You are on page 1of 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kehidupan anak-anak adalah kehidupan yang penuh dengan proses pembelajaran.


Karena kehidupan anak-anak adalah masa kedua mereka, setelah masa pertama mereka berada
dalam kandungan. Proses pembelajaran dalam kehidupan anak-anak tentu dipengaruhi oleh
banyak hal yang ada pada hidup mereka, baik dari diri mereka sendiri dan juga lingkungan
mereka. Karena setiap anak yang terlahir ke dunia ini tidak pernah tahu akan terlahir dari
orangtua atau keluarga dengan kondisi yang seperti apa. Mereka juga tidak tahu akan terlahir
dengan tubuh yang lengkap sempurna atau dengan kondisi tubuh yang “istimewa”.

Allo (2022) mengatakan bahwa pada hakikatnya semua manusia adalah ciptaan Tuhan
yang sempurna, mungkin dari ciptaan Tuhan tersebut ada yang normal dan ada yang kurang
sempurna. Namun terkadang individu yang tidak normal sering menjadi sorotan bagi
masyarakat umum karena dianggap memiliki stigma buruk sehingga mengurangi harkat dan
martabat orang yang tidak normal. Kekurangan yang dimiliki seseorang yang dianggap cacat
sebagai suatu hal yang tidak normal di kalangan masyarakat. Seperti dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia kata cacat sendiri yaitu kekurangan yang mengakibatkan nilai atau
kualitasnyanya kurang baik atau kurang sempurna.

Masyarakat awam sering menyebut orang yang tidak normal secara fisik sebagai
penyandang disabilitas. Penyandang disabilitas kerap kali disebut oleh masyarakatan sebagai
orang cacat dan orang yang tidak bisa produktif melakukan sesuatu bahkan menghasilkan
sesuatu dalam hidupnya. Tak jarang juga masyarakat menganggap, para penyandang
disabilitas ini tidak bisa menjalankan tugasnya dan tanggung jawabnya dengan baik, maka
sering kali hak-hak mereka pun terabaikan. Penyandang disabilitas yang dikenal masyarakat
biasanya adalah penyandang disabilitas fisik seperti tidak bisa berjalan, tidak bisa berbicara,
tidak bisa melihat, dan lain sebagainya.

Penyandang disabilitas adalah seseorang yang mengalami keterbatasan fisik,


intelektual, mental dan indera untuk waktu yang lama dalam berinteraksi dengan lingkungan
dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif
dengan warga negara lain berdasarkan kesetaraan hak (Sukmana, 2020). Sedangkan menurut
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, Penyandang
disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan
atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat
mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan
warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.

Menurut data statistik, angka kisaran disabilitas anak usia 5-19 tahun adalah 3,3%.
Sedangkan jumlah penduduk pada usia tersebut (2021) adalah 66,6 juta jiwa. Dengan demikian
jumlah anak usia 5-19 tahun penyandang disabilitas berkisar 2.197.833 jiwa. Pada tahap
perkembangan remaja yang memiliki keadaan fisik maupun mental yang normal tentu memiliki
permasalahan dihidupnya, apalagi remaja yang memiliki keterbatasan atau dapat dikategorikan
sebagai orang dengan disabilitas (Salsabila dkk, 2018). Dalam hal ini, remaja yang seharusnya
sedang dalam tahap meningkatkan potensi dan melakukan banyak aktivitas dalam
melangsungkan kehidupannya ketika remaja tersebut memiliki keterbatasan fisik atau mental
tentu akan menghambat perkembangan pada dirinya. Terlebih remaja merupakan tahap yang
rentan karena remaja bukan anak-anak dan bukan juga orang dewasa. . Remaja merupakan
masa untuk mencapai usia yang matang, oleh karena itu tentu mereka memiliki emosional yang
berubah-ubah. Hal ini dikhawatirkan dapat mengganggu terhadap keberlangsungan hidupnya
terlebih remaja yang memiliki keterbatasan. Dengan emosional yang tidak karuan dapat
menimbulkan tingkat stres yang tinggi karena tidak dapat menerima keadaan.

Salah satu cara yang bisa dilakukan agar para penyandang disabilitas usia muda tidak
stress adalah dengan menggali atau mengeksplore kreativitas dan minta bakat mereka.
Kreativitas yang ada pada diri seseorang sangat bermakna untuk kehidupan diantaranya:
pertama, kreativitas yang dimilki orang dapat mewujudkan dirinya dalam bentuk perwujudan
diri merupakan tingkat tertinggi dalam hidup manusia, kretaivitas merupakan bentuk infestasi
yang dimiliki oleh manusia. Kedua, kreativitas sebagai kemampuan untuk melihat berbagai
macam kemungkinan-kemungkinan penyelesaian terhadap suatu masalah. Ketiga, dengan
adanya kreativitas berguna bagi diri sendiri sebagai bentuk perwujudan diri dan bermanfaat
untuk lingkungan sekitar. Keempat, melalui kreativitas manusia memungkinkan
meningkatkan kualitas hidupnya (Munandar, 1998). Kreativitas dapat memberikan suatu
dampak yang positif bagi perkembangan anak dalam hal ini adalah siswa pnenyandang
disabillitas untuk menentukan arah dan tujuan hidupnya yang terkadang dapat memberikan
inspirasi terhadap perkembangan psikomotorik dan kognitif dalam menjalani aktifitas
kehidupan sehari-hari (Hurlock, 1998).
Kegiatan pengembangan kreativitas pada siswa penyandang disabilitas diharapkan
dapat memberikan energi positif, sehingga dapat dilakukan pengembangan kreativitas sesuai
dengan potensi yang dimilki oleh siswa penyandang disabiliitas. Langkah-langkah yang
harus dilakukan juga harus disesuaikan dengan kemampuan fisik dan pikiran mereka yang
dikembangkan melalui metode yang disesuaikan. Salah satunya adalah dengan
mengembangkan keterampilan di bidang seni, seperti menggambar, melukis, membuat
kerajinan tangan dan lain sebagainya. Kegiatan seni juga dapat melatih imajinasi mereka
untuk bisa lebih berkembang.

Bukan hanya ilmu pengetahuan saja yang dibutuhkan oleh siswa disablitas untuk
mencapai kesuksesannya di masa depan, mereka juga perlu untuk dibekali keterampilan yang
sesuai dengan minat dan bakat mereka. Pentingnya untuk membekali keterampilan yang
sesuai dengan minat bakat siswa adalah agar mereka bisa menguasai keterampilan tersebut
sesuai dengan apa yang mereka sukai dan mereka mampu untuk melakukannya. Ini
merupakan salah satu bentuk dukungan atas kebebasan yang bertanggungjawab yang
diberikan kepada anakanak sebagai pengembangan diri mereka.

Menurut (Putri dkk, 2023) mengatakan bahwa minat merupakan kecenderungan jiwa
terhadap sesuatu yang terdiri dari perasaan senang, perhatian, kesungguhan, adanya motif dan
ketertarikan pada sesuatu yang kesemuanya berorientasi untuk mencapai suatu tujuan.
Sedangkan bakat adalah kemampuan yang dibawa sejak lahir dan merupakan potensi yang
harus digali atau dilatih untuk mencapai pengetahuan dan keterampilan tertentu.

Untuk menumbuhkan kretaivitas dan minta bakat tersebut, maka dibutuhkan


bimbingan. Adapaun bimbingan di sini adalah proses pemberian bantuan kepada individu
secara terus-menerus, supaya individu dapat memahami dirinya, sehingga mampu
mengarahkan dirinya dan bertindak wajar, sesuai tuntunan dan keadaan keluarga serta
masyarakat. Dengan memberikan bimbingan kepada anak penyandang disabilitas maka
mereka dapat terlatih dan dapat mengembangankan kreativitas sesuai dengan potensinya.
Namun, perlu diperhatikan dalam upaya pengembangan kreativitas yang diharapkan,
bimbingan yang diberikan harus mampu diterima oleh anak penyandang disabilitas.

Satu bagian penting dari pengembangan diri adalah harga diri atau rasa kebanggaan
diri. Orang dengan rasa harga diri yang tinggi, umumnya memiliki sikap positif terhadap diri
mereka sendiri. Mereka yang puas dengan diri mereka sendiri percaya bahwa mereka
memiliki sejumlah kemampuan, merasa punya banyak yang bisa dibanggakan, dan
menghormati diri mereka sendiri.

Oleh karena itu peneliti tertarik untuk mengangkat hal tersebut sebagai bahan proyek.
Karena bagi peneliti, untuk menjadikan anak-anak generasi yang terampil tidak bisa dengan
paksaan. Baik itu untuk anak-anak yang normal atau berkebutuhan khusus/disabilitas. Anak
harus tumbuh dengan adanya ketertarikan atau minat untuk melakukannya sesuai dengan
kemampuan atau bakat yang mereka miliki. Maka dengan ini, penulis mengambil judul
“Eksplorasi kreativitas dan minat bakat penyandang disabilitas melalui kegiatan
bermain dan belajar di yayasan SLB Karya Murni”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan rumusan masalah
sebagai berikut:

1. Bagaimana pengembangan kreativitas pada anak-anak disabilitas di Yayasan SLB


Karya Murni Medan?
2. Bagaimana pengembangan minat dan bakat pada anak-anak disabilitas di Yayasan
SLB Karya Murni Medan?
3. Apa Hambatan dalam pengembangan kreativitas serta minat dan bakat pada anak-
anak disabilitas di Yayasan SLB Karya Murni Medan?

You might also like