP 06 harus di lakukan pengerukan
rutin. Faktor yang mempengaruhi dimensi yaitu jumlah air yang akan masuk
kedalam Settling Pond SWP 06.

A. PENDAHULUAN
Dalam industri pertambangan batubara, eksplorasi batubara dari lapisan
dalam tanah harus malalui proses pemisahan over burden. Over burden adalah
material penutup batubara, proses ini disebut over burden removal. Hasil akhir
dari penambangan batubara adalah clean coal, yaitu batubara yang digunakan
untuk bahan bakar. Coal getting merupakan proses pengambilan batu bara dari
pembersihan (cleaning) sampai pengisian (loading) batu bara ke alat angkut untuk
kemudian di angkut ke tempat penampungan (stockpile). Kondisi cuaca hujan
dengan volume yang tinggi merupakan kendala proses coal getting. Tambang
terbuka dengan menggunakan metode open pit. Metode penambangan ini akan
menyebab kan terbentuknya cekungan yang luas sehingga sangat potensial untuk
menjadi daerah tampungan air, baik yang berasal dari air limpasan permukaan dan
air tanah. Oleh karena itu Sistem drainase (drainage system) di buat salah satunya
dengan membuat Settling Pond. Settling Pond adalah suatu penyaliran berbentuk
kolam yang berfungsi sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang,
baik air tanah maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar
ke perairan umum. Melalui upaya penanganan air yang masuk ke dalam pit, maka
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 60

di harapkan permasalahan yang timbul akibat tidak terkontrolnya air yang masuk
ke pit dapat diminimalisir sehingga aktifitas penambangan dapat tetap di lakukan.

1. Maksud dan Tujuan


Maksud dari penelitian ini adalah melakukan kajian terhadap geometri
Setlling pond di pit pada penambangan Batubara. Tujuan penelitian untuk
Mengetahui sumber-sumber air yang masuk ke Settling pond., Mengetahui debit
air yang masuk ke Settling pond, Mengetahui Geometri Settling pond, dan Faktor
– faktor yang mempengaruhi dimensi Settling pond.

2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini agar tidak terjadi suatu perluasan masalah maka penulis
membatasi dengan mengkaji pada geometri Settling pond pada pit 8 penambangan
batubara agar volume Settling pond bisa menampung volume air yang akan di
alirkan masuk ke dalam Settling pond dengan data curah hujan selama 10 tahun .

3. Metodelogi Penelitian
Didalam melaksanakan Penelitian ini, penulis menggunakan studi pustaka
dengan data-data atau observasilapangan, sehingga dari kedianya didapat
pendekatan penyelesaian masalah, adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:
1. Tahap kajian literatur
Tahap ini merupakan kegiatan awal sebelum dilakukannya penelitian. Pada
tahap ini dilakukan kajian-kajian pustaka atau literatur sebagai pendukung
kegiatan penelitian yang bersifat teoritis.
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan di lakukan dengan cara peninjauan dan pengamatan
langsung kelapangan terhadap objek kajian yang di amati dalam hal ini
berkaitan dengan sedang geometri Settling pond.
3. Tahap pengambilan data
a) Data primer yaitu : Sumber-sumber air yang masuk ke dalam kolam ke
Settling pond dengan cara pengamatan langsung pada daerah penelitian,
Pengukuran geometri Settling pond dengan cara pengukuran langsung
yaitu (panjang, Lebar, dan Kedalaman) dengan menggunakan berupa alat
meteran, Dokumentasi Lapangan sesuai dengan kegiatan penelitian
dengan menggunakan kamera, dan Melihat secara langsung jenis lahan di
area penelitian.
b) Data sekunder
Tahap pengambilan data sekunder yaitu berupa pengambilan data yang
dilakukan tanpa perlu langsung ke lapangan, Data curah hujan harian 10
tahun pada daerah penelitian, Peta situasi tambang, danSpesifikasi pompa
dan alat perawatan Settling pond
4. Akuisi data
Merupakan pengelompokan dari data-data yang diambil untuk proses
selanjutnya.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 61

5. Tahap pengolahan dan kajian data


Pengolahan data dalam penelitian ini yaitu berupa data sumber-sumber air
yang masuk dan menentukan catchment area dengan menggunakan aplikasi
AutoCAD 2010, dan perhitungan data curah hujan menggunakan aplikasi
microsoft exce, dan menghitung hasil pengukuran geometri aktual kolam. Setelah
semua data terkumpul dan selesai di kaji atau di olah dari awal sampai akhir maka
dalam mendapatkan hasil dari permasalahan yang ada di dalam penelitian ini.
6. Pembuatan draft hasil dari penelitian.
Setelah semua data terkumpul, di olah atau di kaji dari awal sampai akhir
sehingga di peroleh hasil dari penelitian kemudian disimpulkan dan selanjutnya
di buat dalam bentuk draft hasil penelitian.
7. Kesimpulan
Setelah mendapatkan hasil dari penelitian yang ada, maka dapat di
simpulkan penyebab permasalahan sesuai dengan judul penelitian.

B. DASAR TEORI
1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan pada
proses analisis hidrologi. Siklus hidrologi menurut Soemarto (1987) adalah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Dalam
siklus hidrologi ini terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara
proses hujan (presipitation), penguapan (evaporation), transpirasi, infiltrasi,
perkolasi, aliran limpasan (run off), dan aliran bawah tanah.

(SumberSoemarto, 1987)
Gambar 1. Siklus Hidrologi

2. Air Permukaan
Limpasan Permukaan atau aliran permukaan merupakan bagian dari curah
hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju kesungai, danau dan lautan
(Asdak,1995). Menurut Arsyad (1983) limpasan permukaan adalah air yang
mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran
permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah,
dimana dalam hal ini tanah telah jenuh air (Kartasapoetra dkk.1988). sifat aliran
permukaan seperti jumlah atau volume, laju, kecepatan dan gejolak aliran
permukaan menentukan kemampuannya untuk menimbulkan erosi, dalam
penelitian ini yang diukur adalah besar aliran permukaan dalam satuan mm
(Haridjaja dkk.1991).
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 62

3. Air Tanah
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah
disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang
dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.

4. Daerah Tangkapan Hujan


Menurut Awang Suwandhi (2004) area tangkapan hujan adalah suatu area
ataupun daerah tangkapan hujan dimana batas wilayah tangkapannya ditentukan
dari titik-titik elevasi tertinggi sehingga akhirnya merupakan suatu poligon
tertutup, yang mana polanya disesuaikan dengan kondisi topografi, dengan
mengikuti arah aliran air. Aliran air tersebut tidak hanya berupa air permukaan
yang mengalir di dalam alur sungai, tetapi termasuk juga aliran di lereng-lereng
bukit yang mengalir menuju alur sungai sehingga daerah tersebut dinamakan
daerah aliran sungai. Secara lebih spesifik daerah tangkapan didefinisikan sebagai
bagian dari suatu daerah aliran (watershed/catchment area) dimana aliran air
tanah (yang saturated) menjauhi muka air tanah. Biasanya di daerah tangkapan,
muka air tanahnya terletak pada suatu kedalaman tertentu.

5. Sumber-Sumber Air yang masuk ke dalam Settling Pond


1. Air Permukaan
Limpasan Permukaan atau aliran permukaan merupakan bagian dari curah
hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju kesungai, danau dan lautan
(Asdak,1995). Menurut Arsyad (1983) limpasan permukaan adalah air yang
mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran
permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah,
2. Akuifer
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam tanah
yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam tanah
dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer.

6. Intensitas Curah Hujan


Intensitas Curah Hujan adalah jumlah hujan yang jatuh dalam areal tertentu
dalam jangka waktu yang relatif singkat, dinyatakan dalam mm/detik, mm/menit,
atau mm/jam. Untuk mengetahui nilai intensitas curah hujan di suatu tempat,
maka digunakan alat pencatat curah hujan. Intensitas curah hujan biasanya
dinotasikan dengan huruf I dengan satuan mm/jam, yang artinya tinggi/kedalaman
yang terjadi adalah sekian mm dalam periode waktu 1 jam. Untuk itu hanya
didapat dari data pengamatan curah hujan otomatis. Keadaan curah hujan dapat
didefinisikan dalam tabel sebagai berikut :
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 63

Tabel 1. Keadaan Dan Intensitas Curah Hujan


Curah Hujan ( mm )
Keadaan Curah Hujan
1 Jam 24 Jam
Hujan Ringan <1 <5
Hujan Ringan 1–5 5 – 10
Hujan Normal 5 – 10 10 – 50
Hujan Deras 10 – 20 50 – 100
Hujan Sangat Deras > 20 >100

(Sumber :Suwandi A,2004)

Apabila curah hujan harian di daerah penelitian diketahui tidak terdistribusi


merata setiap tahun, maka menurut Mononobe, intensitas curah hujan dapat
dihitung dengan rumus perkiraan intensitas curah hujan untuk lama waktu hujan
sembarang yang dihitung dari data curah hujan harian yaitu :
2
 24  3
R 24
I=  
24  t 
7. Debit Air limpasan
Air limpasan adalah bagian dari curah hujan yang mengalir di atas permukaan
tanah menuju sungai, danau atau laut. Besarnya air limpasan tergantung
dari banyak faktor, sehingga tidak semua air yang berasal dari curah hujan akan
menjadi sumber bagi sistem penyaliran. Dari banyak faktor, yang paling
berpengaruh yaitu :
1. Kondisi penggunaan lahan
2. Kemiringan lahan
3. Perbedaan ketinggian daerah
Faktor-faktor ini digabung dan dinyatakan oleh suatu angka yang disebut
koefisien air limpasan. Penentuan besarnya debit air limpasan maksimum
ditentukan dengan menggunakan rumus metode rasional, yaitu :

Q = 0,00278 X C X I x A

8. Geometri Settling Pond


Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan partikel – partikel atau
lumpur yang ikut bersama air hasil aliran dari saluran tambang sebelum air
lumpur tersebut dibuang kepermukaan akhir maka diendapkan terlebih dahulu
partikel-partikel padatnya agar tidak mencemari lingkungan sekitar tambang.
Ukuran settling pond dibuat dengan mempertimbangkan luas area tangkapan
hujan kandungan padatan air tambang dan koefisien pengendapan.
Rumus settling pond Robert Manning, (1895):
I. V = Q x t
II. A = V/d
III. P = A/L
IV. L = P/JUMLAH ZONA
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 64

C. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sumber air yang masuk ke dalam Settling Pond


Settling Pond pada umumnya didesain khusus untuk menampung air yang
masuk, dan dilakukan pengelolaan sebelum air di alirkan keperairan umum.
Sumber air yang masuk ke Settling pond pada umumnya air permukaan dan air
tanah,
a. Air permukaan
pada daerah penelitian ini air yang masuk ke dalam SWP 06 berasal dari
paritan 1 dan 2 yg merupakan air dari pemompaan pada Pit 8 dan air limpasan,
Berikut tabel sumber – sumber air yang masuk ke dalam Setling pond:

Tabel 2. Sumber – sumber air yang masuk ke dalam Settling pond.

Sumber Air Luas Debit Volume


(Ha) (m3/detik) (m3)
1. Paritan 1 :
a. Pit 8 Barat 32,1106 0,1806 1705,4
b. Area Reklamasi Pit 7 7,9505 0,78
c. Area Reklamasi Pit 8 2,3008 0,2257
2. Paritan 2
a. Pit 8 Timur 17,8334 0,5426 5806,04
b. Perkebunan Kelapa 25,55 1,5597
Sawit
c. Top Soil 3,8044 0,4313

Air pada paritan 1 bersumber dari air yang di pompakan melalui pompa di pit
8 barat dengan volume air 1705,4 m3 dan air limpasan dari DTH yang merupakan
area reklamasi 7 dan 8, sedangkan air pada paritan 2 bersumber dari air yang di
pompakan melalui pompa di pit 8 timur dengan volume air 5806,04 m3 dan air
limpasan dari DTH yang merupakan area top soil dan perkebunan kelapa sawit.
b. Air Tanah (akifer)
Pada penelitian ini untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam
jumlah debit pemompaan air di pit.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 65

PT. MEGAPRIMA PERSADA


PETA SITUASI TAMBANG
U

100 200 500 m

9943000

9942500

9942000

9941500

9941000
492000
491500

492500

PT. MEGAPRIMA PERSADA KAB. BULUNGAN Tan ju ng selor

1 : 7691
PETA SITUASI TAMBANG
KAB. BERAU Tanjun gredeb

Teluk Sumbang

KAB. KUTAI

Tenggarong S amarinda

B alikpapan
KAB. PASIR

U Tanahg rogot

100 200 500 m

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian di PT.MPP


9943000

9942500
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 66

2. Perhitungan Debit Air yang masuk kedalam Settling Pond SWP 06


Perhitungan debit air limpasan dilakukan dengan menggunakan rumus
rasional dari hasil perhitungan tersebut debit air yang masuk kedalam Settling
pond yang melalui paritan 1 dan 2, debit total air yang masuk kedalam Settling
pond SWP 06 yaitu dari paritan 1 sebesar 2,1743 m3/detik dan paritan 2 sebesar
2,895 m3/detik sehingga debit total air limpasan yang masuk sebesar 5,0693
m3/detik.

3. Kajian Kolam Pengendapan


Settling Pond SPW06 yang digunakan pada PT. MPP tersebut mempunyai
empat kompartement yang masing-masing dimensinya mempunyai :
a. Kompartement 1a Panjang 45 meter, lebar 24 meter, dan kedalaman 6
meter sehinga volume air yang dapat di tampung sebesar 6.480 m3.
b. Kompartement 2a Panjang 94 meter, lebar 29 meter, dan kedalaman 7
meter sehinga volume air yang dapat di tampung sebesar 19.082 m3.
c. Kompartement 1b Panjang 93 meter, lebar 29 meter, dan kedalaman 7
meter sehinga volume air yang dapat di tampung sebesar 18.878 m3.
d. Kompartement 2b Panjang 94 meter, lebar 29 meter, dan kedalaman 7
meter sehinga volume air yang dapat di tampung sebesar 19.082 m3
Kolam pengendapan pada daerah penelitian yaitu di Settling Pond SWP 06
perlu dikajiulang hal ini disebabkan karena tujuan pembuatan di buat untuk
menampung air dari Pit 7 yang kemudian di alih fungsikan untuk menampung air
dari Pit 8,oleh karena akan terjadi perbedaan volume total air yang akan masuk
kedalam SWP 06,
Untuk jangkauan alat yang di gunakan yaitu PC200 dengan Jangkauan seiring
tanah maksimal 42ft = 12,8016m di kali 2 yaitu 25,6032m.
Dari hasil perhitungan jumlah air yang masuk melalui paritan kedalam
Settling Pond SWP 06 sebesar 2,9968m3/detik.
Dari perhitungan diatas dengan kecepatan partikel danbesarnya TSS yang
masuk serta debit total, maka masing-masing kompartement hanya mempunyai
umur kolam 1a selama 6,7 hari dan kolam 1b,2b,2a selama 11,5 hari dan untuk
menambah umur kolam tersebut selama kegiatan penambangan berlangsung
settling pond SWP 06 harus di lakukan pengerukan rutin.

4. Faktor – Faktor yang mempengaruhi Geometri Settling Pond SWP 06


Faktor yang mempengaruhi Geometri Settling Pond SWP 06yaitu berasal dari
sumber – sumber air yang masuk kedalam Settling pondyang merupakan air
permukaan Sebagai berikut :
1. Air Permukaan
Pada daerah penelitian air permukaan yang masuk berasal dari pemompaan
air pada pit 8 dan air limpasan yang di alirkan melalui Paritan 1 dan 2 mengarah
pada Settling Pond SWP 06 untuk dilakukan pengelolaan sebelum di lepaskan ke
perairan umum.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 67

Faktor yang mempengaruhi besar debit air yang masuk kedalam Settling
Pond yaitu dari :
a. Koefisien daerah tangkapan hujan (C)
Pada Settling Pond SWP 06 memiliki 4 Koefisien di mana masing-masing
koefisien memiliki tata guna lahan yang berbeda sebagai berikut :
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 7 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Kebun Kelapa Sawit Pit 8memiliki tata guna lahan
untuk topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi hutan.
- Koefisien dari DTH Top Soil Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi tanpa tanaman.
b. Intensitas curah hujan (I)
Intensitas curah hujan berpengaruh besar berdasarkan umur tambang dan
durasi lama hujan semakin besar intensitas curah hujan semakin besar pula jumlah
air yang masuk. Pada daerah penelitian data curah hujan yang di gunakan 10
tahun dari tahun 2006-2015 dengan durasi lama hujan sebesar 2 jam.
c. Luas Area Penelitian (A)
Luas area akan berpengaruh besar pada jumlah air yang akan masuk kedalam
Settling pond karena semakin luas daerah tangkapan hujan semakin besar air
yang jatuh di area tersebut. Pada daerah penelitian terdapat 4 daerah tangkapan
hujan yang langsung masuk kedalam paritan yang mengarah pada Settling pond
yaitu area Reklamasi pit 7, Reklamasi pit 8, Kebun Kelapa Sawit pit 8,dan Top
Soil pit 8.

D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sumber air utama yang masuk ke dalam lokasi pit 8 adalah paritan 1
merupakan air dari hasil pemompaan pit 8 barat, air limpasan dari area
reklamasi, dan paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan dari pit 8 timur, air
limpasan dari perkebunan kelapa sawit, dan top soil.
2. Debit air yang masuk kedalam Settling Pond SWP 06 dari paritan 1 paritan 2
sebesar 2,9968 m3/detik.
3. Pada Geometri Settling Pond SWP 06 aktual yang ada volume total kolam
sebesar 63.532 m3 yang kemudian di kaji karena fungsi sebelumnya
merupakan settling pond untuk pit 7 kemudian di fungsikan untuk pit 8 agar
dapat mengetahui volume air yang akan masuk dari pit 8, setelah dilakukan
pengkajian ulang dengan perhitungan volume air yang di dapat sebesar
29.152,44 m3/detik yang merupakan air dari pit 8 dan paritan. jadi volume
aktual kolam pengendapan swp 06 masih dapat menampung air yang berasal
dari penambangan pit 8.
4. Faktor yang mempengaruhi dimensi Settling Pond SWP 06 yaitu dari air
permukaan dan air tanah. dimana air permukaan merupakan air limpasan
debit air limpasan itu sendiri di pengaruhi oleh koefisien, intensitas curah
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 68

hujan, dan luar area penelitian. sedangkan air tanah di abaikan karena sudah
termasuk pada perhitungan pemompaan pada area pit 8.

E. DAFTAR PUSTAKA
PerDaProv Kaltim No 2, 2011, Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pfleider E. P., 1972. Surface Minning. The American Institude of Minning.
Metallurgical and Petroleum Inc., New York
Rudi Sayogya GB., 1993. Sistem Penirisan Tambang. Kursus Perencanaan
Tambang. Jurusan Teknik Pertambangan FTM, ITB.
Sosrodarsono S. Dan Takeda K.,1993. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta
Soewarno, 1995. Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data
Jilid I, Gramedia. Jakarta.
Sugiharto, 2008, Dasar-DasarPengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta
Sundoyo, 2012, PerhitunganDimensi settling pond padaPenambangan Batubara,
Skripsi, UniversitasKutaiKartanegara.
Todd, D.K., 1959. Ground Water Hydrology,Jhon Wely and Sons. Inc. New York
dan London
Triatmodjo, Bambang, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.
Muchjidin, 2006, PengendalianMutudalamIndustri Batubara, Penerbit ITB,
Bandung.

You might also like