You are on page 1of 4

NOWOWOWO

BAB 1. Ucapan

“Apa yang terjadi pada hubungan kita nanti..? Apa yang terjadi pada masa depan kita
nanti..? Apakah kita masih bisa bertahan dengan hubungan yang seperti ini..?
Hastanta.., hanya kau saja sosok lelaki yang ku percaya. Kemarilah, mari kita
membangun rumah yang kita idamkan.., membentuk cerita indah saat berkeluarga,
menimang buah hati kita saat di ruang keluarga.
Hastanta.., akan ku tunggu kehadiran mu di kota ini.
-Ishya 2017.09.15” Ishya menulis surat dengan rasa rindu yang mendalam.
Ishya dan Hastanta sudah berpisah 5 tahun lama-nya. Masa Remaja mempertemukan
Ishya dan Hastanta, mereka bertemu disaat kondisi kedua pihak kurang
memungkinkan untuk berumur panjang.
Iya.. bila diceritakan akan panjang ceritanya. Akan ku jelaskan secara singkat,
mengapa kita bisa bertemu dan bertahan? Jawabannya cukup mudah. Kita bisa
bertemu karna, kita adalah sesosok anak yang kurang beruntung dengan kondisi
keluarga. Aku memiliki keluarga yang hancur. Hanya gelas kaca dan jari telunjuk saja
lah yang ku lihat saat kedua orangtua ku sedang berbicara. Aku sudah bosan melihat
gelas kaca dan piring terbang, oh tidak! Mereka mulai menaikan nada bicara mereka,
itu.. membuat telinga ku sakit.. ah sialan, sekarang kalimat kasar yang ku dengar
sekian kalinya. Aku sudah tidak tahan dengan kondisi ini, aku akan pergi dari
bangunan hancur ini.
Lihat, walaupun aku pergi secara terang-terangan, mereka tetap saja melanjutkan
obrolan mereka yang menyebalkan. “Merepotkan saja, mengapa mereka terus
menerus marah? Apakah ini salah Ishya karena Ishya lahir di dunia ini? Mengapa
Mama tidak menggugurkan Ishya saja? Apakah Mama sengaja mengajak Ishya buat
merasakan pahitnya hidup Mama dan Papa? Melelahkan.” (Ishya terus menerus
marah karena merasa kurang kasih sayang dari orang tuanya). Rasanya ingin ku
lempar batu kecil agar Mama dan Papa tidak saling bertengkar lagi. Tapi.. apalah daya
Ishya yang hanya bisa menangis merengek agar mereka berhenti bertengkar. “Sialan
sialan sialan, kenapa masa remaja ku tidak seperti yang lain? Aku hanya ingin
dirayakan saat ulang tahun” (Ishya tiba tiba terdiam di tempat). “Tapi.. kenapa kalian
terus menerus bertengkar disaat aku sedang menambah umur? Aku benci Mama dan
Papa.” Pada saat itu, aku merasa sangat sangat putus asa karena sudah dilahirkan di
dunia ini. Andai saja Mama tidak ceroboh saat remaja.
Pada saat aku sedang marah terhadap kondisi keluarga, aku berjalan menuju ke Taman
kota. Disitu sangat sejuk, damai, dan menenangkan hati ku. Aku berlari menuju ke
tempat favorit sembari mengusap air mata, lega rasanya pada saat duduk di dekat
kolam ikan hias, ikannya sangat indah, mereka tampak bahagia walaupun hanya
makan saja. Astaga, karena terpacu sama ikan, aku sampai tidak sadar bahwa di
sampingku ada seorang lelaki yang menangis. Aku tidak berpikir panjang, dengan
naluri yang spontan, aku memegang jari sang lelaki itu dan berkata “kamu melarikan
diri mu dari rumah?” dia pun terkejut. Ia membalas ucapan Ishya, “kenapa kamu tau..?
kamu juga melarikan diri?” ucap si laki itu dengan raut wajah yang penasaran. Ishya
spontan menjawab “iya! Aku sangat membenci kedua orang tuaku. Mereka tidak
merayakan ulang tahun ku dan mereka terus menerus bertengkar sambil melempar
gelas atau piring!” ucap Ishya dengan wajah yang cemberut, namun dibalik wajah
cemberutnya itu, Ishya diam diam menahan nangis karena mengingat kejadian di
siang hari tadi.
Lelaki itu menepuk pundak Ishya sambil bertanya “nama mu siapa? Aku Hastanta.
Panggil senyamannya saja” ucap Hastanta sambil tersenyum dan mengusap air mata
Ishya. “nama ku Ishya, umurku baru 16 tahun. Ya, aku sangat lemah” ucap Ishya
dengan wajah yang murung “mulai hari ini aku membenci hari kelahiran ku.” Ucap
Ishya dengan tangan yang menutupi wajahnya. Hastanta mendengar ucapan Ishya
langsung berdiri dan bergegas berlari menuju area makanan. Setelah melihat aksi
Hastanta yang secara tiba-tiba berlari, Ishya pun mulai bingung dan berbatin “hah?
Kenapa lari? Perasaan dia barusan tanya nama deh” ucap Ishya dengan raut wajah
yang bingung “se seram itu kah namaku? Apa dia lapar? Ntah lah” ucap Ishya dalam
hati.
Hastanta pun berlari kembali menuju Ishya, Ishya terlihat terkejut dan senang karena
Hastanta membawa 2 ice cream kesukaan Ishya. “ini buat kamu” ucap Hastanta
sambil menodongkan ice cream, “terimakasih ya Hastanta, padahal kita baru kenal..”
ucap Ishya sambil tersenyum sembari mengambil ice cream yang di berikan oleh
Hastanta. Ishya mulai memakan ice cream tersebut dengan wajah yang berbunga-
bunga, “oh iya, Ishya” Hastanta tiba tiba memanggil Ishya disaat Ishya menikmati ice
creamnya, “ada apa ta? Aku cemong kah?” ucap Ishya sembari mengusap pipi nya,
“haha ngga kok, aku Cuma mau mengucapkan selamat ulang tahun ya Ishya” (ucap
Hastanta dengan wajah tersenyum) “aku tau ini berat untuk kita, tapi ayo kita
teruskan perjalanan kita hingga maut memisahkan kita.” Ucap Hastanta dengan wajah
yang serius.
Ishya hanya terdiam dan tidak bisa berkata apa apa. Tiba-tiba, air matanya menetes
kembali. “hah?” hanya satu kata saja yang di ucapkan oleh Ishya, Ishya masih belum
bisa menerima kenyataan. Ia sama sekali tidak pernah di ucapkan “selamat ulang
tahun” “semoga panjang umur” dan lain-lainnya. Ini benar benar pertama kalinya
Ishya di ucapkan “selamat ulang tahun” oleh seseorang. “terimakasih.. terimakasih
terimakasih Hastanta” ucapnya sembari menangis tersedu-sedu “aku sama sekali tidak
menyangka kau akan mengucapkan itu kepadaku.” “akan ku tarik perkataanku tadi,
mulai detik ini aku akan mencintai hari kelahiranku. Terimakasih Hastanta..” ucap
Isyha dengan wajah senyum yang lebar dan indah.
Sore itu suasana mulai mencair, Ishya dan Hastanta tersenyum lebar setelah di usik
oleh cobaan dunia. Suasana mulai berdamai dengan sendirinya, namun mereka
bingung karena tak ada tempat lagi untuk berteduh. Hari mulai menjelang malam,
Ishya pun membuat keputusan bahwa dia akan serumah dengan tante-nya yang sedang
kuliah. Hastanta pun juga membuat keputusan, dia akan tinggal bersama neneknya.
Waktu yang sangat cepat berlalu, membuat mereka mengatakan “sampai jumpa”
dengan perasaan yang mengganjal. Mereka membuat janji untuk bertemu lagi untuk
ke-esokan hari nya di tempat ini. Taman ini akan menjadi cerita indah Ishya dan
Hastanta selama remaja. Mereka masih bersekolah dan masih mampu untuk
membayar biaya sekolah. Namun, hanya kondisi rumahnya saja yang tidak mampu
menghangatkan suasana.
Ishya berjalan kaki ke Rumah tante-nya yang bernama “Sisyanti” yang bisa di panggil
akrab dengan “Yaya”. Sesampainya dirumah Tante Yaya, Ishya mengetuk pintu
sebanyak 5 kali. “duh, tante Yaya di rumah ga ya? Jangan jangan dia lagi ada jadwal
kuliah malam?” ucap Ishya yang mulai panik. Karena Ishya merasa kelelahan, ia tiba
tiba duduk di depan pintu sembari memandang bintang yang indah di langit, “bintang
yang indah.. mereka berkumpul walaupun jarak memisahkan mereka..” “apakah.. aku
bisa menjadi bintang? Atau aku dan Hastanta adalah bintang?” ujar Ishya yang sedang
mengantuk. Tanpa Ishya sadari, Ishya tertidur di depan pintu rumah Tante Yaya. Yang
di duga oleh Ishya benar, pada saat itu Tante Yaya sedang ada jadwal kuliah malam. Ia
terkejut melihat ponakannya yang sedang tertidur pulas di depan pintu rumahnya. “loh
kok Ishya disini?” ucap tante Yaya, tante Yaya mulai berusaha membangunkan Ishya
yang sedang tertidur pulas. “Ishya bangun.. disini dingin, yuk ikut tante masuk ke
rumah” tutur tante Yaya dengan lembut. Ishya pada saat itu setengah sadar dari
kondisinya, ia akhirnya terbangun dan menuju sofa. Ia tidur pulas di sofa, tante Yaya
merasa kasihan terhadap kondisi Ishya. Tante Yaya membawa selimut untuk Ishya,
“Ishya.. aku harap suatu saat nanti kamu memiliki kondisi keluarga yang lebih baik
daripada ini.. jangan ceroboh ya..” tutur tante Yaya dengan nada yang halus dan
lembut.
Meskipun kondisi Ishya sangat mengantuk, tetapi ia masih sempat mendengarkan
ucapan tante-nya yang samar-samar namun dapat menyentuh hati Ishya. Ishya
berpura-pura tidak mendengarkan ucapan tante nya itu, karena ia tidak tau harus
menjawab dengan ekspresi seperti apa.

BAB 2. Ungkapan

You might also like