You are on page 1of 3

Jl Nuri No.19 Makassar 90122, Telp/Fax (0411) 854547, 873749, Email: diklatpumakassar@yahoo.

com

PENYUSUNAN SUMMARY

Nama Mata Pelatihan : Dasar Pengawasan Konstruksi Jembatan


Nama Peserta : Putra Rizky Viktor Siahaan
Nomor Daftar Hadir : 34
Lembaga Penyelenggaraan Pelatihan : Balai Pengembangan Kompetensi PUPR Wilayah VIII Makassar

A. Resume Substansi
Pengawasan Konstruksi Jembatan adalah suatu upaya yang dilakukan agar proses-proses
pelaksanaan konstruksi terlaksana sesuai dengan mutu dan sumber daya yang digunakan.
Aspek umum yang dilakukan dalam pengawasan pelaksanaan dilakukan pada saat
perencanaan dan penjadwalan pekerjaan, pencatatan dan pelaporan data, pengawasan
proyek, pengendalian mutu, pengendalian biaya, dan penyelesaian proyek. Pengawasan pada
perencanaan dan penjadwalan dilakukan agara pelaksanaan pekerjaan terlaksana secara
sistematis. Pencatatan dan pelaporan data adalah upaya pengawasan untuk mendokumentasi
aktivitas pekerjaan secara tertulis sebagai dasar untuk pertanggungjawaban pengawasan
pekerjaan, bisa melalui laporan bulanan dan laporan lainnya. Pengawasan proyek adalah
upaya yang dilakukan untuk mengendalikan mutu proyek agar sesuai dengan ketentuan.
Pengendalian mutu adalah suatu upaya untuk menjamin kualitas pelaksanaan konstruksi
jembatan, sehingga dibutuhkan pengawasan pengendalian mutu. Untuk menjadi mutu
pelaksanaan, maka perlu diselenggarakan upaya melalui menajemen mutu melalui rencana
mutu (quality planning), penjaminan mutu (quality assurance), dan pengendalian mutu (quality
control). Rencana mutu merupakan upaya untuk mengidentifikasi standar kualitas yang relevan
dengan proyek serta upaya untuk mememenuhinya yang menjadi tanggungjawab pengawas
pekerjaan, dengan output berupa dokumen rencana manajemen konstruksi, petunjuk
operasional, daftar simak. Penjaminan mutu adalah upaya mengevaluasi prestasi proyek
secara umum untuk meyakinkan bahwa proyek memenuhi standar kualitas yang relevan yang
menjadi tanggung jawab kontraktor, dengan output berupa dokumen audit atau laporan
monitoring dan evaluasi. Pengendalian mutu adalah upaya memonitor hasil pekerjaan untuk
memastikan kualitas konstruksi tercapai, dengan output berupa dokumen/daftar pekerjaan
yang berisi informasi elemen pekerjaan. Pengendalian biaya adalah upaya pengawasan
pekerjaan untuk menjamin data produktifitas lapangan. Pengawasan dalam pelaksanaan
proyek bertujuan untuk menjamin proses serah terima hasil pekerjaan, gambar as-built, dan
laporan akhir pekerjaan benar-benar terlaksana dengan mutu yang diharapkan.
Dalam organisasi proyek, pengawasan pekerjaan sudah dimulai dari penyedia jasa, pemilik
pekerjaan dan/atau konsultan pengawas (direksi teknis). Dalam setiap pelaksanaan pekerjaan,
diwajibkan semua perwakilan pengawas mulai dari pihak penyedia jasa (kontraktor), pemilik
pekerjaan (Pejabat Pembuat Komitmen/PPK atau perwakilannya), serta konsultan pengawas
yang dipekerjakan oleh pemilik pekerjaan). Pengawasan yang dilakukan oleh ketiga pihak
tersebut dilakukan mulai dari perencaaan pekerjaan, pelaksanaan konstruksi, uji laboratorium,
pembayaran pekerjaan, serta penyelesaian pekerjaan. Oleh sebab itu untuk menjamin mutu
pekerjaan dibutuhkan unsur-unsur dari penyelenggaran pekerjaan guna memastikan unsur
transparan dan keterbukaan dalam pelaksanaan konstruksi tercapai. Jika dilihat dari
kewenangannya, unsur dari penyedia jasa memiliki wewenang sebagai yang melaksanakan
pekerjaan, sedangkan unsur dari pemilik pekerjaan memiliki wewenang sebagai pihak yang
mengetahui dan menyetujui mutu pekerjaan, dimana konsultan pengawas dapat memberikan
masukan hasil pelaksanaan konstruksi kepada pemilik pekerjaan.
Dalam pelaksanaan pengawasan pelaksanaan jembatan, pengawas pekerjaan dapat
menggunakan NSPK (Norma, Standar, Prosedur, dan Kriter) yang berlaku. Norma yang umum
digunakan dalam pengawasan adalah undang-undang atau peraturan pemerintah terkait,
misalnya Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang dan Peraturan Pemerintah Nomor 34
Tahun 2006. Standar merupakan pedoman yang digunakan oleh pengawas pekerjaan untuk
memastikan standar pengujian, spesifikasi bahan yang biasanya dikeluarkan oleh Badan
Standar Nasional, misalnya SNI 2847-2019 terkait persyaratan beton struktural. Prosedur
adalah pedoman/panduan/manual yang dikeluarkan oleh Menteri atau Direktur Jenderal Terkait
(Eselon 1) dalam pelaksanaan pekerjaan, misalnya Surat Edaran Direktur Jenderal Bina Marga
Nomor: 15/SE/Db/2021 tentang Pedoman Gambar Standar Pekerjaan Jalan dan Jembatan
Tahun 2021. Sedangkan kriteria adalah pedoma kriteria desain maupun spesifikasi umum atau
khusu yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Bina Marga, misalnya Spesifikasi Umum Tahun
2018 (Revisi 2).
NSPK yang praktis digunakan oleh pengawas pekerjaan untuk mengawasi pekerjaan
dilapangan umumnya menggunakan Spesifikasi Umum Tahun 2018 (Revisi). Untuk
pengawasan konstruksi jembatan, divisi yang sering digunakan dalam pengawasan pekerjaan
jembatan adalah Divisi 7: Struktur, misalnya untuk pengawasan pekerjaan terkait beton struktur
(pilar, abutment, gelagar) dapat menggunakan pedoman dalam seksi 7.1 (beton dan beton
kinerja tinggi), dan seksi 7.2 (beton pratekan). Untuk pekerjaan pondasi, menggunakan
pedoman seksi 7.5 (pondasi tiang bor sekan), seksi 7.6 (pondasi tiang), seksi 7.7 (pondasi
sumuran). Untuk pekerjaan baja struktur dapat menggunakan pedoman seksi 7.3 (baja
tulangan) dan 7.4 (baja struktur). Untuk pekerjaan pasangan bantu menggunakan seksi 7.9
(pasang batu) dan seksi 7.10 (pasangan batu kosong). Pekerjaan railing mengunakan seksi
7.13 dan pekerjaan siar muai menggunakan seksi 7.11.
Bila terdapat pekerjaan yang terkait pekerjaan tanah dan geosintetik, bab yang digunakan
dalam spesifikasi umum 2018 (revisi 2) adalah Divisi 3, yang terdiri dari pekerjaan galian (seksi
3.1), pekerjaan timbunan (seksi 3.2), penyiapan badan jalan (seksi 3.3), pembersihan,
pengupasan, dan penebangan pohon (seksi 3.4), dan pekerjaan geotekstil (seksi 3.5). Selain
itu Divisi 1: Umum juga dapat digunakan sebagai panduan pengawasan mobilisasi (seksi 1.2),
panduan manjemen mutu (seksi 1.21), keselamatan dan kesehatan kerja (seksi 1.19), dan lain-
lain.
Selain pengawasan lapangan yang dilakukan di lapangan, pengawas pekerjaan juga perlu
melakukan administasi teknis. Beberapa jenis administrasi teknis yang perlu dilakukan
pengawasan yaitu administrasi keuangan (misalnya laporan overhead), administrasi tahap
persiapan (misalnya kontrak, DED, struktur organisasi, jadwal kerja), administrasi teknik awal
persiapan (misalnya dokumen Pre-Construction Meeting, Mutual Check Awal), administasi
teknik tahap pelaksanaan (misalnya shop drawing, laporan harian/mingguan/bulanan),
administasi teknik pembayaran (misalnya monthly certificate, back up quantity), administrasi
teknik tahap penyerahan pekerjaan (misalnya dokumen provisional hand over dan final hand
over), administrasi logisitik (misalnya dokumen pengadaan material), administrasi peralatan
(misalnya dokume peralatan berat), serta adminitrasi umum dan sekretariat (misalnya dokumen
pelayanan umum, perjalan dinas).
Sebagai pengawas pekerjaan, data – data yang terkumpul pada saat pengawasan perlu
dilakukan pengaturan (manajemen) agar data yang terkumpul dapat diolah se-efisien dan se-
efektif mungkin sehingga dalam penyusunan laporan menjadi lebih sistematis. Beberapa siklus
data yang umumnya dilakukan oleh pengawan lapangan, yaitu pengumpulan data,
pemeliharaan data, penggunaan data, berbagi data, meyimpan data, serta penghapusan data.
Data – data yang umumnya diperoleh pada lokasi pekerjaan jembatan, yaitu data design (bisa
melalui data BIM, data CAD), data alat berat (berupa data peforma mesin, spesifikasi, dan
teknis), data pekerja (berupa jumlah pekerja, kualifikasi pekerja, serta jadwal kerja pegawai),
data kontrak (berupa dokumen), data perencanaan alat dan bahan (berupa jadwal konstruksi
dan manajemen sumber daya), data perusahaan (berupa data anggaran/jaminan pelaksanan
dari penyedia jasa), data spesifikasi (berupa info teknis dan kondisi), data buku saku (berupa
panduan HSE/Health, Security, Environment), dan juga data lapangan (seperti data
pengecoran perhari, data fabrikasi tulangan, data mobilisasi, dan lain-lain).

Hal-Hal Lain yang Perlu Didiskusikan


1. Bagaimana struktur organisasi pengawas pekerjaan di dalam pelaksanaan pekerjaan? Apa
wewenang antara pemilik pekerjaan, pelaksana pekerjaan, dan konsultan pengawas?
Apakah terdapat stakeholder lain yang melaksanakan fungsi pengawasan pekerjaan?
2. Apakah penerapan Building Information Modelling juga dapat digunakan sebagai proses
manajemen data?
3. Bagaimana cara melakukan verifikasi dan validasi data yang dilaporkan oleh pengawas
pekerjaan?

You might also like