You are on page 1of 32
TERKENDALI| NO. DOKUMEN 01/KAK/UKM/1/2023 NO. REVISIT 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023, itt 1 ep PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG. DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO TERAKREDITAS! UTAMA Jin, H. A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 Website : www.pkmtakalala soppengkab.go.id/Email : puskesmastakalala@gmail.com KERANGKA ACUAN PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN PENYAKIT TIDAK MENULAR PENDAHULUAN Penyakit Tidak Menular (P2PTM) merupakan penyakit yang tidak bisa ditularkan dari orang ke orang, yang perkembangannya berjalan perlahan dalam jangka waktu yang lama (kronis). Penyakit Tidak Menular menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat karena tingkat morbiditas dan mortalitas yang tinggi secara global. Oleh karena itu tindakan upaya pencegahan dan pengendalian sangat diperlukan. Berbagai kegiatan program selalu diupayakan untuk pengendalian dan pencegahan PTM di tingkat UPTD Puskesmas Takalala baik kegiatan dalam gedung maupun di luar gedung. Unsur-unsur yang menjadi fokus utama dalam P2PTM yaitu faktor risiko PTM yang terkait dengan penyakit paru kronik dan gangguan imunologi, penyakit jantung dan pembuluh darah, penyakit kanker dan kelainan darah, penyakit diabetes mellitus dan gangguan metabolik serta gangguan indera dan fungsional. Kelima fokus kerja P2PTM tingkat puskesmas sangat diupayakan berbagai kegaiatn promotif dan preventif dengan harapakn kasus PTM di masyarakat dapat dikendalikan. LATAR BELAKANG Indonesia _menyadari bahwa PTM menjadi salah satu masalah Kesehatan dan penyebab kematian yang merupakan ancaman global bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Pencegahan dan Pengendalian Faktor Risiko PTM meliputi 4 cara yaitu; 1) Advokasi, kerja sama, bimbingan dan manajemen PTM, 2) Promosi, pencegahan dan pengurangan faktor risiko PTM melalui pemberdayaan masyarakat, 3) Penguatan kapasitas dan kompetensi layanan Kesehatan, serta kolaborasi sektor swasta dan professional, 4) Penguatan surveillance, pengawasan dan riset PTM. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya keberadaan faktor risiko PTM pada seseorang tidak memberikan gejala sehingga mereka merasa tidak perlu untuk memeriksakan diri. Oleh mW. Iv. vi karena itu, upaya pengendalian dan pencegahan PTM tidak mampu dilakukan oleh sektor Kesehatan saja, perlu melibatkan semua lintas sektor. TUJUAN a.Tujuan Umum Melakukan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular beserta faktor risikonya di Masyarakat b.Tujuan Khusus 1. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Hipertensi 2. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Diabetes Meilitus 3. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Akibat Asap Rokok 4. Meningkatkan Pencegahan dan Pengendalian Kanker KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN No| Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan 1 |Pencegahan dan a. Deteksi Dini/Skrining PTM Prioritas Pengendalian di Masyarakat dan Institusi Penyakit Tidak b. Pembinaan dan Pelayanan Posbindu Menular PTM ¢. Surveilance Penyakit ‘Tidak Menular di masyarakat d. Pelayanan Pemeriksaan IVA SADANIS e. Pemantauan Penerapan Kawasan ‘Tanpa Rokok f. Skrining Rokok di Masyarakat g. Pelayanan Konseling Upaya Berhenti Merokok 2 | Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan _hasil pelaporan pencegahan dan pengendalian Penyakit Tidak Menular CARA MBLAKSANAKAN KEGIATAN Melakukan deteksi dini faktor risiko penyakit tidak menular di seluruh wilayah UPTD Puskesmas Takalala baik pada Posbindu Rutin ataupun berpindah-pindah SASARAN Sasaran dari program ini adalah masyarakat usia 2 15 tahun ke atas Vil. JADWAL PELAKSANAAN [No] Kegiatan Pokok Jadwal Kegiatan [Jan Feb | Mar Apr Mei Jun Jul] Agu | Sep | Ok Nov] De 1 Pencesahan [YY | | dan eee eee | | Pengendalian} | | | | | fervent =| | * | Ee] Tidak | Menular | | VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Setiap kegiatan yang terdapat dalam jadwal pelaksanaan dilakukan rekapitulasi secara rutin. Hasil rekapitulasi dilaporkan kepada Kepala Puskesmas dan Dinas Kesehatan setiap bulan oleh Sanitarian. IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN - Hasil pemantauan menggunakan formulir yang ditentukan - Laporan Hasil pembinaan di laporkan setiap bulan Mengetahui, Kepala Puskesmas Takalala Nip.19730919 199303 1 007 NO. DOKUMEN —_;_ 03/KAK/UKM/1/2023 foe NO. REVISI : 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 a KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN UPAYA BERHENTI MEROKOK UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023, ML. (eh us PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA Jin, H. A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 Website : www pkmtakalala soppengkab.go.id/mail : puskesmastakalala@gmail.com KERANGKA ACUAN KEGIATAN SKRINING UPAYA BERHENTI MEROKOK PENDAHULUAN Merokok merupakan aktifitas yang berdampak merugikan bagi kesehatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga perlu upaya pengendalian dampak rokok terhadap kesehatan. Sebab dalam rokok tersebut terkandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia berbahaya bagi kesehatan, mulai dari nikotin maupun zat lainnya yang bisa menyebabkan kanker dan zat beracun bagi tubuh lainnya. Merokok mungkin merupakan hal biasa bagi sebagian orang karena menjadikan hidupnya lebih semangat, ada juga karena ingin terlihat trendi di hadapan teman dan orang-orang di sekitamya. Sedangkan sebagian beranggapan bahwa kalau tidak merokok hidupnya terasa ada yang kurang enak dan mulut terasa seakan kecut dan tidak enak. Namun mereka kurang mengetahui, bahwa rokok mereka merusak kesehatan orang sekitar dan beresiko terkena penyakit yang sama. Oleh Karena itu, segala bentuk upaya pencegahan, pengendalian dan pengobatan dapat dilakukan melalui pelayanan Upaya Berhenti Merokok. LATAR BELAKANG Jumlah perokok di Indonesia menduduki peringkat pertama di dunia (WHO,2015), perokok laki-laki sebesar 67.4% dan perempuan 4.5%. Adapun di Jawa Barat berdasarkan hasil Riskesdas 2013, persentase perokok di Jawa Barat sebesar 38.6% dan merupakan perokok terbanyak di Indonesia. Prevalensi perokok di Jawa Barat cenderung meningkat dari 37.1% pada tahun 2007, menjadi 37.7% pada tahun 2010 dan naik sebesar 0.9% pada tahun 2013 menjadi 38.6% dengan rata-rata jumlah batang rokok yang dihisap per hari oleh perokok di Jawa Barat yaitu 10,7 batang rokok. Il. Merokok merupakan salah satu faktor risiko Penyakit Tidak Menular (PTM), seperti Penyakit Paru Obstruksi kronik (PPOK), Asma, Jantung dan Stroke. Data WHO 2010 dalam Global Report on NCD menyebutkan bahwa kematian penduduk yang disebabkan oleh penyakit tidak menular sebesar 63%, dan data BPJS Kesehatan menunjukkan behwa penyakit tidak menular merupakan pengguna anggaran biaya perawatan tertinggi di antara penyakit-penyakit yang ditanggung oleh BPJS-Kesehatan. Selain biaya yang tinggi, hilangnya hari atau waktu produktivitas yang berdampak pada biaya hilangnya produktivitas. Di Indonesia, PTM menjadi salah satu masalah kesehatan dan penyebab kematian yang merupakan ancaman bagi pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Angka kematian akibat PTM di Indonesiapada tahun 2014 sebesar 71% (Sample Registration Survey).Empat dari lima penyebab kematian tertinggi adalah stroke (21,1%), penyakit jantung koroner (12,9%), diabetes melitus dengan komplikasi (6,7%), dan hipertensi dengan komplikasi (5,3%). Data Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS) tahun 2017, sebanyak 10.801.787 juta orang atau 5,7% peserta JKN mendapat pelayanan untuk penyakit Katastropik dan menghabiskan sebanyak 14,6 triliun rupiah atau 21,8% biaya pelayanan kesehatan. Penyakit jantung merupakan penyakit yang paling banyak menghabiskan biaya Kesehatan, yaitu sebesar 50,9% atau 7,4 triliun, Penyakit Ginjal Kronik merupakan penyakit katastropik kedua yang paling banyak menghabiskan biaya Kesehatan setelah penyakit jantung, yaitu sebesar 17,7% atau 2,6 triliun rupiah. Masalah PTM utama di negara maju maupun berkembang. TUJUAN a.Tyjuan Umum Membantu masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian asap rokok melalui upaya berhenti merokok b.Tujuan Khusus 1. Mengetahui jumlah perokok wilayah kerja Puskesmas 2. Mengurangi jumlah perokok wilayah kerja Puskesmas 3, Mengurangi dampak dari merokok dan asap rokok Iv. Vi. vu. vill. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN [No] Kegiatan Pokok | Rincian Kegiatan | [1 | Upaya pencegahan fa Skrining Rokok ns =f | berhenti merokok | b. Pelayanan Konseling Upaya Berhenti| | | Merokok | | __| ©. Pemeriksaan penunjang | 2 | Pencatatan dan | Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelaporan | _ CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Pelayanan Upaya Berhenti Merokok terintegrasi dengan kegiatan konseling puskesmas, dengan metode wawancara mendalam, pemeriksaan penunjang, edukasi/konseling dan atau pengobatan serta rujukan tingkat lanjut SASARAN - Perokok aktif wilayah UPTD Puskesmas Takalala JADWAL PELAKSANAAN - Waktu Pelaksanaan pada Bulan Januari-Desember Tahun 2023 - Tempat pelaksanaan di UPTD Puskesmas Takalala, dalam gedung, EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN - Meningkatnya cakupan layanan UBM - Menurunkan jumlah perokok di wilayah kerja puskesmas PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan pelaporan dengan menggunakan kuesioner. Ainuddi ~~ Nip. apaeie aie. 1007 NO. DOKUMEN NO. REVISI TANGGAL TERBIT 04/KAK/UKM/I/2023 02 25 Januari 2023 ky KERANGKA ACUAN KEGIATAN SKRINING ROKOK REMAJA UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO TERAKREDITAS] UTAMA Jin, H, A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 : id, Website : www. /Email : puskesmastakalala@gmail.com KERANGKA ACUAN KEGIATAN SKRINING ROKOK REMAJA PENDAHULUAN Merokok merupakan aktifitas yang berdampak merugikan bagi keschatan individu, keluarga, masyarakat dan lingkungan, baik secara langsung maupun tidak langsung, sehingga perlu upaya pengendalian dampak rokok terhadap Kesehatan. Sebab dalam rokok tersebut terkandung lebih dari 4000 jenis bahan kimia berbahaya bagi kesehatan, mulai dari nikotin maupun zat lainnya yang bisa menyebabkan kanker dan zat beracun bagi tubuh lainnya. Jumlah remaja Indonesia yang tidak pernah merokok sepanjang Tahun 2022 mecapai 75,17% sedangkan remaja perokok aktif setiap hari mencapai 22,04%. Pada umumnya kebiasaan merokok bagi para pelajar bermula karena kurangnya informasi dan kesalahpahaman informasi, termakan iklan, atau terbujuk rayuan teman. Anak usia sekolah atau remaja yang merokok biasanya akan mengalami gejéla kurang fokus belajar, sulit memahami pelajaran karena mengalami penurunan daya tangkap, kurang aktif, mengalami gangguan kecemasan, hingga menyebabkan anak tersebut mengalami depresi. Oleh karena itu, segala bentuk upaya pencegahan, pengendalian dan pengobatan dapat dilakukan melalui skrining rokok remaja. LATAR BELAKANG Masa remaja disebut sebagai periode peralihan dari satu tahap ke tahap berikutnya. Artinya apa yang telah terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Bila anak-anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, anak- anak harus ‘meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan” dan juga harus mempelajari pola perilaku dan sikap baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan. Remaja bukan Jagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Memasuki masa remaja, baik laki-laki maupun perempuan akan menghadapi setidaknya empat perubahan dalam hidupnya (Hurlock, 1973), salah satunya adalah emosi. Kebiasaan yang beresiko menyebabkan kematian atau menimbulkan penyakit pada remaja salah satunya ialah penggunaan rokok. Perilaku merokok yang dilakukan oleh remaja sering kita lihat dari berbagai tempat, misalnya di warung dekat sekolah, perjalanan menuju sekolah, halte bus, kendaraan pribadi, angkutan umum, bahkan di lingkungan rumah. Mereka berkelompok serta dapat menghabiskan rokok sekitar 1 sampai dengan 5 batang dalam waktu singkat. Perilaku mereka ada yang sembunyisembunyi agar tidak diketahui oleh pihak sekolah tetapi ada juga secara terbuka memperlihatkan perilaku merokoknya. Ada juga yang berani ‘merokok dilingkungan sekolah yang jelas merupakan area terlarang merokok. Di tempattempat umum seperti pinggir jalan, terminal semakin bebas para siswa memperlihatkan perilaku merokoknya. Faktor dari dalam diri remaja dapat dilihat dari kajian perkembangan remaja, menjelaskan bahwa remaja mulai merokok karena berkaitan dengan adanya krisis aspek psikososial yang dialami pada masa perkembangannya yaitu masa ketika mereka sedang mencari jati dirinya. Para remaja ini beranggapan perilaku merokok merupakan simbol bahwa mereka telah matang, memiliki kekuatan, bisa menjadi pemimpin, dan memiliki daya tarik pada lawan jenis. Orangtua memegang peranan terpenting. Dari remaja yang merokok, didapatkan 75 % salah satu atau kedua orangtuanya merokok. Faktor lain yang mempengaruhi kebiasaan merokok tersebut jalah kurangnya pethatian dari orangtua karena kesibukan dan sosial ekonomi yang tinggi, sehingga remaja sangat mudah untuk mendapatkan rokok. Ketertarikan generasi muda untuk mencoba rokok sesungguhnya didorong oleh sifat- sifat alami manusia muda yaitu perasaan ingin tahu, perasaan ingin diakui lebih berani oleh lingkungannya, perasaan ingin dianggap lebih hebat dan lebih dewasa dibanding teman sebayanya serta adanya perasaan setia kawan dan senasib sepenanggungan. Rokok sangat membahayakan bagi kesehatan dan juga dapat menghancurkan masa depan remaja, baik secara fisik maupun psikologis. Selain itu juga dapat berpengaruh terhadap lingkungan masyarakat, hal ini dapat menggangu kenyamanan dan kententraman dalam keluarga contoh dari lingkungan seperti ketidak stabilan dalam kehidupan sosial politik, inisis ekonomi, perceraian orang tua, sikap dan perlakuan orang tua yang otoriter atau kurang memberikan kasih sayanng dan pelecehan nilai-nilai moral atau agama, atau masyarakat menjadi resah. Jika hal ini diabaikan IIL. Iv. Vi. Vil maka akan menyebabkan penurunan sumber daya pada remaja yang dikenal sebagai generasi muda Indonesia. TUJUAN a.Tujuan Umum Melakukan analisis hubungan pengetahuan tentang dampak buruk rokok, keberadaan perokok di lingkungan sekolah dan keluarga. b.Tujuan Khusus 1. Mengetahui pengetahuan siswa tentang perilaku merokok Mengetahui paparan media iklan terhadap perilaku merokok Mengetahui persepsi siswa tentang perilaku merokok Mengetahui tingkat perilaku merokok siswa es Pe Menganalisis hubungan antara pengetahuan dengan tingkat perilaku merokok siswa 6. Menganalisis hubungan antara paparan media iklan dengan tingkat perilaku merokok siswa 7. Menganalisis hubungan antara persepsi dengan tingkat perilaku merokok siswa. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN No Kegiatan Pokok | Rincian Kegiatan ] T | Penyuluhan remaja | a. Melakukan pembagian kuesioner dan skriningrokok 4, Melakukan © Wawancara _langsung | | | dengan remaja 2 | Pencatatan dan | Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan pelaporan CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Skrining rokok remaja dilakukan dengan mengisi lembar skrining baik secara manual ataupun online SASARAN Seluruh remaja umur 10-18 Tahun wilayah UPTD Puskesmas Takalala JADWAL PELAKSANAAN Waktu Pelaksanaan pada Bulan Juli ~ September Tahun 2023 ‘Tempat pelaksanaan di wilayah UPTD Puskesmas Takalala. vul. Ix, EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Skrining / evaluasi dilakukan untuk mendapatkan data awal perilaku merokok di lingkungan sekolah, dan perilaku merokok warga sekolah, baik siswa, guru dan orang - orang yang terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Kegiatan ini dilakukan sebagai langkah awal untuk usaha berhenti merokok dan dievaluasi secara rutin. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan pelaporan dengan menggunakan kuesioner. ddin’S. Kep, Ns Nip.19730919 199303 1 007 NO. DOKUMEN NO. REVISI TANGGAL TERBIT 05/KAK/UKM/1/2023 02 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN DAN PEMBINAAN POSBINDU PTM. UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG, TAHUN 2023 sy PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO, TERAKREDITASI UTAMA Jin. H, A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 Website : www pkmtakalala soppengkab.go.id /Email : puskesmastakalala@igmail.com KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN DAN PEMBINAAN POSBINDU PTM I. PENDAHULUAN Saat ini, Penyakit Tidak Menular (PTM) menjadi penyebab kematian utama sebesar 36 juta (63%) dari seluruh kasus kematian yang terjadi di seluruh dunia, di mana sekitar 29 juta (80%) justru terjadi di negara yang sedang berkembang (WHO, 2010). Peningkatan kematian akibat PTM di masa mendatang diproyeksikan akan terus terjadi sebesar 15% ( 44 juta kematian) dengan rentang waktu antara tahun 2010 dan 2020. Kondisi ini timbul akibat perubahan perilaku manusia dan lingkungan yang cenderung tidak sehat terutama pada negara-negara berkembang, Pada awal perjalanan PTM sering kali tidak bergejala dan tidak menunjukkan tanda klinis secara khusus sehingga dating sudah terlambat atau pada stadium lanjut akibat tidak mengetahui dan menyadari kondisi kelainan yang terjadi pada dirinya. Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2013 menunjukan bahwa 69,6% dari kasus diabetes mellitus dan 63,2% dari kasus hipertensi_ masih belum terdiagnosis. Keadaan ini mengakibatkan penanganan menjadi sulit, terjadi komplikasi bahkan berakibat kematian lebih dini. Dalam kurun waktu tahun 1995-2007, kematian akibat PTM mengalami peningkatan dari 41,7% menjadi 59,5%. Riset Kesehatan Dasar tahun 2013 menunjukkan prevalensi penyakit Stroke 12,1 per 1000, Penyakit Jantung Koroner 1,5%, Gagal Jantung 0,3%, Diabetes Melitus 6,9%, Gagal Ginjal 0,2%, Kanker 1,4 per 1000, Penyakit Paru Kronik Obstruktif 3,7% dan Cidera 8,2%. Menurut Riset Kesehatan Dasar tahun 2013, prevalensi merokok 36,3%, (dibagi menjadi perokok laki-laki dan perokok wanita) kurang aktifitas fisik 26,1%, kurang konsumsi sayur dan buah 93,6%, asupan makanan yang berisiko PTM seperti makanan manis 53,1%, makanan asin 26,2%, makanan tinggi lemak 40,7%, makanan berpenyedap 77,3% serta gangguan mental emosional 6,0%. Obesitas umum 15,4%,dan obesitas sentral 26,6%. IL. Peningkatan prevalensi PIM berdampak terhadap peningkatan beban pembiayaan kesehatan yang harus ditanggung Negara dan masyarakat. Penyandang PTM memerlukan biaya yang relative mahal, terlebih bila kondisinya berkembang menjadi kronik dan terjadi komplikasi Oleh karena itu, Posbindu PTM merupakan kegiatan secara terintegrasi untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM berbasis masyarakat sesuai sumber daya dan kebiasaaan masyarakat. Kegiatan mencakup deteksi dini dan tindak lanjut terhadap faktor risiko PTM serta upaya promosi kesehatan melalui berbagai kelompok masyarakat dan pemangku kepentingan (Stakeholder) terutama dalam tatanan Kelurahan/Desa. LATAR BELAKANG Program Pemerintah dalam mengatasi masalah kesehatan masyarakat salah satunya posbindu. Posbindu merupakan peran serta masyarakat di dalam melakukan kegiatan dalam mendeteksi dini dan pemantauan factor risiko Penyakit Tidak Menular utama yang dilaksanakan secara terpadu,rutin,dan periodik. Posbindu diharapkan dapat dimanfaatkan secara maksimal oleh masyarakat untuk mencegah penyakit komplikasi lainnya,posbindu mencakup Penyakit Tidak Menular yang semakin banyak terjadi di masyarakat. Posbindu mulai dikembangkan di Indonesia sejak tahun 2011. Pada tahun 2014 presentase Desa/Kelurahan yang melaksanakan kegiatan Posbindu sebesar 4,7% dan pada 2015 sebesar 8,6% capaian tersebut belumsesuai target nasional dalam rencana strategi kementerian kesehatan pada tahun 2015-2019 yaitu sebesar 10% ditahun 2015 (Pranandari et al, 2017). Berdasarkan rekapitulasi Kemenkes RI data posbindu yang dilaporkan secara keseluruhan di Indonesia pada tahun 2018 berjumlah 35.749 (Kemenkes RI, 2019), Berdasarkan prevalensi di Provinsi Jawa ‘Tengah didapatkan desa yang melakukaana posbindu sebanyak 3.774 Pemanfaatan pelayanan adalah hasil dari proses pencarian pelayanan kesehatan oleh seseorang maupun kelompok. Perilaku pencari pengobatan adalah perilaku individu maupun kelompok atau penduduk untuk melakukan atau mencari pengobatan, perilaku pencari pengobatan di masyarakat terutama di Negara sedang berkembang sangat bervariasi. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pemanfaatan Posbindu yaitu pekerjaan, masyarakat yang bekerja dapat mempengaruhi keaktifan IIL, IV. vi. kunjungan dalam mengunjungi posbindu, pendidikan serta mayoritas pengetahuan masyarakat masih rendah tentang pemanfaatan Posbindu. Semakin rendah Pengetahuan maka dapat mempengaruhi keinginan untuk datang ke pelayanan Posbindu. Hasil dari studi pendahulan di wilayah Nogosari terdapat 3 Posbindu warga yang mengikuti Posbindu berjumlah 210 orang, Program Posbindu dilaksanakan di wilayah Nogosari setiap satu kali dalam satu bulan. Hasil wawancara pada bulan Juli didapatkan 10 orang belum memahami manfaat dari posbindu. Faktor yang mempengaruhi adalah jarak tempuh, pekerjaan, dan pengetahuan terhadap pemanfaatan pelayanan posbindu. TUJUAN a.Tujuan Umum Mencegah dan mengendalikan faktor risiko Penyakit Tidak Menular di Posbindu PTM b.Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui faktor risiko PTM di masyarakat 2. Untuk mengendalikan factor risiko dan kejadian PTM di masyarakat 3. Untuk memberikan edukasi tentang PTM di masyarakat KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN, [No Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan 1 |Pembinaan posbindu | a. Melatih kader tentang pencegahan dan penanggulangan penyakit tidak menular b. Deteksi dini faktor resiko penyakit PTM c. Pengendalian faktor resiko PTM d. Pelaksanaan Posbindu PTM 2 | Pencatatan dan |Pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan | pelaporan | | CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Membentuk tim, melakukan deteksi dini/skrining, dan melakukan edukasi/konseling dan atau rujukan ke fasyankes SASARAN Seluruh masyarakat wilayah UPTD Puskesmas Takalala yang berumur > 15 tahun ke atas Vil. JADWAL PELAKSANAAN - Waktu Pelaksanaan pada Bulan Januari-Desember Tahun 2023 - Tempat pelaksanaan di wilayah kerja UPTD Puskesmas Takalala, tiap desa/kelurahan. Vill. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Hasil penelitian terhadap evaluasi program posbindu PTM di berbagai daerah tersebut dibagi menjadi evaluasi input, proses, dan output dan disetiap indikator evaluasinya masih ditemukan masalah dalam pelaksanaannya. Hasil evaluasi ini diharapkan bisa menjadi pertimbangan untuk perencanaan program posbindu PTM yang lebih baik lagi, bisa diterapkan sesuai dengan kemampuan masyarakat serta adanya kolaborasi antar lintas sektoral. IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan pelaporan berdasasrkan hasil dari pemeriksaan. TERK NO. DOKUMEN 06/KAK/UKM/1/2023 NO. REVISI 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMERIKSAAN IVA SADANIS UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 @ PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO. TERAKREDITASI UTAMA. Jin. H. A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 Website : www.pkmtakalala r com KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN KESEHATAN IVA SADANIS. i. PENDAHULUAN Angka kejadian penyakit kanker di Indonesia berada pada urutan 8 di Asia Tenggara, sedangkan di Asia urutan ke 23. Angka kejadia tertinggi di Indonesia uantuk laki-laki adalah kanker paru yaitu sebesar 19,4% per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 10,9 per 100.000 penduduk. Sedangkan angka kejadian untuk perempuan yang tertinggi adalah kanker payudara yaitu sebesar 42,1% per 100.000 penduduk dengan rate-rata kematian 17% per 100,000 penduduk yang diikuti kanker leher Rahim sebesar 23,4% per 100.000 penduduk dengan rata-rata kematian 13,9% per 100.000 penduduk. Untuk pencegahan dan pengendalian kanker di Indonesia, khususnya dua jenis kanker terbanyak yaitu kanker payudara dan Ieher Rahim, pemerintah telah melakukan berbagai upaya anatara lain deteksi dini kanker payudara dan kanker leher Rahim pada perempuan usia 30-50 tahun. Dalam rangka pengoptimalan upaya tersebut, perlu adanya upaya massif yang dilakukan oleh semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat dalam pencegahan dan pengendalian kanker. . LATAR BELAKANG Kanker serviks merupakan kanker yang ada di urutan keempat berdasarkan data dari Kemenkes pada tahun 2016 dimana kanker ini paling sering terjadi pada wanita dengan perkiraan 570,000 kasus baru pada tahun 2018 dan mewakili 6,6% dari semua kanker pada wanita. Sekitar 90% kematian akibat kanker serviks terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah. Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2018 tingkat kematian yang tinggi dari kanker serviks secara global dapat dikurangi melalui pendekatan komprehensif yang mencakup pencegahan, diagnosis dini, skrining yang efektif dan program pengobatan (Wartini, 2016). Skrining bertujuan untuk mendeteksi lesi prakanker, yang jika tidak diobati, dapat menyebabkan kanker. Wanita yang ditemukan memiliki kelainan pada skrining perlu ditindak lanjuti, diagnosis dan pengobatan, untuk mencegah perkembangan kanker atau untuk mengobati kanker pada tahap awal. WHO telah meninjau bukti mengenai kemungkinan modalitas untuk skrining kanker serviks dan telah menyimpulkan bahwa skrining harus dilakukan setidaknya sekali untuk setiap wanita dalam kelompok usia sasaran 30-49 tahun, Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) adalah tes skrining yang direkomendasikan (WHO, 2018). Pemeriksaan IVA merupakan altemnatif skrining untuk kanker serviks. Tes ini sangat mudah dan praktis dilaksanakan, sehingga tenaga kesehatan non dokter ginekologi, bidan praktek bisa melakukannya. Pada pemeriksaan IVA tes, pemeriksaan dilakukan dengan cara melihat serviks yang telah diberi asam asetat 3-5% secara inspekulo. Setelah serviks diulas dengan asam asetat, akan terjadi perubahan wama pada serviks yang dapat diamati secara langsung dan dapat dibaca sebagai normal atau abnormal. Dibutuhkan waktu satu sampai dua menit untuk dapat melihat perubahan pada jaringan epitel, Pemeriksaan IVA test sangat penting dilakukan untuk mengetahui adanya perubahan lesi prakanker pada serviks Menurut Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2016 wanita dapat melakukan pemeriksaan IVA test diantaranya apabila sudah melakukan kontak seksual, usia 30-50 tahun, tidak sedang hamil, bersedia dilakukan pemeriksaan IVA dan SADANIS. Kementerian Kesehatan RI menargetkan program cakupan deteksi dini kanker sebesar 50% perempuan berusia 30-50 tahun yang dicapai pada tahun 2019. Sampai tahun 2014, cakupan deteksi dini kanker serviks yang telah dilakukan masih rendah yaitu sebesar 2,45% dengan hasil IVA positif sebanyak 4,94% dan suspect kanker serviks sebanyak 1.056 orang. Data ini menunjuken masih kurangnya minat wanita usia subur untuk mengikuti pemeriksaan IVA, hal ini disebabkan oleh beberapa hal, diantaranya dapat disebabkan karena kurang informasi dan akses untuk deteksi penyakit oleh sebagian besar masyarakat padahal masalah kesehatan wanita sangat penting. hal ini disebabkan karena sosialisasi masih belum dapat dilaksanakan secara optimal, selain itu meski sasaran Wanita Usia Subur (WUS) telah mendapatkan sosialisasi masih banyak yang belum memiliki vi. kesadaran untuk mengikuti pemeriksaan IVA karena beberapa alasan, misalnya malu, takut, dan merasa tidak membutuhkan sehingga kurang termotivasi untuk melakukan pemeriksaan IVA. TUJUAN a.Tujuan Umum Membantu masyarakat dalam melakukan upaya pencegahan dan pengendalian kanker melalui upaya deteksi dini / skrining awal faktor risiko kanker, b.Tujuan Khusus 1, Mengidentifikasi Pengetahuan Wanita Usia Subur tentang Inspeksi Visual Asam Asetat. 2.Mengidentifikasi Motivasi Wanita Usia Subur tentang Pemeriksaan Inspeksi Visual Asam Asetat. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN, No] Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan 1 |Penyuluhan tentang | a. Konseling tentang deteksi dini kanker kanker leher rahim leher rahim dan SADANIS b. Pelaksanaan deteksi dini kanker leher rahim metode IVA ¢. Melakukan rujukan bila ada hasil yang meragukan 2 | Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan hasil pelaporan Kesehatan indera. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Strategi program deteksi dini kanker leher rahim harus memperhatikan golongan usia yang paling terancam ( High Risk Group ) dan sensifitas PAP. SASARAN Perempuan usia 30-50 tahun wilayah UPTD Puskesmas Takalala Vil. vu. JADWAL PELAKSANAAN [No]Kegiatan 7 ~ Jadwal Kegiatan Pokok Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jui] Agu | Sep | Ok | Nov | | | b Pemeriksaan VV VY Vv | kesehatan | | | iva | | SADANIS di UPTD Puskesmas | | Takalala fod | | | | can wilayah } | sein Li EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Setiap didapatkan hasil pemeriksaan akan rekapitulasi dan dilaporkan kepada dokter untuk memberikan rujukan. PENCATATAN DAN PELAPORAN Hasil pemeriksaan pasien IVA SADANIS berdasarkan hasil pemeriksaan pasien secara langsung. NO. DOKUMEN —:_ 07/KAK/UKM/1/2023 NO. REVISI : 02 TANGGAL TERBIT : 25 Januari 2023 KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN TERPADU PTM UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG, TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO TERAKREDITASI UTAMA Jin, H. A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 bso id 2 Website: ww Email : puskesmastakalala@email.com KERANGKA ACUAN KEGIATAN PELAYANAN TERPADU PTM PENDAHULUAN Prevalensi kejadian Penyakit Tidak Menular di masyarakat semakin meningkat. Penanganan penyakit ini memerlukan waktu yang lama dengan biaya yang mahal. Oleh karena itu upaya pencegahan dan pengendalian ‘sangat diperlukan baik di luar gedung maupun di dalam gedung. Salah satu bentuk upaya P2PTM dalam gedung yaitu Pelayanan terpadu PTM (PANDU PTM). Kegiatan ini merupakan penyelenggaraan dan pengendalian PTM yang dilaksanakan secara komprehensif dan terintegrasi melalui Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP). LATAR BELAKANG Penyakit tidak menular (PTM) sudah menjadi penyebab utama kematian di dunia sejak milenium ketiga. Proposi kematian karena PTM di dunia terus meningkat dari 47% tahun 1990, menjadi 56% tahun 2000 WHO (dalam Boutayeb & Boutayeb, 2005). Pada tahun 2008 terjadi peningkatan, dari 57 juta kematian, 36 juta atau 63% disebabkan oleh PTM, terutama jantung, diabetes, kanker dan penyakit pernapasan kronis. Kematian karena penyakit tidak menular sebanyak 29 juta (80%) terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (WHO, 2011a). Proyeksi WHO, kematian penyakit tidak menular akan meningkat sebesar 15% secara global antara tahun 2010 sampai dengan 2020 (untuk 44 juta kematian). Peningkatan terbesar akan terjadi wilayah Afrika, Asia Tenggara dan Mediterania Timur, akan meningkat lebih dari 20%. Sebaliknya di wilayah Eropa, WHO memperkirakan tidak akan ada kenaikan. Perlu bukti yang kuat untuk mendukung penjelasan peran perilaku gaya hidup negatif pada kejadian penyakit kronis, peran perilaku gaya hidup positif pada insiden dan manajemen yang efektif (Dean and Séderlund, 2015). Peningkatan penderita PTM dan 71% penyebab kematian di Indonesia pada tahun 2012, merupakan masalah bagi kesehatan masyarakat. Kondisi ini perlu dikaji guna upaya pencegahan dan pengendalian terhadap PTM tersebut. Upaya pencegahan dan pengendalian PTM dapat dilakukan dengan perilaku hidup sehat. WHO merekomendasikan gaya hidup sehat adalah dengan makan banyak buah- buahan dan sayuran, mengurangi lemak, gula, dan asupan garam serta berolahraga. Perubahan gaya hidup memerlukan pendekatan komprehensif dan multidimensi, Oleh karena itu program pengendalian PTM perlu difokuskan pada faktor risiko. Pengendalian PTM secara terintegrasi dan komprehensif (promotif-preventif, kuratif-rehabilitatif), meliputi dimensi kebijakan, lingkungan, perilaku, dan pelayanan kesehatan. Pemberdayaan masyarakat perlu dukungan lintas program dan lintas sektor. Faktor risiko PTM dapat dicegah dan dikendalikan secara lebih dini. Oleh sebab itu diperlukan pengetahuan dan informasi serta besamya masalah PTM sebelum melakukan intervensi perubahan faktor risiko. Perubahan faktor risiko PTM membutuhkan waktu yang lama, terutama gaya hidup . Upaya pencegahan dan pengendalian penyakit tidak menular yang sedang dikembangankan di Indonesia adalah Pos pembinaan terpadu penyakit tidak menular (Posbindu PTM). Posbindu PTM merupakan kegiatan secara terintegrasi untuk mencegah dan mengendalikan faktor risiko PTM berbasis masyarakat sesuai sumber daya dan kebiasaan masyarakat (Kemenkes, 2014a). Tujuan Posbindu PTM adalah untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam mencegah dan menemukan secara dini faktor risiko PTM. Sasaran kegiatan utama adalah kelompok masyarakat sehat, berisiko dan penyandang penyakit tidak menular berusia 15 tahun ke atas Upaya pengendalian PTM dibangun berdasarkan komitmen bersama dari seluruh elemen masyarakat yang peduli terhadap ancaman PTM melalui kegiatan Posbindu PTM. Pengembangan Posbindu PTM merupakan bagian integrasi dari sistem pelayanan kesehatan berdasarkan persoalan PTM yang ada di masyarakat yang mencakup upaya promotif dan preventif serta pola rujukan. Posbindu PTM merupakan peran serta masyarakat dalam melakukan kegiatan deteksi dini dan pemantauan terhadap faktor risiko PTM yang dilaksanakan secara terpadu, rutin, dan periodik. Puskesmas sebagai pendamping pelaksanaan desa siaga telah memberi bekal teknik fasilitasi yang baik sehingga dapat menuju desa siaga aktif. Posbindu PTM merupakan salah satu kegiatan untuk mewujudkan desa siaga. Fasilitasi yang dilakukan puskesmas dalam pengembangan desa siaga belum mewujudkan community development, dimana masyarakat dapat mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah Kesehatan, melainkan lebih ke arah mobilisasi sosial atau mengumpulkan masyarakat untuk mengikuti suatu kegiatan. Puskesmas perlu berupaya mencari teknik untuk dapat mewujudkan pemberdayaan Posbindu PTM untuk mencapai tujuan deteksi dini, mencegah, dan mengendalikan penyakit tidak menular. MW. TUJUAN a.Tujuan Umum Mencegah dan mengendalikan faktor risiko Penyakit Tidak Menular di masyarakat b.Tujuan Khusus 1. Untuk memonitoring kasus PTM di puskesmas 2. Untuk mengevaluasi pengendalian kasus PTM di puskesmas 3. Untuk mengetahui faktor risiko PTM. IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN No] Kegiatan Pokok Rincian Kegiatan 1 | Melaksanakan @. Melakukan Tegistrasi dan PANDU PTM administrasi sesuai buku ptm ada. (pelayanan terpadu | b. Mewawancarai Faktor resiko ~PTM penyakit tidak riyat keluarga dan pribadi menular ) c. Melakukan pemeriksaan —_yaitu kegiatan memeriksa tekanan darah dan pemeriksaan penunjang lainnya. d, Memberikan konseling 2 | Pencatatan dan Pencatatan dan pelaporan hasil Pandu pelaporan__ PTM V. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Memantau penderita dengan faktor risiko PTM, memberikan konseling /edukasi, memberikan pengobatan dan rujukan tingkat lanjut. VI. SASARAN - Sasaran P2P yaitu seluruh masyarakat wilayah UPTD Puskesmas ‘Takalala yang berumur 215 tahun ke atas. - Seluruh sasaran yang dirujuk dari Posbindu PTM Vil. vu. JADWAL PELAKSANAAN [No | Kegiatan ] Jadwal Kegiatan ae || Pokok | : | | Jan [Feb [Mar [Apr | Mei | Jun | Jul | Agu | Sep [ Ok [ Nov | Des { bees 4 { | - T |Pelayanan|Y |VTY [vv [vv vv vv | | | | | terpadu | | | eee | pr | | | | EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan ini dilaksanakan ini dilaksanakan untuk memonitor terkait program pandu PTM juga system pelaporan di portal web. Kegiatan Pandu PTM dimulai dari kegiatan Posbindu yang memiliki resiko PTM kemudian dirujuk ke Puskesmas / FKTP. Pasien dengan faktor resiko yang sudah terddeteksi dikelola dan ditangani dengan tujuan untuk mencegah munculnya PTM maupun komplikasinya, pemberian pengobatan PTM secara kuratif dan rehabilitatif jika sudah nterjadi komplikasi. Dari hasil monitoring ternyata masih ditemukan kendala - kendala dilapangan terkait pelaporan, umumnya karena jaringan internet yang kurang dan waktu upload laporan kadang tidak terkirim juga kendala perbekalan kesehatan. PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan Pandu PTM dilakukan dengan dua cara yaitu online dan offline dengan mengacu pada penghimpunan data setelah melaksanakan kegiatan pandu PTM , jika pencatatan online maka setelah dilakukan kegiatan maka di input langsung di aplikasi yang terkait Pandu PTM dan akan terlapor setiap bulanya secara beruntun (Kepala Puskésmas Takalala {s/ \ Ns \ Nip.19730919 199303 1 007 [TERKEND: {i 08/KAK/UKM/1/2023 02 25 Januari 2023 NO. DOKUMEN NO. REVISI TANGGAL TERBIT KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN KAWASAN TANPA ROKOK UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATAN MARIORIWAWO KABUPATEN SOPPENG TAHUN 2023 PEMERINTAH KABUPATEN SOPPENG DINAS KESEHATAN UPTD PUSKESMAS TAKALALA KECAMATA MARIORIWAWO TERAKREDITAS! UTAMA Jin. H. A. Wana Takalala Telp. (0484) 421523 Website : www. i KERANGKA ACUAN KEGIATAN PEMANTAUAN PENERAPAN KAWASAN TANPA ROKOK PENDAHULUAN Pengendalian para perokok yang menghasilkan asap rokok yang sangat berbahaya bagi kesehatan perokok aktif maupun perokok pasif merupakan salah satu solusi menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok atau biasa disebut penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR). Hak untuk menghirup udara bersih tanpa paparan asap rokok telah menjadi perhatian dunia, WHO memprediksi penyakit yang berkaitan dengan rokok akan menjadi masalah kesehatan dunia . dari tiap 10 orang dewasa yangmeninggal 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 Juta orang maka aka nada 10 juta kematian pertahun. Indonesia menduduki peringkat ke 3 dengan jumlah perokok terbesar dunia setelah Cina dan India (WHO 2008). Peningkatan prevalensi perokok terjadi pada kelompok umur 15-24 Tahun dari 17,3% (2007) menjadi 18,6% atau naik hamper 10% dalam kurun waktu 3 tahun. Penetapan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) sebenarnya selama ini telah banyak diupayakan oleh berbagai pihak baik lembaga/institusi pemerintah ataupun swasta dan masyarakat. Namun kenyataannya, upaya yang telah dilakukan tersebut jauh tertinggal dibanding dengan penjualan , periklanan/promosi, ataupun pengguna rokok. Oleh karena itu, peran serta puskesmas tingkat pertama dalam upaya penerapan KTR sangat diperlukan. LATAR BELAKANG Merokok merupakan suatu kegiatan membakar dan/atau menghisap rokok dari salah satu produk tembakau, termasuk rokok daun nipah, rokok kretek, rokok putih, cerutu atau bentuk lainnya yang dihasilkan dari tanamen Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan. spesies lainnya atau sintetisnya yang asapnya mengandung nikotin, tar, dan zat adiktif dengan atau tanpa bahan tambahan, Merokok memberi dampak buruk baik dari I. segi keschatan maupun ekonomi. Deri segi kesehatan, rokok mengandung 4000 zat kimia 1 Andi Mariani, Pemberlakuan Larangan Merokok Di Tempat Umum Dan Hak Atas Derajat Kesehatan Optimal, Tesis, Program Pascasarjana Magister Hukum Kesehatan Universitas _Katolik Soegijapranata, Semarang, 2009. 2 Pedoman Pengembangan Kawasan Tanpa Rokok, Kementerian Kesehatan RI, 2011. yang berbahaya bagi Kesehatan, seperti Nikotin yang bersifat adiktif dan Tar yang bersifat karsinogenik, bahkan juga Formalin. Terdapat 25 jenis penyakit yang ditimbulkan karena kebiasaan merokok seperti Emfisema, Kanker Paru, Bronkhitis Kronis dan Penyakit Paru lainnya. Dampak lain adalah terjadinya penyakit Jantung Koroner, peningkatan kolesterol darah, berat bayi lahir rendah (BBLR) pada bayi ibu perokok, keguguran dan bayi lahir mati, Dari tiap 10 orang dewasa yang meninggal, 1 orang diantaranya meninggal karena disebabkan asap rokok. Di tahun 2025 nanti, saat jumlah perokok dunia sekitar 650 juta orang maka akan ada 10 juta kematian per tahun.3 Kebiasaan merokok sudah meluas di seluruh Indonesia, termasuk Kota Batam. Hampir semua kelompok masyarakat, termasuk di kalangan anak dan remaja memiliki kebiasaan merokok. Hal ini memberi makna bahwa masalah merokok perlu mendapat perhatian yang serius. Hal tersebut disebabkan karena merokok berisiko menimbulkan berbagai penyakit atau gangguan kesehatan pada perokok itu sendiri maupun orang lain di sekitarnya yang tidak merokok (perokok pasif) TUJUAN a.Tujuan Umum Memantau penerapan Kawasan Tanpa Rokok di wilayah UPTD Puskesmas Takalala. b.Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui jumlah tatanan yang mengimplementasikan KTR 2. Untuk mengetahui penerapan regulasi KTR dilingkungan masyarakat maupun institusi 3. Untuk mengetahui upaya-upaya yang dilakukan masyarakat maupun institusi dalam penerapan KTR di wilayahnya Iv. vu. vu. Ix. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN No. Kegiatan Pokok | Rincian Kegiatan _ 1 |Pemantauan a. Memantau penerapan KTR dengan Penerapan kawasan lembar pemantauan dan obeservasi tanpa rokok b. Melakukan wawancara penerapan KTR 2 | Pencatatan dan | Pencatatan dan pelaporan 7 pelaporan i aca CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN Melakukan pemantauan KTR dengan menggunakan instrument pemantauan dan observasi SASARAN Tujuh tatatan wilayah kerja UPTD Puskesmas Takalala yaitu fasilitas pelayanan kesehatan, sekolah, tempat bermain anak, tempat ibadah, angkutan umum, tempat kerja dan fasilitas umum, JADWAL PELAKSANAAN Waktu Pelaksanaan pada bulan Juli-September Tahun 2023 EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN Kegiatan ini dievaluasi sekali setahun PENCATATAN DAN PELAPORAN Pencatatan dan pelaporan kegiatan KTR ( kawasan tanpa rokok ) ini biasanya dilihat dari temuan puntung rokok atau pelaporan dari sekolah. Kepala Puskesmas Takalala

You might also like