You are on page 1of 18

Kerjasama Dan Komunikasi Interprofesional Dalam Penanganan

Masalah Keselamatan Pasien

oleh :

MILA MUSTIKA HARDI


NIM : 2207229

Dosen Mata Kuliah


Riva Nadia Putri,M.Psi,Psikolog

Program Studi Sarjana Kebidanan


STIKes SYEDZA SAINTIKA
Kerjasama Dan Komunikasi Interprofesional Dalam Penanganan
Masalah Keselamatan Pasien

Kolaborasi tim kesehatan sangat penting agar masing-masing memiliki


pengetahuan, keterampilan, kemampuan, keahlian, dan pengalaman yang berbeda
dengan tujuan keselamatan pasien. Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan
untuk membangun dan mempertahankan kolaborasi tim kesehatan yaitu :

1. Semua tim dapat bertemu secara berkala untuk berdiskusi agenda kedepan
2. Semua tim terlibat dalam setiap rencana
3. Saling mengenal antar anggota agar dapat berkontribusi dengan baik
4. Komunikasi yang terjalin baik dan rutin
5. Saling percaya,mendukung, dan menghormati
6. Melakukan evaluasi secara berkala
7. Menghargai setiap pendapat dan kontribusi sesama anggota tim
A. pengertian interprofesional communication
Komunikasi atau communication menurut bahasa inggris adalah bertukar pikiran,
opini, informasi melalui perkataan, tulisan ataupun tanda-tanda (Hornby et al,
2007).
Komunikasi interprofesi adalah bentuk interaksi untuk bertukar pikiran, opini dan
informasi yang melibatkan dua profesi atau lebih dalam upaya untuk menjalin
kolaborasi interprofesi.

Manfaat komunikasi interprofessional

Komunikasi interprofesi yang sehat menimbulkan terjadinya pemecahan masalah,


berbagai ide, dan pengambilan keputusan bersama (Potter & Perry, 2005). Bila
komunikasi tidak efektif terjadi di antara profesi kesehatan, keselamatan pasien
menjadi taruhannya. Beberapa alasan yang dapat terjadi yaitu kurangnya
informasi yang kritis, salah mempersepsikan informasi, perintah yang tidak jelas
melalui telepon, dan melewatkan perubahan status atau informasi (O‟Daniel and
Rosenstein, 2008).
Faktor yang mempengaruhi komunikasi interprofesi

Menurut Potter dan Perry (2005) keefektifan komunikasi interprofesi


dipengaruhi oleh :

a) Persepsi yaitu suatu pandangan pribadi atas hal-hal yang telah terjadi.
Persepsi terbentuk apa yang diharapkan dan pengalaman. Perbedaan persepsi
antar profesi yang berinteraksi akan menimbulkan kendala dalam komunikasi.

b) Lingkungan yang nyaman membuat seseorang cenderung dapat berkomunikasi


dengan baik. Kebisingan dan kurangnya kebebasan seseorang dapat membuat
kebingunan, ketegangan atau ketidaknyamanan.

c) Pengetahuan yaitu suatu wawasan akan suatu hal. Komunikasi interprofesi


dapat menjadi sulit ketika lawan bicara kita memiliki tingkat pengetahuan yang
berbeda. Keadaan seperti ini akan menimbulkan feedback negatif, yaitu pesan
menjadi akan tidak jelas jika kata-kata yang digunakan tidak dikenal oleh
pendengar.
Berikut ini adalah karakter dalam komunikasi interprofesi kesehatan yang
ditemukan melalui serangkaian penelitian ilmiah bersama dengan profesi dokter,
perawat,apoteker dan gizi kesehatan dan telah mendapatkan validasi oleh pakar
komunikasi dari Indonesia maupun Eropa (Claramita, et.al, 2012):

1. Mampu menghormati (Respect) tugas, peran dan tanggung jawab profesi kesehatan
lain, yang dilandasi kesadaran/sikap masing-masing pihak bahwa setiap profesi
kesehatan dibutuhkan untuk saling bekerjasama demi keselamatan pasien (Patientsafety) dan keselamatan petugas kesehatan
(Provider-safety).
2. Membina hubungan komunikasi dengan prinsip kesetaraan antar profesi kesehatan.
3. Mampu untuk menjalin komunikasi dua arah yang efektif antar petugas kesehatan yang berbeda profesi dalam
4. Berinisiatif membahas kepentingan pasien bersama profesi kesehatan lain.
5. Pembahasan mengenai masalah pasien dengan tujuan keselamatan pasien bisa dilakukan antar individu ataupun antar
kelompok profesi kesehatan yang berbeda.
6. Mampu menjaga etika saat menjalin hubungan kerja dengan profesi kesehatan yang lain.
7. Mampu membicarakan dengan profesi kesehatan yang lain mengenai proses pengobatan (termasuk alternatif/ tradisional)
8. Informasi yang bersifat komplimenter/ saling melengkapi: kemampuan untuk berbagi informasi yang appropriate dengan
petugas kesehatan dari profesi yang berbeda (baik tertulis di medical record, verbal maupun non-verbal).
9. Paradigma saling membantu dan melengkapi tugas antar profesi kesehatan sesuai dengan tugas, peran dan fungsi profesi
masing-masing.
10. Negosiasi: Kemampuan untuk mencapai persetujuan bersama antar profesi kesehatan mengenai masalah kesehatan pasien.
11. Kolaborasi: Kemampuan bekerja sama dengan petugas kesehatan dari profesi yang lain dalam menyelesaikan masalah
kesehatan pasien.
B. Definisi kerjasama interprofessional

Kerjasama merupakan suatu kegiatan yang dilakukan secara bersama untuk


mencapai suatu tujuan.

Kerjasama interprofesi dapat diartikan sebagai suatu kolaborasi yang


terkoordinasi di antara berbagai profesi tenaga kesehatan dalam melaksanakan
pelayanan kesehatan kepada pasien untuk mengoptimalkan efektifitas kinerja,
efisiensi biaya dan meningkatkan kepuasan pasien.

Kemitraan tenaga kesehatan dalam kerjasama interprofesi dapat ditumbuhkan


dari hasil hubungan interpersonal yang baik. Kemitraan dapat diciptakan apabila
kedua profesi yang bermitra mampu memperlihatkan sikap saling mempercayai
dan menghargai, memahami dan menerima keberadaan disiplin ilmu masing-masing.
Kerjasama tim dalam proses kolaborasi
Proses kolaborasi memiliki ciri-ciri khas, di antaranya adalah :

1. kerjasama
2. koordinasi
3. saling berbagi
4. kompromi
5. rekanan
6. saling ketergantungan
7. kebersamaan

Menurut Kozier (1997) hal-hal yang dapat dilakukan dalam penerapan kolaborasi
adalah:

a) Kebersamaan dalam perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah,


tujuan dan pertanggungjawaban.
b) Bekerjasama dalam memberikan pelayanan.
c) Melakukan koordinasi dalam pelayanan.
d) Keterbukaan dalam komunikasi.
Menurut Siegler & Whitney (2000) proses kolaborasi harus
memenuhi 3 kriteria berikut ini:

a) harus melibatkan tenaga ahli dengan bidang keahlian yang berbeda, yang dapat
bekerjasama timbal balik secara mulus.

b) anggota kelompok harus bersikap tegas dan mau bekerjasam.

c) kelompok harus memberikan pelayanan yang keunikannya dihasilkan dari


kombinasi pandangan dan keahlian yang diberikan oleh setiap anggota tim
tersebut.
Upaya meningkatkan kerjasama interprofesi

Kerjasama yang efektif oleh tenaga kesehatan dari berbagai profesi merupakan
kunci penting dalam meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan dan
keselamatan pasien (Burtscher, 2012).

Fakta yang terjadi saat ini, bahwa sulit sekali untuk menyatukan berbagai profesi
kesehatan tersebut kedalam sebuah tim interprofesi. Hal tersebut dikarenakan
kurangnya kemampuan tenaga kesehatan untuk menjalin kerjasama yang efektif
seperti kurangnya keterampilan komunikasi interprofesi dan belum tumbuhnya
budaya diskusi bersama profesi lain dalam menentukan keputusan klinis pasien.

Untuk itulah diperlukan adanya kurikulum yang dapat melatih mahasiswa tenaga
kesehatan untuk berkolaborasi sejak masa akademik agar mereka terbiasa
berkolaborasi dengan profesi lain bahkan sampai ketika mereka berada didunia
kerja (Reeves, 2011)
Penerapan kerjasama interprofesi

Dalam penerapan kerjasama interprofesi, anggota tim interprofesi mungkin saja


mengalami konflik karena beragamnya latar belakang profesi. Oleh karena itu
dibutuhkan pemahaman tentang perawatan yang berfokus pada komunikasi dan
sikap yang mengacu pada keselamatan pasien yang merupakan prioritas utama.

Salah satu metode yang dapat digunakan dalam meningkatkan efektifitas


kerjasama tim adalah Team Mental Models (TMM).
TMM didefinisikan sebagai metode anggota timnya yang dapat saling berbagi
pengetahuan maupun pemahaman terkait kompetensi kinerja klinis tenaga
kesehatan.
Menurut DeChurch dan Mesmer-Magnus (2010), TMM telah terbukti memberikan
efek yang signifikan terhadap proses kinerja tim. Berdasarkan kompleksitas
kasus pasien, Ruang Operasi (OK) menjadi salah satu setting yang paling cocok
untuk penerapan TMM.
Dampak Pelaksanaan Interprofessional
Collaboration

1. Keselamatan Pasien
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih et al. (2019) menunjukkan bahwa
interprofessional collaboration memberikan pengaruh yang baik terhadap
pelaksanaan sasaran keselamatan pasien yang ada di rumah sakit karena melalui
kolaborasi dan kerjasama yang baik maka keselamatan pasien meningkat.

2. Kepuasan pasien
Pasien akan merasa puas bila perawat dan dokter membangun hubungan atau
kemitraan yang baik. Karena semakin baik pelayanan dan pelayanan yang diberikan
maka kepuasan pasien semakin meningkat.

3. Kualitas Pelayanan Rumah Sakit


Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani, (2017) menjelaskan bahwa Kerjasama
merupakan strategi efektif untuk mencapai kualitas hasil yang diharapkan,
karena melalui kerjasama yang baik kualitas dan mutu pelayanan rumah sakit juga
akan meningkat.
Jurnal ProNers, Volume No, July 2021

IMPLEMENTASI INTERPROFESSIONAL COLLABORATION ANTAR TENAGA KESEHATAN YANG


ADA DI RUMAH SAKIT INDONESIA
; LITERATURE REVIEW

Kalista Ita1, Yoga Pramana2, Argitya Righo3


123Program Studi Keperawatan, Fakultas Kedokteran, Universitas Tanjungpura Pontianak

Email ; Kalistaita112@gmail.com

ABSTRACT
Background : Interprofessional Collaboration (IPC) is a relationship of various health workers who
collaborate and work together to provide care for patients and share information related to integrated
patient development records that aim to improve patient safety and improve the quality of hospital services.
Method : This type of literature review research with data analysis techniques using content analysis,
articles obtained from the database neliti.com, google scholar, PubMED, ResearchGate and Garuda Portal,
using keywords: collaboration between health workers, hospitals, interprofessional collaboration, hospital.
Result: From the search results found 8 articles that match the criteria. The analysis shows that
Interprofessional Collaboration between health workers has several impacts such as the impact on patient
safety, patient satisfaction and the quality of hospital services, while several factors that affect the
implementation of interprofessional collaboration are communication, different educational backgrounds
and limitations in understanding each other's roles.
Conclusion: Interprofessional Collaboration (IPC) can increase the level of patient safety in hospitals.

Keywords : Collaboration between health workers, interprofessional collaboration, hospitals.

ABSTRAK
Latar Belakang : Kolaborasi Interprofesi atau Interprofessional Collaboration (IPC) merupakan hubungan
dari berbagai tenaga kesehatan yang saling berkolaborasi dan bekerjasama untuk memberikan perawatan
untuk pasien serta berbagi informasi terkait dengan catatan perkembangan terintegrasi pasien yang
bertujuan untuk meningkatkan keselamatan pasien dan meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit.
Metode : Jenis penelitian literature review dengan teknik analisis data menggunakan content analisys,
artikel diperoleh dari database neliti.com, google scholar, PubMED, ResearchGate dan Portal Garuda,
dengan menggunakan kata kunci : kolaborasi antar tenaga kesehatan, rumah sakit, interprofesional
collaboration, hospital.
Hasil : Dari hasil pencarian ditemukan 8 artikel yang sesuai dengan kriteria. Analisis menunjukkan bahwa
Interprofessional Collaboration antar tenaga kesehatan memiliki beberapa dampak seperti dampak pada
keselamatan pasien, kepuasan pasien dan kualitas pelayanan rumah sakit, adapun beberapa faktor yang
mempengaruhi pelaksanaan interprofessional collaboration adalah komunikasi, latar belakang tingkat
pendidikan yang berbeda dan keterbatasan memahami peran masing-masing.
Kesimpulan :Interprofessional Collaboration (IPC) dapat meningkatkan tingkat keselamatan pasien dan
meningkatkan kualitas pelayanan di rumah sakit.

Kata Kunci : Kolaborasi antar tenaga kesehatan, Interprofesional collaboration, Rumah sakit.
Jurnal ProNers, Volume No, July 2021

PENDAHULUAN terjadi karena kolaborasi yang buruk di antara


Rumah sakit adalah sarana para tenaga kesehatan.Menurut data Organisasi
penyelenggaraan pembangunan kesehatan dan Kesehatan Dunia (WHO), dari 421 juta rawat
memberikan pelayanan medis yang berkualitas inap diseluruh dunia setiap tahun, sekitar 42,7
yang menjadi tanggung jawab penyedia layanan juta kejadian buruk terjadi karena disebabkan
medis yang komprehensif, termasuk dokter, oleh kesalahan medis dan penanganan pasien
perawat, ahli gizi, terapis dan profesional medis yang tidak tepat. (Babaei, Mohammadian,
lainnya (Pohan, 2015). Rumah sakit perlu Abdollahi, & Hatami, 2018).
melakukan berbagai inovasi dalam rangka Penelitian yang dilakukan (Kelly et al.,
menghasilkan pelayanan bermutu bagi pasien 2013) di Kanada menjelaskan bahwa kerjasama
salah satu inovasi yang dapat dilakukan adalah antara dokter dan apoteker dalam penilaian
melaksanakan kolaborasi antar tenaga profesi dapat meningkatkan kesehatan dan
kesehatan seperti IPC. pengobatan pasien. Namun, mereka memiliki
Interprofessional Collaboration (IPC) pandangan yang berbeda tentang pembagian
merupakan kemitraan antar tenaga kesehatan peran dalam kerjasama. Dokter ingin apoteker
yang memiliki latar belakang profesi berbeda dan lebih fokus dalam meresepkan obat, sementara
saling bekerja sama untuk memecahkan masalah apoteker ingin menggunakan pengetahuan dan
kesehatan dan menyediakan pelayanan keterampilan mereka untuk memastikan
kesehatan serta mencapai tujuan bersama penggunaan obat yang rasional. Kolaborasi dan
(Morgan et al, 2015). Interprofesional komunikasi diperlukan agar tidak terjadi
Collaboration terjadi ketika berbagai profesional kesalahan dan dapat terjalin hubungan
medis bekerja dengan keluarga, pasien dan kerjasama yang baik.
komunitas untuk memberikan perawatan yang Hasil penelitian yang dilakukan oleh
komprehensif dan berkualitas tinggi. Fatalina (2015) menunjukkan belum
Interprofesional Collaboration digunakan untuk terlaksananya kerjasama interprofesi dan
mencapai tujuan dan memberi manfaat bersama kerjasama tradisional masih dilaksanakan
bagi semua yang terlibat (Green and Johnson, dengan asumsi dokter sebagai pemimpin dan
2015). Tenaga kesehatan harus melakukan pelaksananya adalah apoteker, perawat dan
praktek kolaboratif yang baik dan tidak bidan. Selain itu, masih kurangnya komunikasi
melaksanakan pelayanan kesehatan sendiri- antar tenaga kesehatan. Salah satu penghambat
sendiri hal ini bertujuan agar keselamatan pasien dalam pelaksanaan kolaborasi antar tenaga
lebih terjaga di Rumah Sakit (Fatalina, 2015). kesehatan adalah kurangnya komunikasi antar
Salah satu akibat dari tidak profesi, seperti kurangnya komunikasi antara
dilaksanakannya kolaborasi antar tenaga dokter, perawat, dan apoteker yang berujung
kesehatan adalah tingginya kesalahan dalam pada kesalahan dalam meracik obat kepada
pembuatan resep obat di Indonesia yaitu pasien. Hasil penelitian ini didukung oleh
sebanyak 98,69% yang merupakan akibat dari (Setiadi, 2017), yang menjelaskan bahwa
kesalahan dalam penulisan resep dokter, komunikasi merupakan aspek penting dari
apoteker yang kurang tepat dalam menyiapkan kerjasama antar profesional. Tanpa komunikasi
obat dan pemberian informasi mengenai yang baik maka perawatan pasien akan menjadi
penggunaan obat yang kurang baik. Selain itu, kurang baik dan hanya didasarkan pada
menurut Australian National Prescription persepsi. Komunikasi dalam pelaksanaan IPC
Service, 6% kasus yang terjadi di rumah sakit merupakan faktor penting dalam meningkatkan
disebabkan oleh efek samping obat dan mutu pelayanan rumah sakit dan keselamatan
kesalahan dalam proses pengobatan. Hal ini pasien.
Jurnal ProNers, Volume No, July 2021

Berdasarkan uraian latar belakang Hasil penelitian ini di dukung oleh penelitian yang
permasalahan diatas mka peneliti tertarik dilakukan oleh Ariyani & Anggorowati, (2017)
melakukan penelitian secara literature review yang menjelaskan bahwa semakin baik
mengenai “Implementasi Interprofessional komunikasi antar tenaga kesehatan yang ada di
Colllaboration antar Tenaga Kesehatan yang ada rumah sakit maka akan semakin baik kerjasama
di Rumah Sakit Indonesia”. dan penerapan dalam keselamatan pasien
sehingga dapat menurunkan dampak negatif
METODE PENELITIAN pada keselamatan pasien.
Jenis penelitian ini adalah literature Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih,
review dengan teknik analisis data menggunakan et al. (2019) menunjukkan hasil setelah
content analisys, artikel didapatkan dari database dilaksanakannya interprofessional collaboration
neliti.com, google scholar PubMED, nilai implementasi keselamatan pasien pada
ResearchGate dan Portal Garuda, dengan kelompok intervensi meningkat dari nilai rata-
menggunakan kata kunci : kolaborasi antar rata 27,40 menjadi 29,93 setelah dilakukan
tenaga kesehatan, rumah sakit, interprofesional intervensi pelaksanaan kolaborasi antar profesi
collaboration, hospital. pada kelompok intervensi meningkat yaitu dari
nilai rata-rata 187,73 menjadi 204,67 sedangkan
HASIL pada kelompok kontrol implementasi tujuan
Penelitian yang dilakukan Lestari, et al. keselamatan pasien dan kolaborasi antar
(2017) di Ruang Rawat inap RSUD Prof. Anwar profesional tidak meningkat secara signifikan
menunjukkan bahwa kolaborasi antar tenaga kemudian dari hasil perhitungan regresi linier
kesehatan yang ada di rumah sakit memberikan sederhana disimpulkan bahwa kerjasama antar
dampak yang positif dalam meningkatkan profesi mempunyai pengaruh yang signifikan
keselamatan pasien hal ini di buktikan dengan terhadap pencapaian tujuan keselamatan
hasil penelitian yang diperoleh peneliti melalui pasien dan pada nilai koefisien regresi
analisis uji chi-square dan korelasi spearman menunjukkan hasil sebesar 0,074 yang berarti
yangmenunjukkan bahwa pelaksanaan kolaborasi antar tenaga kesehatan berpengaruh
kolaborasi antar profesi telah memenuhi catatan positif terhadap implementasi tujuan
perkembangan pasien dengan sangat baik keselamatan pasien. Artinya, semakin baik
penelitian ini sejalan dengan penelitian yang kolaborasi antar profesi maka semakin baik
dilakukan oleh Eriyono &Hananto,(2017) yang implementasi tujuan keselamatan pasien.
menjelaskan bahwa interprofessional Penelitian yang dilakukan oleh Hardin,
collaboration memberikan pengaruh yang positif (2019) menjelaskan bahwa interprofessional
terhadap pelaksanaan sasaran keselamatan collaboration dapat berjalan dengan baik jika
pasien. dari awal saat pendidikan tenaga kesehatan
Pada penelitian yang dilakukan sudah pernah menerapkan Interprofessional
Brajakson & Wahyuningsih, (2019) memperoleh Education (IPE). Hasil penelitian ini sejalan
hasil penelitian yang mendapatkan 4 (Empat) dengan penelitian yang dilakukan oleh Endah,
tema, yaitu hambatan interprofessional (2019) yang menjelaskan bahwa
collaboration, dasar-dasar kompetensi Interprofessional Education (IPE) dapat
kolaborasi, kriteria keberhasilan interprofessional meningkatkan kerjasama yang baik dalam
collaboration dan harapan profesional kesehatan kolaborasi.
terhadap IPC. Pada penelitian ini menjelaskan Hasil penelitian yang dilakukan Yecy
bahwa interprofessional collaboration bisa Anggreny, et al. (2019) menunjukkan bahwa
dilaksanakan di rumah sakit dengan syarat kerjasama antara perawat dan dokter di ruang
adanya kerjasama dan komunikasi yang baik rawat inap RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau
antar tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit. masih belum baik, baik yaitu (62,5%), ruang
Jurnal ProNers, Volume No, July 2021

lingkup praktik kurang baik (66,3%), manfaat pendekatan yang terkoordinasi sebagai
sharing kurang baik (68,5%), tujuan sharing pengambilan keputusan tentang masalah
kurang baik (50,5%) Dapat disimpulkan kesehatan untuk memastikan bahwa perawatan
kerjasama yang kurang baik menjadi kendala yang diberikan dapat diandalkan dan
pelaksanaan kerjasama tenaga kesehatan berkelanjutan sehingga perawatan yang
sehingga berdampak buruk terhadap diberikan pada pasien tetap optimal dan dampak
keselamatan pasien. Hasil penelitian ini sejalan buuk pada kesehatan pasien dapat berkurang.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Dampak Pelaksanaan Interprofessional
Kusumaningrum et al. (2018) menjelaskan Collaboration
bahwa kendala pelaksanaan kerjasama antar 1. Keselamatan Pasien
profesi adalah kerjasama yang kurang baik dan Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih
kerjasama yang kurang baik antar tenaga et al. (2019) menunjukkan bahwa
kesehatan. interprofessional collaboration memberikan
Hasil penelitian yang dilakukan oleh pengaruh yang baik terhadap pelaksanaan
Henny,et al. (2019) menjelaskan bahwa terdapat sasaran keselamatan pasien yang ada di
kesenjangan dalam pelaksanaan kolaborasi rumah sakit karena melalui kolaborasi dan
antar tenaga kesehatan, salah satunya adalah kerjasama yang baik maka keselamatan
kesenjangan antara perawat dengan dokter yang pasien meningkat. Hasil penelitian ini sejalam
dimana dokter merasa bahwa perannya sangat dengan penelitian yang dilakukan oleh
penting dan memiliki tingkat pengetahuan yang Andriani, et al. (2019) yang menjelaskan
lebih dari peran perawat sehingga dapat bahwa kolaborasi memberikan dampak positif
menyebabkan terjadinya hambatan dalam terhadap tingkat keselamatan pasien.
pelaksanaan kolaborasi. 2. Kepuasan pasien
Penelitian yang dilakukan oleh
PEMBAHASAN Anggorowati, (2017) menjelaskan bahwa
Gambaran Implementasi Interprofessional kualitas pelayanan yang diberikan oleh rumah
Collaboration sakit cenderung dilihat atau dievaluasi oleh
Implementasi Interprofessional pasien dalam bentuk pelayanan yang
collaboration (IPC) adalah interaksi atau diberikan oleh dokter dan perawat terutama
hubungan dari dua atau lebih tenaga kesehatan dalam konteks pelayanan rumah sakit. Pasien
yang saling bekerjasama untuk berbagi informasi akan merasa puas bila perawat dan dokter
yang bertujuan untuk mengambil keputusan membangun hubungan atau kemitraan yang
bersama, dan mengetahui waktu yang optimal baik. Karena semakin baik pelayanan dan
untuk melakukan kerjasama dalam perawatan pelayanan yang diberikan maka kepuasan
keselamatan pasien serta memberikan pasien semakin meningkat.
perawatan yang baik kepada pasien. 3. Kualitas Pelayanan Rumah Sakit
Interprofessional Collaboration (IPC) Penelitian yang dilakukan oleh Ariyani,
adalah proses mengembangkan dan memelihara (2017) menjelaskan bahwa Kerjasama
hubungan kerja sama yang efektif antara tenaga merupakan strategi efektif untuk mencapai
kesehatan rumah sakit. Tujuan kerjasama antar kualitas hasil yang diharapkan, karena melalui
profesi adalah sebagai wadah untuk kerjasama yang baik kualitas dan mutu
mengupayakan tercapainya praktik kerjasama pelayanan rumah sakit juga akan meningkat.
yang efektif antar profesi. Hal ini sejalan dengan Hal ini juga sesuai dengan penelitian yang
penelitian yang dilakukan Edi Dharmana,et al. dilakukan oleh Ellys (2019) yang
(2018) menyatakan bahwa Interprofessional menyebutkan bahwa kerjasama merupakan
collaboration merupakan kolaborasi dan salah satu strategi untuk meningkatkan
komunikasi di antara tenaga kesehatan dalam kualitas pelayanan rumah sakit.
Jurnal ProNers, Volume No, July 2021

Faktor yang mempengaruhi Pelaksanaan besar keinginannya dalam memanfaatkan


Interprofessional Collaboration ketrampilan dan pengetahuannya.
1. Komunikasi 3. keterbatasan pemahaman tentang peran
Komunikasi merupakan hal penting yang masing-masing profesi
harus dilaksanakan dalam pelaksanaan penelitian yang dilakukan oleh Hardin,
kolaborasi, karena melalui komunikasi proses (2019) menjelaskan bahwa keterbatasan
penyampaian informasi antar satu dengan pemahaman akan peran masing-masing
yang lain akan lebih jelas dan dapat jabatan akan mempengaruhi pelaksanaan
meningkatkan kerjasama serta kolaborasi kerjasama, diantaranya pelaksanaan
yang baik. Tenaga kesehatan harus bekerja kerjasama antara perawat dan dokter sering
sama dengan baik dan tidak melakukan menimbulkan kesalahpahaman yaitu masih
pelayanan kesehatan sendiri, yang akan banyak dokter yang kurang memahami ruang
mendatangkan keuntungan tersendiri. Salah lingkup praktek. perawat, sehingga tanggung
satu faktor yang menghambat jawab perawat dan dokter sering tumpang
terselenggaranya kerjasama antar tenaga tindih, sehingga dokter kurang yakin dengan
kesehatan adalah komunikasi yang kurang kemampuan perawat dalam mengambil
baik. Hal ini di dukung oleh penelitian yang keputusan tentang perawatan pasien.
dilakukan oleh Lestari,et al (2018) yang
menyatakan bahwa faktor penghambat dalam KESIMPULAN
pelaksanaan Interprofessional collaboration Implementasi Interprofessional
adalah buruknya komunikasi antar tenaga Collaboration antar tenaga kesehatan dapat
kesehatan karena komunikasi yang buruk meningkatkan keselamatan pasien dan memiliki
maka akan terjadi kesalahpahaman dan akan beberapa dampak seperti dampak pada
menyebabkan perawatan yang kurang baik keselamatan pasien, kepuasan pasien dan
pada pasien sehingga dapat menyebabkan kualitas pelayanan rumah sakit, adapun
dampak yang buruk pada keselamatan dan beberapa faktor yang mempengaruhi
kesehatan klien. pelaksanaan interprofessional collaboration
2. Latar belakang tingkat pendidikan yang adalah komunikasi, latar belakang tingkat
berbeda pendidikan yang berbeda dan memahami peran
Penelitian yang dilakukan oleh Kurniasih masing-masing, kerjasama dan kolaborasi yang
et al.(2019) menjelaskan bahwa penghambat baik antar tenaga kesehatan sehingga tujuan
dalam upaya penyelamatan pasien yang keselamatan pasien meningkat, namun masih
sering terjadi karena kesalahan yang dapat terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan
disebabkan oleh pelaksana kesehatan seperti kolaborasi yaitu komunikasi yang kurang baik,
perawat dan dokter yang dimana dokter latar belakang pendidikan yang berbeda dan
merasa bahwa pengetahuan dan perannya keterbatasan pemahaman tentang peran masing
lebih tinggi di bandingkan dengan perawat masing profesi.
sehingga kolaborasi dan kerjasama yang
dilakukan menjadi kurang baik. Latar DAFTAR PUSTAKA
belakang tingkat pendidikan dari masing Astuti, et al. (2019). Analisis Implementasi
masing tenaga kesehatan akan Komunikasi Komunikasi SBAR dalam
mempengaruhi perilaku seseorang dalam Interprofesional Kolaborasi Dokter dan
menjalankan peran dan tanggungjawabnya Perawat terhadap Keselamatan. Jurnal
saat melakukan tindakan kolaborasi yang Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES
dapat di artikan bahwa semakin tinggi tingkat Kendal, 9(4), 359-366.
pendidikan seseorang maka akan semakin Brajacson siokal, Wahyuningsih (2019). Potensi
Professional Kesehatan dalam menjalankan
Jurnal ProNers, Volume No, July 2021

Interprofessional Collaboration Practice di Palopo dan RSUD Andi Djemma Masamba.


Rumah Sakit Universitas Hasannudin. Jurnal Fenomena Kesehatan, 2(1), 155-164
Jurnal Kesehatan, Edisi 11 vol (1) Kusuma, M. W., Herawati, F., Setiasih, S., &
Eriyono, Suki Hananto. (2017). Pengembangan Yulia, R. (2021).Persepsi Tenaga
Pasien Virtual untuk Peningkatan Kesehatan dalam Praktik Kolaborasi
Pendekatan Interprofesional Education (IPE) Interprofesional di Rumah Sakit di
dalam Dunia Pendidikan Keperawatan di Banyuwangi. Media Kesehatan Masyarakat
Indonesia. Jurnal Keperawatan Indonesia, 20(2), 106-113.
Muhammadiyah 2(1). Lucyda, H., Vionalisa, Yecy A. (2019).
Family health Team.2005. Guide to Collaborative Collaboration of Nurses and Doctor in the
Team Practice.Canada : Ontario. Inpatient Room at Arifin Achmad General
Fatalina,F.,Unartini, Widyana,S (2015). Persepsi Hospital of Riau Province: Kolaborasi
dan Penerimaan Interprofessional Perawat Dokter di Ruang Rawat Inap
Collaborative Practice bidang maternitas Rumah Sakit Umum Daerah Arifin Achmad
pada tenaga kesehatan jurnal Pendidikan Provinsi Riau. Jurnal Kesehatan
Kedokteran Indonesia. Vol. 4 (1). Pp 2-36. Komunitas, 5(3), 235-240.
Green, B. N., & Johnson, Claire, D. (2015). Yani Lestari, et al. (2017). Hubungan
Interprofessional Collaboration in Research, Interprofessional Kolaborasi dengan
Education, and Clinical Practice: Working Pelaksanaan Catatan Perkembangan
Together for A Better Future. J Chiropr Pasien Terintegrasi di RSUD Prof. dr. H.M.
Education, 29(1), 1–10. Anwar Makkatutu Kabupaten Bantaeng.
https://doi.org/10.7899/JCE-14-36 Jurnal Kesehatan, Vol 7 No 1 ;85-90.
Hardin, N. (2019). Faktor-Faktor yang Yuni Kurniasih, et al (2019). Interprofessional
berhubungan dengan Praktik Kolaborasi Collaboration meningkatkan pelaksanaan
Perawat-Dokter di RSUD Sawerigading sasaran keselamatan pasien. Journal health
of Studies. Vol 3 No.2 ; 113-120.

You might also like