You are on page 1of 3

PANDUAN PRAKTIK KLINIS

TINDAKAN
PROSEDUR ESWL
ESWL adalah suatu tindakan untuk mengeluarkan batu saluran kemih
dengan cara memecahkannya (lithotripsy) menggunakan mesin yang
berada di luar tubuh (extracorporeal). Mesin tersebut menghasilkan
Definisi
energi berupa gelombang kejut (shockwave) yang diarahkan langsung
ke lokasi batu.

1. Batu ginjal dengan ukuran < 2 cm


Indikasi
2. Batu Ureter

Kontraindikasi Kelainan Perdarahan


1. Surat persetujuan tindakan medis
Alat
2. Persiapan alat ESWL dan USG
Cara

1. Pastikan posisi pasien dalam kondisi yang nyaman dan stabil


di atas meja
2. Oleskan jelly USG secara merata dan pastikan tidak ada
gelembung udara pada permukaan membran agar membran
menempel sempurna pada badan pasien
3. Geser therapy source pada posisi penembakan.
4. Kembungkan/kempiskan membran dengan menggunakan
tombol atau yang terletak pada therapy source
(penggembungan membran menentukan kedalaman
penetrasi dari fokus)
5. Geser posisi pasien pada meja dengan remote ke arah
horizontal dan vertikal untuk menempatkan target
tembakan/batu pada dalam tanda silang yang tampak
dimonitor USG
6. Jika gambaran dari USG kurang jelas, maka tambahkan jelly
pada membran USG atau pasien (jika pasien digerakkan
maka hentikan tembakan dan posisikan kembali sehingga
target tembakan/batu tepat dalam tanda silang dimonitor USG
7. Setelah 1000 tembakan pertahankan posisi USG jangan
sampai berubah dan jika perlu diposisikan kembali pasien
dengan mengeser meja agar target tembakan/batu tepat
dalam tanda silang dimonitor USG

Proses penembakan batu ginjal dan saluran kemih


1. Hindari penggunaan X-ray secara berlebihan dan
gunakan pengamatan dengan monitor USG selama
penembakkan.
2. Selama penembakan mundurkan posisi probe USG
sejauh mungkin, supaya mengurangi penyerapan
energi gelombang kejut (shock wave) pada dudukan
probe USG.
3. Apabila gambar USG kurang baik, tambahkan jelly
ultrasound dan kembungkan sampai membran
menempel dengan sempurna pada pasien

Mulai Penembakan
1. Turunkan energi penembakan pada posisi nol (zero
power) sebelum penembakan dimulai
2. Lakukan penembakan dengan kekuatan energi paling
rendah dan naikkan perlahan sambil memperhatikan
reaksi pasien.
3. Pilih frekuensi penembakan 1 Hz atau 2 Hz
4. Lakukan penembakan dengan menekan tombol
penembakan pada remote control
5. Hentikan penembakan bila pasien bergerak dan target
penembakan keluar dari titik fokus pengamatan pada
gambar USG atau X-ray
6. Apabila batu ukurannnya cukup besar, lakukan
penembakan pada beberapa titik yang berbeda.

Akhir proses penembakan


1. Hentikan penembakan dengan melepas tombol
penembakan pada remote control
2. Kempeskan membran dengan cara menekan tombol
untuk menurunkan tekanan membran pasien pada
papan kontrol
3. Geser pasien menjauhi therapy source dan pasien bisa
turun dari meja
4. Bersihkan jelly USG pada therapy source dengan kain
lap
5. Matikan mesin dengan menekan tombol ON/OFF pada
masing masing unit.

Hal – hal penting yang harus diperhatikan


a. Jangan melakukan penembakan pada pasien melebihi
4000 tembakan dalam satu sesi penembakan
b. Bersihkan peralatan (meja dan penutupnya) dengan
bahan desinfektan yang direkomendasikan untuk
menghindari adanya penularan penyakit pada orang
lain.
c. Jangan lakukan penembakan ESWL pada organ yang
mengandung udara (paru dan lainnya)
d. Perlu dipasang ECG monitor pada pasien dengan
menggunakan pacemaker.
e. Bila terjadi kebocoran pada membrane penembak
segera matikan mesin dan ganti dengan membrane
yang baru
f. Sebelum melakukan penembakan, bersihkan
permukaan membrane penembak dengan
menggunakan desinfektan dan gunakan jelly USG yang
telah direkomendasikan
g. Selama penembakan berlangsung, pastikan target
tembakan tepat di posisi target tembak yang tampak
pada X-ray dan USG
h. Hindari adanya gelembung udara antara membrane dan
badan pasien
i. Posisikan therapy source pada posisi yang terbebas
dari penghalang yang akan mengurangi efektivitas
propagasi gelombang kejut, seperti udara dan tulang

1. Campbell’s Urology, 9th ed., Section 3, Chapter 6, Tahun 2007


Kepustakaan 2. Smith’s General Urology, Edisi 17, Tahun 2008, hal. 155 –
156

You might also like