Professional Documents
Culture Documents
Hasil Survei Nasional RISET 2023 R7
Hasil Survei Nasional RISET 2023 R7
MANAGEMENT
IIA Indonesia dan ACFE Indonesia Chapter, telah melakukan survei Fraud Risk Management
(FRM) pada bulan Oktober – November 2022. Total responden yang berpartisipasi dalam 28% Pemerintah Pusat/Daerah
survei tersebut sejumlah 441 orang dari berbagai jenis perusahaan dan industri.
14% Pertambangan & Energi
Infografis ini menggambarkan temuan hasil survei antara lain penerapan FRM, peran para
pihak termasuk peran Auditor Internal serta bagaimana tingkat efektivitas setiap elemen
FRM. 6% Infrastruktur & Transportasi
JENIS KELAMIN RESPONDEN PROFESI RESPONDEN JENIS PERUSAHAAN 4% Industri Barang Konsumsi
74% 3%
82% Auditor Internal
Perdagangan, Jasa & Investasi
Laki-laki 38% 28% 26%
Swasta Sektor BUMN/
7% Dewan Komisaris/Komite Audit Publik BUMD 3% Properti & Konstruksi
4% Unit Manajemen Risiko
26%
3% Unit Kepatuhan 3% Aneka Industri
3% Akademisi
1% Direktur/Direktur Utama/ 1% 4% 3%
Perempuan Menteri/Eselon I
Nirlaba Asing Lainnya 2% Perusahaan Teknologi
1
Apakah sudah pernah dilakukan Fraud Risk Assessment?
• Sebanyak 54% Responden menyatakan sudah pernah melakukan Fraud Risk Assessment, dimana berdasarkan jenis
perusahaan, responden dari BUMN/D yang terbanyak (60%) disusul oleh perusahaan swasta (55%). Responden dari
perusahaan Nirlaba dan Pemerintah, memiliki capaian terendah masing-masing sebesar 33% dan 48%.
• Dari Reponden yang menyatakan pernah melakukan Fraud Risk Assessment, sebagian besar menyatakan pemutakhiran risiko
dilakukan dalam kuruan waktu 12 bulanan.
54%
Swasta BUMN/ Sektor Nirlaba Asing Lainnya
11% Tidak pernah
BUMD Publik
2
Apakah semua bagian dalam Organisasi terlibat dalam proses Fraud Risk Assessment?
Dari 240 responden yang menjawab perusahaannya sudah melakukan Fraud Risk Assessment, 54% menjawab seluruh bagian
dalam organisasi dilibatkan dalam proses Fraud Risk Assessment tersebut, 42% menyatakan tidak semua bagian dilibatkan.
Jasa Keuangan
Sektor Publik 2% 63% 35%
42%
54%
Asing Industri Dasar & Kimia
56% 44% 50% 50%
Aneka Industri
Lainnya 17% 50% 33%
3
Apakah terdapat program FRM?
Sebagian besar responden (61%) menyatakan terdapat program Fraud Risk Management (FRM). Namun jika ditelaah
berdasarkan klasifikasi industri, dari perusahaan teknologi dan dari perusahaan perdagangan, jasa & investasi sebagian
besar justru menyatakan tidak memiliki program FRM (63% dan 60%).
BUMN/BUMD
10% 27% 63%
Pemerintah Pusat/Daerah
Perusahaan Teknologi
Perdagangan, Jasa & Investasi
12%
17% 39%
63%
44%
25%
Jasa Keuangan
Sektor Publik 6% 17% 77%
Aneka Industri
29% Lainnya
33% 67% Pertambangan & Energi
23% 31% 46%
4
Risiko fraud yang mungkin terjadi?
26% Penyalahgunaan inventory dan/atau Kecurangan pengeluaran/penerimaan uang 39% 37% 7% 17%
aset organisasi
Kecurangan laporan keuangan 33% 40% 27%
• Berdasarkan hasil survei, tiga fraud risk tertinggi adalah (1) Benturan kepentingan/penyalahgunaan jabatan;
(2) Penyalahgunaan inventory dan/atau aset organisasi; (3) Kecurangan atas pengadaan barang/jasa.
• Hal yang berbeda menurut responden dari BUMN/D yang menyatakan fraud tertinggi adalah Kecurangan/manipulasi
laporan/data dan responden swasta yang menyatakan fraud tertinggi adalah Kecurangan pengeluaran uang/penerimaan uang.
5
Kasus Fraud dalam 2 Tahun Terakhir: Keterjadian, Pelaku dan Materialitas?
• Berdasarkan 69% responden di atas, 48% diantaranya menyatakan Staff/karyawan adalah pelaku dengan keterjadian • Pemegang Saham
terbanyak, lalu disusul oleh Manajemen (pemegang jabatan manajerial (20%) dan Vendor/Supplier/Pihak ke-3 (11%). • Eksternal lainnya
• Dari responden yang menyatakan 2 tahun terakhir pernah terjadi fraud, sebanyak 68% menyatakan keterjadian kasus
antara 1-5 per tahun, dengan materialitas kasus yang paling banyak terjadi di tingkat Relatif Sedang (33% responden).
6
Peran Dekom, Direksi dan IA dalam FRM?
Setiap fungsi dari lini di Three Line Models memiliki peran masing-masing dalam FRM
PERAN & TANGGUNG JAWAB PERAN & TANGGUNG JAWAB PERAN & TANGGUNG JAWAB
DEWAN KOMISARIS/KOMITE AUDIT DIREKTUR UTAMA AUDIT INTERNAL
(5 jawaban terbanyak) (5 jawaban terbanyak) (5 jawaban terbanyak)
Mengawasi, memonitor, dan melakukan
evaluasi atas pelaksanaan manajemen risiko Memastikan tindak lanjut atas temuan dan Memberikan rekomendasi perbaikan
atas fraud rekomendasi yang berhubungan dengan FRM pengendalian internal
63% 59% 73%
Mendefinisikan dan melaksanakan prinsip Memimpin investigasi atas skema fraud dan
etik mengatasi fraud Menetapkan tone antifraud terjadinya fraud
30% 46% 63%
Menetapkan framework manajemen risiko atas Melakukan asesmen secara periodik maupun
Menetapkan risk appetite atas fraud fraud yang memadai ad-hoc mengenai risiko
23% 43% 55%
7
Tingkat Efektivitas Elemen Fraud Risk Management?
Penerapan sanksi atas fraud, Whistleblowing System, dan Audit Internal adalah 3 elemen terbesar dalam Fraud Risk
Management yang efektif dan paling efektif. Sedangkan 3 elemen terbanyak yang dianggap tidak/kurang efektif adalah Fraud
Awareness Training, pemantauan Red Flags dan pengawasan independen oleh Dekom/Komite Audit.
8
Apakah semua karyawan, supplier/vendor dan pelanggan tahu bagaimana
melaporkan jika terjadi indikasi fraud?
Masih ada 5% responden yang menjawab semua karyawan, supplier, dan pelanggan tidak tahu bagaimana melaporkan
indikasi fraud, yang terbanyak adalah dari organisasi nirlaba, disusul dengan lainnya dan perusahaan swasta.
26% 5% 9%
Swasta Pemerintah Pusat/Daerah
12% 56% 27% 5%
8% 50% 34% 8%
Perusahaan Teknologi
12% 38% 38% 12%
BUMN/BUMD
Perdagangan, Jasa & Investasi
8% 70% 19% 3% 13% 20% 47% 20%
Jasa Keuangan
Sektor Publik 10% 64% 23% 3%
11% 62% 24% 3% Infrastruktur & Transportasi
4% 63% 30% 3%
Nirlaba Properti & Konstruksi
23% 46% 31%
33% 33% 34% Industri Barang Konsumsi
60%
69% 25% 6%
Asing
Industri Dasar & Kimia
5% 71% 24% 6% 76% 12% 6%
Aneka Industri
Lainnya 8% 23% 62% 7%
8% 58% 17% 17% Pertambangan & Energi
3% 70% 21% 6%
Tidak tahu Ya, semua tahu Ya, namun hanya karyawan yang tahu Tidak, semua tidak tahu
9
Apakah Organisasi anda melakukan Data Analytics/Continuous Auditing untuk
mendeteksi atau memprediksi fraud?
Rata-rata diatas 50% responden menyatakan organisasinya telah menggunakan Data Analytics/Continuous Auditing untuk
mendeteksi fraud, terutama sektor swasta dan BUMN/D dari jenis perusahaan dan dari klasifikasi industri, responden dari
Jasa Keuangan, Perusahaan Teknologi, dan Industri Barang Konsumsi adalah 3 tertinggi yang menjawab.
53%
62% 38%
Asing
Industri Dasar & Kimia
18% 47% 35% 6% 59% 35%
Aneka Industri
Lainnya 23% 62% 15%
25% 58% 17% Pertambangan & Energi
13% 32% 55%
10
Dalam melakukan Investigasi Internal apakah organisasi anda sudah menerapkan
Forensik Digital?
KLASIFIKASI INDUSTRI
21% 41% 38%
Infrastruktur, Utilitas & Transportasi
11% 22% 67%
Sektor Publik 47% 37% 16%
Properti, Real Estate & Konstruksi
BERDASARKAN
23% 8% 69%
Industri Barang Konsumsi
Nirlaba 67% 0% 33% 6% 19% 75%
Industri Dasar & Kimia
6% 24% 70%
Asing 47% 24% 29% Aneka Industri
15% 46% 39%
Pertambangan & Energi
11% 40% 49%
Lainnya 25% 50% 25%
Tidak tahu Ya Tidak
11
Asurans/pengujian atas Fraud Risk Management (FRM)?
8%
18% 20% 5%
100%
32% Dilakukan secara periodik
12
Area FRM yang diuji dan pelaporan hasil asurans/pengujian?
62%
Kesadaran atas risiko
dan manajemen risiko fraud 22% Komite Audit
52%
15% Dewan Komisaris
85%
Program-program manajemen risiko fraud 9% Direktur Kepatuhan
52%
Struktur dan proses pengelolaan risiko fraud • Tiga area FRM yang paling banyak diuji adalah Pengendalian Internal, Monitoring atas
Pengawasan, dan Struktur & Proses Pengelolaan Risiko Fraud.
59%
13
PENUTUP
•
Survei IIA Indonesia dan ACFE Indonesia Chapter ini menunjukkan bahwa
hampir separuh dari organisasi responden belum mempunyai Fraud Risk
Management dan beberapa elemen kritikal dalam pencegahan fraud masih
belum efektif. Hal ini dapat menjadikan organisasi kurang siap menghadapi
•
fraud, baik karena alasan internal maupun eksternal.
14