You are on page 1of 7

REVIEW JURNAL PSIKOLOGI UMUM

Anggota Kelompok:

1. Azia Thahira (230811608058)

2. Chofifah Zahra Nurrohma (230811604802)

3. Aulia Nurul Islam (230811600427)

4. Bunga Chinta Maulina (230811610174)

Judul Artikel Facial Emotion Recognition in Adopted Children


Edisi Jurnal 32
Penulis 1. Amy L. Paine
2. Stephanie H. M. van Goozen
3. Daniel T. Burley
4. Rebecca Anthony
5. Katherine H. Shelton
Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana perbandingan pengenalan emosi anak yang diadopsi
dengan anak yang tinggal dengan keluarga kandung mereka?
2. Apa dampak masalah awal dan pengalaman adopsi mereka pada
kemampuan pengenalan emosi anak?
3. Apa hubungan antara pengenalan emosi anak dan perilaku mereka
dalam berbagai konteks?
Hipotesis • Dibandingkan dengan anak yang tidak diadopsi, anak yang diadopsi
akan cenderung menunjukkan perilaku agresif. Mereka yang
mengalami lebih banyak pengalaman buruk sebelum diadopsi juga
akan menunjukkan kecenderungan yang lebih besar terhadap emosi
negatif.
• Tingkat akurasi yang rendah dalam mengindentifikasi emosi negatif
(kesedihan, ketakutan, dan kemarahan) serta kecenderungan untuk
berpandangan negatif diharapkan berhubungan dengan masalah
emosional dan perilaku mereka.
• Kasih sayang dari orang tua adopsi akan berhubungan dengan
kemampuan pengenalan emosi yang lebih baik pada anak mereka.
Subjek Anak-anak adopsi.
Metode Anak-anak yang diadopsi dan orang tuanya diundang ke NDAU untuk dua
sesi penilaian; yang pertama selama 3 jam dan yang kedua selama 2 jam.
Setelah perkenalan singkat bersama, anak menyelesaikan penilaian di ruang
pengujian dengan penilai perkembangan yang terlatih. Penilaian mencakup
serangkaian tugas yang telah ditetapkan dan digunakan secara internasional
dalam penelitian dan praktik klinis yang menargetkan dimensi dasar fungsi,
berdasarkan pendekatan Research Domain Criteria (RDoC); kerangka
penelitian untuk menyelidiki gangguan mental dengan mengukur domain
fungsi (emosi, kognisi, motivasi, dan perilaku sosial). Orang tua anak
tersebut menyelesaikan wawancara dan kuesioner di ruang wawancara
terpisah.
• Langkah-langkah

a. Pengenalan Emosi Wajah

Pengakuan emosi anak bisa dilihat dari ekspresi wajah mereka. Setiap
ekspresi wajah ditampilkan menggunakan laptop selama 3 detik, sebelum
jawaban muncul di layar, sang anak diminta untuk mengidentifikasi
ekspresi wajah secara verbal tanpa batasan waktu untuk jawaban mereka.
Menggunakan pendekatan two-high threshold untuk mengubah data awal
dari tugas pengenalan emosi wajah menjadi variabel akurasi pengenalan
(Pr) dan bias respons (Br) untuk setiap emosi dan wajah netral.

b. Masalah emosional dan perilaku

Dalam pengukuran masalah emosional dan eksternal pada anak-anak, kami


menggunakan internalisasi dan masalah eksternalisasi. Dimana hasil
penelitian menunjukan bahwa orang tua dan guru adoptif memiliki tingkat
konsintensi internal yang baik dalam mengisi kuesioner Strengths and
Difficulties Questionnaire. Skor yang lebih tinggi menunjukkan lebih
banyak masalah untuk kedua subskala (dimana anak-anak dapat mencetak
maksimal 20 untuk setiap skala) subskala internalisasi dan eksternalisasi
dapat diterima dengan tingkat konstistensi internal yang baik untuk orang
tua dan laporan guru.

1
c. Kosakata reseptif.

Kosakata reseptif anak-anak dinilai menggunakan British Picture


Vocabulary Scale. Di setiap uji coba tes, anak-anak disuguhkan 4 gambar.
Peneliti mengucapkan satu kata dengan lantang yang nantinya akan dijawab
dengan anak-anak tersebut.

Tujuannya adalah untuk menyelidiki hubungan antara pengenalan emosi


anak-anak yang diadopsi dan masalah emosional dan perilaku yang dinilai
oleh orang tua dan guru. Asosiasi diuji antara variabel yang diminati
menggunakan korelasi Pearson atau korelasi Spearman menurut sebarannya
data, memilah-milah kovariat yang teridentifikasi.
d. Kehangatan Orang tua

Kehangatan orang tua diukur menggunakan Five-Minute Speech Sample.


Selama tugas ini, para orang tua diminta untuk menjelaskan kepribadian
anak mereka dan hubungan mereka selama lima menit. Orang tua tidak
diberi petunjuk kecuali jika mereka kesulitan untuk terus berbicara, dalam
hal tersebut mereka diberi pertanyaan oleh peneliti seperti, "Bagaimana
Anda akan menjelaskan kepribadian anak?" Setiap sampel pidato orang tua
direkam dan ditranskripsi.

Penilai independen, yang tidak mengetahui tujuan penelitian, mengukur isi


sampel dan nada sampel saat mendeskripsikan anak mereka untuk
mengukur tingkat kehangatan menggunakan skor dari 0 hingga 5. Uji t-
sampel independen menunjukkan tidak ada perbedaan antara kelompok
adopsi dan non-adopsi dalam hal kehangatan orang tua.
Hasil dan Kesimpulan Perbandingan berpasangan menunjukkan bahwa anak-anak dalam sampel
adopsi memiliki akurasi diskriminasi yang lebih rendah untuk emosi sedih
dan emosi marah.

Ditemukan perbedaan dalam pengenalan emosi berdasarkan jenis kelamin,


dimana perempuan lebih baik daripada laki-laki dalam mengenali wajah-
wajah yang marah. Selain itu, usia anak memiliki hubungan positif dengan
2
akurasi dalam mengenali wajah-wajah yang takut, marah, dan netral, jenis
kelamin dan usia anak dikendalikan dalam semua analisis. Tidak ditemukan
hubungan signifikan antara akurasi pengenalan dan kecenderungan respons
serta kosakata penerimaan anak, sehingga tidak dimasukkan dalam analisis
lanjutan.

Setelah usia dan jenis kelamin diperhitungkan, akurasi yang lebih rendah
dalam membedakan antara wajah marah dan takut dikaitkan dengan masalah
emosional yang lebih tinggi oleh orang tua dan guru. Diskriminasi yang
kurang akurat terhadap wajah ketakutan dan wajah netral terkait dengan
peringkat masalah pengasuhan anak yang lebih tinggi.

Hubungan antara pengalaman kesulitan awal anak terkait dengan


kemampuan mereka mengenali ekspresi, anak-anak yang memiliki lebih
banyak pengalaman masa kecil lebih akurat dalam mengenali wajah yang
menunjukkan ekspresi emosi negatif, termasuk kesedihan.

Penilaian yang lebih tinggi terhadap kehangatan orang tua terkait dengan
kecenderungan yang lebih rendah bagi anak-anak untuk mengidentifikasi
wajah-wajah sebagai marah. Selain itu, menurut penilaian orang tua, anak-
anak memiliki lebih sedikit masalah perilaku ketika kehangatan orang tua
tinggi. Meskipun hanya mendekati signifikansi, hubungan ini juga tampak
serupa untuk masalah perilaku yang dinilai oleh guru.
Critical review Jurnal yang berjudul Facial Motion recognition in Adopted Children ini
secara garis besar membahas tentang korelasi antara pengenalan emosi dari
anak yang diadopsi dengan anak yang tinggal dengan orang tua kandungnya
dan pengalaman terdahulu, serta pola asuh orang tua.

Menurut penulis, anak yang diadopsi lebih sering mengalami masalah


terkait emosi serta perilakunya. Penulis berhipotesis bahwa dibandingkan
dengan anak-anak yang tidak diadopsi, anak yang diadopsi akan
menunjukkan bias bermusuhan (yaitu memiliki kemungkinan yang lebih

3
besar untuk salah melabeli wajah tidak marah sebagai marah). Lalu, anak-
anak yang mengalami pengalaman yang buruk akan menunjukkan bias yang
lebih besar terhadap emosi negatif. Penulis juga berhipotesis akurasi
diskriminasi rendah emosi negatif (kesedihan, ketakutan, dan kemarahan)
dan bias bermusuhan akan positif terkait dengan masalah emosional dan
perilaku. Akhirnya, penulis berhipotesis bahwa kehangatan yang
ditunjukkan oleh orang tua angkat akan dikaitkan dengan pengenalan emosi
yang lebih baik pada anak-anak mereka.

Maka, penulis melakukan penelitian dengan tujuan menyelidiki pengenalan


emosi anak-anak adopsi dibandingkan dengan anak-anak yang tinggal
dengan keluarga kandung mereka.

Penulis membandingkan pengenalan emosi anak-anak adopsi dengan anak-


anak yang tidak diadopsi dengan resiko yang sama untuk psikopatologi
masa depan untuk menjelaskan dampak dari pengalaman buruk dan
pengalaman adopsi pada keterampilan pengenalan emosi anak-anak adopsi.

Penulis juga memeriksa hubungan antara pengenalan emosi anak-anak


adopsi dan penilaian dari orang tua dan guru tentang masalah emosional dan
perilaku mereka dalam pengalaman buruk mereka, diindeks oleh sejumlah
kumulatif pengalaman buruk masa kecil dan kasih sayang orangtua angkat.

Untuk penelitiannya, penulis menggunakan metode yang dijelaskan dengan


rinci. Temuan dari penelitian penulis menunjukkan bahwa anak-anak yang
berkembang secara tipikal dengan anak-anak yang memiliki masalah
emosional dan perilaku cenderung lebih baik dalam mengenali ekspresi
wajah bahagia dibandingkan dengan emosi negatif dasar lainnya seperti
sedih, takut, dan marah. Hasil penelitian ini menunjukkan pola kinerja yang
serupa pada kedua kelompok, baik anak-anak yang diadopsi maupun yang
tidak diadopsi.

4
Namun, anak-anak yang diadopsi, jika dibandingkan dengan anak-anak
yang tidak diadopsi dan memiliki tingkat masalah perilaku yang serupa,
tampil secara signifikan lebih buruk dalam mengenali ekspresi wajah sedih
dan marah. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa anak-anak yang
kurang akurat dalam mengenali ekspresi negatif (wajah marah dan takut)
cenderung memiliki lebih banyak masalah emosional dan perilaku menurut
penilaian dari orangtua dan guru.

Penelitian ini menunjukkan bahwa anak-anak yang diadopsi umumnya


memiliki performa yang lebih rendah dalam mengenali beberapa emosi
negatif, namun ada penemuan mengejutkan bahwa anak-anak yang
mengalami lebih banyak pengalaman emosional negatif sebelum diadopsi
cenderung lebih baik dalam mengenali sedih dan takut. Diperlukan
penelitian lebih lanjut untuk memahami mekanisme di balik pengaruh
pengalaman emosional awal terhadap kemampuan pengenalan emosi anak-
anak yang diadopsi.

Selain itu, kehangatan dalam pengasuhan juga berpengaruh pada


kemampuan mereka untuk memahami perasaan marah dengan lebih baik,
sehingga mereka tidak keliru mengartikannya. Intervensi yang mendorong
perilaku pengasuhan yang hangat dapat menjadi cara yang menjanjikan
untuk meningkatkan kemampuan pengenalan emosi dan mengatasi masalah
emosional dan perilaku pada anak-anak yang diadopsi.

Dari penelitian yang telah dilakukan, penulis juga memaparkan keterbatasan


yang dialami. Meskipun ada keterbatasan, penelitian ini memberi tahu kita
bahwa penting untuk menggunakan cara penilaian yang khusus untuk
membantu anak-anak yang diadopsi agar bisa lebih baik. Meskipun ada cara
yang bagus untuk membantu anak-anak mengenali emosi dan menjadi lebih
baik dalam perilaku, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk
memastikan bahwa anak-anak yang diadopsi juga bisa mendapatkan
manfaat dari cara-cara tersebut.

5
Penelitian tersebut juga menunjukkan bahwa cara orang tua mengasuh
dengan kasih sayang bisa memiliki dampak baik pada kesejahteraan mental
anak-anak yang diadopsi. Ini juga menunjukkan bahwa cara orang tua yang
hangat dan penuh perhatian terhadap anak mereka berhubungan dengan
kemampuan mereka mengenali emosi. Jadi, mendukung cara pengasuhan
yang penuh perhatian adalah cara yang bagus untuk membantu anak-anak
yang diadopsi dalam mengenali emosi dan menjadi lebih baik dalam
bersosialisasi.

Jurnal ini memenuhi standar penulisan ilmiah yang baik dan memberikan
wawasan tentang bagaimana pengenalan emosi memengaruhi anak-anak
yang diadopsi. Dan diharapkan penelitian selanjutnya akan terus
mengeksplorasi topik ini untuk lebih memahami peran yang dimainkan oleh
pengenalan emosi dalam perkembangan anak-anak yang diadopsi.

You might also like