You are on page 1of 24

MAKALAH

MENGHIJAUKAN AKUNTANSI DAN

AKUNTAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Akuntansi social dan Lingkungan

Dosen Pengampu:
Diamond Limbong, S.Ak.,M.M

Oleh:
Kelompok 12
ADRIAN 216602111
SULASRI 216602081

KELAS REG 1
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI ENAM ENAM KENDARI
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada bapak Diamond Limbong,
S.Ak.,M.M sebagai dosen pengampu mata kuliah Akuntansi social dan Lingkungan
yang telah membantu memberikan arahan dan pemahaman dalam penyusunan
makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Kendari, 5 Oktober 2023

Kelompok 12

2
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................... 1

KATA PENGANTAR...................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................4
1.1 Latar Belakang..........................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah....................................................................................6

1.3 Tujuan Penulisan......................................................................................6

BAB II PEMBAHASAN...............................................................7
2.1 Menghijaukan Akuntansi dan Akuntan...............................7
2.1.1 Akuntansi Pemicu Krisis..................................................................8
2.1.2 Menghijaukan Akuntansi dan Akuntan.........................................10
2.2 Menghijaukan Akuntansi Bagaimana Caranya...................12
2.2.1 Menghijaukan Akuntansi.................................................................13
2.3 Agenda Penghijauan Akuntansi............................................ 17
2.3.1 Penghijauan Akuntansi....................................................................18
2.3.2 Agenda Penghijauan Akuntansi......................................................20
BAB III PENUTUP.......................................................................23
3.1 Kesimpulan...........................................................................................23
3.2 Saran.....................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA....................................................................24

3
BAB I

1.1 Latar Belakang


PENDAHULUAN

Penghijauan akuntansi adalah merupakan proses untuk mendorong dan


menjadikan proses akuntansi serta outputnya lebih ramag lingkungan atau lebih
ramah terhadap transaksi-transaksi atau pristiwa sosial dan lingkungan, disamping
transaksi atau peristiwa-peristiwa keuangan. Aspek-aspek krusial akuntansi yang
perlu di hijaukan adalah tujuan dan sasaran pelaporan akuntansi, konsep dasar, dan
pengungkapan informasi.

Dalam banyak praktik akuntansi CSR, pengorbanan sumberdaya ekonomi


untuk investasi sosial dan lingkungan diperlakukan sebagai beban atau biaya
(expenses) yang mengurangi laba. Hal itu menyebabkan manajemen korporasi
berusaha keras menghindari CSR atau tanggung jawab sosial dan lingkungan
perusahaan (TJSLP) karena dianggap merugikan perusahaan dan pemilik. Hal inilah
yang menjadi penyebab rendahnya kesadaran dan komitmen korporasi atau pelaku
usaha dalam melaksanakan CSR atau TJSLP.

Tidak hanya itu. Akibat perlakukan akuntansi yang sangat berfokus pada
perspektif keuangan maka tidak ada akun-akun investasi sosial dan lingkungan dalam
neraca atau laporan posisi keuangan. Semua pengeluaran dalam rangka melaksanakan
TJSLP diperlukan sebagai beban sosial dan beban lingkungan yang mengurangi laba.
Padahal, perlakuan akuntansi yang tepat terhadap pengorbanan tersebut adalah
sebagai investasi (asset). Perlakuan yang keliru tersebut tidak hanya telah merugikan
korporasi, tapi juga merugikan pemegang saham dan pemerintah. Selain itu, laporan
keuangan juga dikritik telah menyesatkan dan merugikan banyak pihak dalam
pengambilan keputusan. Laporan keuangan dinilai hanya menyajikan indikator-
indikator dan sinyalsinyal kesuksesan korporasi secara ekonomi atau keuangan.
4
Sementara itu, indikator dan sinyal-sinyal kesuksesan atau kegagalan secara sosial
dan lingkungan sama sekali tidak disertakan.

Berdasarkan sejumlah kelemahan tersebut, sejumlah pemikir akuntansi lalu


menyarankan agar akuntan segera introspeksi dan berbenah diri. Paradigma akuntansi
konservatif diharapkan segera direformasi atau direkonstruksi kembali agar lebih
sensitif, responsif dan adaptif dengan dinamika lingkungan ekonomi dan bisnis yang
kian mengalami tantangan serius akibat krisis sosial dan lingkungan. Para akuntan
diharapkan segera mengambil langkah-langkah proaktif untuk merekonstruksi
rerangka konseptual, teori-teori, prinsip- prinsip, standar-standar dan proses praktik
akuntansi agar lebih sensitif dengan isu-isu sosial dan lingkungan (Munders dan
Burritt, 1991; Gallhofer dan Haslam, 1997; Gray dan Bebbington, 2001; Lako,
2011a).

5
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikur:

a. Apa yang dimaksut menghijaukan akuntansi dan akuntan?


b. Bagaimana caranya menghijaukan akuntansi?
c. Apa agenda penghijauan akuntansi?

1.3 Tujuan penulisan

Tujuan dalam penulisan makalah ini adalah :

a. Untuk mengetahui pengertian menghijaukan akuntansi dan akuntan!


b. Untuk mengetahui cara menghijaukan akuntansi!
c. Untuk mengetahui agenda penghijauan akuntansi!

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Menghijaukan Akuntansi Dan Akuntan

Pernyataan menohok di atas dilontarkan oleh seorang aktivis LSM lingkungan


dalam sebuah seminar keuangan dan pasar modal pada akhir tahun 2007. Ketika itu,
penulis menjadi salah satu pembicara yang memaparkan hasil riset disertasi penulis
tentang relevansi nilai informasi laporan keuangan untuk pasar modal.

Mendengar pernyataan itu, awalnya penulis agak terkejut. Namun, setelah


berpikir sejenak, penulis justru sepakat dengan pernyataan itu. Penulis
membayangkan, seandainya informasi sosial dan lingkungan disertakan dalam proses
akuntansi dan pelaporan keuangan, maka relevansi nilai informasi laporan keuangan
untuk pasar modal dan pemakai lainnya akan semakin meningkat Laporan akuntansi
pasti akan semakin relevan dan penting Ketika menjawab pertanyaan, penulis
menyatakan berterima kasih atas pernyataan dari aktivis LSM tersebut.

Penulis pun berjanji akan mempelajari dan mengembangkan teori akuntansi dan
model praktikum akuntansi yang lebih progresif. Akuntansi yang tidak hanya fokus
pada proses pengakuan, pengukuran nilai, pencatatan, peringkasan, dan pelaporan
informasi dari transaksi atau peristiwa keuangan, tetapi juga fokus pada transaksi atau
peristiwa sosial dan lingkungan. Tujuannya adalah agar laporan akuntansi dapat
menyajikan informasi akuntansi secara utuh, yaitu mencakup informasi kruangan,
sosial, dan lingkungan kepada para pemakai.

7
2.1.1 Akuntansi Pemicu Krisis
Setelah seminar itu, penulis mulai mengumpulkan literatur akuntansi sosial-
lingkungan dan akuntansi CSR, kemudian mempelajarinya. Setelah melakukan telaah
kritis literatur, penulis baru menyadari bahwa pernyataan dari aktivis LSM tersebut
ternyata benar. Akuntansi memang bersikap konservatif ketika korporasi menghadapi
tuntutan publik dan tekanan global agar turut bertanggung jawab mengatasi krisis
lingkungan.
Penulis juga terkejut karena dalam beberapa literatur dikatakan bahwa akuntansi
dan para akuntan adalah pihak penyebab terjadinya krisis sosial- lingkungan yang
semakin parah dan membahayakan. Alasannya, informasi laporan keuangan yang
dihasilkan dari proses akuntansi dan dikerjakan oleh para akuntan tidak menyertakan
informasi akuntansi sosial dan lingkungan. Akuntansi hanya fokus pada proses
akuntansi keuangan dan menggunakan paradigma keuangan untuk menghitung laba
suatu korporasi. Sementara
bagaimana interaksi korporasi dengan masyarakat sekitar dan lingkungan alam,
serta bagaimana dampak ekternalitas yang ditimbulkan entitas korporasi terhadap
masyarakat dan lingkungan tidak diperhitungkan dalam proses akuntansi
Apabila informasi sosial dan lingkungan disertakan dalam proses akuntansi
dan pelaporan keuangan maka relevansi nilai informasi laporan keuangan
untuk pasar modal dan pemakai lainnya akan semakin meningkat Kinerja dan
nilai perusahaan juga akan meningkat secara berkelanjutan
Akibatnya, angka-angka akuntansi yang terlaporkan dalam laporan keuangan
tidak mencerminkan realitas yang sesungguhnya: Nilai aset. liabilitas, ekuitas, biaya,
dan laba yang dilaporkan bisa jadi terlalu tinggi atau terlalu rendah Hal tersebut
dinilai telah menyesatkan manajemen dan banyak pihak terkait dalam pengambilan
keputusan ekonomi dan nonekonomi
Selain itu, dalam sejumlah literatur juga dikatakan bahwa ada sejumlah kesalahan
yang serius dalam proses pengakuan, pencatatan, dan pelaporan akuntansi terhadap

8
semua transaksi keuangan dan nonkeuangan suatu korporasi dalam interaksinya
dengan masyarakat dan lingkungan. Semua transaksi tersebut diproses dari perspektif
akuntansi keuangan. Akibatnya. laba dan nilai ekuitas pemilik yang dilaporkan
menjadi terlalu rendah.
Dalam banyak praktik akuntansi CSR, pengorbanan sumber daya ekonomi untuk
investasi sosial dan lingkungan diperlakukan sebagai beban atau biaya yang
mengurangi laba. Hal itu menyebabkan manajemen korporasi berusaha keras
menghindari CSR atau tanggung jawab sosial dan lingkungan perusahaan (TJSLP)
karena dianggap merugikan perusahaan dan pemilik. Hal inilah yang menjadi
penyebab rendahnya kesadaran dan komitmen korporasi atau pelaku usaha dalam
melaksanakan CSR atau TJSLP
Tidak hanya itu. Akibat perlakukan akuntansi yang sangat fokus pada perspektif
keuangan, maka tidak ada akun investasi sosial dan lingkungan dalam laporan posisi
keuangan. Semua pengeluaran dalam rangka melaksanakan TJSLP diperlukan
sebagai beban sosial dan beban lingkungan yang mengurangi laba. Padahal,
perlakuan akuntansi yang tepat terhadap pengorbanan tersebut adalah sebagai
investasi. Perlakuan yang keliru tidak hanya merugikan korporasi, tetapi juga
merugikan pemegang saham dan pemerintah. Selain itu, laporan keuangan juga
dikritik telah menyesatkan dan merugikan banyak pihak dalam pengambilan
keputusan. Laporan keuangan dinilai hanya menyajikan indikator sinyal kesuksesan
korporasi secara ekonomi atau keuangan. Sementara itu, indikator dan sinyal
kesuksesan atau kegagalan secara sosial dan lingkungan sama sekali tidak disertakan.
Berdasarkan beberapa kelemahan di atas, sejumlah pemikir akuntansi kemudian
menyarankan agar akuntan segera introspeksi dan berbenah diri. Paradigma akuntansi
konservatif diharapkan segera direformasi atau direkonstruksi kembali agar lebih
sensitif, responsif, dan adaptif dengan dinamika lingkungan ekonomi dan bisnis yang
mengalami tantangan serius akibat krisis sosial dan krisis lingkungan. Para akuntan
diharapkan segera mengambil langkah-langkah proaktif untuk merekonstruksi

9
kerangka konseptual, teori akuntansi, prinsip akuntansi, standar akuntansi, dan proses
praktik akuntansi agar lebih sensitif dengan isu-isu sosial dan lingkungan (Munders
dan Burritt, 1991, Gallhofer dan Haslam, 1997, Gray dan Bebbington, 2001, Lako,
2011)
Singkatnya, para akuntan diminta untuk segera mereformasi paradigma akuntansi
konservatif agar bisa mengintegrasikan pelaporan informasi keuangan dengan
pelaporan informasi sosial dan lingkungan dalam satu paket pelaporan akuntansi.
Tujuannya adalah agar para pemakai informasi akuntansi bisa mendapatkan informasi
yang utuh sehingga tidak disesatkan dalam pengambilan keputusan ekonomi dan
lainnya.
Hanya dengan cara seperti itu para akuntan akan ikut berpartisipasi aktif dalam
kolaborasi global untuk mengatasi krisis lingkungan. Selain itu, akuntansi dan
akuntan akan selalu berperan aktif dalam gerakan go green untuk mendukung
terwujudnya tata kelola bisnis dan tata kelola korporasi yang ramah lingkungan.
Hanya dengan cara itu akuntansi dan para akuntan akan berperan aktif dalam
mendukung keberlanjutan laba dan bisnis korporasi, serta keberlanjutan lingkungan,
sosial, dan perekonomian suatu negara melalui akuntabitas dan transparasi informasi
akuntansi kepada para pemakai. Dengan demikian, akuntansi dan profesi akuntan
akan semakin relevan dan dibutuhkan oleh para pemangku kepentingan.
2.1.2 Menghijaukan Akuntansi dan Akuntan
Setelah mendapatkan kesimpulan tentang problema dan tantangan akuntansi,
penulis berpikir serius bagaimana caranya menghijaukan akuntansi dan akuntan agar
lebih responsif terhadap isu-isu sosial dan lingkungan Langkah pertama yang penulis
lakukan adalah mengembangkan mata kuliah Akuntansi Sosial dan Lingkungan untuk
menjadi mata kuliah wajib pada Program S-1 Akuntansi. Sejak awal 2008 hingga
sekarang, Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unika
Soegijapranata telah menjadikan mata kuliah tersebut sebagai mata kuliah wajib.
Penulis menjadi pengajar utamanya.

10
Pada tahun 2012, penulis juga sudah mengembangkan mata kuliah Akuntansi
Berkelanjutan yang memadukan pendekatan akuntansi keuangan, akuntansi sosial,
dan akuntansi lingkungan dalam satu paket Tujuan dikembangkan mata kuliah
tersebut adalah agar mahasiwa sebagai calon akuntan dapat memahami dan
melakukan proses akuntansi berkelanjutan secara benar untuk menghasilkan
pelaporan akuntansi berkelanjutan Model pelaporan tersebut memadukan informasi
keuangan, sosial, dan lingkungan dalam satu paket laporan dengan tujuan
memberikan informasi yang lengkap, relevan, dan reliabel kepada semua pihak.
Langkah kedua yang penulis lakukan adalah mengkaji dan mengembangkan
kerangka teoretis dan model praktik akuntansi sosial- lingkungan, akuntansi CSR,
dan akuntansi berkelanjutan. Sejumlah riset empiris menggunakan bimbingan skripsi,
tesis, dan disertasi mahasiswa.
Penulis juga berupaya mendiseminasikan hasil kajian dan pemikiran kritis
tentang isu, kerangka teoretis, dan realitas empiris isu-isu akuntansi berkelanjutan
atau akuntansi hijau dalam beberapa forum ilmiah di sejumlah perguruan tinggi
negeri dan swasta di Indonesia, maupun dalam forum-forum profesi akuntansi.
Penulis juga telah menulis banyak artikel Akuntansi Hijau atau Akuntansi
Berkelanjutan di sejumlah media massa dan jurnal ilmiah. Selain itu, penulis juga
telah mengumpulkan kembali artikel-artikel untuk diterbitkan dalam bentuk buku.
Sampai hari ini sudah ada tiga buku yang diterbitkan.
Dalam pidato pengukuhan guru besar pada 28 Mei 2011, penulis juga
mengangkat topik Rekonstruksi Paradigma Bisnis dan Akuntansi: Menuju Akuntansi
Berkelanjutan (Penerbit Unika Soegijapranata, 2011). Selain mengkritisi kesalahan
paradigma bisnis dan akuntansi terhadap CSR dan TJSL, dalam pidato tersebut
penulis juga menekankan pentingnya mereformasi paradigma teoretis dan praktik
Akuntansi. Paradigma pendidikan akuntansi juga perlu direformasi. Penulis juga
mengembangkan model teoretis dan praktik Akuntansi Berkelanjutan untuk
menghasilkan Pelaporan Akuntansi Berkelanjutan

11
Pertanyaannya, untuk apa penulis melakukan itu? Apa motifnya? Jawabannya
adalah untuk membantu menghijaukan akuntansi dan akuntan agar bidang ilmu dan
profesi ini semakin relevan, berguna, dan bermakna dalam konstelasi kehidupan
manusia, khususnya di Indonesia.
Secara khusus, motif penulis melakukan semua itu didorong oleh tanggung jawab
profesi sebagai akuntansi pendidik. Sebagai anggota dan pengurus IAI Kompartemen
Akuntan Pendidik (IAI KAPd), penulis memiliki tanggung jawab akademik untuk
menghijaukan akuntansi dan profesi akuntansi agar bisa berkontribusi nyata dalam
kolaborasi nasional dan global untuk mengatasi krisis sosial-lingkungan atau krisis
ekologi.
Harapan penulis adalah para dosen akuntansi selaku pendidik calon akuntan dan
para akuntan yang mengerjakan pekerjaan akuntansi akan mulai terbuka wawasannya
tentang pentingnya mengembangkan dan menerapkan akuntansi sosial dan
lingkungan atau Akuntansi Hijau dalam praktik akuntansi
Setelah wawasannya terbuka, penulis berharap semua profesi akuntansi di
Indonesia bersatu dan berkolaborasi melakukan reformasi akuntansi secara
terintegrasi agar lebih sensitif dan responsif terhadap isu-isu sosial dan lingkungan
yang mendasari pilar dari informasi akuntansi keuangan atau ekonomi Reformasi
tersebut mencakup pengembangan Rerangka Konseptual Akuntansi Hijau, perumusan
Prinsip-prinsip Akuntansi Hijau Berterima Umum (PAHBU), dan Standar Akuntansi
Hijau, serta pengembangan model praktik Akuntansi Hijau dan praktik pengauditan
bijau yang berterima umum.

2.2 Menghijaukan akuntansi, bagaimana caranya


Di dalam artikel Menghijaukan Akuntansi dan Akuntan (CPA Indonesia, No.
03/2014, hlm. 40-41), penulis telah memaparkan urgensi menghijaukan akuntansi dan
akuntan, serta upaya yang telah penulis lakukan untuk menghijaukan akuntansi dan

12
akuntan. Pada tulisan ini, pembahasan akan penulis fokuskan pada strategi
menghijaukan akuntansi.

2.2.1 Menghijaukan Akuntan


Seperti telah disinggung dalam tulisan sebelumnya (Bab 4), selama ini alustansi
sering dituding sebagai penyebab terjadinya krisis sosial dan krisis lingkungan karena
laporan keuangan yang dihasilkan dari proses akuntansi hanya menyajikan informasi
keuangan, sementara informasi sosial dan lingkungan diabaikan. Hal itu terjadi
karena proses akuntansi- yaitu pengakuan, pengukuran, pencatatan, peringkasan, dan
pelaporan informasi akuntansi hanya fokus pada objek, transaksi, atau peristiwa
keuangan, sementara objek, transaksi, atau peristiwa sosial dan lingkungan cenderung
diabaikan. Jika diproses maka proses akuntansinya hanya dari perspektif akuntansi
keuangan konvensional.
Akibatnya, informasi akuntansi yang tersaji dalam laporan keuangan, khususnya
informasi tentang biaya (beban), pendapatan, laba, ekuitas, dan aset dinilai tidak
merefleksikan realitas yang sesungguhnya dan menyesatkan para pemakai laporan
keuangan dalam penilaian dan pengambilan keputusan ekonomi dan lainnya.
Pelaporan akuntansi yang tidak ramah lingkungan juga dituding telah menyebabkan
terjadinya perilaku tidak ramah lingkungan dari para pemakai laporan keuangan.
Perlakuan tersebut juga dituding telah mendorong para pelaku ekonomi dan bisnis,
termasuk pemerintah, semakin mengeksploitasi masyarakat dan lingkungan untuk
kepentingan meningkatkan laba dan ekuitas pemegang saham.
Untuk mengatasi krisis sosial dan krisis lingkungan, akuntansi dan akuntan
diminta harus ikut bertanggung jawab. Para akuntan diminta harus berperan aktif
dalam gerakan kolaborasi global untuk mengatasi krisis sosial-lingkungan dengan
cara mereformasi kerangka konseptual dan praktik akuntansi ke arah yang lebih hijau.
Singkatnya, akuntan diminta untuk menghijaukan akuntansi dan pelaporan keuangan.

13
Tuntutan agar para akuntan segera menghijaukan akuntansi dan pelaporan
akuntansi semakin serius dan mendesak karena ancaman bahaya krisis perubahan
iklim, kerusakan dan bencana lingkungan, kelangkaan energi, dan semakin
terbatasnya sumber daya alam yang kian nyata. Krisis lingkungan dan krisis energi
telah menimbulkan krisis sosial yang serius dan membahayakan kelangsungan bumi
dan kehidupan manusia.
Krisis lingkungan dan krisis energi telah menimbulkan krisis sosial
lingkungan berupa pemanasan global, yang serius dan membahayakan
kelangsungan bumi dan kehidupan manusia.jika tetap konservatif dalam
perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan maka akuntansi akan
ditinggalkan para stakeholder-nya
Pertanyaannya, bagaimana caranya untuk menghijaukan akuntansi? Menurut
Gray dan Bebbington (2001) dan Lako (2011, para akuntan dapat memainkan
peranan penting dalam membantu menghijaukan organisasi korporasi dengan cara
menghijaukan akuntansi. Ada lima cara yang bisa dilakukan.
1. memodifikasi sistem informasi akuntansi yang ada saat ini untuk
mengindentifikasi komponen-komponen biaya dan pendapatan yang berkaitan
dengan lingkungan secara terpisah.
2. mengidentifikasi dan memperbaiki komponen-komponen negatif dari sistem
akuntansi yang tidak ramah lingkungan. Misalnya, mengindentifikasi dan
mendesain kembali kriteria penilaian investasi dan pengukuran kinerja, sistem
penganggaran dan pembiayaan, serta peramalan dengan memasukkan faktor
lingkungan
3. mendesain ulang sistem akuntansi yang ada agar lebih beronitensi ke depan dan
ramah terhadap isu-isu lingkungan yang berubah sangat cepat.
4. mengubah model dan fungsi pelaporan eksternal akuntansi dengan memadukan
pelaporan informasi keuangan dan nonkeuangan dalam satu paket pelaporan.

14
5. mengembangkan akuntansi dan sistem akuntansi baru menuju sistem dan praktik
akuntansi berkelanjutan atau yang lebih ramah lingkungan.
Menurut Gray dan Bebbington (2001), untuk bisa menghijaukan akuntansi, maka
paradigma akuntansi harus berubah. Sikap konservatif dari para akuntan harus segera
berubah ke arah yang lebih progresif. Para akuntan harus bersikap proaktif dan lebih
kreatif-inovatif dalam melakukan reformasi teori dan praktik akuntansi agar lebih
sensitif terhadap isu- isu lingkungan yang berkembang sangat cepat. Selain itu, para
akuntan juga harus berperan aktif dalam mendorong korporasi dan para pihak untuk
melakukan penghijauan organisasi dengan mengembangkan sistem manajemen,
sistem keuangan, dan tata kelola korporasi yang ramah lingkungan. Hal ini sangat
penting untuk mendukung terwujudnya proses penghijauan akuntansi dan pelaporan
eksternal akuntansi yang ramah lingkungan.
Penulis sepakat dengan pandangan Gray dan Bebbington. Menurut penulis,
upaya untuk menghijaukan akuntansi dapat diawali dengan merekonstruksi definisi
akuntansi dan tujuan akuntansi. Akuntansi sebaiknya didefinisikan sebagai berikut.
Suatu proses pengakuan, pengukuran nilai, pencatatan, peringkasan,
pelaporan, dan pengungkapan secara terintegrasi terhadap objek, transaksi,
atau peristiwa keuangan, sosial, dan lingkungan dalam proses akuntansi
agar menghasilkan informasi akuntansi keuangan, sosial, dan lingkungan
yang utuh, terpadu, dan relevan yang bermanfaat bagi para pemakai dalam
pengambilan keputusan dan pengelolaan ekonomi dan nonekonomi."
Dari definisi di atas, fokus dari akuntansi tidak hanya terbatas pada akuntansi
keuangan, tetapi juga pada akuntansi sosial dan akuntansi lingkungan. Integrasi fokus
akuntansi pada tiga hal itu oleh penulis diberi nama Akuntansi Hijau (Green
Accounting). Sementara model pelaporannya disebut Pelaporan Akuntansi Hijau
(Green Accounting Reporting).

15
Langkah selanjutnya adalah mengembangkan konsep dasar, asumsi, dan Prinsip-
Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU); serta kerangka konseptual Akuntansi
Hijau yang berbasiskan pada tiga pilar dasar tanggung awab korporasi, yaitu
tanggung jawab ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam upaya pengembangan
tersebut, para akuntan perlu mengkaji kembali relevansi dari kerangka konseptual
akuntansi, Prinsip-Prinsip Akuntansi Berterima Umum (PABU), dan standar
akuntansi keuangan (SAK) konvensional yang ada saat ini. Tujuannya adalah untuk
memungkinkan diakui, diukur, diproses, dilaporkan, dan diungkapkannya semua
informasi terkait objek, transaksi, atau peristiwa keuangan, sosial, dan lingkungan
yang terjadi dalam aktivitas usaha suatu korporasi pada suatu periode dalam satu
paket pelaporan akuntansi yang disebut Pelaporan Akuntansi Hijau (PAH).
Hal penting berikutnya yang perlu juga dilakukan adalah merekonstruksi
pengakuan dan pengukuran nilai akuntansi. Penulis mengusulkan agar kriteria
pengakuan, pengukuran, dan perlakuan akuntansi terhadap pengorbanan sumber daya
ekonomi korporasi untuk masyarakat dan lingkungan perlu dikonstruksi ulang. Hal
ini penting karena selama ini akuntansi konservatif cenderung memperlakukan semua
pengorbanan sumber daya organisasi untuk masyarakat dan lingkungan, misalnya
biaya
tanggung jawab sosial (CSR) dan biaya lingkungan, sebagai beban periodik.
Padahal, dari sisi akuntansi sosial dan lingkungan, pengorbanan tersebut banyak yang
layak diakui dan diperlakukan sebagai pengorbanan investasi karena akan
mendatangkan banyak manfaat ekonomis dan nonekonomis di masa depan. Perlakuan
yang konservatif menyebabkan nilai biaya atau beban periodik yang dilaporkan
dalam laporan laba rugi menjadi lebih besar, sementara laba yang dilaporkan menjadi
lebih kecil. Perlakuan akuntansi tersebut juga menyebabkan nilai aset dan ekuitas
yang dilaporkan dalam laporan keuangan untuk pemakai juga menjadi lebih rendah.
Langkah terakhir adalah mengembangkan model pelaporan dan pengungkapan
informasi akuntansi yang terintegrasi untuk meningkatkan relevansi; akuntabilitas;

16
dan transparansi informasi keuangan, sosial, dan lingkungan kepada para pemangku
kepentingan. Berkenaan dengan hal itu, akuntan perlu melakukan pengembangan
atribut karakteristik kualitatif informasi akuntansi dan model pelaporan informasi
Akuntansi Hijau untuk memungkinkan korporasi melaporkan dan mengungkapkan
informasi keuangan, sosial, dan lingkungan secara terintegrasi dalam satu paket
pelaporan kepada pemangku kepentingan.
Dalam satu setengah dekade terakhir, Global Reporting Inisiatives (GRI)
sebenarnya sudah mengembangkan dan gencar mengampanyekan penerapan model
pelaporan berkelanjutan (sustainability reporting-SR) yang mengintegrasikan
pelaporan informasi ekonomi, sosial, lingkungan, tata kelola korporasi, dan sumber
daya manusia (SDM) dalam satu paket pelaporan ke seluruh dunia. Hingga akhir
tahun 2016, model pelaporan tersebut sudah banyak diaplikasikan oleh ribuan
korporasi multinasional global. Banyak perusahaan di Indonesia yang secara sukarela
menerapkan model SR dalam pelaporan perusahaan.
Namun, dalam model pelaporan berkelanjutan ada sejumlah permasalahan
mendasar akuntansi. Permasalahan tersebut menyangkut belum dilakukannya
harmonisasi dalam pengakuan dan pengukuran nilai; perlakuan akuntansi; pencatatan
dan pelaporan informasi akuntansi sosial, lingkungan, dan keuangan dalam satu paket
pelaporan secara terintegrasi dan sistematis. Oleh karena itu, reformasi, rekonstruksi,
dan transformasi akuntansi menuju Akuntansi Hijau untuk mendorong akuntansi dan
akuntan lebih sensitif dan peduli terhadap isu-isu sosial dan lingkungan dalam proses
akuntansi dan pengungkapan informasi akuntansi kepada pemangku kepentingan
menjadi sangat penting dan mendesak untuk dilakukan di masa depan.

2.3 Agenda Penghijauan Akuntansi


Dalam sebuah seminar yang membahas isu tentang peran akuntansi dalam
mewujudkan gerakan green economy dan green business, seorang peserta dengan
nada heran menanyakan kepada penulis: Mengapa akuntansi mesti ikut-ikutan

17
memperhatikan isu green economy, green business, dan corporate social
responsibility (CSR). Apa relevansinya?
Ia juga menyatakan heran dengan gagasan yang penulis sampaikan bahwa
pengembangan kerangka konseptual dan model pelaporan Akuntansi Hijau sangat
mendesak sebagai solusi untuk mewujudkan gerakan green economy, green business,
green company, dan CSR dalam upaya mendukung Pembangunan Berkelanjutan dan
pengentasan kemiskinan, serta mengatasi
krisis sosial dan krisis lingkungan. Ketika itu, penulis menyatakan bahwa praktik
akuntansi selama ini dinilai tidak mendukung sejumlah gerakan go green karena
memiliki beberapa kelemahan mendasar dalam model dan praktik akuntansinya.
Praktik akuntansi dinilai antigerakan go green karena mengabaikan pengakuan,
pengukuran nilai, pencatatan, pelaporan, dan pengungkapan informasi
pertanggungjawaban sosial dan lingkungan dalam proses akuntansi sehingga
menyesatkan banyak pihak dalam penilaian kinerja dan risiko korporasi, serta dalam
pengambilan keputusan yang ramah lingkungan.
Meskipun telah terjawab tapi sampai sekarang pertanyaan tersebut masih terus
terngiang-ngiang di dalam pikiran. Penulis yakin, banyak pihak yang juga
mempertanyakan hal yang sama. Oleh karena itu, pada tulisan ini penulis berusaha
memberikan pencerahan tentang mengapa akuntansi dan akuntan mesti
memperhatikan isu-isu sosial dan lingkungan dalam proses akuntansi. Fokus
pembahasannya adalah pada penghijauan akuntansi dan akuntan

2.3.1 Penghijauan Akuntansi

Penghijauan akuntansi merupakan proses untuk mendorong dan menjadikan


proses akuntansi dan output-nya lebih ramah lingkungan atau lebih ramah terhadap
objek, transaksi, atau peristiwa sosial dan lingkungan. /Adapun aspek-aspek krusial
akuntansi yang perlu dihijaukan adalah tujuan dan sasaran pelaporan akuntansi,
konsep dasar, asumsi, dan prinsip-prinsip akuntansi berterima umum; standar dan

18
proses akuntansi, serta pelaporan dan pengungkapan informasi. Mengapa akuntansi
perlu dihijaukan?
Pertama, akuntansi merupakan subsistem dari sistem ekonomi dan sistem bisnis
yang memiliki peranan vital dan strategis bagi korporasi. Peran vital tersebut antara
lain sebagai "alat" untuk menghitung besar- kecilnya laba yang diperoleh dan
bagaimana kemampuan suatu bisnis menghasilkan nilai tambah ekonomis untuk
modal pemilik atau ekuitas pemilik pada suatu periode. Akuntansi juga berperan
sebagai "lensa bisnis" untuk memotret aktivitas bisnis, kinerja dan posisi keuangan,
kekuatan dan ketergantungan, serta risiko dan prospek bisnis sebuah perusahaan pada
masa lalu, sekarang, dan masa depan. Akuntansi juga berperan sebagai "alat
manajemen" untuk mempertanggungjawabkan pengelolaan bisnis dan sumber daya
ekonomis korporasi kepada pemangku kepentingan.
Sementara itu, dalam dua dekade terakhir, dunia bisnis menghadapi tantangan
serius akibat krisis sosial dan krisis lingkungan. Dunia bisnis dituding sebagai
penyebab utama terjadinya krisis tersebut. Dunia bisnis pun dituntut turut
bertanggung jawab mengatasi krisis yang terjadi. Pelaku bisnis dan korporasi didesak
berperan aktif mengatasi krisis via gerakan tanggung jawab sosial dan lingkungan
korporasi. Dunia bisnis juga didesak untuk menghijaukan tata kelola bisnis dan
korporasi agar lebih ramah terhadap masyarakat dan lingkungan.
Sebagai bagian terpenting dari sistem ekonomi dan bisnis, akuntansi mau tak
mau juga harus merespons desakan tersebut. Akuntansi harus berperan aktif
membantu ekonomi, bisnis, dan korporasi dalam mengatasi krisis sosial dan krisis
lingkungan dengan menyajikan dan mengungkapkan informasi sosial dan lingkungan
seutuhnya dalam pelaporan akuntansi Tujuannya adalah agar manajemen dan semua
pihak yang berkepentingan bisa mengetahui, mempertimbangkan, dan mengambil
keputusan ekonomi atau manajerial secara komprehensif karena didasarkan pada
informasi keuangan, sosial, dan lingkungan yang tersaji secara integral.

19
Kedua, seiring dengan semakin parahnya krisis sosial dan krisis lingkungan,
sejumlah pihak menuding akuntansi dan para akuntan merupakan salah satu pihak
pemicu terjadinya krisis tersebut. Muncul kritik keras bahwa praktik akuntansi dan
asumsi-asumsi yang mendasarinya dalam menilai aset, liabilitas, ekuitas, pendapatan,
biaya, keuntungan, kesuksesan, dan kegagalan suatu entitas bisnis atau ekonomi
menjadi pemicu terjadinya krisis sosial dan krisis lingkungan.
Alasannya, praktik akuntansi selama ini hanya fokus pada transaksi keuangan
atau yang bersifat keuangan. Sementara transaksi atau peristiwa sosial dan
lingkungan yang sebenarnya menjadi pilar dasar bisnis cenderung diabaikan dalam
proses akuntansi. Akibatnya, tidak ada informasi akuntansi sosial dan lingkungan
dalam pelaporan perusahaan. Hal ini tentu saja menyebabkan informasi akuntansi
yang disajikan kepada para pihak untuk pengambilan keputusan menjadi tidak
lengkap dan menyesatkan.
Penghijauan terhadap akuntansi dan akuntan yang lebih sensitif terhadap isu-isu
sosial dan lingkungan menjadi agenda mendesak bagi dunia bisnis dan profesi
akuntan. Peran strategis akuntan adalah mendorong dan membantu entitas korporasi
mendesain tata kelola ekonomi dan bisnis, serta tata kelola akuntansi yang ramah
lingkungan.

2.3.2 Agenda Penghijauan Akuntansi


Paling tidak ada empat agenda utama yang harus dilakukan korporasi dan
Akuntan untuk menghijaukan akuntansi di masa depan. Pertama, mengembangkan
konsep dasar akuntansi, asumsi akuntansi,
prinsip akuntansi berterima umum, dan standar Akuntansi Hijau (Green
Aaunting) yang berbasiskan pada tiga pilar dasar tanggung jawab korporasi, yaitu
tanggung jawab ekonomi, sosial, dan lingkungan. Dalam upaya pengembangan
tersebut, akuntan perlu mengkaji kembali relevansi kerangka konseptual, prinsip-
prinsip akuntansi berterima umum, dan standar akuntansi keuangan yang ada.

20
Tujuannya adalah untuk memungkinkan bakui, diukur, diproses, dan dilaporkannya
objek, transkasi, atau peristiwa ekonomi, sosial, dan lingkungan dalam satu paket
pelaporan akuntansi.
Kedua, mendorong dan mewujudkan akuntabilitas korporasi. Dalam upaya
mewujudkan akuntabilitas korporasi, akuntan perlu mengembangkan konsep dan
prinsip-prinsip Akuntansi Hijau berterima umum, standár akuntansi, dan model
pelaporan Akuntansi Hijau untuk memungkinkan pelaporan dan pengungkapan
informasi keuangan, sosial, dan lingkungan secara terintegrasi dalam satu paket
pelaporan akuntansi. Paket pelaporan itu dinamakan Pelaporan Akuntansi Hijau
(Green Accounting Reporting-GAR).
Ketiga, mengembangkan model pelaporan dan pengungkapan informasi
Akuntansi Hijau yang terintegrasi untuk mendorong transparansi dan akuntabilitas
informasi keuangan, sosial, dan lingkungan korporasi kepada pemangku kepentingan.
Berkenaan dengan hal itu, akuntan perlu melakukan pengembangan terhadap atribut-
atribut karakteristik kualitatif informasi akuntansi, model pelaporan, dan
pengungkapan informasi akuntansi hijau untuk memungkinkan korporasi
mengungkapkan informasi keuangan, sosial, dan lingkungan secara jujur dan reliabel
kepada pemangku kepentingan
Keempat, penghijauan akuntan. Penghijauan akuntansi tidak akan berjalan
efektif jika tidak dibarengi dengan penghijauan akuntan Alasannya adalah karena
akuntan memegang peranan strategis, taktis, dan operasional dalam proses akuntansi
dan proses pengambilan keputusan para pihak. Ada tiga alasan utama mengapa
akuntan harus ikut dihijaukan (Lako, 2011b), yaitu:
1. Alasan moral dan etika. Akuntan sebagai orang terhormat yang menjalani
profesi akuntansi harus menyadari bahwa keahlian profesional yang mereka miliki
bukan untuk menghasilkan angka-angka keuangan yang memberikan sinyal
"kesuksesan" yang menyesatkan para pemakai informasi akuntansi karena
menghasilkan informasi akuntansi tidak utuh dan keliru. Akuntan harus sungguh-

21
sungguh mendorong pelaporan informasi keuangan, sosial, dan lingkungan secara
jujur, benar, dan utuh untuk membantu para pihak dalam penilaian dan pengambilan
keputusan yang terbaik, serta dalam pengelolaan korporasi dengan cara-cara yang
paling baik.

2. Alasan profesional. Akuntan sebagai profesi yang terhormat harus menyadari


bahwa produk laporan keuangan yang dihasilkannya ternyata selama ini dinilai tidak
lengkap, menyesatkan, dan menyebabkan kerusakan dan krisis sosial dan krisis
lingkungan. Oleh karena itu, akuntan harus memiliki tanggung jawab profesional
untuk menyajikan dan mengungkapkan informasi akuntansi yang komprehensif,
jujur, reliabel, dan relevan agar tidak menyesatkan manajemen dan pihak pemakai
lainnya dalam penilaian dan pengambilan keputusan ekonomi, politik, bisnis,
manajerial, dan sebagainya.

3. Alasan pragmatis atau ekonomik. Para akuntan harus menyadari bahwa


manajer, pemegang saham, dan pemangku kepentingan lainnya sedang mengambil
keputusan ekonomi dan manajerial yang didasarkan pada informasi akuntansi yang
tidak lengkap. Dikarenakan isu-isu sosial dan lingkungan memengaruhi aspek-aspek
ekonomi dan keuangan korporasi, maka manajemen, pemegang saham, dan pihak
terkait memerlukan informasi akuntansi yang utuh untuk mengarahkan mereka dalam
membuat keputusan ekonomi dan nonekonomi yang terbaik.

Penghijauan terhadap paradigma akuntan dalam upaya penghijauan akuntansi


juga menjadi sangat penting dan mendesak. Untuk itu, proses edukasi. pelatihan, dan
pengembangan Akuntansi Hijau kepada akuntan, baik melalui pendidikan di
perguruan tinggi maupun melalui organisasi profesi akuntan dan organisasi korporasi
menjadi sangat penting untuk segera dilakukan.

22
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari makalah ini adalah bahwa praktik akuntansi selama ini dinilai
tidak mendukung sejumlah gerakan go Green karena memiliki beberapa kelemahan
mendasar dalam model dan praktikakuntansinya.Praktik akuntansi dinilsi antigerakan
go green karena mengabaikann pengakuan,pengukuran nilai,pencatatan,pelaporan,dan
pengungkapan informasi poertanggung Jawaban social dan lingkungan dalam proses
akuntansi sehingga menyesatkan banyak pihak dalam penilaian kinerja dan risiko
korporasi serta dalam pengambilan keputusan yang ramah lingkungan.

3.2 Saran
Saran dari kami Agar akuntan segera intropeksi dan berbenah diri Paradigma
akuntansi konservatif diharapkan segera di reformasi atau direkontruksi kembali agar
lebih sensitive,reponsif dan adaptif dengan dinamika linglungan ekonomi dan bisnis
yang lain mengalami tantangan serius akibat krisis social dan lingkungan.Para
akuntan diharapkan segera mengambil langkah-langkah proaktif untuk merekontruksi
rerangka konseptual,teori-teori,prinsip-prinsip,standar-standar,dan proses praktik
akuntansi agar lebih sensitive dengan isu-isu social dan lingkungan.

23
DAFTAR PUSTAKA
Saputra Kurniawan, komang adi dkk. 2019. akuntansi sosial dan
lingkungan. sidoarjo. indomedia Pustaka.

https://www.scribd.com/document/408679207/Makalah-
Kebijakan-Dan-Pengelolaan-Lingkungan-Hidup-Di-Indonesia

https://kapkidid06.wordpress.com/2011/06/20/sketsa-kebijakan-
desentralisasi-di-indonesia/

24

You might also like