You are on page 1of 2

Auditor BPK Tersangka Usai Terima Suap dari Bupati Kepulauan Meranti

Auditor muda yang juga Ketua Tim Pemeriksa Badan Pemeriksa Keuangan Perwakilan Riau
M. Fahmi Aressa ditetapkan tersangka dalam kasus korupsi Bupati Kepulauan
Riau Muhammad Adil. Fahmi disebut menerima suap dari Adil agar program pemeriksaan
keuangan di Kepulauan Meranti tahun 2022 mendapat predikat baik.

"Sehingga nantinya memperoleh WTP (Wajar Tanpa Pengecualian)," kata Wakil Ketua KPK
Alexander Marwakat dalam konferensi pers di Kantor KPK, Jakarta, Jumat, 7 April 2023.

Alex menyebut suap diberikan Muhammad Adil dan orang kepercayaannya yaitu Fitria
Nengsih, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah atau BPKAD Kepulauan
Meranti. Uang diberikan sekitar Rp 1,1 miliar.

Sebelumnya pada Kamis lalu, 6 April, Adil terjaring dalam operasi tangkap tangan KPK
bersama 27 orang lainnya. KPK kemudian menetapkan tiga orang sebagai tersangka yaitu
Adil, Fitria, dan Fahmi.

 Tiga kasus korupsi

Ada tiga dugaan korupsi yang menjerat Adil yaitu pemotongan anggaran, penerimaan fee
untuk jasa travel umrah, dan suap pemeriksaan keuangan. Dalam kasus pertama, Adil diduga
memerintahkan para kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) untuk melakukan
setoran uang. Sumber anggarannya yaitu dari pemotongan uang persediaan (UP) dan ganti
uang persediaan (GU) di masing-masing SKPD yang kemudian dimanipulasi seolah-olah
adalah utang pada Adil.

 KPK Ungkap Dugaan Syahrul Yasin Limpo Paksa ASN Setor Uang dengan
Ancaman Mutasi
Besaran pemotongan UP dan GU ditentukan Adil dengan kisaran 5 sampai 10 persen untuk
setiap SKDP. Setoran UP dan GU dalam bentuk uang tunai ini kemudian disetorkan pada
Fitria. Uang dari pemotongan anggaran ini kemudian dipakai Adil sebagai dana operasional
kegiatan safari politik terkait rencana pencalonannya untuk maju dalam Pemilihan Gubernur
Riau tahun 2024.
Berikutnya, Adil kemudian juga memanipulasi anggaran daerahnya sendiri untuk program
umrah gratis. Desember 2022, Adil juga menerima uang sekitar Rp 1,4 miliar dari PT TM
melalui Fitria. Alex menyebut Fitria juga bertindak sebagai Kepala Cabang PT TM,
perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa travel perjalanan umrah.

Uang diberikan karena PT TM telah menang dalam proyek pemberangkatan umrah bagi para
takmir masjid di Kepulauan Meranti. Menurut Alex, PT TM punya program khusus lima
berangkat umrah satu gratis.

Artinya, ada satu orang yang digratiskan umrah setiap pemberangkatan lima peserta. Akan
tetapi, Adil dan Fitria bersekongkol. Sehingga satu orang yang harusnya gratis ini justru
ditagihkan dananya ke APBD Kepulauan Meranti.

"Harusnya diskon," kata Alex. Tagihan yang terkumpul dari APBD inilah yang terkumpul
dan kemudian disetorkan ke Adil sebanyak Rp 1,4 miliar tersebut. Barulah kemudian setelah
rentetan peristiwa ini terjadi suap ke Fahmi.

Adil sebagai penerima suap pun disangkakan melanggar Pasal 12 huruf f atau Pasal 12 huruf
a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Selain itu
Adil juga sebagai pemberi disangkakan melanggar Pasal 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1
huruf b atau Pasal 13 UU yang sama.

Sementara, Fitra sebagai pemberi melanggar 5 ayat 1 huruf a atau Pasal 5 ayat 1 huruf b atau
Pasal 13 UU Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Kemudian Fahmi sebagai penerima
melanggar Pasal 12 huruf a atau Pasal 12 huruf b atau Pasal 11 UU yang sama.

You might also like