You are on page 1of 12

LAPORAN TUGAS KAJIAN DRAMA

Dosen Pengampu:Dr. Hari Sunaryo, M.Si.

Oleh Kelompok 4:

Muhammad Khalip Pranata (202110080311001)


Laela NurSaumi (202110080311006)
Ananta Eka Lillah A (202110080311019)
Lintang Kadwa R (202110080311030)
Kholidatin Jannah (202110080311035)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022/2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas
kasih karunia dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini meskipun
banyak kesulitan dalam membuat makalah ini, namun berkat penyertaan-Nya, penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Sejalannya kurikulum dan materi mata kuliah Kajian Drama, maka mahasiswa ditugaskan
untuk membuat makalah tentang “KESENIAN SANDUR DAERAH BOJONEGORO”.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas belajar tersebut karena makalah ini dapat
memberikan manfaat para pembacanya.

Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu penulis mengharapkan adanya kritik
dan saran yang membangun dari para pembaca. Penulis berharap akan ada yang
mengembangkan makalah ini dimasa yang akan datang.

Malang, 22 November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................4
1.3 Tujuan..........................................................................................................................5
BAB II METODE PENELITIAN..............................................................................................6
2.1 Jenis Penelitian............................................................................................................6
2.2 Teknik Pengumpulan Data..........................................................................................6
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................................................8
1. Nama seni/teater tradisi......................................................................................................8
2. Gambaran umum.............................................................................................................8
3. Sinopsis Cerita................................................................................................................8
4. Unsur pertunjukan...........................................................................................................8
a. Kostum............................................................................................................................8
b. Properti............................................................................................................................9
c. Alat Musik.......................................................................................................................9
5. Struktur pertunjukan......................................................................................................10
6. Fungsi............................................................................................................................10
7. Pelaku............................................................................................................................10
8. Eksistensinya sekarang..................................................................................................10
a. Kenyataan......................................................................................................................10
b. Kelemahan....................................................................................................................11
c. Tantangan......................................................................................................................11
d. Kekuatan yang dimiliki.................................................................................................11
e. Kemungkinan pengembangannya.................................................................................11
BAB IV PENUTUP.................................................................................................................12
4.1 Kesimpulan....................................................................................................................12
4.2 Saran...............................................................................................................................12
Daftar Pustaka..........................................................................................................................13
Daftar Narasumber...................................................................................................................13
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pendidikan karakter perlu ditanamkan sejak dini disebabkan pada zaman sekarang nilai-
nilai karakter lokal sudah banyak ditinggalkan oleh generasi muda di Indonesia.
Perkembangan zaman yang semakin modern, tayangan dalam televisi, media sosial dan
beberapa media lain menjadi salah satu penyebab buruknya tingkah laku masyarakat
khususnya generasi muda. Pendidikan karakter dinilai menjadi salah satu usaha yang efektif
untuk mengatasi permasalahan yang muncul dikalangan remaja. Salah satu ruang yang dapat
digunakan sebagai medianya adalah melalui sebuah kesenian. Perlunya kesadaran masyarakat
untuk melestarikan dan mencintai kesenian asli daerah agar tidak selalu mengikuti
kebudayaan baru. Sehingga kesenian asli daerah tersebut dapat diwariskan kepada generasi
selanjutnya. Kesenian Sandur di Kabupaten Bojonegoro merupakan salah satu kesenian
tradisional yang perlu dilestarikan oleh masyarakat Jawa Timur khususnya Bojonegoro.
Sandur masih belum banyak dikenal oleh masyarakat Bojonegoro terkhususnya para
remaja akibat dampak modernisasi dan globalisasi di Indonesia. Sehubungan dengan hal
tersebut, perlu diungkap nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat diterapkan di pendidikan
formal, nonformal maupun informal. Kesenian Sandur akan diungkap muatan nilai
pendidikan karakternya karena memiliki keunikan dalam pementasannya, belum banyak
ditulis dalam penelitian dan belum banyak dikenal masyarakat Bojonegoro.
Sandur merupakan kesenian tradisional berbentuk seni pertunjukan yang meliputi aspek
drama, tari dan musik. Terdapat tokoh dominan dalam Sandur yang menyampaikan pesan
walaupun mengangkat cerita atau naskah yang berbeda-beda. Sandur bercerita tentang
kehidupan masyarakat sehari-hari, pelestarian alam, permasalahan politik dan lain-lain. Cerita
Balong Blandong dipilih untuk diungkap nilai pendidikan karakternya di latar belakangi oleh
adanya beberapa kasus tentang penebangan hutan secara liar di daerah Bojonegoro. Cerita
tersebut dapat dijadikan sebagai media untuk memberikan penyuluhan kesadaran masyarakat
Bojonegoro untuk menjaga serta melestarikan kayu jati yang menjadi identitas Bojonegoro.
Cerita tersebut bermuatan nilai-nilai karakter, sehingga perlu ditanamkan. Beberapa unsur
pendidikan karakter dalam kesenian sandur dapat dilihat pada aspek drama, tari, dan musik.
Berdasarkan permasalahan diatas makalah ini dibuat untuk mencari lebih dalam bagaimana
kesenian sandur dipentaskan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Nama seni/teater tradisi.
2. Gambaran umum.
3. Sinopsis Cerita.
4. Unsur pertunjukan.
5. Struktur pertunjukan.
6. Fungsi.
7. Pelaku.
8. Eksistensinya sekarang
1.3 Tujuan

Tujuan dari makalah ini adalah sebagai bentuk pemenuhan tugas mata kuliah Kajian
Drama. Topik bahasan penelitian ini adalah teater kesenian sandur. Oleh karena itu,
penelitian ini bertujuan memberikan pemaparan mengenai teater sandur agar tetap dikenal
oleh pembaca dan sumber referensi penelitian berikutnya.
BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Jenis Penelitian


Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Sugiyono (2010: 15),
penelitian kualitatif merupakan metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat
positivisme, digunakan pada penelitian dalam kondisi objek yang alamiah, dimana peneliti
bertindak sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan dengan triangulasi, analisis data
bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian lebih menekankan pada makna dari pada
kesimpulan umum.

2.2 Teknik Pengumpulan Data


1. Observasi
Observasi merupakan pengumpulan data secara visual dengan melibatkan aktivitas
membaca, membaui, mendengar, dan menyentuh. Observasi melibatkan rentang penuh dari
kegiatan pemantauan kondisi dan aktivitas perilaku maupun bukan perilaku (Cooper dan
Schindler, 2006: 261). Adapun jenis observasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
observasi berperan serta (participant observation). Menurut Sugiyono, 2010: 203), observasi
berperan serta merupakan observasi dimana peneliti terlibat dengan kegiatan orang-orang
yang sedang diamati atau yang digunakan sebagai sumber data. Peneliti juga ikut melakukan
apa yang dikerjakan oleh sumber data sambil melakukan pengamatan (Sugiyono, 2010: 404).
Observasi dalam penelitian ini akan dilakukan dengan cara melihat Youtube yang
direkomendasikan oleh narasumber.
Observasi dalam penelitian ini tidak terbatas oleh ruang dan waktu karena dapat diakses di
mana saja dan kapan saja karena menggunakan internet. Observasi ini dilakukan dengan cara
mengamati secara langsung hal-hal yang berkaitan dengan kesenian teater Sandur dari
Bojonegoro, dengan kata lain mengamati setiap proses dan rangkaian kegiatan pada kesenian
teater tersebut.
2. Wawancara
Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data melalui jalan
komunikasi, yaitu komunikasi antara pengumpul data/pewawancara dengan sumber
data/responden (Huda, 2013: 14). Wawancara pada penelitian ini menggunakan jenis
wawancara tidak terstruktur, namun menggunakan panduan pertanyaan yang telah ditetapkan
sebelumnya dan berfungsi sebagai pengendali agar proses wawancara tidak kehilangan arah.
Selain itu Teknik wawancara terbagi menjadi dua macam, yaitu tertutup dan terbuka. Pada
penelitian ini Teknik wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka. Wawancara
terbuka adalah wawancara yang arah pertanyaannya memberikan peluang kepada narasumber
untuk berargumen dan tidak membatasi jawaban iya atau tidak saja. Hal ini berfungsi sebagai
penggali data yang lebih objektif dari seorang narasumber atas pandangan, ide dan juga
argumentasi yang diberikan oleh seorang narasumber.
BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Nama seni/teater tradisi


Sandur adalah jenis kesenian teater tradisional yang populer di Kabupaten Bojonegoro
dan Kabupaten Tuban berbentuk drama tari dengan mengambil cerita lokal. Menurut Fachtya
(2019). Terdapat beberapa versi tentang makna dari kata Sandur, yaitu berasal dari kata
sandiwara yang berarti cerita dan dhur/ngedhur yang berarti berlangsung lama, kemudian ada
yang mengartikan dari kata isan yang berarti panen dan dhur/ngedhur yang berarti
berlangsung lama.

2. Gambaran umum
Sandur merupakan kesenian tradisional yang berasal dari Bojonegoro. Kesenian
Sandur merupakan kesenian tradisional yang berbentuk seni pertunjukan yang memuat aspek
drama, tari dan musik. Unsur drama dalam pertunjukan Sandur lebih dominan dibandingkan
dengan unsur tari. Pertunjukan Sandur terbagi menjadi tiga babak, yaitu babak pertama
merupakan babak 5 pembuka, babak kedua merupakan inti cerita, dan babak ketiga
merupakan babak penutup.

3. Sinopsis Cerita
Pada awalnya sandur memakai cerita originalnya, yakni tentang cara bercocok tanam.
Kemudian pada tahun 2008 sudah digarap olèh komunitas teater. Sehingga cerita sudah
memakai cerita kekinian, seperti cerita rumah tangga, kredit motor, dan lainnya. Sampai 2015
sandur sudah memakai cerita apapun itu(fleksibel) tergantung pentasnya dimana. Misalkan di
acara pernikahan memakai cerita tentang rumah tangga, kalau di mall memakai cerita tentang
pekerjaan.

4. Unsur pertunjukan
a. Kostum
Setiap karakter sandur mempunyai ciri kostum yang berbeda, terutama di bagian topi.
meskipun cerita berubah, kesenian ini tetap memakai kostum asli tradisional sandur.

b. Properti
Properti yang digunakan kesenian sandur adalah empat bambu yang ditali menyerupai
ring tinju. Setiap tali diberikan surai janur. Pada setiap bambu diberikan obor. Empat karakter
duduk di dekat bambu / tiang sudut ring. Pada tengah-tengah ring terdapat tempat penyanyi /
panjak ore dan karakter sampingan. Terdapat juga jaranan, dupo, menyan, kembang, tempat
bambu, dan tampar (nama properti keseluruhan di Bojonegoro disebut blabar).

c. Alat Musik
Alat musik sandur pada umumnya menggunakan gong dan kendang. Namun
Terkadang juga terdapat tambahan-tambahan lainnya seperti seruling, gamelan dan lainnya.
5. Struktur pertunjukan
Alur pertunjukan Kesenian Sandur dimulai dengan panjak ore menyanyikan tembang-
tembang pembuka yang dipimpin oleh Germo. Tembang tersebut dimulai dari tembang
Bismillah, Aja Haru Biru, Tulak Kala, Mendhung Sepayung, kemudian masuk adegan tari
jaranan. Setelah adegan tari jaranan selesai, para penari jaranan keluar dari blabar janur
kuning dan menjemput para pemain yang sedang berias. Para aktor dijemput diiringi dengan
tembang Kembang Otok. Para aktor memasuki area blabar janur kuning dengan dikerudungi
dan diantar oleh perias dengan membawa obor yang kemudian diserahkan kepada Germo saat
blabar janur kuning dibuka.
Adegan berikutnya para pemain mengelilingi blabar janur kuning hingga sampai di
sisi utara menghadap ke timur. Setelah mengelilingi blabar, adegan selanjutnya yaitu Germo
nggundhisi atau bernarasi yang isinya menceritakan tentang turunnya bidadari berjumlah 44
yang turun ke bumi dan merasuki tubuh para pelaku pertunjukan Sandur. Setelah Germo
nggundhisi, para pemain dibuka kerudungnya oleh Germo dan dilanjutkan dengan adegan inti
atau cerita yang dimainkan oleh para pemain. Setelah adegan inti selesai, adegan penutupan
dilakukan dengan atraksi Kalongking. Kalongking adalah aksi akrobatik yang dilakukan oleh
seseorang di atas seutas tali tambang yang dihubungkan dua tiang bambu setinggi 5 sampai
10 meter di atas tanah. Atraksi akrobatik dilakukan dengan memanjat di tiang bambu sebelah
timur kemudian bergantung pada seutas tali tambang dan turun di tiang sebelah barat dengan
posisi kepala berada di bawah.

6. Fungsi
Kesenian Sandur memiliki fungsi sebagai hiburan masyarakat. Selain itu, dalam
kesenian ini juga terdapat pesan-pesan yang dapat dijadikan sebagai tuntunan.

7. Pelaku
Tokoh utama dalam kesenian ini ada empat, yakni Cawik dengan watak polos, Petak
dengan watak gegabah, Balong dengan watak licik, dan Tangsil dengan watak bijaksana

8. Eksistensinya sekarang

a. Kenyataan
Sandur banyak ditonton karena penasaran dan bukan karena kepopulerannya. Karena
memang karya seni ini sudah lama tidak dimainkan. Bahkan pemain yang tua-tua sudah sulit
ditemui. Namun untuk tahun-tahun ini gencar dipentaskan di beberapa acara.
Untuk mencari sandur yang murni belum sampai karena tetuanya sudah banyak yang
meninggal. Sandur dahulu awal mula cerita dari nenek nenek “PETAK GOLEK GAWE”
sebelum ada TV jadi terlihat sangat menarik di kalangan masyarakat. Tidak ada perubahan
dari zaman dulu sampai sekarang dalam hal unsurnya. Sekarang sandur mengalami
perubahan dengan memperbarui genre drama cerita masa kini menjadi sandur inovasi.
b. Kelemahan
Sandur bukan kesenian nyanyian seperti jaranan dan reog. Semakin sandur diisi
bermacam-macam membuat kesakralannya berkurang. Masyarakat Pun saat ini ketertarikan
untuk melihat. Anak pada zaman sekarang tidak tertarik, cenderung bosan dan saat menonton
lebih sering pulang sebelum acara selesai karena tidak paham dengan jalan cerita dan arti
dalam dialog tersebut.

c. Tantangan
Tantangan yang dihadapi oleh pelestari teater ini adalah ketika mencari daya tarik
kaum milenial sehingga dapat mudah diterima masyarakat. Namun karena beberapa hal yang
dimodifikasi itu kesakralannya semakin berkurang. Oleh karena itu pelestari biasanya
mengambil cerita yang dekat dengan masyarakat masa kini.

d. Kekuatan yang dimiliki


Kekuatan seni teater sandur berada pada logat sandur yang unik. Karena memang
yang ditampilkan berupa tuturan tuturan. Tak jarang dengan logatnya saja-pun dapat
membuat penonton sandur tertawa. Selain itu, berdasarkan kegunaannya logat sandur bisa
digunakan untuk promosi produk dan sebagainya. Sandur juga tak jarang ditonton oleh semua
kalangan, terutama anak muda. Bagi anak muda, sandur memiliki nilai klasik (membuat anak
muda merasa kembali ke masa kecil).

e. Kemungkinan pengembangannya
Seni teater sandur bisa dikembangkan ke arah film, sekarang ini ada beberapa film
yang mengangkat unsur tradisi seperti ronggeng dan tuku maru. Selain itu, logat sandur juga
bisa dipakai di iklan serta layanan masyarakat Bojonegoro. Dengan logat sandur, dapat
menarik wisatawan melalui nada.
BAB IV

PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Sandur adalah jenis kesenian teater tradisional yang populer di kabupaten Bojonegoro
dan kabupaten Tuban berbentuk drama tari dengan mengambil cerita lokal. Pada awalnya
sandur memakai cerita originalnya, yakni tentang cara bercocok tanam. Kemudian pada tahun
2008 sudah di perbaharui oleh komunitas teater sehingga cerita sudah memakai cerita
kekinian sampai pada tahun 2015 sandur sudah memakai cerita yang flkesibel tergantung
pentasnya dimana, dan menyesuaikan dari tempat dan juga tema dari acara apa yang akan
ditampilkan. Kekuatan dari kesenian teater sandur adalah berada di logat sandur yang unik
karena yang ditampilkan merupakan tuturan-tuturan. Logat bisa digunakan promosi produk
dan sebagainya. Bahkan dengan logatnya pun dapat membuat penonton tertawa.
Kelemahan teater kesenian Sandur yaitu sandur bukan kesenian yang hanya menyanyi
tetapi tetapi di isi bermacam-macam adegan yang menarik dan itu membuat kesakralannya
berkurang ditambah lagi dengan masyarakat yang saat ini sangat berkurang ketertarikannya
terhadap melihat teater sandur. Tantangannya sendiri yaitu mencari daya tarik di kaum
milenial sehingga dapat mudah diterima, namun karena hal tersebut kesakralannya menjadi
berkurang karena ada beberapa yang dimoifikasi dari cerita sandur tersebut.

4.2 Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan para pembaca agar dapat memahami
bagaimana Kesenian Sandur Daerah Bojonegoro itu seperti apa. Selain itu diharapkan
pembaca dapat menerapkan dan juga mengetahui ilmu yang di dapatkan dari isi yang
disampikan dalam makalah ini yang membahas tentang kesenian Sandur di Daerah
Bojonegoro yang hampir punah tersebut.
Daftar Pustaka

Fachtya, B. (2019). Nilai-nilai Pendidikan Karakter Kesenian Sandur Cerita Balong


Blandong Di Desa Ledok Kulon Kecamatan Bojonegoro Kabupaten Bojonegoro
(Doctoral dissertation, Institut Seni Indonesia Yogyakarta).

Daftar Narasumber
Oky Dwi Cahyo (33 tahun). Pemilik Sanggar Kesenian Sekaligus Pelatih. Ledok Kulon
Bojonegoro. 10 Oktober 1989.

You might also like