You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan hal yang terpenting dalam kehidupan, dimana
pendidikan sendiri tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia yang
sifatnya mutlak baik dalam kehidupan seseorang, keluarga maupun bangsa
dan negara. Mengingat akan pentingnya pendidikan, maka pendidikan harus
dilaksanakan sebaik-baiknya agar dapat diperoleh hasil yang diharapkan.
Pendidikan adalah salah satu faktor yang fundamental dalam pembangunan
suatu bangsa karena maju dan mundurnya suatu bangsa bergantung pada
pendidikan.
Pendidikan adalah upayaa membimbing dan membina, baik itu dari
guru dengan anak didik ataupun orang tua dengan anaknya serta bertanggung
jawab untuk mengembangkan intelektual pribadi nya ke arah kedewasaan
agar dapat diterapkannya kedalam kehidupan sehari-hari.1
Dalam Islam terdapat dua tata hubungan yakni hablun minallah dan
hablun minannas. Secara vertikal manusia mempunyai hubungan dengan
Allah yang didalamnya berisi pelaksanaan ibadah terhadap Allah dengan
berbagai macamnya. Sedangkan secara horizontal manuasia mempunyai
hubungan dengan manusia lainnya yang didalam hubungan ini berisi
pelaksanaan muamalah. Bila kedua hubungan ini tidak ada, maka manusia
akan ditimpa suatu kehinaan.
Dalam kedua hubungan tersebut di atas terdapat aturan etika yang
harus dijaga dan dilaksanakan terlebih dalam pelaksanaan hubungan yang
kedua yakni aktivitas bermuamalah antar sesama manusia baik dalam
muamalah dalam arti luas mapun dalam arti sempit. Dalam muamalah arti
sempit etika sangat urgen bahkan menjadi ukuran dan penentu bagi sah dan
batalnya aktivitas muamalah dan penentu bagi halal dan haramnya perbuatan

1 H. Abudin Nata, Sosiologi Pendidikan Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2014)
h.151
2

atau tindakan muamalah maupun hasil dari kegiatan muamalah tersebut.


Diantara etika muamalah perspektif Islam ialah: Menegakkan larangan
memperdagangkan barang-barang yang diharamkan, bersikap benar, amanah
dan jujur, menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga, menerapkan
kasih sayang dan mengharamkan monopoli, menegakkan toleransi dan
persaudaraan dan berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal
menuju akhirat.
Dalam sistem ajaran Islam terdapat tiga unsur utama atau kerangka
dasar yang satu sama lainnya saling berkaitan, menguatkan, dan mnentukan
kualitas beragama seorang muslim. Tiga unsur utama ini disebut juga dengan
Arkan al-.Din (rukun/sistem ajaran Islam). Ketiga unsur tersebut adalah: (1)
Iman, (2) Islam, dan (3) Ihsan (Akhlak). 2 unsur atau sendi yang ketiga dari
unsur tersebut di atas mempunyai fungsi dan peran yang sangat penting yakni
berfungsi sebagai pemberi warna terhadap sendi pertama dan kedua yaitu
sendi keimanan dan sendi keislaman. Dengan demikian sendi yang ketiga ini
yakni ihsan/akhlak berada pada semua ajaran dan aktivitas dalam Islam mulai
dalam ajaran tauhid, ibadah, politik, sosial budaya sampai muamalah dalam
arti luas dan sempit sempit (aktifitas ekonomi).
Aktivitas ekonomi dalam Islam merupakan bagian dari usaha manusia
sebagai hamba dalam mencari rizki atau kehidupandi dunia yang sekaligus
merupakan kegiatan yang bernilai ibadah jika diniatkan untuk ibadah dan
selalu berpegang pada nilai akhlak dalam menjalankan kegiatan ekonomi
tersebut.

2 Abi Abdillah bin Ismail al-Bukhari, Matan Al-Bukhari, (Semarang: Syirkah Nur Asia,
tth), h. 18-19
3

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari muamalah ?
2. Apa saja ruang lingkup muamalah ?
3. Apa tujuan mempelajari muamalah ?
4. Apa saja nilai-nilai dalam muamalah ?
5. Bagaimana etika dalam bermuamalah ?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa pengertian dari muamalah
2. Untuk mengetahui ruang lingkup muamalah
3. Untuk mengetahui manfaat mempelajari muamalah
4. Untuk mengetahui nilai-nilai dalam muamalah
5. Untuk memahami bagaimana etika dalam bermuamalah
4

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Muamalah
Pendidikan Agama Islam merupakan suatu upaya sadar dan terencana
dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati,
mengimani, bertakwa, berakhlak mulia, mengamalkan ajaran agama Islam
dari sumber utamanya kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadis, melalui kegiatan
bimbingan, pengajaran latihan, serta pengguanaan pengalaman.3
Secara etimologi kata muamalah berasal dari kata: ‫ يعامل – معاملة‬- ‫عامل‬
artinya saling bertindak, saling berbuat, dan saling beramal. Secara istilah
syara’, muamalah ialah kegiatan yang mengatur hal-hal yang berhubungan
dengan tata cara hidup sesama manusia untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.4 Selanjutnya pengertian muamalah dibedakan pada pengertian secara
luas dan secara sempit. Secara luas muamalah didefinisikan sebagai berikut:
a. Menurut Ad-Dimyati sebagaimana dikutif oleh Hendi Suhendi dalam
Fiqh Muamalah, beliau berpendapat bahwa muamalah adalah: “Aktivitas
untuk menghasilkan duniawi menyebabakan keberhasilan masalah
akhirat”.5
b. Menurut Muhammad Yusuf Musa, muamalah adalah Peraturan-
peraturan Allah yang diikuti dan ditaati dalam hidup bermasyarakat
untuk menjaga kepentingan manusia.6

Sedangkan secara sempit (khas) muamalah didefinisikan oleh para


ulama antara lain sebagai berikut:
a. Menurut Hudhari Beyk, muamalah adalah:
“Muamalah adalah semua aqad yang membolehkan manusia saling
menukar manfaat.

3 Ramayulis, Metodologi Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2012), h.21.
4 Hendi Suhendi, Fikih Muamalah, (Jakarta: Raja Graindo Persada, 2005), h. 1.
5 Junus Gozali, Fiqh,….,, h. 12.
6 Hendi Suhendi, Fiqh ,…., h.. 1.
5

b. Menuurt Idris Ahmad, muamalah adalah aturan Allah yang mengatur


hubungan manusia dengan manusia dalam usahanya untuk
mendapatakan alat-alat keperluan jasmaninya dengan cara yang paling
baik.
c. Menurut Rasyid Ridha, muamalah adalah tukar menukar barang atau
sesuatu yg bermanfaat dengan cara-cara yang telah ditentukan. 7

Dengan demikian muamalah adalah: aturan-aturan


(hukum) Allah SWT yang ditujukan untuk mengatur kehidupan manusia
dalam urusan keduniaan atau urusan yang berkaitan dengan urusan duniawi
dan sosial kemasyarakatan.
Ibadah muamalah memiliki dua kata yang berbeda. Ibadah secara
harfiah berarti bakti manusia kepada Allah SWT, karena didorong dan
dibangkitkan oleh akidah tauhid. Ibadah secara khusus yaitu perilaku manusia
yang dilakukan atas perintah Allah dan dicontohkan oleh Rasulullah, atau
disebut ritual (ibadah vertikal, hambluminnallah). Sedangkan muamalah di
sini mengatur hubungan seseorang dengan lainya (ibadah horizontal,
habluminnas) dalam hal tukar menukar harta, seperti: jual beli, simpan
pinjam, sewamenyewa, kerja sama dagang, simpanan, penemuan,
pengupahan, utang piutang, pungutan, pajak, warisan rampasan perang,
hukum niaga, hukum negara, dan lain-lain. Oleh karena itu, muamalah Islam
meliputi sistem politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, dan sistem
rumah tangga (keluarga), dan lain-lain.8
H. Sulaiman Rasjid, mendefinisikan muamalah yaitu tukar menukar
barang atau sesuatu yang memberi manfaat dengan cara yang ditentukan
seperti jual beli, sewa-menyewa, upah-mengupah, pinjammeminjam, urusan
bercocok tanam, berserikat, dan usaha lainya. Karena Allah SWT telah
menjadikan manusia untuk saling membutuhkan satu sama lain, supaya

7 Hendi Suhendi, Fiqh…., h. 1-2.


8 Muhammad Alim, Pendidikan Agama Islam (Upaya Pembentukan Pemikiran dan
Kepribadian Muslim), (Bandung: Remaja Rosdakarya Offset, 2011), h.143-146.
6

mereka tolong menolong, tukar menukar keperluan dalam segala urusan


kepentingan sendiri maupun untuk kemaslahatan umum.9
Pendapat lain mengatakan bahwa muamalah merupakan aktifitas yang
lebih pada tataran hubungan manusia dengan manusia lainya. Berbeda dengan
ibadah mahdah yang merupakan hubungan vertikal murni antara manusia
dengan Allah. Muamalah sebagai aktifitas sosial lebih longgar untuk
dikembangkan melalui inovasi transaksi dan produk.10
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah diuraikan di atas dapat
penulis uraikan bahwa yang dikatakan pemahaman ibadah muamalah yaitu
kemampuan atau pengetahuan tentang hubungan antar sesama makhluk
(manusia dengan manusia) untuk melakukan aktifitas sosial melalui jalur jual
beli, tukar-menukar, sewa-menyewa, upah-mengupah, dan lain sebagainya
untuk saling tolong-menolong dalam bidang sosial.
Ibadah muamalah juga mempelajari tentang hukum Islam tentang
muamalah. Bahwasanya Allah SWT menciptakan manusia dijadikan sebagai
makhluk sosial yang saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya.
Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, manusia harus berusaha mencari
karunia Allah yang ada dimuka bumi ini sebagai sumber ekonomi. Sesuai
dengan firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Qoshosh: 77, yang artinya:
‫َو اْبَتِغ ِفْيَم ٓا ٰا ٰت ىَك ُهّٰللا الَّد اَر اٰاْل ِخ َر َة َو اَل َتْنَس َنِص ْيَبَك ِم َن الُّد ْنَيا َو َاْح ِس ْن َك َم ٓا َاْح َس َن ُهّٰللا ِاَلْي َك‬
٧٧ ‫َو اَل َتْبِغ اْلَفَس اَد ِفى اَاْلْر ِضۗ ِاَّن َهّٰللا اَل ُيِح ُّب اْلُم ْفِس ِد ْيَن‬

Artinya:“dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu


(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan
bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah
(kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik,
kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi.
Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.” (Q.S. Al-Qoshosh: 77)

9 Sulaiamn Rasjid, Fiqh Islam, (Bandung: Sinar Baru Algensindo, 2012), cet. 55, h.278
10 Imam Mustofa, Fiqih Mu’amalah Kontemporer, (Metro: STAIN Jurai Siwo Metro
Lampung, 2014), h.5.
7

Muamalah dalam ilmu ekonomi Islam memiliki makna hukum yang


bertalian dengan harta, hak milik, perjanjian jual beli, utang-piutang, sewa-
menyewa, pinjam-meminjam dan semacamnya. Hukum yang mengatur
keuangan serta segala hal yang merupakan hubungan manusia dengan
sesamanya, baik secara individu maupun masyarakat. Tujuan dari muamalah
ini yaitu agar tercapainya suatu kehidupan yang tentram, damai, bahagia, dan
sejahtera.11

B. Ruang lingkup Muamalah


Ruang lingkup dalam ibadah muamalah terdapat dua bagian,
diantaranya:
a. Ruang lingkup pembahasan adabiyah yaitu ijab dan qabul, saling
meridhai, tidak ada keterpaksaan dari salah satu pihak, hak dan
kewajiban, kejujuran pedagang, penipuan, pemalsuan, penimbunan, dan
segala sesuatu yang bersumber dari indra manusia yang ada kaitanya
dengann peredaran harta dalam hidup masyarakat.
b. Ruang lingkup pembahasan madiyah ialah membahas masalah jual beli
(al-bai al tijarah), gadai (al-rahn), jaminan dan tanggungan (kafalan dan
dlaman), pemindahan hutang (hiwalah), jatuh bangkrut (taflis), batasan
bertindak (alh-hajru), perseroan dan perkongsian (al-syirkah), perseroan
harta dan tenaga (al-mudharabah), sewa-menyewa (alijarah), pemberian
hak guna pakai (al-‘ariyah), barang titipan (alwadlit’ah), barang temuan
(al-luqathah), garapan tanag (al-mujara’ah), sewa-menyewa tanah (al
mukharabah), upah (ujrat al ‘amal), gugatan (al- syuf’ah), sayembara
(al- ji’alah), pembaian kekayaan bersama (alqismah), pemberian
(hibbah), pembebasan (al-ibra), damai (al-shulhu), dan ditambah dengan
beberapa masalah mu’ashirah (mahaditsah), seperti masalah bungan
bank, asuransi, kredit, dan masalah-masalah lainya.12
11 A. Wahid Sy, Memahami Pendidikan Agama Islam Untuk SMK Kelas XI, (Bandung:
Armico,2007), h.37.
12 Hendi Suhendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2010), h.5. 40
Muhammad, Aspek Hukum, h.34-35.
8

C. Tujuan Mempelajari Ibadah Muamalah


Ibadah muamalah dalam hukum Islam memiliki prinsip yang
diutamakan. Prinsip pertama mendahulukan kepentingan banyak orang,
sehingga dalam transaksi ekonomi misalnya, hukum Islam menolak bentuk
transaksi tertentu meskipun mendatangkan keuntungan bagi individu. Prinsip
keduanya dalam bidang akidah, hukum Islam menanjurkan Sholat, puasa,
zakat, dan lain sebagainya. Sehingga kewajiban ini memiliki tujuan untuk
membersihkan jiwa manusia dan mempertemukanya dengan Tuhan demi
kedamaian manusia itu sendiri.
Berdasarkan prinsip yang telah diuraikan, hukum Islam
dipersiapkan untuk mencapai satu tujuan yaitu kondisi manusiawi tertentu
yang disebut al-mashlahat. Al-mashlahat yaitu kondisi kehidupan manusia
yang ditandai dengan terpeliharanya kebutuhan-kebutuhan dasar
(aldharuriyat) berupa fasilitas dan peluang yang aman dan bebas untuk
melaksanakan ajaran agama (al-din), menjamin kelangsungan hidup (alnafs),
memperoleh pendidikan yang memadai (al-‘aql), memperoleh penghasilan
yang layak (al-mal), dan memiliki keluarga yang terhormat (al-‘irdh). Jadi
tujuan dari muamalah ini adalah agar tercapainya suatu kehidupan yang
tentram, damai, bahagia, dan sejahtera.40

D. Nilai-nilai yang Dipahami Ibadah Muamalah


Memahami pendidikan Islam, seseorang harus mampu
menganalisis secara pedagogis suatu aspek utama dari sebuah tuntutan agama
Islam. Islam sebagai suatu petunjuk Ilahi dan sebagai salah satu ajaran
terpenting dalam kehidupan manusia atau siswa itu sendiri karena pada
hakikatnya pendidikan agama Islam mengandung sistem nilai yang terdapat
dalam suatu proses pembelajaran.13

42
13 Arifin, Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), h.21. Wawancara
dengan Bpk. Arif, S.Ag, Tanggal 23 November 2017.
9

Adapun nilai-nilai keislaman yang diharapkan setelah mempelajari


ibadah muamalah antara lain: berlaku benar, menjaga amanah yang diberikan,
memiliki sifat jujur, mengambil keputusan dengan bijaksana.
Ada bebarapa orientasi Islam melaksanakan misi Islam dalam
pengembangan kehidupan manusia, yaitu:
a) Dimensi kehidupan duniawi yang mendorong manusia sebagai hamba
Allah untuk mengembangkan dirinya dalam ilmu pengetahuan,
keterampilan dan nilai-nilai yang mendasari kehidupan yaitu nilai-nilai
Islam.
b) Dimensi kehidupan ukhrawi yang mendorong manusia untuk
mengembangkan dirinya dalam pola hubungan yang serasi dan seimbang
dengan Tuhannya. Dimensi inilah yang melahirkan berbagai usaha agar
kegiatan ubudiyahnya senantiasa berada di dalam nilai-nilai agamanya.
c) Dimensi hubungan antara kehidupan duniawi dan ukhrawi yang
mendorong manusia untuk berusaha menjadikan dirinya sebagai hamba
Allah yang utuh dan sebagai pendukung serta pelaksana (pengalaman)
nilai-nilai agama Islamnya.14
Dari esensi potensi yang dimiliki dalam setiap diri manusia hal itu
terletak pada keimanan atau keyakinan, ilmu pengetahuan, akhlak (moralitas),
dan pengalamanya dalam kehidupan sehari-hari.

E. Etika Dalam Bermuamalah


Menurut Abdallah Hanafi dan Hamid Salam sebagaimana dikutif oleh
Abdul Aziz cakupan etika Islam berupa nilai ketulusan, keikhlasan berusaha,
persaudaraan dan keadilan. Dan sifatnya universal bisa dipraktikkan siapa
saja.15 Dengan demikian etika muamalah merupakan norma/aturan yang
berkaitan dengan adab atau etika bermuamalah yang didalamnya terkandung
beberapa kewajiban dan larangan yang harus diperhatikan oleh setiap orang
yang melakukan transaksi berjual beli dan sebagainya. Adapun Sumber atau
Dasar Etika Muamalah dalam Islam adalah Al-Qur’an dan Hadits.

14 Arifin, ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Bumi Aksara,2011), h.21-22.


15 Abdul Aziz, Etika Bisnis Perspektif Islam, (Bandung: Alfabeta, 2013), h. 65.
10

Tingkah laku Rasulullah merupakan contoh atau suritauladan yang


harus diikuti bagi seluruh umat manusia. Hal ini ditegaskan oleh Allah SWT,
dalam:
1. Al-Qur’an Suarat Al-Ahzab ayat 21:

‫َلَقْد َك اَن َلُك ْم ِفْي َر ُسْو ِل ِهّٰللا ُاْس َو ٌة َحَس َنٌة ِّلَم ْن َك اَن َيْر ُج وا َهّٰللا َو اْلَي ْو َم اٰاْل ِخ َر َو َذ َك َر َهّٰللا‬
٢١ ‫َك ِثْيًر ۗا‬

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat)
Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan Dia banyak menyebut
Allah”.16 (Q.S. Al-Ahzab: 21)

2. Qur’an Surat An-Najm ayat 3-4:


٤ ‫ ِاْن ُهَو ِااَّل َو ْح ٌي ُّيْو ٰح ۙى‬٣ ‫َو َم ا َيْنِط ُق َع ِن اْلَهٰو ى‬

Artinya: “(3) dan Tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut


kemauan hawa nafsunya, (4) ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang diwahyukan (kepadanya).”17 (Q.S. An-Najm: 3-4)

3. Qur’an Surat Al-Hasyr ayat 7 :


‫ّٰل‬ ‫ۤا‬
‫َم ٓا َاَف َء ُهّٰللا َع ٰل ى َر ُسْو ِلٖه ِم ْن َاْهِل اْلُقٰر ى َفِل ِه َو ِللَّر ُسْو ِل َو ِلِذ ى اْلُقْر ٰب ى َو اْلَيٰت ٰم ى َو اْلَم ٰس ِكْيِن‬
‫َو اْبِن الَّس ِبْيِۙل َك ْي اَل َيُك ْو َن ُد ْو َلًةۢ َبْيَن اَاْلْغ ِنَيۤا ِء ِم ْنُك ْۗم َو َم ٓا ٰا ٰت ىُك ُم الَّر ُسْو ُل َفُخ ُذ ْو ُه َو َم ا َنٰه ىُك ْم‬
٧ ‫َع ْنُه َفاْنَتُهْو ۚا َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َش ِد ْيُد اْلِع َقاِۘب‬
Artinya:”…apa yang diberikan Rasul kepadamu, Maka terimalah. dan
apa yang dilarangnya bagimu, Maka tinggalkanlah. dan
bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Amat keras
hukumannya.”18 (Q.S. Al-Hasyr:7)

Ayat-ayat tersebut di atas merupakan ayat yang mendasari etika secara


umum dalam Al-Qur’an.
Adapun ayat Al-Qur’an yang secara spesifik berkaitan dengan etika
muamalah dan sekaligus sebagai dasar bermuamalah (transaksi
16 Tim Penerjemah Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta:
CV. Perlia Citra Utama, 2001), h. 670.
17 Tim Penerjemah Depag RI, Al-Qur’an…., h. 871.

18 Tim Penerjemah Depag RI, Al-Qur’an…., h. 916.


11

bisnis/tijarah), diantaranaya ada yang memakai kata al-tijarah dan ada yang
memakai kata al-bai’ (jual beli).19
Yang memakai kata al-Tijarah sebagai berikut:
1. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 16 dan 282:
‫ٰۤل‬
١٦ ‫ُاو ِٕىَك اَّلِذ ْيَن اْش َتَر ُو ا الَّض ٰل َلَة ِباْلُهٰد ۖى َفَم ا َر ِبَح ْت ِّتَج اَر ُتُهْم َو َم ا َك اُنْو ا ُم ْهَتِد ْيَن‬
Artinya: “(16) mereka Itulah orang yang membeli kesesatan dengan
petunjuk, Maka tidaklah beruntung perniagaan mereka dan
tidaklah mereka mendapat petunjuk.” (Q.S. al-Baqarah:16)
‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْٓو ا ِاَذ ا َتَداَيْنُتْم ِبَد ْيٍن ِآٰلى َاَج ٍل ُّمَس ًّمى َف اْك ُتُبْو ُۗه َو ْلَيْك ُتْب َّبْيَنُك ْم َك اِتٌۢب ِباْلَع ْدِۖل‬
‫َو اَل َيْأَب َك اِتٌب َاْن َّيْك ُتَب َك َم ا َع َّلَم ُه ُهّٰللا َفْلَيْك ُتْۚب َو ْلُيْمِلِل اَّلِذ ْي َع َلْيِه اْلَح ُّق َو ْلَيَّت ِق َهّٰللا َر َّب ٗه‬
..……… ‫َو اَل َيْبَخ ْس ِم ْنُه َش ْئًـۗا‬
Artinya: “ kecuali jika mu'amalah itu perdagangan tunai yang kamu
jalankan di antara kamu, Maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. dan persaksikanlah apabila kamu berjual
beli; dan janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan.
jika kamu lakukan (yang demikian), Maka Sesungguhnya hal itu
adalah suatu kefasikan pada dirimu. dan bertakwalah kepada
Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha mengetahui segala
sesuatu.” (Q.S. al-Baqarah:282)

2. Al-Qur’an surat al-Nisa ayat 29 :


ۗ ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا اَل َتْأُك ُلْٓو ا َاْم َو اَلُك ْم َبْيَنُك ْم ِباْلَباِط ِل ِآاَّل َاْن َتُك ْو َن ِتَج اَر ًة َع ْن َت َر اٍض ِّم ْنُك ْم‬
٢٩ ‫َو اَل َتْقُتُلْٓو ا َاْنُفَس ُك ْم ۗ ِاَّن َهّٰللا َك اَن ِبُك ْم َرِح ْيًم ا‬

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling


memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang Berlaku dengan suka samasuka di
antara kamu. dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (Q.S.
an-Nisa:29)

3. Al-Qur’an surat al-Taubah ayat 24 :

19 Abdul Aziz, Etika Bisnis …., h. 101-106.


12

‫ُق ْل ِاْن َك اَن ٰا َب ۤا ُؤ ُك ْم َو َاْبَن ۤا ُؤ ُك ْم َو ِاْخ َو اُنُك ْم َو َاْز َو اُج ُك ْم َو َع ِش ْيَر ُتُك ْم َو َاْم َو اُلِۨ اْقَتَر ْفُتُم ْو َه ا‬
‫َو ِتَج اَر ٌة َتْخ َش ْو َن َك َس اَدَها َو َم ٰس ِكُن َتْر َض ْو َنَهٓا َاَح َّب ِاَلْيُك ْم ِّم َن ِهّٰللا َو َر ُس ْو ِلٖه َو ِج َه اٍد ِفْي‬
٢٤ ࣖ ‫َس ِبْيِلٖه َفَتَر َّبُصْو ا َح ّٰت ى َيْأِتَي ُهّٰللا ِبَاْم ِر ٖۗه َو ُهّٰللا اَل َيْهِد ى اْلَقْو َم اْلٰف ِس ِقْيَن‬

Artinya: “Katakanlah: "Jika bapa-bapa , anak-anak , saudarasaudara,


isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu
usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan
tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari
Allah dan RasulNya dan dari berjihad di jalan nya, Maka
tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". dan
Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.”
(Q.S. al-Taubah:24)

Sementara yang memakai kata al-Bai’ (jual beli) terdapat dalam 5 ayat,
yakni:
1. Al-Qur’an surat al-Baqarah ayat 245 dan 275
‫ُۖط‬
‫َم ْن َذ ا اَّلِذ ْي ُيْقِر ُض َهّٰللا َقْر ًضا َح َس ًنا َفُيٰض ِع َفٗه َلٓٗه َاْض َع اًفا َك ِثْي َر ًةۗ َو ُهّٰللا َيْقِبُض َو َيْبُۣص‬
٢٤٥ ‫َو ِاَلْيِه ُتْر َج ُعْو َن‬
Artinya: “siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman
yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), Maka Allah
akan meperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat
ganda yang banyak. dan Allah menyempitkan dan melapangkan
(rezki) dan kepada-Nyalah kamu dikembalikan.”(Q.S. Al-
Baqarah: 245) .

‫َيْأُك ُلْو َن الِّر ٰب وا اَل َيُقْو ُم ْو َن ِااَّل َك َم ا َيُق ْو ُم اَّل ِذ ْي َيَتَخَّبُط ُه الَّش ْيٰط ُن ِم َن اْلَم ِّۗس ٰذ ِل َك‬ ‫َاَّلِذ ْيَن‬
‫َقاُلْٓو ا ِاَّنَم ا اْلَبْيُع ِم ْثُل الِّر ٰب وۘا َو َاَح َّل ُهّٰللا اْلَبْيَع َو َح َّر َم الِّر ٰب وۗا‬ ‫ِبَاَّنُهْم‬

Artinya:”orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri


melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat),
Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba,.... .”(Q.S. Al-
Baqarah: 275)

2. Al-Qur’an surat al-Taubah, ayat 111 :


13

‫۞ ِاَّن َهّٰللا اْش َتٰر ى ِم َن اْلُم ْؤ ِمِنْيَن َاْنُفَس ُهْم َو َاْم َو اَلُهْم ِبَاَّن َلُهُم اْلَج َّنَۗة ُيَقاِتُلْو َن ِفْي َس ِبْيِل ِهّٰللا‬
‫َفَيْقُتُلْو َن َو ُيْقَتُلْو َن َو ْع ًدا َع َلْيِه َح ًّقا ِفى الَّتْو ٰر ىِة َو اِاْل ْنِج ْيِل َو اْلُقْر ٰا ِۗن َو َم ْن َاْو ٰف ى ِبَع ْه ِدٖه ِم َن‬
١١١ ‫ِهّٰللا َفاْسَتْبِش ُرْو ا ِبَبْيِع ُك ُم اَّلِذ ْي َباَيْع ُتْم ِبٖۗه َو ٰذ ِلَك ُهَو اْلَفْو ُز اْلَعِظ ْيُم‬
Artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin
diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka.
mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau
terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di
dalam Taurat, Injil dan Al Quran. dan siapakah yang lebih
menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan Itulah
kemenangan yang besar.( Q.S. al-Taubah: 111)

Selanjutnya berbicara tentang prinsip etika muamalah perspektif Islam


dimulai dari pembahasan tentang standar moral yang diterjemhkan sebagai
axioma dasar (ketentuan umum) dan sejumlah prinsip dasar (basic tenets).
Prinsip-prinsip dasar yang dapat dikemukakan adalah berkenaan dengan
konsep kepemilikan, konsep kekayaan, konsep distribusi income, dan konsep
kerja dan bisnis itu sendiri serta konsep area halalharam.20
Sejamah ketentuan umum (Aksioma dasar) dalam etika muamalah
(bisnis Islam) di antaranya adalah:
1. Unity (persatuan)
Alam semesta dan segala isinya merupakan milik Allah swt.
Sebagaimana firman-Nya: “Kepunyaan-Nya-lah semua yang ada di
langit, semua yang di bumi, semua yang di antara keduanya dan semua
yang di bawah tanah”.21
Manusia sebagai khalifah di bumi diberikan amanah untuk
mengelola dan menggunakan alam dan isinya sebagai pemilik nisbi
(semu) karena pemilik mutlaknya hanya Allah semata.
Allah memiliki kemahakuasaan (kedaulatan) sempurna atas
makhluk-makhluk-Nya. Konsep tauhid (dimensi vertikal), Allah
menetapkan batasan-batasan tertentu atas manusia sebagai khalifah

20 Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis dalam Islam (Jakarta: Kencana, h. 88


21 Qur’an Surat Taha ayat 6.
14

untuk membeikan manfaat pada individu tanpa mengorbankan individu


yang lainnya.22

2. Equilibrium (Keseimbangan)
Dalam beriktivitas di dnia kerja dan bisnis, Islam megharuskan
untuk berbuat adil , tak terkecuali kepada pihak yang tak disukai.
Pengertian adil dalam Islam diarahkan agar hak prang lain, hak
ligkungan sosial, hak alam semesta, dan hak Allah dan Rasul-Nya
berlaku sebagai stakeholder dari perilaku adil seseorang. Semua hak-hak
tersebutharus ditematkan sebagaimana mestinya.23
Berlaku adil ini dijelaskan dalam firman Allah dalam alQur’an
surat al-Ma’idah ayat 8 :
‫َيْج ِر َم َّنُك ْم َش َنٰا ُن َق ْو ٍم َع ٰٓلى َااَّل‬ ‫ٰٓيَاُّيَها اَّلِذ ْيَن ٰا َم ُنْو ا ُك ْو ُنْو ا َقَّو اِم ْيَن ِهّٰلِل ُش َهَد ۤا َء ِباْلِقْس ِۖط َو اَل‬
٨ ‫ِبَم ا َتْع َم ُلْو َن‬ ‫َتْع ِد ُلْو اۗ ِاْع ِد ُلْو ۗا ُهَو َاْقَر ُب ِللَّتْقٰو ۖى َو اَّتُقوا َهّٰللاۗ ِاَّن َهّٰللا َخ ِبْيٌۢر‬
Artinya:”Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu Jadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah,
menjadi saksi dengan adil. dan janganlah sekalikali kebencianmu
terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk Berlaku tidak
adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.
dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Berlaku adil akan dekat dengan takwa, karena itu dalam


perniagaan (Tijarah), Islam melarang untuk menipu. Islam
mengharuskan penganutnya berlaku adil dan berbuat kebajikan. Di
dalam perniagaan persyaratan adil yang paling mendasar adalah dalam
menentukan mutu (kualitas) dan ukuran (kuantitas) pada setiap takaran
maupun timbangan. Allah berfirman dalam surat al-An’am ayat 152:
‫َو اْلِم ْي َز اَن‬ ‫َو اَل َتْقَر ُبْو ا َم اَل اْلَيِتْيِم ِااَّل ِباَّلِتْي ِهَي َاْح َس ُن َح ّٰت ى َيْبُلَغ َاُش َّد ٗه ۚ َو َاْو ُف وا اْلَكْي َل‬
‫ِهّٰللا َاْو ُف ْو ۗا‬ ‫ِباْلِقْس ِۚط اَل ُنَك ِّلُف َنْفًسا ِااَّل ُو ْس َعَهۚا َو ِاَذ ا ُقْلُتْم َفاْع ِد ُلْو ا َو َلْو َك اَن َذ ا ُقْر ٰب ۚى َو ِبَع ْهِد‬
١٥٢ ‫ٰذ ِلُك ْم َو ّٰص ىُك ْم ِبٖه َلَع َّلُك ْم َتَذَّك ُرْو َۙن‬

22 Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis …., h. 89.


23 Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis ….,h. 91
15

Artinya:”dan janganlah kamu dekati harta anak yatim, kecuali dengan


cara yang lebih bermanfaat, hingga sampai ia dewasa. dan
sempurnakanlah takaran dan timbangan dengan adil. Kami tidak
memikulkan beban kepada sesorang melainkan sekedar
kesanggupannya. dan apabila kamu berkata, Maka hendaklah
kamu Berlaku adil, Kendatipun ia adalah kerabat(mu), dan
penuhilah janji Allah. yang demikian itu diperintahkan Allah
kepadamu agar kamu ingat.

3. Free Will (Kehendak bebas)


Konsep Islam memahami bahwa institusi ekonomi seperti pasar
dapat berperan efektif dalam kehidupan ekonomi. hal ini dapat berlaku
bila prinsip-prinsip persaingan bebas dalam berlaku secra efektif, dimana
pasar tidak mengharapkan adanya intervensi dari pihak manapun, tak
terkecuali Negara dengan otoritas penentuan harga atau private sector
dengan kegiatan monopolistik.24

4. Responsibility
Masalah tanggung jawab sangat mendasar dalam ajaran Islam,
terlebih dalam persoalan ekonomi. dengan adanya konsep tanggung
jawab ini, maka seluruh individu akan dimintakan pertanggung jawaban
ata akan diadili secara personal di hari kiamat kelak.20:
“Kalian semua adalah pemimpin, dan kalian semua akan diminta
pertanggung jawaban tentang kepemimpinannya (HR. Muttafaqun
‘alaih)25
Norma atau etika bermuamalah dalam Islam sebagaimana yang
diuraikan oleh Yusuf Qardhawi menurut beliau di dalam peraturan
sirkulasi atau perdagangan Islami terdapat norma, etika agama dan
perikemanusiaan yang menjadi landasan pokok pasar Islam yang bersih,
di antaranya adalah:

24 Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis ….,h. 94 20 Faisal Badroen dkk, Etika Bisnis ….,h. 100.
25 Sayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtarul Ahaditsin Nabawiyyah, Penerjemah N.H. Rifa’i,
(Jombang: Lintas Media, t.th.) h. 339
16

a) Menegakkan larangan memperdagangkan barang-barang yang


diharamkan
b) Bersikap benar, amanah dan jujur
c) Menegakkan keadilan dan mengharamkan bunga
d) Menerapkan kasih sayang dan mengharamkan monopoli
e) Menegakkan toleransi dan persaudaraan
f) Berpegang pada prinsip bahwa perdagangan adalah bekal menuju
akhirat.

Adapun Etika dalam Transaksi Jual Beli antara lain :


1. Saling Meridhai
Dalam bermuamalah khususnya jual beli, dianjurkan adanya
kerelaan (al-ridha), yaitu kondisi suka sama suka antara
pihakpihak yang terlibat dalam bisnis.

2. Bersikap jujur dan transparan


Penjual dan pembeli harus berlaku jujur dan menjelaskan
keadaan barang yang diperjualbelikan, prinsip transparansi harus
ditegakkan. Juga penjual dan pembeli dilarang berdusta dalam
transaksi jual beli dan dilarang menutupi aib dari barang yang
diperjualbelikan atau melakukan manipulasi..26

3. Larangan melakukan penipuan


Islam melarang penjual dan pembeli malakukan praktek
penipuan dalam transaksi jual beli, sehingga dengan adanya
penipuan ada pihak yang dirugikan.
“Dari Ibn Umar ra.berkata bahwasanya ada seseorang bercerita
kepada Rasulullah saw. bahwa dirinya ditipu di dalam berjual
beli, kemudianRasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang

26 Assayyid Ahmad Al-Hasyimi, Mukhtarul Ahaditsin Nabawiyah , penerjemah N.H.


Rifa’i (Jombang: Lintas Media Jombang, t.th), h. 180
17

berjual-beli, maka katakanlah tidak boleh ada penipuan”.


(HR.Bukhari dan Muslim).27
4. Dilarang jual beli di mesjid
‫وعن عمروبن شعيب عن ابيه عن جده رضي هللا عنه ان رسول هللا‬
‫ وان تنشد فيه‬,‫صلى هللا عليه وسلم نهى عن الشراء والبيع فى المسجد‬
.‫ حديث حسن‬:‫ وقال‬,‫ رواه ابوداود والترمذي‬,‫ وان ينشد فيه شعر‬,‫ضالة‬

Artinya:”Dari ‘Amir bin Syu’aib dari ayahnya dari kakeknya ra,


bahwasanya Rasulullah saw, melarang untuk berjual beli di
dalam masjid, melarang mencari barang yang hilang di
dalam masjid, dan melarang untuk endengarkan syi’ir di
dalam masjid. (Riwayat Abu Daud dan At-Turmudzi).28

5. Dilarang membeli barang yang sedang ditawar oleh saudaranya,


Dari Abu Hurairah ra. berkata: Rasulullah saw. melarang
orang kota menjualkan barang orang desa, janganlah kamu
sekalian menawar dengan tujuan untuk menjerumuskan orang lain,
jangalah seseorang menjual barang dengan maksud untuk
menjelakkan apaya yang dijual oleh saudaranya
6. Dilarang melakukan simsarah (maklar) menyembunyikan harga
kini
7. Dilarang melipat harga dalam jual beli
8. Menepati Amanat
9. Jujur (setia)
Selain benar dan memegang amanat, seorang pedagang
harus berlaku jujur, dilandasi keinginan agar agar orang lain
mendapatkan kebaikan dan kebahagiaan sebagaimana ia
menginginkannya dengan cara menjelaskan cacat barang dagangn
yang dia ketahui dan yang tidak dilihat oleh pembeli.
10. Tidak Melakukan Penipuan dan Pemalsuan

27 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawy, Riyadhus Shalihin, penerjemah Muslich
Shabir (Semarang: PT. Krya Toha Semarang, 2004), jilid II, h. 261.
28 Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An-Nawawy, Riyadhus Shalihin …., h. 300.
18

Lawan sifat jujur adalah menipu (curang), yaitu menonjolkan


keunggulan barang tetapi menyembunyikan cacatnya. Masyarakat
umum sering tertipu oleh perlakuan para pedagang seperti ini.
Sipat menipu ini sangat dikecam oleh Nabi, beliau bersabda:
“Barang siapa menipu (curang), bukanlah dari golongan kami”.29

11. Larangan Penimbunan barang (al-Ihtikar)


Kata Ihtikar berasal dari kata hakara yang berarti az-zulm
(aniaya) dan isa’ah al-mu’asyarah (merusak pergaulan). Dengan
timbangan ihtakara, yahtakiru, ihtikar, kata ini berarti upaya
penimbunan barang dagangan untuk menunggu melonjaknya
harga.

29 Yusuf Qardhawi, Daurul Qiyam…., h. 179.


19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Muamalah adalah aturan-aturan (hukum ) Allah SWT yang ditujukan
untuk mengatur kehidupan manusia dalam urusan duniawi dan sosial
kemasyarakatan.
2. Adapun ruang lingkup muamalah mencakup ruang lingkup pembahasan
adabiyah dan pembahasan madhiyah
3. Tujuan mempelajari muamalah antara lain adalah agar tercapainya suatu
kehidupan yang tentram, damai, bahagia, dan sejahtera.
4. Nilai-nilai yang terkandung dalam muamalah antara lain adalah : berlaku
benar, jujur, Amanah, mengambil keputusan dengan bijaksana serta
menghindari segala hal yang dapat merugikan diri sendiri dan orang lain
5. Etika muamalah dalam perspektif Islam merupakan suatu aturan norma
yang mengatur cara bertindak dan bersikap dalam bermuamalah. Etika
dalam bermuamalah sangat menenentukan keabsahan bermuamalah.

You might also like