You are on page 1of 8

Dilema Kepailitan di Tengah Situasi Pandemi Covid 19 Sebagai Akibat Maraknya Kredit Bermasalah di Industri Jasa Keuangan

DILEMA KEPAILITAN DI TENGAH SITUASI PANDEMI COVID 19


SEBAGAI AKIBAT MARAKNYA KREDIT BERMASALAH
DI INDUSTRI JASA KEUANGAN
I Gede Hartadi Kurniawan, Henry Arianto
Fakultas Hukum, Universitas Esa Unggul, Jakarta
Jalan Arjuna Utara Nomor 9, Tol Tomang Kebon Jeruk, Jakarta - 11510
igedehartadi@esaunggul.ac.id

Abstract
The COVID-19 pandemic that has existed since the beginning of 2020 has had a negative growth
effect on economic life as a result of the limitation of community activities with the Large-Scale Social
Restrictions (PSBB) scheme, the implementation of Emergency Community Activity Restrictions
(PKMM Emergency) to the Enforcement of Restrictions on Community Activities. 1, 2, 3 & 4 (
PKMM level 1,2,3 & 4). Restrictions in the form of social distancing, closing of business activities,
services & entertainment will certainly have a negative impact on the business sector which is
included in the non-essential category in handling the COVID-19 pandemic, such as the provision of
basic necessities, hospitals, banks, pharmacies and others. Businesses that are non-essential, of course,
cannot move freely as in the period before the COVID-19 pandemic, so that it leads to paralysis of
business activities and has an impact on increasing non-performing loans in the financial services
sector. This of course has the potential for many industries that can be sued for bankruptcy in
accordance with the provisions of the Law of the Republic of Indonesia number 37 of 2004 concerning
Bankruptcy and Postponement of Debt Payment Obligations. Bankruptcy lawsuits which have the
potential to afflict many industries, of course, directly or indirectly cause disruption of business
activities and loss of livelihood of millions of workers if the Government does not anticipate the
negative effects that may arise from Law of the Republic of Indonesia number 37 of 2004 concerning
Bankruptcy and Suspension of Liability Debt Payment.

Keywords: Pandemic, bankruptcy, credit

Abstrak
Pandemi COVID 19 yang telah ada sejak awal tahun 2020 telah membawa pengaruh
pertumbuhan negatif terhadap kehidupan perekonomian sebagai akibat dari dibatasi nya
aktivitas masyarakat dengan skema Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB),
Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Darurat (PKMM Darurat) hingga
Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat level 1, 2, 3 & 4 (PKMM level 1,2,3 & 4).
Pembatasan yang berupa jaga jarak, penutupan kegiatan bisnis , jasa & hiburan tentu nya
berdampak buruk terhadap sektor usaha yang masuk dalam kategori bukan bersifat
esensial dalam penanganan pandemic COVID 19 seperti penyediaan bahan sembako, rumah
sakit, perbankan, apotik dan lain lain. Bisnis yang bersifat Non Esensial tentunya tidak
dapat beraktivitas dengan leluasa seperti pada masa sebelum Pandemi COVID 19 , sehingga
bermuara terhadap lumpuhnya kegiatan usaha serta berdampak pada kredit bermasalah
yang meningkat di sektor jasa keuangan. Hal ini tentunya berpotensi pada banyaknya
industri yang dapat digugat pailit sesuai ketentuan pada Undang Undang Republik
Indonesia nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang. Gugatan Kepailitan yang berpotensi akan banyak menimpa berbagai industri
tentunya secara langsung atau tidak langsung menyebabkan terganggunya aktivitas bisnis
serta hilangnya mata pencaharian jutaan tenaga kerja apabila Pemerintah tidak
mengantisipasi efek negatif yang dapat timbul dari Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Kata kunci : Pandemi, kepailitan, kredit

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 307


Dilema Kepailitan di Tengah Situasi Pandemi Covid 19 Sebagai Akibat Maraknya Kredit Bermasalah di Industri Jasa Keuangan

Pendahuluan (PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan


Sejak awal tahun 2020 hingga sekarang, Masyarakat Darurat (PKMM Darurat) hingga
Pandemi Covid 19 terus membayangi seluruh Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan
sendi kehidupan manusia dalam skala global Masyarakat level 1, 2, 3 & 4 (PKMM level 1,2,3
atau dapat dikatakan lingkup Internasional. & 4) diberlakukan.
Seluruh sektor masyarakat tanpa terkecuali Di sisi lain, telah terbit aturan
juga di sektor perekonomian, sangat ber- pelonggaran yang dikeluarkan oleh Otoritas
dampak karena situasi pandemi covid 19 meng- yang bertanggung jawab dengan pengawasan
haruskan masyarakat untuk saling menjaga dan pembinaan dengan Industri Jasa Keuangan
jarak, selalu mencuci tangan, menghindari yaitu Otoritas Jasa Keuangan. Aturan pelong-
kerumunan, karena pandemi covid 19 garan pembayaran cicilan kredit tersebut yaitu
mempunyai sifat sangat menular dari satu Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik
manusia ke manusia lain. Hal tersebut meng- Indonesia nomor 11/POJK 03/2020 tentang
haruskan seluruh sektor aktivitas masyarakat , Stimulus Perekonomian Nasional sebagai
wajib menyesuaikan diri dengan situasi Kebijakan Countercyclical dampak penyebaran
pandemi covid 19 ,hal tersebut berarti semua Coronavirus Disease 2019 serta perpan-
kegiatan masyarakat yang bersifat menciptakan jangannya yaitu Peraturan Otoritas Jasa
kerumunan, harus diatur sedemikian rupa Keuangan Republik Indonesia nomor 48/POJK
hingga bermuara kepada penutupan tempat 03/2020 tentang perubahan atas Peraturan
usaha .Ketika tempat usaha masyarakat seperti Otoritas Jasa Keuangan nomor 11/POJK
toko, kios, ruko baik di pinggir jalan ataupun di 03/2020 Tentang Stimilus Perekonomian
pasar ataupun mall sudah tentu sangat Nasional sebaga kebijakan Countercyclical
mempengaruhi pendapatan masyarakat atau dampak penyebaran Coronavirus Disease 2019
suatu badan usaha ,sehingga tentunya meng- Namun dengan adanya pelonggaran
akibatkan seseorang ataupun badan usaha pembayaran cicilan kredit sesuai aturan yang
yang mempunyai kredit ke industri keuangan, dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan yaitu
akan mengalami gagal bayar sebagai akibat dengan Praturan Otoritas Jasa Keuangan
tidak dibukanya tempat usaha oleh Pemerintah nomor 11/ POJK 03/ 2020 dan Peraturan
demi pengendalian penularan pandemi covid Otoritas Jasa Keuangan Republik Indonesia
19. nomor 48 / POJK 03 / 2020, ternyata di
Situasi gagal bayar cicilan kredit yang lapangan terdapat cukup banyak Perusahaan –
dialami masyarakat ataupun badan usaha, akan Perusahaan yang sudah diputus pailit oleh
berakibat terjadinya potensi gugatan pailit dan lembaga Peradilan. Dampak negatif dari
berpotensi diajukan gugatan oleh kreditur sebuah perusahaan diputus pailit tentunya
terhadap debitur yang tidak membayar cicilan akan berakibat kepada buruknya citra
kredit ketika sudah jatuh tempo. Hal ini perusahaan – perusahaan di Indonesia di mata
tercantum di dalam Pasal 2 Undang Undang Internasional serta akan timbul banyak
Republik Indonesia nomor 37 tahun 2004 permasalahan terkait status tenaga kerja yang
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban bekerja di perusahaan – perusahaan sudah
Pembayaran Utang yang tertulis “Debitor yang diputus pailit. Selain itu, dampak negatif
mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak lainnya bahwa dikhawatirkan akan muncul
membayar lunas sedikitnya satu utang yang oknum-oknum kurator yang mengambil
telah jatuh waktu dan dapat ditagih, kesempatan untuk mencari keuntungan
dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, sebesar-besarnya tanpa fokus pada
baik atas permohonannya sendiri maupun atas penyelesaian masalah sebaik-baiknya
permohonan satu atau lebih kreditornya”.
Situasi pandemi Covid 19 yang terjadi pada Metode Penelitian
saat ini tentunya tidak sama dengan situasi Metode pendekatan yang digunakan
ketika sebelum era pandemic, dan juga dalam penelitian ini adalah dengan meng-
Pemerintah Indonesia juga telah melakukan gunakan metode pendekatan normative
langkah pelonggaran pembayaran kredit dengan menggunakan pendekatan Undang-
sebagai akibat dari lesunya bisnis di saat Undang (statute approach) dan pendekatan
kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar Konseptual. Tipe Penelitian dalam penelitian

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 308


Dilema Kepailitan di Tengah Situasi Pandemi Covid 19 Sebagai Akibat Maraknya Kredit Bermasalah di Industri Jasa Keuangan

ini adalah deskriptif analitis. Sumber bahan a. Keuangan dan perbankan


hukum dalam penelitian ini yaitu bersumber b. Pasar modal
dari data sekunder berdasarkan bahan-bahan c. Sistem pembayaran
pustaka. d. Teknologi informasi dan komunikasi
e. Perhotelan non-penanganan karantina
Hasil dan Pembahasan COVID-19
Perkembangan dinamika perekonomian f. Industri orientasi ekspor
di suatu negara, tidak terkecuali di Indonesia,
tentunya bergerak sangat dinamis sesuai Bidang usaha yang tidak termasuk
dinamika pengaruh lingkungan internal dan sektor kritikal dan sektor esensial wajib WFH
eksternal perusahaan. Pengaruh eksternal dan tidak diperkenankan membuka kantor
perusahaan salah satunya yang berkaitan sama sekali.
dengan berbagai kebijakan yang dikeluarkan Pemberlakuan aturan sesuai 3 kategori
oleh otoritas dan instansi yang mengatur derap pembatasan kegiatan diatas, tentunya akan
bisnis suatu perusahaan. Kebijakan –kebijakan sangat berpengaruh terhadap volume usaha
yang dikeluarkan oleh pemerintah, tidak yang dihasilkan sebagai akibat dari aktivitas
terkecuali kebijakan tentang pembatasan produksi yang dikurangi . Belum lagi dengan
kegiatan sebagai akibat pandemi covid 19, berbagai pembatasan lainnya yang berkaitan
seperti Pembatasan Sosial Berskala Besar dengan aktivitas yang berpotensi menciptakan
(PSBB), Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan kerumunan dan diatur dengan aturan hukum
Masyarakat Darurat (PKMM Darurat) hingga yaitu Instruksi Menteri Dalam Negeri nomor 30
Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masya- tahun 2021 tentang Pemberlakuan Pembatasan
rakat level 1, 2, 3 & 4 ( PKMM level 1,2,3 & 4) Kegiatan Masyarakat Level 4, Level 3, dan
serta pemberlakuan berbagai aturan seperti Level 2 Corona Virus Desease 2019 di Wilayah
Surat Tanda Registrasi Pekerjaan ( STRP) dalam Jawa dan Bali yang mengatur pembatasan buka
melakukan pekerjaan lintas wilayah ataupun atau tutup pasar tradisional dan mall.
menggunakan transportasi umum, tentunya Berbagai aturan diatas yang membatasi
akan memukul sektor usaha yang tidak berbagai aktivitas di dunia usaha dan
berkaitan langsung dengan pandemi Covid 19. masyarakat sudah tentu sangat berpengaruh
Pembedaan jenis usaha dalam situasi pandemi terhadap pendapatan laba atau keuntungan
covid 19 dapat dikategorikan dalam 3 kategori dari usaha-usaha yang ditutup, sedangkan di
yaitu: sisi lain para pengusaha sebagian besar
Bidang usaha yang termasuk sektor mengembangkan usahanya dengan memper-
kritikal yang dapat bekerja WFO: oleh pinjaman kredit dari Perbankan, leasing,
1. Energi multi finance dan berbagai industri jasa
2. Kesehatan keuangan lainnya baik yang terdaftar di
3. Keamanan Otoritas Jasa keuangan ataupun yang tidak
4. Logistik dan transportasi terdaftar di Otoritas Jasa Keuangan. Dengan
5. Industri makanan dan minuman serta memperoleh pinjaman kredit, sudah tentu ada
penunjangnya pembayaran cicilan bulanan yang harus
6. Petrokimia dibayar debitur, namun tentunya pembayaran
7. Semen cicilan tersebut akan bermasalah apabila
8. Objek vital nasional sumber pendapatan untuk pembayaran cicilan
9. Penanganan bencana kredit juga ditutup akibat pemberlakuan
10. Proyek strategis nasional berbagai pembatasan usaha di luar usaha di
11. Konstruksi sektor kritikal dan esensial.
12. Utilitas dasar (listrik dan air) Meski dunia usaha sedang bergelut
13. Industri pemenuhan kebutuhan pokok dengan kerugian akibat berbagai pembatasan
masyarakat sehari-hari kegiatan usaha yang diberlakukan oleh
pemerintah, namun di sisi lain, Undang-
Bidang usaha yang termasuk sektor Undang Republik Indonesia nomor 37 tahun
esensial dapat bekerja 50 persen WFH dan 50 2004 tentang Kepailitan dan Penundaan
persen WFO Kewajiban Pembayaran Utang, faktanya tidak

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 309


Dilema Kepailitan di Tengah Situasi Pandemi Covid 19 Sebagai Akibat Maraknya Kredit Bermasalah di Industri Jasa Keuangan

ada pengecualian di tengah kesulitan dunia Ketika terjadi Pemutusan Hubungan Kerja
usaha sebagai akibat pemberlakuan berbagai (PHK), tentunya perusahaan yang sudah
pembatasan kegiatan usaha karena pandemi diputus pailit wajib membayar seluruh Uang
covid 19. Berbagai kasus gugatan pailit yang Pesangon dan Uang Penghargaan Masa Kerja
diajukan oleh berbagai kreditur terhadap (UPMK) sesuai ketentuang yang terdapat di
debitur selama masa dimulainya pandemic dalam Pasal 156 dan Pasal 157 Undang –
covid 19 dapat dilihat pada berbagai link Undang nomor 13 tahun 2003 tentang
dibawah ini : Ketenagakerjaan. Hal ini tentunya akan
1. https://money.kompas.com/read/2020/1 berakibat bertambah sulitnya pengusaha untuk
0/11/183820726/sederet-kasus- membayar uang pesangon berikut uang
perusahaan-yang-tersandung-pkpu-dan- penghargaan masa kerja, sebagai akibat
kepailitan?page=all ditutupnya badan usaha nya akibat diputus
2. http://sipp.pn- pailit.
jakartapusat.go.id/list_perkara/type/MFV Berdasarkan ketentuan dari pasal 15
sdXNTYU5pVnExQXpkWjVpMUVCbklKR Undang-Undang Republik Indonesia nomor 37
zhGRzBSSk8zYkR1aWRrUkMxQXE2aUxic tahun 2004 tentang Kepailitan Dan Penundaan
DFLU1czZ3Jsa0VtRW9rcEc4Q2U1dEFiUVJ Kewajiban Pembayaran Utang terdapat
4SnNoNWJiT0pLM2c9PQ== ketentuan sebagai berikut:
3. https://sipp.pn- 1. Dalam putusan pernyataan pailit, harus
surabayakota.go.id/list_perkara/page/12/ diangkat Kurator dan seorang Hakim
QjFwdldnODFTRXdxbERJTEFNVVJ3MG5 Pengawas yang ditunjuk dari hakim
ndWtwRkZnREdRUTNGRkowY0h0L2luQ Pengadilan.
mNLR0l0WUErUW5uUHRkSlV3ODFpaD 2. Dalam hal Debitor, Kreditor, atau pihak
YzWjN5Vlg0YzIvMHM3WWQ0c2c9PQ== yang berwenang mengajukan permohonan
/key/col/2 pernyataan pailit sebagaimana dimaksud
4. http://www.sipp.pn- dalam Pasal 2 ayat (2), ayat (3), ayat (4),
semarangkota.go.id/list_perkara/type/K0 atau ayat (5) tidak mengajukan usul
1LeE56SUxNVkRZY2pMR1BSQUNqdWlN pengangkatan Kurator kepada Pengadilan
S1ZvSUpRdFRicFlocEdQWHN2SWo5Ukx maka Balai Harta Peninggalan diangkat
xMFpyNDMyaWc2VSt6SEhIbFJpa2hZWH selaku Kurator.
ptSTA5alB5ekFqeEJoaHc9PQ== 3. Kurator yang diangkat sebagaimana
5. http://sipp.pn- dimaksud pada ayat (1) harus independen,
makassar.go.id/list_perkara/type/Njd5O tidak mempunyai benturan kepentingan
Hk1MTlHSTc0OEUrazM1V2hraTVMcEs4 dengan Debitor atau Kreditor, dan tidak
UG9sblJtVFRkbEc1TDExQ3Q2TzEyaUpBa sedang menangani perkara kepailitan dan
k80ZmpMN25yVk81ZzRlUmF1YTRBYTI0 penundaan kewajiban pembayaran utang
SzFrYWxNa3JkREE9PQ== lebih dari 3 (tiga) perkara.
6. http://sipp.pn- Berikut dibawah ini juga terdapat
medankota.go.id/list_perkara/type/L1dk ketentuan dari Pasal 16 ayat 1 Undang-Undang
MXRtM0tOL2NpY2pxcmw1Ti9od2FmSVd Republik Indonesia nomor 37 tahun 2004
5a0doMEVWbm0xckJCR2JIa250a2l0ZlBjY1 tentang Kepailitan Dan Penundaan Kewajiban
BhWVpONDh3a0FvV3lxelpNeTRna3RJUX Pembayaran Utang yang tertulis:
VDUldVeFBLTWc9PQ== “Kurator berwenang melaksanakan tugas
pengurusan dan/atau pemberesan atas
Berbagai gugatan pailit yang diajukan harta pailit sejak tanggal putusan pailit
oleh berbagai kreditur seperti link-link diatas diucapkan meskipun terhadap putusan
tentunya akan berakibat pada ditutupnya tersebut diajukan kasasi atau peninjauan
usaha debitur apabila majelis hakim memu- kembali”
tuskan perusahaan perusahaan debitur tersebut Terkait keberadaan dan tugas Kurator
diputus pailit, dan hal tersebut tentunya akan seperti pasal 15 dan 16 Undang Undang RI
berujung kepada pemutusan hubungan kerja nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan
(PHK), penyitaan asset debitur serta secara Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang,
otomatis perusahaan debitur di likuidasi. maka profesi Kurator sangatlah berpengaruh

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 310


Dilema Kepailitan di Tengah Situasi Pandemi Covid 19 Sebagai Akibat Maraknya Kredit Bermasalah di Industri Jasa Keuangan

dalam mengelola harta-harta dari Perusahaan tergugat pailit akan penanganan putusan kasus
yang sudah diputus pailit. Kurator adalah satu- kepailitan secara ber larut-larut sebagai akibat
satunya pihak yang menentukan dalam konflik kepentingan yang mungkin timbul dari
pengelolaan seluruh asset perusahaan yang penanganan putusan kepailitan oleh seorang
sudah diputus pailit. Pada pasal 16 ayat 2 kurator . Hal-hal yang berkaitan dengan oknum
Undang-Undang RI nomor 37 tahun 2004 kurator sebaiknya diatur kembali dalam suatu
tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban aturan baru, sehingga kejadian-kejadian dari
Pembayaran Utang tertulis bahwa “Dalam hal berlarut-larutnya kasus kepailitan sebagai
putusan pernyataan pailit dibatalkan sebagai akibat perbuatan oknum kurator tidak terjadi
akibat adanya kasasi atau peninjauan kembali, baik pada masa sekarang atau di masa yang
segala perbuatan yang telah dilakukan oleh akan datang.
Kurator sebelum atau pada tanggal Kurator Di situasi pandemi covid 19 sejak medio
menerima pemberitahuan tentang putusan maret 2020 hingga tidak diketahui waktu
pembatalan sebagaimana dimaksud dalam berakhirnya, sudah tentu membawa perma-
Pasal 17 tetap sah dan mengikat Debitor.” salahan terhadap banyak perusahaan di dunia,
Pasal-pasal diatas menerangkan bahwa tidak terkecuali di Indonesia. Untuk menja-
profesi kurator sangat berwenang menentukan lankan roda bisnis nya, banyak Perusahaan
penjualan asset–asset yang dimiliki debitur berhutang ke Bank, namun di tengah situasi
individu atau perusahaan yang sudah digugat pandemi covid 19, cash flow atau perputaran
pailit. Tentunya independensi dari kurator juga uang di banyak perusahaan menjadi kacau atau
diatur di dalam Pasal 15 ayat 3 Undang- dapat dikatakan bermasalah. Dan sudah
Undang RI nomor 37 tahun 2004 tentang lumrah di banyak perusahaan, kalau suatu
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pem- perusahaan melakukan kerjasama kredit
bayaran Utang yaitu: “Kurator yang diangkat dengan lebih dari satu atau dua kreditur.
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus Ketika dunia perekonomian di Indonesia dalam
independen, tidak mempunyai benturan situasi stabil seperti di masa sebelum pandemi,
kepentingan dengan Debitor atau Kreditor, dan tentunya tidak masalah bagi perusahaan untuk
tidak sedang menangani perkara kepailitan dan melakukan kegiatan ekspansi bisnis. Pengemb-
penundaan kewajiban pembayaran utang lebih angan bisnis atau ekspansi bisnis lazim
dari 3 (tiga) perkara”. Hal tersebut seharusnya dilakukan dengan menambah fasilitas kredit di
menjadi sebuah tolok ukur ideal bahwa satu kreditur ataupun di banyak kreditur. Di
seorang kurator adalah orang-orang yang lingkungan bisnis, terdapat suatu pemahaman
benar-benar jujur, tidak ada konflik kepen- bahwa semakin dipercaya nya seorang
tingan dan selalu bertujuan serta bersemangat pengusaha ataupun suatu perusahaan dalam
untuk menyelesaikan masalah hutang piutang memperoleh suatu fasilitas kredit dari lembaga
terkait kepailitan sebuah perusahaan atau perbankan ataupun lembaga keuangan lainnya,
individu. Namun terkadang kondisi ideal dari maka semakin sukses ataupun semakin bonafid
independensi seorang kurator, tidak selalu bagi pengusaha ataupun perusahaan tersebut
berlaku dengan ideal di lapangan. di dunia bisnis ataupun ketika berurusan
Se-Independensi apapun seorang dengan instansi pemerintahan ketika
Kurator, tidak menjamin apabila seorang perusahaan tersebut mengikuti lelang yang
kurator tidak mempunyai kebutuhan pribadi diumumkan oleh sebuah instansi pemerintah.
sebagai manusia biasa. Seorang manusia biasa Hal ini sudah berjalan bertahun-tahun di
yang kebetulan berprofesi sebagai kurator yang tengah semakin majunya perekonomian
mempunya kewenangan begitu besar untuk Indonesia di masa pandemi. Operasional
mengelola asset individu, perusahaan kecil Perusahaan. Dengan memperoleh fasilitas
atau perusahaan besar yang sudah diputus kredit, pendapatan perusahaan tentunya dapat
pailit, tentunya bukan jaminan apabila muncul menutup semua pengeluaran biaya, termasuk
oknum yang mencari keuntungan besar dari untuk membayar cicilan dari fasilitas kredit
penanganan kepailitan seseorang atau yang diperoleh dari bank atau lembaga
perusahaan. Kemungkinan terdapatnya oknum keuangan lainnya.
kurator dalam penanganan kasus kasus kepai- Pemberlakuan beberapa pembatasan
litan, tentunya dapat mengkhawatirkan kegiatan masyarakat yang diberlakukan oleh

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 311


Dilema Kepailitan di Tengah Situasi Pandemi Covid 19 Sebagai Akibat Maraknya Kredit Bermasalah di Industri Jasa Keuangan

pemerintah sebagai akibat pandemi covid 19, Keuangan (OJK) memang mengeluarkan
berakibat terhadap ditutupnya berbagai macam berbagai paket stimulus keringanan pemba-
tempat usaha, terutama usaha-usaha yang yaran cicilan kredit dengan membuat aturan
bergerak di bidang jasa, seperti bidang kelonggaran bagi perbankan dan industri
pariwisata, restoran, transportasi umum, salon, keuangan lainnya, seperti paket restrukturisasi
warung, mall, pasar grosir dan lain lain atau re scheduling kredit, namun esensinya
berbagai bidang jasa lainnya. Pembatasan ketat kewenangan untuk menyetujui berbagai paket
termasuk sampai penutupan tempat usaha di restrukturisasi kredit tersebut berada di tangan
bidang jasa, tentunya berimbas kepada pasokan industri perbankan atau lembaga keuangannya
rantai usaha dari Pabrik-pabrik di bidang lainnya sendiri sebagai institusi bisnis , dan
industri yang memproduksi berbagai barang- bukan di tangan Otoritas Jasa Keuangan. Oleh
barang keperluan masyarakat termasuk karena itulah, dengan kewenangan bagi
keperluan industri di bidang jasa. Hal ini sudah perbankan untuk menyetujui permohonan
tentu akan mengurangi jam kerja buruh-buruh restrukturisasi atau re scheduling yang diajukan
pabrik yang memproduksi barang-barang oleh berbagai industri sebagai akibat
olahan pangan dan sandang yang dibutuhkan terdampak pandemi covid 19, maka pada
masyarakat, sebagai akibat daya beli dasarnya industri perbankan atau industri
masyarakat yang sangat jauh berkurang. keuangan lainnya dapat menolak setiap
Dengan berkurangnya pendapatan permohonan restrukturisasi dari debitur–
berbagai industri baik di bidang jasa, ataupun debiturnya. Apabila permohonan restukturisasi
industri lain di luar bidang jasa, sudah tentu disetujui pun, belum tentu Otoritas Jasa
akan sangat mampengaruhi cash flow atau Keuangan (OJK) menyetujui kebijakan
aliran perputaran uang perusahaan baik untuk restruckturisasi yang dilakukan oleh industri
membayar hutang, membayar berbagai biaya perbankan, karena ketika dilakukan peme-
operasional industri ataupun biaya-biaya lain riksaan tahunan oleh Otoritas Jasa Keuangan
yang rutin dikeluarkan perusahaan. Peme- (OJK) ke industri Perbankan, Otoritas dapat
rintah memang mengeluarkan paket-paket membatalkan paket retrukturisasi kredit yang
stimulus bagi perbankan untuk dapat menye- telah dijalankan oleh industri perbankan,
tujui permohonan restrukturisasi ataupun re apabila paket restrukturisasi tersebut tidak
scheduling pembayaran cicilan dari hutang dari sesuai dengan petunjuk pelaksanaan yang
industri jasa dan industri lainnya. Namun dikeluarkan oleh Otoritas. Hal ini berakibat
berbagai paket stimulus tersebut tidak diikuti terhadap banyak nya paket restrukturisasi
dengan berbagai keringanan pembayaran di kredit akibat pandemi covid 19 yang dibatalkan
bidang lain seperti keringanan pajak, sewa pelaksanaannya sebagai akibat hasil peme-
tempat usaha, keringanan biaya pembayaran riksaan tahunan Otoritas Jasa Keuangan ke
langganan listrik, langganan Pembayaran Air industri perbankan atau industri keuangan
Minum (PAM), pengeluaran bensin, ataupun lainnya. Oleh karena itu, dengan kemungkinan
biaya-biaya lainnya. Di sisi lain, terdapat aturan dibatalkannya paket restrukturisasi yang telah
Upah Minimum Regional yang harus diikuti berjalan atas rekomendasi Otoritas atas
oleh seluruh industri di tanah air, dan sudah pertimbangan tertentu, maka fasilitas kredit
tentu merupakan salah satu pengeluaran biaya tersebut menjadi bermasalah, dan hal ini dapat
terbesar yang harus dibayarkan oleh industri ke terjadi di satu atau lebih fasilitas kredit yang
pegawai ataupun ke buruh-buruhnya. diberikan oleh kreditur ke debitur.
Dengan begitu banyaknya beban yang Dengan kondisi realitas di lapangan
harus dibayarkan oleh industri jasa dan seperti diatas, sudah tentu suatu industri yang
produksi di tengah situasi pandemi covid 19, awalnya sudah mendapatkan paket restruck-
serta tidak banyaknya dukungan aturan turisasi oleh industri keuangan akibat pandemi
stimulus keringanan biaya yang dikeluarkan covid 19, akan kembali memiliki kredit
oleh pemerintah, maka berakibat tersendatnya bermasalah sebagai akibat paket restrukturisasi
pembayaran rutin cicilan kredit yang tersebut tidak sesuai dengan penilaian oleh
dibayarkan oleh berbagai industri tersebut ke otoritas yang melakukan pembinaan dan
perbankan dan lembaga keuangan lainnya. pengawasan industri keuangan yaitu Otoritas
Pemerintah dalam hal ini Otoritas Jasa Jasa Keuangan. Dan hal ini dapat terjadi di

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 312


Dilema Kepailitan di Tengah Situasi Pandemi Covid 19 Sebagai Akibat Maraknya Kredit Bermasalah di Industri Jasa Keuangan

lebih dari satu, dua atau lebih kreditur, usaha di Indonesia kepada industri perbankan
sehingga ketika fasilitas kredit yang dimiliki atau lembaga keuangan lainnya tentunya
sudah masuk dalam kategori telat pembayaran menjadi suatu hal yang perlu dipikirkan oleh
dan sudah lewat jatuh tempo, maka sesuai pemegang otoritas pemerintahan. Potensi-
dengan Pasal 2 Undang Undang Republik potensi permasalahan tersebut tentunya
Indonesia nomor 37 tahun 2004 tentang berkaitan dengan kekhawatiran akan semakin
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pem- banyaknya perusahaan yang dapat digugat dan
bayaran Utang yang tertulis “Debitor yang diputus pailit, sehingga citra industri di
mempunyai dua atau lebih Kreditor dan tidak Indonesia dapat terganggu. Oleh karena itulah,
membayar lunas sedikitnya satu utang yang terobosan hukum terhadap mudahnya kreditur
telah jatuh waktu dan dapat ditagih, meng-gugat pailit terhadap individu perse-
dinyatakan pailit dengan putusan Pengadilan, orangan atau badan usaha sesuai ketentuan
baik atas permohonannya sendiri maupun atas pada Undang-Undang Republik Indonesia
permohonan satu atau lebih kreditornya”. nomor 37 tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Pengertian seperti inilah yang dapat menjadi Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang
berbeda beda penafsiran nya tergantung perlu dipikirkan serta diajukan untuk dila-
keinginan dari para kreditur-kreditur terhadap kukan revisi atau perubahan oleh pemegang
debitur-debiturnya yang memiliki kredit yang kekuasaan pada eksekutif, legislatif dan
sudah masuk kategori bermasalah. Kreditur - yudikatif.
kreditur tentunya dapat mempunyai penafsiran Harapan pengusaha terhadap
masing-masing terhadap aturan perundang- pemerintah untuk mempermudah regulasi
undangan diatas terkait syarat suatu debitur termasuk keringanan aturan terkait kepailitan
dapat digugar pailit, sehingga di masa pandemi demi mempertahankan bisnis yang dijalankan,
yang belum diketahui berakhirnya, tentunya tentunya perlu menjadi perhatian serius oleh
dikhawatirkan akan semakin banyak perusa- pemegang kebijakan yang membuat dan
haan dapat dikategorikan sudah dapat digugat menyetujui suatu aturan perundang-undangan.
pailir dan diputus pailit oleh Pengadilan. Revisi terhadap Undang-Undang Republik
Belum lagi seperti sudah diulas diatas, Indonesia nomor 37 tahun 2004 tentang
independensi kurator juga tidak dapat dijamin, Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pem-
karena dikhawatirkan terjadi konflik kepen- bayaran Utang khususnya di pasal 2 menjadi
tingan terkait bahwa kurator juga adalah suatu keharusan agar di masa sekarang dan
manusia biasa yang tentunya di masa pandemi masa-masa yang akan datang, suatu perusa-
seperti saat ini, juga membutuhkan banyak haan tidak mudah dpat digugat pailit oleh
biaya untuk bertahan hidup. Dan hal ini akan kreditur, sehingga dunia usaha ke depan akan
berakibat seseorang atau suatu badan usaha semakin kondusif dan berdaya saing demi
yang sudah diputus pailit, dapat mengalami kejayaan dunia usaha Indonesia.
kerugian karena ada potensi penanganan yang
berbelit-belit sebagai akibat kekhawatiran
terdapat banyaknya oknum kurator yang Daftar Pustaka
cenderung mengambil keuntungan pribadi Annisa Dian Arini. (2020). Pandemi Corona
dibanding penanganan masalah secara tuntas. Sebagai Alasan Force Majeure Dalam
Oleh karena itulah perlu adanya terobosan Suatu Kontrak Bisnis. Supremasi Hukum.
hukum terkait penanganan pailit di masa masa Vol. 9 No. 1.
sulit sebagai akibat pandemi covid 19.
Arasy Pradana A. Azis. Kelonggaran Kredit Bagi
Kesimpulan Masyarakat Terkena Imbas, Wabah Corona.
Dengan belum diketahui berakhirnya Diunduh
pandemi covid 19 sebagai akibat bermun- darihttps://www.hukumonline.com/kl
culannya banyak varian covid 19, maka sudah inik/detail/ulasan/lt5e81ad0b11663/ke
tentu menimbulkan ketidakpastian terhadap longgaran-kredit-bagi-masyarakat-
yang berkaitan dengan iklim bisnis di Indo- terkena-imbas-wabah-corona/.
nesia. Potensi–potensi permasalahan terhadap
kemampuan bayar masyarakat ataupun badan

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 313


Dilema Kepailitan di Tengah Situasi Pandemi Covid 19 Sebagai Akibat Maraknya Kredit Bermasalah di Industri Jasa Keuangan

Mochamad Januar Rizki. Langkah-langkah


Penting dalam Restrukturisasi Utang
Akibat Covid-19. Diunduh dari
https://www.hukumonline.com/berita
/baca/lt5e983309c87d3/langkahlangka
h-penting-dalam-restrukturisasi-utang-
akibat-covid-19?page=2.

Nurhidayati , et all. (2020). Manajemen Bisnis Di


Era Pandemi Covid-19 & New Normal. Ed.
Nurhidayati, A Khoirul Anam.
Semarang: Unissula Press.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik


Indonesia nomor 11/POJK 03/2020
tentang Stimulus Perekonomian Nasional
sebagai Kebijakan Countercyclical dampak
penyebaran Coronavirus Disease 2019.

Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Republik


Indonesia nomor 48/POJK 03/2020
tentang perubahan atas Peraturan Otoritas
Jasa Keuangan nomor 11/POJK 03/2020
Tentang Stimilus Perekonomian Nasional
sebaga kebijakan Countercyclical dampak
penyebaran Coronavirus Disease 2019.

Siti Anisah, Optimalisasi LAPS-LJK untuk


Mencegah Kepailitan. Diunduh dari:
https://law.uii.ac.id/blog/2021/09/24
/optimalisasi-laps-ljk-untuk-mencegah-
kepailitan/

Undang – Undang nomor 13 tahun 2003


tentang Ketenagakerjaan.

Undang Undang Republik Indonesia nomor 37


tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang.

Zayyin Faghiya, Implementasi Penundaan


Kewajiban Pembayaran Utang Sebagai
Dampak Resesi Ekonomi Akibat Pandemi
Covid-19 Di Bank Mega Cabang Tegal,
Skripsi Fakultas Hukum Universitas
Pancasakti Tegal, 2021.

Lex Jurnalica Volume 18 Nomor 3, Desember 2021 314

You might also like