You are on page 1of 3

Tugas Individu

Contoh Kasus Non Litigasi di Lingkungan Sekitar(Kasus Penyerobotan Tanah antara Hj. Sundari
dengan Hj. Asiyah Di DusunPlosorejo, Desa Kemaduh, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk)1.

Kronologi KasusHj. Sundari, 50 Tahun, bertempat tinggal di Dusun Plosorejo RT/RW01/02, Desa
Kemaduh, Kecamatan Baron, Kabupaten Nganjuk memiliki tanahseluas kurang lebih 385 m

Yang diatasnya berdiri bangunan rumah yangsekarang ditempati olehnya.Kemudian Hj. Siti Asiyah,
40 Tahun, bertempat tinggal di Dusun PlosorejoRT/RW 01/02, Desa Kemaduh, Kecamatan Baron,
Kabupaten Nganjukmemeliki tanah seluas 350 m

Yang diatasnya berdiri bangunan rumah yangditempati pula oleh Hj. Asiyah beserta keluarganya,
yang mana letak rumah Hj.Asiyah tersebut berada di depan rumah Hj. Sundari.Pada tahun 2014, Hj.
Asiyah membangun septic tank (bak untukmenampung air limbah yang digelontorkan dari WC) di
sebagian tanah milik Hj.Sundari yang mana berakibat tertutupnya akses jalan masuk ke rumah
Hj.Sundari dikarenakan pembangunan septic tank tersebut peris di depan halamanrumah Hj.
Sundari. Penguasaan tanpa hak atas tanah Hj. Sundari seluar kuranglebih 0,7 m

Yang kemudian disebut sebagai obyek sengketa yang kemudiandibangun septic tank berukuran 1m
x 0,7m yang menutup satu-satunya akses pintu masuk ke rumah Hj. Sundari dikarenakan
pembangunannya persis di depanhalaman pintu masuk menuju rumah Hj. Sundari.2.

PermasalahanTimbulnya sengketa tersebut tentunya berdampak negatif terhadap Hj.Sundari karena


pembangunan tersebut mengakibatkan akses jalan satu-satunyamenuju rumah Hj. Sundari tertutup.
Dalam kasus penyerobotan tanah, para pihak

Dapat memilih apakah permasalahan tersebut akan diselesaikan di pengadilanataukah diselesaikan


diluar pengadilan (non litigasi). Jika melalui jalur litigasi,maka dibuthkan biaya yang banyak dan
waktu yang lama. Sedangkan biladiselesaikan dengan jalur non litigasi maka lebih bersifat
kekeluargaan untukmencapai solusi yang diputuskan bersama. Lantas langkah apa yang
dilakukanoleh Hj. Sundari terhadap kasus yang menimpanya?3.

Analisis PermasalahanPada tahun 2014, ketika terjadi pembangunan septic tank yang dilakukanoleh
Hj. Asiyah di depan rumah Hj. Sundari yang mengakibatkan tertutupnyasatu-satunya akses jalan
menuju rumahnya, Hj. Sundari pun telah menegur Hj.Asiyah dengen memberikan pernyataan
bahwasanya sebagian tanah yang akandijadikan septic tank adalah tanahnya. Namun Hj. Asiyah
mengelak kalau tanahtersebut adalah sebagian tanah yang dimiliki oleh Hj. Sundari. Kemudian
Hj.Sundari yang merasa tidak terima akan hal tersebut menanyakan kebenaran perihal tanah yang
dijadikan obyek sengketa tersebut. Berdasarkan keteranganmelalui desa dinyatakan bahwa tanah
tersebut sebagian merupakan tanah Hj.Sundari dengan demikian tidak semua tanah tersebut milik
Hj. Asiyah.Hj. Sundari berdiskusi dengan keluarganya mengenai permasalahan inidan memikirkan
akan melakukan upaya hukum seperti apa dalam menyelesaikan permasalahan ini. Berdasarkan
musyawarah keluarga akhirnya Hj. Sundarimemilih menyelesaikan permasalahan ini dengan
negosiasi agar tidakmenghabiskan banyak waktu. Ketika dilakukan negosiasi Hj. Asiyah
tetapmelanjutkan pembangunan tersebut padahal sudah dibuktikan dengan dokumendari Kepala
Desa. Karena semakin keruh keadaan tersebut. Akhirnya Hj. Sundarimeminta bantuan Kepala Desa
Kemaduh untuk menyelesaikan permasalahan inidan pada akhirnya jalur mediasi pun
dilaksanakan.Mediasi dilakukan oleh Kepala Desa Kemaduh sebagi mediator yangselanjutnya para
pihak Hj. Asiyah dan Hj. Sundari menghadiri proses mediasitersebut. Proses mediasi awalnya
mendengarkan pernyataan kedua belah pihak,yang mana Hj. Asiyah tetap bersikukuh bahwasanya
tanah yang sedangdilakukan pembangunan septic tank tersebut adalah bagian dari tanahnya

Sedangkan Hj. Sundari dengan bukti sertifikat tanah yang dimilikinyamembantah bahwasanya tanah
tersebut bukan milik Hj. Asiyah. Peran mediatordalam mengadili permaslahan ini adalah menengahi
agar tidak saling emosi.Kemudian mediator memberikan pengertian berdasarkan Pasal 2 PRP No. 51

Tahun 1960 menyebutkan bahwa “Dilarang memakai tanha tanpa ijin yang berhak atas kuasanya
yang sah”.

Berdasarkan pasal tersebut Hj. Asiyah telah melakukan pelanggaran Pasal2 PRP No. 51 Tahun 1960
dikarenakan dirinya tidak memiliki bukti yangmenyatakan bahwasanya, dia melakukan
pembangunan diatas tanahnya sendiriwalaupun tanah yang dilakukan pembangunan tersebut
menyangkut tanah milikorang lain meskipun sedikit dan mengakibatkan menutupi jalan satu-
satunyayang mengakses untuk masuk ke rumah Hj. Sundari.Selain itu, dalam kasus penyerobotan
tanah pasti ada para pihak yangdirugikan, maka otomatis para pihak tersebut memerlukan ganti rugi
ataskerugian yang dialaminya. Dari hasil mediasi yang dilakukan menghasilkankeputusan bahwa
kedua belah pihak telah sepakat Hj. Asiyah dapat meneruskan pembangunan septic tank miliknya
akan tetapi harus memberikan kompensasisebesar Rp. 20.000.000 kepada Hj. Sundari guna
membuat akses jalan lainmenuju rumahnya.4.

Aturan Hukuma.

UU No. 30 Tahun 1999 tentang Arbitrase Dan Alternatif Penyelesaian

Sengketa Pasal 1 ayat 10 “Alternatif penyelesian sengketa adalah lembaga

Penyelesaian sengketa atau beda pendapat melalui prosedur yang disepakati para pihak, yakni
penyelesaian di luar pengadilan dengan cara konsultasi,

Negosiasi, mediasi, konsiliasi, atau penilaian ahli”. Dengan banyaknya opsi

Penyelesaian sengketa tersebut para pihak dapat memilih melkukan upaya apayang akan
menyelesaian permasalahan yang dialaminya dengan syarat kedua pihak menyetujuinya b.

Pasal 2 PRP No. 51 Tahun 1960 menyatakan bahwa “Dilarang memakai tanahtanpa ijin yang berhak
atas kuasanya yang sah”.
Berdasarkan Pasal tersebut dapat diketahui bahwa Hj. Asiyah telahmelakukan pelanggaran karena
telah mengaku bahwa tanah tersebut miliknyaakan tetapi Hj. Sundari telah menunjukkan bukti
bahwasanya tanah tersebutmiliknya berdasarkan sertifikat yang dimilikinyac.

Pasal 1366 KUHPerdata

Menyatakan bahwa : “setiap orang yang bertanggung

Jawab tidak saja untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatannya tetapi juga untuk kerugian
yang disebabkan karena kelalaian atau kurang hati-hatinya

.Pasal tersebut mengarahkan pada bentuk tanggung jawab pihak yang atas perbuatan kelalaian yang
dilakukannya.d.

Pasal 1367 KUHPerdata menyatakan bahwa : “seorang tidak saja

Bertanggungjawab untuk kerugian yang disebabkan karena perbuataanyasendiri, tetapi juga untuk
kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya, atau
disebabkan oleh orang-orang yang berada dibawah pengawasannya

Akibat dari perbuatan melawan hukum ini adalah penyerobotan tanah yaitu pelaku berhubungan
langsung terhadap ganti kerugian yang dialami olehkorban.5.

Pendapat PenulisSaya setuju terhadap upaya hukum yang dilakukan oleh para pihak yaknimelakukan
negosiasi yang kemudian berlanjut melakukan mediasi karena padatahap negosiasi yang dilakukan
oleh para pihak belum menemukan titik temu.Para pihak dalam kasus tersebut merasa dirinya
sendiri adalah pihak yang paling benar. Oleh karena itu perlu pihak ketiga sebagai penengah dalam
menangani permasalahan tersebut sehingga mediasipun dilakukan. Mediasi tersebut
suksesdilakukan dengan hasil akhir Hj. Asiyah sebagai pelaku penyerobotan tanahmemberikan
kompensasi kepada Hj. Sundari yang akibat dari pembangunanseptic tank tersebut mengalami
kerugian sehingga Hj. Asiyah memberikankompensasi sebesar Rp. 20.000.000 sesuai kesepakatan
yang telah dilakukan.6.

Kesimpulan

You might also like