You are on page 1of 22

LAPORAN AKHIR

PROPOSAL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA

UJI EFEKTIVITAS FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA (FMA) LOKAL


TERHADAP PERTUMBUHAN PALA HUTAN (Knema latericia) PADA
MEDIA TANAH ULTISOL

BIDANG KEGIATAN:
PKM PENELITIAN

Diusulkan oleh:
Ardiana M1A115012; 2015
Wa Ode Nurvoni M1A116071; 2016
Fani Hardianto M1A116085; 2016

UNIVERSITAS HALU OLEO


KENDARI
2019
ii

ii
iii

DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL..................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN.......................................................................... ii
DAFTAR ISI..................................................................................................... iii
DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv
DAFTAR GAMBAR........................................................................................ v
BAB 1. PENDAHULUAN .............................................................................. 1
1.1. Latar Belakang .................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
1.3. Tujuan Penelitian .............................................................................. 2
1.4. Urgensi (Keutamaan) ........................................................................ 2
1.5. Temuan yang Ditargetkan .................................................................. 2
1.6. Kontribusi........................................................................................... 2
1.7. Luaran ................................................................................................ 2
1.8. Manfaat .............................................................................................. 2
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 2
2.2. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) ................................................... 2
2.2. Pala Hutan ......................................................................................... 3
BAB 3. METODE PENELITIAN .................................................................. 4
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ............................................................ 4
3.2. Bahan dan Alat Penelitian.................................................................. 4
3.3. Tahapan Penelitian ............................................................................. 4
BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS ..................... 6
4.1. Hasil Yang Dicapai ........................................................................... 6
4.2. Potensi Khusus .................................................................................. 8
BAB 5. PENUTUP (KESIMPULAN DAN SARAN) .................................... 9
5.1. Kesimpulan ....................................................................................... 9
5.2. Saran ................................................................................................. 9
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 9
LAMPIRAN-LAMPIRAN .............................................................................. 12
- Penggunaan Dana
- Bukti-Bukti Pendukung Kegiatan

iii
iv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
1. Parameter pertumbuhan dan ketergantungan jenis terhadap FMA......... 5
2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan FMA lokal terhadap
pertumbuhan bibit pala hutan (Knema latericia) .................................. 6
3. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan bibit pala hutan
(K. latericia) umur 5 bulan.................................................................... 7
4. Justifikasi biaya anggaran kegiatan........................................................ 12

iv
v

DAFTAR GAMBAR

Tabel Halaman

1. Pertumbuhan pala hutan......................................................................... 7


2. Hifa internal dan hifa eksternal perakaran pala hutan............................ 7
3. Grafik Rata-rata pertambahan jumlah daun bibit pala
hutan (K. latericia) ............................................................................... 8
4. Gambar 4. Grafik rata-rata berat kering tanaman pada
bibit pala hutan (K. latericia) ............................................................... 8
5. Lampiran ................................................................................................ 14

v
1

BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pala hutan (Knema latericia) dengan nama lokal Dara’ah (Kartono, 2018),
termasuk dalam Famili Myristicaceae yang terdiri dari 20 genus dan 500 spesies
(Sheeja et al, 2014). Dara’ah biasanya ditemukan di hutan tropis atau
pegunungan yang tanahnya berpasir, liat yang berwarna hitam atau kecokelatan
dan juga dapat tumbuh dengan baik pada daerah kering (Tan et al, 2008).
Tanaman ini potensial untuk dikembangkan karena memiliki nilai ekonomis yang
tinggi. Jenis tanaman ini memiliki Fuli yang dapat dijadikan sebagai minyak
atsiri (Palijama et al, 2012) tumbuhan ini juga bisa digunakan sebagai obat-obatan
tradisional (Irnawati, 2015). Pengembangan tanaman ini memiliki kendala yakni
pertumbuhan tanaman yang lambat. Oleh sebab itu perlu di pacu pertumbuhannya
menggunakan pupuk hayati mikoriza agar pertumbuhannya cepat.
Tanah ultisol merupakan tanah yang banyak dijumpai di Indonesia
(Alibasyah, 2016), ultisol merupakan tanah masam yang memiliki kelarutan Al,
Fe, dan Mn tinggi (Wahyuningsih et al, 2016). Namun, kandungannya P rendah
(Hermawan et al, 2014). Tanah ultisol dapat diperbaiki dengan memasukkan
mikroba atau memperbaiki lingkungannya (Prihastuti, 2012). Salah satu mikroba
yang dapat memperbaiki tanah adalah Mikoriza (Muryati, 2016). Fungi Mikoriza
Arbuskua (FMA) juga dapat meningkatkan ketersedian unsur P yang rendah
didalam tanah (Prayudyaningsih dan Sari, 2016). Mikoriza merupakan hubungan
simbiosis mutualistik antara fungi dengan perakaran tanaman (Pertiwi et al, 2017)
dan berasosiasi dengan hampir 90% jenis tanaman dan tiap jenis tanaman juga
dapat berasosiasi dengan lebih dari satu jenis FMA. Secara umum, tumbuhan
yang bermikoriza mempunyai pertumbuhan yang lebih baik karena adanya
hubungan timbal balik antara cendawan mikoriza dengan tanaman inangnya
mendatang kan manfaat positif bagi keduanya (Nurhayati, 2012).
Saat ini, telah dikoleksi FMA lokal Sulawesi Tenggara yang telah diuji
efektivitasnya. Seperti pada penelitian Husna (2015) yang menjelaskan bahwa
FMA lokal dapat meningkatkan pertumbuhan tanaman , biomassa serta akumulasi
unsur hara pada tanaman kayu kuku (Pericopsis mooniana). Selain itu juga
penelitian Danu dan Husna (2011) menjelaskan bahwa Penggunaan FMA lokal
sangat signifikan dalam memacu pertumbuhan awal dan biomassa tanaman
Albizia saponaria. Sedangkan penelitian pala hutan (Knema latericia) di tanah
ultisol masih sangat terbatas. Untuk itu, perlu dilakukan penelitian ini agar
menambah referensi mengenai efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) pada
tanaman Pala hutan menggunakan FMA lokal.
1.2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini yakni bagaimana efektivitas Fungi
Mikoriza Arbuskula (FMA) lokal terhadap pertumbuhan pala hutan
(Knema latericia) pada media tanah ultisol.
2

1.3.Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk mengetahui efektivitas
Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) lokal terhadap pertumbuhan pala hutan
(Knema latericia) pada media tanah ultisol. Sedangkan tujuan khusus dari
penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi jenis FMA lokal yang cocok untuk
pertumbuhan pala hutan K. latericia pada tanah ultisol.
1.4.Urgensi (Keutamaan)
Keutamaan riset ini adalah untuk memperoleh isolat-isolat Fungi Mikoriza
Arbuskula (FMA) lokal efektif terhadap pertumbuhan pala hutan K. latericia pada
media tanah ultisol dan dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk
meningkatkan pertumbuhan tanaman pala hutan K. latericia.
1.5. Temuan yang Ditargetkan
Temuan yang ditargetkan pada penelitian ini adalah untuk mendapatkan
jenis fungi mikoriza arbuskula (FMA) yang efektif pada tanaman pala hutan K.
latericia
1.6. Kontribusi
Kontribusi yang diharapkan dari penelitian ini adalah diperoleh informasi
mengenai jenis FMA lokal yang efektif dalam meningkatkan pertumbuhan pala
hutan K. Latericia. Sehingga dapat dijadikan rujukan dalam meningkatkan
pertumbuhan pala hutan yang pertumbuhannya sangat lambat.
1.7. Luaran
Luaran yang diharapkan dari penelitian ini adalah akan dipublikasikan pada
jurnal Nasional.
1.8. Manfaat
Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis
FMA lokal yang efektif terhadap pertumbuhan pala hutan K. Latericia.

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA


2.2. Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Mikoriza adalah salah satu jenis pupuk hayati yang berperan dalam
meningkatkan kesuburan tanah. Selain itu juga ramah lingkungan dan harganya
lebih terjangkau. Mikoriza dapat membantu penyerapan unsur hara didalam tanah
dan melindungi tanaman dari serangan patogen dan juga mikoriza membantu
memperbaiki struktur tanah (Nurhayati, 2012). Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
dalam asosiasinya mempunyai kisaran inang yang sangat luas, asosiasi FMA
mencapai 80% dengan tanaman teristerial. Namun tingkat efektifitas setiap
tanaman inang berbeda-beda, karena beberapa jenis FMA tertentu menunjukkan
spesifikasi untuk memilih dan berasosiasi dengan jenis tanaman inang tertentu
(Muryati et al, 2016). FMA termasuk kelompok endomikoriza yaitu fungi tanah
yang bersifat simbiotik obligat yakni menguntungkan bagi tanaman (Palupi,
2017). Melalui simbiosis tersebut tanaman akan mempunyai daerah penyerapan
3

akar yang lebih luas sehingga proses penyerapan unsur hara menjadi lebih efisien.
Selain itu keberadaan FMA juga dapat meningkatkan ketersediaan unsur hara
terutama Fosfat (P) yang ketersediaannya sangat rendah (Prayudaningsih dan Sari,
2016).
Mikoriza tidak hanya berkembang pada tanah berdrainase baik, tetapi juga
pada lahan tergenang. Bahkan pada tanah yang miskin unsur hara dan tercemarm
FMA masih dapat berkembang (Hermawan et al, 2015). Karena FMA dapat
beradaptasi di lahan yang memiliki kendala daya ikat air rendah, bahan organik
sedikit, mudah terjadi pencucian dan erosi (Raharja, 2015). FMA juga mampu
melestarikan sumberdaya lahan, baik secara fisik, kimia, maupun biologi sehingga
keseimbangan biologis selalu terpelihara. Walaupun demikian, tingkat populasi
dan komposisi jenis FMA sangat beragam dan dipengaruhi oleh karakteristik
tanaman dan faktor lingkungan seperti suhu, pH tanah dan kelembaban tanah
(Sarina et al, 2016). FMA memiliki potensi yang cukup besar dalam
meningkatkan keberlanjutan ekosistem melalui peranannya dalam meningkatkan
siklus nutrisi tanaman dan proses perbaikan agregat tanah (Nurmasyitah et al,
2013). FMA lokal sangat kompatibel dan berperan penting dalam peningkatan
pertumbuhan awal dan perbaikan nutrisi tanaman (Danu dan Husna, 2011). FMA
juga mampu menyerap unsur logam pada tanaman (Tuheteru et al, 2017). Selain
itu juga mampu meningkatkan pertumbuhan, biomassa serta akumulasi hara.
2.2. Pala Hutan
Pala hutan termasuk dalam Famili Myristicaceae yang terdiri dari 20
genus dan 500 spesies (Sheeja et al, 2014). Myristicaceae merupakan famili khas
tropis dengan Myristica sebagai genus terbesar (Risna, 2009). Di antara 500
spesies tersebut 23 diantaranya tumbuh di Indonesia dan merupakan tanaman asli
dari Maluku. Pala tumbuh dengan baik pada dataran rendah terutama daerah
pantai (Arrijani, 2005). Menurut Orwa et al (2009), Pala bisa tumbuh pada
ketinggian 4.500 mdpl. Sedangkan pada daerah tropis, tumbuh pada ketinggian
dibawah 700 mdpl. Pala membutuhkan iklim panas dengan suhu lingkungan
berkisar antara 200-300 C dan pH 6,5 - 7,5 (Fauziyah et al, 2015). Pala juga
termasuk tanaman yang tidak menyukai genangan.
Famili Myristicaceae dikenal sebagai tumbuhan berumah dua (dioecious)
yang memiliki pohon jantan dan pohon betina (Rahadian, 2009). Pala hutan
berbentuk semak atau pohon setinggi 20 meter. Kulit batang dalamnya berwarna
pink atau cokelat. Daunnya berbentuk pipih, lebar daun berkisar antara 8-30 ×
1,5-9 cm. Tangakai daunnya berukuran 5-18 × 1,5–3,5 cm dengan rambut-rambut
berwarna cokelat. Bunga pada pohon betina sebanyak 2-10 bunga sedangkan laki-
laki 3-20 bunga. Buah berwarna kuning kecokelatan, ukuran buah berkisar antara
1-3 × 1-2,5 cm dan mempunyai bulu-bulu kasar (Tan et al, 2008).
4

BAB 3. METODE PENELITIAN


Secara garis besar penelitian “Uji Efektivitas Fungi Mikoriza Arbuskula
(FMA) Lokal Terhadap Perumbuhan Pala Huhan Knema latericia Pada
Media Tanah Ultisol” ini melalui tahapan penelitian seperti Gambar 1. Secara
umum tahapan penelitian sebagai berikut:

Pengumpulan Data Tahap Pengambilan Mengidentifikasi


Sekunder. Data- Data. Data diambil tumbuhan. tumbuhan
data yang terkait dengan mengukur diidentifikasi jumlah
dengan penelitian diameter batang, tinggi sporanya
dan jumlah daun

Capaian : efektivitas FMA Menganalisa Data:


pada tanaman pala hutan Data yang diperoleh
Knema latericia dianalisis secara
kualitatif.

1.9. Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini akan dilaksakan di rumah plastik Asosiasi Mikoriza
Indonesia cabang Sulawesi Tenggara, Kota kendari selama lima bulan.
1.10. Bahan dan Alat Penelitian
Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa bibit pala hutan
Knema latericia, tanah ultisol dan pasir dengan perbandingan 1:1, polybag,
inokulan Septoglomus konstrictum, Clorideglomus etunicatum, Glomus sp2 dan
campuran serta hyponex merah, larutan pemutih isi 200 ml, plastik klip ukuran 10
x 7 cm, tisu, larutan KOH 10%, HCL 2%, larutan Trypan Blue 0.05% dan
Gliserol 50 %.
Alat yang digunakan pada penelitian ini berupa bak kecambah, spidol
putih, mistar, buku catatan, kliper (pengukur diameter), cup plastik makanan dan
kamera.
1.11. Tahapan Penelitian
Penelitian ini akan dilakukan dengan beberapa tahapan diantaranya: 1)
tahap persiapan media tumbuh, 2) tahapan inokulasi FMA, 3) tahapan pembuatan
rancangan penelitian, 4) tahapan pengamatan dan 5) tahapan analisis data.
1. Tahapan Persiapan Media Tumbuh
Media tumbuh yang digunakan adalah kombinasi antara tanah dan pasir
(2:1). Jenis tanah yang digunakan adalah ultisol yang diambil di kelurahan
Andunohu, kecamatan Poasia. Media tumbuh tersebut terlebih dahulu
disterilisasikan menggunkan alat sterilisasi.
2. Tahapan Inokulasi FMA
Sebelum diinokulasikan dengan FMA, polybag terlebih dahulu diisi media
tanah dan pasir yang telah dicampur dengan perbandingan 2:1 kemudian
5

dimasukkan kedalam polybag. Inokulasi FMA diberikan sesuai perlakuan untuk


setiap polybag dan diletakkan didekat akar pala hutan (Knema latericia). Media
yang tidak diberi inokulasi FMA dijadikan sebagai kontrol. Kemudian pala hutan
yang telah disapih kemudian dipelihara dan disiram setiap hari pada kondisi
rumah plastik Jurusan Kehutanan Universitas Halu oleo dan diamatai selama 3
bulan.

3. Tahapan Pembuatan Rancangan Penelitian


Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 5
ulangan. Perlakuan yang dicobakan meliputi : tanpa inokulasi FMA (A), inokulasi
FMA Septoglomus konstrictum (B), inokulasi FMA Clorideglomus etunicatum
(C) inokulasi FMA Glomus sp2 (D) dan inokulasi FMA campuran (E). Masing-
masing perlakuan pada setiap ulangan terdiri dari 5 tanaman uji. Sehingga secara
keseluruhan terdapat 75 tanaman uji dengan menggunakan model linear aditif
untuk rancangan ini menurut Muhammad et al. (2014) adalah sebagai berikut:
Yij = µ + Ƭi + Ƹij

Dimana:
Yij = pengamatan pada satuan percobaan ke- j yang mendapat
perlakuan ke- i
µ = rata-rata keseluruhan
Ƭi = pengaruh perlakuan (pemberian FMA) ke- i
Ƹij = komponen galat
4. Parameter yang Diamati
Parameter yang diamati dan diukur pada penelitian ini disajikan pada tabel
1. sebagai berikut.
Tabel 1. Parameter pertumbuhan dan ketergantungan jenis terhadap FMA
Parameter Bibit Pala Hutan Formula dan Definisi
Tinggi (Cm) Pengukuran tinggi dilakukan
dengan penggaris, mulai dari pangkal
batanag samai dengan titik tumbuh tertinggi
pada jalur batang
Diameter (mm) Pengukuran dilakukan pada batang
setinggi 1 cm di atas media dengan
menggunakan caliper
Jumlah daun (helai) Menghitung pertambahan jumlah daun
Berat Kering Tanaman (gram) Bagian bibit dioven pada suhu 70o C
selama 2 kali 24 jam kemudian ditimbang
Nisbah pucuk akar (NPA) Perbandingan berat kering bagian
pucuk dengan berat kering bagian akar
6

Indeks Mutu Bibit (IMB) [Bobot kering pucuk + bobot kering


akar] / [(tinggi/diameter)+(bobot kering
pucuk/bobot kering akar)]. Bibit bermutu
apabila nilai IMB = 0,09 (Duryea and
Dougherty, 1991) dalam Husna (2015)
[Ʃ bid pandang bermikoriza/ S total
Kolonisasi FMA bidang pandang yang diamati] x 100%
(Brundrett et al., 1996) dalam Husna (2015)
Mycorrhizae inoculation effect [berat kering tanaman bermikoriza-berat
(MIE) kering tanaman non mikoriza/ berat kering
tanaman bermikoriza] x 100% (Habte and
Manjunath, 1991).

5. Tahapan Analisis Data


Hasil pengamatan pada setiap satuan amatan dianalisis dengan sidik ragam
(uji F). Apabila hasil uji menunjukkan pengaruh nyata maka dilakukan uji beda
perlakuan menurut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada tingkat
kepercayaan 95% dengan menggunakan software SAS 9.1.3 portable.

BAB 4. HASIL YANG DICAPAI DAN POTENSI KHUSUS

4.1. Hasil Yang Dicapai

Hasil penelitian menunjukkan bahwa inokulasi FMA efektif dalam


meningkatkan pertumbuhan pala hutan (Knema latericia) (Gambar 7). Pada
parameter tinggi, diameter, luas daun dan kolonisasi FMA (Tabel 2). Inokulasi
FMA jenis C. etunicatum efektif meningkatkan tinggi dan diameter sebesar 3,42
cm dan 1,37 mm. Sedangkan FMA jenis S. Constrictum efektiv dalam
meningkatkan luas daun yakni sebesar 35.33 dan FMA jenis Glomus sp2 efektif
dalam meningkatkan kolonisasi FMA yakni sebesar 21.48 (Tabel 2). (Tabel 3).
Hal tersebut dapat dilihat dari adanya hifa internal dan hifa eksternal yang
terdapat didalam akar pala hutan (Knema latericia) (Gambar 8).
Tabel 2. Rekapitulasi sidik ragam pengaruh perlakuan FMA lokal terhadap
pertumbuhan bibit pala hutan (Knema latericia).

No. Parameter Pengamatan Pengaruh Perlakun FMA Lokal


1. Tinggi (cm) *
2. Diameter (mm) *
3. Jumlah Daun (helai) tn
4. Berat Kering Akar (BKA) tn
5. Berat Kering Pucuk (BKP) tn
6. Luas Daun (cm) **
7. Berat Kering Total (BKT) (g) tn
8. Nisbah Pucuk Akar (NPA) tn
9. Indeks Mutu Bibit (IMB) tn
7

10. Kolonisasi FMA **


Keterangan : ** = Berpengaruh Sangat Nyata
* = Berpengaruh Nyata
tn = Tidak Berpengaruh Nyata
Tabel 3. Pengaruh perlakuan terhadap pertumbuhan bibit pala hutan (K. latericia)
Kolonisasi
Tinggi Diameter Luas Daun FMA %
Perlakuan (cm) (mm) (cm)
Kontrol (A) 2.38b 1.25a 21.93b 0.00d
S. constrictum (B) 3.35a 1.33a 35.33a 11.54c
C. etunicatum (C) 3.42a 1.37a 35.03a 15.31b
Glomus sp2 (D) 2.16b 0.80b 31.06a 21.48a
Campuran (E) 2.84ab 1.32a 33.03a 19.51a
KK 14.36 17.50 9.16 8.70
Pr> F 0.011 0.04 0.0011 <0.0001
Keterangan : nilai rata-rata yang diikuti dengan huruf yang tidak sama pada
kolom yang sama berbeda nyata uji DMRT (0.05%).

Gambar 1. Pertumbuhan pala hutan (Knema latericia)

A B
Gambar 2. A : Hifa internal, B : Hifa eksternal pada perakaran pala hutan
(K. latericia)
8

Pada peubah jumlah daun, perlakuan FMA tidak memberikan pengaruh


yang nyata (Tabel 2). Namun, inokulasi FMA jenis S. constrictum cenderung
memberikan peningkatan terhadap jumlah daun dibanding perlakuan lainnya
(Gambar 3).
jumlah Daun
Rata-Rata Pertambahan

2,73 2,86 2,66


2,33 2,4
Jumlah Daun

Kontrol S. constrictum C. etunicatum Glomus sp2 Campuran

perlakuan
Gambar 3. Grafik Rata-rata pertambahan jumlah daun bibit pala hutan
(K. Latericia).
Pada peubah berat kering tanaman, perlakuan FMA tidak memberikn
pengaruh yang nyata (Tabel 2). Namun inokulasi FMA jenis C. etunicatum
cenderung memberikan peningkatan terhadap peubah berat kering akar (BKA)
dan berat kering tanaman (BKT).

Berat Kering Tanaman


12,8 12,97 12,28 12,69
Rata-Rata Berat Kering
Tanaman (g)

8,27 6,96 6,92 6,83


6,52
4,38 5,83 6,04 5,75 5,86 BKP
3,89 BKA
BKT

Kontrol S. constrictum C. etunicatum Glomus sp2 Campuran


perlakuan

Gambar 4. Grafik rata-rata berat kering tanaman pada bibit pala hutan
(K. latericia)

4.2. Potensi Khusus

Beberapa potensi khusus yang dapat diperoleh dari hasil penelitian ini
adalah sebagai berikut :
9

1. Manfaat ilmiah, yaitu hasil penelitian ini dapat dipublikasikan melalui jurnal
yang terdapat di Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan maupun jurnal
lainnya ditingkat lokal maupun nasional.
2. Aspek sosial, melalui penelitian ini diharapkan adanya perubahan paradigma
untuk lebih mengembangkan tanaman ini.
3. Aspek ekonomi potensi pengembangan usaha, melalui penelitian ini
diharapkan masyarakat mampu meningkatkan pendapatan ekonomi dengan
menjual pala hutan (K. latericia) dan juga dapat meningkatkan usaha
pembibitan tanaman pala hutan (K. latericia).
4. Aspek pendidikan, dari hasil penelitian ini dapat dijadikan acuan
referensi/literatur bacaan mahasiswa, jurnal dan skripsi serta dapat
dikembangkan lebih lanjut untuk mendukung ilmu pengetahuan.
5. Masyarakat mitra, berdasarkan penelitian ini masyarakat dapat bekerjasama
dalam mengembangkan tanaman ini dan menjualnya.

BAB 5. PENUTUP (KESIMPULAN DAN SARAN)

5.1. Kesimpulan
1. Perlakuan FMA jenis C. etunicatum dan S. constrictum efektif meningkatkan
pertambahan tinggi, diameter, luas daun dan kolonisasi FMA bibit pala hutan
(K. latericia) umur 5 bulan setelah tanam.
2. Perlakuan FMA lokal tidak signifikan meningkatkan berat kering total bibit
pala hutan (K. Latericia) umur 5 bulan setelah tanam.

5.2. Saran
Saran saya yaitu perlu adanya penelitian lanjutan terkait dengan aplikasi
FMA lokal terhadap pala hutan di lapangan.

DAFTAR PUSTAKA

Alibasyah, M.R. 2016. Perubahan Beberapa Sifat Fisika dan Kimia Ultisol Akibat
Pemberian Pupuk Kompos dan Kapur Dolomit pada Lahan Berteras.
Jurnal Floratek. 11(1):75-87.
Arrijani. 2005. Biologi dan Konservasi Marga Myristica Di Indonesia. Jurnal
Biodiversitas. 6(2):147-151.
Fauziyah, E., Kuswantoro, D.P dan Sanudin. 2015. Prospek Pengembangan Pala
(Myristica fragrans Houtt) di Hutan Rakyat. Jurnal Ilmu Kehutanan.
9(1):32-39.
Hermawan, A., Sabaruddin., Marsi., Hayati,R dan Warsito. 2014. Perubahan
Jerapan P Pada Ultisol Akibat Pemberian Campuran Abu Terbang
Batubara-Kotoran Ayam. Jurnal Ilmu Tanah dan Agroklimatologi.
11(1):1-10.
Hermawan, H., Muin, A dan Wulandari, R.S. 2015. Kelimpahan Fungi Mikoriza
10

Arbuskula (FMA) Pada Tegakan Ekaliptus (Eucalyptus pellita)


Berdasarkan Tingkat Kedalaman di Lahan Gambut. Jurnal Hutan Lestari.
3(1):124 – 132.
Husna, 2015. Potensi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA) Lokal Dalam Konservasi
Ex-Situ Jenis Terancam Punah Kayu Kuku [Pericopsis mooniana (Thw.)
Thw]. Disertasi. Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Irnawati. 2015. Studi Pemanfaatan Kayu Pala Hutan (Myristica fattua) Bagi
Masyarakat Kampung Haha Distrik Seremuk Kabupaten Sorong Selatan.
Jurnal Median. 7(1):1-14.
Kartono, D. 2018. Identifikasi danDeskripsi Jenis-Jenis Pohon di Jalur Tracking
Air Terjun Sungai Lahundape, Tahura Nipa-Nipa Kendari. Skripsi.
Universitas Halu Oleo.
Muryati, S., Mansur, I dan Budi, S.W. 2016. Keanekaragaman Fungi Mikoriza
Arbuskula (FMA) Pada Rhizosfer Desmodium spp. Asal PT. Cibaliung
Sumberdaya, Banten. Jurnal Silvikultur Tropika. 7(3):188-197.
Nurhayati. 2012. Infektivitas Mikoriza Pada Berbagai Jenis Tanaman Inang dan
Beberapa Jenis Sumber Inokulum. Jurnal Floratek. 7:25-31.
Nurmasyitah.,Syafruddin dan Sayuthi, M. 2013. Pengaruh Jenis Tanah Dan Dosis
Fungi Mikoriza Arbuskular Pada Tanaman Kedelai Terhadap Sifat Kimia
Tanah. Jurnal Agrista. 17(3)103-110.
Orwa C., Mutua, A., Kindt, R., Jamnadass, R dan Anthony, S. 2009. Myristica
fragrans. Agroforestry Database.
Palijama, W., Riry, J dan Wattimena, A.Y. 2012. Komunitas Gulma Pada
Pertanaman Pala (Myristica Fragrans H) Belum Menghasilkan Dan
Menghasilkan Di Desa Hutumuri Kota Ambon.
Palupi, Y.S. 2017. Efektivitas Beberapa Jenis Mikoriza Arbuskular Pada
Tumbuhan Batang Bawah, Keberhasilan Okulasi dan Pertumbuhan Entres
Tanaman Karet Hevea brasiliensis [Mull.] Arg. Tesis. Universitas
Lampung. Bandar Lampung.
Pertiwi, H.I., Budi, S.W dan Wulandari,A.S. 2017. Pengaruh Fungi Mikoriza
Arbuskula (FMA) dan Mycorrhizal Helper Bacteria (MHB) Terhadap
Pertumbuhan Jabon (Anthocepalus cadamba Roxb.). Jurnal Silvikultur
Tropika. 8(3):147-153.
Prayudyaningsih, R dan R. Sari. 2016. Aplikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
dan Kompos Untuk Meningkatkan Pertumbuhan Semai Jati (Tectona
grandis Linn.f.) Pada Media Tanah Bekas Tambang Kapur. Jurnal
Penelitian Kehutanan Wallacea. 5(1)37-46.
Prihastuti. 2012. Upaya Pengelolaan Biologis Lahan Kering Masam Ultisol.
Upaya Pengelolaan Biologis. 2(2):104-111.
Rahadian, D.D. 2009. Pengaruh Ekstrak Biji Pala (Myristica fragrans Houtt)
Dosis 7,5 Mg/25grbb Terhadap Waktu Induksi Tidur dan Lama Waktu
11

Tidur Mencit Balb/C Yang Diinduksi Thiopental. karya tulis ilmiah.


Universitas Diponegoro. Semarang.
Raharja, N.C. 2015. Isolasi Dan Identifikasi Fungi Mikoriza Arbuskula (FMA)
Lokal Pada Rhizosfer Rumput Lahan Pasca Tambang Timah Di
Kabupaten Belitung Timur. Tesis . Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Risna, R.A. 2009. Autekologi Dan Studi Populasi Myristica teijsmannii Miq.
(Myristicaceae) di Cagar Alam Pulau Sempu, Jawa Timur. Tesis. Institut
Pertanian Bogor. Bogor.
Sarina., Burhanuddin dan Suryantini, R. 2016. Asosiasi Fungi Mikoriza (FMA)
Arbuskula Pada Tanaman Penghasil Gaharu (Aquilaria Malaccensis).
Jurnal Hutan Lestari. 4(1):91–99.
Sheeja, T.E., Rosana, O.B., Swetha, V.P., Shalini, R.S., Siju, S., Dhanya, R.,
Rahul, P.R dan Krishnamoorthy, B. 2014. The 18S rDNA Gene
Discriminates Between Red Listed and Unexplored Ethnomedicinal
Species Of Myristicaceae Restricted To Humid Tropics Of India.
Springer. 61:523-535.
Tan H.T.W., Tan, K., Ali., Chew, P.T., Chua, K.S., Duistermaat, H., Ganesan,
S.K., Goh, M.W.K., Gwee, A.T., Kiew, R., Lee, S.M.L., Leong, P., Lim,
J., Lok, A.F.S.L., Loo, A.H.B., Lum, S.K.Y., Morgany, T., Saifuddin,
Sim, S., Samsuri, Wee, Y.C., Yap, K.F., Yeo, C.K. dan Yong, J.W.H.
2008. Checklists of threatened species-Seed plants: Threatened Plants
and Animals of Singapore. Journal Nature Society. Singapore.
Tuheteru, F.D dan Husna. 2011. Pertumbuhan dan Biomassa Albizia saponaria
yang Diinokulasi Fungi Arbuskula Mikoriza Lokal Sulawesi Tenggara.
Jurnal Silvikultur Tropika. 2(3):143-148.
Tuheteru, F.D., Arif, A., Widiastuti, E dan Rahmawati, N. 2017. Serapan Logam
Berat oleh Fungi Mikoriza Arbuskula Lokal pada Nauclea orientalis L.
dan Potensial untuk Fitoremediasi Tanah Serpentine. Jurnal Kehutanan.
11:76-84.
Wahyuningsih., Proklamasiningsih, E dan Dwiati, M. 2016. Serapan Fosfor dan
Pertumbuhan Kedelai (Glycine max) pada Tanah Ultisol dengan
Pemberian Asam Humat. Jurnal Biosfera. 33(2):66-70.
12

LAMPIRAN
Lampiran 1. Justifikasi Anggaran Kegiatan
1. Jenis Perlengkapan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- Ember 2 buah 20.000 40.000
- Gunting 2 buah 20.000 40.000
- Cangkul 2 buah 120.000 240.000
- Karung 9 buah 5.000 45.000
- Sprayer/botol semprot 2 buah 25.000 50.000
- Mika kue 20 pasang 5.000 100.000
- Skop 2 buah 100.000 200.000
- Parang 2 buah 50.000 100.000
- Cutter 2 buah 5.000 10.000
- Gayung/timbah 2 buah 15.000 30.000
- Mistar 1 buah 5.000 5.000
- Caliper 1 buah 350.000 375.000
- Pinset spora 1 buah 50.000 50.000
- Kaca objek 1 kotak 70.000 70.000
- Kaca preparat 1 kotak 60.000 60.000
- Cawan petri 6 buah 30.000 180.000
- Botol vial 20 buah 10.000 200.000
- Pipet tetes 1 buah 26.000 26.000
- Milimeter Blok 1 buah 6.000 6.000
- Kertas karton 3 buah 10.000 30.000
- Amplop cokelat 75 buah 1.000 75.000
- Gelas plastik 75 buah 2.000 150.000
SUB TOTAL (Rp) 2.082.000
2. Bahan Habis Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- Tanah Ultisol 3 Karung 300.000 900.000
- Pasir 3 Karung 150.000 450.000
- Mikoriza 2 Kg 100.000 200.000
- Terabuster 2 Botol 100.000 200.000
- Kertas Label 2 Paket 15.000 30.000
- Lakban Bening 1 Selop 20.000 20.000
- Plastik Sam pel 1 paket 50.000 50.000
- Waring/Ayakan 2 meter 10.000 20.000
- Tissue 3 bungkus 10.000 30.000
- Gas elpiji 3 kg 2 buah 25.000 50.000
- Spidol putih 1 buah 15.000 15.000
- Spidol Hitam 1 Buah 8.000 8.000
- KOH 1 kg 300.000 300.000
- Glycer8ol 1 liter 100.000 100.000
13

- Trypan Blue 1 paket 650.000 650.000


- Larutan HCL 1 liter 100.000 100.000
- Asam laktat 1 liter 100.000 100.000
- Alkohol 5 liter 75.000 375.000
- Tinta Print 4 buah 50.000 200.000
- Polybag 15 x +20 cm 1 pack 35.000 35.000
- ATK 1 paket 300.000 300.000
SUB TOTAL (Rp) 2.333.000
3. Perjalanan Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- pengangkutan Media
1 mobil 250.000 250.000
(rental mobil)
SUB TOTAL (Rp) 250.000
4. Lain-lain Volume Harga Satuan (Rp) Nilai (Rp)
- Sewa Alat Sterilisasi 1 buah 100.000 350.000
- Sewa Laboratorium dan
1 unit 500.000 500.000
Alatnya
- Sewa Camera Digital 1 buah 300.000 300.000
- Sewa Print 1 buah 500.000 500.000
- Sewa Rumah
1 unit 300.000 300.000
Kaca/Plastik
- Pengadaan Laporan 3 paket 100.000 300.000
SUB TOTAL (Rp) 2.250.000
TOTAL 1+2+3+4 (Rp) 6.912.000
(Terbilang : Enam Juta Sembilan Ratus Ribu Dua Belas Ribu Rupiah)
14

Lampiran 2. Bukti-Bukti Pendukung Kegiatan.

1. Penyapihan dan Inokulasi FMA


15

2. Pemanenan dan pengamatan kolonisasi FMA


16
17

Dibiayai Oleh :
Direktorat Kemahasiswaaan Direktorat Jendral Pembelajaran dan Kemahasiswaan
Kementrian Riset, Teknologi,dan Pendidikan Tinggi Program Kreativitas
Mahasiswa(PKM) 5 Bidang Tahun 2019 Nomor 78/SPK/KM.02.01/2019 Tanggal
23 April 2019.

You might also like