Professional Documents
Culture Documents
Oleh :
FATIHAHTUL NADILA
F1D120005
UNIVERSITAS JAMBI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material
lain sehingga air yang dialirkan dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih,
selain itu hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pendangkalan
sungai. Kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol
kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan. Rancangan
kolam pengendapan yang akan dibuat berdasarkan total pada debit air yang
masuk ke dalam kolam pengendapan.
Penurunan kualitas air ini disebabkan oleh adanya kontak air dengan
maretial/batuan yang terekspose sehingga merubah kulalitas air. Berdasarkan
hasil uji laboratotirum terhadap air limpasan disimpulkan bahwa terdapat
Penurunan kualitas air pada aktivitas penambangan di X Unit Bisnis
Penambangan Bauksit. Penurunan kualitas air dalam hal ini nilai ditandai oleh
Ph yang menurun, kadar TSS yang tinggi yang terkandung dalam air serta
terdapat logam berat dalam hal ini logam berat yang melebihi ambang batas yaitu
besi (Fe). Sehingga, dalam hal ini perusahaan harus melakukan kegiatan Upaya
Kelola Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan.
Penirisan tambang akan identik dengan pengontrolan air tanah dan air
permukaan bumi yang biasanya mengganggu aktifitas penambagan. Curah hujan
yang tinggi menyebabkan meningkatnya volume air yang terakumulasi pada dasar
tambang sehingga kegiatan penambangan menjadi terganggu dan produksi tidak
optimal karena area kerja menjadi tergenang air. Air yang menggenangi lokasi
penambangan merupakan masalah yang utama bagi perusahaan pertambangan
karena air yang masuk ke lokasi penambangan dapat mengganggu aktivitas
penambangan dan mengakibatkan terhambatnya produksi. (Hutagalung &
Pangkung, 2018)
Untuk mengatasi air yang berada pada pit penambangan perlu dilakukan
sistem penyaliran sehingga air yang berada pada pit penambangan dapat
dipompakan keluar. Air yang di pompakan dari pit penambangan akan mengalir
melaluidrainage kemudian dialirkan menuju settling pond
Kolam pengendapan (settling pond) juga berfungsi untuk mengendapkan
lumpur atau material lain sehingga air yang dialirkan dari kolam pengendapan ke
sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah terjadinya
pendangkalan sungai. Kolam pengendapan (settling pond) juga dapat berfungsi
sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam
pengendapan (Surahmad, Adnyano, & Purnomo, 2021)
1. Curah Hujan
Di Indonesia yang merupakan daerah tropis, bentuk presipitasi yang
dominan berupa hujan. Jika air di atmosfer yang dalam bentuk kumpulan
butiran air berbentuk awan hasil dari proses kondensasi uap air setelah
proses evaporasi mendingin, butiran air menjadi cukup besar yang
kemudian jatuh ke permukaan bumi. Pengolahan data dalam analisis
frekuensi curah hujan dilakukan guna memperoleh data curah hujan yang
siap pakai untuk suatu perencanaan sistem penyaliran tambang. Hasil
sebaran data dari perhitungan dispersi selanjutnya dapat digunakan untuk
analisis curah hujan rencana. Data yang telah dihitung dapat direncanakan
berdasarkan tingkat variansi data sehingga dalam penentuan curah hujan
rencana akan memiliki tingkat keyakinan yang tinggi.
2. Intensitas Hujan
Intensitas curah hujan merupakan jumlah curah hujan per satuan
waktu yang relatif singkat dan dinyatakan dalam satuan mm/jam yang
artinya dalam waktu satu jam adalah sekian milimeter. Pada banyak kasus
di tambang terbuka di Indonesia hanya tersedia data hujan harian yang
diukur menggunakan alat penakar hujan biasa. Sementara itu, kejadian
hujan yang harus ditangani oleh sistem penyaliran umumnya ditentukan
oleh intensitasnya.
3. Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Daerah tangkapan hujan merupakan luas permukaan yang jika
terjadi hujan, air hujan akan mengalir ke daerah yang lebih rendah menuju
ke titik pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan bumi sebagian akan
meresap ke dalam tanah, sebagian tercegat oleh tumbuhan (vegetasi), dan
sebagiannya lagi bisa saja langsung jatuh di laut, sungai, danau, dan
sebagainya. Semua air yang mengalir di permukaan bumi belum tentu dapat
menjadi sumber air dari suatu sistem penyaliran yang kondisi tersebut
tergantung pada daerah tangkapan hujan dan dipengaruhi oleh beberapa
faktor di antaranya kondisi topografi, rapat tidaknya vegetasi, dan lain-lain.
Daerah tangkapan hujan yang merupakan daerah air limpasan mengalir
menuju ke sistem penyaliran alami pada suatu lokasi tertentu yang dalam
penentuan luasannya berdasarkan peta topografi.
4. Air Limpasan
Air hujan yang tidak mengalami evaporasi dan infiltrasi akan
menjadi limpasan. Untuk pembahasan mengenai limpasan, yang menjadi
rujukan adalah daerah tangkapan hujan (watershed, catchment area). Areal
tambang dapat digolongkan sebagai daerah tangkapan hujan kecil yang
karakteristiknya adalah debit limpasan sangat dipengaruhi oleh karakteristik
hujan atau dalam proses rancangan, frekuensi debit limpasan dapat didekati
dari frekuensi hujan. (Isniarno, Naufal, Iswandaru, Guntoro, & Khorniawan,
2022)
Faktor yang mempengaruhi dimensi settling pond adalah jumlah air yang
akan masuk ke dalam settling pond dimana pada penelitian tersebut, penulis
mengatakan bahwa debit air limpasan dipengaruhi oleh koefisien, intensitas curah
hujan serta luasnya daerah penelitian. Dibuat settling pond dengan dimensi sesuai
dengan debit air yang masuk dengan beberapa kompartemen agar air memiliki
waktu untuk mengendap
Settling pond harus dibuat dengan dimensi ukuran serta geometri yang tepat
agar fungsinya sebagai kolam pengendapan tercakupi. Settling pond harus
dirancang sebaik mungkin dikarenakan air limbah penambangan yang masuk ke
dalam settling pond akan diendapkan serta diolah untuk dapat dialirkan ke perairan
dengan mencakup standar baku mutu air pada Keputusan Menteri Lingkungan
Hidup Nomor 13 Tahun 2003. Diperlukan perhitungan terhadap debit air yang
masuk ke dalam settling pond agar dapat menentukan ukuran dimensi yang tepat
sehingga air tidak menguap serta dapat mengendap dan diolah dengan waktu yang
cukup. Settling pond juga harus dirancang sebaik mungkin dengan beberapa bagian
terpisah atau kompartemen agar air yang akan dialirkan menuju sungai telah benar-
benar mengalami proses pengendapan sehingga aman untuk dialirkan menuju
perairan. (Rosalindo , Assidiqi, Wiratama, & Megasukma , 2022)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Pada penelitian ini data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data
sekunder. Pengumpulan Data Primer dilakukan dengan cara pengambilan data
dilapangan. Adapun data primer yang untuk penelitian ini adalah peta topografi
Sedangkan data sekunder diperoleh dari perusahaan. Adapun data sekunder
untuk penelitian ini adalah spesifikasi pompa, spesifikasi pipa dan dimensi
sump.
Abstract
PT. Nan Riang is a coal mining company located in Muara Tembesi District, Batanghari Regency, Jambi
Province. PT. Nan Riang applied open pit system in its operation, in which Stripe Mine was considerably
implemented as the main method. The utilisation of this method would form pits, so that, during rainy days,
the water could potentially be stagnant in front. The catchment areas are divided into 6 sections; the 1st
catchment area was 0.00929 km2, the 2nd catchment area was 0.06017 km2, the 3rd catchment area was
0.03256 km2, the 4th catchment area was 0.03960 km2, the 5th catchment area was 0.08065 km2, and the 6th
catchment area was 0.02596 km2. From the calculation of drainage dimensions, it was highlighted that the
water level was approximately 0.26 m, width of drainage was about 0.39 m, width of drainage surface was
0.78 m, wet circumference was about 0.73 m, the depth of was 1.07 m, and length of side was 1.19 m. The
pump that is set for the drainage was LCC-H 50-230, with the pumping capacity of 3,405 m3/ hour. These
pumps have Total Head of 90 m, with the impeller rotation of 3710 rpm. The amount of water entering the
settling pond was 15.80336 m3/ second, with the settling widht of 29.71 m2 pond. Regarding the dimensions
of settling pond, in which water could be gathered as calculated, therefore settling pond should be set at
10 m in length, 4 m in width and 2 m in height, with the volume of 237.64451 m3.
Abstrak
PT. Nan Riang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada di Kecamatan Muara
Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. PT. Nan Riang melakukan sistem tambang terbuka yang
menggunakan metode Stripe Mine sehingga akan membentuk cekungan, sehingga pada saat hujan
berpotensi air akan tergenang pada front. Luasan daerah tangkapan hujan pada daerah penelitian ini dibagi
menjadi 6 bagian. Daerah tangkapan hujan I luas area 0,00929 km2, daerah tangkapan hujan II luas daerah
0,06017 km2, daerah tangkapan hujan III luas daerah 0,03256 km2, daerah tangkapan hujan IV luas daerah
0,03960 km2, daerah tangkapan hujan V luas daerah 0,08065 km2, dan daerah tangkapan hujan VI luas
daerah 0,02596 km2. Dari perhitungan dimensi drainagenya didapat, tinggi air 0,26 m, lebar dasar
saluran 0,39 m luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m. Pompa yang akan di rencakan pad a sumuran ini adalah
pompa LCC-H 50-230 dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini mempunyai Head Total sebesar
90 m dan putaran impeller 3710 rpm. Debit air yang akan masuk pada settling pond adalah 15,80336
m3/detik, dengan luas settling pond 29,71 m2 . Untuk ukuran dimensi settling pond agar dapat menampung
air limpasan sesuai dengan perhitungan diatas maka panjang settlingpond 10 m, lebar settling pond 4 m,
dan tinggi settling pond 2 m. maka volume settling pond 237,64451 m3.
0,07053 = 1 x (0,5 d)2/3 x (0,039)1/2 x (1,73 d2) 0,11 m² = 0,18 m.B + 0,04 m²
0.03 (0,11 m2 –0,04 m²) = 0,18 mB
0,07053 = 7,174 d8/3 B = 0,41 m
d3/8 = 0,004
d = 0,18 m Daerah jagaan air/ kelilingbasah (w)
w =B–b+d
Lebar dasar saluran (b) w = 0,41 m – 0,20 m + 0,18 m
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d w = 38 m
= 2{(0,58)2 + 1)1/2 – 0,58} x 0,18 m
= 0,20 m Kedalaman saluran (H)
H=d+w
Luas saluran (A) H = 0,18 m + 0,38 m
A = (b + Z.d) d H = 0,56 m
= (0,20 m + 0,58 x 0,18 m ) x 0,18 m
= 0,05 m² Panjang sisi saluran (a)
Lebar permukaan saluran (B) a = d+ w/sin 60°
2A = (B + b ) d = 0,18 m + 0,38/0.866
2 x 0,05 m² = (B + 0,20 m) x 0,18 m = 0,62 m
Keterangan:
d = Tinggi air w = Keliling basah
b = Lebar dasar saluran H = Kedalaman saluran
A = Luas saluran A = Panjang sisi saluran
B = Lebar permukaan saluran
(a)
(b)
Gambar 3. Desain kolam pengendapan tampak atas (a) dan tampak Isometrik (b)
KESIMPULAN DAN SARAN luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran
Kesimpulan 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m.
pengolahan data dan analisis dari lokasi PT. Nan untuk dimensi settling pond dengan debit
Riang maka dapat diambil simpulan sebagai 15,80336 m3/detik yang masuk maka panjang
berikut : 10 m, lebar settling pond 4 m, dan kedalaman
1. Intesitas curah hujan pada PT. Nan Riang settling pond 2 m.
5,046mm/jam pada hujan ini dikategorikan
hujan normal, untuk mengantisipasi DAFTAR PUSTAKA
kemungkinan terburuk agar daerah tangkpan Boro Paulus. 2011. Perencanaan Sistem Penyaliran
hujan tidak tergenang air maka intensitas curah Tambang Di Bukit Tlf Tambang Tengah PT.
hujan 22,98 mm/jam. Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis
2. Dimensi drainage sesuai perhitungan data curah Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Tugas
hujan dengan debit limpasan 0,32218 m3/detik, Akhir. Jurusan Teknik. Fakultas Matematika
tinggi air 0,34 m, lebar dasar daluran 0,39 m
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
12
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
ABSTRAK
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material lain sehingga air yang dialirkan
dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya pendangkalan sungai. Kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol
kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan. Rancangan kolam pengendapan yang akan
dibuat berdasarkan total pada debit air yang masuk ke dalam kolam pengendapan, yaitu sebesar 3,784
m3/detik dengan masing-masing jumlah air yang masuk terdiri dari debit air limpasan sebesar 3,78 m3/detik
dan debit air hujan sebesar 0,0048 m3/detik. Kolam pengendapan yang dirancang berbentuk limas terpancung
dan dibuat berkelok-kelok (zig-zag). Kolam pengendapan memiliki 5 buah kompartemen dengan dimensi
yaitu luas pada kompartemen 1 sampai 4 sebesar 4.616 m2, kedalaman 7 m, kemiringan kolam 60˚, lebar atas
21 m, panjang atas 37 m, lebar bawah 13 m, panjang bawah 29 m, serta total volume kolam rancangan
sebesar 12.936 m3 dengan volume tiap kompartemennya sebesar 3.234 m3, sedangkan pada kompartemen 5
digunakan dimensi volume kompartemen aktual pada CP-01 PT. J Resources Bolaang Mongondow yaitu
sebesar 9.007 m3. Serta kolam pengendapan yang dirancang juga terdiri dari 3 buah penyekat dengan lebar
penyekat 7 m, dan panjang penyekat 14 m. Dari dimensi kolam pengendapan yang dirancang sebesar 12.936
m3 di tambah volume kolam pada kompartment 5 yang menggunakan volume aktual sebesar 9.007 m 3
diperoleh total volume kolam pengendapan yaitu sebesar 21.943 m3, dapat menampung volume air yang
masuk sebesar 15.409 m3 selama 67,87 menit. Kolam pengendapan harus dilakukan pemeliharaan agar dapat
berfungsi dengan baik dan lama, yaitu dengan cara kolam pengendapan dibersihkan dari material padatan
yang mengendap ke dasar kolam dengan menggunakan excavator cat 390D L. Untuk setiap kompartemen
dari kolam pengendapan memiliki waktu pemeliharaan yang berbeda-beda pada tiap kompartemennya yaitu
pada kompartemen 1 dapat dilakukan pemeliharaan setiap 6 hari sekali, kompartemen 2 dilakukan setiap 43
hari sekali, kompartemen 3 dilakukan setiap 289 hari sekali, kompartemen 4 dilakukan setiap 1.837 hari
sekali atau 5 tahun sekali, Sedangkan pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan karena pada
rancangan kolam pengendapan yaitu pada kompartemen 1 sampai kompartemen 4 partikel padatan telah
sempurna terendapkan.
Kata kunci : Kolam, Pengendapan, Debit, Dimensi, Pemeliharaan.
ABSTRACT
Settling pond function to deposit mud or other materials so that the water flowing from the settling ponds to
the river is clear, besides that this is also intended to prevent silting of the river. Settling pond can also
function as a place to control the quality of the water that will flow out of the settling pond. The design of the
settling pond that will be made is based on the total flow of water entering the settling pond, which is 3,784
m3/second with each amount of incoming water consisting of a runoff water discharge of 3,78 m 3/second and
the rainwater discharge is 0,0048 m3/second. Settling pond are designed to be in the shape of a truncated
pyramid and made zigzag. The settling pond has 5 compartments with dimensions in compartment 1 to 4 is
4.616 m2, depth 7 m, pool slope 60˚, top width 21 m, top length 37 m, bottom width 13 m, bottom length 29 m,
and the total volume of pool design is 12.936 m3 with the volume of each compartment is 3.234 m3, while in
compartment 5 used the dimensions of the actual compartment volume at CP-01 PT. J Resources Bolaang
Mongondow is 9.007 m3. As well as a settling pond designed also consists of 3 pieces of partition with a
width of 7 m and a length of 14 m. From the dimensions of the settling pond designed at 12.936 m3 and the
added volume of the pond in compartment 5 which uses an actual volume of 9.007 m3 obtained the total
volume of the settling pond of 21.943 m3, can accommodate the volume of incoming water of 15.409 m3 for
67,87 minutes. The settling pond must be maintained so that it can function properly and for a long time,
namely by cleaning the settling pond of solid material that settles to the bottom of the pond using a excavator
cat 390D L. For each compartment of the pond settling pond have different maintenance times in each
compartment, in compartment 1 maintenance can be done every 6 days, compartment 2 is done once every
43 days, compartment 3 is done once every 289 days, compartment 4 is done once every 1.837 days or every
5 years, while in compartment 5 there is no need to do maintenance because in the design of the settling pond
that is in compartment 1 to compartment 4 solid particles have been perfectly precipitated.
Keywords : Pond, Sediment, Discharge, Dimensions, Maintenance.
1. PENDAHULUAN
Dengan adanya kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. J Resources Bolaang Mongondow
(PT. JRBM) maka akan menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan lebih khususnya pada kualitas
air. Adanya kemajuan aktivitas penambangan yang dilakukan PT. J Resources Bolaang Mongondow (PT.
JRBM) serta semakin besar target operasi yang dicapai akan mengakibatkan semakin banyak area bukaan
baru untuk ditambang yang dapat menyebabkan perubahan arus air atau air limpasan yang akan masuk
kedalam front penambangan serta dapat mengakibatkan penurunan kualitas baku mutu air [10-13].
Dikarenakan melihat cakupan masalah dan manfaat air cukup luas, maka manajemen air penting
untuk diperhatikan dalam industri tambang. Sehingga dilakukanlah suatu metode sistem penyaliran tambang
untuk penanganan air yang akan mencemari sungai, danau, maupun lingkungan sekitar dengan cara
pembuatan kolam pengendapan (settling pond). Perlu dilakukan kajian teknis rancangan kolam pengendapan
(settling pond) untuk dapat menampung air limpasan tambang sehingga air dapat dikontrol baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
Serta kajian teknis rancangan kolam pengendapan (settling pond) dilakukan agar didapatkan
keselarasan antara debit yang akan masuk kedalam kolam pengendapan (settling pond) dengan kapasitas
kolam pengendapan (settling pond) itu sendiri sehingga air yang masuk tidak akan meluap (over flow), yang
dapat mengakibatkan air langsung terbuang kelingkungan bebas tanpa dilakukan treatment terlebih dahulu.
Kolam pengendapan (settling pond) juga berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material lain
sehingga air yang dialirkan dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pendangkalan sungai. Kolam pengendapan (settling pond) juga
dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan
[17].
Dalam kasus penelitian kali ini, perusahaan kurang memperhatikan dimensi kolam pengendapannya
(settling pond) sehingga dibutuhkan rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang sesuai
untuk menampung debit yang akan masuk, mampu mengendapkan material padatan dengan baik, serta dari
segi perawatannya mudah untuk dibersihkan dari lumpur yang mengendap. Adapun dalam upaya
pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond), perusahaan belum memiliki standar
pemeliharaan (maintenance) kolam yaitu berupa jadwal yang teratur untuk melakukan pengerukan lumpur
yang terendap di setiap dasar kompartemen kolam.
Agar tercapainya upaya kelola lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan yang baik bagi PT. J
Resources Bolaang Mongondow (PT. JRBM), maka harus dilakukan sebuah perancangan kolam
pengendapan (settling pond). Dimana kolam pengendapan (settling pond) akan menjadi tempat untuk
pemantauan dan pengelolaan air agar air yang terkontaminasi dapat dilakukan treatment terlebih dahulu
sebelum dialirkan kelingkungan sekitar tambang [9][14-16].
2. METODE PENELITIAN
Dalam memecahkan permasalahan ini, dengan menggabungkan antara teori dan data-data lapangan,
terutama data-data primer yang didapat dari perusahaan (PT. J Resources Bolaang Mongondow) sehingga
dari keduanya didapat suatu pendekatan. Adapun urutan pengerjaan penelitian sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Mempelajari bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan Sistem Penyaliran Tambang baik berupa
buku maupun referensi laporan penelitian, serta mempelajari berbagai referensi dari perpustakaan yang
nantinya akan digunakan sebagai dasar teori pada penelitian ini [1-8]
2. Pengamatan Lapangan
Dalam melaksanakan penelitian dilapangan akan dilakukan beberapa tahapan, yaitu :
a. Observasi lapangan, melakukan pengamatan secara langsung dilapangan dan mencari informasi-
informasi dengan melakukan wawancara langsung dengan karyawan maupun narasumber yang terkait
dengan permasalahan.
b. Mencocokan data literatur yang ada dengan kondisi lapangan kemudian disesuaikan dengan rumusan
masalah agar data yang diambil dapat digunakan dengan efektif dan penelitian tidak meluas.
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
228 ISSN: 1907-5995
3. Pengambilan Data
a. Data primer, yaitu data yang didapatkan berdasarkan pengamatan langsung dilapangan dengan
melakukan pengumpulan data secara langsug atau wawancara kepada narasumber yang terkait.
Dimana data primer yang diambil meliputi jam hujan aktual, TSS (total suspended solid), dan
dokumentasi lapangan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan berdasarkan referensi yang terdapat pada perusahaan dan
sebagai pendukung dari data primer. Data sekunder didapat dari buku literatur, laporan dan arsip
perusahaan seperti peta lokasi dan kesampaian daerah penelitian, peta topografi, peta geologi regional,
dan data curah hujan.
4. Pengolahan Data
Tahap ini dilakukan setelah data lapangan maupun data yang didapat dari perusahaan terkumpul
lengkap, yang selanjutnya data diolah dan dianalisa.
5. Analisis Data dan Pembahasan
Dari data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan literatur literatur yang berhubungan
dengan masalah tersebut, yaitu sebagai berikut :
a. Menghitung data curah hujan dengan menggunakan metode gombel dan intensitas hujan dengan
persamaan mononobe.
b. Mengitung debit total air yang masuk yang berasal dari debit limpasan dan debit air hujan.
c. Menentukan dimensi drainase berdasarkan debit air yang akan masuk.
d. Menentukan dimensi kolam pengendapan berdasarkan debit air yang masuk.
e. Menentukan sistem pemeliharaan (maintenance) pada kolam pengendapan (settling pond).
6. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan
dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua aspek yang telah
dibahas. Sedangkan saran adalah masukkan yang ditujukan kepada masyarakat umum maupun instansi-
instansi tertentu terkait hal-hal yang ditemukan pada saat penelitian.
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
230 ISSN: 1907-5995
hujan yaitu merupakan lahan reklamasi yang dimana terdapat tumbuhan tetapi masih jarang serta memiliki
nilai persen (%) kemiringan >15% yaitu 32%.
3.2 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Daerah tangkapan hujan ini ditentukan berdasarkan perbedaan elevasi yang akan mengindikasikan
arah kemana air akan mengalir. Penentuan daerah tangkapan hujan menggunakan peta design rancangan
tahun 2019 (departement engineering). Cara untuk menentukan luas daerah tangkapan hujan dengan cara
menarik garis dari titik tertinggi disekeliling kolam pengendapan (settling pond) membentuk polygon
tertutup. Untuk luasan daerah tangkapan hujan dihitung menggunakan program software Autocad 2007. Luas
daerah tangkapan hujan di pit Durian adalah sebesar 56,12 Ha dan sebesar 0,3697 Ha untuk luas bukaan
kolam pengendapan (settling pond).
Agar saluran terbuka dapat mengalirkan air berdasarkan debit air yang akan dialirkan dan juga untuk
menghindari terjadinya luapan banjir, dapat menggunakan dimensi yang diusulkan. Pembuatan saluran
terbuka yang rencananya diusulkan berdasarkan hasil perhitungan dan pengamatan di lokasi yang sesuai
dengan debit air yang akan masuk ke kolam pengendapan (settling pond) dapat dilihat pada gambar 3,
dengan dimensi sebagai berikut (tabel 3).
Tabel 3. Dimensi Rancangan Saluran Terbuka
Parameter Dimensi
Kemiringan dinding saluran (α) 600
Panjang sisi luar saluran (a) 1,37 m
Tinggi jagaan (z) 0,17 m
Lebar dasar saluran (b) 2,02 m
Lebar permukaan (T) 2,74 m
Kedalaman saluran (h) 1,35 m
Luas penampang basah (A) 1,18 m
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
232 ISSN: 1907-5995
Pada penelitian ini rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) hanya dilakukan pada
kompartemen 1 sampai kompartemen 4 dengan luas ketersediaan area pada kompartemen 1 sampai 4 sebesar
6.089 m2, sedangkan pada kompartemen 5 tetap menggunakan dimensi aktual dengan luas kompartemen
sebesar 16.684 m2. Dikarenakan lokasi kolam pengendapan (settling pond) terletak pada area reklamasi dan
jauh dari sungai sehingga tidak terdapat oulet kolam pada kompartemen 5, yang dimana air pada
kompartemen 5 dapat digunakan untuk penyiraman jalan tambang dan penyiraman tumbuhan pada lahan
reklamasi.
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
234 ISSN: 1907-5995
Tabel 6. Nilai TSS pada Outlet Kolam Pengendapan (Sumber: EHS Dept PT. JRBM, 2001)
Lokasi Date TSS (mg/L)
1 Mar 2020 9
2 Mar 2020 7
3 Mar 2020 8
4 Mar 2020 10
5 Mar 2020 27
6 Mar 2020 13
7 Mar 2020 17
8 Mar 2020 7
9 Mar 2020 7
10 Mar 2020 16
11 Mar 2020 11
12 Mar 2020 11
13 Mar 2020 9
14 Mar 2020 10
15 Mar 2020 9
CP-01 (outlet) 16 Mar 2020 9
17 Mar 2020 8
18 Mar 2020 10
19 Mar 2020 11
20 Mar 2020 10
21 Mar 2020 8
22 Mar 2020 8
23 Mar 2020 8
24 Mar 2020 8
25 Mar 2020 11
26 Mar 2020 9
27 Mar 2020 8
28 Mar 2020 9
29 Mar 2020 12
30 Mar 2020 11
31 Mar 2020 25
Jumlah 336
Rata-rata 10,83
Dengan hasil persentase pengendapan yang terjadi disetiap kompartemen dari kompartemen 1
sampai kompartemen 5 tersebut menujukan bahwa persen pengendapan semakin berkurang dari setiap
kompartemennya, hal ini karena Sebagian besar partikel padatan sudah terendapkan terlebih dahulu pada
kompartemen pertama. Dilihat dari hasil perhitungan total persentase partikel padatan yang berhasil
mengendap diperoleh total 99,99% proses pengendapan partikel padatan yang terjadi di kolam pengendapan
(settling pond) yang dirancang.
Dari hasil 100% yang diharapkan partikel untuk mengendap, ada sekitar 0,01% partikel padatan
yang tidak berhasil mengendap dan tersuspensi keluar kompartemen bersama air. Sehingga air yang akan di
alirkan ke luar kompartemen rancangan menuju kompartemen aktual perlu dilakukan treatment air terlebih
dahulu (pada kompartemen 4 atau 5) sebelum air digunakan untuk kebutuhan penyiraman reklamasi tanaman
maupun penyiraman jalan tambang.
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
236 ISSN: 1907-5995
Dari hasil yang diperoleh, yaitu pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan
(maintenance) karena telah melewati batas waktu umur tambang pada perusahaan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan serta analisis data di daerah penelitian Pit Durian PT. J
Resources Bolaang Mongondow, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang sesuai dengan debit air yang di tampung
dengan jumlah 5 buah kompartmen memiliki ukuran sebagai berikut :
Luas seluruh settling pond rancangan = 6.045 m2
Kemiringan = 600
Lebar atas kompartemen = 21 m
Panjang atas kompartemen = 39 m
Lebar bawah kompartemen = 13 m
Panjang bawah kompartemen = 30 m
Kedalaman kolam =7m
Lebar sekat =7m
Panjang sekat = 14 m
Volume settling pond rancangan = 20.700 m3
Volume tiap kompartemen = 4.140 m3
2. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) sendiri
berbeda-beda, yaitu :
Kompartemen 1 = 7 hari
Kompartemen 2 = 68 hari
Kompartemen 3 = 586 hari
Kompartemen 4 = 4.140 hari (± 11 tahun)
Kompartemen 5 = 37.636 hari (± 103 tahun)
Pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan (maintenance) karena telah melewati batas
waktu umur tambang pada perusahaan.
Sedangkan pada penelitian ini diperoleh beberapa saran yang diharapkan agar dapat
dipertimbangkan serta diterapkan oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Diharapkan agar dimensi rancangan kolam pengendapan (settling pond) pada penelitian kali ini dapat
diterapkan pada perusahaan karena pada rancangan tiap kompartemen kolam dapat berfungsi dengan
sempurna pada proses pengendapan partikel padatan.
2. Dalam upaya perawatan kolam pengendapan (settling pond), PT. J Resources Bolaang Mongondow
belum mempunyai standar pemeliharaan (maintenance) kolam yaitu berupa jadwal waktu yang teratur
untuk melalukan pengerukan lumpur yang terendap di setiap kompartemen. Sehingga diharapkan agar
waktu untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) yang diperoleh pada
penelitian kali ini dapat diterapakn oleh perusahaan.
3. Untuk bentuk dan dimensi saluran terbuka yang mengalirkan air ke kolam pengendapan (settling pond)
mungkin bisa menggunakan rekomendasi pada penelitian kali ini dikarenakan saluran terbuka aktual
pada lokasi penelitian tidak optimal baik dari segi bentuk maupun dimensi.
4. Perlu dilakukan perawatan pada saluran terbuka secara berkala agar tidak terjadi pengendapan material
yang berlebih sehingga saluran terbuka dapat berfungsi dengan baik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
semangat serta dukungan moral maupun moril dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga doa dan semua
hal baik yang diberikan dapat menjadikan saya serta kalian orang yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Alviansyah, N., “Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Pada Bukit 7 PT. ANTAM Tbk UBP Bauksit, Tayan,
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat”, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019
[2]. Chow, V.T., “Hidrolika Saluran Terbuka” (Bahasa Indonesia), Erlangga, Jakarta, Indonesia. 1985
[3]. Gautama, R.S.,“Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang”, Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Mineral ITB, Pengantar Penyaliran Tambang. 1994
[4]. Giancoli D.C., “Fisika Prinsip dan Aplikasi”, Jilid ke-1 Edisi ke-5, Diterjemahkan Oleh Yuhilza Hanum,
Erlangga, Jakarta. 2001
[5]. Hardjana, I., “The Descovery, Geology and Exploration of The High Sulphidation Au-Mineralization System in
The Bakan District”, Majalah Geologi Indonesia Vol. 27, North Sulawesi. 2012
[6]. Hartono, “Kuliah Sistem Penyaliran Tambang Kolam Pengendapan”, Program Studi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta. 2013
[7]. Husain, A.A., lecture: Thamrin, M.,“Desain Kolam Pengendapan (settling pond)”, Rekayasa Lingkungan
Tambang, Student of Mining Engineering, Hasanuddin University. 2016
[8]. Indonesianto, Y., “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta. 2018
[9]. Ipi, J.V., “Rancangan Dimensi Settling Pond Untuk Pit Warute Tambang Batubara PT. Bina Sarana Sukses Site
Operation PT. Antang Gunung Meratus Provinsi Kalimantan Selatan”, Program Studi Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. 2020.
[10]. J Resources., “Annual Report PT J Resources Asia Pasifik, Tbk”. 2015
[11]. J Resources., “Tipe Endapan Daerah Bakan”, Mine Geology Department, PT. J Resources Bolaang Mongondow.
2019
[12]. J Resources., “Laporan Pemantauan Curah Hujan Triwulan IV 2019”, Mining Engineering Department, PT. J
Resources Bolaang Mongondow. 2019
[13]. J Resources., “Laporan Pemantauan Kualitas Air Limbah di Titik Penaatan”, EHS Department, PT. J Resources
Bolaang Mongondow. 2020
[14]. Kurnia, D., “Evaluasi Kondisi Aktual dan Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Emas di Pit Durian, Site
Bakan PT. J Resources Bolaang Mongondow, Kecamatan Lolayan, Kotamobagu, Sulawesi Utara”, Program
Studi S1 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang. 2018
[15]. Pangestu, W.A., “Analisa Perancangan Kolam Pengendapan di PT. Gunung Mas, Tbk”, Program Studi Teknik
Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 2019
[16]. Prasetyo, E.E.E., 2012, “Rancangan Dimensi Settling Pond Berdasarkan Daerah Tangkapan Hujan Pada Pit
B2A PT. Sebuku Batubai Coal Pulau Laut Tengah Kotabaru Kalimantan Selatan”, Prodi Teknik Pertambangan,
UPN “Veteran” Yogyakarta. 2012
[17]. ........, Arsip Engineering Department PT. J Resources Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. 2019
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Vol 10 No.1, Januari 2022: 93-100
1
Noor Fauzi Isniarno, 2Muhammad Ilham Naufal, 3Iswandaru, 4Dono Guntoro,
5
Wahyu Budi khorniawan
Abstract. The importance of the need for water causes water to become a major factor
in the sustainability of existing mining activities. In addition, the occurrence of silt
deposition in the main pond is a separate problem which is very likely to cause silting
of the main pond. This study aims to examine problems related to water and materials
entering the mine. Based on the results of research using the calculation of the Gumbel
distribution, through the Mononobe equation and rational formulas so that the runoff
discharge is obtained where the total discharge that enters the washing pond is 710.81
m3/day. Thus, in order for the washing pond to optimally meet water needs, additional
water is needed, which is 5,414.88 m3/day. To prevent silting of the main pond, periodic
maintenance is needed, in this case the dredging of sedimentary material deposited in
the pond. Based on the results of the study, it was found that 51,788 kg of solids were
deposited in the pond carried by circulating water. With a reference of 60% of the pond
capacity, the optimum time for dredging is once every 18 days.
Keywords: Mononobe, Gumbel distribution, rational formula, runoff discharge,
Hydrology
Abstrak. Pentingnya kebutuhan akan air menyebabkan air menjadi faktor utama
dalam keberlangsungan kegiatan penambangan yang ada. Di samping itu, terjadinya
pengendapan lumpur pada kolam utama menjadi permasalahan tersendiri yang sangat
memungkinkan menyebabkan pendangkalan kolam utama. Penelitian ini bertujuan
untuk meneliti permasalahan terkait air dan material yang masuk ke dalam tambang.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang menggunakan perhitungan distribusi
Gumbel, melalui persamaan Mononobe serta rumus rasional sehingga didapatkan
debit limpasan dengan total debit yang masuk ke dalam kolam pencucian sebesar
710,81 m3/hari. Dengan demikian, agar kolam pencucian dapat memenuhi kebutuhan
air secara optimal, diperlukan air tambahan, yaitu sebesar 5.414,88 m3/hari. Untuk
dapat mencegah pendangkalan kolam utama dibutuhkan perawatan berkala yang
dalam hal ini adalah pengerukan material sedimen yang terendapkan di dalam kolam.
Berdasarkan hasil kajian didapatkan sebanyak 51.788 kg padatan terendapkan di
dalam kolam yang terbawa oleh air sirkulasi. Dengan acuan 60% kapasitas kolam,
waktu optimum untuk dilakukan pengerukan adalah setiap 18 hari sekali.
Kata Kunci: Mononobe, Distribusi Gumbel, rumus rasional, debit limpasan,
Hidrologi
dan tutupan lahan sangat penting untuk bergantung kepada beberapa sektor di
studi hidrologi karena memengaruhi antaranya adalah sektor teknis, seperti
limpasan permukaan, hasil sedimen, dan hidrologi dan hidrogeologi (Isniarno,
beban nutrisi dari daerah aliran sungai 2021).
(Risal, 2020). Keberadaan air tanah Pengelolaan lanskap pada lahan
sangat dipengaruhi oleh keberadaan tambang tidak terlepas dari tindakan
zona resapan (Isniarno, 2020). hidrologi konservasi air. Umumnya, komoditas
air permukaan dan hidrolika dalam pasir yang terdiri atas topsoil, lempung,
beberapa dekade terakhir, terutama pasir lempungan, dan pasir merupakan
karena keunggulan kinerja yang luas bagian dari lapisan batuan yang mampu
dan kemudahan penggunaan (Kermani, melewatkan serta menyimpan air.
2020). Mempertimbangkan kondisi tersebut,
Penambangan terbuka adalah pengolahan bahan galian dilakukan
rekayasa sistem yang rumit yang memiliki sebagai bentuk peningkatan nilai jual dari
banyak faktor tidak aman, seperti jumlah material yang menjadi salah satu konsen
pekerja yang besar, tempat kerja yang penting dalam dunia pertambangan,
tersebar, kondisi alam yang buruk, dan yakni ketersedian air yang harus selalu
lingkungan kerja yang rumit, termasuk terpenuhi demi keberlangsungan kegiatan
siklus hidrologi yang terjadi (Kaihuan, pencucian dan keberadaan material
2012). Air yang diakibatkan oleh area pengotor berupa lempung menjadi
tambang terbuka bisa berdampak permasalahan penting dalam kegiatan
positif atau bisa berdampak negatif pencucian pasir. Berdasarkan pemikiran
(Acharya, 2020). Air yang dibuang dari tersebut, perlu dilakukannya pengkajian
lokasi tambang terbengkalai dan/atau terhadap sistem pengelolaan air guna
direklamasi dengan tingkat keasaman memenuhi kebutuhan pencucian pasir
yang relatif lebih tinggi dan terus menjadi dan pengelolaan pengotor hasil pencucian
perhatian global karena berbagai dampak yang didasarkan pada data hasil lapangan
terhadap kualitas air permukaan dan air secara nyata yang kemudian diharapkan
tanah (Acharya, 2020). Oleh karena itu, dapat diterapkan pada skala perusahaan.
perlu dilakukan pengevaluasi kontribusi
sumber-sumber dari keterdapatan air yang 2. Metode Ilmiah
sangat diperlukan dalam pengelolaan
air dalam sebuah operasi penambangan Sistem penyaliran tambang
(scheiber, 2018). (mine water management) adalah suatu
Dalam sistem penambangan sistem dalam pengelolaan air tambang
terbuka, masalah terpenting dalam yang meliputi aspek identifikasi dan
kegiatan produksi penambangan adalah kuantifikasi sumber air tambang, optimasi
pengelolaan air permukaan. Pengelolaan manajemen air tambang, perencanaan
air permukaan merupakan pengelolaan dan perancangan sarana prasarana,
air secara terpadu, kegiatan pengelolaan penyaliran, serta pengendalian dampak
dengan tujuan meminimalkan pengaruh lingkungan akibat dari air tambang.
negatif air permukaan yang terdiri dari Pada tambang terbuka, sumber air dapat
metode drainase tambang, drainase berasal dari air limpasan hujan yang
tambang, pemisahan sedimen, dan jatuh secara langsung pada area tambang,
pengendalian (Isniarno, 2020). Dalam air luapan dari sumber air permukaan
metode untuk hidrogeoligi bawah yang berada di sekitar lokasi tambang,
permukaan, penulis dapat menggunakan seperti danau, sungai, rawa, dan air tanah
metode geofisika, yaitu vertical electrical apabila bukaan tambang memotong
sounding (Isniarno, 2020). Efisiensi akuifer, sedangkan di tambang bawah
dalam perusahaan pertambangan tanah, umumnya air berasal dari lapisan
ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X
Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond... | 95
akuifer yang terpotong akibat penggalian milimeter. Pada banyak kasus di tambang
lubang bukaan serta dapat berasal dari terbuka di Indonesia hanya tersedia data
kegiatan pendukung penambangan, hujan harian yang diukur menggunakan
seperti pekerjaan pengisian ruang bekas alat penakar hujan biasa. Sementara itu,
tambang (backfilling) oleh material kejadian hujan yang harus ditangani oleh
tailing dalam bentuk lumpur (slurry). sistem penyaliran umumnya ditentukan
Beberapa faktor yang menjadi oleh intensitasnya. Oleh sebab itu, dalam
perhatian dan harus dipertimbangkan perancangan sarana penyaliran tambang,
dalam pembuatan rancangan sistem parameter besaran hujan yang biasanya
penyaliran pada tambang terbuka sebagai digunakan adalah intensitas hujan.
berikut: Rumus mononobe, dapat dipakai guna
mengestimasi curah hujan jangka pendek
Curah Hujan dari data hujan 24 jam.
Dalam daur hidrologi, presipitasi
merupakan salah satu komponen utama Daerah Tangkapan Hujan (Catchment
yang merupakan proses jatuhnya air Area)
atmosferik ke permukaan bumi dalam Daerah tangkapan hujan
bentuk hujan, salju, butiran es, dan merupakan luas permukaan yang jika
sejenisnya. Di Indonesia yang merupakan terjadi hujan, air hujan akan mengalir ke
daerah tropis, bentuk presipitasi yang daerah yang lebih rendah menuju ke titik
dominan berupa hujan. Jika air di pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan
atmosfer yang dalam bentuk kumpulan bumi sebagian akan meresap ke dalam
butiran air berbentuk awan hasil dari tanah, sebagian tercegat oleh tumbuhan
proses kondensasi uap air setelah proses (vegetasi), dan sebagiannya lagi bisa
evaporasi mendingin, butiran air menjadi saja langsung jatuh di laut, sungai,
cukup besar yang kemudian jatuh ke danau, dan sebagainya. Semua air yang
permukaan bumi. Pengolahan data dalam mengalir di permukaan bumi belum
analisis frekuensi curah hujan dilakukan tentu dapat menjadi sumber air dari suatu
guna memperoleh data curah hujan yang sistem penyaliran yang kondisi tersebut
siap pakai untuk suatu perencanaan tergantung pada daerah tangkapan hujan
sistem penyaliran tambang. Hasil sebaran dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
data dari perhitungan dispersi selanjutnya di antaranya kondisi topografi, rapat
dapat digunakan untuk analisis curah tidaknya vegetasi, dan lain-lain. Daerah
hujan rencana. Data yang telah dihitung tangkapan hujan yang merupakan daerah
dapat direncanakan berdasarkan tingkat air limpasan mengalir menuju ke sistem
variansi data sehingga dalam penentuan penyaliran alami pada suatu lokasi
curah hujan rencana akan memiliki tertentu yang dalam penentuan luasannya
tingkat keyakinan yang tinggi. Analisis berdasarkan peta topografi.
curah hujan dapat dilakukan dengan
beberapa persamaan, seperti distribusi Air Limpasan
normal, distribusi log normal, distribusi Air hujan yang tidak mengalami
C.J Gumbel, dan distribusi Log-Person evaporasi dan infiltrasi akan menjadi
Tipe III. limpasan. Untuk pembahasan mengenai
limpasan, yang menjadi rujukan adalah
Intensitas Hujan daerah tangkapan hujan (watershed,
Intensitas curah hujan merupakan catchment area). Areal tambang dapat
jumlah curah hujan per satuan waktu digolongkan sebagai daerah tangkapan
yang relatif singkat dan dinyatakan hujan kecil yang karakteristiknya adalah
dalam satuan mm/jam yang artinya debit limpasan sangat dipengaruhi oleh
dalam waktu satu jam adalah sekian karakteristik hujan atau dalam proses
https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
96 | Isniarno, et al.
https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
98 | Isniarno, et al.
Oleh :
Diah Ayu Purwaningsih 1 dan Donny Irawan 2
ABSTRACT
ABSTRAK
Sumber air yang masuk ke Settling pond pada umumnya air permukaan
dan air tanah, pada daerah penelitian ini air yang masuk ke dalam SWP 06 berasal
dari paritan 1 dan 2 yang merupakan air dari pemompaan pada pit 8 dan air
limpasan, untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam jumlah debit
pemompaan air di pit 8. Air yang masuk kedalam paritan 1 merupakan air dari
hasil pemompaan pit 8 Barat dan dari air limpasan dengan luas Area DTH yang
merupakan Area Reklamasi pada pit 7 sebesar 7,9505 Ha dan pit 8 sebesar
2,3008 Ha. Air yang masuk kedalam paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan
dari pit 8 Timur dan air limpasan dengan luas area DTH yang merupakan
Perkebssunan Kelapa Sawit sebesar 25,55 Ha dan DTH Top Soil sebesar
3,8044 Ha. Pompa dan Pipa yang digunakan oleh PT. MPP yaitu KSB 150 dan
HDPE ukuran 6’,diameter 16 cm, dan tebal 1,4 cm. Volume total aktual Settling
Pond SWP 06 sebesar 63.523 m3, air yang masuk kedalam Settling pond SWP 06
yaitu dari paritan 1 sebesar 2,1743 m3/detik dan paritan 2 sebesar 2,895 m3/detik
sehingga debit total air limpasan yang masuk sebesar 5,0693 m3/detik dan saat di
kaji kembali volume total air yang masuk sebesar 29.152,44 m3 sehingga hanya
perlu di lakukan perawatan dengan cara pengerukan agar volume kolam bisa
menampung air yang akan masuk karena pada 3 Kompartement yang ada
mempunyai lebar 29 m yang bisa terjadinya pendangkalan pada tengah
kompartement karena PC 200 dengan Jangkauan Maksimal 42 ft = 12,8016 m di
kali 2 yaitu 25,6032 m, umur kolam 1a selama 6,7 hari dan kolam 1b,2b,2a
selama 11,5 hari dan untuk menambah umur kolam tersebut selama kegiatan
penambangan berlangsung settling pond SWP 06 harus di lakukan pengerukan
rutin. Faktor yang mempengaruhi dimensi yaitu jumlah air yang akan masuk
kedalam Settling Pond SWP 06.
A. PENDAHULUAN
Dalam industri pertambangan batubara, eksplorasi batubara dari lapisan
dalam tanah harus malalui proses pemisahan over burden. Over burden adalah
material penutup batubara, proses ini disebut over burden removal. Hasil akhir
dari penambangan batubara adalah clean coal, yaitu batubara yang digunakan
untuk bahan bakar. Coal getting merupakan proses pengambilan batu bara dari
pembersihan (cleaning) sampai pengisian (loading) batu bara ke alat angkut untuk
kemudian di angkut ke tempat penampungan (stockpile). Kondisi cuaca hujan
dengan volume yang tinggi merupakan kendala proses coal getting. Tambang
terbuka dengan menggunakan metode open pit. Metode penambangan ini akan
menyebab kan terbentuknya cekungan yang luas sehingga sangat potensial untuk
menjadi daerah tampungan air, baik yang berasal dari air limpasan permukaan dan
air tanah. Oleh karena itu Sistem drainase (drainage system) di buat salah satunya
dengan membuat Settling Pond. Settling Pond adalah suatu penyaliran berbentuk
kolam yang berfungsi sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang,
baik air tanah maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar
ke perairan umum. Melalui upaya penanganan air yang masuk ke dalam pit, maka
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 60
di harapkan permasalahan yang timbul akibat tidak terkontrolnya air yang masuk
ke pit dapat diminimalisir sehingga aktifitas penambangan dapat tetap di lakukan.
2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini agar tidak terjadi suatu perluasan masalah maka penulis
membatasi dengan mengkaji pada geometri Settling pond pada pit 8 penambangan
batubara agar volume Settling pond bisa menampung volume air yang akan di
alirkan masuk ke dalam Settling pond dengan data curah hujan selama 10 tahun .
3. Metodelogi Penelitian
Didalam melaksanakan Penelitian ini, penulis menggunakan studi pustaka
dengan data-data atau observasilapangan, sehingga dari kedianya didapat
pendekatan penyelesaian masalah, adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:
1. Tahap kajian literatur
Tahap ini merupakan kegiatan awal sebelum dilakukannya penelitian. Pada
tahap ini dilakukan kajian-kajian pustaka atau literatur sebagai pendukung
kegiatan penelitian yang bersifat teoritis.
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan di lakukan dengan cara peninjauan dan pengamatan
langsung kelapangan terhadap objek kajian yang di amati dalam hal ini
berkaitan dengan sedang geometri Settling pond.
3. Tahap pengambilan data
a) Data primer yaitu : Sumber-sumber air yang masuk ke dalam kolam ke
Settling pond dengan cara pengamatan langsung pada daerah penelitian,
Pengukuran geometri Settling pond dengan cara pengukuran langsung
yaitu (panjang, Lebar, dan Kedalaman) dengan menggunakan berupa alat
meteran, Dokumentasi Lapangan sesuai dengan kegiatan penelitian
dengan menggunakan kamera, dan Melihat secara langsung jenis lahan di
area penelitian.
b) Data sekunder
Tahap pengambilan data sekunder yaitu berupa pengambilan data yang
dilakukan tanpa perlu langsung ke lapangan, Data curah hujan harian 10
tahun pada daerah penelitian, Peta situasi tambang, danSpesifikasi pompa
dan alat perawatan Settling pond
4. Akuisi data
Merupakan pengelompokan dari data-data yang diambil untuk proses
selanjutnya.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 61
B. DASAR TEORI
1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan pada
proses analisis hidrologi. Siklus hidrologi menurut Soemarto (1987) adalah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Dalam
siklus hidrologi ini terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara
proses hujan (presipitation), penguapan (evaporation), transpirasi, infiltrasi,
perkolasi, aliran limpasan (run off), dan aliran bawah tanah.
(SumberSoemarto, 1987)
Gambar 1. Siklus Hidrologi
2. Air Permukaan
Limpasan Permukaan atau aliran permukaan merupakan bagian dari curah
hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju kesungai, danau dan lautan
(Asdak,1995). Menurut Arsyad (1983) limpasan permukaan adalah air yang
mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran
permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah,
dimana dalam hal ini tanah telah jenuh air (Kartasapoetra dkk.1988). sifat aliran
permukaan seperti jumlah atau volume, laju, kecepatan dan gejolak aliran
permukaan menentukan kemampuannya untuk menimbulkan erosi, dalam
penelitian ini yang diukur adalah besar aliran permukaan dalam satuan mm
(Haridjaja dkk.1991).
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 62
3. Air Tanah
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah
disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang
dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.
Q = 0,00278 X C X I x A
Air pada paritan 1 bersumber dari air yang di pompakan melalui pompa di pit
8 barat dengan volume air 1705,4 m3 dan air limpasan dari DTH yang merupakan
area reklamasi 7 dan 8, sedangkan air pada paritan 2 bersumber dari air yang di
pompakan melalui pompa di pit 8 timur dengan volume air 5806,04 m3 dan air
limpasan dari DTH yang merupakan area top soil dan perkebunan kelapa sawit.
b. Air Tanah (akifer)
Pada penelitian ini untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam
jumlah debit pemompaan air di pit.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 65
9943000
9942500
9942000
9941500
9941000
492000
491500
492500
1 : 7691
PETA SITUASI TAMBANG
KAB. BERAU Tanjun gredeb
Teluk Sumbang
KAB. KUTAI
Tenggarong S amarinda
B alikpapan
KAB. PASIR
U Tanahg rogot
9942500
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 66
Faktor yang mempengaruhi besar debit air yang masuk kedalam Settling
Pond yaitu dari :
a. Koefisien daerah tangkapan hujan (C)
Pada Settling Pond SWP 06 memiliki 4 Koefisien di mana masing-masing
koefisien memiliki tata guna lahan yang berbeda sebagai berikut :
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 7 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Kebun Kelapa Sawit Pit 8memiliki tata guna lahan
untuk topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi hutan.
- Koefisien dari DTH Top Soil Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi tanpa tanaman.
b. Intensitas curah hujan (I)
Intensitas curah hujan berpengaruh besar berdasarkan umur tambang dan
durasi lama hujan semakin besar intensitas curah hujan semakin besar pula jumlah
air yang masuk. Pada daerah penelitian data curah hujan yang di gunakan 10
tahun dari tahun 2006-2015 dengan durasi lama hujan sebesar 2 jam.
c. Luas Area Penelitian (A)
Luas area akan berpengaruh besar pada jumlah air yang akan masuk kedalam
Settling pond karena semakin luas daerah tangkapan hujan semakin besar air
yang jatuh di area tersebut. Pada daerah penelitian terdapat 4 daerah tangkapan
hujan yang langsung masuk kedalam paritan yang mengarah pada Settling pond
yaitu area Reklamasi pit 7, Reklamasi pit 8, Kebun Kelapa Sawit pit 8,dan Top
Soil pit 8.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sumber air utama yang masuk ke dalam lokasi pit 8 adalah paritan 1
merupakan air dari hasil pemompaan pit 8 barat, air limpasan dari area
reklamasi, dan paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan dari pit 8 timur, air
limpasan dari perkebunan kelapa sawit, dan top soil.
2. Debit air yang masuk kedalam Settling Pond SWP 06 dari paritan 1 paritan 2
sebesar 2,9968 m3/detik.
3. Pada Geometri Settling Pond SWP 06 aktual yang ada volume total kolam
sebesar 63.532 m3 yang kemudian di kaji karena fungsi sebelumnya
merupakan settling pond untuk pit 7 kemudian di fungsikan untuk pit 8 agar
dapat mengetahui volume air yang akan masuk dari pit 8, setelah dilakukan
pengkajian ulang dengan perhitungan volume air yang di dapat sebesar
29.152,44 m3/detik yang merupakan air dari pit 8 dan paritan. jadi volume
aktual kolam pengendapan swp 06 masih dapat menampung air yang berasal
dari penambangan pit 8.
4. Faktor yang mempengaruhi dimensi Settling Pond SWP 06 yaitu dari air
permukaan dan air tanah. dimana air permukaan merupakan air limpasan
debit air limpasan itu sendiri di pengaruhi oleh koefisien, intensitas curah
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 68
hujan, dan luar area penelitian. sedangkan air tanah di abaikan karena sudah
termasuk pada perhitungan pemompaan pada area pit 8.
E. DAFTAR PUSTAKA
PerDaProv Kaltim No 2, 2011, Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pfleider E. P., 1972. Surface Minning. The American Institude of Minning.
Metallurgical and Petroleum Inc., New York
Rudi Sayogya GB., 1993. Sistem Penirisan Tambang. Kursus Perencanaan
Tambang. Jurusan Teknik Pertambangan FTM, ITB.
Sosrodarsono S. Dan Takeda K.,1993. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta
Soewarno, 1995. Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data
Jilid I, Gramedia. Jakarta.
Sugiharto, 2008, Dasar-DasarPengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta
Sundoyo, 2012, PerhitunganDimensi settling pond padaPenambangan Batubara,
Skripsi, UniversitasKutaiKartanegara.
Todd, D.K., 1959. Ground Water Hydrology,Jhon Wely and Sons. Inc. New York
dan London
Triatmodjo, Bambang, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.
Muchjidin, 2006, PengendalianMutudalamIndustri Batubara, Penerbit ITB,
Bandung.
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
ABSTRAK
PT Akat Srida Amri merupakan perusahaan pertambangan batubara di Desa Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi dengan menggunakan metode tambang terbuka. Salah satu permasalahan pada penambangan dengan metode ini
adalah air. Kondisi aktual settling pond masih memperlihatkan kendala dimana dua kompartemen settling pond
memperlihatkan tidak mampunya menampung air yang masuk dilihat dari meluapnya air yang mengakibatkan
pengendapan lumpur tidak berjalan dengan baik. Penelitian dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut
dengan merekomendasikan dimensi settling pond yang tepat. Rancangan dimensi settling pond dibuat dengan melakukan
perhitungan curah hujan menggunakan Metode Gumbell dan didapatkan curah hujan rencana 438,64517 mm/hari,
intensitas curah hujan 33,0476918 mm/jam, luas CA settling pond 1488,11 m2 sehingga didapat debit air limpasan sebesar
29,51 m3/jam dengan debit pompa 30 m3/jam. Berdasarkan perhitungan parameter di atas, didapatkan volume dimensi
rekomendasi serta mengacu pada Lampiran II Nomor 17 Poin (i) KEPMEN ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 yaitu
sebesar 1785,12 m3. Dari pengolahan, analisis data yang dilakukan serta acuan, dimensi settling pond diperbesar agar dapat
menampung debit total sebesar 1785,12 m3/hari dengan dimensi panjang dan lebar alas 16,75 m x 16,75 m, panjang dan
lebar atas 24,75 m x 24,75 m dengan kedalaman 4 m sehingga air dapat tertampung dan proses pengendapan lumpur dapat
berjalan dengan baik. Direkomendasikan juga penambahan dua kompartemen menjadi empat kompartemen dengan
masing-masing fungsi sebagai sediment zone, safety zone, treatment zone, dan mud zone.
Kata kunci: Catchment area, debit air limpasan, settling pond
ABSTRACT
PT Akat Srida Amri is a coal mining company in Rantau Pandan Village, Bungo Regency, Jambi Province using the open
pit mining method. One of the problems in mining with this method is water. The actual condition of the settling pond still
shows problems where the 2 settling pond compartments show their inability to accommodate the incoming water as seen
from the overflow of water in the settling pond which causes the sedimentation of mud to not work properly. This research
was conducted to overcome these problems by recommending the right settling pond dimension. The design of the settling
pond dimension was made by calculating rainfall using the Gumbell method and obtained a planned rainfall of 438,64517
mm/day, rainfall intensity 33,0476918 mm/hour, CA settling pond area of 1488,11 m2 so that it can be obtained runoff
water discharge of 29.51 m3/hour with a pump discharge of 30 m 3/hour. Based on the calculation of the parameters above,
the recommended dimension volume is obtained and refers to Attachment II Number 17 Points (i) KEPMEN ESDM
Number 1827 K/30/MEM/2018 which is 1785.12 m3. From the processing, data analysis carried out as well as references,
the dimensions of the settling pond are enlarged so that it can accommodate a total discharge of 1785.12 m3/day with
dimensions of length and width of the base 16.75 mx 16.75 m, length and width of the top 24.75 mx 24 .75 m with a depth
of 4 m so that water can be accommodated and the process of sludge deposition can run well. It is also recommended to
add 2 compartments to 4 compartments with each function as a sediment zone, safety zone, treatment zone and mud zone.)
52
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
53
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
Keterangan:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) HASIL DAN PEMBAHASAN
tc = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm) Dimensi Settling Pond Aktual
54
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
tempat untuk pengecekan mutu air sebelum dialirkan curah hujan dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya
menuju sungai. Untuk pengambilan data aktual dimensi air pada area tambang yang harus diatasi. Curah hujan
kolam pengendapan (settling pond) dapat dilakukan bisa diartikan sebagai ketinggian air hujan yang telah
dengan pengukuran menggunakan meteran dan bambu. terkumpul pada sutau tempat yang datar, tidak meresap,
Pada pengukuran sisi seperti panjang dan lebar kolam tidak menguap, serta tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu)
dilakukan dengan menggunakan meteran. Sedangkan milimeter memiliki arti bahwa dalam luasan satu meter
untuk pengukuran kedalaman kolam pengendapan persegi pada suatu tempat yang datar akan dapat
dilakukan menggunakan bambu dimana bambu menampung air setinggi satu milimeter atau tertampung
ditancapkan ke dalam kolam, kemudian angkat bambu air sebanyak satu liter.
dan ukur kedalaman menggunakan meteran.
Untuk menghitung curah hujan rencana, data aktual yang
Kondisi aktual di lapangan menunjukkan bahwa settling digunakan pada PT Akat Srida Amri adalah data curah
pond berada pada elevasi 83 mdpl dengan dua hujan selama 10 tahun yaitu periode 2012-2021. Data
kompartemen berbentuk persegi panjang dengan dimensi tersebut kemudian didispersi terlebih dahulu untuk
kompartemen 1 yaitu panjang 12 m, lebar 9,45 m serta menentukan metode yang digunakan dalam perhitungan
kedalaman 2,72 m yang berfungsi sebagai zona sediment untuk mencari nilai curah hujan rencana, dimana curah
trap (zona pengendapan), sedangkan kompartemen 2 hujan rencana diartikan sebagai perkiraan tinggi hujan
memiliki dimensi panjang 11,3 m, lebar 9,8 m serta maksimum yang diperkirakan terjadi sekali pada periode
kedalaman 2,7 m berfungsi sebagai zona penampungan ulang hujan yang direncanakan.
setelah pengendapan sebelum air dialirkan menuju
perairan. Volume masing-masing kompartemen tersebut Tabel 1. Data Curah Hujan Maksimum Tahunan PT
adalah kompartemen 1 sebesar 308,448 m3 dan volume Akat Srida Amri
kompartemen 2 sebesar 298,998 m3. Kondisi aktual
settling pond yang ada tidak dapat menampung No Tahun Xi
keseluruhan debit air masuk dan settling pond meluap.
Air di dalam settling pond masih mengandung lumpur 1 2012 830
dan tidak ada titik penaatan air untuk pengecekan baku 2 2013 458
mutu air.
3 2014 425
4 2015 424
5 2016 533
6 2017 323
7 2018 347
8 2019 361
9 2020 402
10 2021 470
Jumlah 4573
Rata-rata (x) 457,3
Max 830
55
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
Dari perhitungan menggunakan beberapa persamaan tangkapan, tata guna lahan serta jarak lintasan air dari
pada tahapan analisis curah hujan rencana, didapatkan titik terjauh hingga di titik yang ditinjau [6].
nilai dari perhitungan rata-rata curah hujan adalah
sebesar 457,3 mm, standar deviasi sebesar 145,09924 Dalam menghitung intensitas curah hujan terlebih
mm/hari, koreksi variansi 0,36651, koreksi rata-rata dahulu dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai tc
sebesar 0,49521, koreksi simpangan sebesar 1,00099 dan dengan menghitung menggunakan persamaan 7 dan
nilai curah hujan rencana dihitung yaitu sebesar diketahui lama waktu hujan periode ulang hujan ke-2
438,64517 mm/hari. yaitu sebesar 9,870808199 jam. Nilai ini kemudian
digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan.
Koefisien Limpasan
Dari perhitungan menggunakan persamaan 8 didapatkan
Koefisien limpasan permukaan adalah suatu angka yang nilai dari intensitas curah hujan periode ulang hujan ke-2
akan menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran pada Pit 4 PT Akat Srida Amri adalah sebesar
air permukaan yang terjadi akibat besarnya curah hujan 33,0476918 mm/jam. Nilai intensitas yang didapatkan
yang jatuh pada wilayah tertentu terhadap volume curah kemudian digunakan dalam perhitungan debit air
hujan tersebut. Volume limpasan curah hujan dapat limpasan.
meningkat seiring dengan bertambah luasnya permukaan
kedap air [3]. Tabel 3. TC dan Intensitas Curah Hujan
Koefisien limpasan berhubungan dengan besarnya aliran TC Intensitas Curah Hujna (mm/jam)
permukaan dan dipengaruhi oleh kemiringan dan tata Lokasi
Jam t = 2 tahun t = 5 tahun t = 10 tahun
guna lahan. Semakin curam dan semakin sedikit vegetasi
penutup lahan suatu lokasi maka semakin besar pula CA
9,87080819 33,047691 50,8339806 59,0293889
Settlin
nilai koefisien limpasannya. Hal tersebut seperti g Pond
9 8 6 4
ditunjukkan pada tabel berikut [4] :
Daerah Tangkapan Hujan
Tabel 2 . Nilai Koefisien Limpasan
Perhitungan debit air limpasan mempertimbangkan
Koefisien luasan daerah tangkapan hujan. Daerah tangkapan hujan
No Kemiringan Tata Guna Lahan
Limpasan merupakan luas suatu permukaan dimana ketika terjadi
Sawah, rawa 0,2 hujan, air hujan akan mengalir menuju area yang lebih
Datar rendah hingga ke titik pengaliran. Pengamatan di
1 Hutan, perkebunan 0,3
(<3%) lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Perumahan 0,4
Hutan, perkebunan 0,4 koefisien limpasan dan kondisi topografi, sehingga dapat
Perumahan 0,5 diketahui batasan daerah tangkapan hujan pada area
Menengah kolam pengendapan [7]. Daerah tangkapan hujan bisa
2
(3% - 15%)
Semak-semak agak
0,6 ditentukan serta diketahui luasnya tersebut dengan cara
jarang
menghitung keliling area dari kolam pengendapan. Luas
Hutan atau kebun 0,6
daerah tangkapan hujan ditentukan dengan
Tanah gundul atau
0,7 menggunakan software ArcGIS dimana luas daerah
jalan aspal
tangkapan hujan settling pond adalah 1488,11 m2.
Perumahan 0,7
Curam
3 Semak-semak agak
(>15%) 0,8
jarang
Lahan Terbuka Daerah
0,9
Tambang
56
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
Air permukaan adalah air hujan yang tidak bisa ditahan Qlimpasan Qlimpasan QPompa Qpompa Qtotal
oleh tanah, vegetasi maupun cekungan yang pada (m3/jam) (m3/hari) (m3/jam) (m3/hari) (m3/hari)
akhirnya akan mengalir langsung ke sungai maupun laut
29,51 708,1 30 300 1008,1
[8]. Aliran tersebut terjadi akibat air hujan tidak
terinfiltrasi secara keseluruhan karena curah hujan
maupun faktor lereng dan kekompakan daerah tersebut. Volume Total Settling Pond Berdasarkan KEPMEN
Air limpasan akan dibuang atau dialirkan menuju ke luar ESDM 1827/K/30/M3M/2018
area penambangan maupun sungai terdekat dimana
lumpur endapannya akan dibuang secara keseluruhan. Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827
Aspek bidang yang difokuskan adalah curah hujan, K/30/MEM/2018 Lampiran II Nomor 17 tentang
tutupan, tanah, dan luas daerah aliran. Pengelolaan Air Tambang Poin (iii), menyebut bahwa
pengendalian pengelolaan air tambang meliputi
Debit air limpasan pada daerah settling pond dihitung penambahan kapasitas fasilitas pengendapan atau
dengan rumus rasional dengan mengalikan koefisien pengelolaan air tambang, sehingga direkomendasikan
limpasan, intensitas curah hujan dengan luas daerah rancangan dimensi settling pond. Ukuran kolam
tangkapan hujan di sekitar atau yang akan mengalir ke pengendapan seharusnya sesuai dengan jumlah air yang
settling pond. Koefisien limpasan ditentukan ditampung sehingga air yang bersumber dari sumuran
berdasarkan survey lapangan, intensitas curah hujan (sump) dan air limpasan di area settling pond tidak akan
didapatkan dari perhitungan menggunakan data sekunder meluap dan dapat teratasi dengan baik.
maka didapatkan debit air limpasan yang masuk menuju
settling pond adalah sebesar 0,082 m3/detik atau 29,51 Mengacu pada KEPMEN Nomor 1827 K/30/MEM/2018
m3/jam. Lampiran II Nomor 17 tentang Pengelolaan Air
Tambang Poin (i) disebutkan bahwa fasilitas
Debit Pompa Aktual pengendapan mempunyai kapasitas sekurang-kurangnya
1,25 kali dari volume air tambang pada curah hujan
Untuk memindahan ataupun mengeluarkan air dari area tertinggi selama 84 jam sehingga dimensi settling pond
yang rendah digunakan pompa, dimana titik terendahnya dicari dengan dengan menggunakan rumus dan
yaitu pada sumuran atau kolam penampungan sementara didapatkan volume sebesar 1785,12 m3.
(sump) pada lokasi penambangan terendah ke area yang
lebih tinggi yang dalam hal ini menuju kolam Rancangan Dimensi Rekomendasi Settling Pond
pengendapan (settling pond) [9].
Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827
Debit pompa diartikan sebagai banyaknya air yang dapat K/30/MEM/2018 Lampiran II Nomor 17 tentang
dikeluarkan oleh pompa dalam satuan waktu. PT Akat Pengelolaan Air Tambang Poin (iii), menyebut bahwa
Srida Amri menggunakan 1 unit pompa EBARA tipe pengendalian pengelolaan air tambang meliputi
250 x 200 FS4LA dengan debit sebesar 8,3 Ltr/dtk atau penambahan kapasitas fasilitas pengendapan atau
30 m3/ jam sebanyak 1 unit dengan pipa berdiameter 6 pengelolaan air tambang, sehingga direkomendasikan
inch. Debit pompa inilah yang digunakan dalam rancangan dimensi settling pond. Settling pond yang
perhitungan debit total pompa untuk ditambahkan direkomendasikan adalah berbentuk trapesium dengan
dengan debit total air limpasan dan akan menjadi debit sudut kemiringan 45o dan kedalaman 4 m, dimana
total settling pond. panjang dan lebar alas dari settling pond ini adalah 16,75
m x 16,75 m. Sedangkan panjang dan lebar atas dari
Debit Total Settling Pond settling pond adalah 24,75 m x 24,75 m. Dengan ukuran
dimensi tersebut, settling pond dapat menampung
Debit total pada settling pond merupakan debit yang volume sebesar 1786,26 m3.
digunakan untuk menentukan besar kecilnya ukuran
dimensi settling pond. Debit total pada settling pond Bentuk kolam pengendapan yang direncanakan yaitu
dipengaruhi oleh debit air limpasan dan debit pompa berbentuk trapesium karena kemudahan pembuatan
dimana pompa bekerja selama maksimum 10 jam setiap dimana akan digunakan excavator sehingga alat akan
harinya. Dari perhitungan menggunakan persamaan 10, lebih mudah bekerja sesuai dengan dimensi dan sudut
diketahui nilai debit total sesuai dengan yang dari dimensi settling pond rekomendasi. Settling pond
ditunjukkan oleh tabel berikut : dibuat berliku sehingga kecepatan air yang masuk dapat
diperkecil yang akan mengakibatkan material padat yang
akan diendapkan pada kolam pengendapan (settling
pond) membutuhkan lebih sedikit waktu dengan material
padatan yang terendapkan lebih banyak[10].
57
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
KESIMPULAN
58
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
59
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
Volume 1, Nomor 1, 2018
Abstract
PT. Nan Riang is a coal mining company located in Muara Tembesi District, Batanghari Regency, Jambi
Province. PT. Nan Riang applied open pit system in its operation, in which Stripe Mine was considerably
implemented as the main method. The utilisation of this method would form pits, so that, during rainy days,
the water could potentially be stagnant in front. The catchment areas are divided into 6 sections; the 1st
catchment area was 0.00929 km2, the 2nd catchment area was 0.06017 km2, the 3rd catchment area was
0.03256 km2, the 4th catchment area was 0.03960 km2, the 5th catchment area was 0.08065 km2, and the 6th
catchment area was 0.02596 km2. From the calculation of drainage dimensions, it was highlighted that the
water level was approximately 0.26 m, width of drainage was about 0.39 m, width of drainage surface was
0.78 m, wet circumference was about 0.73 m, the depth of was 1.07 m, and length of side was 1.19 m. The
pump that is set for the drainage was LCC-H 50-230, with the pumping capacity of 3,405 m3/ hour. These
pumps have Total Head of 90 m, with the impeller rotation of 3710 rpm. The amount of water entering the
settling pond was 15.80336 m3/ second, with the settling widht of 29.71 m2 pond. Regarding the dimensions
of settling pond, in which water could be gathered as calculated, therefore settling pond should be set at
10 m in length, 4 m in width and 2 m in height, with the volume of 237.64451 m3.
Abstrak
PT. Nan Riang merupakan salah satu perusahaan tambang batubara yang berada di Kecamatan Muara
Tembesi, Kabupaten Batanghari, Provinsi Jambi. PT. Nan Riang melakukan sistem tambang terbuka yang
menggunakan metode Stripe Mine sehingga akan membentuk cekungan, sehingga pada saat hujan
berpotensi air akan tergenang pada front. Luasan daerah tangkapan hujan pada daerah penelitian ini dibagi
menjadi 6 bagian. Daerah tangkapan hujan I luas area 0,00929 km2, daerah tangkapan hujan II luas daerah
0,06017 km2, daerah tangkapan hujan III luas daerah 0,03256 km2, daerah tangkapan hujan IV luas daerah
0,03960 km2, daerah tangkapan hujan V luas daerah 0,08065 km2, dan daerah tangkapan hujan VI luas
daerah 0,02596 km2. Dari perhitungan dimensi drainagenya didapat, tinggi air 0,26 m, lebar dasar
saluran 0,39 m luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m. Pompa yang akan di rencakan pad a sumuran ini adalah
pompa LCC-H 50-230 dengan debit pemompaan 3,405 m3/jam. Pompa ini mempunyai Head Total sebesar
90 m dan putaran impeller 3710 rpm. Debit air yang akan masuk pada settling pond adalah 15,80336
m3/detik, dengan luas settling pond 29,71 m2 . Untuk ukuran dimensi settling pond agar dapat menampung
air limpasan sesuai dengan perhitungan diatas maka panjang settlingpond 10 m, lebar settling pond 4 m,
dan tinggi settling pond 2 m. maka volume settling pond 237,64451 m3.
0,07053 = 1 x (0,5 d)2/3 x (0,039)1/2 x (1,73 d2) 0,11 m² = 0,18 m.B + 0,04 m²
0.03 (0,11 m2 –0,04 m²) = 0,18 mB
0,07053 = 7,174 d8/3 B = 0,41 m
d3/8 = 0,004
d = 0,18 m Daerah jagaan air/ kelilingbasah (w)
w =B–b+d
Lebar dasar saluran (b) w = 0,41 m – 0,20 m + 0,18 m
b = 2{(Z2 + 1)1/2 – Z}.d w = 38 m
= 2{(0,58)2 + 1)1/2 – 0,58} x 0,18 m
= 0,20 m Kedalaman saluran (H)
H=d+w
Luas saluran (A) H = 0,18 m + 0,38 m
A = (b + Z.d) d H = 0,56 m
= (0,20 m + 0,58 x 0,18 m ) x 0,18 m
= 0,05 m² Panjang sisi saluran (a)
Lebar permukaan saluran (B) a = d+ w/sin 60°
2A = (B + b ) d = 0,18 m + 0,38/0.866
2 x 0,05 m² = (B + 0,20 m) x 0,18 m = 0,62 m
Keterangan:
d = Tinggi air w = Keliling basah
b = Lebar dasar saluran H = Kedalaman saluran
A = Luas saluran A = Panjang sisi saluran
B = Lebar permukaan saluran
(a)
(b)
Gambar 3. Desain kolam pengendapan tampak atas (a) dan tampak Isometrik (b)
KESIMPULAN DAN SARAN luas saluran 0,20 m2, lebar permukaan saluran
Kesimpulan 0,78 m, keliling basah 0,73 m, kedalaman
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, saluran 1,07 m, dan panjang sisi saluran 1,19 m.
pengolahan data dan analisis dari lokasi PT. Nan untuk dimensi settling pond dengan debit
Riang maka dapat diambil simpulan sebagai 15,80336 m3/detik yang masuk maka panjang
berikut : 10 m, lebar settling pond 4 m, dan kedalaman
1. Intesitas curah hujan pada PT. Nan Riang settling pond 2 m.
5,046mm/jam pada hujan ini dikategorikan
hujan normal, untuk mengantisipasi DAFTAR PUSTAKA
kemungkinan terburuk agar daerah tangkpan Boro Paulus. 2011. Perencanaan Sistem Penyaliran
hujan tidak tergenang air maka intensitas curah Tambang Di Bukit Tlf Tambang Tengah PT.
hujan 22,98 mm/jam. Aneka Tambang Tbk, Unit Bisnis
2. Dimensi drainage sesuai perhitungan data curah Pertambangan Nikel Sulawesi Tenggara. Tugas
hujan dengan debit limpasan 0,32218 m3/detik, Akhir. Jurusan Teknik. Fakultas Matematika
tinggi air 0,34 m, lebar dasar daluran 0,39 m
INTAN Jurnal Penelitian Tambang
12
Hutagalung dan Pangkung INTAN Volume 1, Nomor 1, 2018
ABSTRAK
Kolam pengendapan berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material lain sehingga air yang dialirkan
dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga dimaksudkan untuk mencegah
terjadinya pendangkalan sungai. Kolam pengendapan juga dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol
kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan. Rancangan kolam pengendapan yang akan
dibuat berdasarkan total pada debit air yang masuk ke dalam kolam pengendapan, yaitu sebesar 3,784
m3/detik dengan masing-masing jumlah air yang masuk terdiri dari debit air limpasan sebesar 3,78 m3/detik
dan debit air hujan sebesar 0,0048 m3/detik. Kolam pengendapan yang dirancang berbentuk limas terpancung
dan dibuat berkelok-kelok (zig-zag). Kolam pengendapan memiliki 5 buah kompartemen dengan dimensi
yaitu luas pada kompartemen 1 sampai 4 sebesar 4.616 m2, kedalaman 7 m, kemiringan kolam 60˚, lebar atas
21 m, panjang atas 37 m, lebar bawah 13 m, panjang bawah 29 m, serta total volume kolam rancangan
sebesar 12.936 m3 dengan volume tiap kompartemennya sebesar 3.234 m3, sedangkan pada kompartemen 5
digunakan dimensi volume kompartemen aktual pada CP-01 PT. J Resources Bolaang Mongondow yaitu
sebesar 9.007 m3. Serta kolam pengendapan yang dirancang juga terdiri dari 3 buah penyekat dengan lebar
penyekat 7 m, dan panjang penyekat 14 m. Dari dimensi kolam pengendapan yang dirancang sebesar 12.936
m3 di tambah volume kolam pada kompartment 5 yang menggunakan volume aktual sebesar 9.007 m 3
diperoleh total volume kolam pengendapan yaitu sebesar 21.943 m3, dapat menampung volume air yang
masuk sebesar 15.409 m3 selama 67,87 menit. Kolam pengendapan harus dilakukan pemeliharaan agar dapat
berfungsi dengan baik dan lama, yaitu dengan cara kolam pengendapan dibersihkan dari material padatan
yang mengendap ke dasar kolam dengan menggunakan excavator cat 390D L. Untuk setiap kompartemen
dari kolam pengendapan memiliki waktu pemeliharaan yang berbeda-beda pada tiap kompartemennya yaitu
pada kompartemen 1 dapat dilakukan pemeliharaan setiap 6 hari sekali, kompartemen 2 dilakukan setiap 43
hari sekali, kompartemen 3 dilakukan setiap 289 hari sekali, kompartemen 4 dilakukan setiap 1.837 hari
sekali atau 5 tahun sekali, Sedangkan pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan karena pada
rancangan kolam pengendapan yaitu pada kompartemen 1 sampai kompartemen 4 partikel padatan telah
sempurna terendapkan.
Kata kunci : Kolam, Pengendapan, Debit, Dimensi, Pemeliharaan.
ABSTRACT
Settling pond function to deposit mud or other materials so that the water flowing from the settling ponds to
the river is clear, besides that this is also intended to prevent silting of the river. Settling pond can also
function as a place to control the quality of the water that will flow out of the settling pond. The design of the
settling pond that will be made is based on the total flow of water entering the settling pond, which is 3,784
m3/second with each amount of incoming water consisting of a runoff water discharge of 3,78 m 3/second and
the rainwater discharge is 0,0048 m3/second. Settling pond are designed to be in the shape of a truncated
pyramid and made zigzag. The settling pond has 5 compartments with dimensions in compartment 1 to 4 is
4.616 m2, depth 7 m, pool slope 60˚, top width 21 m, top length 37 m, bottom width 13 m, bottom length 29 m,
and the total volume of pool design is 12.936 m3 with the volume of each compartment is 3.234 m3, while in
compartment 5 used the dimensions of the actual compartment volume at CP-01 PT. J Resources Bolaang
Mongondow is 9.007 m3. As well as a settling pond designed also consists of 3 pieces of partition with a
width of 7 m and a length of 14 m. From the dimensions of the settling pond designed at 12.936 m3 and the
added volume of the pond in compartment 5 which uses an actual volume of 9.007 m3 obtained the total
volume of the settling pond of 21.943 m3, can accommodate the volume of incoming water of 15.409 m3 for
67,87 minutes. The settling pond must be maintained so that it can function properly and for a long time,
namely by cleaning the settling pond of solid material that settles to the bottom of the pond using a excavator
cat 390D L. For each compartment of the pond settling pond have different maintenance times in each
compartment, in compartment 1 maintenance can be done every 6 days, compartment 2 is done once every
43 days, compartment 3 is done once every 289 days, compartment 4 is done once every 1.837 days or every
5 years, while in compartment 5 there is no need to do maintenance because in the design of the settling pond
that is in compartment 1 to compartment 4 solid particles have been perfectly precipitated.
Keywords : Pond, Sediment, Discharge, Dimensions, Maintenance.
1. PENDAHULUAN
Dengan adanya kegiatan penambangan yang dilakukan oleh PT. J Resources Bolaang Mongondow
(PT. JRBM) maka akan menimbulkan dampak terhadap kualitas lingkungan lebih khususnya pada kualitas
air. Adanya kemajuan aktivitas penambangan yang dilakukan PT. J Resources Bolaang Mongondow (PT.
JRBM) serta semakin besar target operasi yang dicapai akan mengakibatkan semakin banyak area bukaan
baru untuk ditambang yang dapat menyebabkan perubahan arus air atau air limpasan yang akan masuk
kedalam front penambangan serta dapat mengakibatkan penurunan kualitas baku mutu air [10-13].
Dikarenakan melihat cakupan masalah dan manfaat air cukup luas, maka manajemen air penting
untuk diperhatikan dalam industri tambang. Sehingga dilakukanlah suatu metode sistem penyaliran tambang
untuk penanganan air yang akan mencemari sungai, danau, maupun lingkungan sekitar dengan cara
pembuatan kolam pengendapan (settling pond). Perlu dilakukan kajian teknis rancangan kolam pengendapan
(settling pond) untuk dapat menampung air limpasan tambang sehingga air dapat dikontrol baik dari segi
kualitas maupun kuantitas.
Serta kajian teknis rancangan kolam pengendapan (settling pond) dilakukan agar didapatkan
keselarasan antara debit yang akan masuk kedalam kolam pengendapan (settling pond) dengan kapasitas
kolam pengendapan (settling pond) itu sendiri sehingga air yang masuk tidak akan meluap (over flow), yang
dapat mengakibatkan air langsung terbuang kelingkungan bebas tanpa dilakukan treatment terlebih dahulu.
Kolam pengendapan (settling pond) juga berfungsi untuk mengendapkan lumpur atau material lain
sehingga air yang dialirkan dari kolam pengendapan ke sungai sudah jernih, selain itu hal ini juga
dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pendangkalan sungai. Kolam pengendapan (settling pond) juga
dapat berfungsi sebagai tempat pengontrol kualitas dari air yang akan dialirkan keluar kolam pengendapan
[17].
Dalam kasus penelitian kali ini, perusahaan kurang memperhatikan dimensi kolam pengendapannya
(settling pond) sehingga dibutuhkan rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang sesuai
untuk menampung debit yang akan masuk, mampu mengendapkan material padatan dengan baik, serta dari
segi perawatannya mudah untuk dibersihkan dari lumpur yang mengendap. Adapun dalam upaya
pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond), perusahaan belum memiliki standar
pemeliharaan (maintenance) kolam yaitu berupa jadwal yang teratur untuk melakukan pengerukan lumpur
yang terendap di setiap dasar kompartemen kolam.
Agar tercapainya upaya kelola lingkungan dan upaya pemantauan lingkungan yang baik bagi PT. J
Resources Bolaang Mongondow (PT. JRBM), maka harus dilakukan sebuah perancangan kolam
pengendapan (settling pond). Dimana kolam pengendapan (settling pond) akan menjadi tempat untuk
pemantauan dan pengelolaan air agar air yang terkontaminasi dapat dilakukan treatment terlebih dahulu
sebelum dialirkan kelingkungan sekitar tambang [9][14-16].
2. METODE PENELITIAN
Dalam memecahkan permasalahan ini, dengan menggabungkan antara teori dan data-data lapangan,
terutama data-data primer yang didapat dari perusahaan (PT. J Resources Bolaang Mongondow) sehingga
dari keduanya didapat suatu pendekatan. Adapun urutan pengerjaan penelitian sebagai berikut :
1. Studi Literatur
Mempelajari bahan-bahan pustaka yang berkaitan dengan Sistem Penyaliran Tambang baik berupa
buku maupun referensi laporan penelitian, serta mempelajari berbagai referensi dari perpustakaan yang
nantinya akan digunakan sebagai dasar teori pada penelitian ini [1-8]
2. Pengamatan Lapangan
Dalam melaksanakan penelitian dilapangan akan dilakukan beberapa tahapan, yaitu :
a. Observasi lapangan, melakukan pengamatan secara langsung dilapangan dan mencari informasi-
informasi dengan melakukan wawancara langsung dengan karyawan maupun narasumber yang terkait
dengan permasalahan.
b. Mencocokan data literatur yang ada dengan kondisi lapangan kemudian disesuaikan dengan rumusan
masalah agar data yang diambil dapat digunakan dengan efektif dan penelitian tidak meluas.
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
228 ISSN: 1907-5995
3. Pengambilan Data
a. Data primer, yaitu data yang didapatkan berdasarkan pengamatan langsung dilapangan dengan
melakukan pengumpulan data secara langsug atau wawancara kepada narasumber yang terkait.
Dimana data primer yang diambil meliputi jam hujan aktual, TSS (total suspended solid), dan
dokumentasi lapangan.
b. Data Sekunder, yaitu data yang didapatkan berdasarkan referensi yang terdapat pada perusahaan dan
sebagai pendukung dari data primer. Data sekunder didapat dari buku literatur, laporan dan arsip
perusahaan seperti peta lokasi dan kesampaian daerah penelitian, peta topografi, peta geologi regional,
dan data curah hujan.
4. Pengolahan Data
Tahap ini dilakukan setelah data lapangan maupun data yang didapat dari perusahaan terkumpul
lengkap, yang selanjutnya data diolah dan dianalisa.
5. Analisis Data dan Pembahasan
Dari data yang telah diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan literatur literatur yang berhubungan
dengan masalah tersebut, yaitu sebagai berikut :
a. Menghitung data curah hujan dengan menggunakan metode gombel dan intensitas hujan dengan
persamaan mononobe.
b. Mengitung debit total air yang masuk yang berasal dari debit limpasan dan debit air hujan.
c. Menentukan dimensi drainase berdasarkan debit air yang akan masuk.
d. Menentukan dimensi kolam pengendapan berdasarkan debit air yang masuk.
e. Menentukan sistem pemeliharaan (maintenance) pada kolam pengendapan (settling pond).
6. Kesimpulan dan Saran
Kesimpulan diperoleh setelah dilakukan korelasi antara hasil pengolahan data yang telah dilakukan
dengan permasalahan yang diteliti. Kesimpulan ini merupakan hasil akhir dari semua aspek yang telah
dibahas. Sedangkan saran adalah masukkan yang ditujukan kepada masyarakat umum maupun instansi-
instansi tertentu terkait hal-hal yang ditemukan pada saat penelitian.
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
230 ISSN: 1907-5995
hujan yaitu merupakan lahan reklamasi yang dimana terdapat tumbuhan tetapi masih jarang serta memiliki
nilai persen (%) kemiringan >15% yaitu 32%.
3.2 Daerah Tangkapan Hujan (Catchment Area)
Daerah tangkapan hujan ini ditentukan berdasarkan perbedaan elevasi yang akan mengindikasikan
arah kemana air akan mengalir. Penentuan daerah tangkapan hujan menggunakan peta design rancangan
tahun 2019 (departement engineering). Cara untuk menentukan luas daerah tangkapan hujan dengan cara
menarik garis dari titik tertinggi disekeliling kolam pengendapan (settling pond) membentuk polygon
tertutup. Untuk luasan daerah tangkapan hujan dihitung menggunakan program software Autocad 2007. Luas
daerah tangkapan hujan di pit Durian adalah sebesar 56,12 Ha dan sebesar 0,3697 Ha untuk luas bukaan
kolam pengendapan (settling pond).
Agar saluran terbuka dapat mengalirkan air berdasarkan debit air yang akan dialirkan dan juga untuk
menghindari terjadinya luapan banjir, dapat menggunakan dimensi yang diusulkan. Pembuatan saluran
terbuka yang rencananya diusulkan berdasarkan hasil perhitungan dan pengamatan di lokasi yang sesuai
dengan debit air yang akan masuk ke kolam pengendapan (settling pond) dapat dilihat pada gambar 3,
dengan dimensi sebagai berikut (tabel 3).
Tabel 3. Dimensi Rancangan Saluran Terbuka
Parameter Dimensi
Kemiringan dinding saluran (α) 600
Panjang sisi luar saluran (a) 1,37 m
Tinggi jagaan (z) 0,17 m
Lebar dasar saluran (b) 2,02 m
Lebar permukaan (T) 2,74 m
Kedalaman saluran (h) 1,35 m
Luas penampang basah (A) 1,18 m
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
232 ISSN: 1907-5995
Pada penelitian ini rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) hanya dilakukan pada
kompartemen 1 sampai kompartemen 4 dengan luas ketersediaan area pada kompartemen 1 sampai 4 sebesar
6.089 m2, sedangkan pada kompartemen 5 tetap menggunakan dimensi aktual dengan luas kompartemen
sebesar 16.684 m2. Dikarenakan lokasi kolam pengendapan (settling pond) terletak pada area reklamasi dan
jauh dari sungai sehingga tidak terdapat oulet kolam pada kompartemen 5, yang dimana air pada
kompartemen 5 dapat digunakan untuk penyiraman jalan tambang dan penyiraman tumbuhan pada lahan
reklamasi.
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
234 ISSN: 1907-5995
Tabel 6. Nilai TSS pada Outlet Kolam Pengendapan (Sumber: EHS Dept PT. JRBM, 2001)
Lokasi Date TSS (mg/L)
1 Mar 2020 9
2 Mar 2020 7
3 Mar 2020 8
4 Mar 2020 10
5 Mar 2020 27
6 Mar 2020 13
7 Mar 2020 17
8 Mar 2020 7
9 Mar 2020 7
10 Mar 2020 16
11 Mar 2020 11
12 Mar 2020 11
13 Mar 2020 9
14 Mar 2020 10
15 Mar 2020 9
CP-01 (outlet) 16 Mar 2020 9
17 Mar 2020 8
18 Mar 2020 10
19 Mar 2020 11
20 Mar 2020 10
21 Mar 2020 8
22 Mar 2020 8
23 Mar 2020 8
24 Mar 2020 8
25 Mar 2020 11
26 Mar 2020 9
27 Mar 2020 8
28 Mar 2020 9
29 Mar 2020 12
30 Mar 2020 11
31 Mar 2020 25
Jumlah 336
Rata-rata 10,83
Dengan hasil persentase pengendapan yang terjadi disetiap kompartemen dari kompartemen 1
sampai kompartemen 5 tersebut menujukan bahwa persen pengendapan semakin berkurang dari setiap
kompartemennya, hal ini karena Sebagian besar partikel padatan sudah terendapkan terlebih dahulu pada
kompartemen pertama. Dilihat dari hasil perhitungan total persentase partikel padatan yang berhasil
mengendap diperoleh total 99,99% proses pengendapan partikel padatan yang terjadi di kolam pengendapan
(settling pond) yang dirancang.
Dari hasil 100% yang diharapkan partikel untuk mengendap, ada sekitar 0,01% partikel padatan
yang tidak berhasil mengendap dan tersuspensi keluar kompartemen bersama air. Sehingga air yang akan di
alirkan ke luar kompartemen rancangan menuju kompartemen aktual perlu dilakukan treatment air terlebih
dahulu (pada kompartemen 4 atau 5) sebelum air digunakan untuk kebutuhan penyiraman reklamasi tanaman
maupun penyiraman jalan tambang.
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
236 ISSN: 1907-5995
Dari hasil yang diperoleh, yaitu pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan
(maintenance) karena telah melewati batas waktu umur tambang pada perusahaan.
4. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan, pengolahan serta analisis data di daerah penelitian Pit Durian PT. J
Resources Bolaang Mongondow, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Rancangan dimensi kolam pengendapan (settling pond) yang sesuai dengan debit air yang di tampung
dengan jumlah 5 buah kompartmen memiliki ukuran sebagai berikut :
Luas seluruh settling pond rancangan = 6.045 m2
Kemiringan = 600
Lebar atas kompartemen = 21 m
Panjang atas kompartemen = 39 m
Lebar bawah kompartemen = 13 m
Panjang bawah kompartemen = 30 m
Kedalaman kolam =7m
Lebar sekat =7m
Panjang sekat = 14 m
Volume settling pond rancangan = 20.700 m3
Volume tiap kompartemen = 4.140 m3
2. Waktu yang dibutuhkan untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) sendiri
berbeda-beda, yaitu :
Kompartemen 1 = 7 hari
Kompartemen 2 = 68 hari
Kompartemen 3 = 586 hari
Kompartemen 4 = 4.140 hari (± 11 tahun)
Kompartemen 5 = 37.636 hari (± 103 tahun)
Pada kompartemen 5 tidak perlu dilakukan pemeliharaan (maintenance) karena telah melewati batas
waktu umur tambang pada perusahaan.
Sedangkan pada penelitian ini diperoleh beberapa saran yang diharapkan agar dapat
dipertimbangkan serta diterapkan oleh perusahaan, yaitu sebagai berikut :
1. Diharapkan agar dimensi rancangan kolam pengendapan (settling pond) pada penelitian kali ini dapat
diterapkan pada perusahaan karena pada rancangan tiap kompartemen kolam dapat berfungsi dengan
sempurna pada proses pengendapan partikel padatan.
2. Dalam upaya perawatan kolam pengendapan (settling pond), PT. J Resources Bolaang Mongondow
belum mempunyai standar pemeliharaan (maintenance) kolam yaitu berupa jadwal waktu yang teratur
untuk melalukan pengerukan lumpur yang terendap di setiap kompartemen. Sehingga diharapkan agar
waktu untuk pemeliharaan (maintenance) kolam pengendapan (settling pond) yang diperoleh pada
penelitian kali ini dapat diterapakn oleh perusahaan.
3. Untuk bentuk dan dimensi saluran terbuka yang mengalirkan air ke kolam pengendapan (settling pond)
mungkin bisa menggunakan rekomendasi pada penelitian kali ini dikarenakan saluran terbuka aktual
pada lokasi penelitian tidak optimal baik dari segi bentuk maupun dimensi.
4. Perlu dilakukan perawatan pada saluran terbuka secara berkala agar tidak terjadi pengendapan material
yang berlebih sehingga saluran terbuka dapat berfungsi dengan baik.
UCAPAN TERIMAKASIH
Saya sebagai penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan
semangat serta dukungan moral maupun moril dalam menyelesaikan penelitian ini. Semoga doa dan semua
hal baik yang diberikan dapat menjadikan saya serta kalian orang yang baik pula.
DAFTAR PUSTAKA
[1]. Alviansyah, N., “Perencanaan Desain Kolam Pengendapan Pada Bukit 7 PT. ANTAM Tbk UBP Bauksit, Tayan,
Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat”, Program Studi Teknik Pertambangan, Fakultas Sains dan
Teknologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2019
[2]. Chow, V.T., “Hidrolika Saluran Terbuka” (Bahasa Indonesia), Erlangga, Jakarta, Indonesia. 1985
[3]. Gautama, R.S.,“Diktat Kuliah Sistem Penyaliran Tambang”, Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknologi
Mineral ITB, Pengantar Penyaliran Tambang. 1994
[4]. Giancoli D.C., “Fisika Prinsip dan Aplikasi”, Jilid ke-1 Edisi ke-5, Diterjemahkan Oleh Yuhilza Hanum,
Erlangga, Jakarta. 2001
[5]. Hardjana, I., “The Descovery, Geology and Exploration of The High Sulphidation Au-Mineralization System in
The Bakan District”, Majalah Geologi Indonesia Vol. 27, North Sulawesi. 2012
[6]. Hartono, “Kuliah Sistem Penyaliran Tambang Kolam Pengendapan”, Program Studi Teknik Pertambangan,
Fakultas Teknologi Mineral, UPN “Veteran” Yogyakarta. 2013
[7]. Husain, A.A., lecture: Thamrin, M.,“Desain Kolam Pengendapan (settling pond)”, Rekayasa Lingkungan
Tambang, Student of Mining Engineering, Hasanuddin University. 2016
[8]. Indonesianto, Y., “Pemindahan Tanah Mekanis”, Jurusan Teknik Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi
Nasional Yogyakarta. 2018
[9]. Ipi, J.V., “Rancangan Dimensi Settling Pond Untuk Pit Warute Tambang Batubara PT. Bina Sarana Sukses Site
Operation PT. Antang Gunung Meratus Provinsi Kalimantan Selatan”, Program Studi Teknik Pertambangan,
Institut Teknologi Nasional Yogyakarta. 2020.
[10]. J Resources., “Annual Report PT J Resources Asia Pasifik, Tbk”. 2015
[11]. J Resources., “Tipe Endapan Daerah Bakan”, Mine Geology Department, PT. J Resources Bolaang Mongondow.
2019
[12]. J Resources., “Laporan Pemantauan Curah Hujan Triwulan IV 2019”, Mining Engineering Department, PT. J
Resources Bolaang Mongondow. 2019
[13]. J Resources., “Laporan Pemantauan Kualitas Air Limbah di Titik Penaatan”, EHS Department, PT. J Resources
Bolaang Mongondow. 2020
[14]. Kurnia, D., “Evaluasi Kondisi Aktual dan Perencanaan Sistem Penyaliran Tambang Emas di Pit Durian, Site
Bakan PT. J Resources Bolaang Mongondow, Kecamatan Lolayan, Kotamobagu, Sulawesi Utara”, Program
Studi S1 Teknik Pertambangan, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Padang. 2018
[15]. Pangestu, W.A., “Analisa Perancangan Kolam Pengendapan di PT. Gunung Mas, Tbk”, Program Studi Teknik
Pertambangan, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. 2019
[16]. Prasetyo, E.E.E., 2012, “Rancangan Dimensi Settling Pond Berdasarkan Daerah Tangkapan Hujan Pada Pit
B2A PT. Sebuku Batubai Coal Pulau Laut Tengah Kotabaru Kalimantan Selatan”, Prodi Teknik Pertambangan,
UPN “Veteran” Yogyakarta. 2012
[17]. ........, Arsip Engineering Department PT. J Resources Bolaang Mongondow, Sulawesi Utara. 2019
Rancangan Teknis Sistem Penyaliran Pada Kolam Pengendapan (Settling Pond) (Regita Cahyani Surahmad)
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
ABSTRAK
PT Akat Srida Amri merupakan perusahaan pertambangan batubara di Desa Rantau Pandan, Kabupaten Bungo, Provinsi
Jambi dengan menggunakan metode tambang terbuka. Salah satu permasalahan pada penambangan dengan metode ini
adalah air. Kondisi aktual settling pond masih memperlihatkan kendala dimana dua kompartemen settling pond
memperlihatkan tidak mampunya menampung air yang masuk dilihat dari meluapnya air yang mengakibatkan
pengendapan lumpur tidak berjalan dengan baik. Penelitian dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan tersebut
dengan merekomendasikan dimensi settling pond yang tepat. Rancangan dimensi settling pond dibuat dengan melakukan
perhitungan curah hujan menggunakan Metode Gumbell dan didapatkan curah hujan rencana 438,64517 mm/hari,
intensitas curah hujan 33,0476918 mm/jam, luas CA settling pond 1488,11 m2 sehingga didapat debit air limpasan sebesar
29,51 m3/jam dengan debit pompa 30 m3/jam. Berdasarkan perhitungan parameter di atas, didapatkan volume dimensi
rekomendasi serta mengacu pada Lampiran II Nomor 17 Poin (i) KEPMEN ESDM Nomor 1827 K/30/MEM/2018 yaitu
sebesar 1785,12 m3. Dari pengolahan, analisis data yang dilakukan serta acuan, dimensi settling pond diperbesar agar dapat
menampung debit total sebesar 1785,12 m3/hari dengan dimensi panjang dan lebar alas 16,75 m x 16,75 m, panjang dan
lebar atas 24,75 m x 24,75 m dengan kedalaman 4 m sehingga air dapat tertampung dan proses pengendapan lumpur dapat
berjalan dengan baik. Direkomendasikan juga penambahan dua kompartemen menjadi empat kompartemen dengan
masing-masing fungsi sebagai sediment zone, safety zone, treatment zone, dan mud zone.
Kata kunci: Catchment area, debit air limpasan, settling pond
ABSTRACT
PT Akat Srida Amri is a coal mining company in Rantau Pandan Village, Bungo Regency, Jambi Province using the open
pit mining method. One of the problems in mining with this method is water. The actual condition of the settling pond still
shows problems where the 2 settling pond compartments show their inability to accommodate the incoming water as seen
from the overflow of water in the settling pond which causes the sedimentation of mud to not work properly. This research
was conducted to overcome these problems by recommending the right settling pond dimension. The design of the settling
pond dimension was made by calculating rainfall using the Gumbell method and obtained a planned rainfall of 438,64517
mm/day, rainfall intensity 33,0476918 mm/hour, CA settling pond area of 1488,11 m2 so that it can be obtained runoff
water discharge of 29.51 m3/hour with a pump discharge of 30 m 3/hour. Based on the calculation of the parameters above,
the recommended dimension volume is obtained and refers to Attachment II Number 17 Points (i) KEPMEN ESDM
Number 1827 K/30/MEM/2018 which is 1785.12 m3. From the processing, data analysis carried out as well as references,
the dimensions of the settling pond are enlarged so that it can accommodate a total discharge of 1785.12 m3/day with
dimensions of length and width of the base 16.75 mx 16.75 m, length and width of the top 24.75 mx 24 .75 m with a depth
of 4 m so that water can be accommodated and the process of sludge deposition can run well. It is also recommended to
add 2 compartments to 4 compartments with each function as a sediment zone, safety zone, treatment zone and mud zone.)
52
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
53
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
Keterangan:
I = Intensitas curah hujan (mm/jam) HASIL DAN PEMBAHASAN
tc = Lama waktu hujan atau waktu konstan (jam)
R24 = Curah hujan maksimum (mm) Dimensi Settling Pond Aktual
54
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
tempat untuk pengecekan mutu air sebelum dialirkan curah hujan dapat berpengaruh terhadap besar kecilnya
menuju sungai. Untuk pengambilan data aktual dimensi air pada area tambang yang harus diatasi. Curah hujan
kolam pengendapan (settling pond) dapat dilakukan bisa diartikan sebagai ketinggian air hujan yang telah
dengan pengukuran menggunakan meteran dan bambu. terkumpul pada sutau tempat yang datar, tidak meresap,
Pada pengukuran sisi seperti panjang dan lebar kolam tidak menguap, serta tidak mengalir. Curah hujan 1 (satu)
dilakukan dengan menggunakan meteran. Sedangkan milimeter memiliki arti bahwa dalam luasan satu meter
untuk pengukuran kedalaman kolam pengendapan persegi pada suatu tempat yang datar akan dapat
dilakukan menggunakan bambu dimana bambu menampung air setinggi satu milimeter atau tertampung
ditancapkan ke dalam kolam, kemudian angkat bambu air sebanyak satu liter.
dan ukur kedalaman menggunakan meteran.
Untuk menghitung curah hujan rencana, data aktual yang
Kondisi aktual di lapangan menunjukkan bahwa settling digunakan pada PT Akat Srida Amri adalah data curah
pond berada pada elevasi 83 mdpl dengan dua hujan selama 10 tahun yaitu periode 2012-2021. Data
kompartemen berbentuk persegi panjang dengan dimensi tersebut kemudian didispersi terlebih dahulu untuk
kompartemen 1 yaitu panjang 12 m, lebar 9,45 m serta menentukan metode yang digunakan dalam perhitungan
kedalaman 2,72 m yang berfungsi sebagai zona sediment untuk mencari nilai curah hujan rencana, dimana curah
trap (zona pengendapan), sedangkan kompartemen 2 hujan rencana diartikan sebagai perkiraan tinggi hujan
memiliki dimensi panjang 11,3 m, lebar 9,8 m serta maksimum yang diperkirakan terjadi sekali pada periode
kedalaman 2,7 m berfungsi sebagai zona penampungan ulang hujan yang direncanakan.
setelah pengendapan sebelum air dialirkan menuju
perairan. Volume masing-masing kompartemen tersebut Tabel 1. Data Curah Hujan Maksimum Tahunan PT
adalah kompartemen 1 sebesar 308,448 m3 dan volume Akat Srida Amri
kompartemen 2 sebesar 298,998 m3. Kondisi aktual
settling pond yang ada tidak dapat menampung No Tahun Xi
keseluruhan debit air masuk dan settling pond meluap.
Air di dalam settling pond masih mengandung lumpur 1 2012 830
dan tidak ada titik penaatan air untuk pengecekan baku 2 2013 458
mutu air.
3 2014 425
4 2015 424
5 2016 533
6 2017 323
7 2018 347
8 2019 361
9 2020 402
10 2021 470
Jumlah 4573
Rata-rata (x) 457,3
Max 830
55
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
Dari perhitungan menggunakan beberapa persamaan tangkapan, tata guna lahan serta jarak lintasan air dari
pada tahapan analisis curah hujan rencana, didapatkan titik terjauh hingga di titik yang ditinjau [6].
nilai dari perhitungan rata-rata curah hujan adalah
sebesar 457,3 mm, standar deviasi sebesar 145,09924 Dalam menghitung intensitas curah hujan terlebih
mm/hari, koreksi variansi 0,36651, koreksi rata-rata dahulu dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai tc
sebesar 0,49521, koreksi simpangan sebesar 1,00099 dan dengan menghitung menggunakan persamaan 7 dan
nilai curah hujan rencana dihitung yaitu sebesar diketahui lama waktu hujan periode ulang hujan ke-2
438,64517 mm/hari. yaitu sebesar 9,870808199 jam. Nilai ini kemudian
digunakan dalam perhitungan intensitas curah hujan.
Koefisien Limpasan
Dari perhitungan menggunakan persamaan 8 didapatkan
Koefisien limpasan permukaan adalah suatu angka yang nilai dari intensitas curah hujan periode ulang hujan ke-2
akan menunjukkan perbandingan antara besarnya aliran pada Pit 4 PT Akat Srida Amri adalah sebesar
air permukaan yang terjadi akibat besarnya curah hujan 33,0476918 mm/jam. Nilai intensitas yang didapatkan
yang jatuh pada wilayah tertentu terhadap volume curah kemudian digunakan dalam perhitungan debit air
hujan tersebut. Volume limpasan curah hujan dapat limpasan.
meningkat seiring dengan bertambah luasnya permukaan
kedap air [3]. Tabel 3. TC dan Intensitas Curah Hujan
Koefisien limpasan berhubungan dengan besarnya aliran TC Intensitas Curah Hujna (mm/jam)
permukaan dan dipengaruhi oleh kemiringan dan tata Lokasi
Jam t = 2 tahun t = 5 tahun t = 10 tahun
guna lahan. Semakin curam dan semakin sedikit vegetasi
penutup lahan suatu lokasi maka semakin besar pula CA
9,87080819 33,047691 50,8339806 59,0293889
Settlin
nilai koefisien limpasannya. Hal tersebut seperti g Pond
9 8 6 4
ditunjukkan pada tabel berikut [4] :
Daerah Tangkapan Hujan
Tabel 2 . Nilai Koefisien Limpasan
Perhitungan debit air limpasan mempertimbangkan
Koefisien luasan daerah tangkapan hujan. Daerah tangkapan hujan
No Kemiringan Tata Guna Lahan
Limpasan merupakan luas suatu permukaan dimana ketika terjadi
Sawah, rawa 0,2 hujan, air hujan akan mengalir menuju area yang lebih
Datar rendah hingga ke titik pengaliran. Pengamatan di
1 Hutan, perkebunan 0,3
(<3%) lapangan dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui
Perumahan 0,4
Hutan, perkebunan 0,4 koefisien limpasan dan kondisi topografi, sehingga dapat
Perumahan 0,5 diketahui batasan daerah tangkapan hujan pada area
Menengah kolam pengendapan [7]. Daerah tangkapan hujan bisa
2
(3% - 15%)
Semak-semak agak
0,6 ditentukan serta diketahui luasnya tersebut dengan cara
jarang
menghitung keliling area dari kolam pengendapan. Luas
Hutan atau kebun 0,6
daerah tangkapan hujan ditentukan dengan
Tanah gundul atau
0,7 menggunakan software ArcGIS dimana luas daerah
jalan aspal
tangkapan hujan settling pond adalah 1488,11 m2.
Perumahan 0,7
Curam
3 Semak-semak agak
(>15%) 0,8
jarang
Lahan Terbuka Daerah
0,9
Tambang
56
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
Air permukaan adalah air hujan yang tidak bisa ditahan Qlimpasan Qlimpasan QPompa Qpompa Qtotal
oleh tanah, vegetasi maupun cekungan yang pada (m3/jam) (m3/hari) (m3/jam) (m3/hari) (m3/hari)
akhirnya akan mengalir langsung ke sungai maupun laut
29,51 708,1 30 300 1008,1
[8]. Aliran tersebut terjadi akibat air hujan tidak
terinfiltrasi secara keseluruhan karena curah hujan
maupun faktor lereng dan kekompakan daerah tersebut. Volume Total Settling Pond Berdasarkan KEPMEN
Air limpasan akan dibuang atau dialirkan menuju ke luar ESDM 1827/K/30/M3M/2018
area penambangan maupun sungai terdekat dimana
lumpur endapannya akan dibuang secara keseluruhan. Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827
Aspek bidang yang difokuskan adalah curah hujan, K/30/MEM/2018 Lampiran II Nomor 17 tentang
tutupan, tanah, dan luas daerah aliran. Pengelolaan Air Tambang Poin (iii), menyebut bahwa
pengendalian pengelolaan air tambang meliputi
Debit air limpasan pada daerah settling pond dihitung penambahan kapasitas fasilitas pengendapan atau
dengan rumus rasional dengan mengalikan koefisien pengelolaan air tambang, sehingga direkomendasikan
limpasan, intensitas curah hujan dengan luas daerah rancangan dimensi settling pond. Ukuran kolam
tangkapan hujan di sekitar atau yang akan mengalir ke pengendapan seharusnya sesuai dengan jumlah air yang
settling pond. Koefisien limpasan ditentukan ditampung sehingga air yang bersumber dari sumuran
berdasarkan survey lapangan, intensitas curah hujan (sump) dan air limpasan di area settling pond tidak akan
didapatkan dari perhitungan menggunakan data sekunder meluap dan dapat teratasi dengan baik.
maka didapatkan debit air limpasan yang masuk menuju
settling pond adalah sebesar 0,082 m3/detik atau 29,51 Mengacu pada KEPMEN Nomor 1827 K/30/MEM/2018
m3/jam. Lampiran II Nomor 17 tentang Pengelolaan Air
Tambang Poin (i) disebutkan bahwa fasilitas
Debit Pompa Aktual pengendapan mempunyai kapasitas sekurang-kurangnya
1,25 kali dari volume air tambang pada curah hujan
Untuk memindahan ataupun mengeluarkan air dari area tertinggi selama 84 jam sehingga dimensi settling pond
yang rendah digunakan pompa, dimana titik terendahnya dicari dengan dengan menggunakan rumus dan
yaitu pada sumuran atau kolam penampungan sementara didapatkan volume sebesar 1785,12 m3.
(sump) pada lokasi penambangan terendah ke area yang
lebih tinggi yang dalam hal ini menuju kolam Rancangan Dimensi Rekomendasi Settling Pond
pengendapan (settling pond) [9].
Berdasarkan KEPMEN ESDM Nomor 1827
Debit pompa diartikan sebagai banyaknya air yang dapat K/30/MEM/2018 Lampiran II Nomor 17 tentang
dikeluarkan oleh pompa dalam satuan waktu. PT Akat Pengelolaan Air Tambang Poin (iii), menyebut bahwa
Srida Amri menggunakan 1 unit pompa EBARA tipe pengendalian pengelolaan air tambang meliputi
250 x 200 FS4LA dengan debit sebesar 8,3 Ltr/dtk atau penambahan kapasitas fasilitas pengendapan atau
30 m3/ jam sebanyak 1 unit dengan pipa berdiameter 6 pengelolaan air tambang, sehingga direkomendasikan
inch. Debit pompa inilah yang digunakan dalam rancangan dimensi settling pond. Settling pond yang
perhitungan debit total pompa untuk ditambahkan direkomendasikan adalah berbentuk trapesium dengan
dengan debit total air limpasan dan akan menjadi debit sudut kemiringan 45o dan kedalaman 4 m, dimana
total settling pond. panjang dan lebar alas dari settling pond ini adalah 16,75
m x 16,75 m. Sedangkan panjang dan lebar atas dari
Debit Total Settling Pond settling pond adalah 24,75 m x 24,75 m. Dengan ukuran
dimensi tersebut, settling pond dapat menampung
Debit total pada settling pond merupakan debit yang volume sebesar 1786,26 m3.
digunakan untuk menentukan besar kecilnya ukuran
dimensi settling pond. Debit total pada settling pond Bentuk kolam pengendapan yang direncanakan yaitu
dipengaruhi oleh debit air limpasan dan debit pompa berbentuk trapesium karena kemudahan pembuatan
dimana pompa bekerja selama maksimum 10 jam setiap dimana akan digunakan excavator sehingga alat akan
harinya. Dari perhitungan menggunakan persamaan 10, lebih mudah bekerja sesuai dengan dimensi dan sudut
diketahui nilai debit total sesuai dengan yang dari dimensi settling pond rekomendasi. Settling pond
ditunjukkan oleh tabel berikut : dibuat berliku sehingga kecepatan air yang masuk dapat
diperkecil yang akan mengakibatkan material padat yang
akan diendapkan pada kolam pengendapan (settling
pond) membutuhkan lebih sedikit waktu dengan material
padatan yang terendapkan lebih banyak[10].
57
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
KESIMPULAN
58
Jurnal Pertambangan
http://ejournal.ft.unsri.ac.id/index.php/JP Jurnal Pertambangan Vol. 6 No. 2 Mei 2022
ISSN 2549-1008
59
Ethos: Jurnal Penelitian dan Pengabdian Masyarakat, Vol 10 No.1, Januari 2022: 93-100
1
Noor Fauzi Isniarno, 2Muhammad Ilham Naufal, 3Iswandaru, 4Dono Guntoro,
5
Wahyu Budi khorniawan
Abstract. The importance of the need for water causes water to become a major factor
in the sustainability of existing mining activities. In addition, the occurrence of silt
deposition in the main pond is a separate problem which is very likely to cause silting
of the main pond. This study aims to examine problems related to water and materials
entering the mine. Based on the results of research using the calculation of the Gumbel
distribution, through the Mononobe equation and rational formulas so that the runoff
discharge is obtained where the total discharge that enters the washing pond is 710.81
m3/day. Thus, in order for the washing pond to optimally meet water needs, additional
water is needed, which is 5,414.88 m3/day. To prevent silting of the main pond, periodic
maintenance is needed, in this case the dredging of sedimentary material deposited in
the pond. Based on the results of the study, it was found that 51,788 kg of solids were
deposited in the pond carried by circulating water. With a reference of 60% of the pond
capacity, the optimum time for dredging is once every 18 days.
Keywords: Mononobe, Gumbel distribution, rational formula, runoff discharge,
Hydrology
Abstrak. Pentingnya kebutuhan akan air menyebabkan air menjadi faktor utama
dalam keberlangsungan kegiatan penambangan yang ada. Di samping itu, terjadinya
pengendapan lumpur pada kolam utama menjadi permasalahan tersendiri yang sangat
memungkinkan menyebabkan pendangkalan kolam utama. Penelitian ini bertujuan
untuk meneliti permasalahan terkait air dan material yang masuk ke dalam tambang.
Berdasarkan pada hasil penelitian yang menggunakan perhitungan distribusi
Gumbel, melalui persamaan Mononobe serta rumus rasional sehingga didapatkan
debit limpasan dengan total debit yang masuk ke dalam kolam pencucian sebesar
710,81 m3/hari. Dengan demikian, agar kolam pencucian dapat memenuhi kebutuhan
air secara optimal, diperlukan air tambahan, yaitu sebesar 5.414,88 m3/hari. Untuk
dapat mencegah pendangkalan kolam utama dibutuhkan perawatan berkala yang
dalam hal ini adalah pengerukan material sedimen yang terendapkan di dalam kolam.
Berdasarkan hasil kajian didapatkan sebanyak 51.788 kg padatan terendapkan di
dalam kolam yang terbawa oleh air sirkulasi. Dengan acuan 60% kapasitas kolam,
waktu optimum untuk dilakukan pengerukan adalah setiap 18 hari sekali.
Kata Kunci: Mononobe, Distribusi Gumbel, rumus rasional, debit limpasan,
Hidrologi
dan tutupan lahan sangat penting untuk bergantung kepada beberapa sektor di
studi hidrologi karena memengaruhi antaranya adalah sektor teknis, seperti
limpasan permukaan, hasil sedimen, dan hidrologi dan hidrogeologi (Isniarno,
beban nutrisi dari daerah aliran sungai 2021).
(Risal, 2020). Keberadaan air tanah Pengelolaan lanskap pada lahan
sangat dipengaruhi oleh keberadaan tambang tidak terlepas dari tindakan
zona resapan (Isniarno, 2020). hidrologi konservasi air. Umumnya, komoditas
air permukaan dan hidrolika dalam pasir yang terdiri atas topsoil, lempung,
beberapa dekade terakhir, terutama pasir lempungan, dan pasir merupakan
karena keunggulan kinerja yang luas bagian dari lapisan batuan yang mampu
dan kemudahan penggunaan (Kermani, melewatkan serta menyimpan air.
2020). Mempertimbangkan kondisi tersebut,
Penambangan terbuka adalah pengolahan bahan galian dilakukan
rekayasa sistem yang rumit yang memiliki sebagai bentuk peningkatan nilai jual dari
banyak faktor tidak aman, seperti jumlah material yang menjadi salah satu konsen
pekerja yang besar, tempat kerja yang penting dalam dunia pertambangan,
tersebar, kondisi alam yang buruk, dan yakni ketersedian air yang harus selalu
lingkungan kerja yang rumit, termasuk terpenuhi demi keberlangsungan kegiatan
siklus hidrologi yang terjadi (Kaihuan, pencucian dan keberadaan material
2012). Air yang diakibatkan oleh area pengotor berupa lempung menjadi
tambang terbuka bisa berdampak permasalahan penting dalam kegiatan
positif atau bisa berdampak negatif pencucian pasir. Berdasarkan pemikiran
(Acharya, 2020). Air yang dibuang dari tersebut, perlu dilakukannya pengkajian
lokasi tambang terbengkalai dan/atau terhadap sistem pengelolaan air guna
direklamasi dengan tingkat keasaman memenuhi kebutuhan pencucian pasir
yang relatif lebih tinggi dan terus menjadi dan pengelolaan pengotor hasil pencucian
perhatian global karena berbagai dampak yang didasarkan pada data hasil lapangan
terhadap kualitas air permukaan dan air secara nyata yang kemudian diharapkan
tanah (Acharya, 2020). Oleh karena itu, dapat diterapkan pada skala perusahaan.
perlu dilakukan pengevaluasi kontribusi
sumber-sumber dari keterdapatan air yang 2. Metode Ilmiah
sangat diperlukan dalam pengelolaan
air dalam sebuah operasi penambangan Sistem penyaliran tambang
(scheiber, 2018). (mine water management) adalah suatu
Dalam sistem penambangan sistem dalam pengelolaan air tambang
terbuka, masalah terpenting dalam yang meliputi aspek identifikasi dan
kegiatan produksi penambangan adalah kuantifikasi sumber air tambang, optimasi
pengelolaan air permukaan. Pengelolaan manajemen air tambang, perencanaan
air permukaan merupakan pengelolaan dan perancangan sarana prasarana,
air secara terpadu, kegiatan pengelolaan penyaliran, serta pengendalian dampak
dengan tujuan meminimalkan pengaruh lingkungan akibat dari air tambang.
negatif air permukaan yang terdiri dari Pada tambang terbuka, sumber air dapat
metode drainase tambang, drainase berasal dari air limpasan hujan yang
tambang, pemisahan sedimen, dan jatuh secara langsung pada area tambang,
pengendalian (Isniarno, 2020). Dalam air luapan dari sumber air permukaan
metode untuk hidrogeoligi bawah yang berada di sekitar lokasi tambang,
permukaan, penulis dapat menggunakan seperti danau, sungai, rawa, dan air tanah
metode geofisika, yaitu vertical electrical apabila bukaan tambang memotong
sounding (Isniarno, 2020). Efisiensi akuifer, sedangkan di tambang bawah
dalam perusahaan pertambangan tanah, umumnya air berasal dari lapisan
ISSN 1693-699X | EISSN 2502-065X
Sistem Pengelolaan Air Pada Settling Pond... | 95
akuifer yang terpotong akibat penggalian milimeter. Pada banyak kasus di tambang
lubang bukaan serta dapat berasal dari terbuka di Indonesia hanya tersedia data
kegiatan pendukung penambangan, hujan harian yang diukur menggunakan
seperti pekerjaan pengisian ruang bekas alat penakar hujan biasa. Sementara itu,
tambang (backfilling) oleh material kejadian hujan yang harus ditangani oleh
tailing dalam bentuk lumpur (slurry). sistem penyaliran umumnya ditentukan
Beberapa faktor yang menjadi oleh intensitasnya. Oleh sebab itu, dalam
perhatian dan harus dipertimbangkan perancangan sarana penyaliran tambang,
dalam pembuatan rancangan sistem parameter besaran hujan yang biasanya
penyaliran pada tambang terbuka sebagai digunakan adalah intensitas hujan.
berikut: Rumus mononobe, dapat dipakai guna
mengestimasi curah hujan jangka pendek
Curah Hujan dari data hujan 24 jam.
Dalam daur hidrologi, presipitasi
merupakan salah satu komponen utama Daerah Tangkapan Hujan (Catchment
yang merupakan proses jatuhnya air Area)
atmosferik ke permukaan bumi dalam Daerah tangkapan hujan
bentuk hujan, salju, butiran es, dan merupakan luas permukaan yang jika
sejenisnya. Di Indonesia yang merupakan terjadi hujan, air hujan akan mengalir ke
daerah tropis, bentuk presipitasi yang daerah yang lebih rendah menuju ke titik
dominan berupa hujan. Jika air di pengaliran. Air yang jatuh kepermukaan
atmosfer yang dalam bentuk kumpulan bumi sebagian akan meresap ke dalam
butiran air berbentuk awan hasil dari tanah, sebagian tercegat oleh tumbuhan
proses kondensasi uap air setelah proses (vegetasi), dan sebagiannya lagi bisa
evaporasi mendingin, butiran air menjadi saja langsung jatuh di laut, sungai,
cukup besar yang kemudian jatuh ke danau, dan sebagainya. Semua air yang
permukaan bumi. Pengolahan data dalam mengalir di permukaan bumi belum
analisis frekuensi curah hujan dilakukan tentu dapat menjadi sumber air dari suatu
guna memperoleh data curah hujan yang sistem penyaliran yang kondisi tersebut
siap pakai untuk suatu perencanaan tergantung pada daerah tangkapan hujan
sistem penyaliran tambang. Hasil sebaran dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
data dari perhitungan dispersi selanjutnya di antaranya kondisi topografi, rapat
dapat digunakan untuk analisis curah tidaknya vegetasi, dan lain-lain. Daerah
hujan rencana. Data yang telah dihitung tangkapan hujan yang merupakan daerah
dapat direncanakan berdasarkan tingkat air limpasan mengalir menuju ke sistem
variansi data sehingga dalam penentuan penyaliran alami pada suatu lokasi
curah hujan rencana akan memiliki tertentu yang dalam penentuan luasannya
tingkat keyakinan yang tinggi. Analisis berdasarkan peta topografi.
curah hujan dapat dilakukan dengan
beberapa persamaan, seperti distribusi Air Limpasan
normal, distribusi log normal, distribusi Air hujan yang tidak mengalami
C.J Gumbel, dan distribusi Log-Person evaporasi dan infiltrasi akan menjadi
Tipe III. limpasan. Untuk pembahasan mengenai
limpasan, yang menjadi rujukan adalah
Intensitas Hujan daerah tangkapan hujan (watershed,
Intensitas curah hujan merupakan catchment area). Areal tambang dapat
jumlah curah hujan per satuan waktu digolongkan sebagai daerah tangkapan
yang relatif singkat dan dinyatakan hujan kecil yang karakteristiknya adalah
dalam satuan mm/jam yang artinya debit limpasan sangat dipengaruhi oleh
dalam waktu satu jam adalah sekian karakteristik hujan atau dalam proses
https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
96 | Isniarno, et al.
https://doi.org/10.29313/ethos.v10i1.7991
98 | Isniarno, et al.
Oleh :
Diah Ayu Purwaningsih 1 dan Donny Irawan 2
ABSTRACT
ABSTRAK
Sumber air yang masuk ke Settling pond pada umumnya air permukaan
dan air tanah, pada daerah penelitian ini air yang masuk ke dalam SWP 06 berasal
dari paritan 1 dan 2 yang merupakan air dari pemompaan pada pit 8 dan air
limpasan, untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam jumlah debit
pemompaan air di pit 8. Air yang masuk kedalam paritan 1 merupakan air dari
hasil pemompaan pit 8 Barat dan dari air limpasan dengan luas Area DTH yang
merupakan Area Reklamasi pada pit 7 sebesar 7,9505 Ha dan pit 8 sebesar
2,3008 Ha. Air yang masuk kedalam paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan
dari pit 8 Timur dan air limpasan dengan luas area DTH yang merupakan
Perkebssunan Kelapa Sawit sebesar 25,55 Ha dan DTH Top Soil sebesar
3,8044 Ha. Pompa dan Pipa yang digunakan oleh PT. MPP yaitu KSB 150 dan
HDPE ukuran 6’,diameter 16 cm, dan tebal 1,4 cm. Volume total aktual Settling
Pond SWP 06 sebesar 63.523 m3, air yang masuk kedalam Settling pond SWP 06
yaitu dari paritan 1 sebesar 2,1743 m3/detik dan paritan 2 sebesar 2,895 m3/detik
sehingga debit total air limpasan yang masuk sebesar 5,0693 m3/detik dan saat di
kaji kembali volume total air yang masuk sebesar 29.152,44 m3 sehingga hanya
perlu di lakukan perawatan dengan cara pengerukan agar volume kolam bisa
menampung air yang akan masuk karena pada 3 Kompartement yang ada
mempunyai lebar 29 m yang bisa terjadinya pendangkalan pada tengah
kompartement karena PC 200 dengan Jangkauan Maksimal 42 ft = 12,8016 m di
kali 2 yaitu 25,6032 m, umur kolam 1a selama 6,7 hari dan kolam 1b,2b,2a
selama 11,5 hari dan untuk menambah umur kolam tersebut selama kegiatan
penambangan berlangsung settling pond SWP 06 harus di lakukan pengerukan
rutin. Faktor yang mempengaruhi dimensi yaitu jumlah air yang akan masuk
kedalam Settling Pond SWP 06.
A. PENDAHULUAN
Dalam industri pertambangan batubara, eksplorasi batubara dari lapisan
dalam tanah harus malalui proses pemisahan over burden. Over burden adalah
material penutup batubara, proses ini disebut over burden removal. Hasil akhir
dari penambangan batubara adalah clean coal, yaitu batubara yang digunakan
untuk bahan bakar. Coal getting merupakan proses pengambilan batu bara dari
pembersihan (cleaning) sampai pengisian (loading) batu bara ke alat angkut untuk
kemudian di angkut ke tempat penampungan (stockpile). Kondisi cuaca hujan
dengan volume yang tinggi merupakan kendala proses coal getting. Tambang
terbuka dengan menggunakan metode open pit. Metode penambangan ini akan
menyebab kan terbentuknya cekungan yang luas sehingga sangat potensial untuk
menjadi daerah tampungan air, baik yang berasal dari air limpasan permukaan dan
air tanah. Oleh karena itu Sistem drainase (drainage system) di buat salah satunya
dengan membuat Settling Pond. Settling Pond adalah suatu penyaliran berbentuk
kolam yang berfungsi sebagai kolam pengendapan semua air dari areal tambang,
baik air tanah maupan air hujan dan bertujuan untuk menjernihkan air yang keluar
ke perairan umum. Melalui upaya penanganan air yang masuk ke dalam pit, maka
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 60
di harapkan permasalahan yang timbul akibat tidak terkontrolnya air yang masuk
ke pit dapat diminimalisir sehingga aktifitas penambangan dapat tetap di lakukan.
2. Perumusan Masalah
Dalam penelitian ini agar tidak terjadi suatu perluasan masalah maka penulis
membatasi dengan mengkaji pada geometri Settling pond pada pit 8 penambangan
batubara agar volume Settling pond bisa menampung volume air yang akan di
alirkan masuk ke dalam Settling pond dengan data curah hujan selama 10 tahun .
3. Metodelogi Penelitian
Didalam melaksanakan Penelitian ini, penulis menggunakan studi pustaka
dengan data-data atau observasilapangan, sehingga dari kedianya didapat
pendekatan penyelesaian masalah, adapun urutan pekerjaan penelitian yaitu:
1. Tahap kajian literatur
Tahap ini merupakan kegiatan awal sebelum dilakukannya penelitian. Pada
tahap ini dilakukan kajian-kajian pustaka atau literatur sebagai pendukung
kegiatan penelitian yang bersifat teoritis.
2. Observasi Lapangan
Observasi lapangan di lakukan dengan cara peninjauan dan pengamatan
langsung kelapangan terhadap objek kajian yang di amati dalam hal ini
berkaitan dengan sedang geometri Settling pond.
3. Tahap pengambilan data
a) Data primer yaitu : Sumber-sumber air yang masuk ke dalam kolam ke
Settling pond dengan cara pengamatan langsung pada daerah penelitian,
Pengukuran geometri Settling pond dengan cara pengukuran langsung
yaitu (panjang, Lebar, dan Kedalaman) dengan menggunakan berupa alat
meteran, Dokumentasi Lapangan sesuai dengan kegiatan penelitian
dengan menggunakan kamera, dan Melihat secara langsung jenis lahan di
area penelitian.
b) Data sekunder
Tahap pengambilan data sekunder yaitu berupa pengambilan data yang
dilakukan tanpa perlu langsung ke lapangan, Data curah hujan harian 10
tahun pada daerah penelitian, Peta situasi tambang, danSpesifikasi pompa
dan alat perawatan Settling pond
4. Akuisi data
Merupakan pengelompokan dari data-data yang diambil untuk proses
selanjutnya.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 61
B. DASAR TEORI
1. Siklus Hidrologi
Siklus hidrologi merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan pada
proses analisis hidrologi. Siklus hidrologi menurut Soemarto (1987) adalah
gerakan air laut ke udara, yang kemudian jatuh ke permukaan tanah lagi sebagai
hujan atau bentuk presipitasi lain, dan akhirnya mengalir ke laut kembali. Dalam
siklus hidrologi ini terdapat beberapa proses yang saling terkait, yaitu antara
proses hujan (presipitation), penguapan (evaporation), transpirasi, infiltrasi,
perkolasi, aliran limpasan (run off), dan aliran bawah tanah.
(SumberSoemarto, 1987)
Gambar 1. Siklus Hidrologi
2. Air Permukaan
Limpasan Permukaan atau aliran permukaan merupakan bagian dari curah
hujan yang mengalir diatas permukaan tanah menuju kesungai, danau dan lautan
(Asdak,1995). Menurut Arsyad (1983) limpasan permukaan adalah air yang
mengalir diatas permukaan tanah dan mengangkut bagian-bagian tanah. Aliran
permukaan terjadi apabila intensitas hujan melebihi kapasitas infiltrasi tanah,
dimana dalam hal ini tanah telah jenuh air (Kartasapoetra dkk.1988). sifat aliran
permukaan seperti jumlah atau volume, laju, kecepatan dan gejolak aliran
permukaan menentukan kemampuannya untuk menimbulkan erosi, dalam
penelitian ini yang diukur adalah besar aliran permukaan dalam satuan mm
(Haridjaja dkk.1991).
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 62
3. Air Tanah
Menurut Herlambang (1996) air tanah adalah air yang bergerak di dalam
tanah yang terdapat didalam ruang antar butir-butir tanah yang meresap ke dalam
tanah dan bergabung membentuk lapisan tanah yang disebut akifer. Lapisan yang
mudah dilalui oleh air tanah disebut lapisan permeable, seperti lapisan yang
terdapat pada pasir atau kerikil, sedangkan lapisan yang sulit dilalui air tanah
disebut lapisan impermeable, seperti lapisan lempung atau geluh. Lapisan yang
dapat menangkap dan meloloskan air disebut akuifer.
Q = 0,00278 X C X I x A
Air pada paritan 1 bersumber dari air yang di pompakan melalui pompa di pit
8 barat dengan volume air 1705,4 m3 dan air limpasan dari DTH yang merupakan
area reklamasi 7 dan 8, sedangkan air pada paritan 2 bersumber dari air yang di
pompakan melalui pompa di pit 8 timur dengan volume air 5806,04 m3 dan air
limpasan dari DTH yang merupakan area top soil dan perkebunan kelapa sawit.
b. Air Tanah (akifer)
Pada penelitian ini untuk air tanah di abaikan karena sudah termasuk kedalam
jumlah debit pemompaan air di pit.
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 65
9943000
9942500
9942000
9941500
9941000
492000
491500
492500
1 : 7691
PETA SITUASI TAMBANG
KAB. BERAU Tanjun gredeb
Teluk Sumbang
KAB. KUTAI
Tenggarong S amarinda
B alikpapan
KAB. PASIR
U Tanahg rogot
9942500
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 66
Faktor yang mempengaruhi besar debit air yang masuk kedalam Settling
Pond yaitu dari :
a. Koefisien daerah tangkapan hujan (C)
Pada Settling Pond SWP 06 memiliki 4 Koefisien di mana masing-masing
koefisien memiliki tata guna lahan yang berbeda sebagai berikut :
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 7 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Reklamasi Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi rumput.
- Koefisien dari DTH Kebun Kelapa Sawit Pit 8memiliki tata guna lahan
untuk topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi hutan.
- Koefisien dari DTH Top Soil Pit 8 memiliki tata guna lahan untuk
topografi perbukitan, tanah lempung berpasir, dan vegetasi tanpa tanaman.
b. Intensitas curah hujan (I)
Intensitas curah hujan berpengaruh besar berdasarkan umur tambang dan
durasi lama hujan semakin besar intensitas curah hujan semakin besar pula jumlah
air yang masuk. Pada daerah penelitian data curah hujan yang di gunakan 10
tahun dari tahun 2006-2015 dengan durasi lama hujan sebesar 2 jam.
c. Luas Area Penelitian (A)
Luas area akan berpengaruh besar pada jumlah air yang akan masuk kedalam
Settling pond karena semakin luas daerah tangkapan hujan semakin besar air
yang jatuh di area tersebut. Pada daerah penelitian terdapat 4 daerah tangkapan
hujan yang langsung masuk kedalam paritan yang mengarah pada Settling pond
yaitu area Reklamasi pit 7, Reklamasi pit 8, Kebun Kelapa Sawit pit 8,dan Top
Soil pit 8.
D. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian dari hasil pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1. Sumber air utama yang masuk ke dalam lokasi pit 8 adalah paritan 1
merupakan air dari hasil pemompaan pit 8 barat, air limpasan dari area
reklamasi, dan paritan 2 merupakan dari hasil pemompaan dari pit 8 timur, air
limpasan dari perkebunan kelapa sawit, dan top soil.
2. Debit air yang masuk kedalam Settling Pond SWP 06 dari paritan 1 paritan 2
sebesar 2,9968 m3/detik.
3. Pada Geometri Settling Pond SWP 06 aktual yang ada volume total kolam
sebesar 63.532 m3 yang kemudian di kaji karena fungsi sebelumnya
merupakan settling pond untuk pit 7 kemudian di fungsikan untuk pit 8 agar
dapat mengetahui volume air yang akan masuk dari pit 8, setelah dilakukan
pengkajian ulang dengan perhitungan volume air yang di dapat sebesar
29.152,44 m3/detik yang merupakan air dari pit 8 dan paritan. jadi volume
aktual kolam pengendapan swp 06 masih dapat menampung air yang berasal
dari penambangan pit 8.
4. Faktor yang mempengaruhi dimensi Settling Pond SWP 06 yaitu dari air
permukaan dan air tanah. dimana air permukaan merupakan air limpasan
debit air limpasan itu sendiri di pengaruhi oleh koefisien, intensitas curah
JGP (Jurnal Geologi Pertambangan) 68
hujan, dan luar area penelitian. sedangkan air tanah di abaikan karena sudah
termasuk pada perhitungan pemompaan pada area pit 8.
E. DAFTAR PUSTAKA
PerDaProv Kaltim No 2, 2011, Tentang Pengelolaan Kualitas Air dan
Pengendalian Pencemaran Air.
Pfleider E. P., 1972. Surface Minning. The American Institude of Minning.
Metallurgical and Petroleum Inc., New York
Rudi Sayogya GB., 1993. Sistem Penirisan Tambang. Kursus Perencanaan
Tambang. Jurusan Teknik Pertambangan FTM, ITB.
Sosrodarsono S. Dan Takeda K.,1993. Hidrologi untuk Pengairan. PT. Pradnya
Paramita. Jakarta
Soewarno, 1995. Hidrologi, Aplikasi Metode Statistik untuk Analisa Data
Jilid I, Gramedia. Jakarta.
Sugiharto, 2008, Dasar-DasarPengolahan Air Limbah, Universitas Indonesia (UI-
Press), Jakarta
Sundoyo, 2012, PerhitunganDimensi settling pond padaPenambangan Batubara,
Skripsi, UniversitasKutaiKartanegara.
Todd, D.K., 1959. Ground Water Hydrology,Jhon Wely and Sons. Inc. New York
dan London
Triatmodjo, Bambang, 2008, Hidrologi Terapan, Beta Offset, Yogyakarta.
Muchjidin, 2006, PengendalianMutudalamIndustri Batubara, Penerbit ITB,
Bandung.