You are on page 1of 7

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berkembangnya perbankan di Indonesia sangatlah pesat. Tetapi masyarakat luas

belum memahami apa itu bank. Masyarakat khususnya di Indonesia hanya mengetahui

sepotong-sepotong saja dan hanya memahami bank sebatas tempat untuk menyimpan dan

meminjam uang saja, bahkan terkadang masyarakat sama sekali belum mengetahui apa

itu bank. Secara sederhana bank dapat diartikan sebagai lembaga yang kegiatan usahanya

adalah menghimpun dan dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana tersebut ke

masyarakat serta memberikan jasa-jasa bank lainnya. 1 Munculnya perbankan yang

berdasarkan syariah islam ini sangat bermanfaat bagi masyarakat, karena dalam

perbankan syariah tidak mengenal adanya riba. Dan juga produk perbankan syariah ini

lebih banyak daripada bank konvensional. Perbankan syariah tidak mengenal riba tetapi

mengenal system bagi hasil. Bank syariah mempunyai empat prinsip utama yang

mendasari kinerja dari bank syariah. Diantaranya adalah prinsip perbankan non riba,

prinsip perniagaan halal dan tidak haram, prinsip keridhaan dari pihak-pihak yang

berkontrak, dan prinsip penggunaan dan yang amanah, jujur, dan bertanggungjawab.

Kegiatan perbankan syariah ini tidak akan jauh dari mobilisasi dana dari masyarakat

yang menanamkan modalnya di bank syariah. Bank syariah memiliki prinsip yang harus

sesuai dengan syariah Islam, untuk menjaga prinsip ini tetap ada dan perbankan syariah

tetap berjalan sesuai dengan syariah Islam maka diperlukan adanya Dewan Pengawas

Syariah (DPS). Dewan Pengawas Syariah ini diatur dalam pasal 5 (1) Peraturan

Pemerintah Nomor 72 tahun 1992 tentang Bank yang Berdasarkan Prinsip Syariah. DPS

harus mengawasi transaksi-transaksi yang berlaku di perbankan syariah, karena transaksi

dalam bank syariah sangat khusus jika dibandingkan dengan bank konvensional.
1
Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, Rajawali Pers, 2014. hlm. 3

1
Disinilah tugas DPS untuk menentukan garis panduan untuk mengaturnya. Garis panduan

ini disusun dan ditentukan oleh Dewan Syariah Nasional. Tugas yang lain dari DPS

adalah meneliti dan membuat rekomendasi produk bari dari bank yang diawasinya. Dapat

diartikan bahwa peran DPS ini adalah sebagai penyaring pertama sebelum auatu produk

diteliti kembali dan difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional.2

Bank Syariah melakukan pembiayaannya menggunakan system hybrid contract

dalam satu bentuk pembiayaan ada lebih dari satu akad. Hybrid Contract menurut Al-

Imrani adalah kesepakatan dua pihak untuk melaksanakan suatu akad yang mengandung

dua akad atau lebih –seperti jual beli dengan sewa menyewa, hibah, wakalah, qardh,

muzara’ah, sahraf (penukaran mata uang), syirkah, mudharabah, murabahah... dst.—

sehingga semua akibat hukum akad-akad yang terhimpun tersebut, serta semua hak dan

kewajiban yang ditimbulkannya dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat

dipisahkan, sebagaimana akibat hukum dari satu akad. 3 Hybrid Contract ini muncul

karena akad tunggal sudah tidak mampu merespon transaksi keuangan kontemporer.

Sehingga, metode hybrid contract ini menjadi metode unggulan dalam mengembangkan

produk perbankan syariah. Makalah ini akan membahas bagaimanakah keabsahan hybrid

contract dalam sebuah akad.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah keabsahan hybrid contract dalam sebuah?

2
Ibid. hlm. 31
3
Muhammad, Bisnis Syariah : Transaksi dan Pola Pengikatannya, Depok, Raja Grafindo, 2018. hlm. 248

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Keabsahan Hybrid Contract dalam sebuah akad

Salah satu pilar penting untuk menciptakan produk perbankan dan keuangan

syariah dalam menyahuti tuntutan kebutuhan masyarakat modern, adalah

pengembangan hibryd conctract (multi akad). Bentuk akad tunggal sudah tidak mampu

meresponi transaksi keuangan kontemporer. Metode hybrid contract seharusnya menjadi

unggulan dalam pengembangan produk. Dr.Mabid Al-Jarhi, mantan direktur IRTI IDB

pernah mengatakan, kombinasi akad di zaman sekarang adalah sebuah keniscayaan.

Literatur ekonomi syariah yang ada di Indonesia sudah lama mengembangkan teori

bahwa syariah tidak membolehkan dua akad dalam satu transaksi akad (two in one).

Larangan ini ditafsirkan secara dangkal dan salah, sehingga menyempitkan

pengembangan produk bank syariah. Padahal syariah membolehkannya dalam ruang

lingkup yang sangat luas. Harus difahami, bahwa larangan two in one hanya terbatas

dalam dua kasus saja sesuai dengan sabda-sabda Nabi Muhammad SAW yang terkait

dengan itu.

Two in one tidak boleh diperluas kepada masalah lain yang tidak relevan dan tidak

pas konteksnya. Para dosen, ahli ekonomi syariah, bankir syariah dan konsultan harus

mempelajari secara mendalam pandangan ulama tentang akad two in one dan al-ukud al-

murakkabah, agar pemahaman terhadap design kontrak syariah, bisa lebih komprehensif,

dinamis dan tidak kaku. Kekakuan itu bisa terjadi karena kedangkalan metodologis

syariah dan kelangkaan litaratur yang sampai kepada kita. Memang ada tiga buah hadits

Nabi Saw yang menunjukkan larangan penggunaan hybrid contract. Ketiga hadits itu

berisi tiga larangan, pertama larangan bay’ dan salaf, larangan bai’ataini fi bai’atin,

dan larangan shafqataini fi shafqatin. Ketiga hadits itulah yang selalu dijadikan rujukan

3
para konsultan dan banker syariah tentang larangan two in one. Namun harus dicatat,

larangan itu hanya berlaku kepada dua kasus, karena maksud hadits kedua dan ketiga

sama, walaupun redaksinya berbeda.

Beberapa pandangan ulama tentang hybrid contract seperti Aliudin Za’tary dalam

buku Fiqh Muamalah Al-Maliyah al-Muqaran mengatakan “Tidak ada larangan dalam

syariah tentang penggabungan dua akad dalam satu transaksi, baik akad pertukaran

(bisnis) maupun akad tabarru’. Hal ini berdasarkan keumuman dalil-dalil yang

memerintahkan untuk memenuhi (wafa) syarat-syarat dan akad-akad”.

Mayoritas ulama Hanafiyah, sebagian pendapat ulama Malikiyah, ulama

Syafi’iyah, dan Hanbali berpendapat bahwa hukum hybrid contract adalah sah dan

diperbolehkan menurut syariat Islam. Ulama yang membolehkan beralasan bahwa

hukum asal dari akad adalah boleh dan sah, tidak diharamkan dan dibatalkan selama

tidak ada dalil hukum yang mengharamkan atau membatalkannya. 4 Kecuali

menggabungkan dua akad yang menimbulkan riba atau menyerupai riba, seperti

menggabungkan qardh dengan akad yang lain, karena adanya larangan hadits

menggabungkan jual beli dan qardh. Demikian pula menggabungkan jual beli cicilan

dan jual beli cash dalam satu transaksi.

Menurut Ibn Taimiyah, hukum asal dari segala muamalat di dunia adalah boleh

kecuali yang diharamkan Allah dan Rasulnya, tiada yang haram kecuali yang

diharamkan Allah, dan tidak ada agama kecuali yang disyariatkan. Nazih Hammad

dalam buku al-’Uqûd al-Murakkabah fi al-Fiqh al-Islâmy menuliskan, ”Hukum dasar

dalam syara’ adalah bolehnya melakukan transaksi hybrid contract , selama setiap akad

yang membangunnya ketika dilakukan sendiri-sendiri hukumnya boleh dan tidak ada

dalil yang melarangnya. Ketika ada dalil yang melarang, maka dalil itu tidak

diberlakukan secara umum, tetapi mengecualikan pada kasus yang diharamkan menurut
4
Al-‘Imrâni, Al-’uqûd al-Mâliyah al-Murakkabah, hal. 69

4
dalil itu. Karena itu, kasus itu dikatakan sebagai pengecualian atas kaidah umum yang

berlaku yaitu mengenai kebebasan melakukan akad dan menjalankan perjanjian yang

telah disepakati.

5
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa penggunaan hybrid contract dapat di benarkan dan dapat

dilaksanakan oleh perbankan Syariah. Karena sistem akad tunggal yang sudah tidak

mampu untuk merespon pembiayaan dari masyarakat. Penggunaan hybrid contract juga

disahkan oleh para ulama.

B. Saran

Perbankan Syariah harus mampu memenuhi transaksi keuangan nasabah dengan

mau menggunakan sistem hybrid contract yang benar dan harus seuai dengan Syariah

islam.

6
Daftar Pustaka

 Buku

Kasmir D, Dasar-Dasar Perbankan, Jakarta, Rajawali Pers; 2014.

Muhammad, Bisnis Syariah : Transaksi dan Pola Pengikatannya, Depok, Raja Grafindo,

2018.

Al-‘Imrâni, Al-’uqûd al-Mâliyah al-Murakkabah,

 Internet

https://bocahkampus.com/contoh-kata-pengantar

http://www.agustiantocentre.com/?p=68

You might also like