You are on page 1of 30

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penyakit Gagal Ginjal adalah suatu penyakit dimana fungsi organ ginjal
mengalami penurunan hingga akhirnya tidak lagi mampu bekerja sama sekali
dalam hal penyaringan pembuangan elektrolit tubuh, menjaga keseimbangan cairan
dan zat kimia tubuh seperti sodium dan kalium di dalam darah atau produksi urin.
Penyakit gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita
penyakit serius atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu
sendiri. Penyakit gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa,
terlebih pada kaum lanjut usia.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute
renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada
gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi
ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi
secara perlahan-lahan. Sehingga biasanya diketahui setelah jatuh dalam kondisi
parah. Gagal ginjal kronik tidak dapat disembuhkan. Pada penderita gagal ginjal
kronik, kemungkinan terjadinya kematian sebesar 85 %.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari penyakit gagal ginjal ?
2. Apa penyebab terjadinya gagal ginjal ?
3. Bagaimana manifestasi klinis gagal ginjal ?
4. Bagaimana penatalaksanaan gagal ginjal ?
5. Bagaimana komplikasi dari gagal ginjal ?
6. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit gagal ginjal ?

C. Tujuan
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah : Agar mahasiswa mampu
memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif pada pasien gagal ginjal.

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Gagal Ginjal


Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk
menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga
keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium)
dalam darah. Ginjal juga memproduksi bentuk aktif dari vitamin D yang mengatur
penyerapan kalsium dan fosfor dari makanan sehingga membuat tulang menjadi
kuat. Selain itu ginjal memproduksi hormon eritropoietin yang merangsang
sumsum tulang untuk memproduksi sel darah merah, serta renin yang berfungsi
mengatur volume darah dan tekanan darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal. Pada kondisi normal, pertama-tama darah akan masuk ke
glomerulus dan mengalami penyaringan melalui pembuluh darah halus yang
disebut kapiler. Di glomerulus, zat-zat sisa metabolisme yang sudah tidak terpakai
dan beberapa yang masih terpakai serta cairan akan melewati membran kapiler
sedangkan sel darah merah, protein dan zat-zat yang berukuran besar akan tetap
tertahan di dalam darah. Filtrat (hasil penyaringan) akan terkumpul di bagian ginjal
yang disebut kapsula Bowman. Selanjutnya, filtrat akan diproses di dalam tubulus
ginjal. Di sini air dan zat-zat yang masih berguna yang terkandung dalam filtrat
akan diserap lagi dan akan terjadi penambahan zat-zat sampah metabolisme lain ke
dalam filtrat. Hasil akhir dari proses ini adalah urin (air seni).
Gagal ginjal ini dapat menyerang siapa saja yang menderita penyakit serius
atau terluka dimana hal itu berdampak langsung pada ginjal itu sendiri . Penyakit
gagal ginjal lebih sering dialami mereka yang berusia dewasa , terlebih pada kaum
lanjut usia.Secara umum, gagal ginjal adalah penyakit akhir dari serangkaian
penyakit yang menyerang traktus urinarius.
Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal ginjal akut (acute
renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure = CRF). Pada
gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba dalam waktu
beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil pemeriksaan fungsi
ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen dalam darah yang
meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan fungsi ginjal terjadi

2
secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat berlangsung terus
selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak dapat berfungsi
sama sekali (end stage renal disease). Gagal ginjal kronis dibagi menjadi lima
stadium berdasarkan laju penyaringan (filtrasi) glomerulus (Glomerular Filtration
Rate = GFR) yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini. GFR normal adalah 90 -
120 mL/min/1.73 m2.

GFR
Stadium Deskripsi
(ml/menit/1.73m2)
1 90 – 120 Kerusakan minimal pada ginjal, filtrasi masih
normal atau sedikit meningkat.
2 60-89 Fungsi ginjal sedikit menurun
3 30-59 Penurunan fungsi ginjal yang sedang
4 15-29 Penurunan fungsi ginjal yang berat
5 Kurang dari 15 Gagal ginjal stadium akhir (End Stage Renal
Disease)
Untuk menilai GFR ( Glomelular Filtration Rate ) / CCT ( Clearance
Creatinin Test ) dapat digunakan dengan rumus :
Clearance creatinin ( ml/ menit ) = ( 140-umur ) x berat badan ( kg )
72 x creatini serum
Pada wanita hasil tersebut dikalikan dengan 0,85

B. Etiologi
Penyebab gagal ginjal akut dapat dibedakan menjadi tiga kelompok besar,
yaitu :
1. Penyebab prerenal, yakni berkurangnya aliran darah ke ginjal. Hal ini dapat
disebabkan oleh :
a. Hipovolemia (volume darah yang kurang), misalnya karena perdarahan
yang hebat.
b. Dehidrasi karena kehilangan cairan, misalnya karena muntah-muntah,
diare, berkeringat banyak dan demam.
c. Dehidrasi karena kurangnya asupan cairan.
d. Obat-obatan, misalnya obat diuretic yang menyebabkan pengeluaran
cairan berlebihan berupa urin.

3
e. Gangguan aliran darah ke ginjal yang disebabkan sumbatan pada
pembuluh darah ginjal.
2. Penyebab renal di mana kerusakan terjadi pada ginjal.
a. Sepsis: Sistem imun tubuh berlebihan karena terjadi infeksi sehingga
menyebabkan peradangan dan merusak ginjal.
b. Obat-obatan yang toksik terhadap ginjal.
c. Rhabdomyolysis: terjadinya kerusakan otot sehingga menyebabkan
serat otot yang rusak menyumbat sistem filtrasi ginjal. Hal ini bisa
terjadi karena trauma atau luka bakar yang hebat.
d. Multiple myeloma.
e. Peradangan akut pada glomerulus, penyakit lupus eritematosus
sistemik, Wegener's granulomatosis, dan Goodpasture syndrome.
3. Penyebab postrenal, di mana aliran urin dari ginjal terganggu.
a. Sumbatan saluran kemih (ureter atau kandung kencing)
menyebabkan aliran urin berbalik arah ke ginjal. Jika tekanan
semakin tinggi maka dapat menyebabkan kerusakan ginjal dan ginjal
menjadi tidak berfungsi lagi.
b. Pembesaran prostat atau kanker prostat dapat menghambat uretra
(bagian dari saluran kemih) dan menghambat pengosongan kandung
kencing.
c. Tumor di perut yang menekan serta menyumbat ureter.
d. Batu ginjal.
Penyebab gagal ginjal kronik antara lain:
1. Diabetes mellitus tipe 1 dan tipe 2 yang tidak terkontrol dan menyebabkan
nefropati diabetikum.
2. Tekanan darah tinggi yang tidak terkontrol.
3. Peradangan dan kerusakan pada glomerulus (glomerulonefritis), misalnya
karena penyakit lupus atau pasca infeksi.
4. Penyakit ginjal polikistik, kelainan bawaan di mana kedua ginjal memiliki
kista multipel.
5. Penggunaan obat-obatan tertentu dalam jangka lama atau penggunaan obat
yang bersifat toksik terhadap ginjal.

4
6. Pembuluh darah arteri yang tersumbat dan mengeras (atherosklerosis)
menyebabkan aliran darah ke ginjal berkurang, sehingga sel-sel ginjal
menjadi rusak (iskemia).
7. Sumbatan aliran urin karena batu, prostat yang membesar, keganasan
prostat.
8. nfeksi HIV, penggunaan heroin, amyloidosis, infeksi ginjal kronis, dan
berbagai macam keganasan pada ginjal.

C. Patofisiologi
1. Gagal ginjal akut dibagi dua tingkat :
a. Fase mula
Ditandai dengan penyempitan pembuluh darah ginjal dan
menurunnya aliran darah ginjal, terjadi hipoperfusi dan mengakibatkan
iskemi tubulus renalis. Mediator vasokonstriksi ginjal mungkin sama
dengan agen neurohormonal yang meregulasi aliran darah ginjal pada
keadaan normal yaitu sistem saraf simpatis, sistem renin - angiotensin ,
prostaglandin ginjal dan faktor faktor natriuretik atrial. Sebagai akibat
menurunnya aliran darah ginjal maka akan diikuti menurunnya filtrasi
glomerulus.
b. Fase maintenance.
Pada fase ini terjadi obstruksi tubulus akibat pembengkaan sel
tubulus dan akumulasi dari debris. Sekali fasenya berlanjut maka fungsi
ginjal tidak akan kembali normal walaupun aliran darah kembali
normal.Vasokonstriksi ginjal aktif merupakan titik tangkap patogenesis
gagal ginjal dan keadaan ini cukup untuk mengganggu fungsi ekskresi
ginjal. Macam-macam mediator aliran darah ginjal tampaknya berpengaruh.
Menurunnya cardiac output dan hipovolemi merupakan penyebab umum
oliguri perioperative. Menurunnya urin mengaktivasi sistem saraf simpatis
dan sistem renin - angiotensin. Angiotensin merupakan vasokonstriksi
pembuluh darah ginjal dan menyebabkan menurunnya aliran darah ginjal.
2. Gagal ginjal kronik
Pada gagal ginjal kronik , terjadi banyak nephron-nephron yang rusak
sehingga nephron yang ada tidak mampu memfungsikan ginjal secara normal.
Dalam keadaan normal, sepertiga jumlah nephron dapat mengeliminasi

5
sejumlah produk sisa dalam tubuh untuk mencegah penumpukan di cairan
tubuh. Tiap pengurangan nephron berikutnya, bagaimanapun juga akan
menyebabkan retensi produk sisa dan ion kalium. Bila kerusakan nephron
progresif maka gravitasi urin sekitar 1,008. Gagal ginjal kronik hampir selalu
berhubungan dengan anemi berat.
Retensi cairan dan natrium dapat mengakibatkan edema, CHF, dan
hipertensi. Hipotensi dapat terjadi karena aktivitas aksis renin angitensin dan
kerja sama keduanya meningkatkan sekresi aldosteron. Kehilangan garam
mengakibatkan risiko hipotensi dan hipovolemia. Muntah dan diare
menyebabkan perpisahan air dan natrium sehingga status uremik memburuk
(Nursalam dan Fransisca, 2008).
Asidosis metabolik akibat ginjal tidak mampu mensekresi asam (H ⁺)
yang berlebihan. Penurunan sekresi asam akibat tubulus ginjal tidak mampu
men sekresi ammonia dan mengabsorpsi natrium bikarbonat (HCO3).
Penurunan ekskresi fosfat dan asam organik lain terjadi (Nursalam dan
Fransisca, 2008).
Anemia terjadi akibat produksi eritropoietin yang tidak memadai,
memendeknya usia sel darah merah, defisiensi nutrisi, dan kecendurungan
untuk mengalami perdarahan akibat status uremik pasien, terutama dari saluran
pencernaan. Eritropoietin yang diproduksi oleh ginjal, menstimulasi sumsum
tulang untuk menhasilkan sel darah merah, dan produksi eritropoietin menurun
sehingga mengakibatkan anemia berat yang disertai keletihan, angina, dan
sesak napas (Nursalam dan Fransisca, 2008).
Pada gagal ginjal kronik filtrasi glomerulus rata-rata menurun dan
selanjutnya terjadi retensi air dan natrium yang sering berhubungan dengan
hipertensi. Hipertensi akan berlanjut bila salah satu bagian dari ginjal
mengalami iskemi. Jaringan ginjal yang iskemi mengeluarkan sejumlah besar
renin , yang selanjutnya membentuk angiotensin II, dan seterusnya terjadi
vasokonstriksi dan hipertensi.

D. Manifestasi klinis
Keparahan tanda dan gejala bergantung pada bagian dan tingkat kerusakan
ginjal, kondisi lain yang mendasari, dan usia pasien.
1. Kardiovaskuler :

6
a. Pada gagal ginjal kronis mencakup hipertensi (akibat retensi cairan dan
natrium dari aktivasi system rennin-angiotensin-aldosteron)
b. Pitting edema (kaki, tangan, sakrum)
c. Edema periorbital
d. Gagal jantung kongestif
e. Edema pulmoner (akibat cairan berlebih)
f. Pembesaran vena leher
g. Nyeri dada dan sesak napas akibat perikarditis (akibat iritasi pada
lapisan pericardial oleh toksin uremik), efusi pericardial, penyakit
jantung koroner akibat aterosklerosis yang timbul dini, dan gagal
jantung akibat penimbunan cairan dan hipertensi.
h. Gangguan irama jantung akibat aterosklerosis, gangguan elektrolit dan
kalsifikasi metastatic.
2. Dermatologi/integument :
a. Rasa gatal yang parah (pruritis) dengan ekskoriasis akibat toksin uremik
dan pengendapan kalsium di pori-pori kulit.
b. Warna kulit abu-abu mengkilat akibat anemia dan kekuning-kuningan
akibat penimbunan urokrom.
c. Kulit kering, bersisik
d. Kuku tipis dan rapuh
e. Rambut tipis dan kasar
3. Gastrointestinal :
1. Fetor uremik disebabkan oleh ureum yang berlebihan pada air liur
diubah oleh bakteri di mulut menjadi ammonia sehingga napas berbau
ammonia. Akibat lain adalah timbulnya stomatitis dan parotitis
2. Ulserasi dan perdarahan pada mulut
3. Anoreksia, mual, muntah yang berhubungan dengan gangguan
metabolism di dalam usus, terbentuknya zat-zat toksik akibat
metabolism bakteri usus seperti ammonia dan metil guanidine, serta
sembabnya mukosa usus
4. Cegukan (hiccup) sebabnya yang pasti belum diketahui
5. Konstipasi dan diare
6. Perdarahan dari saluran GI (gastritis erosive, ulkus peptic, dan colitis
uremik)

7
7. Neurologi :
a. Ensefalopati metabolic. Kelemahan dan keletihan, tidak bias tidur,
gangguan konsentrasi, tremor, asteriksis, mioklonus, kejang
b. Konfusi
c. Disorientasi
d. Kelemahan pada tungkai
e. Rasa panas pada telapak kaki
f. Perubahan perilaku
g. Burning feet syndrome. Rasa kesemutan dan seperti terbakar,
terutama di telapak kaki.
8. Muskuloskleletal :
a. Kram otot
b. Kekuatan otot hilang
c. Fraktur tulang
d. Foot drop
e. Restless leg syndrome. Pasien merasa pegal pada kakinya sehingga
selalu digerakkan
f. Miopati. Kelemahan dan hipertrofi otot-otot terutama otot-otot
ekstremitas proksimal.
9. Reproduksi :
a. Atrofi testikuler
b. Gangguan seksual: libido, fertilitas dan ereksi menurun pada laki-
laki akibat produksi testosterone dan spermatogenesis yang
menurun. Sebab lain juga dihubungkan dengan metabolic tertentu
(seng, hormone paratiroid). Pada wanita timbul gangguan
menstruasi, gangguan ovulasi sampai amenore
10. Hematologi :
a. Anemia, dapat disebabkan berbagai factor antara lain :
- Berkurangnya produksi eritropoetin, sehingga rangsangan
eritropoesis pada sumsum tulang menurun.
- Hemolisis, akibat berkurangnya masa hidup eritrosit dalam
suasana uremia toksik.
- Defisiensi besi, asam folat, dan lain-lain, akibat nafsu makan
yang berkurang.

8
- Perdarahan, paling sering pada saluran cerna dan kulit
b. Fibrosis sumsum tulang akibat hiperparatiroidisme sekunder
c. Gangguan perfusi trombosit dan trombositopenia. Mengakibatkan
perdarahan akibat agregasi dan adhesi trombosit yang berkurang serta
menurunnya factor trombosit III dan ADP (adenosine difosfat).
d. Gangguan fungsi leukosit. Fagositosis dan kemotaksis berkurang,
fungsi limfosit menurun sehingga imunitas juga menurun.
11. Endokrin :
a. Gangguan metabolism glukosa, resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin. Pada gagal ginjal yang lanjut (klirens kreatinin<15
mL/menit), terjadi penurunan klirens metabolic insulin
menyebabkan waktu paruh hormone aktif memanjang. Keadaan ini
dapat menyebabkan kebutuhan obat penurun glukosa darah akan
berkurang.
b. Gangguan metabolisme lemak
c. Gangguan metabolisme vitamin D
12. Sistem lain :
a. Tulang: osteodistrofi renal, yaitu osteomalasia, osteitis fibrosa,
osteosklerosis, dan kalsifikasi metastatic
b. Asidosis metabolic akibat penimbunan asam organic sebagai hasil
metabolisme.
c. Elektrolit : hiperfosfatemia, hiperkalemia, hipokalsemia.

E. Pemeriksaan Penunjang
Untuk memperkuat diagnosis sering diperlukan pemeriksaan penunjang
baik pemeriksaan laboratorium maupun radiologi.
1. Pemeriksaan laboratorium
a. Hematologi : Hb, Ht, Eritrosit, Lekosit, Trombosit
b. RFT ( renal fungsi test ) : ureum dan kreatinin
c. LFT (liver fungsi test )
d. Elektrolit :Klorida, kalium, kalsium
e. BGA
2. Urine
a. urine rutin

9
b. urin khusus : benda keton, analisa kristal batu.

3. Pemeriksaan kardiovaskuler
a. ECG
b. ECO
4. Radidiagnostik
a. USG abdominaL
b. CT scan abdominal
c. BNO/IVP, FPA
d. Renogram
e. RPG ( retio pielografi )

F. Penaktalaksanaan
Penatalaksanaan keperawatan pada pasien dengan CKD dibagi tiga yaitu :
1. Konservatif
a. Dilakukan pemeriksaan lab.darah dan urin
b. Observasi balance cairan
c. Observasi adanya oedema
d. Batasi cairan yang masuk
e. Diit rendah uremi
2. Obat-obatan: diuretik, anti hipertensi, suplemen besi, agen pengikat
fosfat, suplemen kalsium, furosemid.
3. Dialysis
a. Peritoneal dialysis
Biasanya dilakukan pada kasus – kasus emergency.
Sedangkan dialysis yang bisa dilakukan dimana saja yang tidak
bersifat akut adalah CAPD ( Continues Ambulatori Peritonial
Dialysis )
b. Hemodialisis
Yaitu dialisis yang dilakukan melalui tindakan infasif di vena
dengan menggunakan mesin. Pada awalnya hemodiliasis
dilakukan melalui daerah femoralis namun untuk mempermudah
maka dilakukan :

10
- AV fistule : menggabungkan vena dan arteri
- Double lumen : langsung pada daerah jantung
( vaskularisasi ke jantung )
4. Operatif
a. Pengambilan batu ginjal
b. Transplantasi ginjal

G. Komplikasi
a. Asidosis metabolic
b. Hiperkalemi
c. Perikarditis, efusi perikardialdan tamponade jantung
d. Hipertensi
e. Anemia
f. Penyakit tulang
( SmeltzerC, Suzanne, 2002 hal 1449)

H. Konsep Asuhan Keperawatan


1. Pengkajian
a. Identitas pasien
1) Nama :
2) Umur :
3) Jenis kelamin :
4) Agama :
5) Alamat :
6) Pekerjaan :
7) Pendidikan :
8) Tanggal pengkajian :
9) No. Med. Rec :
10) Diagnose Medis : GGK ( gagal ginjal kronik )
2. Riwayat kesehatan
b. Keluhan utama
Biasanya badan tersa lemah, mual, muntah, dan terdapat udem.
c. Riwayat kesehatan sekarang

11
Keluhan lain yang menyerta biasanya : gangguan pernapasan, anemia,
hiperkelemia, anoreksia, tugor pada kulit jelek, gatal-gatal pada kulit,
asidosis metabolik.

d. Riwayat kesehatan dahulu


Biasanya pasien dengan GGK, memiliki riwayat hipertensi, DM.
3. Fokus Pengkajian :
a. Aktifitas /istirahat
Gejala:
- kelelahan ekstrem, kelemahan malaise
- Gangguan tidur (insomnis/gelisah atau somnolen)
Tanda:
- Kelemahan otot, kehilangan tonus, penurunan rentang gerak
b. Sirkulasi
Gejala:
- Riwayat hipertensi lama atau berat
- Palpitasi, nyeri dada (angina)
Tanda:
- Hipertensi, nadi kuat, edema jaringan umum dan piting pada
kaki, telapak tangan
- Disritmia jantung
- Nadi lemahhalus, hipotensi ortostatik
- Friction rub perikardial
- Pucat pada kulit
- Kecenderungan perdarahan
c. Integritas ego
Gejala:
- Faktor stress contoh finansial, hubungan dengan orang lain
- Perasaan tak berdaya, tak ada harapan, tak ada kekakuan
Tanda:
- Menolak, ansietas, takut, marah , mudah terangsang,
perubahan kepribadian
d. Eliminasi
Gejala:

12
- Penurunan frekuensi urin, oliguria, anuria ( gagal tahap lanjut)
- Abdomen kembung, diare, atau konstipasi
Tanda:
- Perubahan warna urin, contoh kuning pekat, merah, coklat,
berawan
- Oliguria, dapat menjadi anuria
e. Makanan/cairan
Gejala:
- Peningkatan BB cepat (edema), penurunan BB (malnutrisi)
- Anoreksia, nyeri ulu hati, mual/muntah, rasa metalik tak sedap
pada mulut ( pernafasan amonia)
Tanda:
- Distensi abdomen/ansietas, pembesaran hati (tahap akhir)
- Perubahan turgor kuit/kelembaban
- Edema (umum,tergantung)
- Ulserasi gusi, perdarahan gusi/lidah
- Penurunan otot, penurunan lemak subkutan, penampilan tak
bertenaga
f. Neurosensori
Gejala:
- Sakit kepala, penglihatan kabur
- Kram otot/kejang, sindrom kaki gelisah, kebas rasa terbakar
pada telapak kaki
- Kebas/kesemutan dan kelemahan khususnya ekstrimitasbawah
(neuropati perifer)
Tanda:
- Gangguan status mental, contohnya penurunan lapang
perhatian, ketidakmampuan konsentrasi, kehilangan memori,
kacau, penurunan tingkat kesadaran, stupor, koma
- Kejang, fasikulasi otot, aktivitas kejang
- Rambut tipis, uku rapuh dan tipis
g. Nyeri/kenyamanan
Gejala : Nyei panggu, sakit kepala,kram otot/nyeri kaki
Tanda : perilaku berhati-hati/distraksi, gelisah

13
h. Pernapasan
Gejala:
- nafas pendek, dispnea nokturnal paroksismal, batuk
dengan/tanpa Sputum
Tanda:
- takipnea, dispnea, pernapasan kusmaul
- Batuk produktif dengan sputum merah muda encer (edema
paru)
i. Keamanan
Gejala : kulit gatal, ada/berulangnya infeksi
Tanda:
- Pruritus
- Demam (sepsis, dehidrasi)
j. Seksualitas
Gejala: Penurunan libido, amenorea,infertilitas
k. Interaksi sosial
Gejala:
- Kesulitan menurunkan kondisi, contoh tak mampu bekerja,
mempertahankan fungsi peran dalam keluarga
4. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
a. DX 1 : Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan penurunan glomerulo filtration rate.
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit
Kriteria :
- Rasio intake dan output pada batas normal
- Berat badan normal
- Tekanan darah dalam batas ketentuan (140/90 mmHg) dan
elektrolit K, Ca, Mg, Fosfat, Na pada batas normal.
Intervensi keperawatan :
- Pantau balance cairan/24 jam
- Timbang BB harian
- Pantau peningkatan tekanan darah
- Monitor elektrolit darah
- Kaji edema perifer dan distensi vena leher

14
- Batasi masukan cairan
b. DX 2 : Perubahan nutrisi ; kurang dari kebutuhan tubuh b.d anoreksia,
mual dan muntah
Hasil yang diharapkan: Pasien dapat mempertahankan status nutrisi
yang adekuat yang dibuktikan dengan BB dalam batas normal,
albumin, dalam batas normal
Intervensi:
- Kaji status nutrisi
- Kaji pola diet nutrisi
- Kaji faktor yang berperan dalam merubah masukan nutrisi
- Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet
- Anjurkan cemilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium
diantara waktu makan
- Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama makan
- Timbang berat badan harian
- Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat
c. DX 3 : Intoleransi aktifitas b.d anemia, oksigenasi jaringan tidak
adekuat
Hasil yang diharapkan : Pasien mendemonstrasikan peningkatan
aktivitas yang dibuktikan dengan pengungkapan tentang berkurangnya
kelemahan dan dapat beristirahat secara cukup dan mampu
melakuakan kembali aktivitas sehari-hari yang memungkinkan.
Intervensi:
- Kaji faktor yang menimbulkan keletihan
- Tingkatkan kemandirian dalam aktifitas perawatan diri yang
dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi
- Anjurkan aktifitas alternatif sambil istirahat
- Anjurkan untuk beristirahat setelah dialisis
- Beri semangat untuk mencapai kemajuan aktivitas bertahap
yang dapat ditoleransi
- Kaji respon pasien untuk peningkatan aktivitas
d. DX 4 : Perubahan integritas kulit b.d uremia, edema
Hasil yang diharapkan:
- Kulit hangat, kering dan utuh, turgor baik

15
- Pasien mengatakan tak ada pruritus
Intervensi:
- Kaji kulit dari kemerahan, kerusakan, memar, turgor dan suhu
- Jaga kulit tetap kering dan bersih
- Beri perawatan kulit dengan lotion untuk menghindari
kekeringanBantu pasien untuk mengubah posisi tiap 2 jam jika
pasien tirah baring
- Beri pelindung pada tumit dan siku
- Tangani area edema dengan hati-hati
- Pertahankan linen bebas dari lipatan
e. DX 5 : Resiko terhadap infeksi b.d depresi sistem imun, anemia
Hasil yang diharapkan: pasien tetap terbeba dari infeksi lokal maupun
sitemik dibuktikan dengan tidak ada pana/demam atau leukositosis,
kultur urin, tidak ada inflamasI.
intervensi:
- Pantau dan laporkan tanda-tanda infeksi seperti
demam,leukositosis, urin keruh, kemerahan, bengkak
- Pantau TTV
- Gunakan tehnik cuci tangan yang baik dan ajarkanpada pasien
- Pertahankan integritas kulit dan mukosa dengan memberiakan
perawatan kulit yang baik dan hgiene oral
- Jangan anjurkan kontak dengan orang yang terinfeksi
- Pertahankan nutrisi yang adekuat
f. DX6 : Kurang pengetahun b.d kurangnya informasi tentang proses
penyakit, gagal ginjal, perawatan dirumah dan instruksi evaluasi
Hasil yang diharapkan: Pasien dan orang terdekat dapat
mengungkapkan, mengerti tentang gagal ginjal, batasan diet dan
cairan dan rencana kontrol, mengukur pemasukan dan haluaran urin.
Intervensi:
- Instruksikan pasien untuk makan makanan tinggi karbohidrat,
rendah protein, rendah natrium sesuai pesanan dan hindari
makanan yang rendah garam
- Ajarkan jumah cairan yang harus diminum sepanjang hari

16
- Ajarkan pentingnya dan instrusikan pasien untuk mengukur
dan mencatat karakter semua haluaran (urin, muntah)
- Ajarkan nama obat,dosis, jadwal,tujuan serta efek samping
- Ajarkan pentignya rawat jalan terus menerus
(Tucker M, Susan dkk,1998, 585-567)

17
ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. M.R
DENGAN DIAGNOSA GAGAL GINJAL KRONIK

A. PENGKAJIAN
1. Identitas
Nama : Ny. Y.M
Umur : 55 th
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Kalawat jaga III
Agama : Kr. Protestsn
Suku / Kebangsaan : Ternate/Indonesia
Pendidikan : SMP
Stasus : Menikah
Pekerjaan : IRT
Tanggal MRS : 11 Juli 2014
Tanggal pengkajian : 14 Juli 2014
No. Med. Rec : 41.61.88
Diagnosa medis : Gagal Ginjal Kronik
2. Riwayat Kesehatan
a. Keluhan utama
Mual dan Muntah
b. Riwayat keluhan utama
Mual dan muntah dirasakan pasien  1 hari SMRS, pasien muntah dengan
frekwensi 6 kali sehari, muntah berisi makanan dan minuman yang
dimakan pasien, volume muntah  4 gelas aqua sekali muntah, pasien juga
merasa nyeri ulu hati,  1 hari SMRS, nyeri bersifat hilang timbul dan
diraskan 1 menit, pasien juga mengatakan badan terasa lemah.
c. Riwayat kesehatan sekarang
Pasien tidak ada nafsu makan, badan terasa lemah serta mengalami susah
tidur dan konstipasi (+) mual(+), muntah (-),pucat (+), edema palpebra (+),
turgor kulit jelek, bibir kering dan pecah-pecah, poliuri dan nyeri tekan
pada gaster (-).
d. Riwayat Kesehatan dahulu

18
Pasien menderita DM Tipe II sejak tahun 2011 begitu juga dengan
Hipertensi. Pasien juga menderita Hiperkolesterol, pasien meminum obat
DM, HPT dan Hiperkolesterol dengan teratur.
e. Riwayat Keluarga
Dikeluarga pasien hanya pasien yang menderita penyakit ini.
f. Pola Fungsi Kesehatan : (Marilynn E. Doengoes)
1) Aktivitas/istirahat
Kelelahan dan kelemahan, malaise, gangguan tidur/ Insomnia. Pasien
beraktivitas di bantu oleh orang lain baik dalam makan, minum,
berjalan, ambulasi dan imobilisasi, mandi/wc.
2) Sirkulasi
Riwayat hipertensi sejak tahun 2011, TD : 140/90 mmHg, N : 88x/m,
CRT < 3 detik.
3) Integritas Ego
Pasien menerima penyakit yang ia derita saat ini, dan hubungan
dengan keluarga berjalan dengan baik.
4) Eliminasi
Pasien mengalami poliuri dengan frekwensi 14-16 x/hari, pasien juga
mengalami konstipasi dimana pasien terakhir kali BAB pada tanggal
13 juli 2014.
5) Makanan/cairan
Penurunan nafsu makan, mual/muntah, rasa metalik tak sedap pada
mulut (Pernapasan ammonia). Pasien makan 3x/hari dengan menu Diit
Protein(0,6 gr /kg/bb/hari) dan Diit kalori (30ml/kg/bb/hari), makanan
tidak dihabiskan (1/2 piring dihabiskan).
6) Neurosensori
Kesadaran pasien compos mentis, konsentrasi baik, tidak ada
penurunan fungsi saraf.
7) Nyeri/kenyamanan
Pasien tidak merasakan nyeri ulu hati dan nyeri kepala. Pasien merasa
aman selama berada di rumah sakit.
8) Pernapasan
Pernapasan pasien 20x/m tidak ada ronkhi dan wheezing, batuk tidak
ada.

19
9) Integumen
Turgor kulit pasien jelek dan wajah tampak pucat.
10) Seksualitas
Pasien pada saat ini sudah tak dapat lagi melakukan aktivitas seks
karena dalam keadaan sakit.
11) Interaksi sosial
Pasien sudah tak dapat lagi beraktivitas seperti biasa karena dalam
keadaan sakit, pasien tidak dapat lagi melakukan peran sebagai Ibu
Rumah Tangga karena sakit.
12) Pembelajaran/penyuluhan
Pasien memiliki riwayat DM, salah satu penyebab GGK adalah DM,
pasien juga harus diberikan pendidikan tentang diit Protein dan Kalori.
3. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum :
- Kesadaran : Compos Mentis
- TTV :
- TD :140/90 mmHg -R : 20x/mnt
- N : 88x/mnt -S : 36,8°C
BB SMRS : 67kg BB saat di kaji : 64kg
b. Sistem Integumen
Pucat (+), kulit kering, turgor lambat
c. Kepala
Warna rambut hitam, penyebaran merata, rambut oval & kering
d. Mata
Penglihatan normal, konjungtiva anenis (+), sklera interik (-) edema
palpebra (+)
e. Telinga
Secret (+), pendengaran baik
f. Hidung
Secret (+), penciuman baik
g. Mulut & Faring
Keadaan mulut kering (+), bau mulut (+), bibir kering dan pecah-
pecah (+), stomatitis (-)

20
h. Ekstremitas Atas : Pada tangan bagian kiri terpasang IVFD
NaCl 0,9 %
i. Ekstremitas Bawah : Normal, edema (-)
j. Abdomen
Benjolan (-), pembesaran hepar (-), bising usus (+) normal
4. Pemeriksaan Penunjang
a. Hasil Pemeriksaan Kimia Klinik 14 Juli 2014
No. Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
Hematologi
1. Leukosit 11.500 /mm^3 4000-10.000
2. Eritrosit 3,60 10^6/mm^3 4,25-5,40
3. Hemoglobin 10,9 g/dL 12,0-16,0
4. Hematokrit 29,7 % 37,0-47,0
5. Trombosit 391 10^3/mm^3 150-450
Kimia klinik
6. GDS 235 mg/dL 70-125
7. Natrium Darah 129 meg/dL 135-152
8. Kalium Darah 3,74 meg/dL 3,5-4,5
9. Chlorida Darah 94 meg/dL 98-109
10. Kreatinin Darah 2,9 mg/dl 0,6-1,1
11 Ureum Darah 53 mg/dl 20-40

b. Hasil Pemeriksaan Urinalisis


No. Parameter Hasil Satuan Nilai Rujukan
1 Epitel 5-6 /1 pk 0-1
2 Silinder - /1pk -
3 Eritrosit 0-1 /lpb 0-1
4 Leukosit 2-3 /1pb 1-5
5 Berat jenis 1,005 M3 1,010-1030
6 pH 7 5-8
7 Leukosit ++ +
8 Nitrit - -
9 Protein +++ -
10 Glukosa + Normal
11 Keton + -
12 Urobilinogen Normal 0,1-1
13 Bilirubin - Normal
14 Darah/Eri - -

5. Terapi obat-obatan
a. Ranitidin 2 x 1 amp IV
b. Merocloporanide 3x1 amp IV
c. Amlodipine 10 mg 1-0-0

21
d. Asquidone 2x30 mg
e. Ciprofloxacin 1x400 mg IV
f. Simvastatin 10 mg 0-0-1
g. Captopril 3x25 mg
h. Kapsul garam 3x1
i. IVFD NaCl 0,9 20 gtt/ menit

B. Klasifikasi Data
Data Subyektif Data Obyektif
1. Pasien mengatakan adanya bengkak di 1. Adanya edema palpebra, bibir kering,
kelopak mata, bibir kering dan pecah- pecah-pecah dan bau amoniak, turgor
pecah. kulit jelek, kadar kreatinin 2,9Mg/dl
2. Pasien mengatakan badan lelah dan dan kadar Ureum Darah 53 mg/dl.
lemah, malaise. 2. Pasien beraktivitas di bantu oleh orang
3. Pasien mengatakan tidak ada nafsu lain baik dalam makan, minum,
makan karena mual dan berat badan berjalan, ambulasi dan imobilisasi,
menurun 3 kg mandi/wc, HB 10,9 g/dl.
3. Selera makan pasien menurun, makan
3x1 diit protein dan kalori (1/2 piring
dihabiskan). BB SMRS : 67 kg BB saat
dikaji : 64 kg.

C. Analisa Data
No Data Etiologi Problem
1. DS : Nefron yang terserang hancur Kelebihan
Pasien mengatakan adanya  Volume
bengkak di kelopak mata, bibir GFR  Cairan
kering dan pecah-pecah. 
DO : (BUN & kreatinin ↗)
- Adanya edema palpebra 
- bibir kering, pecah-pecah Retensi natrium
dan bau amoniak 
- Turgor kulit jelek Total CES ↗
- Kadar kreatinin 2,9 Mg/dl 
- Kadar Ureum Darah 53
Vol Interstisial ↗
mg/dl

Edema

Preload ↗

Hipertrofi Ventrikel Kiri

COP 

22

Aliran Darah Ginjal 

Retensi Na & H2O↗

Kelebihan Volume Cairan

2. DS: Nefron yang terserang hancur Intoleransi


Pasien mengatakan badan lelah  Aktivitas
dan lemah, malaise. GFR 

DO : Ketidakseimbangan dlm
- Pasien beraktivitas di bantu glomerulus & tubulus
oleh orang lain baik dalam 
makan, minum, berjalan, Eritropoetin
ambulasi dan imobilisasi, 
mandi/wc.
Hb
- HB : 10,9 g/dl

suplai O2 

Anemia

Pucat, Fatigue malaise

Intoleransi Aktivitas
3 DS : Nefron yang terserang hancur Gangguan
Pasien mengatakan tidak ada  Nutrisi
nafsu makan karena mual, GFR  Kurang
pasien juga mengatakan  Dari
mengalami penurunan BB  (BUN & kreatinin ↗) Kebutuha
3kg n Tubuh
Do : 
- Selera makan pasien Sekresi protein terganggu
menurun, makan 3x1 diit 
protein dan kalori (1/2 Sindrom uremia
piring dihabiskan). 
- BB SMRS : 67 kg BB saat Gangguan keseimbangan asam-
di kaji : 64 kg basa

Produksi asam lambung ↗

Nausea, Vomitus

Gangguan Nutrisi Kurang Dari
Kebutuhan Tubuh

23
D. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan Intervensi
1 Gangguan keseimbangan Setelah dilakukan 1. Kaji adanya edema dengan
cairan dan elektrolit intervensi distensi vena jugularis,
berhubungan dengan keperawatan selama dispnea, tachikardi,
penurunan glomerulo 2x24 jam peningkatan tekanan darah
filtration rate. diharapkan : crakles pada auskultasi.
DS : Keseimbangan R:
Pasien mengatakan adanya cairan dan elektrolit Merupakan tanda-tanda
bengkak di kelopak mata, KH : lethargi cairan yang menambah
bibir kering dan pecah- - Rasio intake dan kerja dari jantung dan menuju
pecah. output pada edema pulmoner dan gagal
DO : batas normal jantung.
- Adanya edema palpebra - Berat badan 2. Kaji kelemahan otot tidak
- bibir kering, pecah- normal adanya reflek tendon dalam,
pecah dan bau amoniak - Tekanan darah kram abdomen dengan diare,
- Turgor kulit jelek dalam batas tidak teraturnya nadi, membran
- Kadar kreatinin 2,9 ketentuan mukosa dan turgor kulit.
Mg/dl (140/90 mmHg) R:
- Kadar Ureum Darah 53 dan elektrolit K, Tanda-tanda hipernatremia
mg/dl Ca, Mg, Fosfat, dihasilkan dari tanda fungsi
Na pada batas tubular ginjal.
normal. 3. Kaji kelemahan, kelelahan,
- Tidak ada penurunan reflek tendon
edema R:
- Membran Tanda-tanda hipertermia
mukosa baik, dihasilkan dari
bibir lembab ketidakmampuan nefron untuk
dan turgor kulit memfiltrasi keluar Na.
baik. diperlukan aibsorps Ca dari
intestinum.
4. Monitor tanda-tanda vital,
kreatinin .
R:
Tanda-tanda peningkatan
elektrolit
5. Kolaborasi pemberian obat
diuretik, HCT
R:
Bekerja sebagai obat diuresis
(untuk mengeluarkan
kelebihan cairan dalam tubuh)

2 Intoleransi aktivitas b/d Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat aktivitas dan


produksi eritrosit intervensi toleransi, pola aktivitas
menurun ditandai dengan : keperawatan kemampuan dalam ADL

24
DS : selama 2x24 jam keadaan bedrest, TTV.
Pasien mengatakan badan diharapkan R:
lelah dan lemah, malaise. Kebutuhan aktivitas Merupakan data dasar terhadap
DO : sehari-hari dapat kemampuan beraktivitas dan
-Pasien beraktivitas di bantu terpenuhi. untuk tindakan berikutnya.
oleh orang lain baik KH : 2. Kaji kelemahan dyspnoe, pucat
dalam makan, minum, - Kontinuitas dan pusing perdarahan dari
berjalan, ambulasi dan partisipasi ADL gusi, luapan menstruasi berat
imobilisasi, mandi/wc. - Mengemukakan saluran gastrointestinal.
-HB 10,9 g/dl kemampuan R:
6 3
-Eritrosit 3,60 10 mm untuk Tanda dan gejala anemia
-Hematokrit : 29,7 % memelihara dengan penurunan produksi
tingkat energy eritropoetin yang menstimulasi
- Hilangnya produksi.
komplikasi. 3. Monitor jumlah darah merah,
- Hb dalam batas hematokrit, hemoglobin,
normal jumlah platelet RBC kurang
- Ertrosit dalam dari 6 juta Hct kurang dari
batas normal 20% Hgb kurang dari 10 g/dl
R:
Penurunan merupakan indikasi
suspek anemia, kehilangan
darah.
4. Bantu klien ketika diperlukan
dalam pemenuhan ADL
R:
Menyimpan energi dan
mengurangi tuntutan
5. Ajari klien bagaimana untuk
merencanakan pembatasan
untu memodifikasi atau
meningkatkan aktivitas yang
disetujui pada tingkat toleransi
dan tujuan realistis.
R:
Izinkan untuk mengontrol
pasien ketika mencapai
perkembangan dan
menghindari kelelahan
6. Anjurkan pasien hindari
aktivitas atau mengunakan alat
(sikat gigi, pisau cukur) yang
mungkin menyebabkan trauma
pada jaringan: catat setiap
perdarahan dari mukosa memar
berlebih
R:
Kecenderungan berdarah
menyebabkan hilangnya darah
terutama jaringan

25
3 Gangguan nutrisi kurang Setelah dilakukan 1. Kaji pola nutrisi pasien dan
dari kebutuhan tubuh b/d intervensi perubahan yang terjadi\
Hb, peningkatan asam keperawatan selam R : mengetahui pola nutrisi
lambung di tandai dengan: 2x24 jam klien serta intake makanan
DS : diharapkan : 2. Timbang berat badan
Pasien mengatakan tidak Kebutuhan nutrisi R : Mengidentifikasi intake
ada nafsu makan karena pasien dapat makanan
mual. Dan berat badan terpenuhi Anoreksia
menurun 3 kg. KH : 3. Berikan makanan porsi kecil
DO : - Hilangnya tapi sering. -Pasien makan
Pola Nutrisi anoreksia 3x/hari. Pada jam 8 pagi, jam
- Selera makan : Tdk - Hilangnya 12 siang dan jam jam 7
baik/menurun mual dan malam.
- Frekuensi : 3x/hari muntah 4. Anjurkan menghindari minum
- Menu makan : - Intake 2000 berkafein, juice makanan
diberikan oleh ahli gizi kalori perhari panas/berbau
Diit Protein dan Diit - Porsi makan di 5. Kolaborasi dengan ahli gizi
Kalori habiskan dalam pemberian diet dan pola
- Porsi makan : Tdk -  Berat Badan makan pasien
dihabiskan (1/2 piring) 6. Kolaborasi dengan dokter
- BB SMRS : 67 kg BB dalam pemberian obat
saat dikaji : 64 kg

E. Implementasi dan Evaluasi Keperawatan


No. DX Implementasi Evaluasi
1 1 Tgl. 14 Juli 2014 S : Pasien mengatakan adanya
Jam : 11.00 edema pada palpebra, bibir
- Mengkaji adanya edema palpebra, kering, lemah dan lelah.
dispnea (-), TD : 140/90 mmhg
nausea (-) muntah (-). O : adanya edema palpebra,
Jam 11.00 mukosa/bibir kering pecah-
- Mengkaji kelemahan otot (-) tidak pecah dan bau amoniak, turgor
adanya reflek tendon dalam (-) kulit jelek, TD :140/90,
kram abdomen (-) N : 88x/m, Kreatinin : 29 mg/dl Ureum
membran mukosa/bibir kering, Darah 53 mg/dl.
pecah- pecah dan bau amoniak
dturgor kulit : jelek. A : Masalah BelumTeratasi
Jam 11.00 P : Lanjutkan Intervensi
- Mengkaji kelemahan (+) kelelahan
(+) penurunan reflek tendon ?(-)
Jam 11.30
- Memonitor TTV TD :
140/90mmhg, N : 88x/m, R :
20x/m, SB : 36,8 c, Kreatinin : 29
mg/dl, Ureum Darah 53 mg/dl, K :
3,74, Na : 129, Cl : 94.
Jam 12.00
- Berkolaborasi pemberian obat
diuretik, HCT

26
Ranitidin 2 x 1 amp IV
Merocloporanide 3x1 amp IV
Amlodipine 10 mg 1-0-0
Asquidone 2x30 mg
Ciprofloxacin 1x400 mg IV
Simvastatin 10 mg 0-0-1
Captopril 3x25 mg
Kapsul garam 3x1
IVFD NaCl 0,9 20 gtt/ menit

2 2 Jam 11.00 S : Pasien mengatakan badan


- Mengkaji tingkat aktivitas dan lelah dan lemah, malaise.
toleransi : Pasien mengatakan O:
badan lelah dan lemah, malaise. , - Pasien beraktivitas di
pola aktivitas kemampuan dalam bantu oleh orang lain baik
ADL : makan, minum, berjalan, dalam makan, minum,
ke wc di bantu oleh suami. TTV: berjalan, ambulasi dan
TD : 140/90, N : 88x/m, SB : imobilisasi, mandi/wc.
36,8c, R : 20x/m. - HB 10,9 g/dl
Jam 11. 05 - Eritrosit 3,60 106mm3
- Mengkaji kelemahan (+), dyspnoe - Hematokrit : 29,7 %
(-), pucat(+) dan pusing (-) A : Masalah belum teratasi
perdarahan dari gusi (-), luapan P : lanjutkan Intervensi
menstruasi berat saluran
gastrointestinal (-).
Jam 12.00
- Memonitor jumlah darah merah :
3,60 106mm3, hematokrit : 29,7
% , hemoglobin : 10,9 g/dl.
Jam 01.00
- Membantu klien ketika diperlukan
dalam pemenuhan ADL :
membantu berpindah kamar serta
membawa pasien ke wc.
- Mengajari pasien bagaimana
untuk merencanakan pembatasan
untu memodifikasi atau
meningkatkan aktivitas yang
disetujui pada tingkat toleransi
dan tujuan realistis.
Jam 01.30
- Menganjurkan pasien hindari
aktivitas atau mengunakan alat
(sikat gigi, pisau cukur) yang
mungkin menyebabkan trauma
pada jaringan

3 3 Tgl. 14 Juli 2014 S : Pasien mengatakan tidak


Jam : 11.00 ada nafsu makan dan mual
Mengkaji pola nutrisi pasien :

27
- selera makan : Tidak baik O : Pasien tidak menghabiskan
- Frekuensi : 3x/hari porsi makan yang diberikan,
- Menu makan : Diit Protein 0,6 penurunan BB 3 Kg.
gr/kg/bb/hari
- Kalori 30ml/kg/bb/hari A : Masalah belum teratasi
- Porsi : Tdk dihabiskan P : Lanjutkan Intervensi
(1/2piringdihabiskan)
- Menimbang BB : 64 Kg
Jam : 12.00
- Memberikan makanan porsi
kecil tapi sering
- Menganjurkan menghindari
minum berkafein, juice
makanan panas/berbau
- Berkolaborasi dengan dokter
dlm pemberian diet dan pola
makan pasien
- Protein 0,6 gr/kg/bb/hari
- Kalori 30ml/kg/bb/hari
- berkolaborasi dengan dokter
dalam pemberian obat :
Ranitidin 2 x 1 amp IV
Merocloporanide 3x1 amp IV\
Amlodipine 10 mg 1-0-0
Asquidone 2x30 mg
Ciprofloxacin 1x400 mg IV
Simvastatin 10 mg 0-0-1
Captopril 3x25 mg
Kapsul garam 3x1
IVFD NaCl 0,9 20 gtt/ menit

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Ginjal (renal) adalah organ tubuh yang memiliki fungsi utama untuk
menyaring dan membuang zat-zat sisa metabolisme tubuh dari darah dan menjaga
keseimbangan cairan serta elektrolit (misalnya kalsium, natrium, dan kalium)
dalam darah.
Gagal ginjal adalah suatu kondisi di mana ginjal tidak dapat menjalankan
fungsinya secara normal. Gagal ginjal dibagi menjadi dua bagian besar yakni gagal
ginjal akut (acute renal failure = ARF) dan gagal ginjal kronik (chronic renal failure
= CRF). Pada gagal ginjal akut terjadi penurunan fungsi ginjal secara tiba-tiba
dalam waktu beberapa hari atau beberapa minggu dan ditandai dengan hasil
pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin darah) dan kadar urea nitrogen
dalam darah yang meningkat. Sedangkan pada gagal ginjal kronis, penurunan
fungsi ginjal terjadi secara perlahan-lahan. Proses penurunan fungsi ginjal dapat
berlangsung terus selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun sampai ginjal tidak
dapat berfungsi sama sekali (end stage renal disease).

B. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan yaitu :
1. Persiapan diri sebaik mungkin sebelum melaksanakan tindakan asuhan
keperawatan.
2. Bagi mahasiswa diharapkan bisa melaksakan tindakan asuhan keperawatan
sesuai prosedur yang ada.

29
DAFTAR PUSTAKA

http://lianerako.blogspot.co.id/2014/09/asuhan-keperawatan-gagal-ginjal-kronik.html
Diposkan oleh Konny Liane Rako ( Di unduh pada tanggal 29 Agustus 2016)
http://newdinala.blogspot.com/2010/03/gagal-ginjal-akut-dan-kronis.html
http://ridhoinhealthy.blogspot.com/2012/07/asuhan-keperawatan-pada-penderita-
gagal_31.html
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta :EGC

30

You might also like