You are on page 1of 11

Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

FAKTOR KEPATUHAN PETUGAS MELAKUKAN CUCI TANGAN


DI FASILITAS KESEHATAN

OBEDIENCE FACTOR FOR OFFICERS TO WASH THEIR HANDS


IN HEALTH FACILITIES

Nasrun Pakaya1, Febriyanti Umar2, Agus Ishak3, Wirda Y. Dulahu4


1,2,3,4
Program Studi Profesi Ners, FOK UNG, Gorontalo, Indonesia
email: nasrun.ners@ung.ac.id

Abstrak
Mencuci tangan merupakan salah satu pencegahan terjadinya penyebaran kontaminasi silang.
Terdapat faktor yang menyebabkan petugas kesehatan tidak patuh terhadap prosedur mencuci tangan
sehingga dapat menyebabkan infeksi silang terjadi. Kebaruan penelitian ini adalah meneliti kepatuhan
petugas melakukan cuci tangan di fasilitas kesehatan.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis dan
mensintesis bukti-bukti literature tentang faktor budaya kerja, sarana dan prasarana terhadap
pelaksanaan hand hygiene. Kajian dalam pencarian literature menggunakan tekhnik kajian Litterature
Review. Dimana Literature Review ini menggunakan beberapa jurnal penelitian yang relevan dengan
Faktor Budaya Kerja, Faktor Fasilitas dapat mempengaruhi pelaksanaan Hand Hygiene di ruang
perawatan yang diakses dari basis data berbahasa Inggris dan Indonesia (Pencarian menggunakan
PICOT Framework di database: Ebscho, Scien cedirect, Pubmed, Proquest dan Google Scholar) yang
diterbitkan dari tahun 2015 sampai tahun 2020. Hasil literature menunjukkan faktor yang mempengaruhi
budaya kerja terdiri dari supervisi kepala ruangan dan tipe kepemimpinan, sedangkan fasilitas kerja
terdiri dari media poster, cairan antiseptic yang selalu tersedia serta tempat cuci tangan yang mudah
dijangkau. Kesimpulan penelitian ini adalah fasilitas cuci tangan, ketersediaan antiseptik dan
ksetersediaan tempat cuci tangan yang mudah dijangkau faktor yang dapat meningkatkan kepatuhan
petugas dalam melakukan cuci tangan.
Kata kunci: Cuci Tangan; Fasilitas; Petugas Kesehatan.

Abstrac
Hand washing is one way to prevent the spread of cross-contamination. There are factors that cause
health workers to not comply with hand washing procedures so that cross-infection can occur. The novelty of
this study was to examine the compliance factor of officers doing hand washing in health facilities, literature
review. The purpose of this study was to analyze and synthesize evidence/literature on the factors of work
culture, facilities and infrastructure for the implementation of hand hygiene. The study in the literature
search used a literature review used several research journal that were relevant to work culture factors,
facility factor could affect the implementation of hand hygiene in the treatment room which were accessed
from English and Indonesian Language databases(Search method using PICOT Framework in databases:
Ebscho, Science direct, Pubmed, Proquest and Google Schola) published from 2015 to 2020. Literature
results show that the factors that influence the work culture consist of supervision of the head of the room
and the type of leadership, while the work facilities consist of poster media, antiseptic liquid which is always
available and an easily accessible handwashing area. The conclusion of this research is hand washing
facilities, the availability of antiseptics and the availability of hand washing facilities that are easily
accessible are factors that can increase the compliance of officers in washing hands.
Keywords: Facilities ; Hand Hygiene; Work Culture.

Received: April 11th, 2022; 1st Revised April 20th, 2022;


2ⁿᵈ Revised April 23th, 2022; Accepted for Publication : April 27 th, 2022

© 2022 Nasrun Pakaya, Febriyanti Umar, Agus Ishak, Wirda Y. Dulahu


Under the license CC BY-SA 4.0

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 62
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

1. PENDAHULUAN tersebut ketika awal mulai dirawat di rumah


Salah satu indikator mutu pelayanan sakit, sedang dalam asuhan keperawatan
adalah berupa Hospital-acquired infections rumah sakit, bukan merupakan sisa atau
(HAI) atau infeksi nosokomial rumah sakit residual dari infeksi sebelumnya tanda-tanda
merupakan infeksi yang terjadi selama klinik infeksi timbul minimal setelah 72 jam
menjalani prosedur perawatan dan tindakan sejak mulai perawatan di rumah sakit karena
setelah ≥ 48 jam dan pada ≤ 30 hari setelah jika infeksi terjadi sebelum 72 jam maka masa
keluar dari fasilitas kesehatan.Infeksi inkubasi dari infeksi tersebut terjadi sebelum
nosokomial masih merupakan salah satu dirawat di rumah sakit. Sehingga infeksi
masalah kesehatan di dunia, karena dapat tersebut tidak berasal dari rumah sakit dan
mempengaruhi tingkat kematian. Menurut bukan merupakan infeksi nosokomial.(3)
Center for Disease Control And Prevention WHO Collaborating Centre for Patient
(CDC). Infeksi ini terjadi ketika ada interaksi Safety resmi menerbitkan “Nine Life Saving
antara pasien, petugas perawatan, peralatan, Patient Safety Solutions”, Panduan ini mulai
dan bakteri.(1) disusun sejak tahun 2005 dengan
Prevalensi infeksi nosokomial di rumah mengidentifikasi dan mempelajari berbagai
sakit dunia mencapai 9% (variasi 3–21%) atau masalah keselamatan pasien. Salah satu solusi
lebih 1,4 juta pasien rawat inap di rumah sakit tersebut adalah peningkatkan kebersihan
seluruh dunia terinfeksi infeksi nosokomial. tangan untuk pencegahan infeksi
Suatu penelitian yang dilakukan oleh WHO nosokomial.(2)
menunjukkan bahwa sekitar 8,7% dari 55 Peningkatan kebersihan tangan dapat
rumah sakit dari 14 negara yang berasal dari dilakukan dengan patuh mencuci tangan dan
Eropa, Timur Tengah, Asia Tenggara dan disinfeksi tangan. Mencuci tangan adalah
Pasifik menunjukkan adanya infeksi membasahi tangan dengan air mengalir
nosokomial. Prevalensi infeksi nosokomial memakai sabun maupun tanpa memakai sabun
paling banyak di Mediterania Timur dan Asia non antiseptik untuk menghilangkan kotoran
Tenggara yaitu sebesar 11,8% dan 10,0% dan flora transien untuk menghindari
sedangkan di Eropa dan Pasifik Barat masing- kontaminasi silang. Mencuci tangan secara
masing sebesar 7,7% dan 9,0%. Di Indonesia higienis adalah membasahi tangan dengan air
yaitu di 10 RSU pendidikan, infeksi mengalir dengan memakai sabun antiseptik,
nosokomial cukup tinggi yaitu 6–16% dengan sedangkan disinfeksi tangan adalah
rata-rata 9,8%.(2) menggunakan cairan antiseptik atau alkohol
Kriteria infeksi nosokomial antara lain tanpa mencuci tangan.(1)
tidak ada tanda-tanda klinis dari infeksi World Health Organization (WHO)
tersebut ketika mulai dirawat di rumah sakit, menyebutkan bahwa ketika terjadi
tidak sedang dalam masa inkubasi dari infeksi peningkatan kepatuhan cuci tangan dari buruk

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 63
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

(<60%) menjadi sangat baik (90%) akan hygiene adalahpengetahuan perawat yang
menurunkan angka HAI sebesar 24%. kurang, tidak adanyapelaksanaan audit hand
Penelitian oleh CDC dan yang lainnya hygiene secara berkala yanglebih diketahui
menemukan bahwa dokter dan perawat 60% perawat, dan tidak ada supervisi kepala
gagal mencuci tangan sesuai waktu yang ruangterhadap pelaksanaan hand hygiene di
dianjurkan pada waktu kontak dengan pasien ruang rawat inaprumah sakit. Hasil penelitian
dan melakukan prosedur.Hasil dari perilaku ini ini menunjukkan bahwa kepatuhan
menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial handhygiene pada perawat secara umum masih
sebanyak 2.400.000 di Amerika setiap tahun rendah terutama pada fase sebelum kontak
dan mengeluarkan biaya $4.5 milyar hanya maupun tindakan. Kurangnya pengetahuan,
untuk perawatan dan pengobatan.(4) dan penguat dalam bentuk pengingat, audit,
Menurut Bernard (2017),salah satu mekanisme reward punishment menjadi akar
faktor yang mempengaruhi kepatuhan cuci masalah rendahnya kepatuhan hand hygiene.
tangan adalah fasilitas yang tersedia. Fasilitas Ini memperlihatkan bahwa pada dasarnya
adalah segala sesuatu yang dapat memudahkan budaya kerja yang berada di dalam suatu
dan melancarkan pelaksanaan suatu rumah sakit masih kurang.(7)
usaha.Sesuatu yang dapat memudahkan dan 2. METODE
melancarkan suatu usaha tersebut biasanya Kajian dalam pencarian literature
berupa benda-benda atau uang.(5) menggunakan tekhnik kajian Litterature
Hal ini ditunjang pada penelitian yang Review. Dimana Literature Review ini
dilakukan oleh Nastiti (2017) bahwa terdapat menggunakan beberapa jurnal penelitian yang
hubungan fasilitas dan hand hygiene dengan relevan dengan Faktor Budaya Kerja, Faktor
penerapan five moment pada bidan dengan Fasilitas dapat mempengaruhi pelaksanaan
nilai p value 0.000. Ini memperlihatkan bahwa Hand Hygiene di ruang perawatan yang
peranan fasilitas sangat tinggi terhadap diakses dari basis data berbahasa Inggris dan
kepatuhan petugas kesehatan melakukan hand Indonesia (EbscoHost, PubMed, ScienceDirect,
hygiene.(6) Google Scholar, Proquest) yang diterbitkan
Hal ini sesuai dengan penelitian dari tahun 2015 sampai tahun 2020. Dengan
Ernawati, Rachmi, & Wiyanto (2014)tentang menggunakan beberapa kata kunci,
Penerapan Hand Hygiene Perawat di Ruang diantaranya: Nurse Work Culture and
Rawat Inap Rumah Sakit didapatkan bahwa availability of facilities and Hand Hygiene,
pengamatan kepatuhan hand hygiene perawat referensi yang didapatkan kemudian dilakukan
ruang rawat inap rumah sakit masih rendah Screening berdasarkan Kriteria Inklusi dan
(35%).. Tingkat pengetahuan perawatsebagian eksklusi yang telah ditetapkan. Hal ini
besar (64%) masih kurang. Faktor potensial penelaah yakini dapat menjawab pertanyaan
yangberhubungan dengan kepatuhan hand klinis penelitian yang telah dibuat.

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 64
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

Pendekatan yang digunakan faktor yang berada di dalam Budaya Kerja dan
Framework PICO yaitu Populasi adalah Fasilitas Kerja, Outcame adalah pelaksanaan
Perawat / Petugas Kesehatan, Intervensi hand hygiene.
Fasilitas dan Budaya kerja, Comparasi Faktor-

Alur Pencarian Literature

I Penelusuan yang dilakukan melalui kata kunci Nurse Work Culture


D and availability of facilities and Hand Hygiene, diaksespada tanggal
E 22 Agustus 2020 pada dabase Perpusnas yang sudah terhubung
N
dengan 33 journal internasional (Prequest, Ebssco, Pomad, Scien
T
I direct, American Journal dll)
F
I
K Hasil didapat terdapat 1492 journal internasioanl
A
S
I Screening yang sesuai dengan sampel peneliti berjumlah 31
journal internasional
S
C
R Inklusi studi dalam penelitian berjumlah 6 jurnal
E  Ebsco berjumlah 1 Journal,
E  Popmad 3 Journal,
N  Scholar 1 Journal.
I  Sciendirect berjumalh 2 journal
N
G

3. HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 HASIL
Tabel 1. Karakteristik Journal
No Jurnal Tahun n %
1 Ebsco 2019 1 14.3
2 Pubmed 2017, 2019, 2020 3 42.8
3 Google Scholars 2019 1 14.3
4 Sciendirect 2017, 2018 2 28.6
Total 7 100

Tabel 1 menunjukkan publikasi publikasi oleh NCBI Pubmed, dengan jumlah 3


tentang hand hygiene sebagian besar di journal (42.8%)

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 65
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

Tabel 2. Variabel Yang Mempengaruhi Pelaksanaan Hand Hygiene


No Jurnal Variabel Jenis Penelitian n %
1 Pubmed Fasilitas Observational 1 14.28
study with a descriptive cross-
sectional design,
2 Pubmed Non Randomized Interventional 1 14.28
Fasilitas
Design
3 EbscoHost Fasilitas Cross sectional study combined 1 14.28
with observational with a survey.
4 Pubmed Budaya Kerja Cross Sectional Design 1 14.28
5 Sciencedirect Fasilitas A cross-sectional factorial survey 1 14.28
research study
6 Sciencedirect Budaya Kerja A mixed methods design employed 1 14.28
interviews with Islamic scholars,
nurses, doctors and allied health
professionals, followed by survey.
7 Google Budaya Kerja A Randomized Clinical Trial 1 14.28
Scholars
Total 7 100

Tabel 2 menunjukkan ketersediaan penunjang diruangan pasien dalam kondisi


fasilitas/ketersediaan sarana merupakan rusak.(8)
masalah utama bagi tenaga kesehatan Amos Nyamadzawo, et al. 2020
melakukan cuci tangan (57.12%). melakukan penelitian untuk mengukur tingkat
Menurut Tania, et al. (2019) yang kepatuhan perawat sebelum dan sesudah
melakukan penelitian untuk melihat diberikan intervensi, penelitian ini
ketersediaan fasilitas bila sesuai dengan menggunakan Alcohol-based handrub
kebutuhan atau tidak, dan peran serta portabel sebagai fasilitas baru untuk
koordinator dalam menyiapkan kebutuhan menunjang kepatuhan perawat dalam mencuci
untuk memenuhi kebutuhan dalam mencuci tangan, dalam penelitian lokasi penelitian
tangan. Hasil menunjukkan ketersediaan adalah rumah sakit dengan pendapatan yang
fasilitas penunjang untuk mencuci tangan rendah. Menurut Amos, ketersediaan fasilitas
belum memadai. Poster terkait untuk promosi penunjang untuk mencuci tangan kurang
kebiasaan mencuci tangan belum maksimal, menunjang, kondisi ini menguak fakta bahwa
yang hanya ditempatkan di tempat yang tidak kebiasaan mencuci tangan mempengaruhi
terlalu strategis, informasi di ruang perawatan risiko perawat membawa bakteri S. Aureus.
pasien tidak ditunjang dengan informasi Dalam penelitian menunjukkan tingkat
mengenai cuci tangan sehingga terdapat pengetahuan perawat tentang mencuci tangan
kesenjangan fasilitas yang tersedia untuk memiliki tingkat pengetahuan yang baik
perawat dan pasien, fasilitas penunjang yang mengenai konsep cuci tangan dan terstandar
tersedia untuk perawat sering mendapat WHO yang sesuai dengan panduan enam
perhatian lebih, sementara beberapa fasilitas langkah mencuci tangan dan lima momen

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 66
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

dalam mencuci tangan. Disisi lain kepatuhan signifikan dengan jenis kelamin laki-laki
mencuci tangan tidak sebanding dengan (63,5%), staf tidak terlatih (58,5%) dan tidak
pengetahuan yang dimiliki, hal ini berkaitan tersedianya tempat cuci tangan (60,4%).(10)
dengan ketersedian fasilitas untuk Laurence Bernard (2017) mengaitkan
memudahkan perawat melakukan cuci tangan. kebiasaan mencuci tangan dengan budaya
Hal lain yang ditemukan adalah, sebelum keselamatan dan manajemen resiko
intervensi, kebiasaan mencuci tangan ‘setelah biologis.Dimana menurutnya, kebiasaan
terkena cairan tubuh pasien’ (p=0.637) dan mencuci tangan dapat dipengaruhi oleh hal
‘sebelum tindakan aseptik’ (p=0.439) ini.Hasil menunjukkan rerata kebiasaan
menunjukkan angka yang tinggi sebelum mencuci tangan ada di rentang 35-77%.
intervensi dan sampai setelah intervensi. Hasil Adapun perapan hand hygiene yang tinggi
analisa statistik menunjukkan Terdapat berada di lokasi ketiga yaitu di Kanadian
peningkatan terhadap kepatuhan perawat Health Care Center. Hal ini dipengaruhi oleh
dalam mencuci tangan sebelum dan setelah budaya keselamatan yang ditunjang dengan,
intervensi dari 48.9% menjadi 67.7% tindak lanjut manajemen dengan nilai p value
(p<0.001) terutama mencuci tangan sebelum 0.005, umpan balik saat terjadi insiden dengan
dan sesudah kontak dengan pasien., kejadian nilai p value 0.005, supervisi pimpinan dengan
risiko perawat sebagai agen penular S. Aureus nilai p Value 0.001, unit budaya pembelajaran
mengalami penurunan yang signifikan 30.6% dengan nilai p Value 0.001, dukungan
menjadi 21% (p<0.031). Disimpulkan dalam pimpinan senior dan tingginya tingkat
penelitian ini bahwa, ketersediaan fasilitas keselamatan pasien ditempat kerja dengan
penunjuang, menjadi salah satu faktor nilai p Value 0.001.(5)
pendukung kepatuhan perawat melaksanakan Sheryl L. Chatfild. Et all (2017)
cuci tangan. Sedangkan risiko perawat memandang bahwa tugas perawat yang
menularkan atau membawa S. Aureus, senantiasa menjadi subjek penelitian tentang
menurun dikaitkan dengan adanya infeksi, dikarenakan tugasnya yang harus
peningkatan kepatuhan perawat untuk mencuci bersentuhan dengan pasien dan cairan tubuh
tangan.(9) pasien. Serangkaian penelitian yang dilakukan
Otman & Jonker (2018) dengan hasil pada perawat tentang faktor yang
observasi terhadap kepatuhan dalam lima mempengaruhi peningkatan kepatuhan dalam
momen mencuci tangan menunjukkan bahwa mencuci tangan.Hasil menunjukkan sebagian
ada korelasi yang signifikan antara besar faktor yang dapat mempengaruhi
pengetahuan, sikap, dan fasilitas, namun disisi kepatuhan tujuan yang jelas, Supervisi
lain kepatuhan dilaporkan buruk. Analisis pimpinan, pemantauan secara elektronik, dan
multivariat menunjukkan bahwa kepatuhan penghargaan, ketersediaan alat dan bahan
yang buruk secara statistik terkait secara penunjang seperti Alkohol cuci tangan.

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 67
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

Menurut Ng Wai Khuan, et al (2018) dalam kegiatan yang terkait membersihkan tangan.
Theory Planned of Behavior, tidak Salah satu cara untuk mencegah kontaminasi
menyebutkan secara spesifik pengaruh dari silang dari mikroorganisme sehingga dapat
agama dan keyakinan budaya terhadap menurunkan dan mencegah insiden kejadian
kebiasaan mencuci tangan, menjadi perdebatan infeksi nosokomial yaitu hand hygiene, baik
adalah penggunaan alkohol untuk mencuci itu melakukan proses cuci tangan atau
tangan, yang sebagaian agama memandangnya disinfeksi tangan merupakan. Salah satu cara
sebagai sebuah larangan, dan hasil penelitian terpenting dalam rangka pengontrolan infeksi
menunjukkan, agama dan keyakinan budaya. agar dapat mencegah infeksi nosokomial yaitu
mempengaruhi kebiasaan dalam mencuci dengan cara melaksanakan hand hygiene, baik
tangan.(11) melakukan cuci tangan ataupun hand
Ng Wai Khuan, et al (2018) melihat rubbing.(14)
bahwa dalam Theory Planned of Behavior, Hasil kajian literature yang ada, diketahui
tidak menyebutkan secara spesifik pengaruh bahwa budaya kerja merupakan satu faktor
dari agama dan keyakinan budaya terhadap yang dapat mempengaruhi kepatuhan
kebiasaan mencuci tangan, menjadi perdebatan seseorang dalam melakukakan cuci tangan.
adalah penggunaan alkohol untuk mencuci Dalam kajian ini penelitian tentang pengaruh
tangan, yang sebagaian agama memandangnya budaya kerja dibahas dalam penelitian yang
sebagai sebuah larangan, dan hasil penelitian dilakukan oleh Ng Whai Khuan, Ramon, et
menunjukkan, agama dan keyakinan budaya. all. (2018) yang memperlihatkan bahwa faktor
mempengaruhi kebiasaan dalam mencuci budaya kerja dapat berpengaruh terhadap
tangan.(12) penerapaan hand hygiene five moment.
Yew Fong lee, et al. (2019) dalam Dimana ketika budaya telah melekat pada diri
penelitian membandingkan keefektifan dari seseorang ataupun tim petugas keseahatan
dua model pendekatan yaitu pemberian akan menyebabkan perilaku positif seseorang
contoh oleh rekan sejawat, dan gaya dalam melakukan hand hygiene (12). Selain
kepemimpinan. Penelitian ini menunjukkan itu sikap seseorang dalam melakukan hand
bahwa kedua pendekatan memiliki pengaruh hygiene. Dalam jurnal ini indikator budaya
terhadap peningkatan kepatuhan dalam dalam hal ini dilihat dari pespektif agama yang
mencuci tangan. Sehingga kepemimpinan memilki keterkaitan dalam hal kebersihan diri,
otoritatif sebagai gaya yang paling diinginkan sehingga secara tidak lansung petugas
untuk perbaikan kepatuhan perawat dalam kesehatan yang berada di Uni Emirat Arab
mencuci tangan.(13) memiliki perilaku mensucikan diri sebelum
3.2 PEMBAHASAN melakukan tindakan.Hal ini telah tertuang
Hand hygiene merupakan istilah umum dalam agama. Prinsip seperti ini yang
yang biasa digunakan untuk menyatakan memberikan pengaruh sangat besar bagi

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 68
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

petugas kesehatan ketika budaya religi Menurut Nursalam (2020) Supervisi


sebelum melakukan tindakan harus mencuci penting dilakukan dalam kaitannya dengan
tangan dapat memberikan efek besar pada kepatuhan karena menurut Nursalam di rumah
perilaku petugas kesehatan dalam pelaksanaan sakit yang melaksanakan supervisi adalah
di tempat kerja dalam hal ini rumah sakit.(15) kepala ruangan. Kepala ruangan merupakan
Penelitian yang dilakukan oleh Triguno salah satu pelaksana dari supervisi dan juga
2012 bahwa budaya kerja merupakan suatu sebagai ujung tombak penentu tercapai atau
falsafah yang didasari oleh pandangan hidup tidaknya tujuan pelayanan kesehatan dirumah
sebagai nilai-nilai yang menjadi sifat, sakit, serta berperan dalam mengawasi
kebiasaan dan kekuatan pendorong, perawat pelaksana dalam melaksanakan
membudaya dalam kehidupan suatu kelompok praktik keperawatan diruang perawatan.
masyarakat atau organisasi, kemudian Peneliti berasumsi, bahwa, supervisi yang
tercermin dari sikap menjadi perilaku, dilakukan pimpinan dapat memacu perawat
kepercayaan, cita-cita, pendapat dan tindakan untuk lebih patuh dalam melakukan cuci
yang terwujud sebagai `kerja' atau `bekerja’. tangan.(17)Hal lain yang dapat mempengaruhi
Peneliti beranggapan bahwa pengaruh budaya kepatuhan seseorang dalam melakukan cuci
kerja berperan dalam mempengaruhi perilaku, tangan adalah dengan adanya fasilitas yang
dimana, ketika perilaku mencuci tangan mendukung dengan penerapan Hand Hygiene
menjadi bagian dari budaya kerja, maka akan itu sendiri. Dimana ketika seseorang akan
menjadi suatu kebiasaan.(16) melakukan cuci tangan maka dibutuhkan alat
Beberapa hal yang dapat membuat mendukung seperti Wastafel cuci tangan, Air
sesorang tidak patuh dalam mencuci tangan kran yang mendukung, APD yang lengkap,
selain faktor budaya kerja adalah supervisi Hundrub yang selalu terisi.(18)Hal ini sesuai
pimpinan, dimana supervisi ataupun dengan penelitian yang dilakukan oleh Tania,
pengawasan yang dilakukan oleh kepala Juliana, et all (2019) yang memperlihatkan
ruangan adalah hal yang menjadi point utama bahwa faktor sarana dan prasarana dapat
dalam menanamkan kepatuhan seseorang berpengaruh terhadap penerapaan dalam hand
untuk patuh dalam melakukan kegiataan sehari hygiene five moment dimana semakin bagus
hari. Hal ini sesuai dengan penelitian yang ataupun memadai sarana yang berada dalam
dilakukan oleh Bernard et all 2017 serta rumah sakit maka akan menyebabkan perilaku
Chatfield et all 2017 bahwa faktor yang seseorang dalam melakukan Hand hygiene.(8)
mempengaruhi seseorang melakukan cuci Penelitian yang dilakukan oleh Kurtz
tangan adalah faktor supervise maupun tipe 2018 bahwa ketersediaan sarana dan fasilitas
pemimpin dalam meorganisasi timnya yang merupakan salah satu faktor yang
berada di dalam ruangan.(11) memungkinkan seseorang untuk melakukan
suatu perilaku tertentu.Selain itu, perilaku

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 69
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

kepatuhan seseorang dalam menerapkan suatu UCAPAN TERIMA KASIH


program / kegiatan dipengaruhi faktor seperti Penulis mengucapkan terima kasih
ketersediaan alat pelindung diri.Penelitian kepada semua pihak yang telah memberikan
yang dilakukan oleh Cornelis 2018 bahwa dukungan dalam pembuatan Literatur Review
kepatuhan yang buruk bagi petugas kesehatan ini terutama kepada pengelola jurnal
dalam melakukan cuci tangan dengan tidak Gorontalo Journal Helath and Science
tersedianya tempat cuci tangan. Penulis Community.
berpendapat bahwa seseorang akan melakukan DAFTAR PUSTAKA
suatu tindakan apabila memiliki fasilitas 1. Pratama DH. Hubungan Antara Risiko
ataupun sarana yang memadai, ketika fasilitas Pekerjaan Manual Handling, Usia, Dan
memadai maka perawat akan disiplin dalam Masa Kerja Dengan Risiko Gangguan
melakukan cuci tangan seperti adanya SOP Sistem Muskuloskeletal Pada Pekerja
dalam melakukan cuci tangan yang baik dan Bagian Perakitan Penulangan Besi
benar, ataupun media poster tentang Beton Di PT.Wijaya Karya Beton
melakukan cuci tangan bagi pengunjung Tbk.Boyolali. Univ Muhammadiyah
maupun petugas kesehatan, ataupun tempat Surakarta. 2015;
mencuci tangan seperti Wastafel maupun 2. Nugraheni R, Tono S, Winarni S.
Hundrub itu sendiri.(19) Hal yang serupa Infeksi Nosokomial Di RSUD
diungkapkan oleh Sheryl L. Chatfild. Et al Setjonegoro Kabupaten Wonosobo.
2017 bahwa dari hasil observasi didapatkan Media Kesehat Masy Indones.
ketidak patuhan pelaksanaan kegiatan 2012;11(1):94–100.
kebersihan tangan disebabkan karena media 3. Ajeng FS Kurniawati, Satyabakti P,
yang digunakan kurang memadai seperti Arbianti N. Perbedaan Risiko Multidrug
campuran air pada sabun yang terlalu banyak, Resistance Organisms ( Mdros ). J Berk
tisu yang jarang tersedia, antiseptik berbasis Epidemiol. 2015;3(3):277–89.
alkohol murni tidak tersesida sehingga 4. Comer MM, Ibrahim M, Mcmillan VJ,
menimbulkan bau yang menyengat dan terasa Baker GG, Patterson SG. Reducing
panas ditangan serta lengket.(11) The Spread Of Infectious Desiease
4. KESIMPULAN Trough Hand Washing. J Ext. 2010;47
Fasilitas cuci tangan berupa (1).
ketersediaan antiseptik dan ketersediaan 5. Laurence B, Mélanie L-T. An
tempat cuci tangan yang mudah dijangkau Exploratory Study Of Safety Culture,
merupakan faktor yang dapat meningkatkan Biological Risk Management And
kepatuhan petugas keehatan dalam melakukan Hand Hygiene Of Healthcare
cuci tangan. Professionals. Vol. 74, International
Journal Of Laboratory Hematology.

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 70
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

2016. 827–837 Hal. Responses And Recommendations For


6. Agustanti N. Faktor-Faktor Yang Improvement Of Hand Hygiene
Mempengaruhi Kepatuhan Hand Compliance. Am J Infect Control.
Hygiene 5 Moment Pada Bidan Di 2017;
Ruang Bersalin. Naskah. 2017; 12. Wai Khuan N, Shaban RZ, Van De
7. Ernawati E, Rachmi AT, Wiyanto S. Mortel T. The Influence Of Religious
Penerapan Hand Hygiene Perawat DI And Cultural Beliefs On Hand Hygiene
Ruang Rawat Inap Rumah Sakit. J Behaviour In The United Arab
Kedokt Brawijaya. 2014;28 (1). Emirates. Infect Dis Heal [Internet].
8. T.S.B.S. M, J.D. O, P.B.T. G, T.C. L, 2018;23(4):225–36. Tersedia Pada:
C. Z, N.G. G. Infrastructure For Hand Https://Doi.Org/10.1016/J.Idh.2018.07.
Hygiene In A Teaching Hospital. Rev 004
Gauch Enferm [Internet]. 13. Lee YF, Mclaws ML, Ong LM, Amir
2019;40(Spe):E20180193. Tersedia Husin S, Chua HH, Wong SY, Et Al.
Pada: Hand Hygiene - Social Network
Http://Ovidsp.Ovid.Com/Ovidweb.Cgi Analysis Of Peer-Identified And
?T=JS&PAGE=Reference&D=Emexa Management-Selected Change Agents.
&NEWS=N&AN=625989287 Antimicrob Resist Infect Control.
9. Nyamadzawo A, Nishio J, Okada S, 2019;8(1):1–7.
Nyamakura R. Effect Of Using 14. Mani A, Shubangi A., Saini R. Hand
Portable Alcohol-Based Handrub On Hygiene Among Health Care Workers.
Nurses’ Hand Hygiene Compliance Indian J Dent Res. 2010;1.
And Nasal Carriage Of Staphylococcus 15. Ben Fredj S, Ben Cheikh A, Bhiri S,
Aureus In A Low-Income Health Ghali H, Khefacha S, Dhidah L, Et Al.
Setting. Am J Infect Control [Internet]. Multimodal Intervention Program To
2020;48(5):473–9. Tersedia Pada: Improve Hand Hygiene Compliance:
Https://Doi.Org/10.1016/J.Ajic.2020.0 Effectiveness And Challenges. J Egypt
2.007 Public Health Assoc. 2020;95(1).
10. Jonker C, Othman M. Hand Hygiene 16. Triguno, Gering S. Budaya Kerja
Among Hospital Staff: A Survey Of Organisasi Pemerintah. Jakarta:
Knowledge, Attitude, And Practice In Lembaga Administrasi Negara; 2012.
A General Hospital In Syria. J 17. Aditya Roy, Harahap J, Putra C.
Keperawatan Indones. 2018;21(3):139– Analisis Implementasi Hand Hygiene
49. Dan Perilaku Tenaga Kesehatan Dalam
11. Chatfield SL, Nolan R, Crawford H, Pelaksanaannya Di Rsud Dr. Rm.
Hallam JS. Acute Care Nurses’ Djoelham Binjai Roy. J Heal Sci ;

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 71
Journal Health and Science ;

Vol. 6, No. 1 (2022) : April

Gorontalo J Heal Sci. 2020;4(2):92– Https://Ejurnal.Ung.Ac.Id/Index.Php/Jj


105. hsr/Article/View/9798
18. Anshory Z, Hadidjaja D, Sulistiyowati 19. Kurtz SL. Introduction Of New Theory
I. Implementation Of Automatic For Hand Hygiene Surveillance:
Handwashing Waist For Covid-19 Healthcare Environment Theory. Res
Prevention. Jambura J Heal Sci Res Theory Nurs Pract. 2018;32(2):144–67.
[Internet]. 2021;3(2):154–61. Tersedia
Pada:

https://ejurnal.ung.ac.id/index.php/gojhes/index 72

You might also like