Professional Documents
Culture Documents
Tugas Individu 2 Ella
Tugas Individu 2 Ella
Dosen Pengampu:
Prof. Dr. Hj. Neviyarni S, M.S.
Disusun oleh:
Ella Miftah Aulia
21023011
i
Daftar Isi
HALAMAN JUDUL ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI ............................................................................................................... ii
MIND MAPPING ......................................................................................................... 1
BAHAN RINGKAS ...................................................................................................... 2
A. Eksistensi BK di Sekolah.......................................................................................... 2
B. Kedudukan BK di Sekolah ........................................................................................ 2
1. Berdasarkan Landasan Yuridis Formal .................................................................. 2
2. Berdasarkan Landasan Yuridis Informal ................................................................ 4
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................... 6
PERTANYAAN ........................................................................................................... 7
PANTUN ...................................................................................................................... 8
ii
Mind Mapping
1
BAHAN RINGKAS
A. Eksistensi BK di Sekolah
B. Kedudukan BK di Sekolah
Definisi pendidikan yang menarik dan sederhana diungkapkan oleh Sunaryo (Taufiq, 2014),
yang menyatakan bahwa pendidikan ditujukan untuk membawa manusia yang apa adanya
menjadi yang seharusnya. Memang manusia sudah dibekali oleh potensi diri, tetapi dengan
tidak melatih dan mempergunakan hal tersebut, potensi tidak akan pernah muncul, manusia
yang memiliki akal perlu dibekali juga dengan cara menggunakan akal tersebut dan
mengoptimalkan kemampuannya (Bhakti, 2015).
Di lapangan apabila ditanya apa itu pendidikan, maka jawaban yang sering terdengar adalah
proses dari tidak tahu menjadi tahu, tetapi pendidikan saat ini terutama tidak dapat semudah
2
itu. Banyak aspek yang perlu dikembangkan daripada hanya sekadar mengubah suatu
ketidaktahuan menjadi tahu. Sebab, manusia tidak hanya diciptakan dari segi kognitifnya
saja, dan kenyataan bahwa tidak semua baik dari segi akademik. Banyak individu yang lebih
unggul di suatu bidang selain akademik, semisal menggunakan fisiknya, menggunakan
motorik halusnya, atau kemampuan lainnya. Sehingga pendidikan harus dilaksanakan secara
komprehensif.
Di Indonesia pendidikan dibagi menjadi beberapa jenjang yang disusun berdasarkan tingkat
perkembangan, tujuan, dan kemampuan yang menjadi sasaran. Jenjang pendidikan tersebut
terdiri dari mulai pendidikan prasekolah sampai dengan perguruan tinggi, baik formal,
informal, maupun nonformal. Pendidikan formal merupakan pendidikan yang terdiri dari
pendidikan dasar, menengah, dan atas yang disusun dan dilaksanakan secara terstruktur dan
berjenjang. Pendidikan nonformal merupakan pendidikan yang terstruktur ataupun
berjenjang, tetapi di luar pendidikan formal. Sedangkan pendidikan informal dapat terjadi di
lingkungan.
Menyoroti jenjang pendidikan Indonesia yang membagi menjadi beberapa jenjang, yang
disusun secara sistematis sesuai dengan tingkat perkembangan dan tujuan yang ingin dicapai
secara formal terbagi menjadi pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi
sebagaimana diatur dalam UU No. 20 tahun 2003 pasal 14. Oleh karena setiap individu
berbeda dari segi kecerdasan, keterampilan, watak, minat, dan bakatnya, maka pendidikan
yang menuntut tercapainya tujuan mencerdaskan semua anak bukan hanya membutuhkan
pengajaran yang bersifat akademik saja, tetapi perlu pemahaman akan diri dan lingkungan
serta bagaimana cara mengaktualisasikan dirinya sehingga dapat hidup secara mandiri. Hal
tersebut didukung oleh pernyataan Amini dkk., (2014), yang menyatakan bahwa yang perlu
diperhatikan adalah tidak ada anak yang perkembangannya sama persis meskipun anak
kembar sekalipun.
Salah satu komponen pendidikan yang penting dalam pelaksanaan pendidikan adalah
bimbingan dan konseling dalam setiap satuan pendidikan, baik dasar maupun menengah,
tidak terkecuali di Sekolah Dasar. Sebagaimana dalam PERMENDIKBUD RI No. 111 tahun
2014 tentang bimbingan dan konseling pada pendidikan dasar dan menengah, bahwa
penyelenggaraan bimbingan dan konseling dilaksanakan pada setiap satuan pendidikan.
Bimbingan dan konseling sudah tidak asing lagi didengar di sekolah, karena bimbingan dan
konseling sendiri seperti sudah dikaji memiliki peranan penting dalam pendidikan.
Bimbingan dan konseling terdiri dari kata yang masing-masing memiliki pengertian. Pertama
bimbingan, bimbingan adalah proses pemberian bantuan yang diberikan oleh guru bimbingan
dan konseling atau konselor kepada seorang konseli yang bertujuan agar konseli mampu
mengembangkan kemampuan dirinya dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya
sehingga menjadi pribadi yang mandiri. Sedangkan konseling yang dalam bukunya Prayitno
dan Amti (2015) menggantikan istilah sebelumnya, yaitu penyuluhan, serta memberikan
definisi bahwa konseling merupakan upaya pemberian bantuan berupa wawancara secara
langsung yang diberikan oleh seorang yang kompeten yang disebut konselor kepada konseli
yang sedang mengalami suatu permasalahan dengan tujuan agar individu tersebut dapat
mengatasi permasalahannya tersebut (Hanum, 2015).
3
2. Berdasarkan Landasan Yuridis Informal
a. Landasan Psikologis
Landasan psikologis merupakan salah satu bagian yang terpenting untuk dibahas dalam
bimbingan konseling, hal ini didasari bahwa peserta didik atau klien sebagai individu yang
dinamis dan berada dalam proses perkembangan, memiliki interaksi dan dinamika dalam
lingkungan serta senantiasa mengalami berbagai perubahan dalam sikap dan tingkah lakunya.
Proses perkembangan seseorang tidak selamanya berlangsung secara linear (sesuai dengan
apa yang diharapkan), tetapi terkadang bersifat stagnasi atau bahkan diskontinuitas
perkembangan.(Lubis, 2012)
Dalam proses pendidikan, peserta didik tidak jarang mengalami masalah stagnasi
perkembangan, sehingga menimbulkan masalah-masalah psikologis, seperti lahirnya perilaku
menyimpang (delinquency), frustrasi, depresi, agresi atau bersifat kekanak-kanakan.
Agar perkembangan pribadi peserta didik atau klien dapat tumbuh dan berkembang secara
seimbang serta terhindar dari masalah-masalah psikologis, maka setiap peserta didik atau
klien perlu diberikan bantuan yang bersifat pribadi (pendekatan inilah pada akhirnya menjadi
konseling individu), yaitu bantuan yang dapat memfasilitasi perkembangan peserta didik atau
klien melalui pendekatan psikologis.
Pada sisi lain, setiap konselor maupun guru pembimbing harus memahami aspek-aspek
psikologis pribadi pelajar atau klien, sehingga dengan modal itu pulalah para konselor dapat
memberikan bimbingan dan arahan yang tepat, sehingga pelajar atau klien memiliki
pencerahan diri dan mampu memperoleh kehidupan yang bermakna, yaitu suatu kehidupan
yang bukan hanya berarti buat diri pribadinya saja, tetapi juga bermanfaat bagi orang yang
ada di sekitarnya.
Untuk kepentingan bimbingan dan konseling, beberapa kajian psikologi yang perlu dikuasai
oleh konselor, yaitu (a) motif dan motivasi, (b) pembawaan dan lingkungan, (c)
perkembangan individu, (d) belajar, dan (e) kepribadian. (Yusuf, 2006).
b. Landasan Sosial-Budaya
Landasan sosial-budaya juga perlu diketahui secara lengkap oleh konselor atau guru
Bimbingan dan Konseling (BK), karena landasan ini dapat memberikan pemahaman kepada
konselor tentang dimensi kesosialan dan kebudayaan sebagai faktor yang memengaruhi
perilaku individu. Setiap individu pada dasarnya merupakan produk dari lingkungan sosial-
budaya tempat mereka tinggal. Sejak lahirnya, individu tersebut sudah diajarkan untuk
mengembangkan pola-pola perilaku sejalan dengan tuntutan sosial-budaya yang ada di
sekitarnya. Kegagalan dalam memenuhi tuntutan sosial-budaya dapat mengakibatkan
tersingkir dari lingkungannya.
4
Lingkungan sosial-budaya yang melatarbelakangi dan melingkupi individu yang berbeda-
beda sehingga menyebabkan perbedaan dalam proses pembentukan perilaku dan kepribadian
individu yang bersangkutan. Apabila perbedaan dalam sosial-budaya ini tidak “dijembatani”,
maka tidak mustahil akan timbul konflik internal maupun eksternal, yang pada akhirnya
dapat menghambat terhadap proses perkembangan pribadi dan perilaku individu yang
bersangkutan dalam kehidupan pribadi maupun sosialnya.
Budaya dan pandangan hidup seseorang sangat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal.
Faktor internal terkait dengan sikap dan perlakuan orang tua atau peranan keluarga terhadap
seseorang, sedangkan faktor eksternal dipengaruhi oleh lingkungan di mana seseorang itu
dilahirkan dan dibesarkan serta pergaulan dan pengalaman yang ditempuh oleh seseorang
tersebut. Oleh sebab itu, diperlukan kearifan dan keluasan pandangan dari setiap konselor,
yang mana konselor harus mampu memberikan layanan dan perhatian yang sama terhadap
peserta didik atau klien yang memerlukan bantuan, tidak terkecuali kepada mereka yang
berbeda budaya, pandangan hidup, dan agama, karena memberikan layanan terhadap orang
yang membutuhkan atau memerlukan merupakan tuntutan dari tugas profesionalismenya
sebagai seorang konselor.
Suatu hal yang tidak bisa dipungkiri bahwa ilmu pengetahuan-teknologi dan globalisasi
memiliki multifungsi terhadap berbagai aspek dalam kehidupan manusia, artinya berbagai
disiplin ilmu seperti psikologi, ilmu pendidikan, filsafat, antropologi, sosiologi, komunikasi,
ekonomi, dan agama sangat berfungsi dalam bimbingan konseling. Sumbangan berbagai
disiplin ilmu lain kepada bimbingan dan konseling tidak hanya terbatas kepada pembentukan
dan pengembangan teori-teori bimbingan konseling, melainkan juga kepada praktik
pelayanannya.
Dengan adanya landasan ilmiah dan teknologi ini, maka peran konselor di dalamnya
mencakup sebagai ilmuwan. Sebagai ilmuwan, konselor harus mampu mengembangkan
pengetahuan dan teori mengenai bimbingan dan konseling, baik berdasarkan hasil pemikiran
kritisnya maupun melalui berbagai bentuk kegiatan penelitian, sehingga proses dan layanan
bimbingan konseling semakin hari semakin baik.
Dalam perjalanan sejarahnya, bimbingan dan konseling bersifat dinamis dan berkembang,
seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan budaya manusia itu sendiri. Mengingat
perlunya pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka setiap konselor atau guru BK
dituntut untuk mengadakan penelitian dan eksperimen, sehingga layanan yang diberikan
terhadap klien akan semakin baik dan sempurna.
5
DAFTAR PUSTAKA
Hanum, M., Prayitno, P., & Nirwana, H. (2015). Efektivitas Layanan Konseling
Perorangan Meningkatkan Kemandirian Siswa dalam Menyelesaikan Masalah
Belajar. Konselor, 4(3), 162-168.
6
Pertanyaan
1. Untuk kepentingan layanan Bimbingan dan Konseling sejumlah aspek sosiologi yang perlu
dikuasai oleh para pembimbing (konselor)?
a. Motif dan motifasi
b. Pembawaan dasar dan lingkungan
c. Perkembangan individu
d. Belajar, balikan dan penguatan
e. Bakat
2. Dibawah ini yang termasuk kedalam komponen structural adalah
a. Defenisi
b. Isi Program
c. Kurikulum Bimbingan
d. Layanan Persefsif
e. Pembawaan Dasar lingkungan
3. UU No berapakah yang mengatur landasan yuridis formal adalah
a. UU No 22 tahun 2002
b. UU No 20 tahun 2003
c. UU No 10 Tahun 2010
d. Permendikbud No 111 tahun 2014
e. PP No. 19 tahun 2009 Pasal 6 s/d 17
4. Dibawah ini yang termasuk jenis layanan pada jalur pendidikan Formal adalah
a. Layanan Pembelajaran
b. Layanan Menajemen
c. Layanan Sosial
d. Layanan Administrasi
e. Layanan Penyuluhan
7
5. Secara Yuridis konselor juga bisa disebut sebagai
a. Guru Senior
b. Guru Pembimbing
c. Guru Yang Berbakat
d. Guru Profesional
e. Guru yang Serba bisa
Essay
1. Bagaimana eksistensi bimbingan konseling di sekolah?
Jawab : Eksistensi atau keberadaan Bimbingan dan Konseling di sekolah adalah untuk
memfasilitasi perkembangan peserta didik agar mampu mengaktualisasikan potensi dirinya
dalam rangka mencapai perkembangan secara optimal.
Pantun