You are on page 1of 7

BIODIVERSITAS

SPESIES HEWAN BIOMA GURUN

Putri Gusasi (211011020015)

PROGRAM STUDI BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS SAM RATULANGI

MANADO

2023
Centruroides sculpturatus, umumnya dikenal sebagai kalajengking kulit kayu Arizona, telah
mengembangkan berbagai adaptasi yang memungkinkannya bertahan hidup di lingkungan
gurun:

1. Aktivitas Nokturnal: Kalajengking pada dasarnya aktif di malam hari, keluar pada malam
hari untuk menghindari panas terik gurun di siang hari.

2. Perilaku Menggali: Mereka menggali liang atau mencari perlindungan di bawah batu pada
siang hari, yang memberikan perlindungan dari suhu ekstrem dan kekeringan.

3. Kerangka Luar yang Efisien: Kalajengking memiliki kerangka luar yang kuat yang
membantu mengurangi kehilangan air melalui penguapan.

4. Penjepit dan Racun: Mereka memiliki penjepit yang kuat untuk menangkap mangsa dan
penyengat berbisa untuk melumpuhkan dan mencerna makanan mereka, sehingga lebih mudah
mencari makanan di gurun.

5. Kemampuan Menghemat Air: Kalajengking dapat mengurangi laju metabolismenya untuk


menghemat air selama musim kemarau, sehingga mereka dapat beraktivitas dalam waktu lama
tanpa perlu minum.

6. Memangsa Serangga: Kalajengking terutama memakan serangga, yang jumlahnya lebih


banyak pada malam hari yang lebih dingin di gurun.

7. Organ Sensorik yang Beradaptasi: Mereka memiliki organ sensorik khusus, termasuk rambut
sensitif dan kemoreseptor pada penjepit dan ekornya, yang membantu mereka mendeteksi
mangsa dan predator.

Adaptasi ini secara kolektif memungkinkan Centruroides sculpturatus untuk berkembang


dalam kondisi gurun dengan menghindari panas yang ekstrim di siang hari, menghemat air, dan
berhasil berburu mangsa pada malam hari yang lebih dingin.
Uromastyx aegyptia, juga dikenal sebagai kadal ekor berduri Mesir atau Uromastyx, memiliki
beberapa adaptasi yang memungkinkannya bertahan hidup di lingkungan gurun:

1. Penggunaan Air yang Efisien: Kadal Uromastyx sangat efisien dalam penggunaan air.
Mereka memiliki ginjal khusus yang dapat memekatkan urin, mengurangi kehilangan air.

2. Perilaku Menggali: Kadal Uromastyx adalah penggali yang mahir. Mereka menggali pasir
untuk membuat liang bawah tanah, tempat mereka tinggal selama waktu terpanas di siang hari
untuk menghindari suhu ekstrem dan mengurangi kehilangan air melalui penguapan.

3. Toleransi Panas: Kadal ini beradaptasi untuk tahan terhadap suhu tinggi, yang biasa terjadi
di lingkungan gurun.

4. Makanan Herbivora: Uromastyx terutama memakan makanan herbivora, yang terdiri dari
tumbuh-tumbuhan yang seringkali memiliki kandungan air lebih tinggi, yang dapat menambah
kebutuhan airnya.

5. Sisik Tebal: Sisiknya disesuaikan untuk mengurangi kehilangan air dan melindungi dari
lingkungan gurun yang keras.

6. Aktivitas Terbatas: Kadal Uromastyx cenderung kurang aktif selama waktu terpanas di siang
hari dan lebih aktif pada pagi dan sore hari ketika suhu lebih mendukung.

7. Penyimpanan Kalsium: Mereka dapat menyimpan kalsium di tulangnya, yang dapat


digunakan sebagai sumber daya pada saat ketersediaan makanan rendah.

Adaptasi ini secara kolektif memungkinkan Uromastyx aegyptia untuk berkembang di kondisi
gurun dengan menghemat air, menghindari panas ekstrem, dan secara efektif mendapatkan
makanan dari makanan herbivora mereka.
Camelus dromedarius, umumnya dikenal sebagai unta dromedaris, sangat cocok untuk
bertahan hidup di lingkungan gurun karena serangkaian adaptasi:

1. Konservasi Air: Unta Dromedari sangat efisien dalam menghemat air. Mereka dapat
mentolerir dehidrasi yang signifikan dan melakukan rehidrasi dengan cepat ketika air tersedia.

2. Penyimpanan Lemak: Unta dapat menyimpan kelebihan lemak di punuknya, yang dapat
dimetabolisme menjadi energi dan air pada saat terjadi kelangkaan makanan dan air.

3. Toleransi Panas: Mereka dapat menahan panas gurun yang ekstrim berkat kemampuannya
mengatur suhu tubuh dan bulunya yang tipis, yang memantulkan sinar matahari.

4. Mengurangi Keringat: Unta berkeringat lebih sedikit dibandingkan kebanyakan hewan


lainnya, menghemat air dengan meminimalkan pendinginan evaporatif.

5. Pencernaan yang Efisien: Kompartemen perut khusus mereka memungkinkan mereka


mengekstrak nutrisi secara efisien dari tumbuhan gurun yang berserat dan berduri.

6. Kemampuan Makan Tanaman yang Toleran terhadap Garam: Unta dapat mengonsumsi
tanaman yang mungkin terlalu asin bagi hewan lain, sehingga menguntungkan di lingkungan
gurun.

7. Kaki Panjang: Kakinya yang panjang membantu mereka bergerak lebih mudah melintasi
medan berpasir dan mengurangi paparan terhadap panas tanah.

8. Kaki yang Lebar dan Empuk: Unta memiliki kaki yang lebar dan empuk yang membantu
mendistribusikan berat badannya dan mencegah tenggelam ke dalam pasir.

9. Sel Darah Merah Unik: Sel darah merah mereka berbentuk oval dan dapat menahan dehidrasi
lebih baik daripada sel darah merah bulat yang ditemukan pada kebanyakan hewan.

Adaptasi ini membuat Camelus dromedarius sangat tangguh dalam kondisi gurun,
memungkinkan mereka melakukan perjalanan jarak jauh, membawa beban berat, dan
menyediakan sumber daya berharga bagi manusia yang tinggal di daerah kering.
Lycaon pictus, umumnya dikenal sebagai

Anjing liar Afrika atau anjing dicat, biasanya tidak ditemukan di lingkungan gurun. Hewan-
hewan ini terutama menghuni sabana, padang rumput, dan kawasan hutan. Mereka memiliki
adaptasi yang cocok untuk habitat ini dibandingkan gurun. Beberapa adaptasi meliputi:

1. Berburu Berkelompok: Anjing liar Afrika adalah hewan sosial yang berburu secara
berkelompok, yang memungkinkan mereka memangsa mangsa yang lebih besar secara efisien
di habitat pilihannya.

2. Stamina Tinggi : Memiliki daya tahan yang luar biasa, berguna untuk mengejar mangsa saat
kejar-kejaran jarak jauh.

3. Pendinginan yang Efisien: Anjing liar Afrika memiliki telinga yang besar dan bulat yang
membantu menghilangkan panas, membantu termoregulasi, yang penting dalam lingkungan
yang sering mereka tinggali panas.

4. Kamuflase: Mantel mereka yang berbintik-bintik memberikan kamuflase di habitat aslinya,


membantu perburuan diam-diam.

Perlu dicatat bahwa meskipun anjing liar Afrika biasanya bukan penghuni gurun, kemampuan
beradaptasi dan strategi berburu kooperatif mereka membantu mereka berkembang di
ekosistem spesifiknya. Kondisi gurun sangat berbeda, dan spesies yang beradaptasi di gurun
memiliki ciri khas yang memungkinkan mereka bertahan hidup di lingkungan kering.
Struthio camelus, umumnya dikenal sebagai burung unta, sangat cocok untuk bertahan hidup
di lingkungan gurun karena berbagai adaptasi:

1. Toleransi Panas: Burung unta dapat mentolerir suhu tinggi yang lazim terjadi di daerah
gurun. Kaki mereka yang tidak berbulu membantu mereka menghilangkan panas.

2. Efisiensi Air: Burung unta sangat hemat air, mampu bertahan lama tanpa minum air. Mereka
memperoleh sebagian besar kelembapan dari tanaman yang mereka konsumsi.

3. Makanan: Burung unta adalah hewan herbivora, dan makanannya terdiri dari berbagai
tanaman, termasuk sukulen dan tumbuhan tahan kekeringan yang ditemukan di daerah gurun.

4. Pencernaan Cepat: Sistem pencernaan mereka yang efisien memungkinkan mereka dengan
cepat mengekstrak nutrisi dan kelembapan dari bahan tanaman yang mereka konsumsi.

5. Kecepatan: Burung unta adalah burung yang berlari paling cepat, yang membantu mereka
menghindari predator dan menempuh jarak jauh untuk mencari makanan dan air.

6. Perilaku Menggali: Di beberapa lingkungan gurun, burung unta mungkin menggali lubang
dangkal untuk mandi debu atau untuk menemukan suhu yang lebih dingin selama waktu
terpanas di siang hari.

7. Pewarnaan: Bulu burung unta yang berwarna coklat dan putih memberikan kamuflase di
lanskap gurun.

Adaptasi ini secara kolektif memungkinkan Struthio camelus untuk berkembang di kondisi
gurun dengan menghemat air, mentoleransi panas, dan secara efektif mencari makan di
lingkungan kering.

You might also like