You are on page 1of 7

PENA Akuatika Volume 19 No.

2 September 2020

ANALISIS MAXIMUM SUSTAINABLE YIELD (MSY)


PENANGKAPAN RAJUNGAN (Portunus pelagicus) MENGGUNAKAN
BUBU LIPAT DI PERAIRAN PACIRAN LAMONGAN

Miftachul Munir1, Muhammad Zainuddin2*)

Staf Program Studi Perikanan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Ronggolawe Tuban
*)
Coressponding Author: zaenmsdp@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status Maximum Sustainable Yield (MSY) potensi lestari
Penangkapan sumberdaya Rajungan yang ada di Kabupaten Lamongan. Penelitian dilaksanakan di
Kecamatan Paciran Kabupaten Lamongan pada Februari 2018 - Aril 2018. Metode penelitian yang
digunakan adalah metode deskriptif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa perhitungan Maximum
Sustainable Yield (MSY) diperoleh hasil tangkapan (CMSY) mencapai 6.879 kg/tahun. Kondisi pada
level CMSY dapat dicapai oleh unit penangkapan bubu rajungan dengan melakukan upaya
penangkapan (EMSY) sebanyak 1264 trip dalam satu tahun. Keuntungan yang dapat dicapai pada
level CMSY mencapai Rp. 176.760.926 pada unit penangkapan bubu rajungan. Nilai rata-rata
produksi tahun 2013-2017 menunjukkan bahwa produksi rajungan di Kabupaten lamongan belum
mengalami overfishing.

Kata kunci : Bubu lipat, MSY, Rajungan (Portunus pelagicus)

ABSTRACT

This study aims to determine the status of the Maximum Sustainable Yield (MSY) of the sustainable
potential of the capture of the crab resources in Lamongan Regency. The research was conducted in
Paciran District, Lamongan Regency in February 2018 - Aril 2018. The research method used was
descriptive method. The results of the study concluded that the calculation of Maximum Sustainable
Yield (MSY) resulted in the catch (CMSY) reaching 6,879 kg / year. The condition at the CMSY
level can be achieved by the crab trap fishing unit by conducting 1264 fishing trips (EMSY) in one
year. The profit that can be achieved at the CMSY level reaches Rp. 176,760,926 in the small crab
trap fishing unit. The average production value in 2013-2017 shows that the crab production in
Lamongan Regency has not experienced overfishing.

Key words: Folding Bubu, MSY, Crab (Portunus pelagicus),

52
PENA Akuatika Volume 19 No.2 September 2020

PENDAHULUAN Kabupaten Lamongan dengan materi

Rajungan di Indonesia sampai utamanya adalah unit usaha penangkapan

sekarang masih merupakan komoditas rajungan dengan menggunakan alat

perikanan yang memiliki nilai ekonomis tangkap bubu di daerah Paciran lamongan.

tinggi. Rajungan yang diekspor dalam Penelitian ini dilaksanakan dengan

bentuk segar maupun olahan mencapai menggunakan metode deskriptif. Menurut

60% dari total hasil tangkapan rajungan. Singarimbun dan Effendi (1995), metode

Negara utama tujuan ekspor yaitu deskriptif yaitu cara penelitian yang

Singapura, Jepang, Belanda dan Amerika mengutamakan pengamatan (observasi)

(Aminah, 2010). Pemanfaatan sumberdaya tehadap kondisi dimasa sekarang. Metode

perikanan menganut pada konsep penelitian yang digunakan adalah metode

sustainable fisheries, dimana deskriptif yang bersifat studi kasus. Studi

menggunakan konsep pendekatan pada kasus dalam penelitian ini bertujuan

keberlanjutan sumberdaya perikanan. untuk memberikan gambaran mengenai

Studi mengenai MSY perikanan tangkap status Maximum Sustainable Yield (MSY).

Rajungan merupakan salah satu bentuk Hal-hal yang diamati dalam penelitian ini

langkah dalam mendukung konsep adalah aspek sumberdaya rajungan yang

sustainable fisheries. meliputi aspek teknis yang meliputi

Penelitian ini bertujuan untuk kapal/perahu, alat tangkap, mesin

mengetahui besarnya potensi lestari penggerak kapal dan cara pengoperasian

Penangkapan sumberdaya Rajungan yang dan aspek usaha rajungan. Gambaran

ada di Kabupaten Lamongan menentukan kegiatan pemanfaatan rajungan di perairan

tingkat status pemanfaatan sumberdaya Kabupaten Lamongan akan disajikan

Rajungan yang optimal di Perairan secara deskriptif, tabulatif dan grafik.

Lamongan. Hasil penelitian ini diharapkan Metode Pengumpulan Data

dapat bermanfaat sebagai informasi bagi Responden yang dibutuhkan dalam

nelayan, pengusaha penangkap Rajungan pengujian kuisioner adalah unit usaha

dan instansi terkait, khususnya otoritas perikanan tangkap rajungan yang meliputi

pengelola perikanan di Kabupaten unit usaha perikanan tangkap bubu

Lamongan maupun Propinsi Jawa Timur. rajungan, dan jaring rajungan. Jumlah
sampel responden unit usaha penangkapan
MATERI DAN METODE bubu rajungan dan jaring rajungan pada
Penelitian ini dilakukan di perairan penelitian menggunakan jumlah minimum
pengambilan sampel yaitu 30 sampel. Hal

53
PENA Akuatika Volume 19 No.2 September 2020

ini didasarkan karena unit usaha perikanan HASIL DAN PEMBAHASAN


tangkap bubu rajungan, jaring rajungan di
Kondisi Umum Lokasi Penelitian
Kabupaten Lamongan bersifat homogen
Kabupaten Lamongan merupakan
(lama penangkapan; jumlah alat tangkap;
salah satu wilayah pesisir pantai utara
sarana penangkapan). Ukuran sampel
yang berada pada posisi koordinat 112°
layak untuk penelitian berkisar antara 30
4’41”- 112° 35’45” Bujur Timur dan 06°
sampai 500.
14’54” – 07° 23’6” Lintang Selatan
Metode Analisis Data dengan batasan-batasan daerah sebagai
a. Catch per unit effort (CPUE) berikut:
Maximum Sustainable Yield2  Sebelah Utara : Laut Jawa
(CMSY) dapat menggunakan formula  Sebelah Selatan : Kab. Mojokerto dan
Gulland (Sparre dan Venema, 1999). Kab Jombang
Hasil dari CMSY digunakan sebagai acuan  Sebelah Timur : Kabupaten Gresik
untuk menentukan jumlah hasil tangkapan  Sebelah Barat : Kabupaten Tuban
lestari sumberdaya Rajungan (Portunus Kabupaten Lamongan merupakan
pelagicus) pad unit usaha penangkapan salah satu wilayah pesisir pantai utara
bubu rajungan dan jaring rajungan serta yang berada pada posisi koordinat 112°
sebagai acuan dalam penentuan nilai β 4’41”- 112° 35’45” Bujur Timur dan 06°
yang digunakan pada rumus bioekonomi 14’54” – 07° 23’6” Lintang Selatan
Gordon-Schaefer guna mengetahui Lokasi penelitian dilakukan di Kecamatan
estimasi sumberdaya Rajungan (Portunus Paciran. Kecamatan Paciran merupakan
pelagicus) (catch) dan trip penangkapan daerah berpantai di utara lamongan.
(effort) pada kondisi MSY. Kegiatan penangkapan sumberdaya
Tabel 1. Rumus analisis MSY
MSY Rajungan (Portunus pelagicus) yang
Hasil tangkapan (C) α2 / 4β dilakukan oleh nelayan di Desa Paciran
Upaya penangkapan (E) α / 2β
Total penerimaan (TR) CMSY x P menggunakan alat tangkap bubu atau yang
Total pengeluaran (TC) c x EMSY
sering disebut wuwu oleh nelayan
TRMSY –
Keuntungan (Π)
TCMSY setempat digunakan.
Keterangan :
a = Nilai intercept (konstan) = α Keadaan Umum Penelitian
b = Koefisien arah regresi = -β
Potensi perikanan dan kelautan
CMSY = Hasil Tangkapan MSY
EMSY = Upaya Penangkapan MSY kabupaten Lamongan cukup besar yang
TRMSY = Total Penerimaan MSY meliputi bidang perikanan tangkap,

54
PENA Akuatika Volume 19 No.2 September 2020

perikanan budidaya dan serta didukung Tabel 3. Jumlah Alat Tangkap


Alat tangkap Jumlah
oleh bidang pengawasan dan pengelolaan 1. Pure Sein 143 Unit
2. Gillnet 796 Unit
pesisir lainnya. Kabupaten Lamongan 254 Unit
3. Tramel Net 1.106 Unit
pada sektor perikanan tangkap memiliki
4. Payang 195 Unit
panjang pantai kurang lebih 47 km dengan 582 Unit
5. Dogol 749 Unit
lebar 4 mil laut dengan armada tangkap 6. Rawai 3.825 Unit
7. Bubu
3.344 unit, alat tangkap sebanyak 3.825 Jumlah
Sumber: Dinas Perikanan dan Kelautan Lamongan,
unit dan didukung 5 tempat pelelangan 2017
ikan yaitu mulai arah barat ketimur
Bubu lipat
Lohgung, Labuhan, Brondong yang Alat tangkap bubu yang
berbatasan langsung dengan tuban, Kranji
dioperasikan oleh nelayan di perairan
dan Weru yang berbatasan dengan Desa Paciran Kabupaten Lamongan
Kabupaten Gresik Produksi perikanan berupa bubu liat untuk rajungan, Rangka
sektor laut di Kabupaten Lamongan. bubu terbuat dari besi behel 0,8 cm, badan
Tabel 2. Nilai Produksi Rajungan
PPI Produksi Nilai Produksi jaring memakai jaring sintetis
(Ton) multifilamen dengan ukuran mata jaring
Lohgung 582,1 8.756.437,16
Labuhan 1.059,2 15.933.376,18 0,5 inci. Bubu lipat kotak berukuran
Brondong 63.879,9 960.845.035,85
Kranji 3.079,9 46.330.442,92 panjang 100 cm, lebar 40 cm dan tinggi 30
Weru 4.546,9 68.397.197,94
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan cm. Untuk pintu masuk panjang 25-30 cm,
Lamongan, 2017
lebar 20 cm dan tinggi 10-12 cm. Tali
Alat Tangkap pelampung, tali utama, tali cabang dan tali
Alat tangkap merupakan bagian pemberat semuanya memakai tambang
yang tidak terpisahkan dari suatu operasi berdiameter 8-10 mm. Panjang tali utama
penangkapan. Setiap armada penangkapan disesuaikan dengan banyak sedikitnya
ikan dilengkapi dengan alat tangkap yang jumlah bubu yang dipergunakan,
jenisnya beragam antara kapal satu dengan sedangkan untuk tali pelampung
kapal yang lainnya. Jenis dan jumlah alat disesuaikan dengan kedalaman. Menurut
tangkap ikan yang dioperasikan nelayan di kelompok kami, parameter utama dari
Kabupaten Lamongan bermacam-macam bubu lipat adalah ukuran mulut bubu lipat.
sesuai dengan ikan yang menjadi sasaran (Butar butar, D. N. P, 2005).
penangkapan. Jumlah alat tangkap di
Kabupaten lamongan dapat di lihat pada Armada Penangkapan

tabel di bawah ini: Kapal atau armada penangkapan


ikan merupakan salah satu faktor

55
PENA Akuatika Volume 19 No.2 September 2020

pendukung utama dalam melakukan Tabel 6. Jumlah Nelayan

kegiatan penangkapan ikan. Armada Tahun Jumlah nelayan


2013 19.483
penangkapan ikan yang dimiliki oleh 2014 20,487
2015 19.030
sebagian besar nelayan di Kabupaten 2016 14.901
2017 22.973
Lamongan terdiri dari kapal motor, motor Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan
Lamongan, 2017
tempel dan juga perahu layar. Kapal-kapal
tersebut beroperasi di sepanjang perairan Produksi Rajungan
Kabupaten Lamongan dan bahkan untuk Sasaran utama penangkapan
kapal-kapal yang berukuran besar mampu dengan alat tangkap bubu adalah rajungan
menjangkau perairan laut yang lebih luas (Portunus pelagicus) yang hidup di
dan jauh. Data jumlah kapal nelayan di perairan dasar atau perairan berlumpur
Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada dan daerah estuari. Kabupaten Lamongan
tabel berikut ini: terkenal sebagai pengahasil rajungan
Tabel 5. Jumlah Kapal Nelayan (Portunus pelagicus). Kegiatan
Desa Kapal penangkapan rajungan (Portunus
Paloh 89
Waru lor 96 pelagicus) yang dilakukan oleh nelayan di
Sido kumpol 155
Weru 329 perairan Kabupaten Lamongan dapat
Kemantren 155
Sidokelar 40
dikatakan masih tradisional. jumlah
Banjarwati 40 produksi rajungan pada tahun 2013-2017
Kranji 109
Tunggul 29 tersaji secara lengkap dapat dilihat pada
Paciran 564
Kandangsemangkon 64 tabel dibawah ini:
Blimbing 394
Brondong 262 Tabel 7. Jumlah Produksi Rajungan
Sedayulawas 180 Tahun Produksi rujungan (ton)
Brengkok 47 2013 829,1
Labuhan 358 2014 673,1
Lohgung 262 2015 796,3
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan 2016 975,2
Lamongan, 2017 2017 685,8
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan
Jumlah Nelayan Lamongan, 2017

Nelayan merupakan pekerjaan


Estimasi Biaya per Trip Unit
utama bagi sebagian masyarakat pesisir di Penangkapan Rajungan
Kabupaten Lamongan selain pembudidaya Jumlah biaya yang dikeluarkan
dan buruh tani. Data jumlah nelayan di dalam satu trip penangkapan maka dapat
Kabupaten Lamongan dapat dilihat pada diketahui estimasi nilai ekonomi. Biaya
Tabel 6. yang dikeluarkan meliputi biaya
operasional, biaya investasi, biaya

56
PENA Akuatika Volume 19 No.2 September 2020

perawatan, dan biaya perizinan. Hasil Maximum Sustainable Yield (MSY)


perhitungan rata–rata total biaya yang Hasil kondisi Maximum
dikeluarkan dalam satu trip penangkapan Sustainable Yield (MSY) pada
oleh nelayan dapat dilihat pada tabel 8. sumberdaya rajungan di Kabupaten
Tabel 8. Hasil rerata biaya Operasional Lamongan dapat dilihat pada tabel 9.
Jenis Biaya Bubu (Rp/trip) Tabel 9. Perhitungan MSY
Modal Investasi 17.988
Modal kerja Bubu Lipat
Biaya Operasional 132.432 Hasil tangkapan (C) 6.879
Biaya Perawatan 8.988 Upaya penangkapan (E) 1264 trip
Total Biaya /trip 159.408 Total Penerimaan (TR) Rp. 191.810.981
Sumber : Dinas Perikanan dan Kelautan
Total Pengeluaran (TC) Rp. 25.050.055
Lamongan, 2017
Keuntungan (Π) Rp. 176.760.926
Biaya operasional pada unit Sumber: Hasil Penelitian
Tabel diatas dapat diilustrasikan
penangkapan bubu rajungan meliputi
menjadi grafik pada kondisi Maximum
biaya pembelian bahan bakar (bahan
Sustainable Yield (MSY).
bakar diesel/bensin), umpan, rokok, dan
perbekalan makan. Biaya operasional
pada unit penangkapan jaring rajungan
hanya meliputi biaya pembelian bahan
bakar (bahan bakar diesel/bensin), rokok,
dan perbekalan makan. Jumlah biaya
operasi penangkapan bubu rajungan
berbeda-beda tergantung dari jarak fishing
Gambar 1. Grafik MSY
ground serta jenis umpan yang digunakan.
Jarak fishing ground dari fishing base Berdasarkan perhitungan
mempengaruhi kebutuhan bahan bakar Maximum Sustainable Yield (MSY) maka
yang dalam satu kali operasi diperoleh hasil tangkapan (CMSY)
penangkapan. Umpan yang digunakan mencapai 6.879 kg/tahun. Kondisi pada
pada usaha penangkapan bubu rajungan level CMSY dapat dicapai oleh unit
terdiri dari dua jenis umpan. Umpan yang penangkapan bubu rajungan dengan
digunakan meliputi umpan kepala ikan melakukan upaya penangkapan (EMSY)
swanggi maupun ikan kering (kepala sebanyak 1264 trip dalam satu tahun.
ikan).
Keuntungan yang dapat dicapai pada level
CMSY mencapai Rp. 176.760.926 pada
unit penangkapan bubu Rajungan.

57
PENA Akuatika Volume 19 No.2 September 2020

Berdasarkan hasil di atas tampak DAFTAR PUSTAKA


bahwa produksi rajungan di lamongan
Aminah S. 2010. Model Pengelolaan dan
pada tahun 2014 berada di bawah batas Investasi Optimal Sumberdaya
CMSY yang artinya hasil tangkapan belum Rajungan dengan Jaring
Rajungan di Teluk Banten
melebihi potensi lestari. Namun pada [Skripsi]. Fakultas Perikanan dan
tahun 2017 tampak bahwa upaya yang Ilmu Kelautan, Institut Pertanian
Bogor, Bogor.
dilakukan tela melebihi upaya optimal Butar butar, D. N. P. 2005.
yang ditetapkan. Pada tahun 2015-2016, Perbandingan Hasil Tangkapan
Rajungan dengan Menggunkan
produksi rajungan mengalami lebih Dua Konstruksi Bubu Lipat
tangkap (overfishing), karena tampak yang Berbeda di Kabupaten
Tangerang. [Skripsi].
bahwa nilai produksinya telah melebihi Pemanfaatan Sumberdaya
nilai MSY. Jika dilihat dari nilai rata-rata Perikanan. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Bogor:
produksi tahun 2013-2017 menunjukkan Institut Pertanian Bogor.
bahwa produksi rajungan di Kabupaten Dinas Perikanan, Kelautan dan Peternakan
Kabupaten Lamongan, 2017
lamongan belum mengalami overfishing. Effendi, S. 1995. Proses Penelitian Survai. M.
Siugarimbun dan S. Effendi (eds.),
KESIMPULAN Metode Penelitian Survai. LP3ES,
Jakarta : 16-47Effendi, Irzal dan
Kesimpulan yang dapat Oktariza, Wawan. 2006.
Manajemen Agribisnis
dikemukakan sebagai berikut: Perikanan. Penerbit Swadaya,
Berdasarkan analisis MSY nilai rata-rata Bogor. hal. 135-160.
Spare, P. dan S.C. Venema. 1999.
produksi tahun 2013-2017 menunjukkan Introduksi Pengkajian Stok Ikan
bahwa produksi rajungan di Kabupaten Tropis, Buku I Manual.
Kerjasama PBB, Pusat Penelitian
lamongan belum mengalami overfishing dan Pengembangan Perikanan
.Berdasarkan situasi di atas disarankan: dan Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian,
Perlu dikeluarkan peraturan ukuran Jakarta.
Rajungan yang layak tangkap; Sosialisasi
dan penyuluhan secara berkala kepada
pelaku perikanan Rajungan tentang
pemerataan dan penyebaran upaya
tangkap yang seharusnya dilakukan,
batasan ukuran Rajungan yang boleh
ditangkap dan pemberlakuan daerah
konservasi.

58

You might also like