You are on page 1of 16

TUGAS MANDIRI KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

RESUME SHARING JURNAL

Disusun Oleh :

NUR WAHYU ABDULLAH

225070209111002

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

DEPARTEMEN KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2023

Resume Sharing Jurnal Keperawatan Medikal Bedah

Gangguan Sistem Kardiovaskuler

“Exercise-Based Cardiac Rehabilitation For Coronary Heart Disease”

Pendahuluan

Resume yang pertama di bawakan oleh kelompok 1 dimana membahas tentang


bagaimana cara untuk mengetahui penerapan latihan fisik aerobic terhadap penyakit jantung
koroner pada beberapa jurnal yang di paparkan dalam presentasi tersebut.

Latar belakang

Kelompok ini menjelaskan bahwa Salah satu penyakit sistem kardiovaskuler yang
menduduki peringkat pertama penyebab kematian di dunia adalah penyakit jantung koroner.
Penyakit Jantung Koroner atau PJK terjadi akibat penyempitan atau penyumbatan di dinding
nadi koroner karena adanya endapan lemak dan kolesterol sehingga mengakibatkan suplai
darah ke jantung menjadi terganggu. Kelompok ini juga menyatakan bahwa Gaya hidup yang
tidak sehat merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular

Kelompok ini menemukan pilihan tindakan preventif pada berbagai jurnal yaitu
dengan cara memulai dari perubahan pola makan, gaya hidup, dan olahraga untuk
menciptakan kebugaran fisik yang baik. Kelompok ini juga menerangkan bahwa Aerobic
Exercise adalah tipe kondisi kardiovaskuler yang biasa disebut dengan cardioa yang secara
definisi yaitu, aerobik diartikan dengan oksigen, dimana latihan aerobik adalah segala jenis
latihan yang dilakukan dengan oksigen untuk menjaga kesehatan jantung, paru-paru dan
sirkulasi tubuh.

Salah satu latihan aerobik yanng di jelaskan oleh kelompok ini yaitu dengan
berjalankaki pada penderita penyakit jantung koroner, selain mudah dan tidak memerlukan
biaya seperti alat gym, jalan kaki tidak memerlukan keahlian khusus dalam penerapanya
kecuali seseorang yang memiliki keterbatasan fisik dan penurunan kesadaran.

Tujuan & Manfaat

Kelompo ini mengatakan bahwa tujuan dari resume jurnal ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana penerapan latihan fisik aerobic terhadap penyakit jantung koroner pada beberapa
jurnal. Dan Diharapkan dapat bermanfaat pada tenaga kesehatan untuk meningkatkan kualitas
hidup dengan menerapkan latihan fisik aerobic pada penderita penyakit jantung koroner.

Identitas Jurnal
Jurnal yang di ambil berjudul Exercise-based cardiac rehabilitation for coronary heart
disease: a meta-analysis, penulisnya adalah Grace O. Dibben, James Faulkner, Neil Oldridge,
Karen Rees, David R. Thompson, Ann-Dorthe Zwisler, dan Rod S. Taylor, dengan nama
jurnal European Heart Journal yang di terbitkan oleh PubMed pada tahun 2023.

Metode

Penelitian sebelumnya dari uji coba terkontrol secara acak (RCT) dipertanyakan.
Karena itu, meta-analisis kontemporer yang diperbarui telah dilakukan dan di validasi.

Hasil

Jurnal ini telah meneliti sebanyak 85 uji coba terkontrol secara acak yang melibatkan
23.430 peserta dengan median masa tindak lanjut 12 bulan dimasukkan. Secara keseluruhan,
rehabilitasi jantung berbasis olahraga dikaitkan dengan penurunan risiko kematian
kardiovaskular yang signifikan [rasio risiko (RR): 0,74, interval kepercayaan 95%.
Manajemen olahraga yang diberikan bersifat aerobic dengan dosis intervensi olahraga sangat
bervariasi, dengan frekuensi berkisar antara 1 dan 7 sesi per minggu, lama sesi berkisar antara
20 dan 90 menit.

Penerapannya Di Indonesia

Untuk penerapan Exercise-Based tersebut di Indonesia kelompok ini menemukan


jurnal keperawatan berbasis olahraga pada pasien jantung coroner sebagai berikut :

1. (Kritpracha et al., 2023) yang berjudul “Pengaruh Efikasi Diri Meningkatkan Program
Rehabilitasi Jantung Terhadap Perilaku Kesehatan Pasien Infark Miokard Di Aceh”

2. “Pentingnya Rehabilitasi Jantung Untuk Pasien Penyakit Jantung Koroner”

3. “Faktor – Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner (Pjk)
Di Rsud Dr. (H.C.) Ir. Soekarno Provinsi Bangka Belitung”

Didapatkan hasil bahwa penerapan intervensi keperawatan berbasis olahraga pada


pasien jantung coroner terbukti efektif dalam meningkatkan kualitas hidup pasien dengan
jantung coroner, dan mempertahankan tingkat kebugaran kardiovaskular.

Adapun penjelasan dari kelompok 1 yaitu dari beberapa jurnal yang telah di bahas
disimpulkan bahwa rencana latian aerobic jalan kaki pada penderita penyakit jantung koroner
dilakukan tiga kali dalam seminggu dalam jangka waktu delapan minggu atau sekitar 2 bulan
dilakukan dalam tiga sesi yaitu :

1. Sesi pertama melakukan peregangan atau stretching dengan tujuan untuk melemaskan
otot selama 5-10 menit.

2. Sesi kedua yaitu Latihan jalan kaki selama minimal 6 menit maksimal 10 menit dalam
lintasan sepanjang 30 m.
3. Sesi ketiga yaitu pendinginan dilakukan maksimal 10 menit. Sehingga Latihan aerobik
pada pasien dengan jantung coroner dilakukan selama 30 menit

Kesimpulan & Saran

Dari kelompok 1 menyimpulkn bahwa berdasarkan hasil diskusi yang telah dapatkan
dalam sharing beberapa jurnal penelitian yang menguji tentang rehabilitasi jantung berbasis
latihan untuk penyakit jantung koroner. Setelah diberikan beberapa jenis latihan dan durasi
waktu yang berbeda antara satu penelitian dengan penelitian lainnya ternyata mendapatkan
hasil yang sama yaitu memberikan kualitas hidup yang baik serta menurunnya angka
kematian secara klinis bagi penderita penyakit jantung koroner.

Kelompok ini juga menyarankan agar peneliti berikutnya bisa meneliti efek samping
penerapan latihan pada penyakit jantung koroner tersebut.

Gangguan Sistem Respirasi

“Respiratory functional exercises on pulmonary function and self-care ability in patients


with pulmonary tuberculosis: results of a randomized trial “

Pendahuluan

Pemaparan ini di bawakan oleh kelompok 2 yang membahas tentang sistem respirasi
pada penyakit tuberkulosis paru

Identitas Jurnal

Dari hasil diskusi kelompok 2 mendapatkan jurnal dengan judul “Pengaruh Intervensi
Keperawatan Komprehensif yang Dikombinasikan dengan Latihan Fungsional Pernapasan
Terhadap Fungsi Paru dan Kemampuan Perawatan Diri Pada Pasien Tuberkulosis Paru” yang
ditulis oleh Zhaojia Xu, Wenwei Chen, Xiaosong Li, yang di terbitkan oleh Annals of
Palliative Medicine pada tahun 2021.

Latar Belakang

Pada jurnal ini membahas Tuberkulosis paru, yang juga dikenal sebagai wabah putih,
adalah penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis dan
terutama ditularkan melalui saluran pernapasan. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO), tuberculosis paru mempengaruhi puluhan juta orang di seluruh dunia setiap tahun.

Dalam beberapa tahun terakhir, keperawatan fungsional pernapasan telah diakui


secara klinis sebagai terapi non-medis. Terapi ini melibatkan latihan fungsional pernapasan
yang efektif yang dapat meningkatkan toleransi tubuh, meringankan dispnea, dan
meningkatkan kekebalan pada pasien.
Metode

Kelompok menerangkan bahwa pada jurnal ini sebanyak 150 pasien tuberkulosis paru
yang dirawat di rumah sakit dari Januari 2017 hingga Desember 2018 dipilih sebagai peserta
penelitian. Pasien dibagi secara acak menjadi kelompok kontrol (n=75) dan kelompok
eksperimen (n=75), Pada kelompok kontrol, 59 pasien menderita tuberculosis paru infiltratif,
11 pasien menderita pleuritis tuberkulosis, dan 5 pasien menderita tuberculosis paru
diseminata hematogen. Dalam kelompok eksperimen, 57 pasien mengalami tuberculosis paru
infiltratif, 12 orang menderita pleuritis tuberkulosis, dan 6 orang menderita tuberkulosis paru
yang disebarluaskan secara hematogen.

Hasil:

Hasil dari diskusi yaitu setelah pemberian intervensi keperawatan, fungsi paru dan
kemampuan perawatan diri pasien pada kelompok eksperimen secara signifikan lebih tinggi
dibandingkan pada kelompok kontrol. Skor skala dispnea pasien pada kedua kelompok pada
skala dispnea berjalan kaki 6 menit (6MWD) dan Modified Medical Research Council
(mMRC) secara signifikan lebih tinggi setelah intervensi keperawatan dibandingkan sebelum
intervensi.

Kesimpulan:

Dari hasil diskusi kelompok 2 memperoleh kesimpulan bahwa intervensi keperawatan


komprehensif yang dipadukan dengan latihan fungsional pernafasan dapat meningkatkan
fungsi paru, kemampuan perawatan diri, dan kualitas hidup pasien tuberkulosis paru.
Meningkatkan Pemahaman pasien tentang penyakit tuberkulosis dan merangsang rasa
tanggung jawab mereka terhadap manajemen kesehatan merupakan penerapan klinis yang
berharga dan harus didorong

Relevansi Jurnal Dengan Kasus Yang Di Bahas

Kelompok mejelaskan bahwa ada beberapa penelitian yang membuktikan bahwa


jurnal yang diambil dan latihan fungsional yang di berikan relevan dengan kasus yang dibahas
yaitu melalui peninjauan dari beberapa artikel atau jurnal diantaranya :

1. Studi oleh Ngai dkk. (23) tentang keperawatan rehabilitasi pernapasan telah menunjukkan
bahwa latihan fungsional pernapasan yang ilmiah dan masuk akal dapat secara signifikan
meningkatkan fungsi paru pasien tuberkulosis paru, meningkatkan daya tahan tubuh, dan
selanjutnya dapat meningkatkan kemampuan perawatan diri.

2. Berdasarkan jurnal penelitian ”Membandingkan efek dari tiga teknik pernapasan pada
fungsi paru, kapasitas fungsional dan tugas fungsional kehidupan sehari-hari pada pasien
berikut katup operasi penggantian” bertujuan untuk mengevaluasi efek pernapasan
diafragma (DB), aliran (FS) dan spirometer insentif berorientasi volume (VS) pada pasien
yang menjalani operasi penggantian katup terbuka. Studi pertama yang membandingkan
efek tiga pernapasan teknik pada fungsi paru, kapasitas fungsional dan kehidupan sehari-
hari (Alaparthi et al., 2021).
3. Jurnal penelitian “Pengaruh Latihan Nafas Dalam Terhadap Konsentrasi Oksigen Darah
Di Perifer Pada Penderita Tuberkulosis Paru” oleh Siti Aminah pada 2016 di RSAU dr.
M. Salamun. Berdasarkan hasil analisis dari penelitian ini disimpulkan Terdapat
pengaruh latihan napas dalam terhadap peningkatan konsentrasi oksigen darah di perifer
pada penderita tuberculosis paru di RSAU dr. M. Salamun dengan p value (0.000) < α
(0,05).

4. Menurut Sherwood (2012) bahwa pada saat latihan nafas dalam dilakukan akan
menyebabkan terjadinya peregangan alveolus. Peregangan alveolus ini akan merangsang
pengeluaran surfaktan yang disekresikan oleh sel-sel alveolus tipe II yang mengakibatkan
tegangan permukaan alveolus dapat diturunkan. Dengan menurunnya tegangan
permukaan alveolus, memberikan keuntungan untuk meningkatkan compliance paru dan
menurunkan paru menciut sehingga paru tidak mudah kolaps.Latihan pernafasan juga
dapat meningkatkan pengembangan paru sehingga ventilasi alveoli meningkat dan akan
meningkatkan konsentrasi oksigen dalam darah sehingga kebutuhan oksigen terpenuhi.

5. Menurut hasil diskusi kelompok mendapatkan hasil bahwa penerapan napas pada
penelitian tersebut sudah relevan dengan penelitian “Effects of comprehensive nursing
intervention combined with respiratory functional exercises on pulmonary function and
self-care ability in patients with pulmonary tuberculosis: results of a randomized trial”
yang didapatkan adanya perubahan konsentrasi oksigen pada pasien dengan tuberculosis.
Latihan nafas dalam yang teratur juga akan mengakibatkan meningkatnya aktifitas beta
adrenergik saluran pernafasan yang menyebabkan terjadinya dilatasi bronkus dan
menghambat sekresi mukus, sehingga paru dapat memasukkan dan mengeluarkan udara
dengan lebih baik serta meningkatan fungsi paru.

Kesimpulan & Saran

Dari hasil diskusi kelompok mendapatkan kesimpulan bahwa untuk mengurangi


gejala utama pasien dengan TBC Paru yaitu sesak napas, maka diperlukan intervensi seperti
latihan yang bisa dilakukan oleh pasien secara mandiri seperti latihan atur napas yang telah
diteliti efektifitasnya. Hasil penelitian pada kasus ini menunjukan bahwa Latihan napas serta
kombinasi perawatan yang komprehensif memang efektif meningkatkan fungsi paru. Hal ini
dibuktikan oleh kemampuan perawatan diri pasien pada kelompok eksperimen secara
signifikan lebih tinggi dibandingkan pada kelompok control.

Saran yang di berikan oleh kelompok yaitu diharapkan perawat dapat memotivasi dan
memberikan edukasi pada klien dengan TBC paru mengenai efektivitas Latihan napas
terhadap penurunan frekuensi napas. Perawat harus menjelaskan rasionalitas dari latihan
tersebut sehingga dengan mengetahui rasionalnya, pasien mampu mengaplikasikan latihan
napas ketika mengalami sesak napas. Hal tersebut diharapkan dapat membantu pasien dalam
mengatasi sesak napas yang dialami secara mandiri dengan dibantu perawatan yang
komprehensif dari perawat, dokter, dan petugas kesehatan lain
Gangguan Sistem Hematologi

Leukemia

Pendahuluan

Materi Gangguan Sistem Hematologi dari kelompok saya sendiri yaitu kelompok 3
khususnya tertuju pada penanganan leukemia meloyd akut berupa terapi komplementer
diantaranya adalah latihan atau olahraga berdasarkan fungsi fisik pada orang dewasa yang
menjalani terapi induksi yang akan kami bahas pada penelitian ini.

Identitas Jurnal
Jurnal yang kami ambil berjudul “The Effects of Exercise on Patient-Reported
Outcomes and Performance-Based Physical Function in Adults With Acute Leukemia
Undergoing Induction Therapy: Exercise and Quality of Life in Acute Leukemia (EQUAL)”.
Jurnal ini di teliti atau di tulis oleh Ashley Leak Bryant, PhD, RN-BC, OCN. Allison M. Deal,
MS. Claudio L. Battaglini, PhD, FACSM. Brett Phillips, MA, CCRP. Mackenzi Pergolotti,
PhD, OTR/L. Erin Coffman, MA. Matthew C. Foster, MD. William A. Wood, MD, MPH.
Charlotte Bailey, MA. Anthony C. Hackney, PhD, DSc. Deborah K. Mayer, PhD, RN,
AOCN, FAAN. Hyman B. Muss, MD, and Bryce B. Reeve, PhD, yang terbit pada tahun 2018
di terbitkan oleh Sage Publication.

Latar Belakang

Pada latar belakang menjelaskan tentang gangguan system hematologi diamana


definisinya adalah kelainan yang terjadi pada system hematologi, seperti gangguan pada
darah, elemen darah, dan tempat darah diproduksi, termasuk didalamnya sumsum tulang dan
nodus limpa. Leukemia akut atau Leukemia Myeloid Akut (LMA) adalah jenis kanker darah
dan sumsum tulang, yakni jaringan spons dalam tempat sel darah dibuat sehingga tidak dapat
menghasilkan darah putih yang matang untuk melawan infeksi dan mencegah kerusakan
jaringan tubuh.

Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji klinis acak (randomized
clinical trial) dengan melibatkan pasien-pasien dewasa dengan leukemia akut. Penelitian ini
dilakukan antara Oktober 2014 dan November 2015.

Hasil

Dari hasil diskusi kelompok kami, menemukan bahwa Hasil penelitian menunjukkan
bahwa kelompok intervensi yang menjalani program latihan progresif di rumah sakit selama 4
minggu mengalami penurunan kelelahan dan gangguan tidur, serta skor kesehatan fisik yang
stabil. Namun, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik dalam skor perubahan
antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol dalam hal hasil yang dilaporkan pasien
secara keseluruhan, kemampuan kognitif, dan skor kesehatan mental. Dalam hal pengukuran
berbasis kinerja fungsi fisik, tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik antara
kelompok intervensi dan kontrol dalam tes jarak berjalan kaki 6 menit (6MWD) dan Timed
Up and Go (TUG).

Kesimpulan & Saran Dari Jurnal

Dari hasil diskusi kelompok, menemukan secara keseluruhan, penelitian ini


menyatakan bahwa intervensi olahraga memiliki beberapa efek positif pada kelelahan,
gangguan tidur, dan kesehatan fisik pada pasien leukemia akut. Namun, tidak ada peningkatan
yang signifikan dalam hasil dan kemampuan kognitif yang dilaporkan pasien secara
keseluruhan, dan tidak ada perbedaan yang signifikan dalam pengukuran berbasis kinerja
fungsi fisik antara kelompok intervensi dan kontrol

Saran yang tertera pada jurnal adalah untuk penelitian di masa depan harus
mempertimbangkan periode intervensi yang lebih lama dan ukuran sampel yang lebih besar
untuk menyelidiki lebih lanjut dampak program olahraga terhadap hasil yang dilaporkan
pasien, kemampuan kognitif, dan fungsi fisik pada pasien dengan leukemia akut.

Relevansi & Penerapannya Di Indonesia

Menurut hasil diskusi dari kelompok kami, pasien yang melakukan exercise ini dapat
mengurangi kelelahan, kecemasan, gangguan tidur, dan depresi, hasil dari penelitian ini
dibuktikan dari percobaan penggunaan teknik exercise seperti aerobic dan ketahanan pada
pasien yang akan melakukan tindakan kemoterapi dapat mengurangi kecemasan dan
kelelahan. Gagasan ini didukung oleh adanya beberapa pembuktian yang telah di lakukan atau
di teliti sebelumnya di Indonesia, yaitu diataranya :

1. Penelitian yang dilakukan Hasibuan & Rusip (2019) dimana olahraga aerobik dilakukan
untuk meningkatkan kualitas tidur yang terjadi akibat tubuh mengeluaran hormon
adrenalin, serotonin, dopamin dan endorphin.

2. Penelitian lainnya dari Prawira & Sithi (2019) menunjukkan hasil olahraga juga
merangsang lancarnya aliran endorfin untuk melawan depresi dan memperbaiki suasana
hati (mood), menetralisasi stres dan memberikan relaksasi dan tidur lebih nyenyak.

3. Penelitian dari Mostafaei et al., (2021) menunjukkan bahwa olahraga di dalam ruangan
mengurangi kelelahan pada penderita kanker yang menjalani kemoterapi.

Dari beberapa penelitian di atas dapat di ambil kesimpulan bahwa :

1. Dengan adanya teknik aerobic exercise yaitu penerapan metode exercise dengan berjalan
yang telah mulai disarankan dan diterapkan sebagai cara untuk rehabilitasi pada pasien,
dapat membantu pasien menghilangkan rasa cemas dan kelelahan.

2. Exercise walking sendiri telah di terapkan di Indonesia dengan program WEP (Walking
Exercise Program) dimana program ini dilakukan dengan berjalan sebanyak 3-5 hari
dalam seminggu selama kurang lebih 12 menit dengan intensitas ringan selama 3 minggu
dengan hasil yang relatif efektif.

Kesimpulan & Saran Kelompok

Dari hasil kerja kolompok kami dapat menyimpulkan bahwa menggunakan teknik
latihan aerobik dan ketahanan sebelum kemoterapi dapat mengurangi kecemasan dan
kelelahan pada pasien, sementara pada pasien yang tidak melakukan teknik tersebut dapat
menyebabkan gangguan tidur dan kelelahan. Saran yang dapat kelompok kami berikan yaitu
diharapkan dengan adanya teknik ini disarankan dan dapat diterapkan sebagai cara alternatif
untuk rehabilitasi pada pasien.

Gangguan Sistem Kardiovaskuler


Latihan Aerobik Mengurangi Tekanan Darah pada Hipertensi Resisten

Pendahuluan

Pada materi ini di bawahakn oleh kelompok 4 yang mendapatkan atau khusus sharing
jurnal pada kasus hipertensi, dimana kelompok mendapatkan judul jurnal latihan aerobik yang
dapat mengurangi tekanan darah pada hipertensi resisten.

Identitas Jurnal

Jurnal yang di ambil oleh kelompok 4 adalah berjudul Aerobic Exercise Reduces
Blood Pressure in Resistant Hypertension, yang di tulis oleh Fernando Dimeo, Nikolaos
Pagonas, Felix Seibert, Robert Arndt, Walter Zidek, Timm H. Westhoff dan diterbitkan oleh
American Heart Association/AHA pada tahun 2012.

Latar belakang

Pada latar belakang kelompok menjelaskan tentang penatalaksanaan hipertensi yang


dapat dilakukan secara farmakologi atau non farmakologi. Pada non farmakologi dengan cara
menjaga pola makan, mengurangi konsumsi garam yang berlebihan, menghentikan rokok,
konsumsi alkohol, dan rutin melakukan olahraga. Latihan fisik secara teratur dapat
mengurangi tekanan darah dan direkomendasikan secara luas oleh pedoman hipertensi
Amerika dan Eropa. Olahraga aerobik dapat menurunkan tekanan darah jika dilakukan secara
teratur. Denyut jantung dan tekanan darah meningkat selama latihan aerobik untuk memenuhi
permintaan oksigen yang meningkat.

Metode

Metode atau protokol penelitian pada jurnal tersebut berupa penilaian kinerja fisik
yang dilakukan dengan treadmill stress test menggunakan protokol dan Pemantauan EKG dan
penilaian penyerapan oksigen dan pelepasan CO2. Sebanyak lima puluh subjek dengan
hipertensi resisten secara acak ditugaskan untuk berpartisipasi atau tidak berpartisipasi dalam
program latihan treadmill selama 8 hingga 12 minggu. Tekanan darah dinilai dengan
pemantauan 24 jam. Kepatuhan arteri dan indeks jantung diukur dengan analisis gelombang
nadi.

Hasil

Kelompok menerangkan bahwa dari tes uji Kolmogorov-Smirnov menunjukkan


distribusi Gaussian dari sistolik dan diastolik siang hari, malam hari, dan TD 24 jam pada
kelompok olahraga. Program latihan dapat ditoleransi dengan baik oleh semua subjek.
Tekanan darah sistolik dan diastolik berkurang secara numerik tetapi tidak signifikan dengan
latihan olahraga. Penelitian ini menunjukkan juga bahwa olahraga teratur juga mampu
menurunkan tekanan darah pada hipertensi resisten.
Relevansi jurnal dan penerapannya di Indonesia

Dari hasil diskusi kelompok, mendapatkan hasil bahwa bagi penderita hipertensi
resisten, terapi farmakologis tidak lagi adekuat sehingga membutuhkan pilihan terapi
alternatif. Dalam jurnal tersebut peneliti melakukan latihan aerobik sebagai pengobatan
alternatif dari terapi farmakologis. Untuk menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi
resisten dengan persetujuan untuk menjaga asupan obat yang akurat.

Dari jurnal ini peneliti menerapkan latihan aerobik pada pasien selama 30 sampai 45
menit dalam sehari dengan gerakan meliputi: jalan kaki, berenang dan jogging. Dalam
penelitian tersebut terbukti bahwa latihan aerobik mampu menurunkan tekanan darah yang
siginifikan pada pasien hipertensi resisten.

Penerapan latihan aerobik ini di dukung oleh hasil dari berbagai penelitian
diantaranya :

1. Dalam jurnal Dimeo et al., (2012) berjudul “Aerobic Exercise Reduces Blood
Pressure in Resistant Hypertension”. Pada pasien hipertensi resisten tak hanya
melakukan terapi farmakologi namun juga sangat dianjurkan untuk melakukan
terapi nonfarmakologi salah satunya latihan aerobic.

2. Di Indonesia penerapan latihan aerobik sudah mulai dilakukan, dalam penelitian


Widjayanti et al., (2019) penderita hipertensi perlu melakukan penatalaksanaan
secara farmakologi dan secara non farmakologi untuk menurunkan tekanan
darah, yaitu dilakukan senam lansia aerobic low impact training dengan intensitas
gerakan ringan dan lambat.

3. Dalam jurnal penelitian lain oleh Hasbi et al., (2023) berjudul “Efektifitas Senam
Aerobik Terhadap Tekanan Darah Pada Penderita Hipertensi”. Senam aerobik
merupakan latihan fisik dengan memaksimalkan paru-paru untuk menghirup,
mengeluarkan dan menggunakan oksigen. Senam aerobic yang dilakukan secara
teratur dan sesuai gerakan dapat menurunkan tekanan darah.

Kesimpulan

Jadi dari hasil diskusi bersama kelompok ini memperoleh kesimpulan bahwa latihan
aerobik berupa jalan kaki yang dilakukan secara teratur dapat membantu mengontrol tekanan
darah pada penderita hipertensi.
Gangguan Sistem Respirasi

Effects of Diaphragmatic Breathing With and Without Pursed-Lips Breathing

in subjects With COPD

Pendahuluan

Materi ini di bawakan oleh kelompok 5 dengan tema gangguan sistem respirasi,
dimana kelompok mendapat topik pembahasan PPOK pada sharing jurnal yang di pilih.

Identitas jurnal

Jurnal yang di ambil oleh kelompok ini berjudul effects of diaphragmatic breathing
with and without pursed-lips breathing in subjects with COPD, yang ditulis oleh Liliane PS
Mendes, Karoline S Moraes, Mariana Hoffman, Danielle SR Vieira, Giane A Ribeiro-Samora,
Susan M Lage, Raquel R Britto, and Veroˆnica F Parreira dan di terbitkan oleh Daedalus
Enterprises pada tahun 2019 dengan nama jurnal respiratory care.

Latar belakang

Kelompok mejelaskan bahwa pada latar belakang menjelaskan tentang latihan


pernapasan, seperti pernapasan diafragma dan pernapasan bibir mengerucut yang berperan
pada beberapa individu dengan PPOK dan mungkin dipertimbangkan untuk pasien yang
menderita PPOK yang tidak dapat berolahraga. Namun, dalam literatur terdapat laporan
beberapa efek buruk pernapasan diafragmatik pada pasien PPOK.

Metode

Jurnal ini mengatakan subjek yang di teliti adalah sebanyak 17 pasien dengan PPOK
sebagai penyakit utama. Kemudian secara bersamaan mempelajari karateristik pernapasan
diafragma dan pernapasan diafragma dikombinasikan dengan pernapasan bibir mengerucut.
Pada hari ke 2, peserta dievaluasi dengan opto electronic plethysmography peserta dalam
posisi duduk sambil melakukan latihan pernafasan.
Hasil

Dari hasil penelitian pada jurnal ini dikatakan bahwa berdasarkan penelitian pada
pernapasan diafragma dan ditambah pernapasan bibir mengerucut dapat meningkatkan
peningkatan volume tidal dinding dada dan kompartemennya secara signifikan, Serta
peningkatan yang signifikan dalam rasio fase asnchrony (inspiratory-expiratory) yang diamati
selama pernapasan diafragmatik dan pernapasan diafragmatik ditambah pernapasan semu
bibir.

Relevansi jurnal dan penerapannya di Indonesia

Hasil diskusi kelompok dari kelompok ini mengatakan bahwa penerapan pursed lip
breathing ini sudah relevan dalam mengatasi kasus kami yaitu penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) karena latihan pernapasan ini dapat meningkatkan volume dinding dada dan saturasi
oksigen serta mengurangi frekuensi pernapasan tanpa meningkatkan dispnea. Latihan ini juga
dapat meredakan kecemasan dan ketegangan ketika individu merasa cemas.

Kelompok ini juga menjelaskan bahwa teknik yang dilakukan adalah teknik
pernafasan bibir mengerucut yang dilakukan berupa menarik nafas (inspirasi) secara perlahan
yang ditahan selama 2-3 detik kemudian di hembuskan (ekspirasi) secara perlahan selama 4-6
detik dengan mulut mengerucut.

Kelompok juga membahas tentang bagaimana penerapannya di Indonesia, yaitu


sebagai berikut :

1. Berdasarkan penelitian “Penerapan Pursed Lip Breathing Terhadap Perubahan


Respiratory Rate Dan Saturasi Oksigen Pada Pasien Penyakit Paru Obstruksi
Kronis” oleh Sofia Ngizatu (2023) yang dilakukan selama 1 minggu. Dari
penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa terdapat penurunan RR dari
28-30x/menit menjadi 22-24x/menit dan peningkatan SpO2 dari 85-93% menjadi
97-98% setelah diberikan terapi pursed lip breathing.

2. Penelitian “Effect of Diaphragmatic Breathing With and Without Pursed-Lips


Breathing in Subjects With COPD” oleh Liliana PS Mendes, et al. (2019) yang
didapatkan hasil pernapasan bibir mengerucut dapat meningkatkan peningkatan
volume tidal dinding dada dan kompartemennya secara signifikan

Kesimpulan

Dari hasil presentasi kelompok ini dapat disimpulkan bahwa teknik yang dapat
diambil dari review jurnal ini adalah penggunaan purse lip breathing dan terapi nebulizer pada
4 partisipan sangat efektif dalam mengurangi dispnea dan meningkatkan saturasi oksigen pada
pasien PPOK.
Gangguan Sistem Hematologi

Sasaran Anemia Pada Penderita Kanker Paru

Pendahuluan

Materi dengan topik pembahasan gangguan sistem hematologi dengan fokus pengkajian
pada pasien anemia pada penderita kanker paru ini di bawakan oleh kelompok 6 dengan judul
jurnal yang di ambil yaitu sasaran anemia pada penderita kanker paru.

Identitas jurnal

Dari hasil diskusi kelompok didapatkan jurnal yang di teliti yaitu berjudul sasaran
anemia pada penderita kanker paru yang di tulis oleh Jeffrey Crawford, MD,* Paris A.
Kosmidis, MD, Fred R. Hirsch, MD, PhD, dan Corey J. Langer dengan nama jurnal dan
penerbit yaitu Journal of Thoracic Oncology dan di terbitkan pada tahun 2006.

Latar Belakang

Kelompok menerangkan bahwa isi dari latar belakang jurnal ini yaitu membahas
tentang anemia yang sangat umum terjadi pada pasien kanker paru-paru, sering terjadi pada
awal dan sering diperburuk sebagai akibatnya pengobatan. Salah satu faktor utama yang
berkontribusi terhadap anemia pada pasien kanker paru adalah penggunaan kemoterapi
berbasis platinum, sebuah rejimen yang menghasilkan penurunan Hb yang bermakna secara
klinis sebagai kemoterapi lini pertama untuk kanker paru-paru. Dengan adanya strategi untuk
memperbaiki anemia pada penyakit ini pasien mungkin bermanfaat dalam meningkatkan hasil
terapi selain meningkatkan kualitas hidup.

Metode

Pada penelitian ini kelompok menjelaskan bahwa rancangan penelitian menggunakan


skor risiko klinis (CRS) untuk menentukan keseluruhan risiko terjadinya anemia.

Hasil

Hasil Studi pada jurnal ini memberikan wawasan lebih lanjut tentang kegunaan klinis
dan keamanan epoetin alfa dalam pengaturan ini, memberikan wawasan tentang besarnya dan
waktu respons terhadap epoetin alfa dan darbe-poetin alfa.

Relevansi jurnal dan penerapannya di Indonesia

Kelompok menyatakan bahwa pada study banding yang di lakukan peneliti terhadap
efektiffitasnya penggunaan eritropoietic pada kasus anemia adalah adanya peningkatan Hb
yang signifikan sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup pasien. Peneliti sendiri sedang
melakukan evaluasi terhadap terapi eritropoetik dapat mengurangi gangguan kognitif terkait
dengan kanker paru, terapi sitotoksik dan anemia.

Penelitian ini di dukung oleh adanya penerapan dan penelitian yang telah di lakukan
di Indonesia diantaranya adalah :

1. Menurut penelitian yang dilakukan oleh (Riswan, 2022) Hubungan Hb dengan Kadar
EPO pada pasien tumor padat sebelum menjalani kemoterapi dianalisis dengan bahwa Hb
rata-rata pasien adalah 10,7 g/dl dengan SD adalah 4,2 g/dl.

2. Menurut penelitian (Setiawan, 2021) Kadar Hemoglobin Setelah Intervensi Pemberian


Eritropoietin diketahui bahwa distribusi frekuensi berdasarkan pemberian eritropoietin
setelah intervensi pada responden gagal ginjal kronik yang menjalani hemodialisa
rutin di RSUD Balaraja, lebih dari setengah responden masuk kategori Hb normal
sebanyak 40 responden (70%), hampir setengah responden masuk kategori Hb
optimal sebanyak 17 responden (30%) dan tak seorang responden masuk
kategori anemia (0%).

3. Uji Wilcoxon berfungsi untuk menguji perbedaan antara data berpasangan,


menguji komparasi antara dua pengamatan sebelum dan sesudah (pretest-posttest) dan
mengetahui efektifitas suatu perlakuan. Setelah intervensi pemberian terapi eritropoietin
hasil kategori mengalami peningkatan dengan nilai kadar hemoglobin yang naik.

Kesimpulan

Dari hasil analisa jurnal ini kelompok mendapatkan kesimpulan bahwa manfaat klinis
terapi eritropoietik dalam meningkatkan Hb, menurunkan transfusi, dan meningkatkan
kualitas hidup pada pasien pasien dengan kanker telah dibuktikan dalam beberapa besar studi.
Studi langsung menunjukkan bahwa epoetin alfa setidaknya sama efektifnya dengan
darbepoetin alfa dalam mengoreksi anemia pada pasien dengan kanker.

Dari hasil diskusi kelompok mendapatkan kesimpulan bahwa ada solusi dalam
pengobatan anemia dengan yaitu dengan menggunakan agen eritropoietik. Agen eritropoietin
merupakan hormon eritropoietin atau EPO yaitu hormon yang berfungsi untuk mengatur
produksi sel darah merah di sumsum tulang. Pada pasien dengan kanker paru-paru dikatakan
bahwa dengan menggunakan terapi eritropoietin menghasilkan peningkatan signifikan dalam
hemoglobin, penurunan transfusi, dan peningkatan kualitas hidup.

You might also like