You are on page 1of 39

CBR PSIKOLOGI PENDIDIKAN

DOSEN PENGAMPU : Dra. ROSDIANA, M. Pd

DISUSUN OLEH :

YEHISKIEL ERWIN TAMBUNAN 4223111030

PRODI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
berkatNyalah kami dapat menyelesaikan tugas CBR Psikologi Pendidikan pada mata kuliah
Psikologi Pendidikan ini dengan tepat waktu. Adapun tugas ini yaitu tugas yang diselesaikan secara
individu
Kami mengucapkan terimakasih kepada Ibu Dra. ROSDIANA, M.Pd selaku dosen mata
kuliah Psikologi Pendidikan yang telah membimbing kami dalam pelajaran Psikologi Pendidikan .
Kami juga berterimakasih karena Ibu telah mempercayakan kami untuk menyelesaikan tugas
makalah ini. Dengan membuat tugas ini, kami menjadi lebih tahu lebih dalam mengenai
pembelajaran psikologi Pendidikan berdasarkan review buku buku psikologi pendidikan.
Kami menyadari bahwa tugas ini masih jau dari kata sempurna. Oleh karena itu, untuk
setiap kritik saran maupun kritik yang membangun kami akan terima.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih. Semoga tugas ini bermanfaat baik bagi penulis
maupun pembaca.

Medan, Februari 2023

Yehiskiel Erwin Tambunan

DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR....................................................................................................ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................iii
BAB I PENGANTAR....................................................................................................4
A. Latar Belakang.......................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan....................................................................................................................4
BAB II RINGKASAN ISI BUKU.................................................................................4

A. Buku Utama………………………………………...…………………………....5
B. Buku Pembanding……………………………………….…….………………..18

BAB III KEUNGGULAN BUKU…………………………………………………....28


A. Keteraitan Antar Bab…………………………………………………………...28
B. Kemuktahiran Antar Bab…………………………………………………….....29
BAB IV KELEMAHAN BUKU…………………………………………………......30
A. Buku Utama………………………………………………………………..…...30
B. Buku Pembanding……………………………………………………….……...30
BAB V IMPLIKASI……………………………………………………………….....31
A. Implikasi Teori………………………………………………………………... .31
B. Implikasi terhadap Pembangunan di Indonesia…………………………….......32
C. Analisis dan Pembahasan……………………………………………….………33
BAB VI…………………………………………………………………………….....34
A. Kesimpulan……………………………………………………………………...34
B. Saran………………………………………………………………………….... 34
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………....iv

3
BAB I
PENGANTAR

A. Latar Belakang
Critical Book Report/Review (CBR) adalah Karya Ilmiah yang terdiri dari 1000 - 2000 kata
yang disusun berdasarkan hasil critical isi sebuah buku. Melakukan critical book setidaknya
membutuhkan 1 buku pembanding yang relevan dengan isi buku yang dikritisi. Semakin
banyak buku pembanding, maka hasil critical book akan semakin baik. Tujuan dari
penyusunan critical book report adalah untuk mengetahui kelebihan dan kelemahan suatu
buku menurut hasil perbandingannya dengan buku lainnya. Sebelum memperoleh hasil,
tentu saja seorang penulis CBR terlebih dahulu membedah isi buku, baik isi buku utama

(buku yang dikritisi) maupun isi buku pembanding.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perbedaan ,kelemahan dan unggulan buku yang diriview ?
2. Bagaimana impliasi teori yang berkaitan antara isi buku dengan
pengaplikasian di kehidupan sehari hari ?
3. Bagaimana hubungan antara materi yang berkaitan dengan kehidupan Pendidikan di
Indonesia ?
C. Tujuan
1. Supaya dapat berfikir kritis dengan meriview buku buku teori dan memuatnya
ke dalam laporan.
2. Memenuhi kriteria tugas yang diberikan.

4
BAB II
RINGKASAN ISI BUKU

A. Buku Utama
1). Psikologi Pendidikan

Psikologi pendidikan terdiri dari dua kata psikologi dan pendidikan Psikologi adalah ilmu
yang mempelajari tentang proses kognitif dan perilaku Sedangkan pendidikan adalah ilmu yang
mempelajari nilai-nilai karakter dan cara menanamkannya. Namun definisi psikologi pendidikan
sebagai terapan ilmu psikologi dalam pendidikan memiliki arti sendiri, yakni, ilmu yang
mempelajari proses belajar dan pembelajaran pada lingkungan pendidikan. Proses belajar diartikan
berlangsungnya aktivitas masuknya informasi melalui panca indra yang menghasilkan
pembaharuan pada kognitif dan atau pada perilaku. Proses pembelajaran diartikan pengalaman
interaksi antara peserta didik dengan pendidik dan memberi dampak terhadap perolehan sesuatu
yang baru melalui alat indra pada kognitif dan atau perilaku. Psikologi pendidikan menjelaskan
karakteristik perkembangan belajar sesuai dengan tingkat usia. Misalnya, jika ingin mengajarkan
sesuatu pada seseorang, maka perhatikanlah perkembangan kognitifnya. Kalau usianya masih 5
tahun maka lakukanlah pembelajaran sambil bermain, tapi jika sudah berusia remaja dapat
dilakukan diskusi kelompok. Hal ini dilakukan supaya sesuai dengan taraf perkembangan kognitif.
Perkembangan kognitif anak usia dini menurut Piaget baru pada taraf pra operasional, sehingga
belum mampu berpikir sesuatu yang abstrak. Berbeda dengan peserta didik di SMA kemampuan
berpikirnya sudah sampai pada operasional formal, sehingga mampu berpikir sesuatu yang abstrak.
Selain itu pada orientasi baru psikologi pendidikan pembelajaran perlu dilaksanakan berbasis
gelombang otak (brain wave). Karena gelombang otak ini memberi pengaruh pada gaya belajar dan
gaya berpikir seseorang. Oleh karena itu dalam pembelajaran di kelas perlu diperhatikan agar
pembelajaran mengakomodasi semua gaya belajar untuk mencegah peserta didik kehilangan
informasi yang penting akibat gaya belajar yang dimilikinya.

5
Pendidikan pada hakikatnya adalah pemolaan pengaruh terhadap pesena didik Pemolaan ini dapat
berlangsung secara sistematis dan tidak sistematiz Pembelajaran yang dilakukan di sekolah
merupakan salah satu bentuk pemolan pengaruh yang sitematis. Agar pemolaan ini efektif maka
pendidik perlu memiliki kecakapan dalam psikologi pendidikan. Sedangkan pembahasan tentang
kurikulum tidak diajarkan pada psikologi pendidikan melainkan pada ilmu pendidikan Jadi
psikologi pendidikan akan menjawab…pendidik tak perlu menunjukkan pada peserta didiknya
bahwa dirinya pintar 5) Pendidik punya potensi untuk menjadi guru yang hebat. Jadi jika belum
efektif dalam pembelajaran, yang perlu dilakukan pendidik adalah mempelajari psikologi
pendidikan. Beranjak dari prinsip-prinsip ini dapat diambil makna bahwa dengan psikologi
pendidikan, pendidik akan memahami perannya yang sesungguhnya yaitu membuat peserta didik
mau dan tahu bagaimana cara belajar. Bukan memberi informasi sebanyak mungkin melainkan
menyukai kegiatan mencari informasi sebanyak mungkin. membuat peserta didik Proses belajar
bagi peserta didik dapat diibaratkan seperti berubahnya ulat yang berada di dalam kepompong.
Semakin kuat seekor ulat berjuang di dalam kepompong, maka semakin menyebarlah zat-zat yang
diperlukan untuk membangun keindahan warna dan kekuatannya untuk terbang. Jika ulat di dalam
kepompong dipaksa keluar sebelum waktunya, maka akan lahirlah kupu-kupu yang tidak cantik dan
lemah. Demikianlah ibaratnya peserta didik. Sekolah adalah kepompong bagi peserta didik Semakin
tangguh seseorang berjuang untuk menyelesaikan tugas-tugas belajarnya maka semakin
berkembanglah dirinya menuju kedewasaan. Semua peserta didik seyogyanya mendapat perhatian
yang sama dalam pendidikannya. Mendapatkan pendidikan yang standar dari pendidiknya. Tidak
jadi persoalan dimanapun seseorang bersekolah yang penting adalah kemampuan belajarnya standar
dengan yang seharusnya. Dalam hal ini "semua anak patut berhasil, tak seorangpun boleh tertinggal
dan terbelakang Mereka layak mendapatkan pendidikan yang standar, sehingga mereka dapat lulus
sesuai dengan standar yang ditetapkan. Seorang pendidik yang memiliki keahlian mendidik akan
mampu. membuat orang belajar. Pendidik ahli ini tampil sebagai guru yang berpengalaman, efektif
dalam menyelesaikan berbagai persoalan di dalam kelas. Pemahamannya tentang proses
pembelajaran dan isi pelajaran, luas dan terorganisasi dengan baik. Seorang pendidik ahli

6
mengetahui materi pelajaran yang diajarkannya, memahami strategi umum pembelajaran yang
dapat diterapkan.

2). Belajar

Belajar adalah mendapatkan sesuatu yang baru dan menghasilkan perubahan tingkah laku.
Perubahan tersebut dapat berupa pengatahuan yang baru. Sebelum belajar seseorang mungkin tidak
memiliki pengetahuan tertentu akan tetapi setelah belajar memilikinya. Pengetahuan seseorang
tentang sesuatu sangat dangkal akan tetapi setelah belajar menjadi lebih dalam. Seseorang dapat
saja merasa kurang nyaman akan tetapi setelah belajar berubah menjadi lebih nyaman. Sebelum
belajar seseorang dapat kurang menyetujui sesuatu tetapi setelah belajar menjadi setuju. Seseorang
dapat saja tidak terampil melakukan sesuatu tetapi setelah belajar menjadi terampil. Sebelum belajar
seseorang dapat saja kurang memperdulikan sesuatu tetapi setelah belajar berubah menjadi lebih
bertanggung jawab terhadap sesuatu. Proses belajar berlangsung secara internal. Proses ini
diibaratkan seperti menyeberangi jurang dari tebing yang satu ke tebing yang lain. Seseorang
memerlukan jembatan untuk menyeberanginya. Seseorang yang belajar berarti sedang membangun
jembatan. Selama proses tersebut berlangsung, berbagai persoalan yang dapat menghambat
pekerjaan tersebut. Namun dengan usaha dan

a. Belajar vs Kematangan

Berbagai perubahan terjadi pada diri individu selama rentang kehidupannya. Namun tidak
semua perubahan ini dischabkan proses belajar. melainkan ada juga yang disebabkan kematangan
(maturation). Proses belajar akan memberikan hasil yang optimum jika berlangsung dalam kondisi
kematangan tertentu. Misalnya, pada umumnya anak sudah mampu berjalan pada usia dua tahun.
Kondisi motorik yang diperlukan anak untuk berjalan sudah matang pada usia tersebut. Akan tetapi
seorang anak tidak akan otomatis mampu membaca pada usia enam tahun, jika tidak mempelajari
cara membaca meskipun kematangan kognitif ini sudah tercapai pada tahap tersebut. Kemudian,
dalam proses perkembangan ada masa peka yang memerlukan pengalaman belajar, jika masa itu
terlewatkan maka kemampuan yang didukung masa peka tersebut akan pada na selanjuma

7
Misalnya, masa perkembangan terhadap rentang jarak, tumbuh sekitar tiga tahun melalui aktivitas
tepat dan bertahap Akan tetapi jika di usia tersebut anak tidak punya pengalaman yang
mengasyikkan tentang aktivitas tersebut misalnya, anak banys dak bermain, maka
kecenderungannya di usia dewasa akan sering mengalami masalah ketika melompat sesuatu,
menaiki tangga, mengatur jarak dalam thestras tentang adanya hubungan antara kematangan dengan
prosex belajar dari pengalaman ataupun belajar pada institusi pendidikan menunjukkan adanya
hubungan yang erat antara belajar dengan perkembangan Sehingga dapat dikatakan perkembangan
dan belajar merupakan proses yang saling mendukung (a) dalam kehidupan manusia. Proses
perkembangan di dalam diri individu pada bakikamya menyaru, secara konsep ada ahli yang
mengelompokkannya atas dimensi fisik, kognitif, bahasa, pribadi, sosial dan moval Dalam kondisi
demikian. proses belajar juga menyatu dalam semua perkembang, meskipun secara konsep para ahli
menekankan teorinya pada satu atau beberapa dimensi tertentu.

b. Otak Belajar

Kendali seluruh saraf yang ada di dalam diri manusia adalah otak. Oleh karena itu dalam
belajar otak adalah penentu utamanya. Selain itu belajar berarti juga mengembangkan otak. Sejak
lahir otak manusia sudah memiliki 100-200 milyar sel. Setiap sel siap dikembangkan untuk
memproses berbagai informasi Perkembangan sel otak ini mengikuti sistem yang kompleks. Jumlah
dan ukuran saraf otak terus bertambah setidaknya sampai usia remaja. Beberapa pertambahan
ukuran otak disebabkan oleh myelination yaitu sebuah proses dimana banyak sel otak dan sistem
saraf diselimuti oleh lapisan-lapisan sel lemak yang bersekat- sekat. Myelination dalam daerah otak
berhubungan dengan koordinasi mata dan tangan. Perkembangannya baru lengkap hingga anak
berusia empat tahun. Sedangkan myelination yang diperlukan dalam memfokuskan perhatian baru
akan lengkap perkembangannya di usia akhir Sekolah Dasar. Hal ini berimplikasi bahwa anak-anak
sulit untuk mempertahankan perhatian pada jangka waktu yang lama. Perhatian mereka akan
meningkat sejalan dengan pertambahan usianya. Oleh karena itu di dalam belajar anak memerlukan
segmen istirahat di antara mata pelajaran di sekolah untuk membantu menjaga energi dan motivasi
anak untuk belajar.

8
3). Karakteristik Belajar

Tinggi rendahnya tingkat inteligensi dinyatakan dengan menterjemahkan hasil tes inteligensi ke
dalam angka yang dapat menjadi petunjuk mengenai kedudukan tingkat kecerdasan sesorang
dibandingkan secara relatif terhadap suatu norma. Angka normatif tes inteligensi dinyatakan dalam
bentuk rasio (quotient) dan dinamai dengan inteligence quotient (IQ). Meskipun tidak semua tes
inteligensi akan menghasilkan angka IQ melainkan ada yang memberikan klassifikasi tingkat
inteligensi seperti level III berarti normal. secara optimal. stilah inteligensi diperkenalkan sejak
tahun 1912 oleh William Stem (Jerman), kemudian tahun 1916 oleh Lewis Madison dan sejak saat
ini IQ resmi digunakan. Ketika pertama kali digunakan perhitungan IQ digunakan dengan rumus.
Implikasi model distribusi normal terhadap tingkat inteligensi adalah persentase terbesar populasi
berada pada sekitar mean yaitu antara 90-110. Semakin jauh ke kiri semakin rendah dan semakin
jauh ke kanan semakin tinggi. Persentase populasi yang ada akan semakin kecil. Artinya persentase
orang yang mempunyai IQ yang tinggi sekali akan sama kecilnya dengan persentase orang yang
memiliki IQ rendah sekali. Sejalan dengan pengklassifikasian dalam kurva Karakteristik individu
yang digolongkan gifted secara akademis 1) Kemampuan untuk belajar tinggi. Cermat dalam
mengamati situasi sosial dan alamiah, indipenden, cepat dan efisien dalam mempelajari fakta dan
prinsip-prinsip, cepat paham dalam membaca disertai oleh daya ingat yang superior 2)melakukan
analisa sintesa dan Kekuatan dan kepekaan fikiran. Siap mengungkap prinsip-prinsip yang
mendasari sesuatu. Mampu mengorganisasikan unsur-unsur, situasi-situasi kritis, diri sendiri dan
orang lain 3) Keinginan tahu dan dorongan. Ketahanan mental, keteguhan pada tujuan, ulet,
kadang-kadang menolak aturan Mampu nelakukan rencana-rencana dengan ekstensif tapi
bermakna. Ingin tahu segala hal. Berminat dan padai dalam banyak hal, bosan dengan rutinitas.
Karakteristik individu yang tergolong retardasi yaitu: 1) Borderline (1Q 68-83) Kekurangan
individu pada golongan ini pada umumnya tampak pada proses belajar lisan dan tidak pada
performansi motorik. Kebanyakan, mereka juga mampu menyesuaikan diri dengan baik di
masyarakat 2) Retardasi Mental ringan. Klassifikasi ini diberikan kepada orang dewasa dengan

9
tingkat intelektual setara dengan usia 8-11 tahun. Bia dilihat dari penyesuaian sosial mereka masih
tampak normal akan tetapi mereka tidak punya daya imajinasi dan daya pertimbangan sebagaimana
seharusnya dimiliki oleh orang dewasa.

3) Retardasi mental menengah (IQ 36-51) Intelektualnya tidak berkembang melebihi tingkat berusia
4-7 tahun. Mereka mengalami kesulitan dalam mempelajari sesuatu baik mempelajari kecakapan
dasar maupun keterampilan khusus, imajinasinya sangat terbatas. Secara fisik cacat dan kordinasi
gerak motoriknya buruk sehingga tampak kaku dalam melakukan segala sesuatu. 4) Retardasi
mental berat (1Q 20-35). Hidup mereka sangat tergantung pada orang lain. Mengalami hambatan
dalam perkembangan kemampuan gerak dan bicara serta mengalami cacat indera. 5) Psikologi
Pendidikan Retardasi mental parah (10 dibawah 20). Pada umumnya mereka mempunyai
kemampuan sangat terbatas dalam menyesuaikan diri dan tidak mampu untuk dilatih melakukan
hal-hal yang sangat sederhana. Kemampuan bicara tidak berkembang dan sulit berkomunikasi.
Pemahaman tentang penggolongan IQ akan membantu guna dalam menerapkannya dalam
pendidikan Anak yang berada pada IQ superior maupun Retardasi mental sama-sama menimbulkan
masalah, sehingga perlu memberikan pendidikan secara khusus kepada mereka. Tidak bijaksana
menempatkan yang slow learner (lamban) satu kelas dengan gifted (berbakat), karena dapat
dibayangkan betapa sukarnya slow learner mengejar pelajaran sedangkan yang gified merasa bosan
dengan pelajaran yang dianggap terlalu mudah, akibatnya akan dapat terjadi reaksi kompensatif
berupa perilaku kenakalan di kelas untuk menunjukkan kehebatannya kepada teman-temannya.
Demikian juga dengan gifted akan dapat timbul perilaku deliquen, mulai dari kesukaran dalam
menunjukkan perilaku baik, neurotik dan gejala agressi. Sehingga perlakuan khusus pada mereka
tidak hanya dari segi IQ tetapi juga dari pola pendidikan afeksi dan kepribadian.

4). Pendekatan dan Teknik Belajar

a. Pendekatan Behavior.

10
Thorndike dalam teori connectionism, mengemukakan bahwa belajar adalah proses
"stamping in" (diingat), forming, hubungan antara stimulus dan respon. Dari penelitian Thorndike
disimpulkan bahwa belajar adalah pembentukan hubungan atau koneksi antara stimulus dan respon
dan penyelesaian masalah yang dapat dilakukan dengan cara trial and error. Faktor penting yang
mempengaruhi belajar adalah reward atau pernyataan kepuasan dari suatu kejadian.
MenurutThomdike hukuman akan memperlemah ikatan berbeda dengan reward yang akan
memperkuat ikatan. Beberapa hukum belajar yang dikemukakan Thorndike yaitu: 1) Law of
readiness yaitu hukum kesiapan. Maksudnya seseorang akan lebih mudah belajar jika sudah
memiliki kesiapan untuk hal dimaksud. 2) Law of exercise, yaitu hukum latihan. Ikatan antara
stimulus dan respon dalam belajar akan lebih kuat jika dilakukan pengulangan-pengulangan. 3) Law
of effect, yaitu hukum pengaruh, mengarah pada hadiah yang kongkrit. Semakin banyak hadiah
yang diterima individu dari hasil belajarnya maka semakin kuat ikatan perilaku tersebut dengan
hadiah yang diterimanya. Teori belajar lainnya dikemukakan Pavlov. Pavlov menemukan bahwa
dalam belajar terjadi proses pengkondisian (conditioning). Stimulus yang dikondisikan untuk
mendapatkan respon yang terkondisi. Pengkondisian ini dilakukan seiring dengan pembentukan
perilaku yang diinginkan. Contoh, dalam pelajaran matematika anak-anak diberi hadiah jika
jawaban terhadap pertanyaan yang diajukan kepadanya benar. Perilaku ini dikondisikan secara terus
menerus hingga terbentuk perilaku senang gai dasar terhadap pelajaran matematika dan pemberian
hadiah dikurangi secara berangsur-angsur. Dengan pola yang sama

b. Pendekatan teoritif

Ahli-ahli teori kognitif berpendapat bahwa belajar adalah hasil usaha individu untuk
mengerti dunia. Caranya adalah dengan menggunakan semua alat mental yang dimiliki. Seseorang
dapat memahami dunia dari caranya memaknai dunia tersebut. Di dalam pendekatan kognitif
reinforcement berfungsi sebagai umpan balik. Berbeda dengan pendekatan perilaku yang melihat
reinforcement sebagai pengikat antara stimulus dan respon. Dalam pendekatan kognitif, belajar
dianggap sebagai sesuatu yang aktif. Individu berinisiatif mencari pengalaman untuk belajar,
mencari informasi untuk menyelesaikan masalah, mengatur kembali dan mengorganisasi apa yang

11
mereka ketahui untuk mencapai pelajaran baru. Meskipun secara pasif dipengaruhi lingkungan,
orang akan aktif memilih, memutuskan, mempraktikkan, memperhatikan, mengabaikan dan
membuat respon lain untuk mengejar tujuan. Pada pendekatan ini yang paling penting adalah
bagaimana individu belajar, menerima informasi dan mengingat. Penjelasan c. Teknik Belajar
Teknik helajar merupakan cara yang dapat ditempuh untuk belajar efekti Beberapa bentuk teknik
belajar yang diterapkan adalah: 1) Sikap Mental Yang terpenting dalam belajar adalah sikap mental.
Oleh karena itu yang pertama-tama perlu dibangun adalah konsep diri dan pikiran positif. Ketila
seseorang merasa dirinya mampu maka hal ini akan menjadi komputer mental yang mendorong
seseorang untuk meraih impiannya. Sebaliknya ketika seseorang mengatakan dirinya tidak mampu
maka secara alamiah kemampuan yang sudah dimiliki seseorangpun akan menurun, sehingga yang
bersangkutan memang benar-benar tidak mampar Oleh karena itu dalam belajar seorang siswa perlu
memiliki kata-kata afirmasi yang dap membangkitkan semangat untuk berhasil, Misalnya, "saya
harus bisa", "saya pasti bisa" dan sebagainya. Jadikanlah belajar itu sebagai tantangan, selal siaga
dan siap untuk mendapatkan secara maksimal pada setiap kesempatan baik di kelas, praktikum
ataupun di rumah

5). Modul Pembelajaran

a. Model Pengajaran Langsung

Pengajaran langsung merupakan model pembelajaran yang berpusat pada guru. Model ini
dirancang khusus untuk menunjang proses belajar siswa yang berkaitan dengan pengetahuan
deklaratif (pengetahuan tentang sesuatu seperti: menghafal rumus, informasi faktual) dan
pengetahuan prosedural (pengetahuan tentang bagaimana melakukan sesuatu) yang terstruktur
dengan baik yang dapat diajarkan dengan pola kegiatan bertahap. Model pengajaran langsung ini
disebut juga dengan model pengajaran aktif (Arend,2001). Pas suks ini terdapat lima fase yang
sangat penting untuk dijalankan. Pertama guru menjelaskan tujuan pembelajaran, informasi latar
belakang pengajaran pentingnya pelajaran, mempersiapkan siswa untuk belajar. Kedua, gura
mendemonstrasikan keterampilan dengan benar atau menyajikan informasi tahap domi tahap.

12
Ketiga, guru merencanakan dan memberi bimbingan pelatihan awal Keempat, Mencek apakah
siswa telah berhasil melakukan tugas dengan baik, memberi umpan balik. Kelima, guru
mempersiapkan kesempatan melakukan pelatihan lanjutan, dengan perhatian khusus pada
penerapan kepada situasi lebih kompleks dan kehidupan sehari-hari. Pengajaran langsung dapat
berbentuk ceramah, demonstrasi, pelatihan dan praktik serta kerja kelompok. Pada pengajaran
langsung ini dapat dilakukan belajar dengan pemodelan tingkah laku. Belajar ini didasarkan pada
teori belajar sosial Elemen penting yang perlu diperhatikan di sini adalah perhatian (atensi),
mengulang (retensi), mengolah (produksi) dan motivasi (Slavin, 1994). 1) Alensi, guru memberi
contoh kegiatan dengan mendemonstrasikan di depan siswa. Siswa mengamati dan kemudian
mendiskusikan hasil pengamatan siswa serta kekurangan dan kesulitan siswa dalam memahami
langkah- langkah kegiatan 7) Retensi guru menjelaskan struktur langkah-langkah dan
menunjukkannya pada siswa 3) Produksi siswa mendemonstrasikan langkah-langkah dan kemudian
mendiskusikan hasilnya dengan guru 4) Motivasi, presentasi hasil simulasi dan mendiskusikan
hasilny b. Pembelajaran Kooperatif (cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah
pembelajaran yang dilaksanakan dengan membuat siswa bekerja sama dan bertanggung jawab pada
kemajuan belajar temannya. Belajar ini menekankan pada keberhasilan kelompok yang hanya dapat
dicapai jika semua anggota mencapai tujuan dan penguasaan materi (Slavin, 1995). Pembelajaran
kooperatif berbeda dengan kelompok belajar konvensional. Pada belajar kooperatif, terdapat saling
ketergantungan positif, saling membantu dan saling memberikan motivasi sehingga ada interaksi
promotif, sedangkan pada belajar konvensional, guru saling membiarkan adanya siswa yang
mendominasi kelompok atau menggantungkan diri pada kelompok. Dilihat dari aspek akuntabilitas
hasil belajar individual. pembelajaran kooperatif memberi kesempatan untuk saling memberi umpan
balik, sehingga semua anggota dapat mengetahui siapa yang membutuhkan bantuan. Berbeda
dengan belajar konvensional akuntabilitas individu kurang diperhatikan, akibatnya seorang siswa
33dapat mendominasi teman-temannya dan temannya ada yang hanya menumpang nama pada tugas
teman-temannya. Pada pembelajaran kooperatif, kelompok siswa cenderung heterogen sedangkan
pada pegajaran kelompok cenderung homogen. Demikian juga pada aspek pemimpin, pada
pembelajaran kooperatif dipilih bersama dan dilakukan bergilir, sedangkan pada kelompok

13
konvensional dipilih guru. Keterampilan sosial diperlukan pada pembelajaran kooperatif sedangkan
pada pembelajaran konvensional tidak secara langsung diajarkan. Guru memperhatikan proses yang
terjadi pada kelompok pada pembelajaran kooperatif sedangkan pada konvensional tidak
diperhatikan secara khusus. Jadi di dalam pembelajaran kooperatif, hubungan intepresonal
diperhatikan sejalan dengan penyelesaian tugas sedangkan pada pembelajaran konvensional, hanya
pada penyelesaian tugas.

6). Motivasi Belajar

a. Motivasi belajar

Motivasi belajar adalah keinginan, perhatian, kemauan siswa dalam belajar. Wloodkowski
(2007) menyebutkan bahwa motivasi belajar adalah arah dan ketahanan perilaku siswa dalam
belajar, Motivasi belajar tercermin melalui ketekunan yang tidak mudah goyah untuk mencapai
sukses, meskipun dihadang banyak kesulitan. Komponen utama motivasi belajar adalah kebutuhan,
dorongan dan tujuan belajar. Kebutuhan belajar terjadi bila individu merasakan ketidak seimbangan
antara yang dimiliki dan yang diharapkan. Dorongan belajar merupakan kekuatan mental untuk
melakukan kegiatan dalam rangka memenuhi harapan dalam belajar. Dorongan berorientasi pada
tujuan belajar. Tujuan belajar inilah yang menjadi inti motivasi belajar Tujuan adalah hal yang ingin
dicapai oleh seorang individu. Tujuan belajar mengarahkan perilaku belajar individu. Motivasi
belajar di sekolah dipengaruhi oleh rekayasa pedagogis guru di sekolah. Dimyati (2002)
menggambarkan hal ini dalam bagan sebagai berikut: (1) Guru adalah pendidik yang berperan
dalam rekayasa pedagogis. Guru menyusun disain pembelajaran dan melaksanakannya dalam
proses belajar mengajar. Guru bertindak membelajarkan siswa. (2) Siswa adalah pebelajar yang
memiliki kepentingan dalam menghayati proses belajar. Ada siswa yang berkeinginan memperoleh
pengalaman, keterampilan dan pengetahuan (memiliki motivasi intrinsik). Siswa lain ada yang baru
memiliki keinginan memperoleh pengalaman, keterampilan dan pengetahuan berkat teman sebaya
(motivasi ekstrinsik). (3) Guru melaksanakan kegiatan mendidik dengan memberi penguatan
seperti: hadiah, teguran, penghargaan atau nasihat di dalam pembelajaran. Tindakan guru ini akan

14
dapat menguatkan motivasi intrinsik dan dapat juga menguatkan motivasi ekstrinsik. Dengan
penguatan ini diharapkan siswa akan tertarik dan bersemangat untuk belajar. Sesuai dengan tugas
perkembangannya, maka siswa dapat hangkir untuk beremansipasi untuk menjadi mandiri. Emansip
kemandirian tersebut berlangsung sepanjang hayat. Sesuai dengan tingkat pertumbuhan dalam
memenuhi kebutuhan pribadi. (4) Dengan belajar yang bermotivasi, siswa memperoleh hasil
belajar. Dan segi rekayasa, maka hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan
dampak pengiring. (5) Dampak pengajaran adalah hasil belajar yang segera dapat diukur, yang
terwujud dalam nilai raport atau ijazah. Sebagian besar rekayasa pedagogis guru terwujud sampai
pada dampak pengajaran. (6) Dampak pengiring adalah unjuk kerja siswa setelah mereka lulus ujian
atau merupakan transfer hasil belajar di sekolah. Munculnya dampak pengiring ini bila lulusan
sekolah menghadapi masalah. Dampak pengiring terletak dalam kepentingan siswa sendiri. Dari
segi tugas perkembangan, maka dampak pengiring merupakan unjuk kerja tugas perkembangan
untuk mencapai aktualisasi diri secara penuh. Dampak pengiring merupakan sarana untuk
melakukan emansipasi kemandirian bagi siswa. (7) Setelah siswa lulus sekolah, maka siswa
diharapkan dapat mengembangkan diri lebih lanjut secara mandiri atau melalui jalur pendidikan
formal (8) Dengan memprogram belajar sendiri secara berkesinambungan, maka akan diperoleh
hasil belajar atas tanggungjawab siswa sendiri. Program belajar di luar rekayasa pedagogis guru
adalah suatu rangkaian dampak pengiring berupa program dan hasil belajar sepanjang hayat. Dalam
hal ini siswa telah mampu memperkuat motivasi belajar sendiri karena kebutuhan aktualisasi diri.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar di sekolah berada di dalam jaringan
rekayasa pedagogis guru. Dengan tindakan pembuatan persiapan mengajar, pelaksanaan belajar
mengajar, maka guru menguatkan motivasi belajar siswa. Dari segi emansipasi kemandirian siswa,
motivasi belajar semakin meningkat pula.

7). Desain Pembelajaran

Perencanaan pembelajaran merupakan penyusunan strategi sistematik dan tata untuk


melaksanakan pembelajaran Prosedur penyusunan rencana pembelajaran diawali dengan aktivitas
menetapkan sasaran perilaku, menganalisis gas dan menyusun taksonomi instruksional. Sasaran

15
perilaku adalah pernyataan ang menyatakan perubahan dalam perilaku siswa untuk mencapai tujuan
kerja yang diharapkan. Sasaran ini mengandung tiga bagian yaitu perilaku siswa, kondisi dimana
perilaku terjadi dan kriteria kinerja. Menganalisis tugas fokuskan pada pemecahan suatu tugas
kompleks yang dipelajari siswa menjadi komponen komponen. Analisis ini dilaksanakan melalui
tiga langkah yaitu menentukan keahlian atau konsep yang diperlukan siswa untuk mempelajari gas,
mendaftar materi yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas dan sendaftar semua komponen yang
harus dilakukan. a) Menyusun taksonomi instruksional Taksonomi Bloom terdiri dari tiga domain
yaitu kognitif, afektif dan peakomotor. Domain kognitif mengandung enam sasaran, yaitu
pengetahuan, pemahaman, aplikasi, analisis dan sintesis serta evaluasi. Domain afektif terdiri
ritaksonomi: penerimaan, respons, menghargai, pengorganisasian dan nghargai karakteristik.
Domain psikomotor yaitu gerak refleks, kemampuan perceptual, kemampuan fisik, gerakan terlatih
dan perilaku nondiskusif Taksonomi Bloom untuk domain kognitif, afektif dan psikomotor dapat
anakan untuk merancang pembelajaran. Pada tahun 2001 khusus untuk domain gnitif mendapat
revisi terutama pada dimensi pengetahuan. Saat ini dimensi pengetahuan mengandung empat
kategori yaitu: mulai dari pengetahuan kongkret (faktual) sampai pengetahuan abstrak
(metakognisi). Dimensi tersebut dijabarka sebagai berikut: 1) Faktual yaitu elemen dasar yang harus
diketahui agar dapat mengu suatu disiplin ilmu dan memecahkan problem di dalamnya (misalny
kosakata teknis, sumber informasi) 2) Konseptual yaitu kesalingterhubungan antar elemen dasar di
dalam struktur yang lebih besar yang membuatnya dapat berfungsi bersan (contoh: periode waktu
geologis, bentuk kepemilikan bisnis) 3) Prosedural yaitu bagaimana melakukan sesuatu, metode
penelitian dar kriteria untuk menggunakan suatu keahlian (misal: keahlian yang dipakai dalam
melukis dengan cat warna, teknik wawancara) 4) Metakognitif yaitu pengetahuan kognisi dan
kesadaran akan kog seseorang (misal: pengetahuan tentang penjelasan dan strategi untuk
mengingat). Dalam pembaharuan proses kognitif terdapat enam kategori yang berada di dalam
kontinum, mulai dari yang kurang kompleks (mengingat) sampai kepad hal yang lebih kompleks
(mencipta). Penjelasannya tentang hal ini dikemukakan sebagai berikut: 1) Mengingat berhubungan
dengan pengetahuan yang relevan dari memori jangka panjang (misal: tanggal sejarah) 2)
Memahami yaitu mengkonstruksi makna dari instruksi yang mencak menginterpretasi,

16
mencontohkan, mengklassifikasi, mengambil kesimpulan, membandingkan (misal: menjelaskan
sebab sehah revolusi Prancis abad 18). Meringkas 3) Mengaplikasikan yaitu menggunakan suatu
prosedur dalam situasi tertentu (misal. menggunakan hukum fisika dalam waktu yang tepal). 4)
Menganalisa yaitu memecahkan materi menjadi bagian-bagian komponen dan menentukan
bagaimana bagian-bagian itu saling berhubungan satu sama lain dan bagaimana mereka
berhubungan deng keseluruhan atau dengan tujuan (misal: membedakan antara gaya yang relevan
dan tidak relevan dalam problem matematika) 5) Mengevaluasi yaitu membuat penilaian
berdasarkan kriteria dan standar tertentu (misal: mendeteksi inkonsistensi atau kesalahan dalam
suatu

6) Mencipta yaitu menyatukan elemen-elemen untuk membentuk satu kesatuan yang koheren atau
fungsional; mereorganisasi elemen-elemen ke dalam pola atau struktur baru (misal: menciptakan
hipotesis untuk menjelaskan sebuah fenomena yang tampak).produk Pembelajaran terintegrasi
karakter memasukkan nilai-nilai ke dalam pembelajaran. Berikut ini disampaikan beberapa contoh
"Klarifikasi Nilai" yang dapat dilakukan melalui pembelajaran.

8). Penilaian

Pengertian Penilaian Penilaian sebagai evaluasi (evaluation) menurut Ralph Tyler (1950)
merupakan suatu proses pengumpulan data untuk menentukan sejauhmana, dalam hal apa, dan
bagian mana tujuan pendidikan sudah tercapai. Griffin dan Nix (1991) mengemukakan bahwa
penilaian adalah kegiatan untuk menentukan nilai suatu program termasuk program pendidikan.
Dari dua batasan tersebut dapat dikemukakan bahwa dalam penilaian terdapat kegiatan
pengambilan keputusan Keputusan itu meliputi tentang apa-apa yang telah direncanakan, dilakukan
atau diberikan. Astin (1993) mengemukakan penilaian merupakan suatu proses mengumpulkan
informasi secara sistematik untuk membuat keputusan tentang individu. Keputusan yang diambil
berdasarkan informasi yang diperolch berdasarkan aturan tertentu. Sudjana (2001) mengemukakan
bahwa penilaian adalah proses memberikan atau menentukan nilai kepada objek tertentur

17
berdasarkan suatu kriteria tertentu. Selanjutnya ia menjelaskan baliwa proses pemberian nilai
tersebut berlangsung dalam bentuk interpretasi yang diakhiri dengan judgment. Dari pendapat
Sudjana diketahui bahwa dalam penilaian terdapat kriteria. Kriteria tersebut digunakan untuk
menginterpretasi dan memberi judgment atas informasi yang dimiliki. Howard Gradner (2002)
menegaskan bahwa penilaian merupakan upaya memperoleh informasi mengenai keterampilan dan
potensi diri individu dengan dua sasaran. Pertama, memberikan umpan balik yang bermanfaat
kepada individu yang bersangkutan. Kedua, sebagai data yang berguna bagi masyarakat yang ada di
sekitarnya. Penjelasan tersebut memperjelas bahwa penilaian berkaitan dengan informasi tentang
diri seseorang dalam suatu kegiatan, waktu atau stimulans tertentu. Informasi diperoleh berdasarkan
aturan tertentu dan menyeluruh. Informasi tersebut juga tidak hanya berguna bagi individu yang
dinilai tetapi juga bagi yang lainnya seperti guru dan orangtua. Informasi yang diperoleh berkaitan
dengan pembelajaran, terutama keberhasilan pembelajaran. Keputusan tersebut berupa ketercapaian
dalam rentang tujuan yang telah ditetapkan. Melalui penilaian, guru mengetahui sejauhmana
ketercapaian tujuan pembelajaran. Berdasarkan informasi tersebut diputuskan tentang ketercapaian
anak secara individual dan pembelajaran secara klasikal. Melalui penilaian diketahui mana anak-
anak yang berhasil, mana yang belum. Juga ditetapkan apakah pembelajaran dilanjutkan atau
diulang. Suharsimi (2004) mengemukakan bahwa definisi kata evaluasi seperti dalam kamus
Bahasa Inggris menunjukkan bahwa kegiatan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung
jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggungjawabkan Selanjutnya, ia menjelaskan
bahwa evaluasi atau penilaian secara umum diartikan sebagai proses pemberian nilai Dalam proses
guru perlu berhati-hati, bertanggungjawab, pemberian nilai tersebut, guru perlu berhati-hati,
menggunakan pendekatan dan strategi ilmiah yang dapat dipertanggungjawabkan. Berdasarkan
definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa kata penilaian sebagai evaluasi
mengandung makna 1) proses pengumpulan data, 2) data dianalisis dalam rangka pemberian nilai
atas sesuatu atau individu; 3) di dalam pemberian nilai terdapat proses pembuatan keputusan. 4)
pembuatan keputusan dilakukan dengan menggunakan kriteria tertentu berdasarkan interpretasi dan
jugdment atas informasi yang dimilikinya yang dilakukan dengan berhati-hati, bertanggung jawab
dan dapat dipertanggungjawabkan penilai. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa hasil evaluasi

18
adalah nilai. Kalau penilaian berkaitan dengan belajar peserta didik maka nilai yang diberikan
adalah nilai tentang belajar peserta didik. Penilaian dilakukan dengan menggunakan berbagai
instrumen. Krulik dan Rudnick (1998) mengemukakan bahwa penilaian yang termasuk dalam
ongoing tasks terdiri dari portofolio, jurnal, catatan anak dan observasi informal sedang yang
termasuk dalam penilaian snapshot task terdiri observasi formal, interviu. proyek, respon dengan
pilihan tertentu (forced-choice responses) seperti pilihan berganda dan benar salah, respon jawaban
terbatas (formulatedresponses) seperti isian. Dari batasan tersebut diketahui bahwa terdapat
beberapa instrumen yang dapat digunakan dalam pelaksanaan penilaian.

B. Buku Pembanding

1). Definisi Psikologi,pendidikan,dan psikologi pendidikan

Sesuai dengan sejarahnya, pengertian psikologi lebih kepada ilmu yang mempelajari gejala-
gejala jiwa pada manusia. Jiwa manusia sendiri bersifat abstrak, sehingga sulit untuk dipelajari
secara objektif, maka muncullah psikologi sebagai tolak ukur perubahan jiwa manusia yang dilihat
dalam bentuk perilaku. Dalam perkembangnya, psikologi dikenal juga sebagai ilmu pengetahuan
yang mempelajari tentang perilaku. Kata psikologi berasal dari bahasa inggris psychology yang
dalam istilah lama disebut ilmu jiwa. Kata pychology merupakan dua akar kata yang bersumber dari
bahasa Greek (Yunani), yaitu: (1) psyche yang berarti jiwa; (2) logos yang berarti ilmu. Jadi, secara
harfiah psikologi memang berarti ilmu jiwa. Maka timbul bermacammacam defenisi psikologi yang
satu sama lain berbeda, seperti:

1. Psikologi adalah ilmu mengenai kehidupan mental (the science of mental life);

2. Psikologi adalah ilmu mengenai pikiran (the science of mind);

3. Psikologi adalah ilmu mengenai tingkah laku (the science of behavior); dan lainlain defenisi
yang sangat bergantung pada sudut pandang yang mendefenisikannya

19
Istilah pendidikan berasal dari kata “didik”, dengan memberinya awalan “pe” dan akhiran
“kan”, mengandung arti “perbuatan” (hal, cara dan sebagainya). Istilah pendidikan ini awalnya
berasal dari bahasa Yuanani, yaitu “paedagogie”, yang berarti bimbingan yang diberikan kepada
anak. Istilah ini kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan “education” yang berarti
pengembangan atau bimbingan. Dalam bahasa arab istilah ini sering diterjemahkan dengan
“Tarbiyah” yang berarti pendidikan. Dalam pengertian yang agak luas, pendidikan dapat diartikan
sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memeroleh pengetahuan,
pemahaman, dan cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan. Dalam pengertian yang luas,
pendidikan ialah seluruh tahapan pengembangan kemampuan-kemampuan dan prilakuprilaku
manusia, juga proses penggunaan hampir seluruh pengalaman kehidupan.3 Ada banyak defenisi
yang diutarakan para ahli terkait psikologi pendidikan, bahkan psikologi pendidikan menurut
sebagian ahli adalah subdisiplin psikologi, bukan psikologi itu sendiri. Di antara salah seorang ahli
yang menganggap psikologi pendidikan sebagai subdisiplin psikologi terapan adalah Arthur S.
Reber (1988, seorang guru besar psikologi pada Brooklyn College, University of New York City).
Dalam pandangannya, psikologi pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang
berkaitan dengan teori dan masalah kependidikan yang berguna dalam hal-hal sebagai berikut: (1)
Penerapan prinsi-pprinsip belajar dalam kelas, (2) Pengembangan dan pembaharuan kurikulum, (3)
Ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, (4) Sosialisasi proses-proses dan interaksi proses-proses
tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, (5) Penyelenggaraan pendidikan keguruan.
Sedangkan defenisi psikologi pendidikan secara lebih sederhana dan praktis, sebagaimana
dikemukakan oleh Barlow (1985) dalam Muhibbin Syah adalah sebuah pengetahuan berdasarkan
riset psikologis yang menyediakan serangkaian sumber-sumber untuk membantu anda
Melaksanakan tugas sebagai seorang guru dalam proses belajarmengajar secara lebih efektif. Pada
ilmu psikologi, psikologi pendidikan akan membahas hal-hal berikut ini.

1. Pertumbuhan dan perkembangan

2. Hereditas dan lingkungan

20
3. Potensial serta karakteristik tingkah laku

4. Hasil proses pendidikan serta pengaruhnya di dalam individu yang memiliki sifat personal
dan sosial

5. Higiene mental dan pendidikan

6. Evaluasi hasil pendidikan

7. Namun menurut penjelasan Sumadi Suryobroto (1987), ruang lingkop ilmu psikologi
pendidikan dapat meliputi beberapa hal, antara lain adalah:

8. Pengetahuan mengenai psikologi pendidikan, mulai dari pengertian ruang lingkup, sejarah
psikologi pendidikan, dan tujuan untuk mempelajari ilmu tersebut.

9. Pembawaan

10. Lingkungan fisik dan psikologis

11. Proses-pross tingkah laku

12. Perkembangan siswa

13. Hakikat dan ruang lingkup belajar

14. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar

15. Pengukuran pendidikan

16. Hukum dan teori belajar

17. Transfer belajar

21
18. Aspek praktis pengukuran pendidikan

19. Kesehatan mental

20. Ilmu statistik dasar

21. Pendidikan pembentukan watak atau kepribadian

22. Kurikulukum pendidikan sekolah dasar

23. Kurikulum pendidikan sekolah menengah

Pendidikan memang sudah menjadi sebuah dasar dalam pembentukan dan pengembangan di
dalam sistem kurikulum, proses pembelajaran, dan penilaian di dalam bidang pendidikan.
Kontribusi di dalam perkembangan dunia pendidikan memiliki beberapa manfaat, antara
lain adalah:

1. Peran psikologi terhadap kurikulum pendidikan

2. Peran psikologi terhadap sistem pembelajaran

3. Peran psikologi terhadap sistem penilaian

2). Sejarah Psikologi pendidika

Filsafat Psikologi pendidikan ,manusia merupakan makhluk yang berakal budi. Dengan akal
budinya, manusia mampu mengembangkan kemampuan yang spesisifik manusiawi, yang
menyangkut daya cipta, rasa maupun karsa. Dengan akal budinya, maka kemampuan bersuara bisa
menjadi kemampuan berbahasa dan berkomunikasi. Manusia mampu menciptakan dan
menggunakan simbol-simbol dalam kehidupan sehari-hari, sehingga oleh Ernst Cassirer disebut
sebagai animal symbolicum. Manusia selalu bertanya karena terdorong oleh rasa ingin tahu. Hasrat
ingin tahu manusia tersebut terpuaskan bila manusia memperoleh pengetahuan yang benar

22
mengenai halhal yang dipertanyakan. Dalam sejarah perkembangannya, ternyata manusia selalu
berusaha memperoleh pengetahuan yang benar atau yang secara singkat dapat disebut sebagai
kebenaran . Manusia senantiasa berusaha memahami, memperoleh, dan memanfaatkan kebenaran
untuk kehidupannya. Tidak salah jika satu sebutan lagi diberikan kepadanya, yaitu manusia sebagai
makhluk pencari kebenaran

3). Manfaat dan Metode psikologi pendidikan

Manfaat Psikologi pendidikan , Peserta didik merupakan subjek dari psikologi pendidikan,
di dalamya tidak terlepas dengan perilaku dalam mengekspresikan diri pada situasi berlangsungnya
pembelajaran, baik di dalam kelas mapun di luar kelas. Bentuk ekspresi yang dilakukan oleh
anak/peserta didik tidak lepas dari unsur psikologi, seperti: kesiapan mereka untuk menerima
pelajaran, kesehatan mental yang sedang dialaminya, minat belajarnya dan lain-lain. Apabila
guru/pendidik telah memperhatikan berbagai ekspresi mereka, maka dengan mudah guru/pendidik
memberikan motivasi belajar kepada peserta didik. Dengan demikian, seorang pendidik dituntut
untuk mengetahui dan memahami makna ekspresi yang dilakukan oleh anak didiknya, dengan tetap
memperhatikanminat, kebutuhan dan kesiapan dalam belajar. Dari penjelasan diatas, terdapat peran
penting dari psikologi pendidikan untuk peserta didik. Adapun manfaat dari psikologi pendidikan
sebagai berikut:

1. Merumuskan program pembelajaran secara tepat.

2. Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.

3. Memberikan bimbingan atau konseling.

4. Memfasilitasi dan memotivasi belajar siswa.

5. Menciptakan iklim belajar yang kondusif.

6. Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.

23
7. Menilai hasil pembelajaran yang adil38

Psikologi Pendidikan sebagai bagian/cabang dari psikologi tentunya dalam memperoleh fakta-fakta
pengetahuan yang diperlukan oleh ilmu ini menggunakan cara-cara studi (Metode Penelitian) yang
tidak jauh berbeda dengan Psikologi sebagai induknya. Dalam memperoleh fakta-fakta pengetahuan
tentang tingkah laku yang khusus dalam situasi yang ada hubungannya dengan tujuan dan praktek
pendidikan di sekolah sebagaimana yang sudah disebutkan diatas, Psikologi Pendidikan akan
menggunakan metode-metode penelitian psikologi sebagai berikut:

- observasi

- kontinyu

- eksperimen

- tes

- metode interview

- metode studi casus

- metode kuisioner

4). Pentingnya mempelajari psikologi pendidikan

Pada bagian ini akan dibahas empat masalah pokok pendidikan yang telah menjadi
kesepakatan nasional yang perlu diprioritaskan penanggulangannya. Secara kuantitatif dapat
dikatakan bahwa pendidikan di Indonesia telah mengalami kemajuan. Indikator pencapaiannya
dapat dilihat pada kemampuan baca tulis masyarakat yang mencapai 67,24%. Hal ini sebagai akibat
dari program pemerataan pendidikan, terutama melaui INPRES SD yang dibangun oleh rezim Orde
Baru. Namun demikian, keberhasilan dari segi kualitatif pendidikan di Indonesia belum berhasil
membangun karakter bangsa yang cerdas dan kreatif apalagi unggul. Siswa jauh lebih cerdas dan

24
sedikit lebih suka memaafkan daripada kuda, tetapi upaya mengajar mereka mempunyai persamaan
dengan mengajar kuda berikut: Pengetahuan tentang babagaimana memindahkan informasi dan
kemampuan setidaknya sama pentingnya dengan pengetahuan tentang informasi dan kemampuan
itu sendiri. Kita semua mempunyai guru (sayangnya paling sering dosen perguruan tinggi) yang
cerdas dan berpengetahuan mendalam tentang bidang mereka tetapi tidak dapat mengajar. Adapun
masalah yang dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Masalah pemerataan pendidikan

b. Masalah mutu pundidikan

c. Masalah efisiensi prndidikan

d. Masalah relevansi pendidikan

5). Perkembangan Manusia

Aspek aspek perkembangan, Perkembangan merupakan proses perubahan yang progresif


dan berkesinambungan pada diri individu dimulai sejak lahir sampai meninggal. Dengan
demikian ada beberapa aspekaspek perkembangan yang akan dibahas, antara lain :

1. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik merupakan pertumbuhan serta perubahan yang terjadi pada jasmani
seseorang. Perkembangan pada fisik anak tergantung pada makanan yang mengandung gizi
sehingga anak tidak akan mengalami gangguan dalam perkembangan. Menurut Kuhlen dan
Thompson bahwa perkembangan fisik individu meliputi 4 aspek: yang memengaruhi
perkembangan kecerdasan dan emosi, otot-otot yang memengaruhi perkembangan kemampuan
dan kekuatan motorik, kelenjar endokrin, yang menyebabkan adanya perubahan tingkah laku
pada manusia.

25
Perkembangan fisik terdiri dari aspek-aspek sebagai berikut:

a) Perkembangan anatomis merupakan perubahan kuantitatif pada struktur pada tulang, adanya
proporsional antara tinggi badan dan berat badan

b) Perkembangan fisiologis merupakan perubahan secara kuantitatif, kualitatif dan fungsional


dari sistem kerja hayati seperti kontraksi otot, peredaran darah, pernafan, persyarafan,
sekresi kelenjar dan pencernaan.

Aspek fisiologis yang cukup penting dalam kehidupan manusia adalah otak (brain). Otak
merupakan pusat perkembangan dan fungsi kemanusiaan. Secara struktur otak terdiri dari :
(1) Brainstem (termasuk di dalamnya celebellum) yang berfungsi mengontrol keseimbangan
dan koordinasi, (2) Midbrain yang berfungsi sebagai stasiun pengulang atau penyambung
dan pengontrol pernafasan dan fungsi menelan, (3) cerebrume sebagai pusat otak yang
paling tinggi meliputi otak kiri dan kanan serta sebagai pengikat syaraf-syaraf yang
berhubungan dengannya.Perkembangan syaraf otak yang mengatur otot sehingga manusia
dapat berkembang secara kompetensi dan motorik anak. Adapun keterampilan motorik ada
dua macam yaitu: (1) keterampilan motorik kasar (gerakan kasar), seperti berjalan, berlari,
melompat, naik dan turun tangga dan lain sebagainya, (2) keterampilan motoric halus,
seperti menulis, menggambar, memotong, melempar dan menangkap serta memainkan
benda.

2. Perkembangan Emosi

Dalam kehidupan kita sehari-hari, perilaku kita sering disertai dengan perasaan-perasaan,
seperti perasaan senang atau tidak senang yang menyertai perbuatan kita sehari-hari. Perasaan
seperti ini disebut dengan emosi . Sedangkan pengertian sederhana menurut Lawrence dalam
Suyadi bahwa emosi adalah kondisi kejiwaan manusia. Lawrence mengatakan bahwa sifatnya
yang psikis dan kejiwaan, maka emosi hanya bisa dikaji dengan gejala atau fenomena, seperti

26
keadaan sedih, gembira, gelisah, benci dan sebagainya. Perrkembangan emosi secara sederhana
memiliki arti luapan perasaan ketika anak berinteraksi dengan orang lain.

6). Manusia dan perkembangan psikologi pendidikan

Pendidikan prasekolah merupakan dasar bagi perkembangan sikap, pengetahuan,


keterampilan, daya cipta dan penyesuaiannya dengan lingkungan sosialnya. Oleh karena itu, perlu
diusahakan agar pendidikan ini dapat dinikmati oleh segenap lapisan masyarakat. Bantuan dari
semua pihak sangat diperlukan, terutama dari media massa, seperti radio, televisi, surat kabar,
majalah, dan buku-buku bagi anak balita.

Pendidikan Pra sekolah Pendidikan pra sekolah adalah pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak di luar dilingkungan keluarga sebelum
memasuki pendidikan dasar. Pendidikan pra sekolah antara lain pendidikan taman kanak-kanak
(TK), kelompok bermain (KB), serta tempat penitipan anak (TPA). UUD 1945 pasal 28 B ayat 2
menyatakan ”Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak
atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi”. Dalam UU NO. 23 Tahun 2002 Pasal 9 Ayat 1
tentang Perlindungan Anak dinyatakan bahwa ”Setiap anak berhak memperoleh pendidikan dan
pengajaran dalam rangka pengembangan pribadinya dan tingkat kecerdasarnya sesuai dengan minat
dan bakatnya”. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, Pasal 12
Ayat (2) menyatakan: “Selain jenjang pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
diselenggarakan pendidikan pra sekolah”, adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk
mengembangkan pribadi, pengetahuan, dan keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta
mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup.
Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia
dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki
pendidikan lebih lanjut. Satuan pendidikan anak usia dini merupakan institusi pendidikan anak

27
usia dini yang memberikan layanan pendidikan bagi anak usia lahir sampai dengan 6 tahun. Di
Indonesia ada beberapa lembaga pendidikan anak usia dini yang selama ini sudah dikenal oleh
masyarakat luas, yaitu:

1. Taman Kanak-kanak (TK) atau Raudhatul Atfal (RA) TK merupakan bentuk satuan pendidikan
bagi anak usia dini pada jalur pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan bagi anak usia
4 sampai 6 tahun, yang terbagi menjadi 2 kelompok : Kelompok A untuk anak usia 4 – 5 tahun dan
Kelompok B untuk anak usia 5 – 6 tahun.

2. Kelompok Bermain (Play Group)

Kelompok bermain berupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
nonformal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus program kesejahteraan bagi anak
usia 2 sampai dengan 4 tahun.

3. Taman Penitipan Anak (TPA)

Taman penitipan anak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan
non formal yang menyelenggarakan program pendidikan sekaligus pengasuhan dan kesejahteraan
anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun. TPA adalah wahana pendidikan dan pembainaan
kesejahteraan anak yang berfungsi sebagai pengganti keluarga untuk jangka waktu tertentu selama
orang tuanya berhalangan atau tidak memiliki waktu yang cukup dalam mengasuh anaknya karena
bekerja atau sebab lain.

28
BAB III
KEUNGGULAN BUKU

A. Keterkaitan Antar Bab

Buku Utama memiliki total 8 bab yang menjadi sub materi dari materi psikologi Pendidikan,
dengan sebagai berikut :
 Psikologi
 Belajar
 Karakteristik belajar
 Pendekatan dan Tekik Belajar
 Modul
 Motivasi
 Desain Pembelajaran
 Penilaian
Ke 8 materi di atas saling berkaitan dengan psikologi Pendidikan,karena psikologi
Pendidikan tersebut membahas bagaimana pengaruh psikologi dalam dunia pendidikan seperti
dalam proses pembelajaran di sekolah / universitas yang dilakukan guru/dosen dengan
siswa/mahasiswa. Sebagi contoh yaitu motivasi belajar dan desain pembelajaran dimana
hubungan psikologi berkaitan erat dengan pembelajaran dimana belajar dan karateristik belajar
itu sendiri merupakan ilmu yang berasal dari psikologi yang membahas mengenai Pendidikan.
Pembahasan dari segi motivasi juga berkaitan erat dengan psikologi karna motivasi itu muncul
dengan adanya seseorang atau sesuatu yang menjadi pemicu terhadap seseorang itu
sendiri .Desain pembelajaran juga menggunakan konsep yang sama dengan ilmu psikologi itu
juga karena desain pembelajaran juga mempengaruhi semangat/motivasi anak itu mengerjakan
sesuatu yang mana ini berhubungan dengan ilmu psikologi yang membahas motivasi tersebut.

29
Buku Pembanding memiliki 6 sub materi yang menjadi bahan materi untuk psikologi Pendidikan dengan
sebagai berikut :
 Definisi Psikologi,Pendidikan dan Psikologi Pendidikan
 Sejarah Psikologi Pendidikan
 Manfaat dan Metode Pnedidikan
 Pentingnya mempelajari psikologi pendidikan
 Perkembangan Manusia
 Manusia dan perkembangan psikologi pendidikan

Materi dalam buku pembanding lebih membahas mengenai konsep, metode dalam
pengaplikasiannya, manfaat mempelajari dan kegunaannya bagi manusia secara umum tidak
khusus untuk pendidikan saja . Sub materi dalam buku di atas juga saling berkaitan dimana
antara sejarah psikologi dengan pentingnya mempelajari ilmu psikologi Pendidikan. Hal ini
tentu saja berkaitan,dengan mengetahui sejarah nya kita mengetahui betapa pentingnya
mempelajari ilmu itu
B. Kemuthiran Antar Bab

Psikologi pendidikan bermaksud untuk menerapkan psikologi ke dalam proses yang


membawa pengubahan tingkah laku, dengan kata lain untuk mengajar. Sedangkan arti psikologi
pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang belajar, pertumbuhan, dan kematangan individu
serta penerapan prinsip – prinsip ilmiah terhadap reaksi manusia. Pendidikan tersebut bertujuan
untuk mempengaruhi proses mengajar dan belajar.Pengertian psikologi pendidikan menurut para
ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa psikologi pendidikan merupakan disiplin ilmu psikologi
yang mempengaruhi proses belajar mengajar dalam dunia Pendidikan psikologi pendidikan
memiiliki ruang lingkupnya yang menjadi dasar dan batas atau yang membedakan dengan keilmuan
psikologi lainnya. Berdasarkan hal di atas tterbukti bahwa psikologi memang saling berkaitan satu
sama lain dengan manusia itu snediri dalam pembelajaran dan penggunaan nya sama seperti yang
dijelaskan dalam buku utama dan buku pembanding di ,sehingga kemuthakhiran antar bab tidak
ada .

30
BAB IV

KELEMAHAN BUKU

A. Buku Utama

Buku Utama memiliki banyak kelebihan dalam pembahasan materi yang diberikan tetapi buku
ini juga memiliki kelemahan dengan berikut :

 Buku Utama tidak memiliki Materi sejarah psikologi Pendidikan yang menjadi salah satu
point penting dimana dengan mengetahui sejarahnya kitab isa merasakan dan mengetahui
betapa pentingnya ilmu psikologi pendidikan tersebut
 Buku Utama memiliki bahasan materi yang terlalu banyak dan yang menyinggung inti dari
materi nya hanyalah Sebagian sub materi saja
 Buku utana kurang memiliki gambar atau bantuan penjelas yang bisa membantu pembaca
memahami suatu materi
 Buku utama memiliki font nya kurang besar sehingga agak kesulitan ketika membaca materi
yang ada di dalam buku.

B. Buku Pembanding

Buku pembanding memiliki banyak kelebihan dalam pembahasan materi yang diberikan tetapi
buku ini juga memilikikelemahan dengan berikut :

 Buku pembanding tidak membahas mengenai Pendidikan nya,hanya menyinggung materi


nya sedikit.
 Buku pembanding memiliki tampilan yang kurang menarik sehingga kesan pertama
pembaca kurang minat dalam membaca bukunya.
 Buku pembanding tidak memiliki gambar / bantuan penjelas yang bisa membantu pembaca
memhami suatu materi .

31
BAB V

IMPLIKASI

A. Implikasi Terhadap Teori

Implikasi psikologi Pendidikan terhadap teori psikolog Pendidikan itu memiliki 13 implikasi
dalam dunia Pendidikan, adapun implikasi psikologi perkembangan dalam pendidikan
adalah sebagai berikut :

 Di dalam perkembangan seorang individu tentunya sebagai pendidik juga harus tau
menempatkan dirinya terhadap perkembangan dengan memberikan metode atau cara
pengajaran yang sesuai dengan tahap atau fase perkembangan individu yang akan di
didiknya. Karena cara mendidik anak SD dengan mendidik anak SMA tentunya ada
perbedan yang sangat signifikan, begitupun dengan usia atau mental mereka sangatlah
berbeda pula. Untuk itu dengan memahami psikologi perkembangan ini diharapkan dapat
berpengaruh di dalam pendidikan.

 Dengan memahami psikologi perkembangan, maka kita akan mengetahui tingkat


kemampuan individu dalam setiap fase perkembangannya.

 Untuk mengetahui pada fase perkembangan yang mana seseorang bisa diberi stimulus
tertentu.

 Dengan adanya psikolgi pendidikan ini, maka diharapkan dapat mempersiapkan diri dalam
menghadapi perubahan – perubahan yang akan dihadapi oleh setiap individu.

 Khusus untuk tim pengajaar atau guru, dengan memahami psikologi pendidikan ini maka
sudah pasti dapat memberikan pengajaran yang sesuai dengan usia anak didiknya.

 Dapat memberikan, mengukur, dan menerangkan perubahan dalam tingkah laku serta
kemampuannya yang sedang berkembang sesuai dengan tingkat usia yang mempunyai ciri

32
– ciri universal, dalam artian yang berlaku bagi anak – anak serta semua usia dan juga
berlaku untuk semua tempat.

 Dengan memahami psikologi pendidikan ini, maka kita dapat mempelajari karakteristik
umum perkembangan peserta didik, baik secara fisik, kognitif, maupun psikososial dalam
segala aspek pendidikan anak atau individu tersebut.

 Dengan memahami psikologi perkembangan ini, anda dapat mempelajari perbedaan –


perbedaan yang bersifat pribadi pada tahapan, fase, atau pada masa perkembangan tertentu.

 Dengan memahami dan menerapkan psikologi pendidikan ini, maka kita dapat mempelajari
tingkah laku seorang anak atau seorang individu pada lingkungan tertentu yang
menimbulkan reaksi yang berbeda pula satu dengan yang lainnya.

 Dengan adanya psikologi perkembangan ini, maka kita dapat mempelajari penyimpangan
tingkah laku yang dialami oleh seseoranh seperti kenakalan, kelainan – kelaianan, dan juga
fungsional inteleknya.

 Memungkinkan bukan hanya pengajar saja yang bisa memberiakn cara atau metode
pengajaran yang tepat sesuai usianya, namun juga orang tua juga dapat berperan penting
dalam hal ini.

 Dengan memahami psikologi perkembangan ini, maka diharapkan setiap individu yang
memang masih mengalami perkembangan dapat mencari epdoman yang terbaik baginya,
baik secara psikis maupun mental dan juga dari aspek sosialnya.

 Nah sobat yang terakhir nih, dengan adanya psikologi pendidikan ini dan dengan
menerapkannya di dalam pendidikan, maka diharapkan pengajar maupun orang tua dapat
memberikan cara untuk menghadapi segaala perubahan yang terjadi pda setiap fase
pertumbuhan yang ada pada seseorang.

B. Implikasi Terhadap Program Pembangunan di Indonesia

33
Dalam Dunia pembangunan banyak implikasi yang terjadi berkaitan dengan pembangunan,
berikut saya jabarkan :

 Penyalahgunaan ilmu pssikologi dalam Pendidikan berefek ke sifat dan karakter peserta
didik yang menerima pembelajarannya.
 Penyalahgunaan Pendidikan berefek ke sistem Pendidikan di Indonesia yang berakibat di
masa depan.
 Anak anak yang meerima pembelajaran psikologi Pendidikan yang salah berefek pada
pembangunan dalam negeri di masas sekarang dan masa depan
 Psikologi Pendidikan juga mempengaruhi ilmu wajib dan ilmu umum yang dipelajari
peserta didik di Indonesia di masa depan.
 Pembangunan Indonesia akan merosot seiring berpengaruhnya ilmu itu jika di terapi dalam
pembelajaran di sekolah dan perkuliahan.

C. Analisis dan Pembahasan

1. Buku Utana

Nama buku : Psikologi Pendidikan

Nama pengarang : Sri Milfayeto

Tahun terbit : 2023

2. Buku Pembanding

Nama buku : Pengantar Psikologi Pendiidkan

Nama Pengarang : Dr. Heny Perbowosari, S.Ag., M.Pd


Dr (C). Irjus Indrawan, S.Pd.I., M.Pd.I.
Hadion Wijoyo, S.E., S.H., S.Sos., S.Pd., M.H., M.M., Ak., CA., QWP®
Setyaningsih, S.Ag., M.Si.

34
Tahun Terbit : 2020

35
a) Apapun yang dikemukakan oleh para ahli tentang psikologi pendidikan, dapat disimpulkan
bahwa psikologi pendidikan adalah cabang dari psikologi yang dalam penguraian dan
penelitiannya lebih menekankan pada sebuah pertumbuhan dan perkembangan anak, baik fisik
maupun mental, yang sangat erat hubungannya dengan masalah pendidikan terutama yang
mempengaruhi proses dan keberhasilan belajar. b) Uraian kesejarahan yang khusus berkaitan
dengan psikologi pendidikan konon pernah dilakukan alakadarnya oleh beberapa orang ahli seperti
Boring dan Murphi pada tahun 1929 dan Burt pada tahun 1957, tetapi terbatas untuk psikologi
pendidikan yang berkembang diwilayah inggris (David, 1972). Sudah tentu riwayat psikologi
pendidikan yang mereka tulis itu tidak dapat kita jadikan acuan bukan karena keterbatasan wilayah
pengembangan saja, melainkan juga telah kadaluarsanya karya-karya tulis tersebut. c) Menurut
Muhibbin Syah objek psikologi pendidikan itu terbagi 2, yaitu: 1. Siswa, yaitu orang-orang yang
belajar, termasuk pendekatan strategi, faktor dan memengaruhi, dan prestasi yang dicapai.
2. Guru, yaitu orang-orang yang berkewajiban atau bertugas mengajar termasuk metode, model,
strategi dan lain-lain yang berhubungan dengan aktivitas penyajian materi pelajaran. d) Manfaat
mempelajari psikologi pendidikan 1. Untuk Mempelajari Situasi Dalam Proses Pembelajaran
a. Memahami Perbedaan Individu (Peserta Didik) b. Penciptaan Iklim Belajar yang Kondusif di
Dalam Kelas c. Pemilihan Strategi dan Metode Pembelajaran d. Memberikan Bimbingan Kepada
Peserta Didik e. Mengevaluasi Hasil Pembelajaran 2. Untuk Penerapan Prinsip-prinsip Belajar
Mengajar a. Menetapkan Tujuan Pembelajaran b. Penggunaan Media Pembelajaran c. Penyusunan
Jadwal Pelajaran e) Secara garis besar, banyak ahli yang membatasi pokok-pokok bahasan
psikologi pendidikan menjadi tiga macam. 1. Pokok bahasan mengenai “belajar”, yang meliputi
teori-teori, prinsip-prinsip, dan ciri khas perilaku belajar siswa, dan sebagainya. 2. Pokok bahasan
mengenai “proses belajar”, yakni tahapan perbuatan dan peristiwa yang terjadi dalam kegiatan
belajar siswa. 3. Pokok bahasan mengenai “situasi belajar”, yakni suasana dan keadaan
lingkungan baik bersifat fisik maupun nonfisik yang berrhubungan dengan kegiatan belajar siswa.
Sementara itu, Samuel Smith sebagaimana yang dikutip Suryabrata (1984), menetapkan 16 topik
cakupan pembahasan psikologi yang rinciannya sebagai berikut: Pengetahuan tentang psikologi
pendidikan (the science of educational psychology

36
BAB VI
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Psikologi Pendidikan adalah ilmu yang mempelajari tentang perilaku manusia di dalam
dunia pendidikan yang meliputi studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang
berhubungan dengan pendidikan manusia yang tujuannya untuk mengembangkan dan
meningkatkan keefisien di dalam pendidikan. Sedangkan pendidikan adalah proses pertumbuhan
yang berlangsung melalui tindakan-tindakan belajar. Dari dua definisi ini maka jelas fokus dari
psikologi pendidikan adalah proses belajar mengajar. Arthur S. Reber mengatakan bahwa psikologi
pendidikan adalah sebuah subdisiplin ilmu psikologi yang berkaitan dengan teori dan masalah
kependidikan yang berguna dalam hal-hal penerapan prinsip-prinsip belajar dalam kelas,
pengembangan dan pembaharuan kurikulum, ujian dan evaluasi bakat dan kemampuan, sosialisasi
proses-proses dan interaksi proses-proses tersebut dengan pendayagunaan ranah kognitif, dan
penyenggaraan pendidikan keguruan. Gloverdan Ronning (dalam Online) psikologi pendidikan
sebagai penerapan ilmu dan metode-metode psikologi untuk studi perkembangan, belajar, motivasi
belajar, pengajaran assesmen dan aspek-aspek psikologi lainnya yang berkaitan dengan isu-isu yang
berpengaruh dan berinteraksi dengan proses belajar dan pembelajaran. Pendidikan sebagai suatu
proses perubahan tingkah laku, tidak akan mungkin dapat dilepaskan dari psikologi. Karena dalam
pendidikan berhubungan erat dengan manusia. Jika kita membicarakan tentang manusia, maka akan
banyak ilmu pengetahuan yang muncul berkaitan dengan eksistensi manusia.Banyak pengertian
psikologi yang dikemukan para ahli yang masing-masing menekankan pada sudut pandang
tersendiri.

B. Saran

Kematangan pembelajaran memberikan manfaat yang begitu besar dalam proses belajar dan
mengajar, oleh karena itu materi ini sangat penting bagi seorang calon pendidik yang akan

37
mendidik murid/peserta didik di masa yang akan dating.terutama mengetahui bagaimana cara otak
bekerja dalam system proses pembelajaran.

38
DAFTAR PUSTAKA

AbdulMufid.PsikologiPendidikan.digilib.uinsby.ac.id.2015AchmadJuntikaNurihsadaMubiarAgusti
n,Dinmika Perkembangan Anak dan Remaja Tinjauan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan
(Bandung:PT Refika Aditama, Azwar, Saifuddin, Pengantar Psikologi Inteligensi, Edisi Pertama,
(Yogyakarya : Pustaka Pelajar, 1996) Andi Mappiare, Psikologi Remaja, (Surabaya: Usaha
Nasional, 2000) Anggini Sudono, Pedoman Pendidikan Prasekolah, (Jakarta: Gramedia
Widiasarana Indonesia, 1991 Burhanudin Salam, Pengantar Filsafat, Jakarta: Bina Aksara, 1988
Cahyono, C.H & Suparyo, W. Tahap-tahap Perkembangan Moral. (Malang: IKIP Malang, 1985
Diana Mutiah, Psikologi Bermain, Anak Usia Dini, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group,
2010 Desmita, Psikologi Perkembangan Peserta Didik, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011) D. Marimba, Pengantar Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: AlMa’arif, 1989
Doni Koesoema A. Pendidikan Karakter: Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern. (Jakarta:
Grasindo, 2007 Endang Saifuddin Anshari, Ilmu, Filsafat, dan Agama, Surabaya: Bina Ilmu,
1987, Erik H. Erikson, Childood and Society, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2010 Fakhrudin,
Asep Umar, Mendidik Anak Menjadi Unggulan, (Yogyakarta: Manika Books, 2010 Gunarsa , S.D.
dan Singgih D.G., Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, (Jakarta: BPK Gunung Mulia)
Harry Hamersma, Pintu Masuk Ke Dunia Filsafat, Yogyakarta: Kanisius, 1988 Hasbullah.
Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan: Raja Wali Press. Jakarta.2005 Rita Eka Izzaty dkk, Perkembangan
Peserta Didik, (Yogyakarta: UNY Press, 2008 Rosyada, Dede. 2013. Paradigma Pendidikan
Demokratis, Sebuah Model PelibatanMasyarakat dalam Pendidikan. Jakarta: Prenada Media
Romlah, Psikologi Pendidikan, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, 2010
Ramayulis, Ilmu Pendidikan Islam, Cet. II, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002

iv

You might also like