You are on page 1of 12

Nama : MUHAMMAD SEPTIAN ARDIANSYAH

Tempat, Tanggal Lahir : Pekalongan, 11 September 1996


NIP : 199609112023211003
Golongan : IX
Jabatan : Ahli Pertama – Teknik Jalan dan Jembatan
Instansi : Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat

AGENDA I – BELA NEGARA

Wawasan Kebangsaan dan Nilai Bela Negara

Wawasan Kebangsaan adalah cara pandang bangsa Indonesia dalam rangka mengelola
kehidupan berbangsa dan bernegara yang dilandasi oleh jati diri bangsa (nation character) dan
kesadaran terhadap sistem nasional (national system) yang bersumber dari Pancasila, UUD
NKRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, guna memecahkan berbagai persoalan
yang dihadapi bangsa dan negara demi mencapai masyarakat yang aman, adil, makmur, dan
sejahtera.

Pancasila sebagaimana dimuat dalam Pembukaan UUD 1945 yang ditetapkan pada
tanggal 18 Agustus 1945, merupakan dasar negara Republik Indonesia, baik dalam arti sebagai
dasar ideologi maupun filosofi bangsa. Kedudukan Pancasila ini dipertegas dalam UU No. 10
Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan sebagai sumber dari segala
sumber hukum negara. Artinya, setiap materi muatan kebijakan negara, termasuk UUD 1945,
tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.

Dari sudut hukum, UUD 1945, merupakan tataran pertama dan utama dari penjabaran
lima norma dasar negara (ground norms) Pancasila beserta norma-norma dasar lainnya yang
termuat dalam Pembukaan UUD 1945, menjadi norma hukum yang memberi kerangka dasar
hukum sistem penyelengagaran negara pada umumnya, atau khususnya sistem
penyelenggaraan negara yang mencakup aspek kelembagaan, aspek ketatalaksanaan, dan aspek
sumber daya manusianya.

Analisis Isu Kontemporer

Saat ini konsep negara, bangsa dan nasionalisme dalam konteks Indonesia sedang
berhadapan dengan dilema antara globalisasi dan etnik nasionalisme yang harus disadari

1
sebagai perubahan lingkungan strategis. Termasuk di dalamnya terjadi pergeseran pengertian
tentang nasionalisme yang berorientasi kepada pasar atau ekonomi global. Pada perubahan ini
perlu disadari bahwa globalisasi dengan pasar bebasnya sebenarnya adalah sesuatu yang tidak
terhindarkan dan bentuk dari konsekuensi logis dari interaksi peradaban dan bangsa.

Dalam menghadapi perubahan ini, perlu adanya analisis terkait isu kontemporer yang
ada di sekitar kita. Kontemporer yang dimaksud disini adalah sesuatu hal yang modern, yang
eksis dan terjadi dan masih berlangsung sampai sekarang, atau segala hal yang berkaitan
dengan saat ini. Isu kontemporer yang perlu diperhatikan saat ini, diantaranya sebagai berikut:

1. Korupsi

Korupsi dalam sejarah dunia sebagaimana yang dikemukakan oleh Hans G. Guterbock,
“Babylonia and Assyria” dalam Encyclopedia Brittanica bahwa dalam catatan kuno telah
diketemukan gambaran fenomena penyuapan para hakim dan perilaku korup lainnya dari para
pejabat pemerintah. Di Mesir, Babilonia, Ibrani, India, Yunani dan Romawi Kuno korupsi
adalah masalah serius. Pada zaman kekaisaran Romawi Hammurabi dari Babilonia yang naik
tahta sekitar tahun 1200 SM telah memerintahkan seorang Gubernur provinsi untuk
menyelidiki perkara penyuapan. Shamash, seorang raja Assiria (sekitar tahun 200 sebelum
Masehi) bahkan tercatat pernah menjatuhkan pidana kepada seorang hakim yang menerima
uang suap.

2. Narkoba

Narkoba adalah merupakan akronim Narkotika, Psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.
Narkotika mengandung pengertian sebagai zat atau obat yang berasal dari tanaman atau bukan
tanaman, baik sintetis maupun semisintetis, yang dapat menyebabkan penurunan atau
perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan rasa nyeri, dan dapat
menimbulkan ketergantungan, yang dibedakan ke dalam golongan-golongan.

3. Terorisme dan Radikalisme

Terorisme secara kasar merupakan suatu istilah yang digunakan untuk penggunaan kekerasan
terhadap penduduk sipil/non kombatan untuk mencapai tujuan politik, dalam skala lebih kecil
dari pada perang. Adapun istilah radikalisme diartikan sebagai tantangan politik yang bersifat
mendasar atau ekstrem terhadap tatanan yang sudah mapan (Adam Kuper, 2000). Kata
radikalisme ini juga memiliki aneka pengertian. Hanya saja, benang merah dari segenap
pengertian tersebut terkait erat dengan pertentangan secara tajam antara nilai-nilai yang

2
diperjuangkan oleh kelompok tertentu dengan tatanan nilai yang berlaku atau dipandang mapan
pada saat itu.

4. Money Laundring

Dalam Bahasa Indonesia terminologi money laundring ini sering dimaknai dengan istilah
“pemutihan uang” atau “pencucian uang”. Kata launder dalam Bahasa Inggris berarti
“mencuci”. Secara sederhana definisi pencucian uang adalah suatu perbuatan kejahatan yang
melibatkan upaya untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul uang atau harta
kekayaan dari hasil tindak pidana/kejahatan sehingga harta kekayaan tersebut seolah-olah
berasal dari aktivitas yang sah.

5. Proxy War

Sejarahnya Perang proksi telah terjadi sejak zaman dahulu sampai dengan saat ini yang
dilakukan oleh negara-negara besar menggunakan aktor negara maupun aktor non negara.
Kepentingan nasional negara negara besar dalam rangka struggle for power dan power of
influence mempengaruhi hubungan internasional. Proxy war memiliki motif dan menggunakan
pendekatan hard power dan soft power dalam mencapai tujuannya.

6. Kejahatan Mass Communication (Cyber Crime, Hate Speech, dan Hoax)

Kejahatan dan bentuk tindak pidana lainnya sangat bisa terjadi dalam komunikasi massa. Hal
ini karena komunikasi massa melibatkan manusia sebagai pengguna, dan terutama publik luas
sebagai pihak kemungkinan terdampak. Beberapa tipe kejahatan yang ada diantaranya white
collar crime (kejahatan kerah putih), crime without victim (kejahatan tanpa korban), organized
crime (kejahatan terorganisir), dan corporate crime (kejahatan korporasi)

Kesiapsiagaan Bela Negara

Kesiapsiagaan bela negara merupakan aktualisasi nilai-nilai bela negara dalam


kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara sesuai peran dan profesi warga negara,
demi menjaga kedaulatan negara, keutuhan wilayah dan keselamatan segenap bangsa dari
segala bentuk ancaman yang pada hakikatnya mendasari proses nation and character building.
Proses nation and character building tersebut didasari oleh sejarah perjuangan bangsa, sadar
akan ancaman bahaya nasional yang tinggi serta memiliki semangat cinta tanah air, kesadaran
berbangsa dan bernegara, yakin Pancasila sebagai idiologi negara, kerelaan berkorban demi
bangsa dan Negara.

3
Kesiapsiagaan bela negara diarahkan untuk menangkal faham-faham, ideologi, dan
budaya yang bertentangan dengan nilai kepribadian bangsa Indonesia, merupakan
kesiapsiagaan yang terintegrasi guna menghadapi situasi kontijensi dan eskalasi ancaman
sebagai dampak dari dinamika perkembangan lingkungan strategis yang juga mempengaruhi
kondisi dalam negeri yang dipicu oleh faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya,
pertahanan dan keamanan. Dewasa ini lingkungan strategis berkembang sangat dinamis, penuh
ketidakpastian dan kompleks, sehingga sangat sulit bagi suatu negara untuk mengetahui potensi
dan hakikat ancaman serta tantangan terhadap kepentingan nasionalnya. Sejalan dengan
perkembangan zaman, proses globalisasi telah mengakibatkan munculnya fenomena baru yang
dapat berdampak positif yang harus dihadapi bangsa Indonesia, seperti demokratisasi,
penghormatan terhadap hak asasi manusia, tuntutan supremasi hukum, transparansi, dan
akuntabilitas. Fenomena tersebut juga membawa dampak negatif yang merugikan bangsa dan
negara yang pada gilirannya dapat menimbulkan ancaman terhadap kepentingan nasional.

AGENDA II – NILAI-NILAI DASAR ASN

Berorientasi Pelayanan

Definisi dari pelayanan publik sebagaimana tercantum dalam UU Pelayanan Publik


adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai
dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang,
jasa, dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Adapun penyelenggara pelayanan publik menurut UU Pelayanan Publik adalah setiap


institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan
undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk semata-
mata untuk kegiatan pelayanan publik. Dalam batasan pengertian tersebut, jelas bahwa
Aparatur Sipil Negara (ASN) adalah salah satu dari penyelenggara pelayanan publik, yang
kemudian dikuatkan kembali dalam UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
(UU ASN), yang menyatakan bahwa salah satu fungsi ASN adalah sebagai pelayan publik.

Akuntabel

Dalam banyak hal, kata akuntabilitas sering disamakan dengan responsibilitas atau
tanggung jawab. Namun pada dasarnya, kedua konsep tersebut memiliki arti yang berbeda.
Responsibilitas adalah kewajiban untuk bertanggung jawab, sedangkan akuntabilitas adalah
kewajiban pertanggungjawaban yang harus dicapai.

4
Aspek - Aspek akuntabilitas mencakup beberapa hal berikut yaitu akuntabilitas adalah
sebuah hubungan, akuntabilitas berorientasi pada hasil, akuntabilitas membutuhkan adanya
laporan, akuntabilitas memerlukan konsekuensi, serta akuntabilitas memperbaiki kinerja.

Akuntabilitas publik memiliki tiga fungsi utama yaitu pertama, untuk menyediakan
kontrol demokratis (peran demokrasi); kedua, untuk mencegah korupsi dan penyalahgunaan
kekuasaan (peran konstitusional); ketiga, untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas (peran
belajar). Akuntabilitas publik terdiri atas dua macam, yaitu: akuntabilitas vertikal (vertical
accountability), dan akuntabilitas horizontal (horizontal accountability). Akuntabilitas
memiliki 5 tingkatan yang berbeda yaitu akuntabilitas personal, akuntabilitas individu,
akuntabilitas kelompok, akuntabilitas organisasi, dan akuntabilitas stakeholder.

Kompeten

Kompetensi adalah deskripsi pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang diperlukan


dalam melaksanakan tugas jabatan (Pasal 1 PermenpanRB Nomor 38 Tahun 2017), dan
kompetensi menjadi faktor penting untuk mewujudkan pegawai profesional dan kompetitif.
Dalam hal ini ASN sebagai profesi memiliki kewajiban mengelola dan mengembangkan
kompetensi dirinya, termasuk mewujudkannya dalam kinerja.

Sesuai Peraturan Menteri PANRB Nomor 38 Tahun 2017 tentang Standar Kompetensi
ASN, kompetensi meliputi: 1) Kompetensi Teknis adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur dan dikembangkan yang spesifik berkaitan dengan
bidang teknis jabatan; 2) Kompetensi Manajerial adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dikembangkan untuk memimpin dan/atau mengelola
unit organisasi; dan 3) Kompetensi Sosial Kultural adalah pengetahuan, keterampilan, dan
sikap/perilaku yang dapat diamati, diukur, dan dikembangkan terkait dengan pengalaman
berinteraksi dengan masyarakat majemuk dalam hal agama, suku dan budaya, perilaku,
wawasan kebangsaan, etika, nilai-nilai, moral, emosi dan prinsip, yang harus dipenuhi setiap
pemegang Jabatan, untuk memperoleh hasil kerja sesuai dengan peran, fungsi dan Jabatan

Harmonis

Harmoni adalah kerja sama antara berbagai faktor dengan sedemikian rupa hingga
faktor-faktor tersebut dapat menghasilkan suatu kesatuan yang luhur. Suasana harmoni dalam
lingkungan bekerja akan membuatkan kita secara individu tenang, menciptakan kondisi yang

5
memungkinkan untuk saling kolaborasi dan bekerja sama, meningkatkan produktifitas bekerja
dan kualitas layanan kepada pelanggan.

Dalam mewujudkan suasana harmoni maka ASN harus memiliki pengetahuan tentang
historisitas ke-Indonesia-an sejak awal Indonesia berdiri, sejarah proses perjuangan dalam
mewujudkan persatuan bangsa termasuk pula berbagai macam gerakan gerakan separatism dan
berbagai potensi yang menimbulkan perpecahaan dan menjadi ancaman bagi persatuan bangsa.
Secara umum, menurut Undang-Undang No. 5 Tahun 2014 Pasal 11 tentang ASN, tugas
pegawai ASN adalah sebagai berikut:

1. Melaksanakan kebijakan publik yang dibuat oleh Pejabat Pembina Kepegawaian sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
2. Memberikan pelayanan publik yang profesional dan berkualitas.
3. Mempererat persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Loyal

Salah satu sifat yang harus dimiliki oleh seorang ASN ideal adalah sifat loyal atau setia
kepada bangsa dan negara. Sifat dan sikap loyal terhadap bangsa dan negara dapat diwujudkan
dengan sifat dan sikap loyal ASN kepada pemerintahan yang sah sejauh pemerintahan tersebut
bekerja sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, karena ASN merupakan
bagian atau komponen dari pemerintahan itu sendiri.

Loyal, merupakan salah satu nilai yang terdapat dalam Core Values ASN yang dimaknai
bahwa setiap ASN harus berdedikasi dan mengutamakan kepentingan bangsa dan negara,
dengan panduan perilaku:

1. Memegang teguh ideologi Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia tahun 1945, setia kepada NKRI serta pemerintahan yang sah.
2. Menjaga nama baik sesama ASN, pimpinan instansi dan negara.
3. Menjaga rahasia jabatan dan negara.

Adapun kata-kata kunci yang dapat digunakan untuk mengaktualisasikan panduan perilaku
loyal tersebut di atas diantaranya adalah sebagai berikut :

1. Komitmen yang bermakna perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu atau


hubungan keterikatan dan rasa tanggung jawab akan sesuatu.

6
2. Dedikasi yang bermakna pengorbanan tenaga, pikiran, dan waktu demi keberhasilan
suatu usaha yang mempunyai tujuan yang mulia, dedikasi ini bisa juga berarti
pengabdian untuk melaksanakan cita-cita yang luhur dan diperlukan adanya sebuah
keyakinan yang teguh.
3. Kontribusi yang bermakna keterlibatan, keikutsertaan, sumbangsih yang diberikan
dalam berbagai bentuk, baik berupa pemikiran, kepemimpinan, kinerja,
profesionalisme, finansial atau, tenaga yang diberikan kepada pihak lain untuk
mencapai sesuatu yang lebih baik dan efisien.
4. Nasionalisme yang bermakna suatu keadaan atau pikiran yang mengembangkan
keyakinan bahwa kesetiaan terbesar mesti diberikan untuk negara atau suatu sikap cinta
tanah air atau bangsa dan negara sebagai wujud dari cita-cita dan tujuan yang diikat
sikap-sikap politik, ekonomi, sosial, dan budaya sebagai wujud persatuan atau
kemerdekaan nasional dengan prinsip kebebasan dan kesamarataan kehidupan
bermasyarakat dan bernegara.
5. Pengabdian yang bermakna perbuatan baik yang berupa pikiran, pendapat, ataupun
tenaga sebagai perwujudan kesetiaan, cinta, kasih sayang, hormat, atau satu ikatan dan
semua itu dilakukan dengan ikhlas.

Adaptif

Adaptif adalah karakteristik alami yang dimiliki makhluk hidup untuk bertahan hidup
dan menghadapi segala perubahan lingkungan atau ancaman yang timbul. Dengan demikian
adaptasi merupakan kemampuan mengubah diri sesuai dengan keadaan lingkungan tetapi juga
mengubah lingkungan sesuai dengan keadaan (keinginan diri). Sejatinya tanpa beradaptasi
akan menyebabkan makhluk hidup tidak dapat mempertahankan diri dan musnah pada
akhirnya oleh perubahan lingkungan. Sehingga kemampuan adaptif merupakan syarat penting
bagi terjaminnya keberlangsungan kehidupan.

Kebutuhan kemampuan beradaptasi ini juga berlaku juga bagi individu dan organisasi
dalam menjalankan fungsinya. Dalam hal ini organisasi maupun individu menghadapi
permasalahan yang sama, yaitu perubahan lingkungan yang konstan, sehingga karakteristik
adaptif dibutuhkan, baik sebagai bentuk mentalitas kolektif maupun individual.

Fondasi organisasi adaptif dibentuk dari tiga unsur dasar yaitu lanskap (landscape),
pembelajaran (learning), dan kepemimpinan (leadership). Unsur lanskap terkait dengan
bagaimana memahami adanya kebutuhan organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan

7
strategis yang berubah secara konstan. Dinamika dalam perubahan lingkungan strategis ini
meliputi bagaimana memahami dunia yang kompleks, memahami prinsip ketidakpastian, dan
memahami lanskap bisnis. Unsur kedua adalah pembelajaran yang terdiri atas elemen-elemen
adaptive organization yaitu perencanaan beradaptasi, penciptaan budaya adaptif, dan struktur
adaptasi. Yang terakhir adalah unsur kepemimpinan yang menjalankan peran penting dalam
membentuk adaptive organization.

Di sektor publik, budaya adaptif dalam pemerintahan ini dapat diaplikasikan dengan
tujuan untuk memastikan serta meningkatkan kinerja pelayanan publik. Adapun ciri-ciri
penerapan budaya adaptif dalam lembaga pemerintahan antara lain sebagai berikut:

1. Dapat mengantisipasi dan beradaptasi dengan perubahan lingkungan


Bentuk antisipasi dan kemampuan adaptasi ini diwujudkan dalam praktek kebijakan
yang merespon isu atau permasalahan publik sesuai dengan tuntutan dan
kebutuhannya.
2. Mendorong jiwa kewirausahaan
Jiwa kewirausahaan merupakan salah satu gagasan penting dari konsep reinventing
government yang dipraktekkan di Amerika Serikat. Dengan jiwa kewirausahaan ini
maka pemerintah dan birokrasi secara khusus melakukan pengelolaan sumber daya
organisasi secara efisien dan efektif layaknya organisasi bisnis memaksimalkan tata
kelola aset dan modalnya untuk meraih keuntungan sebesar-besarnya.
3. Memanfaatkan peluang-peluang yang berubah-ubah
Pemerintah dalam memaksimalkan kinerja pelayanan publik maupun fungsi-fungsi
lainnya seyogyanya mampu memahami dan memaksimalkan peluang yang ada.
(Diskusikan peluang apa saja yang dapat diidentifikasi dan dimaksimalkan
pemerintah dalam menjalankan fungsinya).
4. Memperhatikan kepentingan-kepentingan yang diperlukan antara instansi mitra,
masyarakat dan sebagainya.
Beradaptasi juga berarti kemampuan untuk memasukan pertimbangan kepentingan
dari mitra kerja maupun masyarakat. Dalam hal ini tujuan organisasi pemerintah
harus dikembalikan pada fungsi melayani, yang berarti mengedepankan
kepentingan mitra dan masyarakat.
5. Terkait dengan kinerja instansi.
Budaya adaptif seyogyanya diinternalisasi dan diwujudkan ke dalam organisasi
sebagai upaya meningkatkan kinerja instansi. Budaya adaptif tidak dilakukan untuk

8
menyerah pada tuntutan lingkungan, tetapi justru untuk merespon dan bereaksi
dengan baik kepada perubahan lingkungan, dengan tujuan untuk mempertahankan
atau bahkan meningkatkan kinerja instansinya.

Kolaboratif

Kolaborasi sering dikatakan meliputi segala aspek pengambilan keputusan,


implementasi sampai evaluasi. Berbeda dengan bentuk kolaborasi lainnya atau interaksi
stakeholders bahwa organisasi lain dan individu berperan sebagai bagian strategi kebijakan,
collaborative governance menekankan semua aspek yang memiliki kepentingan dalam
kebijakan membuat persetujuan.

Pada collaborative governance pemilihan kepemimpinan harus tepat yang mampu


membantu mengarahkan kolaboratif dengan cara yang akan mempertahankan tata kelola
stuktur horizontal sambil mendorong pembangunan hubungan dan pembentukan ide. Selain
itu, Kolaboratif harus memberikan kesempatan kepada berbagai pihak untuk berkontribusi,
terbuka dalam bekerja sama dalam menghasilkan nilai tambah, serta menggerakan
pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan bersama.

AGENDA III – KEDUDUKAN DAN PERAN PPPK UNTUK MENDUKUNG


TERWUJUDNYA SMART GOVERNANCE SESUAI DENGAN KETENTUAN
PERATURAN PERUNDANGAN

Smart ASN

Literasi digital berfungsi untuk meningkatkan kemampuan kognitif sumber daya


manusia di Indonesia agar keterampilannya tidak sebatas mengoperasikan gawai. Kerangka
kerja literasi digital untuk kurikulum terdiri dari digital skill, digital culture, digital ethics, dan
digital safety. Kerangka kurikulum literasi digital digunakan sebagai metode pengukuran
tingkat kompetensi kognitif dan afektif masyarakat dalam menguasai teknologi digital.

Digital skill merupakan Kemampuan individu dalam mengetahui, memahami, dan


menggunakan perangkat keras dan piranti lunak TIK serta sistem operasi digital dalam
kehidupan sehari-hari. Digital culture merupakan Kemampuan individu dalam membaca,
menguraikan, membiasakan, memeriksa, dan membangun wawasan kebangsaan, nilai
Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika dalam kehidupan sehari-hari dan digitalisasi kebudayaan
melalui pemanfaatan TIK. Digital ethics merupakan Kemampuan individu dalam menyadari,
mencontohkan, menyesuaikan diri, merasionalkan, mempertimbangkan, dan mengembangkan

9
tata kelola etika digital (netiquette) dalam kehidupan sehari-hari. Digital safety merupakan
Kemampuan User dalam mengenali, mempolakan, menerapkan, menganalisis, menimbang dan
meningkatkan kesadaran pelindungan data pribadi dan keamanan digital dalam kehidupan
sehari-hari.

Manajemen ASN

Aparatur Sipil Negara mempunyai peran yang amat penting dalam rangka menciptakan
masyarakat madani yang taat hukum, berperadaban modern, demokratis, makmur, adil, dan
bermoral tinggi dalam menyelenggarakan pelayanan kepada masyarakat secara adil dan
merata, menjaga persatuan dan kesatuan bangsa dengan pebuh kesetiaan kepada Pancasila dan
Undang Undang Dasar Tahun 1945. Kesemuanya itu dalam rangka mencapai tujuan yang
dicita-citakan oleh bangsa Indonesia.

Untuk mewujudkan birokrasi yang professional dalam menghadapi tantangan-


tantangan tersebut, pemerintah melalui UU Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara
telah bertekad untuk mengelola aparatur sipil negara menjadi semakin professional. Undang-
undang ini merupakan dasar dalam manajemen aparatur sipil negara yang bertujuan untuk
membangun aparat sipil negara yang memiliki integritas, profesional dan netral serta bebas dari
intervensi politik, juga bebas dari praktek KKN, serta mampu menyelenggarakan pelayanan
publik yang berkualitas bagi masyarakat.

UU ASN mencoba meletakkan beberapa perubahan dasar dalam manajemen SDM.


Pertama, perubahan dari pendekatan personel administration yang hanya berupa pencatatan
administratif kepegawaian kepada human resource management yang menganggap adalah
sumber daya manusia dan sebagai aset negara yang harus dikelola, dihargai, dan dikembangkan
dengan baik. Kedua, perubahan dari pendekatan closed career system yang sangat berorientasi
kepada senioritas dan kepangkatan, kepada open career system yang mengedepankan
kompetisi dan kompetensi ASN dalam promosi dan pengisian jabatan. UU ASN juga
menempatkan pegawai ASN sebagai sebuah profesi yang harus memiliki standar pelayanan
profesi, nilai dasar, kode etik dan kode perilaku profesi, pendidikan dan pengembangan profesi,
serta memiliki organisasi profesi yang dapat menjaga nilai-nilai dasar profesi.

10
KETERKAITAN ANTAR AGENDA

Agenda I - Bela Negara dan Agenda II - Nilai-Nilai Dasar ASN memiliki keterkaitan
dalam konteks membangun ASN yang memiliki integritas, loyalitas, dan kompetensi yang
tinggi untuk melayani negara dan masyarakat. Pada Agenda I, Bela Negara menekankan
pentingnya kesadaran akan sistem nasional, nilai-nilai Pancasila, dan kesiapsiagaan dalam
menghadapi ancaman terhadap kepentingan nasional. Sementara Agenda II, Nilai-Nilai Dasar
ASN menekankan pentingnya pelayanan publik yang profesional, akuntabilitas, kompetensi,
harmoni, loyalitas, adaptasi, dan kolaborasi.

Keterkaitan antara kedua agenda tersebut dapat dirangkum sebagai berikut:

Integritas dan Loyalitas: Nilai-nilai integritas dan loyalitas yang ditekankan dalam
Agenda II sesuai dengan kepentingan negara dan masyarakat, yang juga sejalan dengan nilai-
nilai Bela Negara. ASN harus memiliki integritas tinggi dan setia kepada bangsa dan negara.

Akuntabilitas: Akuntabilitas, baik dalam Agenda II maupun dalam Bela Negara, adalah
nilai penting dalam pelayanan publik dan dalam menjaga kedaulatan negara. ASN yang
akuntabel akan lebih efektif dalam melaksanakan tugas mereka.

Kompetensi: Kompetensi, seperti yang ditekankan dalam Agenda II, adalah bagian
penting dari kesiapsiagaan Bela Negara. ASN yang kompeten mampu berkontribusi lebih baik
dalam memecahkan berbagai persoalan yang dihadapi oleh bangsa dan negara.

Adaptabilitas: Kemampuan adaptasi yang ditekankan dalam Agenda II adalah relevan


dengan kesiapsiagaan Bela Negara dalam menghadapi perubahan lingkungan strategis yang
dinamis. Pemerintah dan ASN harus dapat beradaptasi dengan perubahan dan ancaman yang
berkembang.

Kolaborasi: Kolaborasi antara instansi pemerintah, masyarakat, dan sektor lainnya


(seperti yang ditekankan dalam Agenda II) dapat memperkuat persatuan dan kesatuan negara,
yang merupakan tujuan penting dalam konsep Bela Negara.

Agenda III tentang peran PPPK juga dapat terintegrasi dalam kerangka ini. PPPK dapat
berkontribusi untuk meningkatkan kompetensi dan kualitas ASN, serta dapat menjadi bagian
dari upaya pemerintah dalam membangun aparatur sipil negara yang lebih profesional dan
berintegritas.

11
Keseluruhan, keterkaitan antara ketiga agenda ini adalah untuk membangun aparatur
sipil negara yang lebih kuat, lebih profesional, dan lebih siap dalam menghadapi berbagai
perubahan lingkungan strategis dan ancaman terhadap kepentingan nasional. Melalui
integritas, akuntabilitas, kompetensi, adaptabilitas, dan kolaborasi, ASN dan PPPK dapat
bersama-sama mendukung terwujudnya smart governance sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan.

12

You might also like