You are on page 1of 19

Laporan Praktikum Teknik Penyehatan Lingkungan Industri

Installasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) – Suwung

Oleh :
Md. Arif Sukmawan (0811205001)
Nur Arifin (0811205013)

Jurusan Teknologi Industri Pertanian


Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Udayana
2011
Bab I
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi
kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum dan
berperan juga sebagai faktor utama pembangunan. Untuk itu air perlu dilindungi agar dapat
tetap bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahluk hidup lainnya.
Pengertian tersebut menunjukkan bahwa air memiliki peran yang sangat strategis dan harus
tetap tersedia dan lestari, sehingga mampu mendukung kehidupan dan pelaksanaan
pembangunan di masa kini maupun di masa mendatang.
Kawasan Perkotaan yang dicirikan dengan tingkat pembangunan yang pesat dan
pertumbuhan penduduk yang tinggi, air bersih merupakan barang yang langka dan mahal.
Karena selain disebabkan oleh semakin tingginya kebutuhan akan air, juga terjadi penurunan
kualitas dan kuantitas air. Penggunaan air di Kawasan Perkotaan antara lain adalah untuk air
minum (permukiman), industri, usaha perkotaan (perdagangan/pertokoan), transportasi dan
lainnya. Melihat besarnya peran dan fungsi air bersih serta untuk mengantisipasi semakin
tingginya kebutuhan air khususnya air bersih di Kawasan Perkotaan, maka perencanaan
sistem air bersih harus mandapat perhatian yang serius. Karena perencanaan sistem air bersih
merupakan salah satu faktor utama dalam pemenuhan kebutuhan air bersih di Kawasan
Perkotaan. Pada saat ini dipastikan kinerja pelayanan air bersih di Kawasan Perkotaan masih
sangat kurang terutama di kota metropolitan, kota besar, kota sedang dan kota kecil. Sebagai
contoh pelanggan air minum perkotaan di Indonesia baru mampu dilayani sebanyak 50%
kebutuhan air bersih penduduk Indonesia. Kebutuhan air bersih di kota Denpasar sendiri
masih dilayani oleh PDAM kota Denpasar dengan persentase 64,82 %.
Air limbah dapat berasal dari rumah penduduk (limbah domestik) dan limbah dari
kegiatan lain seperti pasar, pariwisata, dan lain-lain (limbah non domestik). Volume limbah
cair sangat berhubungan dengan kepadatan dan jenis kegiatan penduduk. Selama ini limbah
domestik tidak dianggap sebagai penyebab tercemarnya lingkungan. Ini juga diindikasikan
oleh tercemarnya sungai-sungai dan sumur oleh minyak-lemak. Masih banyaknya penduduk
yang menggunakan sumur gali sebagai sumber air minum, maka syarat kesehatan seperti
jarak sumur dengan jamban minimal 10 meter, harus dipenuhi, namun hal ini semakin sulit
dipenuhi karena kepadatan penduduk semakin tinggi dan apalagi bila terjadi di daerah pesisir
yang tanahnya bersifat porous.
DSDP (Denpasar Sewerage Development Project) adalah proyek sanitasi yang
dikerjakan oleh Pemerintah Kabupaten Badung, Kota Denpasar dan Provinsi Bali dengan
bantuan pinjaman lunak dari Jepan melalui JICA. Menurut Menteri Pekerjaan Umum,Djoko
Kirmanto, Sistem Perpipaan Air Limbah Denpasar (DSDP) adalah proyek pembangunan
sistem perpipaan air limbah terpusat yang pada tahap pertama mencakup kawasan Kota
Denpasar dan Kabupaten Badung dan dapat melayani 160.000 jiwa. Pembangunan DSDP
dilatarbelakangi kenyataan akan tingginya pencemaran perairan Teluk Benoa, yang kemudian
ditindaklanjuti dengan studi masterplan Japan International Corrporation Association (JICA)
yang dilaksanakan pada 1991-1992. Pelaksanaan proyek yang diresmikan tersebut merupakan
tahap pertama dari tiga tahap yang direncanakan. Kegiatannya meliputi pembangunan
jaringan pipa air limbah sepanjang 129 km meliputi jaringan pipa induk, sekunder, tersier dan
lateral, serta pembangunan IPAL di Suwung.
Menurut informasi yang saya dapat dari kunjungan ke IPAL, proyek ini adalah
sebagai bagian dari upaya penyelamatan lingkungan Bali dari kerusakan khususnya
penurunan kualitas air. Dalam hal ini akibat pembuangan air limbah secara sembrono oleh
masyarakat dan pengusaha. Bukan rahasia umum lagi kalau banyak pihak pengusaha hotel
membuang limbah langsung ke pantai tanpa melalui proses pengolahan terlebih dahulu.
Diharapkan IPAL Suwung akan membantu mengurangi berbagai akibat pencemaran oleh air
limbah tersebut. IPAL Suwung diproyeksikan akan melayani daerah Kota Denpasar serta dua
daerah wisata utama yakni Sanur dan Kuta. Tentu hal ini akan meringankan beban para
pengusaha hotel yang selama ini tidak mempunyai IPAL ( Instalasi Pengolahan Air Limbah ).

1.2 Tujuan
Tujuan diadakan kunjungan ke IPAL-Suwung :
• Mengetahui proses penanganan limbah cair di IPAL Suwung.
• Mengetahui proses instalasi saluran pipa limbah cair di Sanur – Denpasar – Kuta -
Seminyak.

1.3 Metode
Dalam praktikum ini, untuk mengumpulkan data di gunakan metode survey yaitu
dengan mendatangi langsung tempat Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Suwung dan
wawancara dengan pengelola IPAL Suwung yang terkait.
Bab II
Tinjauan Pustaka

2.1 Limbah Secara Umum


Seiring dengan bertambahnya jumlah manusia yang ada di bumi, maka semakin
banyak pula kebutuhan yang harus dipenuhi. Akibat dari semakin bertambahnya tingkat
konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula buangan/limbah yang
dihasilkan. Industri selain menghasilkan produk juga menghasilkan limbah. Kita sering
mendengar kata limbah dalam kehidupan sehari-hari. Limbah menurut kamus besar bahasa
Indonesia memiliki arti :
1. Sisa proses produksi,
2. bahan yang tidak mempu-nyai nilai/tidak berharga untuk maksud biasa atau utama dalam
pembuatan/pemakaian,
3. barang cacat/rusak dalam proses produksi.
Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik industri
maupun domestik (rumah tangga, yang lebih dikenal sebagai sampah), yang kehadirannya
pada suatu saat dan tempat tertentu tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai
ekonomis. Jenis limbah pada dasarnya memiliki dua bentuk yang umum yaitu; padat dan cair,
sedangkan yang berbentuk gas umumnya dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil.
Berdasarkan karakteristiknya, limbah dapat digolongkan menjadi 4 macam, yaitu :
1. Limbah cair
2. Limbah padat
3. Limbah gas dan partikel
4. Limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun)

2.2. Limbah Cair


Limbah cair menurut Kamus Besar bahasa Indonesia memiliki pengertian air yang
membawa sampah (limbah) dari rumah, bisnis & industry. Limbah cair adalah sisa dari suatu
hasil usaha atau kegiatan yang berwujud cair (PP 82 thn 2001). Jenis-jenis limbah cair dapat
digolongkan berdasarkan pada :
1. Sifat Fisika dan Sifat Agregat . Keasaman sebagai salah satu contoh sifat limbah dapat
diukur dengan menggunakan metoda Titrimetrik
2. Parameter Logam, contohnya Arsenik (As) dengan metoda SSA
3. Anorganik non Metalik contohnya Amonia (NH3-N) dengan metoda Biru Indofenol
4. Agregat contohnya Biological Oxygen Demand (BOD Organik)
5. Mikroorganisme contohnya E Coli dengan metoda MPN
6. Sifat Khusus contohnya Asam Borat (H3 BO3) dengan metoda Titrimetrik
7. Air Laut contohnya Tembaga (Cu) dengan metoda SPR-IDA-SSA

2.3. Sumber-sumber Limbah Cair


Setiap kegiatan manusia menghasilkan limbah. Limbah cair biasanya berasal dari
tempat-tempat yang pemakaian airnya tinggi. Air limbah berasal dari dua jenis sumber yaitu
air limbah rumah tangga dan air limbah industri. Secara umum didalam limbah rumah tangga
tidak terkandung zat-zat berbahaya, sedangkan didalam limbah industri harus dibedakan
antara limbah yang mengandung zat-zat yang berbahaya dan yang tidak. Untuk yang
mengandung zat-zat yang berbahaya harus dilakukan penanganan khusus tahap awal
sehingga kandungannya bisa di minimalisasi terlebih dahulu sebelum dialirkan ke sewage
plant, karena zat-zat berbahaya itu bisa memetikan fungsi mikro organisme yang berfungsi
menguraikan senyawa-senyawa di dalam air limbah. Sebagian zat-zat berbahaya bahkan
kalau dialirkan ke sawage plant hanya melewatinya tanpa terjadi perubahan yang berarti,
misalnya logam berat. Penanganan limbah industri tahap awal ini biasanya dilakukan secara
kimiawin dengan menambahkan zat-zat kimia yang bisa mengeliminasi zat-zat yang
berbahaya

2.3.1 Limbah cair industri


Industri umumya menghasilkan limbah cair yang mengandung zat-zat kimia
berbahaya, logam berat, serta bahan-bahan organik lainnya. Misalnya pada industri
penyamakan kulit, industri ini menghasian limbah krom, sulfida, ammonia, serta minyak dan
lemak. Setiap industri memiliki limbah cair yang berbeda.Alam memiliki system alamia
untuk menetralisir pencemaran yang terjadi pada perairan. Tetapi jika melampaui
kemampuan yang dimiliki peraran akan tercemar karena itu pengawasan dan pengendalian
baku mutu air harus dilksanakan agar tidak mencemari lingungan, biasanya menyangkut
BOD, TSS, dan COD.

2.3.2 Limbah domestik


Limbah domestik adalah air yang telah dipergunakan yang berasal dari rumah tangga
atau pemukiman termasuk didalamnya air buangan yang berasal dari WC, kamar mandi,
tempat cuci, dan tempat memasak.

2.4 Efek Buruk Limbah Cair


Sesuai dengan batasan air limbah yang merupakan benda sisa, maka sudah barang
tentu bahwa air limbah merupakan benda yang sudah tidak dipergunakan lagi. Akan tetapi
tidak berarti bahwa air limbah tersebut tidak perlu dilakukan pengelolaan, karena apabila
limbah tersebut tidak dikelola secara baik akan dapat menimbulkan gangguan, baik terhadap
lingkungan maupun terhadap kehidupan yang ada.

2.4.1 Gangguan terhadap kesehatan


Air limbah sangat berbahaya terhadap kesehatan manusia mengingat bahwa banyak
penyakit yang dapat ditularkan melalui air limbah. Air limbah ini ada yang hanya berfungsi
sebagai media pembawa saja seperti penyakit kolera, radang usus, hepatitis infektiosa, serta
schitosomiasis. Selain sebagai pembawa penyakit di dalam air limbah itu sendiri banyak
terdapat bakteri patogen penyebab penyakit seperti:
1. Virus, menyebabkan penyakit polio myelitis dan hepatitis. Secara pasti modus
penularannya masih belum diketahui dan banyak terdapat pada air hasil pengolahan
(effluent) pengolahan air.
2. Vibrio Cholera, menyebabkan penyakit kolera asiatika dengan penyebaran melalui air
limbah yang telah tercemar oleh kotoran manusia yang mengandung vibrio cholera.
3. Salmonella Typhosa a dan Salmonella Typhosa b., merupakan penyebab typhus
abdomonalis dan para typhus yang banyak terdapat di dalam air limbah bila terjadi
wabah. Prinsip penularannya adalah melalui air dan makanan yang telah tercemar
oleh kotoran manusia yang banyak berpenyakit typhus.
4. Salmonella Spp, dapat menyebabkan keracunan makanan dan jenis bakteri banyak
terdapat pada air hasil pengolahan.
5. Shigella Spp, adalah penyebab disentri bacsillair dan banyak terdapat pada air yang
tercemar. Adapun cara penularannya adalah melalui kontak langsung dengan kotoran
manusia maupun perantaraan makanan, lalat dan tanah.
6. Basillus Antraksis, adalah penyebab penyakit antrhak, terdapat pada air limbah dan
sporanya tahan terhadap pengolahan.
7. 7 Brusella Spp, adalah penyebab penyakit brusellosis, demam malta serta
menyebabkan keguguran (aborsi) pada domba.
8. 8 Mycobacterium Tuberculosa, adalah penyebab penyakit tuberculosis dan terutama
terdapat pada air limbah yang berasal dari sanatorium.
9. Leptospira, adalah penyebab penyakit weii dengan penularan utama berasal dari tikus
selokan .
10. Entamuba Histolitika, dapat menyebabkan penyakit amuba disentri dengan
penyebaran melalui Lumpur yang mengandung kista.
11. Schistosoma Spp, penyebab penyakit schistosomiasis, akan tetapi dapat dimatikan
pada saat melewati pengolahan air limbah.
12. Taenia Spp, adalah penyebab penyakit cacing pita, dengan kondisi yang sangat tahan
terhadap cuaca.
13. Ascaris Spp. Enterobius Spp, menyebabkan penyakit cacingan dan banyak terdapat
pada air hasil pengolahan dan Lumpur serta sangat berbahaya terhadap kesehatan
manusia.
Selain sebagai pembawa dan kandungan kuman penyakit maka air limbah juga dapat
mengandung bahan-bahan beracun, penyebab iritasi, bau dan bahkan suhu yang tinggi serta
bahan-bahan lainnya yang mudah terbakar. Keadaan demikian ini sangat dipengaruhi oleh
sumber asal air limbah. Kasus yang terjadi di Teluk Minamata pada tahun 1953 adalah
contoh yang nyata di mana para nelayan dan keluarganya mengalami gejala penyempitan
ruang pandang, kelumpuhan, kulit terasa menebal dan bahkan dapat menyebabkan kematian.
Kejadian yang demikian adalah sebagai akibat termakannya ikan oleh nelayan, sedangkan
ikan tersebut telah mengandung air raksa sebagai akibat termakannya kandungan air raksa
yang ada di dalam teluk. Air raksa ini berasal dari air limbah yang tercemar oleh adanya
pabrik yang menghasilkan air raksa pada buangan limbanya. Selain air raksa masih banyak
lagi racun lainnya yang dapat membahayakan kesehatan manusia antara lain:
1. Timah Hitam, apabila manusia terpapar oleh timah hitam, maka orang tersebut dapat
terserang penyakit anemia, kerusakan fungsi otak, serta kerusakan pada ginjal.
2. Krom, dengan senyawa bervalensi tujuh lebih berbayaha bila dibandingkan dengan
krom yang bervalensi tiga. Apabila terpapar oleh krom ini dapat menyebabkan
kanker pada kulit dan saluran pencernaan.
3. Sianida, senyawa ini sangat beracun terhadap manusia karena dalam jumlah yang
sangat kecil sudah dapat menimbulkan keracunan dan merusak organ hati.

2.4.2 Gangguan terhadap kehidupan biotik


Dengan banyaknya zat pencemar yang ada di dalam air limbah, maka akan
menyebabkan menurunnya kadar oksigen yang terlarut di dalam air limbah. Dengan demikian
akan menyebabkan kehidupan di dalam air yang membutuhkan oksigen akan terganggu,
dalam hal ini akan mengurangi perkembangannya. Selain kematian kehidupan di dalam air
disebabkan karena kurangnya oksigen di dalam air dapat juga karena adanya zat beracun
yang berada di dalam air limbah tersebut.
Selain matinya ikan dan bakteri-bakteri di dalam air juga dapat menimbulkan
kerusakan pada tanaman atau tumbuhan air. Sebagai akibat matinya bakteri-bakteri, maka
proses penjernihan sendiri yang seharusnya bisa terjadi pada air limbah menjadi terhambat.
Sebagai akibat selanjutnya adalah air limbah akan sulit untuk diuraikan. Selain bahan-bahan
kimiayang dapat mengganggu kehidupan di dalam air, maka kehidupan di dalam air juga
dapat terganggu dengan adanya pengaruh fisik seperti adanya tempertur tinggi yang
dikeluarkan oleh industri yang memerlukan proses pendinginan. Panasnya air limbah dapat
mematikan semua organisme apabila tidak dilakukan pendinginan terlebih dahulu sebelum
dibuang ke dalam saluran air limbah.

2.4.3 Gangguan terhadap keindahan


Dengan semakin banyaknya zat organic yang dibuang oleh perusahaan yang
memproduksi bahan organik seperti tapioka, maka setiap hari akan dihasilkan air limbah
yang berupa bahan-bahan organic dalam jumlah yang sangat besar. Ampas yang berasal dari
pabrik ini perlu dilakukan pengendapan terlebih dahulu sebelum dibuang ke saluran air
limbah, akan tetapi memerlukan waktu yang sangat lama. Selama waktu tersebut maka air
limbah mengalami proses pembusukan dari zat organik yang ada didalamnya. Sebagai akibat
selanjutnya adalah timbulnya bau hasil pengurangan dari zat organik yang sangat menusuk
hidung.

2.5 Pengolahan Limbah Cair

2.5.1 Tujuan pengolahan limbah cair


Secara umum pengolahan limbah cair memiliki tujuan-tujuan berikut:
1. Menyisihkan material yang tersuspensi & mengapung di dalam air
2. Menyisihkan material organik yang dapat terdegradasi secara biologis
3. Menghilangkan organisme patogen
4. Menyisihkan nitrogen & phosfor
5. Menghilangkan senyawa toxic

2.5.2 Sistem pengolahan limbah cair


1. Sistem terpusat
Sistem terpusat adalah system pengolahan limbah cair dimana limbah cair
dikumpulkan dahulu dari sumber limbah di suatu tempat dimana terdapat fasilitas
pengolahan limbah tersebut. Misalnya IPAL, limbah rumah tangga dikumpulkan
melalui system sewer kemudian dialirkan ke fasilitas pengolahan air bersih di
Suwung.
2. Sistem setempat
Dimana pengolahan limbah dilakukan ditempat limbah cair itu diproduksi. misalnya
suatu pabrik memiliki fasilitas untuk mengurangi tingkat pencemarannya

2.5.3. Teknologi pengolahan limbah cair


Pada pengolahan limbah konvensional yang lebih banyak menggunakan bakteri aerob
yang memang terdapat di dalam limbah itu sendiri aerasi mutlak diperlakukan agar proses
penjernihan lebih efektif dan efisien. Secara umum, aerasi merupakan proses yang bertujuan
untuk meningkatkan kontak antara udara dengan air. Pada prakteknya, proses aerasi terutama
bertujuan untuk meningkatkan konsentrasi oksigen di dalam air limbah. Peningkatan
konsentras oksigen di dalam air ini akan memberikan berbagai manfaat dalam pengolahan
limbah. Metode pengolahan air limbah dilakukan sesuai dengan karakteristik pencemar yang
terkandung di dalamnya. Terdapat tiga proses dasar yang digunakan dalam pengolahan air
limbah, yaitu proses fisika, kimia, dan biologi.
• Proses Fisika
Proses fisika digunakan untuk menyisihkan polutan yang berupa solid (padatan).
Proses ini melibatkan fenomena fisik seperti pengendapan maupun pengapungan.
Penyisihan padatan memanfaatkan berat jenis padatan. Jika berat jenisnya lebih besar
dari air, maka proses penyisihannya dilakukan melalui pengendapan. Sebaliknya, jika
berat jenisnya lebih rendah dari air, proses penyisihan dilakukan melalui proses
pengapungan.
• Proses Kimia
Dalam proses kimia, pengolahan limbah dilakukan dengan cara menambahkan bahan-
bahan kimia tertentu ke dalam air limbah untuk menggabungkan atau mengikat
partikel-partikel sehingga akhirnya memiliki massa yang lebih besar . Partikel
gabungan ini biasa disebut flok. Flok yang terbentuk kemudian disisihkan dari dalam
air limbah melalui proses pengendapan.
• Proses Biologi
Pengolahan air limbah dengan proses biologi memanfaatkan mikroorganisme untuk
mengkonsumsi polutan-polutan yang berupa zat organik. Zat-zat organik ini
merupakan makanan bagi mikroorganisme yang diperlukan untuk pertumbuhan. Jenis
pengolahan secara biologi dapat dibedakan berdasarkan cara mikroorganisme tumbuh
di dalam unit pengolahan limbah. Cara tumbuh mikroorganisme dapat secara melekat
(attached growth) maupun tersuspensi (suspended growth). Mikroorganisme yang
tumbuh secara melekat akan membutuhkan media sebagai tempat menempel. Media-
media yang ditumbuhi mikroba tersebut nantinya akan berfungsi sebagai filter untuk
menyaring polutan dari dalam air limbah. Proses aerasi sangat penting terutama pada
pengolahan limbah yang proses pengolahan biologinya memanfaatkan bakteri aerob.
Bakteri aerob adalah kelompok bakteri yang mutlak memerlukan oksigen bebas untuk
proses metabolismenya. Dengan tersedianya oksigen yang mencukupi selama proses
biologi, maka bakteri-bakteri tersebut dapat bekerja dengan optimal. Hal ini akan
bermanfaat dalam penurunan konsentrasi zat organik di dalam air limbah. Selain
diperlukan untuk proses metabolisme bakteri aerob, kehadiran oksigen juga
bermanfaat untuk proses oksidasi senyawa-senyawa kimia di dalam air limbah serta
untuk menghilangkan bau. Aerasi dapat dilakukan secara alami, difusi, maupun
mekanik. Aerasi alami merupakan kontak antara air dan udara yang terjadi karena
pergerakan air secara alami. Beberapa metode yang cukup populer digunakan untuk
meningkatkan aerasi alami antara lain menggunakan cascade aerator, waterfalls,
maupun cone tray aerator. Pada aerasi secara difusi, sejumlah udara dialirkan ke
dalam air limbah melalui diffuser. Udara yang masuk ke dalam air limbah nantinya
akan berbentuk gelembung-gelembung (bubbles). Gelembung yang terbentuk dapat
berupa gelembung halus (fine bubbles) atau kasar (coarse bubbles). Hal ini tergantung
dari jenis diffuser yang digunakan. Aerasi secara mekanik atau dikenal juga dengan
istilah mechanical agitation menggunakan proses pengadukan dengan suatu alat
sehingga memungkinkan terjadinya kontak antara air dengan udara.

2.6 Instalasi Pengolahan Air Iimbah-Suwung


Instalasi Pengolahan air limbah (IPAL) merupakan salah satu bagian dari proyek
DSDP (Denpasar Sewerage Development Project) untuk mengatasi sanitasi air yang terdapat
di kabupaten denpasar dan Badung. Mengingat bahwa pengelolaan air limbah yang terdapat
di daerah perkotaan tersebut belum memadai serta semakin meningkatnya pencemaran air
dan menurunnya kualitas air yang terdapat didaerah perkotaan. Diharapkan kedepannya
pengolahan air limbah ini dapat mengurangi pencemaran air limbah yang dihasilkan terutama
dari sektor pariwisata di wilayah sanur-denpasar-kuta.
Proyek ini diharapkan dapat melayani cakupan area seluas 1.199 ha (yang meliputi
Denpasar 502 ha, Sanur 331 ha, dan Kuta 348 ha). Adapun masyrakat yang dapat terlayani
diperkirakan berjumlah 103.200 jiwa, melalui pekerjaan yang akan dilaksanakan berupa :
• Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan kapasitas pengolahan 51.000
m3/hari.
• Jaringan pipa air limbah (diameter 200-1200 mm) dengan panjang total 131.120 km.
• Rumah pompa di Sanur & Kuta
• Sambungan Rumah (SR) sebanyak 10.000 unit.
Bab III
Hasil & Pembahasan

3.1 Sistem Penyaluran Air Limbah


Sistim Sanitasi Denpasar-Kuta-Sanur direncanakan mulai tahun 1992 dengan
menyusun Masterplan. Kemudian Deteil design disiapkan pada tahun 1996 sampai 1997.
Pelaksanaan konstruksi mengalami beberapa kelambatan karena berbagai hal termasuk
kendala pembebasan tanah. Akhirnya pada tahun 2002, konstruksi pembangunan sistem
dimulai setelah proses tender yang cukup makan waktu karena harus tender internasional.
Pelaksanaan konstruksi dilakukan kontraktor Jepang yang bermitra dengan kontraktor
Indonesia. Sistim sanitasi Denpasar-Sanur Kuta (DSK) akan melayani wilayah di kota
Denpasar, Sanur dan Kuta, karena itu sistimya terdiri dari sistim jaringan perpipaan
pengumpul, (collection), pipa pembawa (transmision) dan instalasi pengolahan air limbah
(waste treatment) .
Sistim transmisi dilengkapi dengan pompa untuk menaikkan ketinggian air ke IPAL.
Pipa pengumpul tersambung dengan bangunan rumah atau bangunan lain seperi restoran dan
hotel. Hingga saat ini sudah tersambung sebanyak kurang lebih 6.000 unit sambungan.
Sistem pengumpul terdapat di lokasi pelayanan yaitu Denpasar, Sanur dan Kuta. Untuk
membawa limbah dari tiga daerah pelayanan ke unit pengolahan, dirancang pipa pembawa
yang diameter terbesarnya sampai 1,2 meter. Pipa-pipa itu sebagian besar ditanam dibawah
jalan. Pemasangan pipa dengan diameter yang cukup besar itu memerlukan pelaksanaan yang
tidak sederhana karena berada di jalan raya yang cukup sibuk. Pemasangan pipa yang semula
direncanakan dengan sistim galian “open trench”, akhirnya dirubah oleh kontraktor pelaksana
menjadi menggunakan sistim “pipe jacking”. Dengan sistim “open trench”, tanah digali, lalu
kemudian pipa dipasang di galian yang sudah disiapkan. Sistim open trench inilah yang
berpotensi mengganggu lalu lintas, karena galian pipa pembawa berdiameter cukup besar
dengan kedalaman sekitar 1,5 meter sampai 4 meter. Membuat galian yang demikian di
tengah jalan dengan lalu lintas padat, membutuhkan ruang cukup luas, yang pada akhirnya
akan memacetkan lalu lintas. Dengan pertimbangan itulah, akhirnya, kontraktor merubah
dengan sistim “pipe jacking”.
Dengan “pipe jacking”, pipa didorong di dalam tanah dari satu lubang (shaft) ke shaft
lainnya yang berjarak kurang lebih 150 meter. Pekerjaan ini hanya membutuhkan area yang
relatif kecil di dua shaft. Dengan demikian, resiko kemacetan lalu lintas bisa dikurangi. Akan
tetapi biaya konstruski sistim ini lebih mahal dari biaya konstruksi sistim “open trench”.
pengolahan limbah di yang digunakan adalah “aerated lagoon”. Waste treatment dengan
metode areated lagoon sebenanrnya adalah teknologi yang sudah cukup lama. Sistem ini
dipilih karena biaya operasionalnya termasuk yang termurah dibanding sistem lain. Aerated
lagoon, membutuhkan lahan yang cukup luas, karena ia merupakan kolam oksidasi dan
kolam pengendapan. Itulah sebabnya IPAL DSK membutuhkan lahan seluar kurang lebih 10
hektar di kawasan hutan mangrove Suwung.
Keseluruhan sistem sanitasi DSK yang diresmikan oleh Presiden SBY bulan Juni
2008, menghabiskan biaya kurang lebih 500 milyar rupiah. Biaya ini ditanggung bersama
antara Pemerintah Kota Denpasar, Kabupaten badung, Propinsi Bali, Pemerintah Pusat dan
masyarakat pelanggan. Jumlah pelanggan yang sudah mencapai 6000 unit, masih belum
membayar biaya bulanan. Tahun 2009, pelanggan akan ditagih secara rutin. Sistem air limbah
DSK direncanakan akan melayani 150.000 sampai 200.000 penduduk di ketiga wilayah.
Instalasi ini diresmikan oleh Presiden SBY sekitar bulan Juni 2008 yang lalu. Dari segi
sistem, Sanitasi Denpasar diharapkan menjadi sistim sanitasi perpipaan yang terdepan di
Indonesia. Hal ini disebabkan sistem pendukung yang termasuk bagus.

Gambar 1. Sistem penyaluran air limbah

3.2 Jaringan Pipa Air Limbah


Air limbah dari WC, kamar mandi, dan dapur disalurkan melalui pipa yang
dihubungkan dengan jaringan pipa air limbah menuju IPAL. Penggalian dan pemasangan
pipa air limbah mempergunakan metode yang sudah memperhitungkan segala aspek yang
berhubungan dengan keamanan dan ketidaknyamanan, sehingga gangguan yang mungkin
ditimbulkan selama pelaksanaan pemasangan pipa dapat ditekan seminimal mungkin. Berikut
adalah beberapa metode yang diterapkan dalam konstruksi pemasangan air limbah yaitu :
• Sistem galian terbuka tanpa turap penahan.
• Sistem galian terbuka dengan turap kayu/baja/sheeting plate.
• Sistem “Jacking” yang digunakan untuk perlintasan sungai, jalan yang padat lalu
lintasnya dan galian yang dalam.
Pada pelaksanaan konstruksi diterapkan metode Clean Construction yaitu tanah bekas
galian langsung dimuat ke dalam truck diangkut menuju stock yard (tempat penampung).

Gambar 2. Penggalian dengan excavator dan Gambar 3. Pemasangan pipa tanpa


langsung dimuat ke dalam truck turap

Gambar 4. Pemasangan pipa dengan turap Gambar 5. Pemasangan pipa dengan


(Sheeting Plate) sistem jacking

Setelah pipa terpasang, jalan yang telah digali dikembalikan dan diaspal lagi seperti
semula (seperti kondisi sebelum digali). Pengaturan lalu lintas sangat penting dalam proyek
ini mengingat pemasangan pipa dilakukan di jalan yang umumnya padat lalu lintas.
Pengaturan arus lalu lintas dilakukan melalui kerjasama dengan Dinas Perhubungan/DLLAJ,
Kepolisian dan bahkan dengan anggota masyarakat. Pada pengaturan ini disiapkan beberapa
fasilitas kelengkapan seperti papan peringatan lalu lintas (sign board), pembatas area kerja
yang terbuat dari seng (fence), plastic cone, lampu putar dll.

3.3 SAMBUNGAN RUMAH


Sambungan Rumah meliputi jaringan perpipaan yang akan menyalurkan air limbah
dari Kamar Mandi, WC, Tempat Cuci, Dapur dll menuju House Inlet (bak kontrol) yang
dibangun di halaman depan rumah pelanggan. Dari House Inlet ini, air limbah kemudian
dihubungkan / disalurkan dengan pipa PVC ke pipa sewer yang ada di jalan.
Berikut adalah skema instalasi pengolahan air limbah

Gambar 6. Skema Instalasi Pipa Air Limbah Rumah


Berikut adalah penjelasannya :
1. Air Limbah Rumah Tangga
Air limbah rumah tangga yang dihasilkan dari WC, dapur, dll akan disambungkan ke
IPAL-Suwung untuk diolah menjadi air yang lebih bersih dari sebelumnya.

Gambar 7. Sumber limbah rumah tangga


2. Bak Kontrol Limbah (House Inlet)
Air limbah dari rumah ditampung pada bak kontrol limbah ini yang dibuat pada area
sekitar rumah yaitu halaman rumah tersebut. House inlet juga berfungsi sebagai bak
kontrol bagi pemeliharaan air limbah dari pelanggan, sehingga memudahkan IPAL
apabila terjadi sumbatan atau masalah lainnya untuk memperbaikinya.
Gambar 8. Bak kontrol limbah (House Inlet)
3. Lateral Sewer
Air limbah yang ditampung pada bak kontrol limbah kemudian disalurkan pada pipa
sewer yang berada di jalan untuk kemudian disalurkan ke IPAL-Suwung untuk
selanjutnya diolah.

Gambar 9. Lateral Sewer


4. Main Hole
Main hole adalah lubang yang berada di area jalan pada pipa yang tersambung ke
IPAL. Dimana berfungsi sebagai bak kontrol untuk sambungan air limbah dari rumah
ke IPAL-Suwung.

Gambar 10. Main Hole

3.4 Sistem Pengolahan Air Limbah


Air limbah yang dihasilkan rumah tangga, perhotelan, rumah makan, dan tempat-
tempat lainnya di Denpasar, Badung, Legian, dan Tabanan, disalurkan melalui pipa
ke pumping station (rumah pompa) yang berada beberapa lokasi seperti di Kuta (Kuta
Pumping Station) dan Sanur (Sanur pumping Station) dan berakhir ke IPAL DSDP Suwung.
Sistem pengolahan air limbah DSDP ini menggunakan sistem kolam aerasi dan kolam
sedimentasi. Di IPAL DSDP terdapat 2 buah kolam aerasi dan 2 buah kolam sedimentasi.
Masing masing kolam memilkikai kedalaman 4 meter.
Sistem aerasi digunakan dengan maksud untuk mengurangi kebutuhan luas lahan dan
meningkatkan proses pengolahan menjadi lebih cepat sekaligus meniadakan bau yang
mungkin timbul akibat proses oksidasi yang tidak sempurna. Kolam juga dilapisi
geomembrane dan geotextile untuk menghindari rembesan air limbah keluar dari kolam.
Sistem ini cukup sederhana sehingga tidak diperlukan tenaga yang ahli dan memiliki
kualifikasi khusus untuk mengoperasikannya. Selain itu investasi dan biaya pemeliharaannya
relatif rendah. Air hasil olahan memiliki BOD kurang dari 30mg/liter, lebih baik dari standar
baku mutu air yaitu 50 mg/liter. Untuk sementara air olahan digunakan untuk penyiraman
taman dan sisnya dibuang kelaut. Kedepannya akan dibangun instalasi untuk mengolahnya
menjadi air minum

3.4.1 Kolam aerasi


Kolam aerasi adalah kolam dimana limbah cair diperkaya dengan oksigen dengan bantuan
aerator. Prinsip kerja aerasi adalah penambahan oksigen ke dalam air, sehingga oksigen
terlarut di dalam air akan semakin tinggi. Aerasi termasuk pengolahan secara fisika, karena
lebih mengutamakan unsur mekanisasi dari pada unsur biologi. Prinsip kerjanya adalah
membuat kontak antara air dan oksigen. Tujuannya mengaktifkan proses aerob pemecahan
senyawa dan penjernihan air oleh bakteri yang memang sudah terdapat dalam limbah cair
tersebut, misalnya bakteri Coli. Terdapat 2 kolam aerasi dengan total 11 aerator.

3.4.2 Kolam sedimentasi


Kolam sedimentasi berfungsi untuk mengendapkan partikel partikel yang telah diproses di
kolam aerasi, Untuk selanjutnya dibuang ke laut

Gambar 12. Kolam Sedimentasi Gambar 11. Kolam Aerasi


Bab IV
Kesimpulan & Saran

4.1 Kesimpulan
• IPAL Suwung merupakan proyek yang berwawasan kedepan, walaupun masih
banyak kendala yang dihadapi seperti masalah pemasangan pipa induk di
wilayah Kuta yang dikhawatirkan akan membuat macet lalu-lintas, meluapnya
saluran ketika hujan deras dan lain-lain adalah masalah yang wajar mengingat
IPAL adalah proyek yang dilaksanakan setelah kota daerah tersebut
berkembang. Maka sudah selayaknya proyek ini dikerjakan sebelum
kondisinya tidak lagi memungkinkan untuk dibangun.
• IPAL dapat mengurangi anggaran biaya kesehatan pemerintah. Karena
perbaikan sistem sanitasi dapat mengurangi kemungkinan terjadinya penyakit
seperti muntaber, keracunan makanan dan lain-lain.
• IPAL masih dapat dikembangkan menjadi instalasi yang lebih kompleks.
Dengan menambahkan fasilitas pengolahan air bersih serta pembangkit tenaga
listrik di IPLTnya. Sehingga potensi-potensi yang selama ini belum
termanfaatkan dapat digunakan untuk kepentingan yang lebih besar.

1.1 Saran
• Sosialisasi akan adanya IPAL perlu ditingkatkan lagi mengingat sanitasi yang
baik akan berpengaruh baik langsung maupun secara tidak langsung kepada
kehidupan manusia.
• Air bersih yang semakin menipis mendorong masyrakat mengeksplorasi
sumber daya secara besar-besaran. Seiring dengan Teknologi diharapkan
IPAL dapat menghasilkan air yang cukup bersih untuk digunakan sehari-hari
seperti mandi, mencuci baju, masak.
Daftar Pustaka

Anonimus. 2011. “pengolahan air limbah”. http://www.disdikgunungkidul.org/index.php?


pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=20. Diakses tabnggal 24 Desember 2011
Anonimus. 2011. “Instalasi Pengolahan Air Limbah”.
http://mydipblog.blogspot.com/2009/06/instalasi-pengolahan-air-limbah-suwung.html.
diakses tanggal 24 Desember 2011

You might also like