You are on page 1of 51

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Hipertensi merupakan satu dari penyakit tidak menular yang mejadi

masalah di bidang kesehatan dan sering ditemukan pada pelayanan kesehatan

primer yaitu puskesmas. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik

dari 140 mmHg dan diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran

dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang.

Hipertensi termasuk penyakit yang berbahaya karena akan membebani

kerja jantung sehingga menyebabkan arteriosklerosis (pengerasan pada

dinding arteri). Peningkatan tekanan darah dalam waktu lama dan tidak di

deteksi sejak dini dapat menyebabkan penyakit kronik degeneratifseperti

retinopati, kerusakan pada ginjal, penebalan dinding jantung dan penyakit

yang berkaitan dengan jantung, stroke, serta kematian.

Menurut Word Health Organization (WHO) pada tahun 2012, jumlah

penduduk dunia yang menderita hipertensi untuk pria sekitar 26,6% dan

wanita sekitar 26,1% dan diperkirakan pada tahun 2025 jumlahnya akan

meningkat menjadi 29,2% (Apriany, 2012)

Penyakit hipertensi di Indonesia pada tahun 2013 menduduki urutan ke 3

dari 10 besar penyakit, dimana terdapat sebanyak 464.697 penderita (2,93 %).

Propinsi Lampung pada tahun 2013 menduduki urutan ke delapan sebanyak

89.204 penderita dari 10 besar penyakit. (Profil Kesehatan Provinsi Lampung,

2013).

1
2

Berdasarkan Penyakit hipertensi laporan rumah sakit dan puskesmas

kotaagung jumlah kasus hipertensi pada tahun 2014 berjumlah 11.309

penderita. Sedangkan di puskesmas Negara batin kotaagung barat pada tahun

2014 menduduki urutan ketiga dari 10 penyakit dengan jumlah 622 orang

sedangkan pada bulan Januari sampai Oktober 2014 sebanyak 326 orang.

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kodisi tekanan darah

seseorang berada diatas angka normal yaitu 120/80 mmHg atau lebih tinggi

dan tekanan darah diastolnya mencapai nilai 80 mmHg atau lebih tinggi.

Hipertensi dapat terjadi pada siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan

pada segala umur. Risiko terkena hipertensi ini akan semakin meningkat pada

usia 50 keatas. Repotnya, hampir 90% kasus hipertensi tidak diketahui

penyebab sebenarnya. Bahkan pada sebagian besar kasus hipertensi tidak

memberikan gejala (asimtomatis). (Wulandari & Susilo 2011).

Factor-faktor yang berhubungan dengan hipertensi adalah factor

geneti,umur,jeniskelamin,obesitas,asupan garam,kebiasaan merokok dan

aktifitas fisik. Gaya hidup sehat adalah segala upaya untuk menerapkan

kebiasaan yang baik dalam menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan

kebiasaan buruk yang dapat mengganggu kesehatan. Dengan semakin

banyaknya penderita penyakit tidak menular seperti jantung, tekanan darah

tinggi, kanker, stress dan penyakit tidak menular lainnya yang disebabkan

karena gaya hidup yang tidak sehat, maka untuk menghindarinya kita perlu

bergaya hidup yang sehat setiap harinya (Soejoeti, 2010).

Puskesmas Negara batin kotaagung barat adalah puskesmas induk rawat

jalan dengan kepadatan penduduk yang paling banyak dari puskes mas lain
3

nya yang ada di kotaagung dan juga jumlah penderita hipertensi di wilayah

kerja puskesmas ini tertinggi di antara puskesmas lain yang ada di Kecamatan

kotaagung barat yaitu sebanyak 126 orang dan menempati urutan ketiga

sedangkan puskesmas lain hanya mencapai 40% dan menempati urutan

ketujuh dari 10 penyakit di puskesmas Roworejo Kecamatan Negeri Katon

Kabupaten Pesawaran.

Hasil prasurvey sebelum penelitian yang dilakukan oleh peneliti pada

bulan Desember 2016didapatkan data laporan bulanan pasien hipertensi pada

periode Januari hingga November 2014 sebanyak 622 orang. Sebagian besar

mengalami gangguan kesehatan seperti, hipertensi (29,64)%, ISPA (11,08%),

gout/reumatik (10,56%), diabetes militus (2.38%) Hasil prasurvey

pemeriksaan pengobatan rawat jalan di Puskesmas Negara batin dari 23 orang:

yang diperiksa, 9 orang menderita hipertensi saat dilakukan pemeriksaan,

sebanyak 14 orang tidak menderita hipertensi, namun dari 14 orang yang

berkunjung 3 orang influenza, 5 orang menderita reumatik, 4 orang demam,

dan 2 orang Diabetesmilitus. dari frnomana tersebut peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul: ” Faktor–faktor yang berhubungan

dengan Kejadian Hipertensi pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas

Roworejo Kecamatan Negeri Katon Kabupaten Pesawaran Provinsi Lampung

Tahun 2018.”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan fenomena dan identifikasi masalah di atas rumusan masalah

pada penelitian ini adalah “ Faktor – faktor apa sajakah yang berhubungan
4

dengan kejadian hipertensi pada pasien yang ada di puskesmas negara batin

kotaagung barat kabupaten tanggamus tahun 2018?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui Faktor – faktor apa sajakah yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada pasien yang ada di puskesmas negara batin

kotaagung barat kabupaten tanggamus sehingga dapat dilakukan

pelaksanaan yang tepat untuk membantu mencegah timbulnya komplikasi

yang lebih berat.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui

kejadian penyakit hipertensi pada pasien yang ada di puskesmas

negara batin kotaagung barat kabupaten tanggamus tahun 2018?

b. Diketahui aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan merokok, keturunan

(Genetik), pada pasien yang ada di puskesmas negara batin kotaagung

barat kabupaten tanggamus tahun 2018?

C. Diketahui hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada

pasien yang ada di puskesmas negara batin kotaagung barat kabupaten

tanggamus tahun 2018

d. Diketahui hubungan pola makan dengan kejadian hipertensi pada pasien

yang ada di puskesmas Negara batin kotaagung barat kabupaten

tanggamus tahun 2018


5

e. Diketahui hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

pada pasien yang ada di puskesmas Negara batin kotaagung barat

kabupaten tanggamus tahun 2018

f. Diketahui hubungan keturunan (Genetik) dengan kejadian hipertensi

pada pasien yang ada di puskesmas Negara batin kotaagung barat

kabupaten tanggamus tahun 2018

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagia dasar untuk

pengembangan ilmu keperawatan khususnya bagi institusi keperawatan,

dan juga dapat memberi manfaat khususnya dalam memperbanyak

referensi dan dapat lebih mengerti tentang factor-faktor resiko penyakit

hipertensi tahun 2018

2. Manfaat aplikasi

Bagi tenaga kesehatan ditempat penelitian ini, hasil dari penelitian ini

diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan masukan bagi petugas

kesehatan di Negara batin kotaagung barat kabupaten tanggamus tahun

2018 khususnya dalam memberikan asuhan keperawatan serta

penyuluhan kesehatan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian yaitu:

Jenis penelitian ini adalah Kuantitatif, dengan desain penelitian menggunakan

pendekatan cross Sectional. (Objek penelitian ini adalah: Variabel


6

independen yaitu Penyakit Hipertensi sedankan Variabel dependen yaitu

aktifitas fisik, pola makan, kebiasaan merokok dan keturunan (genetik)

Pokok penelitian ini adalah Faktor–faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi. Sasaran penelitian masyarakat yang ada di Puskesmas

Negara batin pada umumnya dan masyarakat usia diatas 30 tahun. Tempat

penelitian dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Negara batin kotaagung

barat kabupaten tanggamus dan waktu penelitian adalah bulan bulan agustus

2018.
7

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Definisi Hipertensi

Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah suatu kondisi tekanan

darah seorang berada di atas normal yaitu120/80 mmHg. Maksutnya, bila

tekanan darah sistoliknya mencapai 120 mmHg atau lebih tinggi dan

tekanan darah distoliknya mencapai nilai 80 mmHg atau lebih tinggi

Hipertensi dapat terjadi pada siapa pun, baik laki-laki maupun perempuan

pada segala umur. Risiko terkena hipertensi ini akan semakin meningkat

pada usia 50 tahun ke atas. Bahkan hampir 90% kasus hipertensi tidak

diketahui penyebab sebenarnya. Bahkan, pada sebagian besar kasus

hipertensi tidak memberikan gejala (asimtomatis).

(Wulandari & Susilo, 2011).

2. Klasifikasi Hipertensi

Menurut WHO (2007), hipertensi diklasifikasikan ke dalam 4

tingkatan, yaitu: ringan (tekanan darah sistolik 140-159 mmHg dan

tekanan darah diastolik 90-99 mmHg), sedang (tekanan darah sistolik 160-

179 mmHg dan tekanan darah diastolik 100-109 mmHg), berat (tekanan

darah sistolik 180-209 mmHg dan tekanan darah diastolik 110-119

mmHg) dan sangat berat (tekanan darah sistolik ≥ 210 mmHg dan tekanan

darah diastolik ≥ 120 mmHg).


8

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh yayasan jantung

indonesia hipertensi dikatagorikan menjadi derajad I dan derajad II,

kategori dibawah ini berlaku untuk orang dewasa yang pada saat

pemeriksaan tidak minum obat untuk tekanan darah tinggi.

Tabel 2.1
Klasifikasi Hipertensi

Derajat Tekanan sistolik Tekanan diastolik


(mmhg)
Normal * < 120 dan < 80 mmhg
Prehipertensi** 120 -139 atau 80 -89 mmhg
I 140 – 159 Atau 90 -99
II > 160 Atau > 100
Sumber: JNC VII

a. Batas optimal untuk risiko penyakit kardiovaskuler. Namun tekanan

darah yang terlalu rendah (dibawah 90/60) juga dapat mengakibatkan

masalah jantung dan membutuhkan bantuan dokter.

b. Prehipertensi merupakan keadaan dimana tidak memerlukan medikasi

namun termasuk pada kelompok yang berisiko tinggi untuk menjadi

hipertensi, penyakit jantung koroner dan stroke. Individu dengan

prehipertensi tidak memerlukan medikasi, tapi dianjurkan untuk

melakukan modifikasi hidup sehat yan penting mencegah peningkatan

tekanan darahnya. Modifikasi pola hidup sehat adalah penurunan berat

badan, diet, olahraga, mengurangi asupan garam, berhenti merokok

dan membatasi minum yang mengandung alkohol.


9

3. Etiologi

Berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

a. Hipertensi primer atau hipertensi esensial

Hipertensi primer atau hipertensi esensial yang tidak diketahui

penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik. Banyak faktor yang

mempengaruhi seperti genetik, hiperaktivitas susunan saraf simpatik,

lingkungan, system renin-angiotensin, defek dalam ekresi Na,

peningkatan Na dan Ca intra seluler, dan faktor-faktor yang

meningkatkan resiko, seperti obesitas, merokok, alkohol, serta

polisistemia (Mansjoer, 2010).

Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang jauh lebih sering dan

meliputi 95% dari hipertensi. Hipertensi primer disebabkan oleh

berbagai faktor, yaitu beberapa faktor yang efek-efek kombinasinya

menyebabkan hipertensi. (Haryani S, 2014).

b. Hipertensi sekunder atau hipertensi renal.

Terdapat sekitar 5% kasus. Penyebab spesifiknya diketahui,

seperti penggunaan estrogen, penyakit ginjal, hipertensi vaskular renal,

hiperaldosteronisme primer, dan sindrom chusing, hipertensi yang

berhubungan dengan kehamilan, dan lain-lain.

Pada hipertensi sekunder, yang meliputi 5% dari hipertensi,

disebabkan oleh suatu kelainan spesifik pada salah satu organ atau

sistem tubuh. Berikut adalah beberapa penyakit yang dapat


10

menimbulkan hipertensi: sakit ginjal, stres, apnea, hiper/hipotiroid,

preeklamsi, gangguan kelenjar, gaya hidup kurang baik dll.

c. Hipertensi maligna

Adalah hipertensi yang sangat parah, yang bila tidak diobati akan

menimbulkan kematian dlam waktu 3-6 bulan. Hipertensi ini jarang

terjadi hanya 1 (satu) dari setiap 200 penderita hipertensi. Batasan

hipertensi bagi orang dewasa berdasarkan tekanan sistolik dan diastolik

menurut Joint National Committee On Detection, Evaluation and

treatmen of high Blood Plessure VI/JNC VI, (2008). Seperti tabel

berikut:

Tabel 2.2
Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa

No Tekanan Darah
Kategori Sistolik Diastolik
1 Normal Dibawah 130 mmHg Dibawah 85 mmHg

2 Normal Tinggi 130 – 139 mmHg 85 – 89 mmHg

3 Stadium 1 140 – 149 mmHg 90 – 99 mmHg

4 Stadium 2 160 – 169 mmHg 100 – 109 mmHg

5 Stadium 3 180 – 129 mmHg 110 – 109 mmHg

6 Stadium 4 210 mmHg atau lebih 120 mmHg atau lebih

Sumber: Buku ajar keperawatan Kardiovaskuler Edisi 1 (Heni Rokheni, 2011).


11

4. Patofisiologi Hipertensi

Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer.

Selain curah jantung dan tahanan perifer, sebenarnya tekanan darah juga

dipengaruhi oleh tekanan atrium kanan. Di dalam tubuh terdapat sistem

yang berfungsi untuk mengubah tekanan darah secara akut yang

disebabkan oleh gangguan sirkulasi, yang berusaha untuk

mempertahankan kesetabilan tekanan darah dalam jangka panjang.

Berdasarkan kecepatan reaksinya, sistem kontrol tersebut dibedakan dalam

sistem yang bereaksi segera, yang bereaksi kurang cepat, dan bereaksi

dalam jangka panjang (Susalit,. 2010).

Berbagai faktor seperti faktor genetik yang menimbulkan perubahan

pada ginjal dan membran sel, aktivitas saraf simpatis dan sistem renin

angiostensin yang mempengaruhi keadaan hemodinamik, asupan natrium

dan metabolisme natrium dalam ginjal, serta obesitas (kegemukan)

mempunyai peran dalam peningkatan tekanan darah pada hipertensi

sekunder (Susalit,. 2010).

Hipertensi terjadi melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensi

I oleh Angiotencin Converting Enzyme (ACE). ACE memegang peran

fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah yang

mengandung angiotensinogen yang diproduksi dalam hati. Selanjutnya,

oleh hormon renin (di produksi oleh ginjal) akan dirubah angiotensin I

menjadi angiotensin II. Angiotensin II yang memiliki peran kunci untuk

menaikan tekanan darah melalui dua aksi utama.


12

Olahraga lebih banyak dihubungkan dengan pengelolaan hipertensi

karena olahraga yang teratur dapat mempertahankan tekanan perifer yang

akan menurunkan tekanan darah. Dari seluruh faktor tersebut diatas, faktor

mana yang lebih berperan dalam timbulnya hipertensi tidak dapat

diketahui dengan pasti. Sampai sekarang masih dianut bahwa penyebab

hipertensi disebabkan oleh banyak faktor yang disebut faktor mozaik.

Pertimbangan gerontologinya yaitu perubahan struktural dan fungsional

pada sistem pembuluh perifer bertanggung jawab pada tekanan darah yang

terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi artelosklerosis,

hilangnya elastisitas jaringan ikat, dan penurunan dalam relaksasi otot

polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan

distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan

arteri berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah

yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan penurunan

curah jantung dan peningkatan tahanan perifer (Susalit. 2010).

5. Manifestasi Klinik

Gejala yang sering ditemukan adalah sakit kepala, marah-marah,

telinga berdengung, rasa berat ditengkuk, susah tidur, dan pusing. Gejala

lain yang disebabkan oleh komplikasi hipertensi seperti gangguan

penglihatan, gangguan neurologi, gagal jantung, dan gangguan fungsi

ginjal. Gagal jantung dan gangguan penglihatan banyak dijumpai pada

hipertensi berat atau hipertensi maligna yang umumnya disertai oleh

gangguan fungsi ginjal bahkan sampai gagal ginjal. Gangguan serebral


13

yang disebabkan oleh hipertensi dapat berupa kejang atau akibat

perdarahan pembuluh darah otak (apopeleksia serebri) yang berupa

kelumpuhan, gangguan kesadaran, bahkan sampai koma. Timbulnya

gejala tersebut merupakan pertanda bahwa tekanan darah perlu segera

diturunkan (Kusumah, 2010)

Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala

yang khusus. Meskipunsecara tidak sengaja, beberapa gejala terjadi

bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan hipertensi padahal

sebenarnya bukan hipertensi. Gejala yang dimaksut adalah skit kepala,

perdarahan dari hidung (mimisan), migren atau sakit kepala sebelah, wajah

kemerahan, mata berkunang-kunang, sakit tengkuk dan kelelahan.

(Wulandari & Susilo 2011).

6. Komplikasi Hipertensi

Pada hipertensi ringan dan sedang komplikasi yang terjadi adalah

pada mata, ginjal, jantung dan otak. Pada mata berupa perdarahan retina,

gangguan penglihatan sampai dengan kebutaan. Gagal jantung

merupakan kelainan yang sering ditemukan pada hipertensi berat

disamping kelainan koroner dan miokard. Pada otak sering terjadi

perdarahan yang disebabkan oleh pecahnya mikroaneurisma yang dapat

mengakibatkan kematian. Kelainan lain yang dapat terjadi adalah proses

tromboemboli dan serangan iskemia otak sementara (transient ischaemic

attack). Gagal ginjal sering juga terjadi pada komplikasi hipertensi yang

lama dan akut (Kusumah, 2010).


14

7. Penatalaksanaan

Tujuan penatalaksanaan hipertensi pada klien hipertensi adalah

mencegah terjadinya morbiditas dan mortalitas melalui upaya penurunan

tekanan darah secara optimal. Efektifitas setiap penatalaksanaan

ditentukan oleh derajat hipertensi, komplikasi, gaya hidup (non

farmakologis) dan terapi obat atau pemberian obat (terapi farmakologis).

Pada umumnya, sasaran penurunan tekanan darah pada usia muda adalah

<140/90 mmHg, dan pada lanjut usia sampai umur 80 tahun adalah <

160/90 mmHg (Susalit,. 2010).

Memodifikasi gaya hidup cukup efektif, karena dapat menurunkan

resiko kardiovaskuler dengan biaya sedikit dan resiko yang sangat kecil.

Langkah langkah yang harus dilakukan antara lain dengan menurunkan

berat badan jika terjadi kelebihan berat, tidak mengkonsumsi alkohol,

meningkatkan aktivitas fisik seperti aerobik, mengurangi asupan natrium,

dan berhenti merokok. Sedangkan penatalaksanaan dengan obat anti

hipertensi dimulai dengan dosis yang paling kecil dan ditingkatkan sesuai

dengan umur, kebutuhan dan hasil pengobatan. Beberapa prinsip

pengobatan hipertensi yaitu:

a. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan

kausal.

b. Pengobatan hipertensi primer diharapkan untuk menurunkan

tekanan darah dengan harapan memperpanjang umur dan

mengurangi timbulnya komplikasi.


15

c. Upaya penurunan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat

anti hipertensi selain dengan perubahan gaya hidup.

d. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang dan

kemungkinan besar untuk seumur hidup.

Pengobatan tanpa obat bagi para penderita hipertensi di antaranya

dilakukan dngan cara : diet sehat, yakni diet rendah garam, diet rendah

kolesterol dan lemak terbatas, diet tinggi serat dan diet rendah energi (bagi

yang mengalami obesitas). Kemudian, gaya hidup yang baik seperti

melakukan olahraga yang teratur, hidup santai dan tidak emosional, serta

menghidari rokok dan alkohol. (Haryani S, 2014).

Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya Hipertensi

Hipertensi esensial meliputi 90% dari seluruh penderota hipertensi

dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, usia jenis kelamin,

kelebihan berat badan, aktifitas fisik, asupan garam, faktor emosional dan

faktor keturunan. Faktor-Faktor yang menyebabkan terjadinya Hipertensi

antara lain sebagai berikut:

8. Aktifitas fisik

Zaman moderen seperti sekarang ini, banyak kegiatan yang dapat

dilakukan dengan cara yang tepat dan praktis. Manusia pun cenderung

mancari segala sesuatu yang mudah dan praktis sehingga secara

otomatistubuh tidak banyak bergerak.


16

Selain itu, dengan adanya kesibukan yang luarbiasa, manusiapun

merasa tidak punya waktu lagi untuk berolahraga. Akibatnya, kita menjadi

kurang bergerak dan kurang olahraga. Kondisi inilah yang memicu

kolesterol tinggi dan juga adanya tekanan darah yang terus menguat

sehingga memicu munculnya hipertensi. (wulandari & Susilo, 2011).

Ini bisa mengurangi resiko tersebut dikarenakan aktivitas akan

melebarkan diameter pembuluh darah (vasodilatasi) dan membakar lemak

dalam pembuluh darah jantung, sehingga aliran darah lancar. Secara garis

besar pengobatan hipertensi dibagi menjadi dua, yaitu pengobatan non-obat

(non-farmakologis) dan pengobatan medis (farmakologis). Secara

farmakologis upaya untuk menurunkan tekanan darah dicapai dengan

menggunakan obat anti-hipertensi. Pengobatan secara non-farmakologis di

antaranya dengan melakukan: mengatasi obesitas atau menurunkan

kelebihan berat badan, mengurangi asupan garam berlebihan, ciptakan

keadaan rileks, berbagai cara relaksasi, seperti meditasi, yoga, atau hipnosis

dapat dilakukan untuk mengontrol sistem syaraf yang akhirnya dapat

menurunkan tekanan darah, melakukan olahraga, seperti senam dan jalan

cepat selama 30-45 menit sebanyak 3-4 kali seminggu, berhenti merokok

dan mengurangi konsumsi alkohol yang berlebihan (Setiawan, 2008).

Tekanan darah dipengaruhi oleh aktivitas fisik. Tekanan darah

akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas fisik dan lebih rendah

ketika beristirahat (Armilawati 2007). Aktivitas fisik adalah gerakan

yang dilakukan oleh otot tubuh dan sistem penunjangnya. Selama

melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi diluar metabolisme


17

untuk bergerak, sedangkan jantung dan paru-paru memerlukan tambahan

energi untuk mengantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh

dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (Supariasa 2010).

9. Pola Makan

a. Pengertian

Pola makan adalah upaya untuk mengatur agar tubuh kita terdiri

dari sepertiga padatan (berupa makanan), sepertiga cairan, dan sepertiga

sisanya adalah ruang kosong untuk udara (Siswono, 2008). Prinsip

sepertiga padatan, sepertiga cairan dan sepertiga ruang kosong tersebut

mengajarkan kepada kita suatu pola keseimbangan untuk memudahkan

tubuh melakukan proses metabolisme secara wajar.

Pola makan seseorang biasanya masih mengikuti pola khusus

asupan makanan berdasarkan agama, latar belakang kebudayaan, etika,

kepercayaan kesehatan, pilihan pribadi atau perhatian penggunaan tanah

yang efisien untuk memproduksi makanan. Pola konsumsi makanan

merupakan hasil budaya masyarakat yang bersangkutan, dan mengalami

perubahan terus-menerus menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan

dan tingkat kemajuan budaya masyarakat tersebut. Kultur tertentu dapat

menunjukkan sampai batas tertentu mengenai apa makanan yang

dimakan dan bagaimana cara penyiapan dan penyajian. Kultur dan

agama juga menentukan apakah makanan tertentu dilarang untuk

dikonsumsi atau hanya boleh dikonsumsi pada waktu-waktu tertentu.


18

Pendapat masyarakat tentang konsepsi kesehatan dan gizi sangat

berpengaruh terhadap pemilihan bahan makanan.

Salah satu pengaruh yang sangat dominan terhadap pola

konsumsi ialah pantangan makan dan tabu untuk memakan suatu

makanan. Terdapat jenis-jenis makanan yang tidak boleh dimakan oleh

kelompok tertentu, larangan ini sering tidak jelas dasarnya, tetapi

mempunyai kesan larangan dari penguasa supranatural, yang akan

memberi hukuman bila larangan tersebut dilanggar. Pada dasarnya

larangan atau tabu dapat dibedakan menjadi dua kategori: pantangan

berdasarkan agama atau kepercayaan dan pantangan yang diturunkan

nenek moyang sejak zaman dahulu yang tidak diketahui lagi kapan

dimulainya (Siswono, 2008).

Ada beberapa bahan makanan dan makanan yang mempunyai nilai

sosial tertentu. Konsumen akan lebih suka menerima makanan yang

dianggap mempunyai nilai sosial yang setaraf dengan tingkat sosialnya

di dalam masyarakat, atau nilai bahan makanan tersebut sedikit lebih

tinggi dari tingkat sosial konsumen. Akhirnya gaya hidup keluarga dan

masyarakat konsumen juga sangat berpengaruh pada penerimaan

makanan yang dihidangkan.

b. Klasifikasi Bahan/Jenis Makanan

Bahan atau jenis makanan yang dianjurkan dalam pola makan

sehat yang dapat dijadikan panduan bagi para penderita hipertensi

adalah sebagai berikut:


19

a. Kurangi konsumsi garam dalam makanan sehari-hari,

penggunaan garam sesedikit mungkin atau lebih baik hindari

sama sekali.

b. Konsumsi makanan yang mengandung kalium, magnesium dan

kalsium. Makanan yang mengandung kalium, magnesium dan

kalsium mampu mengurangi hipertensi.

c. Makan sayur dan buah-buahan yang berserat tinggi seperti

sayuran hijau, pisang tomat wortel, melon dan jeruk.

d. Hindari makanan yang banyak mengandung kolesterol

e. Konsumsi minyak ikan. Telah diketahui bahwa peningkatan

konsumsi minuak ikan yang mengandung asam lemak

(0mega3) dapat menurunkan tekanan darah secara siknifikan.

(wulandari, susilo 2011).

Satu cara mudah untuk memastikan pola makan kita baik adalah

dengan memakan makanan dari keempat kelompok makanan,

yaitu: buah-buahan dan sayur mayur, daging dan kacang-kacangan,

roti dan biji-bijian, serta susu dan hasil pengolahan susu.

c. Faktor - faktor yang Berhubungan Dengan Pola Makan

Faktor-faktor yang berhubungan dengan pola makan antara lain

adalah tingkat pendapatan, pengetahuan gizi dan budaya setempat.

Tingginya pendapatan yang tidak diimbangi pengetahuan gizi yang

cukup akan menyebabkan seseorang menjadi sangat konsumtif dalam

pola makannya sehari-hari (Siswono, 2008).


20

Seiring meningkatnya arus globalisasi, termasuk globalisasi pola

konsumsi makanan, tidak dapat dibendung. Kecenderungan untuk

mengkonsumsi makanan impor, terutama jenis siap santap (fast food),

seperti ayam goreng, pizza, hamburger dan lain-lain, telah meningkat

tajam terutama di kalangan generasi muda dan kelompok masyarakat

ekonomi menengah ke atas di kota-kota besar. Di lain pihak, kecintaan

masyarakat terhadap makanan tradisional Indonesia mulai menurun.

Meningkatnya taraf hidup (kesejahteraan) masyarakat, pengaruh

promosi melalui iklan, serta kemudahan informasi, dapat

menyebabkan perubahan gaya hidup dan timbulnya kebutuhan

psikogenik baru di kalangan masyarakat ekonomi menengah ke atas.

Kebutuhan psikogenik (semata-mata timbul karena faktor psikologis)

ini ditandai dengan pemilihan bahan-bahan makanan yang terlalu

mewah, padat kalori dan protein, serta berharga mahal, yang

sesungguhnya tidak diperlukan oleh tubuh untuk hidup sehat.

Pola makan yang dianjurkan adalah pola yang sumbangan

energinya 60-70% berasal dari karbohidrat, 15-20% dari protein dan

20-30% dari lemak, disamping cukup akan vitamin, mineral dan serat.

Pola makan tersebut terbagi dalam tiga periode, yaitu sarapan, makan

siang dan malam. Peranan sarapan tidak boleh diabaikan, karena akan

menentukan kinerja tubuh dari pagi hingga siang hari.

Makanan yang perlu dihindari adalah makanan yang

mengandung gula (manis) seperti biskuit, cake, makanan berlemak,

begitu juga buah dan sayuran kaleng yang mengandung pengawet dan
21

minuman yang mengandung natrium tinggi seperti kopi dan alkohol.

(Haryani S, 2014).

d. Pengkajian Nutrisi

Sodium penyebab penting terjadinya hipertensi primer. Asupan

garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon

natriouritik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan

darah.asupan garam tinggi dapat menimbulkan perubahan tekanan

darah yang dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram per hari atau jika

dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih dari 2 sendok

makan. Bukan berarti kita makan garam 2 sendok makan setiap hari

tetapi garam tersebut terdapat dalam makanan- makanan asin atau

gurih yang kita makan setiap hari. ( Wulandari & susilo 2011).

Natrium memegang peranan penting terhadap timbulnya

hipertensi. Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi

natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk

menormalkannya, cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume

cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan

ekstraseluler tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah,

sehingga berdampak kepada timbulnya hipertensi. Konsumsi garam

dapur (mengandung iodium) yang dianjurkan tidak lebih dari 6 gram

per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi

berlebih karena budaya masak-memasak masyarakat kita yang

umumnya boros menggunakan garam. Indra perasa sejak kanak-kanak


22

telah dibiasakan untuk memiliki ambang batas yang tinggi terhadap rasa

asin, sehingga sulit untuk dapat menerima makanan yang agak tawar.

Hubungan antara natrium dan hipertensi telah diketahui secara

meluas. Natrium adalah mineral yang secara alami ada dalam makanan

yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan sel dengan cairan yang

ada disekitarnya. Beberapa kerja tubuh tergantung pada natrium,

terutama untuk menjaga keseimbangan cairan, mengatur keluar

masuknya cairan dalam sel, mengatur tekanan darah, mengirim simpul

saraf, membantu otot termasuk otot jantung, serta untuk rileksasi.

Ginjal mengatur kadar natrium dalam tubuh. Pada orang sehat, tubuh

tidak menahan kelebihan garam meskipun konsumsinya berlebihan.

Kelebihan tersebut akan dikeluarkan melalui uirn. Contohnya, jika

mengasup makanan asin, akan banyak buang air kecil untuk

menghindari kelebihan natirum. Biasanya akan timbul rasa haus karena

cairan yang keluar. Kelebihan ini tidak selamanya dapat keluar jika

ginjal tidak bekerja secara sempurna. Jika ini disebabkan adanya

penyakit, dapat muncul bengkak pada muka dan kaki yang disebut

edema karena kelebihan natrium yang mengikat air. Bagi penderita

hipertensi dilakukukan diet rendah garam yang terdiri dari diet ringan

(konsumsi garam 3,75-7,5 gram per hari), menengah (1,25-3,75 gram

per hari) dan berat (kurang dari 1,25 gram per hari)

(http://cybertech.cbn.net.id/cbprtl, 2010).

Lemak dan minyak yang terdapat di dalam makanan berguna untuk

meningkatkan jumlah energi, membantu penyerapan vitamin-vitamin A,


23

D, E, dan K, serta menambah lezatnya hidangan Ditinjau dari

kemudahan proses pencernaan, lemak terbagi 3 golongan. Yaitu lemak

yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda yang paling mudah

dicerna, lemak yang mengandung asam lemak tak jenuh tunggal yang

mudah dicerna, dan lemak yang mengandung asam lemak jenuh yang

sulit dicerna. Makanan yang mengandung asam lemak tak jenuh ganda

dan tak jenuh tunggal umumnya berasal dari makanan nabati, kecuali

minyak kelapa. Makanan sumber asam lemak jenuh umumnya berasal

dari hewani. Konsumsi lemak dan minyak dalam makanan sehari-hari

sebaiknya 15-25 % dari kebutuhan energi. Potensi lemak dan minyak

sebagai sumber energi terhitung lebih tinggi daripada karbohidrat dan

protein. Tiap gram lemak menghasilkan 9 kilokalori, sedangkan

karbohidrat dan protein hanya 4 kilokalori. Selain berpotensi tinggi

kalori, lemak juga relatif lama berada dalam sistim pencernaan

dibandingkan dengan protein dan karbohidrat, sehingga lemak

menimbulkan rasa kenyang yang lebih lama. Jika seseorang

mengkonsumsi lemak dan minyak secara berlebihan akan mengurangi

konsumsi makanan lain. Akibatnya, kebutuhan zat gizi yang lain tidak

terpenuhi ( Soekirman, 2008 ).


24

Tabel 2.4
Daftar Bahan Makanan Yang Dianjurkan Dan
Tidak Dianjurkan untuk penderita Hipertensi

Bahan
Dianjurkan Tidak Dianjurkan
Makanan
Sumber Beras, kentang, singkong, Roti, biskuit dan kue-kue yang
karbohidrat terigu, tapioka, hunkwe, gula, dimasak dengan garam dapur
makaroni, mi, bihun, roti, dan/atau baking powder dan soda.
biskuit, kue kering yang
dimasak tanpa garam dapur
dan baking powder dan soda.
Sumber Telur maksimal 1 btr/hari, Otak, ginjal, lidah, sardin, daging,
protein daging sapi, ayam dan ikan ikan, susu, dan telur yang diolah
hewani maksimal 100 gr/hari dengan garam dapur seperti:
daging asap, ham, bacon,
dendeng, abon, keju, ikan asin,
ikan kaleng, korned, ebi, udang
kering, telur asin, telur pindang.
Sumber Tempe, tahu, kacang tanah, Selai kacang, keju kacang tanah
protein nabati kacang hijau, kacang kedele, dan semua kacang-kacangan yang
kacang merah, dan kacang- dimasak dengan garam dapur,
kacangan lain yang dimasak baking powder, dan soda.
tanpa garam dapur, baking
powder dan soda.
Sayuran Semua sayuran segar dan Sayuran yang dimasak dan
sayuran yang diawet tanpa diawetkan dengan garam dapur
garam dapur dan natrium dan ikatan natrium lain seperti:
benzoat. sayur dalam kaleng, sawi asin,
asinan dan acar.
Buah-buahan Semua buah-buahan segar Buah-buahan yang dimasak dan
dan buah yang diawet tanpa diawetkan dengan garam dapur
garam dapur dan natrium dan ikatan natrium lain seperti:
benzoat. buah dalam kaleng, asinan buah,
manisan buah.
Lemak Minyak goreng, mentega, dan Margarin dan mentega biasa.
margarin tanpa garam.
Minuman Teh, kopi Minuman kaleng
Bumbu Semua bumbu yang tidak Garam dapur (untuk hipertensi
mengandung garam dapur dan berat), baking powder, soda kue,
ikatan natrium yang lain vetsin, kecap, terasi, maggi,
tomato ketchup, petis, dan tauco.
Sumber:http://www.kompas.com/kesehatan/news/senior/gizi/0301/23/gizi.htm
25

10. Kebiasaan Merokok

a. Pengertian Rokok

Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70

hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter

sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah.

Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara

agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lain.

(Renaldi, 2010).

Penelitian terbaru menyatakan bahwa merokok menjadi salah

satu faktor resiko hipertensi yang dapat dimodifikasi. Merokok

merupakan faktor risiko potesensial untuk di tiadakan dalam upaya

melawan arus peningkatan hipertensi khususnya dan penyakit

kardiovaskuler secara umum di indonesia. (Wulandari, susilo 2011).

Rokok dapat menyebabkan peningkatan kecepatan detak

jantung serta memicu penyempitan pembuluh darah. Jantung akan

bekerja keras untuk dapat mengalirkan darah keseluruh tubuh

sehingga memicu naiknya tekanan darah. Penderita hipertensi yang

terus merokok dapat memicu serangan jantung, stroke, dan

kerusakan organ tubuh lainnya.


26

b. Jenis-jenis Rokok

Rokok dibedakan menjadi beberapa jenis. Pembedaan ini

didasarkan atas bahan pembungkus rokok, proses pembuatan rokok,

dan penggunaan filter pada rokok (Renaldi, 2010).

Rokok berdasarkan bahan pembungkus.

1) Klobot: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun jagung.

2) Kawung: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun aren.

3) Sigaret: rokok yang bahan pembungkusnya berupa kertas.

4) Cerutu: rokok yang bahan pembungkusnya berupa daun

tembakau.

c. Bahan-bahan yang terkandung di dalam rokok

Rokok mengandung kurang lebih 4000 elemen-elemen, dan

setidaknya 200 diantaranya dinyatakan berbahaya bagi kesehatan.

Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin, dan karbon monoksida.

1) Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan

menempel pada paru-paru.

2) Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi syaraf dan

peredaran darah. Zat ini bersifat karsinogen, dan mampu memicu

kanker paru-paru yang mematikan.

3) Karbon monoksida adalah zat yang mengikat hemoglobin dalam

darah, membuat darah tidak mampu mengikat oksigen.

4) Benzopirine adalah salah satu dari bahan yang paling keras.

Dikenal sebagai penyebab kanker binatang


27

5) Arsanile adalah bahan kimia yang berasal dari bahan kimia timah

asenat yang digunakan sebagai peptisida diperkebunan tembakau

6) Colidin adalah digunakan untuk membunuh binatang. Pada

manusia menyebabkan kelumpuhan.

7) Prusla acid adalah dapat mematikan dalam beberapa menit

8) Metil alkohol adalah menyebabkan kebutaan, pada binatang

sebelum mati.

d. Hubungan merokok dengan hipertensi

Merokok merupakan kebiasaan buruk yang bagi sebagian orang

merupakan kebutuhan yang dapat memberikan kepuasan secara

psikologis. Banyak alasan orang merokok, ada yang karena gengsi

gaya hidup, iseng atau hanya ingin terlihat perkasa. Efek yang

dirasakan kebanyakan para perokok itu adalah efek sugesti yang

bersifat psikologis (Renaldi, 2010).

Hipertensi sendiri adalah suatu gangguan pada sistem peredaran

darah yang cukup banyak menggangu kesehatan masyarakat. Pada

umumnya terjadi pada manusia yang sudah berusia setengah umur

(usia lebih dari 40 tahun). Namun, banyak orang yang tidak tahu dan

tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Hal ini

disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum

menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatan.

Faktor-faktor yang sering menyebabkan hipertensi ialah faktor

keturunan yaitu seorang akan memiliki kemungkinan lebih besar jika


28

orang tuanya adalah penderita hipertensi, selanjutnya ciri

perseorangan seperti umur, jenis kelamin dan ras, kebiasaan hidup

seperti konsumsi garam yang tinggi, kegemukan, stress serta pengaruh

lainnya yaitu merokok.

Merokok juga dapat meningkatkan tekanan darah menjadi tinggi.

Kebiasan merokok dapat meningkatkan risiko diabetes, serangan

jantung dan stroke. Karena itu, kebiasaan merokok yang terus

dilanjutkan ketika memiliki tekanan darah tinggi, merupakan

kombinasi yang sangat berbahaya yang akan memicu penyakit-

penyakit yang berkaitan dengan jantung dan darah.

Zat kimia dalam tembakau dapat merusak lapisan dalam dinding

arteri sehingga arteri rentan terhadap penumpukan plak. Nikotin

dalam tembakau juga membuat jantung bekerja lebih keras karena

menyempitkan pembuluh darah untuk sementara dan meningkatkan

frekuensi denyut jantung serta tekanan darah.

11. Keturunan (Genetik)

Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan

keluarga tersebut mempunyai resiko menderita hipertensi. Individu

dengan orang tua hipertensi mempunyai resiko dua kali lebih besar untuk

menderita hipertensi daripada individu yang tidak mempunyai keluarga

dengan riwayat hipertensi. Ini tidak hanya berlaku untuk penderita

hipertensi tetapi juga untuk penyakit-penyakit berat lainnya.

Bagaimanapun melakukan pencegahan dan antisipasi terhadap suatu


29

penyakit jauh lebih baik daripada melakukan pengobatan. (wulandari &

Susilo 2011).

12. Umur / Usia

Semakin bertambah umur seseorang semakin tinggi tekanan

darahnya, jdai orang yang lebih tua cenderung memiliki tekanan darah

lebih tinggi daripada orang yang berusia muda. Hipertensi pada usia

lanjut harus segera ditanggani secara khusus. Hal ini disebabkan oleh

karena fungsi ginjal dan hati menurun, karena itu dosis yang harus

diberikan harus sesuai dan tepat.

Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat seiring dengan

bertambahnya umur seseorang. Idndividu yang berumur diatas 60 tahun,

50-60% mempunyai tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/90

mmHg. Hal itu merupakan pengaruh degenerasi yang terjadi pada orang

yang bertambah usianya

(wulandari & Susilo 2011).

13. Jenis kelamin

Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita.

Namun wanita terlindungi dari penykit kardiovaskuler sebelum

menopose, Wanita yang belum mengalami menopose dilindungi oleh

hormon estrogen yang berperan dalam meningkatkan kadar High

DensityLipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL yang tinggi

merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses

aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan


30

adanya imuitas wanita pada usia premenopouse. Pada premenoupos

wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon ekstrogen yang

selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini

berlanjut dimana hormon ekstrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai

dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada

wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian didapatkan hasillebih dari

setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita sekitar 56,5%.

(Anggraini, 2009).

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria pada usia dewasa muda.

Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar

60% penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan

perubahan hormon setelah menoupose.

Setiap jenis kelamin mempunyai struktur organ dan hormon yang

berbeda. Demikian juga pada perempuan dan laki-laki. Berkaitan

dengan hipertensi, laki-laki mempunyai resiko lebih tinggi untuk

mnderita hipertensi lebih awal. Laki-laki juga mempunyai resiko lebih

besar terhadap morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler. Sedangkan

pada perempuan biasanya lebih rentan terhadap hipertensi ketika

mereka sudah berumur diatas 50 tahun. Sangatlah penting bagi kiata

untuk menjaga kesehatan sejak dini, terutama mereka yang memiliki

riwayat hipertensi (wulandari & Susilo 2011).


31

14. Alkohol

Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan

darah seseorang. Selain tidak bagus bagi perdaran darah kita, alkohol

juga membuat kita kecanduan yang akan menyulitkan untuk lepas.

Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik, tidak

hanya hipertensi kita tetapi juga untuk kesehatan kita secara

keseluruhan (wulandari & Susilo 2011).

15. Stres

Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan

curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatik.

Adapun stres ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial,

ekonomi, dan karateristikpesonal.

Stres merupakan respon tubuh sifatnya nonspesifik terhadap setiap

tuntutan beban atasnya. Terdapat beberapa jenis penyakit yang

berhubungan dengan stres yang dialami seseorang. Diantaranya

hipertensi atau peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 120 mmHg

dan tekanan disatolik lebih dari 80 mmHg.

Stres tidak hanya memicu terjadinya hipertensi, tetapi banyak penyakit

fisik berat lainnya yang disebabkan oleh stres. Hidup sehat dan

menggunakan pola pikir yang sehat merupakan salah satu cara untuk

mengendalikan stres (wulandari & Susilo 2011).


32

16. Kelebihan berat badan ( Obesitas )

Kelebihan berat badan ( Obesitas ) juga salah satu faktor yang

menyebabkan timbulnya berbagai penyakit berat, salah satunya

hipertensi. Penelitian epidemologi menyebutkan adanya hubungan berat

badan dengan tekanan darah baik pada pasien hipertensi maupun

normotensi. Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan

seiring umur, tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai

peningkatan umur. Yang sangat mempengaruhi tekanan darah adalah

kegemukan pada bagian tubuh atas dengan peningkatan jumlah lemak

pada bagian perut atau kegemukan terpusat.

(wulandari & Susilo 2011).

17. Ras (Etnis)

Setiap etnis memiliki keunikan masing-masing yang menjadi ciri

khas dan pembeda satu dengan yang lainnya. Hipertensi lebih banyak

terjadi pada orang kulit hitam dari pada yang berkulit putih. Belum

diketahui secara pasti apa penyebabnya, tetapi pada orang berkulit

hitam ditemukan kadar renin yang lebih rndah dan sensitivitas terhadap

vasopresin yang lebih besar.

Inilah yang menyebabkan mereka lebih rentan terkena hipertensi.

Walaupun tidak dapat dipungkiri, pola hidup sehat akan sangat

membantu menghindarkan mereka ini dari cap mudah terkena


33

hipertensi. Bagaimanapun menjaga kesehatan secara terus-menerus

akan lebih berarti daripada memikirkan cap negatif ataupun sejarah

kesehatan yang buruk dari keluarga yang memang tidak bisa dihindari.

(wulandari & Susilo 2011).

B. Kerangka Teori

Kerangka teori adalah ringkasan dari tinjauan pustaka yang digunakan untuk

mengidentifikasi variabel-variabel yang akan diteliti (diamati) yang berkaitan

dengan konteks ilmu pengetahuan yang digunakan untuk mengembangkan

kerangka konsep penelitian (Notoatmodjo, 2008).

Berdasarkan landasan teori di atas, maka dapat digambarkan kerangka teori


sebagai berikut:

Gambar 2.3
Kerangka Teori
Faktor Mayor:
Keturunan
Jenis kelamin
Ras
Umur

Faktor Minor: Hipertensi


Aktivitas Fisik/Olahraga
Pola makan
Alkohol
Stres
Kelebihan berat badan (obesitas)
Kehamilan
Penggunaan pil kontrasepsi
Kebiasaan merokok

C. Keranka Konsep Penelitian

Kerangka konsep adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan

antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau antara variabel yang
34

satu dengan variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti. (Notoatmodjo,

2010). Berdasarkan kerangka teori di atas, maka dapat disusun kerangka

konsep penelitian sebagai berikut:

Gambar 2.5
Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Aktifitas fisik/Olahraga
Pola makan
D. Penelitian Terkait Kejadian Hipertensi
Kebiasaan merokok
Beberapa (genetik)
Keturunan penelitian terkait yang pernah dilakukan mengenai kejadian

hipertensi antara lain :

1. Hasil penelitian Anggraini (2009), Berdasarkan analisis univariat

didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah penderita hipertensi memiliki

riwayat keluarga hipertensi. Hasil ini dianalisis dengan uji korelasi ada

Faktor - faktor yang berhubungan dengan p-value, yang berarti bahwa

terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara riwayat keluarga

hipertensi dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat di

poliklinik Puskesmas Bangkinang dengan p-vale =0,015.

2. Penelitian Supriyati (2005) mengenai faktor-faktor resiko yang

berhubungan dengan terjadinya penderita hipertensi di Desa Ambarawa

Kabupaten Tanggamus bahwa ada hubungan yang bermakna antara umur

(> 30 tahun 87,6%), jenis kelamin (perempuan 61,9%), riwayat keluarga

(46,4%), kurang aktifitas/olah raga (aktifitas ringan 57,7%), pola makan

(61,9%) dengan kejadian hipertensi.

E. Hipotesis Penelitian
35

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian.

(Notoatmodjo, 2010). merupakan dugaan sementara yang perlu dibuktikan

kebenarannya, hipotesis yang di angkat dalam penelitian ini adalah:

c. Ada hubungan aktifitas fisik dengan kejadian hipertensi pada pasien yang

berkunjung ke Puskesmas Margoyoso Kecamatan Sumberejo Kabupaten

Tanggamus tahun 2015.

d. Ada hubungan antara pola makan dengan kejadian hipertensi pada pasien

yang berkunjung ke Puskesmas Margoyoso Kecamatan Sumberejo

Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.

e. Ada hubungan antara kebiasaan merokok dengan kejadian hipertensi

pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Margoyoso Kecamatan

Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.

f. Ada hubungan antara keturunan (Genetik) dengan kejadian hipertensi

pada pasien yang berkunjung ke Puskesmas Margoyoso Kecamatan

Sumberejo Kabupaten Tanggamus Tahun 2015.


36

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif.

dengan pendekatan Cross Sectional dimana data yang menyangkut variabel

bebas atau risiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan

dalam waktu yang bersamaan.(Notoatmojo, 2010).

B. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian

Penelitian di laksanakan di wilayah kerja Puskesmas negara batin

kotaagung babat kab Tanggamuupaten tanggamus pada bulan Agustus

2018.

2. Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan di Puskesmas negara batin kotaagung babat

kab Tanggamuupaten tanggamus pada bulan Agustus 2018.

C. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan survei analitik dengan

menggunakan pendekatan cross sectional yaitu dimana variabel sebab atau

resiko dan akibat atau kasus yang terjadi dapat diambil pada waktu bersamaan

(Notoatmojo, 2010). Rancangan Penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor

yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada pasien yang berobat jalan
37

di wilayah kerja Puskesmas negara batin kotaagung babat kab

Tanggamuupaten tanggamus pada bulan Agustus 2018

D. Subjek Penelitian

1. Populasi

Menurut Notoatmodjo (2010) mengemukakan bahwa populasi

adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti. Dari

kedua pendapat di atas penulis dapat menarik kesimpulan bahwa yang

dimaksud dengan populasi adalah keseluruhan objek yang akan diteliti

atau diselidiki.

Populasi dalam penelitian ini adalah pasien umur 30 tahun ke atas

yang berkunjung ke Puskesmas negara batin kotaagung babat kab

Tanggamuupaten tanggamus pada bulan Agustus 2018 yaitu 60 pasien.

2. Sampel

Jumlah sampel yang di ambil sebagai obyek penelitian ini

menggunakan tehnik accidental sampling yaitu dilakukan dengan

mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu

tempat sesuai dengan konteks penelitian. (Notoatmodjo, 2010)

pengambilan sampel yaitu pada bulan Agustus 2018.

Pengambilan sampel dilakukan dengan tehnik accidental sampling

yaitu peneliti mengumpulkan data dari subyek yang ditemuinya saat itu

dan dalam jumlah yang secukupnya. Karena jumlah populasi tidak

diketahui secara pasti.


38

3. Penggambilan sampel

kriteria sampel dalam penelitian populasi sebagai berikut:

a. pasien dewasa umur 30 tahun ke atas yang berkunjung ke Puskesmas

negarabatin kotaagung barat

b. Pasien hipertensi yang melakukan kunjungan ke Puskesmas

negarabatin kotaagung barat

c. Pasien dalam kondisi (stabil) yang berobat jalan ke Puskesmas

Negara batin yang memungkinkan dilakukan pengambilan data.

d. Bersedia menjadi responden

e. Mau bekerja sama dalam penelitian

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran

yang dimiliki atau didapat atau satuan penelitian tentang suatu konsep

pengertian (Notoatmodjo, 2010).

Penelitian ini terdiri dari dua variabel yaitu variabel dependen (Terkait) dan

variabel independen (Bebas).

1. Variabel independen : Aktivitas fisik , pola makan, merokok dan

Genetik (riwayat keluarga hipertensi).

2. Variabel dependen : Kejadian hipertens

F. Definisi Operasional

Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang di

maksut, atau tentang apa yang di ukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmojo, 2010).
39

Tabel 3.1
Definisi Operasional

Definisi Alat
Variabel Cara Ukur Hasil Ukur Skala
Operasional Ukur
Independen (X)
Aktifitas fisik Merupakan Kuesioner Wawancara 0. Baik, Nominal
aktifitas fisik bila
atau kegiatan melakukan
sehari-har > 30-45
yang menit
dilakukan sebanyak 3-
oleh 4 kali
responden seminggu

1. Kurang
baik, bila
kadang-
kadang
melakukan
<30-45
menit
sebanyak 3-
4 kali
seminggu

Pola makan kebiasaan Kuesioner Wawancara 0. Tidak Nominal


mengkonsum beresiko,
si makanan bila pola
yang beresiko makan
menyebabkan terjaga
hipertensi, (tidak
frekuensi, mengkonsu
jenis msi
makanan dan makanan
jumlah yang
makanan memicu
terjadinya
hipertensi

1. Beresi
ko, bila
pola makan
makanan
yang
dikonsumsi
memicu
terjadinya
40

hipertensi
Kebiasaan Merupakan Kuisioner Wawancara 0. Tidak Ordinal
merokok kebiasaan Merokok
menghisap 1. Merokok
rokok yang ringan bila
beresiko kurang
menyebabkan lebih
hipertensi, meghabiska
frekuensi, n roko 5-12
dan jumlah batang
rokok yang di perhari.
hisap
2. Mempunyai
riwayat
perokok
berat, bila
menghisap
rokok
kurang
lebih 15
batang
sampai 1
bungkus
rokok per
hari

Genetik Adanya Kuisioner Wawancara 0. Tidak Nominal


(Riwayat faktor genetik mempunyai
keluarga). pada keluarga riwayat
tertentu akan Hipertensi,
menyebabkan bila dalam
keluarga itu garis
mempunyai keturunan
risiko keluarga
menderita atau dari
hipertensi. ayah,ibu
atau kakek
nenek tidak
ada yang
menderita
hipertensi.

1. Mempunyai
riwayat
Hipertensi,
bila dalam
garis
keturunan
41

keluarga
atau dari
ayah,ibu
atau kakek
nenek tidak
ada yang
menderita
hipertensi.

Dependen (Y)
Hipertensi Penentuan Tensimete Tekanan 0. Tidak Nominal
hipertensi r air raksa sistolik dan hipertensi,
berdasarkan dan diastolik bila hasil
diagnosis stetoskop pengukura
n tekanan
darah
sistol <
140 dan
atau
tekanan
darah
diastol <
90 mmHg

1. Hiperte
nsi, bila
hasil
pengukura
n tekanan
darah
sistol ≥
140 dan
atau
tekanan
diastol ≥
90 mmHg

G. Alat Ukur

Alat ukur pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

kuesioner, dimana daftar pertanyaan tersusun dengan baik, sudah matang

dimana responden tinggal memberikan jawaban atau dengan memberikan

tanda-tanda tertentu. (Notoatmojo, 2007).


42

Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini penulis menggunakan instrumen

dalam pengumpulan data hal ini sesuai dengan pendapat (Notoatmojo,2010).

instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data. Instrumen

ini dapat berupa question (pertanyaan), formulir observasi, formulir-formulir

lain yang berkaitan dengan penataan data dan lain-lain:

1. Variabel independen

a) Aktifitas fisik ,Merupakan kegiatan atau aktifitas fisik yang dilakukan

oleh responden.

Alat ukur: kuisioner.

Cara ukur: wawancara.

b) Pola makan, merupakan metaatan mengkonsumsi makanan yang

beresiko menyebabkan hipertensi, frekuensi, jenis makanan dan

jumlah makanan Alat ukur: kuisioner.

Cara ukur: wawancara

c) Kebiasaan merokok, Merupakan kebiasaan menghisap rokok oleh

responden.

Alat ukur: kuisioner.

Cara ukur: wawancara

d) Genetik Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan

menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi.

Alat ukur: kuisioner.

Cara ukur: wawancara.

2. Variabel dependen Kejadian Hipertensi Penentuan hipertensi berdasarkan

pengukuran.
43

Alat ukur: Tensimeter air raksa dan stetoskop.

Cara ukur: Tekanan sistolik dan diastolik.

H. Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam pengumpulan data adalah: penelitian

lapangan (field research), Setelah didapatkan subjek penelitian, kemudian

dilakukan Wawancara mengenai aktivitas fisik responden, pola makan,

kebiasaan merokok dan riwayat keluarga yang hipertensi. Dan dilakukan

dengan cara penyebaran pengisian lembar kuesioner dan wawancara.

Kemudian data dikumpulkan dan diolah, sebelum digunakan dalam penelitian,

instrumen penelitian terlebih dahulu diuji validitas dan reliabilitas. Peneliti

melakukan uji validitas dan reliabilitas dilakukan secara acak kepada pasien

yang berkunjung ke Puskesmas Air Naningan Kecamatan Air Naningan

Kabupaten Tanggamus kemudian diuji apakah kuisioner cukup valid dan

reliabel untuk digunakan.

a. Uji Validitas

Uji instrumen digunakan untuk melihat validitas dan reliabilitas alat

pengumpulan data sebelum digunakan. Validitas adalah indeks yang

menunjukan alat ukur benar-benar mengukur apa yang diukur.

(Notoatmojo,2007). Untuk mengetahui validitas suatu instrumen perlu

dilakukan uji korelasi antara sekor masig-masing item pertanyaan dengan

skor total kuisioner tersebut. Tehnik korelasi yang dipakai adalah “product

moment” dengan hasil valid apabila nilai korelasi dari pertanyaan dalam
44

kuisioner tersebut memenuhi taraf signifikan diatas r tabel

(Notoatmojo,2007).

b. Uji Reliabilitas

Uji Reliabilitas adalah indeks yang menunjukan menunjukan sejumlah

nama suatu alat ukur tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali

atau lebih terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat ukur yang

sama. (Notoatmojo,2010). Kuisioner sebagai alat ukur untuk gejala-gejala

sosial (non fisik) juga harus mempunyai reabilitas yang tinggi. Untuk itu

sebelum digunakan kuisioner yang telah memiliki validitas harus diuji

coba terlebih dahulu dengan menggunakan rumus korelasi product

momen. Bila angka korelasi sama atau lebih dari angka kritis pada derajat

kemaknaan p 0,05 (r tabel) maka alat ukur tersebut reliabel.

(Notoatmojo,2007).

I. Pengolahan Data

Menurut notoadmojo (2010), pengolahan data adalah suatu proses

dalam memperoleh data ringkasan atau angka ringkasan dengan

menggunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data dan

analisa data meliputi kegiatan selanjutnya dilakukan pengolahan data melalui

langkah-langkah dengan menggunakan program ststistik komputer dengan

lankah sebagai berikut:

a. Editing
45

kegiatan dengan pengecekkan isian formulir atau observasi yang telah diisi

oleh responden berkaitan dengan kemungkinan adanya kesalahan dan

melihat kelengkapaan, kejelasaan dan konsistensi jawaban.

b. Coding

Setelah melakukan editing data ke dalam angka-angka sehingga

memudahkan dalam pengolahan data selanjutnya. Peneliti memberikan

kode untuk setiap jawaban pertanyaan dalam format observasi yang

dilakukan oleh peneliti:

Untuk coding pada Aktifitas fisik peneliti memeberikan nilai nol (0)

bila responden melakukan aktifitas fisik > 30-45 menit sebanyak 3-4

dalam seminggu , dan nilai satu (1) bila responden tidak melakukan

aktifitas fisik. Selanutnya coding pada Pola makan peneliti

memeberikan nilai nol (0) jika responden mengkonsumsi makanan

yang tidak beresiko hipertensi dan nilai satu (1) jika pasien

mengkonsumsi makanan yang beresiko hipertensi. Pada kebiasaan

merokok di berikan coding nilai nol (0) bila responden tidak

merokok, jika responden merokok ringan di berikan nilai satu (1) dan

nilai dua (2) bila responden merokok berat. Selanjutnya di berikan

coding pada Genetik (riwayat hipertensi): Diberikan nilai nol (0) bila

responden Tidak mempunyai riwayat Hipertensi, bila responden

mempunyai riwayat hipertensi di berikan nilai satu (1). Dan pada

Kejadian hipertensi di berikan coding: Diberikan nilai nol (0) bila

responden tidak hipertensi, jika tekanan darah sistol < 140 dan atau
46

tekanan darah diastol < 90 mmHg Dan nilai satu (1) jika Hipertensi

bila tekanan darah sistol ≥ 140 dan atau tekanan diastol ≥ 90 mmHg.

c. Procesing

Procesing adalah proses pengetikan data dari kuisioner kemudian diolah

menggunakan komputer. Data yang diambil bersifat kuantitatif dengan

memberikan nilai yang hendak diukur.

d. Cleaning

Cleaning adalah kegiatan pengecekan kembali data yang telah di entri

kedalam program komputer agar tidak terjadi kesalahan.

J. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Tehnik analisa data yang digunakan guna analisa univariat, data

yang sejenis digabungkan, kemudian dicari frekwensi dan presentasenya.

Data –data yang dianalisa secara urut dengan menggunakan perangkat

lunak komputer.

Pada analisa univariat terdapat beberapa variabel yaitu:

variabel independen : Aktifitas fisik, Pola makan, Kebiasaan merokok dan

Riwayat keluarga hipertensi (Genetik).

variabel dependen : Kejadian Hipertensi

2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat digunakan untuk melihat hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependen. Dalam penelitian ini peneliti

menggunakan Program komputer dengan uji Chi-square (X2), karena data


47

yang digunakan berupa data kategorik-kategorik. Pengujian ini dengan

cara membandingkan frekuensi yang diamati dengan frekuensi yang

diharapkan apakah ada perbedaan bermakna.

Sedangkan Confidental Interval (CI) yang digunakan adalah 95%. Apabila

nilai p-value < 0,05 berarti ada hubungan yang signifikan antara kedua

variabel yang diteliti. Apabila nilai p-value ≥ 0,05 yang berarti tidak ada

hubungan yang signifikan. Dalam bidang kesehatan untuk mengetahui

derajat hubungan yaitu dengan resiko relative (RR) dan Odd Ratio (OR).

Nilai OR digunakan untuk jenis penelitian Cross Sectional dan Case

Control. Penelitian ini menggunakan OR karena merupakan jenis

penelitian Cross Sectional.

K. Etika penelitian

Dalam penyusunan study kasus ini peneliti tidak lupa dalam

melaksanakanpenelitian dengan etika-etika yang baik yaitu terdiri dari :

1) Informed consent

Merupakan cara persetujuan antara peneliti dengan partisipan

dengan memberikan lembar persetujuan (informed consent), peneliti

akan meminta dengan baik terhadap klien ataupun keluarganya sebelum

dilakukan nya penelitian.

2) Anaonimity (tampa nama )

Merupakan etika dalam penelitian keperawatan dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menulis kode pada lembar pengumpulan data atau hasil

penelitian yang disajikan.


48

3) Kerahasiaan (confidentiality)

Merupakan etika dalam penelitian untuk menjamin kerahasiaan dari

hasil penelitian baik informasi maupun masalah-masalah lain

nya.Peneliti akan sebaik mungkin akan menjaga kerahasian masalah

klien dan peneliti akan mempergunakan nya untuk keperawatan klien

saja.

( Dalami, 2010)
49

DAFTAR PUSTAKA

Wulandari, Ari & Susilo yekti. 2011. cara jitu mengatasi darah tinggi
(hipertensi). Penerbit ANDI Yogyakarta: C.V ANDI

Notoadmodjo, soekidjo. ( 2007, 2010 ). Metode Penelitian. Jakarta: Rhineka


Cipta

Arif Mansjoer. ( 2010). Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media


Aesculapius.

Aru W.Sudoyo. ( 2006). Ilmu Penyakit Dalam edisi keempat-jilid III. Jakarta:
Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI

H.M.Sjaifoellah Noer. (2010). Ilmu Penyakit Dalam Jilid 1. Jakarta: Balai


Penerbit FKUI

Iman Soekirman. ( 2008). Penyakit Jantung Koroner dan Serangan Jantung.


Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Kusumah ( 2010. Materi Dasar Pengajaran Ilmu Penyakit Degenarif. Jakarta.

Slamet Suyono. ( 2010). Ilmu Penyakit Dalam. Jilid 3. Jakarta: Fakultas


Kedokteran UI.

Heni, Rokheni., ( 2011).buku ajar Kererawatan Kardiovaskuler. Jakarta Selatan:


Penerbit Salemba Medika

Kementrian Kesehatan RI, ( 2008).Profil Dinas Kesehatan Republik Indonesia


Jakarta

Sugiono, ( 2007). Statistik Untuk Penelitian. EGC.Jakarta

Syamsudin. (2011). Farmakoterapi Kardiovaskular dan Renal, Penerbit Salemba


Medika. Jakarta Selatan

Udjianti, WJ, Gunawan. ( 2010). Keperawatan Kardiowaskular. Jakarta Selatan:


Penerbit Salemba Medika

Renaldi, (2010) Bahaya rokok bagi kesehata, Penerbit Salemba Medika. Jakarta
Selatan

BKKBN, ( 2009). Perencanaan Tingkat Puskesmas. Margoyoso; puskesmas


Margoyoso Kec. Sumberejo
50

Riset kesehatan Dasar ( 2007). Badan Penelitian Dan Pengembangan Kesehatan


Departemen Kesehatan Republik Indonesia

Dinas Kesehatan Tanggamus. ( 2012). Gambaran Sepuluh Besar Penyakit Tahun


2012. Kabupaten Tanggamus, Lampung

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 2010).Rencana program nasional


pencegahan dan penggulangan penyakit tidak menular tahun 2010-2014,
Kementerian Kesehatan RI, Direktorat Jendral PP&PL,Direktorat
Pengendalian PTM. 2010, Jakarta. Diakses 16 November 2014.
http://www.perpustakaan.depkes.go.id/cgibin/koha/opacsearch.pl?
q=pb:Departemen%20Kesehatan%20%20RI%2C

Lilyana. 2008. Faktor Faktor Resiko Hipertensi. FKMUI. Diakses 20 November


2014.https://docs.google.com/viewer?
a=v&q=cache:jWY2Vju5D2IJ:lontar.ui.ac.id/file%3Ffile%3Ddigital/
122840-S-5426-Faktor-faktor

Syahrini, susanto, udiyono. 2012. Faktor – faktor resiko hipertensi primer di


puskesmas Tlogosari kulon kota semarang. Diakses November 2014.
http://ejournal1.undip.ac.id/index.php/jkm

Wahyudi, S., 2012. Manfaat Lemak bagi Kesehatan . Diakses November 2014
http://www.infotipso.com/2012/05/manfaat-lemak-bagi-kesehatan.html
51

You might also like