You are on page 1of 13

APPLYING THEORY TO ACCOUNTING REGULATION

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Akuntansi

KELOMPOK 2:
SARTIKA SUMBRI (142160003)
MAULIDDINIA YULIANI (142160004)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”
YOGYAKARTA
2019
A. Teori Regulasi yang Relevan dengan Akuntansi dan Auditing
Terdapat beberapa teori yang relevan untuk memahami regulasi terkait pelaporan keuangan.
Beberapa diantaranya adalah:
1) Teori Pasar Efisien
2) Teori Keagenan
3) Teori Regulasi

1. Teori Pasar Efisien


Teori Pasar Efisien berpendapat bahwa pasar mencapai fungsi terbaiknya tanpa campur tangan
pemerintah dan efisensi maksimum akan didapatkan dengan membiarkan penawaran (supply) dan
permintaan (demand) mendikte perilaku pasar. Meningkatnya pasar modal internasional memberikan
perngaruh secara luas terhadap arus informasi data dan modal. Bagaimanapun juga, pemerintah harus
turut campur tidak hanya dalam regulasi bagaimana pasar dijalankan tetapi juga dalam ketentuan
informasi. Campur tangan yang baik adalah yang bertujuan untuk mengembangkan dan
mempromosikan pertumbuhan ekonomi.
Akuntansi dapat dipandang sebagai industri informasi karena bisnis akuntansi menghasilkan
informasi. Para pendukung teori ini berpendapat akuntansi sebagai pemintaan informasi akuntansi
oleh para pengguna dan penawaran beberapa informasi dari perusahaan dalam bentuk laporan
keuangan. Oleh karena itu, harga ekuilibrium informasi akuntansi secara teoritis dapat diketahui.
Informasi akuntansi tidak dapat disamakan dengan produk lain karena sifatnya yang berupa barang
publik. Meskipun informasi tersebut dapat dijual kepada orang tertentu, tidak mudah membatasi
orang lain yang tidak membayar untuk mengkonsumsi informasi tersebut. Fenomena inilah yang
disebut sebagai free-rider problem. Penyedia informasi akan meminimalkan ‘produksi’nya karena
tidak seluruh pengguna akan menanggung biaya atas produksi informasi tersebut. Hanya intervensi
dalam bentuk regulasi yang dapat mendesak perusahaan untuk memberikan informasi yang
dibutuhkan agar memenuhi permintaan dan menjamin pasar modal yang efektif.

2. Teori Keagenan
Permintaan atas informasi keuangan dapat dikategorikan sebagai penatalayanan
atau ditujukan untuk pengambilan keputusan. Teori keagenan berfokus pada hubungan
pemilik yang mempercayakan sesuatu kepada manajer (agen). Hubungan agensi muncul
ketika satu orang atau lebih (principal) memperkerjakan orang lain (agent) untuk
memberikan suatu jasa dan kemudian mendelegasikan wewenang pengambilan keputusan
kepada agent tersebut. Hubungan antara principal dan agent dapat mengarah pada kondisi
ketidakseimbangan informasi (asymmetrical information) karena agen berada pada posisi
yang memiliki informasi yang lebih banyak tentang perusahaan dibandingkan dengan
principal. Dengan asumsi bahwa individu-individu bertindak untuk memaksimalkan
kepentingan diri sendiri, maka dengan informasi asimetri yang dimilikinya akan
mendorong agent untuk menyembunyikan beberapa informasi yang tidak diketahui
principal. Dalam kondisi yang asimetri tersebut, agent dapat mempengaruhi angka-angka
akuntansi yang disajikan dalam laporankeuangan dengan cara melakukan manajemen
laba.
Teori keagenan memberikan framework untuk mempelajari masalah kontrak antara
principal dan agent serta memprediksi konsekuensi ekonomis dari standar. Pendukung
teori ini berpendapat bahwa kewajiban pengungkapan tidak dibutuhkan dan tidak
diinginkan karena pasar dapat diandalkan untuk menghasilkan informasi yang diinginkan.
Lebih jauh mereka menyatakan bahwa kewajiban pelaporan akan menciptakan informasi
yang overproducted.
Salah satu cara yang di gunakan untuk memonitor masalah kontrak dan membatasi
perilaku opportunis manajemen adalah corporate governance. Prinsip-prinsip pokok
corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good
corporate governance adalah transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability),
keadilan (fairness), dan tanggung jawab (responsibility).
3. Teori Regulasi
Public interest theory
Alasan ekonomi utama pemerintah melakukan intervensi adalah terjadinya kegagalan pasar. Dalam
rerangka teoritis, regulasi ditujukan untuk melindungi konsumen dengan memperbaiki kinerja
ekonomik dibandingkan tanpa regulasi. Kegagalan pasar akan terjadi apabila:
1) Tidak ada persaingan.
2) Hambatan untuk masuk ke industri/pasar.
3) Ketidaksempurnaan gap informasi (antara pembeli dan penjual).
4) Kepentingan konsumen yang diinterpretasikan pada regulasi.
5) Terdapat agen.
6) Pemerintah tidak independen dalam mengembangkan regulasi.
Public interest theory didasarkan pada asumsi bahwa pasar ekonomi adalah subyek pada
ketidaksempurnaan pasar atau kegagalan transaksi yang apabila tidak diperbaiki akan
menimbulkan efisiensi dan hasil yang tidak adil. Dalam teori ini, kewenangan pusat, termasuk
juga badan pengawas regulator, diasumsikan memiliki kepentingan terbaik dihati masyarakat. Hal
tersebut merupakan hal yang terbaik digunakan untuk mengatur sehingga dapat memaksimalkan
kesejahteraan sosial. Akibatnya, peraturan dianggap sebagai trade off antara biaya regulasi dan
manfaat sosial dalam bentuk operasi omproved pasar. Sementara pandangan ini merupakan yang
ideal tentang bagaimana peraturan harus dilakukan, namun ada masalah dalam pelaksanaannya.

Regulatory capture theory


Regulatory capture theory mempertahankan regulasi dalam pelaporan keuangan, meskipun
alasan utama dibentuknya regulasi (melindungi kepentingan publik) tidak dapat dicapai, karena
pihak yang diatur dapat mengatur atau mendominasi regulator dalam proses regulasi. Asumsi
yang digunakan dalam teori ini adalah semua anggota masyarakat rasional secara ekonomi (akan
mengejar kepentingan pribadinya) dan pemerintah tidak memiliki peran independen dalam proses
regulasi. Regulatory aagency capture terdapat pada administrasi, implementasi, dan evaluasi atas
efek proses keibijakan pada area regulasi apapun. Teori ini menyarankan agar badan akuntansi
profesional atau badan hukum menemukan pengendalian yang memungkinkan untuk mengatur
standar akuntansi yang digunakan dalam pelaporan.

Private interest theory


Private interest theory muncul karena ketidakpuasan atas teori-teori sebelumnya. Asumsi yang
digunakan dalam teori ini adalah regulasi merupakan respon pemerintah atas permintaan publik
untuk memperbaiki inefisiensi dan ketidakadilan. Teori ini disampaikan George Stigler pada tahun
1971 yang mengatakan bahwa aktivitas seputar peraturan menggambarkan hubungan kekuatan
politik dari kelompok berkepentingan. Kelompok berkepentingan (eksekutif/industri) di sisi
demand dan legislatif sebagai supply. Teori regulasi diperlukan jika terjadi kegagalan, jika
informasi tidak dapat disampaikan dengan demand dan supply.
Teori ini berpendapat bahwa dibutuhkan regulasi atau ketentuan dalam akuntansi. Pemerintah
dibutuhkan peranannya untuk mengatur ketentuan tersebut, apa yang harus dilakukan perusahaan
untuk menentukan informasi. Ketentuan diperlukan agar seluruh pelaku (pemakai dan penyaji)
mendapatkan informasi yang sama dan seimbang. Teori ini muncul karena kegagalan Teori
Keagenan.
B. Bagaimana Teori Regulasi Diterapkan pada Praktik Akuntansi dan Auditing
1. Application of Public Interest Theory
Di dalam public interest theory, pemerintah mengeluarkan suatu regulasi sebagai
respon terhadap kegagalan pasar dan public interest. Argument dasarnya adalah
mekanisme pasar telah gagal dan pemerintah perlu bertindak untuk mengatasinya.
Contoh aplikasi di dunia nyata adalah kasus Enron dimana pemerintah Amerika
Serikat memutuskan untuk mengeluarkan Sarbanas-Oxley Act (SOX) pada tahun
2002 agar meminimalisir terulangnya kasus semacam Enron.
Selain itu, pemerintah Australia juga melindungi kepentingan pubik dengan
mendirikan Accounting Standard Review Board (ASRB) pada tahun 1984. ASRB
mengintervensi dalam standar-standar akuntansi karena sudah terlalu banyak
perusahaan yang jatuh karena pelanggaran-pelanggaran dalam pembuatan laporan
keuangan padahal auditor sudah menyatakan Opini atas perusahaan tersebut “benar
dan wajar”. Oleh karena itu, diperlukan standar yang lebih baik lagi untuk mengubah
hal ini.
Kolapsnya perusahan dapat dipandang mengindikasikan ada permasalahan yang
serius dalam perusahaan. Terdapat assymetric information anatara perusahaan dan
pengguna Laporan Keuangan yang tidak tahu informasi sebenarnya yang mereka
terima.
Setelah adanya campur tangan pemerintah, investor sebagai public interest,
dilindungi dengan adanya standar-standar yang harus di penuhi perusahaan dalam
membuat laporan keuangan. Malah dengan adanya pilihan laporan keuangan untuk
diaudit, tidak hanya investor saja yang diuntungkan tetapi juga para internal
perusahaan. Mereka dapat meminimalkan risiko informasi mengenai perusahaannya
sehingga bank mau meminjamkan hutang dengan bunga yang lebih rendah dan
dengan syarat-syarat yang lebih mudah.
2. Application of Capture Theory
Walker memberikan pendapatnya bahwa meskipun tujuan kepentingan public
merupakan salah satu alasan diperkenalkannya ASRB namun dia percaya bahwa
capture theory juga berperan penting dalam proses pembuatan peraturan oleh ASRB.
Ia menyimpulkan bahwa para profesi akuntan mempengaruhi keputusan yang dibuat
oleh ASRB. Hal ini terlihat karena ASRB mengadakan merger dengan AARF
(Australian Accounting Research Foundation) dan setelah merger ini, 22 dari 23
standar yang dikeluarkan oleh ASRB datang dari profesi akuntan. Padahal, ASRB
bebas menerima masukan standar dari sumber manapun. Menurut Walker, ASRB
gagal dalam mendirikan fungsinya sebagai pembuat standar laporan keuangan yang
netral dan tidak bias.
Pada dasarnya, walker berargumen bahwa profesi akuntansi perlu turut serta
dalam pembuatan standar akuntansi dimana seharusnya standar yang ditetapkan
tersebut juga memiliki kekuatan hukum yang didukung oleh undang- undang.
Berdasarkan cara pandang Capture Theory, bahwa regulasi mengintervensi standar
akuntansi sudah didesain dalam rangka melindungi
kepentingan publik agar tidak terjadi lagi kasus kolapsnya perusahaan dan
terdapatnya assymetric information.
Contoh asumsi lain apakah telah terjadi capture theory di dunia akuntansi yaitu
keputusan untuk membuat IFRS sebagai standar akuntansi di seluruh dunia. Hal ini
memperlihatkan bahwa keputusan penggunaan IFRS secara global sangat
menguntungkan perusahaan-perusahaan besar yang go public karena ini akan
mempermudah mereka dalam mendapatkan modal secara bebas. Ini disebabkan
investor lebih mudah mengerti laporan keuangan perusahaan dari negara lain dan
dapat membandingkan laporan keuangan dengan lebih mudah antara perusahaan lokal
dengan perusahaan negara lain.
3. Aplication of Private Interest Theory
Teori private interest memberikan pendekatan lain dalam memahami perilaku
suatu pihak dengan insentif untuk mempengaruhi regulasi pelaporan keuangan.
Rahman berusaha untuk menerapkan teori kepentingan pribadi dari Stigler, Posner
dan Peltzman ke pembentukan ASRB tersebut. Kesimpulan dari Rahman adalah
bahwa ada beberapa keterbatasan dalam penelitian Walker. Dia menegaskan bahwa
peninjauan secara sistematis terhadap organisasi dan fungsi Dewan menunjukkan
bahwa Dewan tergantung pada dan rentan terhadap pengaruh dari beberapa kelompok
kepentingan.
Rahman menemukan bahwa Dewan juga tergantung pada National Companies
and Securities Commission (NCSC) untuk penegakan standar. Ada atau tidak adanya
standar yang menghambat administrasi dari efisiensi hukum perusahaan dengan
demikian bertanggung jawab untuk menerima perhatian dari NCSC (sekarang
Australian Securities and Investments Commission atau ASIC). Selanjutnya, Rahman
berpendapat bahwa Walker gagal untuk menyebutkan kehadiran sejumlah eksekutif
perusahaan di Dewan ASRB, padahal manajer perusahaan dan direksi yang
dibutuhkan untuk memenuhi standar akuntansi wajib hadir pada pengenalan ASRB
tersebut.
Dari perspektif ini, profesi akuntansi tidak 'mengcapture' proses penetapan standar
di Australia. Sebaliknya, dapat dikatakan bahwa kelompok produsen, yang
terorganisasi dengan baik dan mampu memegang pengaruh politik yang signifikan
dibandingkan dengan baik profesi akuntan atau 'pengguna' kelompok yang lebih besar
tapi lebih menyebar, menjadi ekstensif terlibat dalam, dan akhirnya dikontrol,
perdebatan tentang proses regulasi penetapan standar dilaukan di tahun 1980-an.
Keterbatasan teori regulasi ini adalah mereka tidak saling eksklusif. Peristiwa
yang dijelaskan oleh satu teori, dapat dijelaskan sama baiknya dengan teori lain. Tidak
jelas bahwa penjelasan tunggal dapat dipertahankan. Sebagai contoh, dalam kaitannya
dengan Undang-Undang Sarbanes-Oxley dapat dikatakan bahwa pemerintah AS
terpaksa mengambil tindakan setelah runtuhnya Enron, untuk menunjukkan bahwa
Pemerintah tanggap dan serius mengenai kecukupan tata kelola perusahaan,
pengawasan pelaporan keuangan dan audit. Dengan demikian, teori interest private
mungkin berlaku juga untuk menjelaskan kejadian yang diamati.
Teori interest private memiliki banyak pendukung karena mengakui dasar
kepentingan dari pihak-pihak yang terlibat dalam regulasi. Hal ini juga sesuai dengan
pandangan bahwa penetapan standar adalah proses politik.

4. Standard Setting as a Political Process


Pengaturan standar dipandang sebagai proses politik karena berpotensi secara
signifikan mempengaruhi kesejahteraan berbagai kelompok kepentingan. Oleh karena
itu kelompok-kelompok ini berusaha untuk mempengaruhi pengenalan peraturan.
Model perilaku politik adalah ringkasan dari 'pilihan publik' atas teori regulasi,
digunakan oleh Watts dan Zimmerman yang berpendapat bahwa proses politik
hanyalah sarana mengejar kepentingan individu atau kelompok itu sendiri. Individu
atau kelompok dipengaruhi secara berbeda oleh peraturan akuntansi.
Menanggapi ketidakpuasan masyarakat dengan pengaturan standar oleh badan
akuntansi profesional, pemerintah di banyak negara telah menyiapkan pembuat
standar independen dalam upaya untuk menghasilkan standar kualitas tinggi yang
memenuhi kebutuhan pengambilan keputusan pengguna laporan keuangan.
Beberapa contoh kasus dimana lobi politik menginterfensi proses penetapan dan
pada akhirnya dikeluarkan oleh dewan:

1) Financial instrument (Instrument keuangan)


Menyangut IAS 39 Instrument Keuangan – pengakuan dan pengukuran, pada awal
tahun 2002 dimana eropa akan mengadopsi IAS, banyak sekali perhatian berfokus
pada standard yang ada pada IAS. Perusahaan yang tercatat pada bursa di eropa
sebelumnya yang menggunakan standard nasional mereka, sekarang mensyaratkan
penggunaan IAS untuk laporan keuangan konsolidasi. Pada area instrument keuangan
terjadi potensi perubahan dramatis yang potensial. Secara umum perusahaan
menggunakan historical cost untuk instrument keuangan yang ditunjukkan dari
amortisasi biaya, dan pemasukan keuntungan pada laporan keuangan hanya pada
realisasi. Sedangkan pada IAS 39 diatur bahwa perusahaan harus memasukan
keuntungan yang belum direalisasi dan kerugian pada instrument keuangan tertentu
dalam pendataan ketika terjadi (tidak pada saat realisasi).
2) Intangible asset
Pada saat australia mengadopsi IAS ,dimana didalamnya terdapat IAS 38 : Intangible
Asset, berkembang beberapa metode untuk menilai Intangible asset dan perusahaan –
perusahaan di Australia menggunakan metode yang bervariasi.
contoh : Internal intangible asset tidak dapat diakui dan intangible asset tidak dapat
direvaluasi tanpa adanya suatu pasar yang aktif. Perusahaan–perusahaan di Australia
bersama Federasi akuntan mereka dan Pemerintah, mencoba meminta keringanan dari
standard ini namun ditolak oleh IAS.

C. The Regulatory Framework for Financial Reporting


Terdapat beberapa pihak yang berperan aktif dalam pelaporan keuangan, yaitu para
pembuat laporan keuangan dan auditor eksternal serta para pembuat peraturan. Aktivitas
pihak-pihak tersebbut dipengaruhi oleh lingkungan tempat laporan keuangan dihasilkan,
seperti hukum, ekonomi, politik dan sosial. Meskipun terdapat perbedaan dalam
kerangka regulasi yang digunakan dalam menghasilkan laporan keuangan para negara-
negara di dunia, masih ada beberapa unsur yang umum digunakan. Unsur-unsur tersebut
adalah:
1) Statutory Requirements (Persyaratan Perundang-Undangan)
Persyaratan perundang-undangan, yang dalam hal ini dapat juga dikategorikan
sebagai persyaratan hukum di perusahaan, memiliki peran sebagai insentif untuk
menghasilkan laporan keuangan yang akan diaudit. Di beberapa negara, peraturan
perusahaan mewajibkan direksi menyerahkan rekening yang akan diaudit. Oleh
karena itu, direksi dan auditor harus memenuhi persyaratan hukum untuk pelaporan
tersebut seperti yang tercantum dalam peraturan perusahaan. Pada satu sisi, hukum
atau peraturan dalam perusahaan memberikan mandat persyaratan yang mendasar
yang berhubungan dengan laporan apa yang harus dipersiapkan serta kapan penyiapan
laporan tersebut. Selain itu, dimungkinkan adanya persyaratan lain yang berhubungan
dengan informasi yang harus dicantumkan.
Persyaratan tambahan untuk laporan keuangan berasal dari standar akuntansi yang
spesifik dan dalam beberapa jurisdiksi, standar-standar tersebut mempunyai kekuatan
hukum. Peraturan perusahaan sebagai bagian dari sistem hukum yang lebih luas, juga
mencantumkan cara untuk mengawasi kepatuhan terhadap persyaratan hukum
tersebut. Selain itu, sistem ini juga menyediakan sanksi dan penalti yang dapat
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perusahaan.
2) Corporate Governance (Tata Kelola Perusahaan)
Kebanyakan praktik tata kelola perusahaan mengacu pada struktur, proses dan
institusi di dalam dan di sekitar organisasi yang membagi kekuasaan dan kontrol
sumber daya di antara para partisipan. Beberapa praktik tata kelola perusahaan berasal
dari peraturan yang mengharuskan direksi untuk melakukan tindakan yang spesifik
terhadap manajemen pada perusahaan mereka. Meskipun begitu, sebuah kerangka
peraturan dapat berisi pedoman tambahan untuk tata kelola perusahaan dan aturan
yang muncul dari sektor swasta yang dengan sukarela memberikan rekomendasi dan
aturan pencatatan di bursa saham. Pedoman tata kelola perusahaan dapat menjadi
rekomendasi praktik yang baik bagi direktur dalam mengadopsi mekanisme
perusahaan yang tepat dan sesuai dengan kondisi masing-masing perusahaan.
3) Auditors And Oversight (Auditor Dan Pengawasan)
Dalam banyak negara, auditor memiliki peran penting dalam menjamin kualitas
informasi yang terkandung dalam laporan keuangan perusahaan. Kualifikasi tertentu,
pengalaman, serta memiliki izin untuk melakukan audit merupakan persyaratan dasar
yang dibutuhkan seorang auditor. Selain itu, auditor harus memiliki komitmen
terhadap kode etik dan harus rela menanggung sanksi apabila melanggar peraturan.
Kebanyakan bentuk dari peraturan tersebut adalah self-imposed karena seorang
profesional setuju mengikuti keseluruhan peraturan untuk menjaga keistimewaan
posisi dan melindungi hak mereka untuk melakukan praktik sebagai seorang
profesional. Self-regulation dalam profesi audit telah diamati secara luas tapi terdapat
beberapa contoh terkemuka yang pembuatan aturan tersebut menjadi tanggung jawab
pemerintah. Lingkup tanggung jawab untuk pengawasan auditor melalui badan hukum
yang menyediakan regulasi dirasa lebih independen dibandingkan dengan melakukan
self-regulation. Pilihan melalui peraturan hukum dibandingkan self-regulation dapat
mencerminkan perbedaan ekonomi atau politik dalam mengelola pasar modal.
4) Independent Enforcement Bodies (Badan Pelaksana Independen)
Badan pelaksana independen adalah bagian dari keseluruhan sistem dalam
melaksanakan persyaratan pelaporan keuangan. Badan pelaksana independen berperan
meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan tentang pelaporan keuangan,
sebagaimana yang terdapat dalam hukum dan standar akuntansi. Badan Pelaksana
independen merupakan perpanjangan dari pengajuan pengawasan yang merupakan
dasar dari kerangka peraturan. Pendirian badan pelaksana independen berkaitan
dengan adopsi IFRS tahun 2005 karena dibutuhkan pengaplikasian IFRS secara
komprehensif dan konsisten untuk mencapai tujuan dari adopsi IFRS tersebut.

D. The Institutional Structure for Setting Accounting & Auditing Standards


Mengenai kerangka peraturan pelaporan keuangan (regulatory framework for
financial reporting), kita mengetahui bahwa syarat pelaporan keuangan secara umumnya
diturunkan dari undang-undang hukum dan standar akuntansi. Pada bagian ini, akan
dijelaskan mengenai perkembangan dari badan pembuat standar internasional
(international standard setting body) dan proses pembentukan standar akuntansi dan audit
internasional (process of setting international accounting and auditing standards).
Perkembangan awal standar akuntansi dimulai ketika dibentuknya International
Accounting Standards Committee (IASC) di London pada tahun 1973. Komite ini
berisikan perwakilan dari badan akuntansi profesional dari sembilan negara, yaitu
Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris-Irlandia, Amerika Serikat,
dan Jerman Barat. Sasarannya adalah untuk mengembangkan standar akuntansi sektor
swasta yang cocok untuk digunakan di negara-negara seluruh dunia. Sebelum tahun
2005, International Accounting Standards (IAS) berpengaruh di banyak negara. Papua
New Guinea dan Indonesia mengadopsi IAS karena negara-negara tersebut belum
memiliki struktur pembuat standar nasional. IAS juga digunakan oleh Singapura dan
Hongkong dalam pengembangan standar akuntasi nasional mereka. Selain itu, IAS juga
telah digunakan sejak awal tahun 1990 oleh Switzerland dan Jerman. Di negara-negara
tersebut, akuntansi nasional mencerminkan orientasi stakeholder yang muncul dari
kerangka hukum yang berlaku dan sistem akuntansi berbasis pajak. Perusahaan-
perusahaan yang ada di negara tersebut menggunakan IAS untuk menyediakan informasi
tambahan kepada peserta pasar modal dalam bentuk yang lebih transparan dan dapat
dibandingkan (comparable).
IASC dibentuk oleh negara-negara yang memiliki praktik dan pendekatan standar
akuntansi yang berbeda, Awalnya IAS seringkali memperbolehkan adanya pemilihan
suatu kebijakan akuntansi untuk memuat preferensi dari berbagai negara anggota. Oleh
karena itu, selama akhir tahun 1980-an, IASC mulai mengerjakan Improvement Project
untuk meningkatkan kualitas IAS dan menghilangkan banyak perlakuan opsional.
Meskipun terdapat peningkatan pengunaan IAS yang mendunia, namun IASC
faktanya bukanlah badan penyusun standar yang independen, sehingga pada tahun 2001,
IASC direstrukturisasi karena dianggap tidak independen, sehingga dibentuk
International Accounting Standards Board (IASB). IASB ini merupakan badan pembuat
standar yang independen dan strukturnya berdasarkan Financial Accounting Standards
Board (FASB). IASB ini beranggotakan empat belas orang dengan jam kerja penuh (full
time members), yang dipilih berdasarkan kemampuan dan pengalaman dalam
penyusunan standar dan profesional dalam akuntansi. IASB memiliki tanggungjawab
untuk memperbaharui IAS yang telah ada dan membuat International Financial
Reporting Standards (IFRS).
Aktivitas IASB menjadi semakin penting, terutama dimulai sejak tahun 2002 dengan
adanya keputusan European Commission (EC) untuk mengadopsi standar IASB pada
tahun 2005. EC mengumumkan kepada seluruh perusahaan publik di negara-negara
anggota Uni Eropa untuk menyiapkan akun konsolidasian berdasarkan standar IASB.
Perubahan yang fundamental ini merupakan langkah penting dalam mempromosikan
pembuatan informasi keuangan yang lebih transparan dan dapat dibandingkan dari
seluruh perusahaan Eropa yang terdaftar. Adopsi ini merupakan tuntutan dari sebuah
tujuan untuk menciptakan sebuah pasar modal terpadu di Eropa. Sejumlah aktivitas yang
dilakukan oleh IASB dan negara-negara Uni Eropa terkait putusan untuk mengadopsi
standar tersebut antara lain
a. IASB perlu untuk membuat standar yang stabil dengan tenggat waktu 1 Maret
2004 untuk kemudian ditinjau ulang oleh Accounting Regulatory Committee
(ARC) milik EC;
b. Setiap negara anggota EU harus menyiapkan diri untuk mengadopsi standar
internasional dengan mempertimbangkan bagaimana pelaporan menurut IFRS
akan diintegrasikan dengan standar pelaporan keuangan nasional tiap negara.
c. Profesi akuntan (meliputi auditor eksternal dan akuntan publik) harus bersiap
menghadapi adopsi dan penggunaan IFRS. Caranya dengan pelatihan-pelatihan
teknis untuk dapat menyerap standar. Perusahaan juga harus mempersiapkan
para karyawannya untuk mengerti standar internasional tersebut dan perusahaan
harus berkomunikasi dengan para investor dan penyedia keuangan mengenai
dampak dari adopsi IFRS terhadap laporan keuangan mereka.

Program Konvergensi IASB dan FASB


Pada tahun 2002, dibentuk program konvergensi IASB/FASB yang diberi nama
Norwalk Agreement. Program konvergensi tersebut mengharuskan FASB dan IASB
untuk mengidentifikasi perbedaan antar standar, untuk meninjau solusi apa saja yang
tersedia dan untuk mengadopsi perlakuan yang lebih baik. Dalam praktiknya, proses
konvergensi ini sangat rumit. Beberapa perbedaan muncul karena terdapat perbedaan-
perbedaan mendasar antara kedua standar. US GAAP dikenal sebagai standar yang
berdasarkan aturan (rule-based standards), sedangkan IAS merupakan standar yang
berdasarkan prinsip (principle-based standards).

Standar Akuntansi Sektor Publik


IASB menetapkan standar untuk sektor swasta. Standar yang berbeda mungkin saja
diterapkan di sektor pemerintahan karena organisasi pemerintahan memiliki tujuan dan
stakeholder yang berbeda dengan perusahaan swasta. Setiap negara harus menentukan
sejauh mana standar IASB dapat digunakan oleh entitas sektor publik. Di Indonesia,
standar akuntansi yang digunakan oleh sektor publik adalah Standar Akuntansi
Pemerintah yang ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010.

Standar Audit Internasional


Menurut sejarahnya, audit bersifat self-regulated, artinya tidak ada standar
internasional yang baku untuk digunakan. Pada abad ke -19, Companies Act terjadi di
Inggris dan mengharuskan audit dilakukan. Di Amerika Serikat, American Institute of
Accountants menetapkan standar audit untuk pertama kalinya pada tahun 1939.
Skandal Enron dan perusahaan lainnya pada awal taun 2000-an dapat dinyatakan
sebagai kegagalan pasar dan tampaknya telah dignakan sebagai pembenaran untuk
intervensi pemerintah dalam penyusunan standar audit di Amerika Serikat dan Australia.
Hal tersebut melahirkan sebuah pakta yang disebut Sarbanes-Oxley Act pada tahun 2002.
Sejak saat itu, peninjauan kepada kantor audit di Amerika Serikat dilakukan oleh badan
pemerintah yang disebut Public Company Accounting and Oversight Board (PCAOB).
PCAOB juga bertanggung jawab dalam menetapkan standar audit untuk perusahaan
publik.
International Standards on Audit (ISA) dikembangkan oleh International Auditing and
Assurance Standards Board (IAASB). IAASB beroperasi dibawah International
Federation of Accountant (IFAC). IFAC kemudian membentuk Public Interest Oversight
Board (PIOB) pada tahun 2005 dengan tujuan untuk meningkatkan kepercayaan pada
standar yang diterbitkan oleh IAASB dan IFAC.

You might also like