You are on page 1of 38

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pengertian hidrologi menurut definisi Singh (1992), mengatakan bahwa
pengertian hidrologi adalah ilmu yang membahas karakteristik menurut waktu dan
ruang tentang kuantitas dan kualitas air dibumi termasuk proses hidrologi,
pergerakan, penyebaran, sirkulasi tampungan, eksplorasi, pengembangan dan
manajemen.
Siklus Hidrologi adalah Siklus air yang tidak pernah berhenti dari atmosfer
ke bumi dan kembali ke atmosfer, hujan dapat tercipta karena adanya suatu
mekanisme alam yang berlangsung secara siklus dan terus menerus .Curah hujan
memiliki peranan penting dalam Siklus Hidrologi , dalam pengaturan penjabaran
air di daratan bumi, mekanisme alam yang bermaksud tersebut dikenal dengan
istilah siklus Hidrologi atau siklus air, panas matahari merupakan kunci proses
siklus hidrologi agar bisa terjadinya Hidrologi yaitu penguapan , penguapan
tersebut disebut (evaporasi), sedangkan penguapan yang berasal dari tumbuhan
disebut (transpirasi). Gabungan dari kedua pengubapan tersebut disebut
(evapotranspirasi). Apabila evapotranspirasi sudah naik akan terjadi kondensasi
yang membentuk gumpalan awan, setelah terjadi kondensasi kemudian terjadi
(prespirasi) yaitu proses turunnya air ke permukaan air ke permukaan bumi dalam
bentuk butiran air hujan.
Curah hujan yang diperlukan untuk menyusun suatu rancangan
pengendalian banjir adalah curah hujan rata-rata diseluruh daerah yang
bersangkutan. Bukan hanya curah hujan suatu titik tertentu hal yang penting
dalam pembuatan rancangan dan rencana disebut distribusi curah hujan. Distribusi
curah hujan bermacam jenis sesuai dengan namanya yaitu curah hujan taunan,
bulanan. mingguan, harian,dan perjam.
Curah hujan dan ketersediaan merupakan faktor utama yang saling
berkaitan dalam memenuhi kebutuhan air pada tanaman curah hujan pada suatu
daerah merupakan salah satu factor yang menentukan besarnya debit air yang
mengalir pada daerah yang menerimanya analisir hidrologi dilakyukan guna
mendapakatkan karakteristik hidrologi, pengamatan ini dapat dilakukan dengan 2
cara yaitu pengamatan cuaca dan stasiun cuaca.
Hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan pengamatan disaat
menentukan curah hujan maksimum harian rata-rata daerah di beberapa stasiun
adalah dengan menggunakan metode aritmatika, metode Gumbel dan metode Log
person III.

1.2 Identifikasi Masalah


Identifiksi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang
dikemukakan di atas, masalah dapat di identifikasi sebagai berikut:
1. Data curah hujan pada sepuluh tahun terakhir pada Kecamatan Kesamben
belum pernah dihitung dan di olah sehingga perlu dilakukan perhitungan.
2. Pada Kecamatan Kesamben debit banjir perlu di hitung dan di olah
secara berkala, agar dapat menentukan debit banjir yang di sebabkan oleh
air hujan harian dengan cara melakukan pemetaan di daerah tersebut.

1.3 Rumusan Masalah


Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah yang dapat dikemukakan
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menghitung curah hujan bulanan, rata-rata curah hujan
bulanan, dan rata-rata curah hujan tahunan?
2. Bagaimana cara menghitung curah hujan tahunan?
3. Bagaimana cara menghitung curah hujan maksimal harian?
4. Bagaimana cara menghitung uji konsistensi?
5. Bagaimana perhitungan curah hujan rata-rata maksimal harian metode
aritmatik?
6. Bagaimana perhitungan curah hujan rata-rata maksimal harian metode
polygon thiessen?
7. Bagaimana perhitungan rancangan curah hujan dengan metode Gumbel?
8. Bagaimana cara menghitung rancangan curah hujan dengan Metode Log
Pearson III?
9. Bagaimana cara menghitung Debit curah hujan dan debit curah hujan
kala ulang?

1.4 Batasan Masalah


Batasan Masalah Agar dapat lebih focus dalam pembuatan laporan ini,
maka penulis memfokuskan pada beberapa hal sebagai berikut:
1. Data curah hujan yang di olah merupakan data curah hujan stasiun
Bakung, Bacem, dan Gandusari.
2. Data curah hujan yang di olah adalah data curah hujan tahun 2012- 2021.
3. Laporan data curah hujan mentah yang didapat, di olah untuk
menentukan debit banjir dan debit banjir kala ulang untuk daerah yang
dipilih.
4. Perancangan laporan praktikum menggunakan data statistik, dan
penggambaran data melalui perhitungan hasil rata-rata menggunakan
metode Aritmatik dan polygon Thiessen.

1.5 Tujuan
Adapun tujuan penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui cara menghitung curah hujan bulanan, rata-rata curah
hujan bulanan, dan rata-rata curah hujan tahunan.
2. Untuk mengetahui cara menghitung curah hujan tahunan.
3. Untuk mengetahui cara menghitung curah hujan maksimal harian.
4. Untuk mengetahui cara menhitung uji konsistensi.
5. Untuk mengetahui cara perhitungan curah hujan rata-rata maksimal
harian dengan metode aritmatik.
6. Untuk mengetahui cara perhitungan curah hujan rata-rata maksimal
harian metode polygon Thiessen.
7. Untuk mengetahui cara perhitungan rancangan curah hujan dengan
Metode Gumbel.
8. Untuk mengetahui cara menghitung rancangan curah hujan dengan
metode Log Pearson III.
9. Untuk mengetahui cara menghitung Debit curah hujan dan debit curah
hujan kala ulang.
1.6 Manfaat
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi instansi/Pemerintahan Hasil laporan ini diharapkan mampu menjadi
salah satu upaya dalam melestarikan dan menjaga daerah sekitar sebagai
bagian dari menjaga lingkungan dan menghindari bencana seperti banjir.
2. Bagi Mahasiswa dan Pembaca Hasil laporan ini diharapkan dapat
bermanfaat sebagai tambahan sumber wawasan serta informasi mengenai
ilmu Hidrologi untuk membaca.
BAB 2

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Siklus Hidrologi


Siklus hidrologi adalah sebuah proses pergerakan air dari bumi ke
armosfer dan kembali lagi ke bumi yang berlangsung secara kontinyu
(Triadmodjo, 2008). Selain berlangsung secara kontinyu, siklus hidrologi juga
merupakan siklus yang bersifat konstan pada sembarang daerah (Wisler dan
Brater, 1959). Siklus hidrologi dimulai dengan terjadinya penguapan air ke udara.
Air yang menguap tersebut kemudian mengalami proses kodensasi
(penggumpalan) di udara yang kemudian membentuk gumpalan – gumpalan yang
dikenal dengan istilah awan (Triadmodjo, 2008).
Dengan adanya penyinaran matahari, maka semua air yang ada di
permukaan bumi akan berubah menjadi uap/gas akibat dari panas matahari dan
disebut dengan penguapan atau evaporasi dan tranpirasi.
Di bumi air bergerak dengan berbagai cara retisi air akan menetap untuk
beberapa waktu seperti pada daerah cekungan, danau, sumur, embung, waduk dan
lain-lain. Sebagian air yang tersimpan di dalam tanah yang akan keluar ke
permukaan tanah sebagai himpasan permukaan. Aliran intra dan limpasan air
tanah yang terkumpul di sungai yang akhirnya kembali ke laut dan kembali
terjadi penguapan dan begitu seterusnya mengikuti siklus hidrologi.
Dalam prosesnya, terjadinya siklus hidrologi bukan hanya satu jenis saja.
Namun juga terdapat beberapa jenis dalam siklus hidrologi/siklus air, yaitu:
1. Siklus Hidrologi Pendek
2. Siklus Hidrologi Sedang
3. Siklus Hidrologi Panjang

2.2 Definisi Hujan


Hujan adalah sebuah proses kondensasi uap air di atmosfer menjadi butir
air yang cukup berat untuk jatuh dan biasanya tiba di permukaan. Hujan biasanya
terjadi karena pendinginan suhu udara atau penambahan uap air ke udara. Hal
tersebut tidak lepas dari kemungkinan akan terjadi bersamaan. Turunnya hujan
biasanya tidak lepas dari pengaruh kelembaban udara yang memacu jumlah titik-
titik air yang terdapat pada udara. Indonesia memiliki daerah yang dilalui garis
khatulistiwa dan sebagian besar daerah di Indonesia merupakan daerah tropis,
walaupun demikian beberapa daerah di Indonesia memiliki intensitas hujan yang
cukup besar (Wibowo, 2008).
Secara sederhana proses terjadinya hujan bisa dibagi menjadi tiga tahapan
yaitu evaporasi, kondensasi, dan presipitasi. Berikut ini penjelasannya.
1. Evaporasi
Proses ini merupakan penguapan air yang ada di permukaan bumi
baik daratan atau perairan. Penguapan tersebut terjadi disebabkan oleh
adanya suhu panas dari bumi. Uap air selanjutnya akan menggumpul
menjadi awan. Ketika suhu semakin panas, maka semakin banyak air
yang menguap.
2. Kondensasi
Urutan proses terjadinya hujan yang kedua yaitu kondensasi. Proses
ini terjadi ketika evaporasi naik ke atmosfer kemudian mengembun.
Proses ini menyebabkan terbentuk partikel es. Setelah itu partikel-
partikel tersebut akan mendekat dan membentuk awan.
3. Presipitasi
Proses terakhir yaitu mencairnya butiran es di awan kemudian turun
ke bumi. Awan yang sudah terlalu berat tidak lagi bisa menahan air,
sehingga turunlah hujan.
Berdasarkan prosesnya hujan dibagi menjadi empat yaitu hujan konvektif,
hujan siklonik, hujan orografis, dan hujan konvergensi. Berikut ini penjelasannya:
1. Hujan Konvektif
Hujan ini biasanya terjadi pada musim kering. Hujan konvektif juga
sering disebut sebagai hujan zenithal. Hujan ini terjadi karena
permukaan tanah mengalami pemanasan sehingga menyebabkan
kerapatan udara berkurang. Akibatnya udara basah naik dan mengalami
pendinginan, kondensasi, dan akhirnya turunlah hujan.
2. Hujan Siklonik
Hujan ini berlangsung dalam waktu yang lama namun tidak lebat.
Proses terjadinya hujan ini karena udara panas bertemu dengan udara
dingin dan menyebabkan udara panas bergerak. Udara yang bergerak
kemudian mengalami pendinginan dan terjadi kondensasi, hingga
akhirnya menyebabkan hujan.
3. Hujan Orografis
Hujan ini terjadi ketika udara lembap tertiup angin dan melintasi
pegunungan naik dan mengalami pendinginan. Setelah itu terjadi
pembentukan awan dan turun hujan. Intensitas hujan ini biasanya
cenderung lebih besar dibandingkan ketebalan lapisan udara lembap di
atmoster. Udara tersebut bergerak ke tempat yang memiliki ketinggian
lebih tinggi.
4. Hujan Konvergensi
Hujan ini terjadi karena adanya pertemuan dua masa udara tebal dan
besar. Selanjutnya udara akan naik dan mengakibatkan terbentuknya
awan, lalu turunlah hujan.
Berdasarkan bentuknya hujan dibagi menjadi :
1. Hujan gerimis : biasanya di sebut dengan dizzle yang memiliki diameter
< 0,5 mm
2. Hujan salju : terbuat dari Kristal es dengan ukuran beragam dimana
suhunya < 0⁰ Celcius
3. Hujan batu es : biasanya turun di suhu yang tinggi dan cuaca panas,
namun batu es ini tetap bersuhu di bawah 0⁰ celcius
4. Hujan deras : inilah yang biasa di sebut rain dengan suhu di atas 10⁰
celcius dan memiliki diameter kurang lebih 7 mm
Berdasarkan modelnya, hujan dapat dibedakan menjadi hujan homogen,
hujan advanced, hujan intermediate, dan hujan delay.
1. Hujan Homogen Hujan homogen adalah hujan yang dari awal sampai
akhir terjadinya hujan deras dan kemudian berhenti.
2. Hujan Advanced Hujan advanced adalah hujan yang di awal terjadinya
hujan sangat deras kemudian semakin berkurang derasnya dan berhenti.
3. Hujan Intermediat, Hujan intermediate adalah hujan yang terjadi
semakin meningkat derasnya sampai pada titik tertentu (pertengahan)
dan kemudian menurun derasnya sampai akhirnya berhenti.
4. Hujan Delay Hujan delay adalah hujan yang di awal terjadinya hujan
sedikit (tidak begitu deras) dan semakin deras di belakang.

2.3 Curah Hujan


Curah hujan ialah jumlah air yang jatuh pada permukaan tanah selama
periode tertentu bila tidak terjadi penghilangan oleh proses evaporasi, pengaliran
dan peresapan, yang diukur dalam satuan tinggi. Tinggi air hujan 1 mm berarti air
hujan pada bidang seluas 1 m2 berisi 1 liter. Unsur-unsur hujan yang harus
diperhatikan dalam mempelajari curah hujan ialah jumlah curah hujan, dan
intensitas atau kekuatan tetesan hujan. (Arifin, 2010).
Metode Perhitungan Curah Hujan Perhitungan curah hujan dapat
dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya yaitu:
1. Metode Aritmatik Metode aritmatik, cara pengukuran curah hujan
dengan metode aritmatik ini memiliki kelebihan yaitu mudah dilakukan
karena masih sederhana. Tapi metode ini memiliki juga kekurangan
yaitu kurang akurat karena bergantung pada distribusi hujan terhadap
ruang dan ukuran daerah aliran sungai (besar atau kecil). Selain itu,
metode aritmatik memiliki syarat kondisi agar bisa mendapatkan hasil
perhitungan, seperti banyaknya jumlah tempat yang dibutuhkan dengan
konsistensi dan konsentrasi curah hujan yang merata.
2. Metode Poligon Thiessen Metode poligon thiessen ini dilakukan dengan
memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun yang mewakili
luasan di sekitarnya. Cara ini digunakan apabila penyebaran stasiun
hujan di daerah yang ditinjau tidak merata. Metode ini stasiun hujan
minimal yang digunakan untuk perhitungan adalah tiga stasiun hujan.
Hitungan curah hujan rata-rata dilakukan dengan memperhitungkan
daerah pengaruh dari tiap stasiun Apabila terdapat perubahan jaringan
stasiun hujan seperti pemindahan atau penambahan stasiun, maka harus
dibuat lagi poligon yang baru.
3. Metode Isohyet Metode isohyet jauh lebih kompleks dibandingkan 2
metode lainnya. Teknik ini harus dilakukan dengan menggunakan
komputer agar data yang diperoleh akurat dan hasil analisa dapat terjaga
konsistensinya. Perhitungan metode ini dilakukan dengan menentukan
dan membagi daerah-daerah sepanjang DAS yang memiliki intensitas
hujan yang sama. Metode Isohyet merupakan cara paling teliti untuk
menghitung kedalaman hujan rata-rata di suatu daerah, pada metode ini
stasiun hujan harus banyak dan tersebar merata. Teknik ini
membutuhkan pekerjaan dan perhatian yang lebih banyak dibanding dua
metode lainnya.

2.4 Curah Hujan Harian


Curah hujan harian adalah hujan yang terjadi dan tercatat pada stasiun
pengamatan curah hujan setiap hari (selama 24 jam). Cara menghitung curah
hujan harian :
1. Menggunakan prinsip pembagian antara volume air hujan yang
ditampung dibagi luas penampang atau mulut penakar mengukur curah
hujan harian (mm), diukur dalam satu kali pada pagi hari.
2. Alat yang digunakan yaitu observation/ombrometer dengan tinggi
120cm luas mulut penakar 100cm2
3. Didapatkan tinggi curah hujan = volume / luas penakar
Contoh : terukur 200ml atau 200cc
Maka CH = 200cm2/ 100cm2 = 2cm = 20mm

2.5 Curah Hujan Bulanan


Curah hujan bulanan adalah : jumlah curah hujan harian dalam satu bulan
pengamatan pada suatu stasiun curah hujan tertentu. Cara menghitung data curah
hujan bulanan :
CH bulanan : Total CH Harian/ jumlah hari hujan
Keterangan :
CH bulanan = Curah hujan bulanan
Total CH Harian = Total curah hujan harian

2.6 Curah Hujan Tahunan


Curah hujan tahunan adalah: jumlah curah hujan bulanan dalam satu tahun
pengamatan pada suatu stasiun curah hujan tertentu. Cara menghitung curah
hujan tahunan :
Rtahunan = ∑R Jan + R feb + R mar + …………..+

2.7 Curah Hujan Harian Maksimal


Curah hujan harian maksimum adalah curah hujan harian tertinggi dalam
tahun pengamatan pada suatu stasiun tertentu. Data ini biasanya dipergunakan
untuk perancangan bangunan hidrolik sungai seperti bendung, bendungan,
tanggul, pengaman sungai dan drainase.

2.8 Uji Konsistensi


Penggunaan uji konsistensi ini adalah menguji kebenaran data. Data hujan
disebut konsisten apabila data yang terukur dan terhitung adalah teliti dan benar
serta sesuai dengan fenomena saat hujan itu terjadi.
Akumulasi n = akumulasi n+n
Keterangan :
N = Nilai jumlah curah hujan di stasiun
2.9 Curah Hujan Rata-rata
2.9.1 Metode Rata-rata Aljabar
Cara ini merupakan cara yang paling sederhana yaitu hanya
dengan membagi rata pengukuran pada semua stasiun hujan dengan jumlah
stasiun dalam wilayah tersebut. Rumus rata-rata aljabar sebagai berikut :
Rave = (R1 + R2 + R3 +……..Rn) : n
2.9.2 Metode Poligon Thiessen
Metode ini memperhitungkan bobot dari masing-masing stasiun
yang mewakili luasan di sekitar. Pada suatu luasan di dalam DAS dianggap
bahwa hujan adalah sama dengan yang terjadi pada stasiun yang terdekat,
sehingga hujan yang tercatat pada suatu stasiun mewakili stasiun tersebut.
Metode ini digunakan apabila penyebaran stasiun hujan di daerah yang
ditinjau tidak merata. Hitungan curah hujan rerata dilakukan dengan
memperhitungkan daerah pengaruh dari tiap stasiun (Triatmodjo, 2013).

2.10 Curah Hujan Rencana


Perhitungan curah hujan rencana dilakukan untuk meramal besarnya
hujan dengan periode ulang tertentu. Bedasarkan curah hujan rencana tersebut
kemudian dicari intensitas hujan yang digunkan untuk mencari debit banjir
rencana
2.10.1 Curah Hujan Metode Gumbel
Distribusi Gumbel banyak digunakan untuk analisis data
maksimum seperti untuk analasis frekuensi banjir, rumus untuk perhitungan
distribusi probabilitas gumbel dibawah ini :
XT = X + S x K

Keterangan :
XT = Hujan rencana (mm)
X = Nilai rata-rata dari hujan
S = Standar defiasi dari delta hujan
K = Faktor frekuensi dari gumbel

K = (Kt-Yn)/ Sn
Keterangan :
Yt = Reduced variate
Sn = Reduced standar
Yn = Reducet mean

2.10.2 Curah Hujan Metode Log Person III


Metode ini banyak digunakan dalam analisis data maksimum
dan minimum dengan nilai ekstrim. Bentuk komulatif dari distribusi log
person type III dengan nilai variantnya X apabila digambarkan pada kertas
peluang logaritma yang merupakan matematika persamaan garis lurus.
Persamaan garis lurus sebagai berikut :

Y = y-k.s

Keterangan :
Y = Nilai rogaritmik dari X
Y = Nilai rata-rata Y
S = Standart defiasi dari Y
K = Karakteristik distribusi log person type III

2.11 Uji Distribusi


Dalam ilmu statistie dikenal beberapa macam distribusi frekuensi dan 4
macam jenis distribusi yang banyak digunakan dalam bidang hidrologi, yaitu
distribusi normal, distribusi gumbel, distribusi log normal dan distribusi log
person III.
2.11.1 Uji Distribusi Chi Square
Chi square disebut juga dengan kai kuadrat. Chi square adalah
salah satu jenis uji komperatif non faremis yang dilakukan pada dua
fariabel, dimana skala data kedua variable adalah normunal.

Keterangan :
X2 = harga Chi kuadrat terhitung
Oi = jumalah nilai pengamatan pada kelompok ke satu
Ei = jumlah nilai teoritis pada sub kelompok ke satu
N = jumlah data
2.11.2 Uji Distribusi Smirnov Kalmogorof
Adalah distribusi pengujian normalis perbandingan distribusi
data dengan distribusi norml baru . Sedangkan normal buku yaitu data yang
telah ditransfarmasikan dalam bentuk Z-Score dan diasumsikan normal,
dengan rumus perhitungan sebagai berikut :
D(x) = m/n + 1

Keterangan :
D(x) = peluang masing data
m = nomer urut
n = jumlah data

2.12 Debit Banjir Rencana


Analisa hidrologi yang sering dilakukan adalah estimasi kejadian banjir
maksimum, terutama karena perencanaan dan perancangan sumber air dan
menejemen banjir tergantung dari frekuensi dan besarnya puncak aliran debit.
Metode rasional sering digunakan untuk memperkirakan besar debit banjir
rencana.
Metode rasional adalah salah satu dari metode tertua dan awalnya
digunakan hanya untuk memperbaiki debit puncak. Persamaan rasional
dikembangkan berdasarkan asumsi bahwa curah hujan yang terjadi mempunyai
intensitas yang seragam dan merata diseluruh daerah pengaliran selama paling
sedikit sama dengan waktu konsentrasi (tc). Persamaan metodenya adalah :
Q = 0,287 . C.I.A

Keterangan :
Q = debit banjir puncak (m3 / det)
C = koefisien limpasan
I = intensitas curah hujan
A = luar daerah pengalira
BAB III
METODOLOGI

3.8 Umum
Hidrologi adalah cabang ilmu geografi yang mempelajari seputar
pergerakan, distribusi, dan kualitas air yang ada di bumi serta siklus hidrologi dan
sumber daya air. Sedangkan Pengertian Siklus Hidrologi Secara Umum adalah
sirkulasi air dari laut ke atmosfer lalu ke bumi dan kembali lagi ke laut dan
seterusnya. Secara alami, air beredar melalui suatu sistem yang disebut siklus air
atau siklus hidrologi. Curah hujan pada suatu daerah merupakan salah satu faktor
yang menentukan besarnya debit banjir yang terjadi pada daerah yang
menerimanya.
Analisa hidrologi dilakukan guna mendapatkan karakteristik hidrologi dan
meteorologi daerah aliran sungai. Dalam kajian hidrologi meliputi potamalog
(aliran permukaan), geohidroligi (air tanah), hidrometeorologi (air yang ada di
udara dan berwujud gas), limnologi (air permukaan yang relatif tenang seperti
danau, dan waduk), kriologi (air berwujud padat seperti es dan salju). Banyak
proyek yang ada di dunia (rekayasa air, irigasi, pengendalian banjir, draenase,
tenaga air, dan lain-lain) dilakukan terlebih dahulu mengadakan survei
kondisikondisi hidrologi yang cukup.

3.2 Tempat dan Waktu


Tempat : Data curah hujan diperoleh dari Dinas PU.
Waktu : Data curah hujan diambil pada kurun waktu 10 tahun dari
tahun 2012-2021.
3.3 Metode Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data ini penulis menggunakan metode survei (Survey
Method), dengan langsung menuju Ke PU kabupaten Blitar untuk meminta data
curah hujan pada kurun waktu 10 tahun dari tahun 2012-2021. Setelah
mendapatkan data curah hujan

3.4 Tahapan Perhitungan Data


Data yang dicari adalah data yang diolah dari tabel data curah hujan,
diantaranya yaitu:
1. Mencari data curah hujan selama kurun waktu 10 tahun, dari tahun 2012
– 2021. Data diperoleh dari Dinas PU Kabupaten Blitar dengan stasiun
yang digunakan yaitu Stasiun Wlingi, Stasiun Garum, Stasiun Talun.
2. Menghitung rata–rata curah hujan tahunan setiap stasiun. Data perbulan
setiap stasiun dari 3 stasiun tersebut dijumlah lalu dibagi sesuai
banyaknya hujan yang turun setiap harinya. Contohnya pada stasiun A
bulan Januari tahun 2010 terjadi hujan selama 10 kali dalam sebualan.
Banyaknya jumlah total dibagi 10. Begitu juga pada stasiun B dan C.
3. Mencari curah hujan maksimal harian pada 3 stasiun yang sudah
diketahui data curah hujannya.
4. Uji konsistensi setiap stasiun, jadi jumlah rata–rata pertahun di stasiun A
kemudian diakumulasi, dengan menambahkan 2 tahun menjadi satu. Jadi
ditahun 2012 tetap ditulis, kemudian ditahun 2013 yaitu hasil
penjumlahan dari tahun 2012 dan 2013, hasilnya dimasukan kekolom
akumulasi stasiun A lalu jumlah rata–rata pertahun pada stasiun B dan C
dijumlahkan lalu dibagi 2. Dan untuk akumulasi stasiun B dan C caranya
sama seperti Stasiun A. Lalu bisa membuat garis diagram.
5. Menghitung rata–rata curah hujan maksimal harian setiap stasiun
menggunakan rata–rata aritmatik. Data curah hujan maksimal setiap
tahun dari 3 stasiun tadi dijumlahkan lalu di bagi jumlah stasiun yang di
uji. Contohnya : ( jumlah hujan maksimal tahun 2012 stasiun Doko +
hujan maksimal tahun 2012 stasiun Candisewu + hujan maksimal tahun
2012 stasiun Kesamben) kemudian dibagi 3 (karena jumlah stasiun yang
diuji ada 3).
6. Menghitung hujan rata–rata dengan metode polygon thissen dan
memebuat grafik hujan rancangan. Menggambar luasan daerah stasiun
hujan di kertas millimeter. Menghubungkan antara stasiun dengan garis
lurus sampai didapatkan segitiga–segitiga. Setelah itu buat titik berat
segitiga sampai memebentuk polygon mengelilingi stasiun hujan.
Menghitung luasan setiapa daerah polygon, dengan cara luasan polygon
dikalikan dengan kedalaman hujan di tiap polygon dan hasil jumlah
hitungan tadi kemudian dibagi dengan total luas daerah yang di tinjau.
Untuk membuat grafik hujan rancangan harus membuat tabel terlebih
dahulu , dengan kolom integral, jumlah dan m(10/10). Di integral
tersebut diisi data dari polygon. Mengitung jumlah lalu hasil dibagi 10.
Lalu memebuat grafiknya.
7. Menghitung curah hujan harian maksimum dengan mengurutkan jumlah
pertahunnya dari yang terkecil ke yang terbesar. Kemudian dihitung
menggunakan log person III.
8. Menghitung kala ulang, yang dibutuhkan dalam perhitungan ini data
yang ada ditabel distribusi pearson type III ( nilai K).
9. Menghitung debit banjir rancangan data yang dibutuhkan untuk
membuat tabel debit banjir rancangan yaitu, nilai anti log, koefisien
jalan, dan koefisien atap.
3.1 Diagram Alir

MULAI
KECUKUPAN
DATA DATA
PENGUMPULAN
CURAH HUJAN YA

PENGOLAHAN DATA
TIDAK

PERHITUNGAN CURAH HUJAN:


1. Menghitung curah hujan bulanan.
2. Menghitung curah hujan tahunan.
3. Menghitung curah hujan maksimal harian.
4. Menghitung Uji Kosistensi
5. Menghitung rata-rata curah hujan dengan Metode Aritmatik.
6. Menghitung rata-rata curah hujan dengan Polygon Theissen.
7. Menghitung rancangan curah hujan dengan Metode Gumbel.
8. Menghitung rancangan curah hujan dengan Metode Log-
Pearson III.
9. Menghitung rancangan curah hujan kala ulang.
10. Menghitung Uji Chi Square.
11. Menghitung Uji Smirnov-Kolmogorov.
12. Menghitung debit limpasan.

SELESAI
Gambar 3.1. Diagram Alir

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Data Curah Hujan Bulanan dan Rata – Rata


Tabel 4.1. Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Blitar Stasiun Kesamben.
CH
THN KET JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
TAHUNA
N
Jml C.H
43
Bulanan 457 282 435 327 106 4 20 210 586 2470
2012 Rata-
rata 19.8 13.5 22.9 23.4 13.25 4 10 10.75 16.2 26.7 160.5
Jml C.H
Bulanan 366 327 196 162 163 197 1411
2013 Rata-
rata 15.25 16.35 15.7 11.6 16.3 17.9 93.042
Jml C.H
283 94 147 130 29 25 6 221 498 1433
Bulanan
2014
Rata-
12.3 7.8 11.3 7.6 7.3 6.3 3 18.4 22.7 96.7
rata
Jml C.H
Bulanan 207 328 358 474 179 259 200 2005
2015
Rata-
rata 12.2 20.5 22.4 22.5 29.8 18.5 10.5 136.4
Jml C.H
340 421 253 378 249 109 105 82 188 356 585 214 3280
Bulanan
2016 Rata-
20 23.4 14.8 18.9 17.8 9.1 13.1 11.7 12.1 17.8 20.1 17.1 195.9
rata
Jml C.H
Bulanan 362 283 347 191 151 56 45 5 21 108 418 220 2207
2017 Rata-
rata 17.2 18.9 24.8 17.4 25.2 7 15 2.5 5 7.7 19 12.2 171.9
Jml C.H
391 354 203 134 22 11 4 4 3 915 280 2321
Bulanan
2018
Rata-
4 4 3 14.7
rata 15.1 18.6 11.94 14.89 5.5 3.68 65.36 160.8
0
Jml C.H
Bulanan 390 195 301 150 8 1 23 276 1244
2019
Rata-
16.72
rata 19.5 10.27 10 2 1 4 16 88.5
0
Jml C.H
254 288 469 147 238 37 14 12 56 141 237 344 2237
Bulanan
2020 Rata-
16.93 15.16 19.54 11.30 19.83 3 13.94 19.11
rata 7.4 7 9.330 14.1 156.7
0 0 0 0 0 0 0
Jml C.H
317 278 302 163 42 267 32 14 132 64 554 325 2490
2021 Bulanan
Rata-
13.21 16.78 22.2 2.330 20.52
rata 13.9 16.3 8.4 8 26.4 12.8 14.13 175
0 0 5 0
Sumber :
Pengolahan Data
Curah Hujan
Tabel 4.2. Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Blitar Stasiun Doko.
CH
THN KET JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
TAHUNAN
Jml C.H
390 358 326 186 100 6 47 214 643 2270
Bulanan
2012
Rata-
17.8 17.1 17.2 20.7 14.3 6 11.75 15.3 28 148.15
rata
Jml C.H
316 423 162 205 201 273 1580
Bulanan
2013
Rata-
13.2 23.5 16.2 12.8 16.75 34.125 116.6
rata
Jml C.H
Bulanan 335 127 216 76 189 41 251 295 1530
2014
Rata-
rata 15.3 21.2 21.6 12.7 31.5 6.9 14.8 12.8 136.8
Jml C.H
Bulanan 177 438 272 463 150 5 216 201 1922
2015 Rata-
rata 13.6 29.2 18.2 22.05 25 5 19.7 12.6 145.35
Jml C.H
219 409 328 393 250 183 92 78 91 294 388 141 2866
Bulanan
2016
Rata-
14.6 21.6 18.3 19.65 19.3 14.1 15.4 7.1 7 14.7 13.4 10.9 176
rata
Jml C.H
Bulanan 256 148 310 180 120 65 9 4 10 109 482 150 1843
2017
Rata-
rata 12.2 9.9 20.7 13.9 20 9.3 3 4 2.5 7.3 20.1 7.2 130.1
Jml C.H
286 250 204 140 35 6 3 2 2 147 176 1251
Bulanan
2018 Rata-
12.5 17.9 13.6 11.7 7 3 3 2 2 11.3 9.3 93.3
rata
Jml C.H
Bulanan 319 168 211 92 85 2 10 263 1150
2019 Rata-
rata 15.2 9.9 11.1 7.7 21.25 2 2 18.8 88
Jml C.H
Bulanan 207 163 373 123 355 39 9 8 24 84 139 194 1718
2020
Rata-
rata 13 12.5 17 10.25 25.4 6.5 3 2.7 4.8 14 8.2 9.7 127
Jml C.H
306 233 305 111 123 152 18 27 57 92 220 218 1862
Bulanan
2021 Rata-
rata 14.6 13 16 7.4 30.75 11.7 3 13.5 9.5 18.4 9.2 9.9 157
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Tabel 4.3 Data Curah Hujan Bulanan Kabupaten Blitar Stasiun Candisewu.
CH
THN KET JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL AGS SEP OKT NOV DES
TAHUNAN
Jml C.H
Bulanan
2012
Rata-
rata
Jml C.H
Bulanan
2013
Rata-
rata
Jml C.H
Bulanan
2014
Rata-
rata
Jml C.H
Bulanan
2015 Rata-
rata
Jml C.H
Bulanan
2016
Rata-
rata
Jml C.H
Bulanan
2017
Rata-
rata
Jml C.H
Bulanan
2018 Rata-
rata
Jml C.H
Bulanan
2019 Rata-
rata
Jml C.H
Bulanan
2020
Rata-
rata
Jml C.H
Bulanan
2021 Rata-
rata
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
4.2. Curah Hujan Max Harian
Tabel 4.4. Data Curah Hujan Maksimal Harian Kabupataen Blitar
TAHUN ST. ST. DOKO ST.
KESAMBE CANDISEW
N U
2012 97 88 95
2013 68 83 98
2014 115 66 98
2015 106 69 90
2016 80 88 94
2017 128 77 98
2018 731 79 97
2019 54 71 517
2020 118 118 99
2021 71 81 99
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan

4.3. Curah Hujan Total Tahunan


Tabel 4.5. Data Curah Hujan Total Tahunan Kabupaten Blitar
TAHUN ST. ST. DOKO ST.
KESAMBE CANDISEW
N U
2012 2470 2270
2013 1411 1580
2014 1433 1530
2015 2005 1922
2016 3280 2866
2017 2207 1843
2018 2321 1251
2019 1244 1150
2020 2237 1718
2021 2490 1862
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
4.4. Hitungan Total Rata-Rata Curah Hujan Tahunan
Tabel 4.6. Perhitungan Total Rata-Rata Curah Hujan Tahunan
BULAN TOTAL
THN CH
Jan Feb Mar April Mei Juni Juli Agust Sept Okto Nov Des TAHUNAN
2012 335.0 320.7 174.0 202 115.0 5.0 3 0 0.0 46.7 372 1573.0
2013 212.3 319 211 387.0 223.0 128.0 35 131.5 180.7 297 478.3 204.3 2807.2
2014 336.7 235.3 255 186 121.3 29 165 276.0 380.7 1984.3
2015 429.7 355 240 276.0 138 57 31.3 88 294.7 558 2468
2016 387 305 134.7 248 130.0 285.0 60.7 35 328.0 534 2448.3
2017 272 217.3 274 286.7 99 107.7 37.7 5 239.0 432.0 1970.3
2018 220 384 382.3 351 165.3 0 294 282.0 2079.3
2019 413.3 473.7 282.0 285 159 143 44.0 76 218.7 238 478.0 324.0 3133.7
2020 491.3 265 262 218 120.0 84 32 7 14.3 105 403.7 278.7 2281.2
2021 419.3 458.7 229.7 192.3 87 13.0 3 7 2 201.3 348.7 1960.8
Sumber : Hasil Perhitungan sendiri

4.5. Uji Konsistensi Data Curah Hujan


Tabel 4.7. Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Talun
AKUMULASI RATA-RATA AKUMULASI
TAHUN ST. A ST. B & ST. C ST. B & ST. C
ST. A
2012 90 90 85.5 85.5
2013 110 200 122.5 208
2014 95 295 91 299
2015 80 375 90.5 389.5
2016 105 480 123 512.5
2017 68 548 121 633.5
2018 99 647 90 723.5
2019 80 727 101 824.5
2020 90 817 96 920.5
2021 95 912 123 1043.5
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Keterangan :
ST. A : Stasiun Talun
ST. B : Stasiun Garum
ST. C : Stasiun Wlingi
Uji Konsistensi ST.
1200 Talun
Akumulasi ST. B & ST. C
912, 1043.5
1000
800 817, 920.5
727, 824.5
600
647, 723.5
400
548, 633.5
200
480, 512.5 Series1
0 375, 389.5
Akumulasi ST. A

Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan


Gambar 4.1. Grafik Uji Konsistensi Stasiun Talun

Pada gambar 4.1. dapat disimpulkan bahwa grafik uji konsistensi pada Stasiun
Talun pada tahun 2010 sampai tahun 2019 mengalami peningkatan yang
siknifikan dimana data tersebut dapat dibilang konsisten.

Tabel 4.8. Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Garum


AKUMULASI RATA-RATA AKUMULASI
TAHUN
ST. B ST. B ST. A & ST. C ST. A & ST. C
2010 89 89 86 86
2011 92 181 131.5 217.5
2012 78 259 99.5 317
2013 96 355 82.5 399.5
2014 73 428 139 538.5
2015 136 564 87 625.5
2016 95 659 92 717.5
2017 86 745 98 815.5
2018 92 837 95 910.5
2019 116 953 112.5 1023
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Keterangan :
ST. A : Stasiun Talun
ST. B : Stasiun Garum
ST. C : Stasiun Wlingi
1200
Uji Konsistensi ST.
y=ax+b
1000
Garum

Akumulasi ST. A & ST. C


953, 1023
800
564, 625.5 837, 910.5
600 38.5
428, 5 Series1
259, 355,
317 399.5
400 , 217.5 Linear (Series1)
181
89, 86
200
0 200 400 600 800 1000 1200
Akumulasi ST. B

Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan


Gambar 4.2. Grafik Uji Konsistensi Stasiun Garum

Pada gambar 4.2. dapat disimpulkan bahwa grafik uji konsistensi pada Stasiun
Garum pada tahun 2010 sampai tahun 2019 mengalami peningkatan yang
siknifikan yang dimana data tersebut dapat dibilang konsisten.

Tabel 4.9. Uji Konsistensi Data Curah Hujan Stasiun Wlingi


AKUMULASI RATA-RATA AKUMULASI ST.
TAHUN
ST. C ST. C ST. A & ST. B A & ST. B
2010 82 82 85.5 85.5
2011 153 235 122.5 208
2012 104 339 91 299
2013 85 424 90.5 389.5
2014 173 597 123 512.5
2015 106 703 121 633.5
2016 85 788 90 723.5
2017 116 904 101 824.5
2018 100 1004 96 920.5
2019 130 1134 123 1043.5
Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan
Keterangan :
ST. A : Stasiun Talun
ST. B : Stasiun Garum
ST. C : Stasiun Wlingi
Uji Konsistensi ST. Wlingi
1200 y = ax +b
Akumulasi ST. A & ST. C
1000 1134, 1043.5

800 1004, 920.5


904, 824.5
600
597, 512.5 Series1
400
424, 389.5 Linear (Series1)
200
339, 299
0
0 200 400 600 800 1000 1200
Akumulasi ST. C

Sumber : Pengolahan Data Curah Hujan


Gambar 4.3. Grafik Uji Konsistensi Stasiun Wlingi

Pada gambar 4.3. dapat disimpulkan bahwa grafik uji konsistensi pada Stasiun
Wlingi pada tahun 2010 sampai tahun 2019 mengalami peningkatan yang
siknifikan yang dimana data tersebut dapat dibilang konsisten.

4.6. Perhitungan Data Curah Hujan Rerata Max Harian Metode


Aritmatik
Tabel 4.10. Data Curah Hujan Rerata Max Harian Metode Aritmatik (Aljabar)
RERATA
TAHUN ST. A ST. B ST. C
C.H
2010 90 89 82 87.00
2011 110 92 153 118
2012 95 78 104 92.33
2013 80 96 85 87.00
2014 105 73 173 117.00
2015 68 136 106 103
2016 99 95 85 93
2017 80 86 116 94
2018 90 92 100 94
2019 95 116 130 113.67
Sumber : Hasil Perhitungan sendiri

RUMUS RERATA ARITMATIK (ALJABAR)

Rata-rata CH = A1+A2+A3+…An/n
Keterangan
A : CH maksimal
n : Jumlah Stasiun

Keterangan
ST. A : ST. Talun
ST. B : ST. Garum
ST. C : ST. Wlingi

4.7. Perhitungan Data Curah Hujan Rerata Max Harian Metode Poligon
Thiessen
Tabel 4.11. Data Curah Hujan Rerata Max Harian Metode Polygon Thiessen
RERATA
TAHUN ST. A ST. B ST. C
C.H
2010 90 89 82 86.650
2011 110 92 153 116.630
2012 95 78 104 89.949
2013 80 96 85 89.575
2014 105 73 173 113.765
2015 68 136 106 114.689
2016 99 95 85 92.043
2017 80 86 116 95.804
2018 90 92 100 94.552
2019 95 116 130 117.745
Sumber : Hasil Perhitungan sendiri

RUMUS POLIGON THIESSEN :

PT =((A1*R1)+(A2*R2)+(A3*R3))/Total R

Keterangan
PT : Poligon Thiessen
A : CH maksimal
R : Luas Wilayah

Keterangan
ST. A : ST. Talun
ST. B : ST. Garum
ST. C : ST. Wlingi

4.8. Curah Hujan Rancangan


Tabel 4.12. Curah Hujan Rancangan Kabupaten Blitar
RERATA C.H URUTAN ''<'' ke ''>''
86.650 86.650
116.630 89.575
89.949 89.949
89.575 92.043
113.765 94.552
114.689 95.804
92.043 113.769
95.804 114.689
94.552 116.630
117.745 117.745

Interval Jumlah (n) Jumlah (n x 10th) m = n / (n x 10th)


10 10 10 1.0
20 10 10 1.0
30 10 10 1.0
40 10 10 1.0
50 10 10 1.0
60 10 10 1.0
70 10 10 1.0
80 10 10 1.0
90 10 7 1.4
100 10 4 2.5
110 10 4 2.5
120 10 0 ∞
Sumber : Hasil Perhitungan sendiri
CURAH HUJAN RANCANGAN
120
3, 110

1, 90 3, 100

80 1,11,120
Interval

1, 110
1, 50
Series1
40
1, 40
20
1, 30
0
0 1 1 2 2 3 3

m = n/(n x 10th)

Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri


Gambar 4.5. Grafik Curah Hujan Rancangan

4.9. Metode Gumbel


Tabel 4.13. Data Curah Hujan Max Harian Metode Gumbel
TAHUN RERATA C.H (X) URUTAN ''<'' ke ''>'' X²
2010 86.65 89.58 8023.71
2011 116.63 86.65 7508.27
2012 89.95 92.04 8471.93
2013 89.58 95.80 9178.35
2014 113.77 94.55 8940.10
2015 114.69 89.95 8090.77
2016 92.04 114.69 13153.59
2017 95.80 117.74 13863.87
2018 94.55 116.63 13602.64
2019 117.74 113.77 12942.51
Jumlah 1011.40 Jumlah 103775.75
Rata-rata (¯¯X) 101.14 Rata-rata ( ¯¯X²) 10377.57

𝜎𝑥 = √X 2 − (X)2 = √10377.57 − (101.14) 2 = √10377.57 − 10229.2996 = √148.2704 = 12.1766333607 = 12.177

1 𝜎𝑥 12.177
= = 12.48
= 𝜎𝑦 0,9757
𝑎

1
b = ¯¯X - . yt = 101.14 - (12.480 x 0,4271) = 95.809792 =
𝑎
95.81
Persamaan Gumbel
Xt = 12.48 Yt + 95.81

Tabel 4.14. Perhitungan Kala Ulang Metode Gumbel


No Tr/Kala ulang Yt (tabel gumbel) Xt x Y
1 5 1.4999 123.736 5 123.736
2 10 2.2504 133.100 10 133.100
3 25 2.9702 142.082 20 142.082
4 50 3.9019 153.707 50 153.707
5 100 4.6002 162.421 100 162.421

y
180 y = 0.366x + 129.47
160

140
Axis Title

120
y
100
Linear (y)
80

60
0 20 40 60 80 100 120

Axis Title
Sumber : Hasil Pengolahan Sendiri
Gambar 4.6. Grafik Kala Ulang Metode Gumbel

Dari hasil ploting didapat persamaan regresi :

y = 0.366x + 129.47
Tabel 4.15. Uji Chisquare (Uji Sumbu Horizontal X)
No X Rmax (diurutkan) y ((Rmax-Y)^2/Rmax)
1 9.09 89.58 132.797 20.856
2 18.18 86.65 136.125 28.248
3 27.27 92.04 139.452 24.419
4 36.36 95.80 142.779 23.033
5 45.45 94.55 146.106 28.110
6 54.55 89.95 149.434 39.339
7 63.64 114.69 152.761 12.638
8 72.73 117.74 156.088 12.486
9 81.82 116.63 159.415 15.695
10 90.91 113.77 162.743 21.086
Jumlah 225.910
Sumber : Hasil Perhitungan
Sendiri Dari tabel chisquare dengan n = 10 didapat nilai untuk tingkat
kepercayaan 90% = 0,16. Dari tabel perhitungan didapat nilai total sejumlah
225.910
Maka data tidak dapat diterima. karena X hit > dari X tabel.

Tabel 4.16. Uji Smirnof Kolmogorof (Uji Sumbu Horizontal Y)


No Rmax (Y) n Tr (x) (n-Tr/100)
1 89.58 9.09 -109.002 1.181
2 86.65 18.18 -116.994 1.352
3 92.04 27.27 -102.259 1.295
4 95.80 36.36 -91.984 1.283
5 94.55 45.45 -95.404 1.409
6 89.95 54.55 -107.982 1.625
7 114.69 63.64 -40.385 1.040
8 117.74 72.73 -32.036 1.048
9 116.63 81.82 -35.081 1.169
10 113.77 90.91 -42.909 1.338
Nilai Max 1.625
Sumber : Hasil Perhitungan
Sendiri Dari tabel smirnof kolmogorof dengan n = 10 didapat nilai untuk tingkat
kepercayaan 90% = 0,368. Dari tabel perhitungan didapat nilai tertinggi (max)
sejumlah 1.625
Maka data tidak dapat diterima. karena Y hit > dari Y tabel
4.10. Metode Log Pearson III
Tabel 4.17. Data Curah Hujan Metode Logaritma Pearson III

TAHUN RERATA
Log X- Log ¯¯X (Log X- Log ¯¯X)2 (Log X- Log ¯¯X)3
C.H (X) Log X
2016 86.65 1.938 -0.064 0.0041038 -0.00026289
2014 89.58 1.952 -0.050 0.0024644 -0.00012234
2009 89.95 1.954 -0.048 0.0022880 -0.00010944
2015 92.04 1.964 -0.038 0.0014318 -0.00005418
2017 94.55 1.976 -0.026 0.0006843 -0.00001790
2013 95.80 1.981 -0.020 0.0004180 -0.00000855
2012 113.77 2.056 0.054 0.0029370 0.00015917
2010 114.69 2.060 0.058 0.0033284 0.00019202
2011 116.63 2.067 0.065 0.0042225 0.00027438
2018 117.75 2.071 0.069 0.0047766 0.00033012
Rata-rata Log X ( ¯¯X) 2.002 Jumlah 0.0266548 0.00038040
Sumber :Hasil Perhitungan sendiri

0,5 0,5
∑(𝑙𝑜g𝑥−𝑙𝑜g𝑥̅)2 (0.0266548) = 0.0029620,5 0.054421
Si= [ 𝑛−1 ] = [ 9 ] =

3
𝑛(𝑙𝑜𝑔𝑥−𝑙𝑜𝑔𝑥̅ ) = 10 (0.00038040) = 0.003804
Cs = = 0.003804
3 9×8×0.0544213 = 0.327798
(𝑛−1)(𝑛−2) 𝑆i 9×8×0.000161 0.011605

Si = 0.054421 Keterangan
Cs = 0.327798 n : Jumlah Kelas (Tahun)
Si : Standar deviasi
Cs : Koefisien kemencengan
Persamaan Log Pearson III
log Xt = 2.002 + 0.054421.K

Tabel 4.18. Perhitungan Kala Ulang Metode Log Pearson III


No Tr P = (1/Tr)*100% K (tabel log person III) Log Xt Xt
1 5 20 0.8218 2.04672 111.358
2 10 10 1.3112 2.07336 118.402
3 25 4 1.8577 2.10310 126.793
4 50 2 2.2250 2.12309 132.766
5 100 1 2.5639 2.14153 138.525
Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri
Plotting
x Y
5 111.358
10 118.402
25 126.793
50 132.766
100 138.525

y
160.00
y = 3.3178x + 217.02
140.00

120.00
Axis Title

100.00
y
80.00
Linear (y)
60.00

40.00

20.00 1 10 100

Axis Title

Sumber : Hasil Pengolahan Sendiri


Gambar 4.7. Grafik Kala Ulang Metode Log Pearson

Dari hasil ploting didapat persamaan regresi :

Y =3.3178 X + 217.02
Tabel 4.19. Uji Chisquare (Uji Sumbu Horizontal X)
No X Rmax (Diurutkan) Y ((Rmax.Y)*2/Rmax)
1 9.09 89.58 247.1818 494.3636
2 18.18 86.65 277.3436 554.6873
3 27.27 92.04 307.5055 615.0109
4 36.36 95.80 337.6673 675.3345
5 45.45 94.55 367.8291 735.6582
6 54.55 89.95 397.9909 795.9818
7 63.64 114.69 428.1527 856.3055
8 72.73 117.74 458.3145 916.6291
9 81.82 116.63 488.4764 976.9527
10 90.91 113.77 518.6382 1037.2764
Jumlah 7658.200
Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri

Dari tabel chisquare dengan n = 10 didapat nilai untuk tingkat kepercayaan 90% =
16. Dari tabel perhitungan didapat nilai total sejumlah 7658.200
Maka data tidak dapat diterima. karena X hit > dari X tabel.

Tabel 4.20. Uji Smirnof Kolmogorof (Uji Sumbu Horizontal Y)


No Rmax (Y) N Tr (x) (n-Tr/100)
1 89.58 9.09 -38.412 0.475
2 86.65 18.18 -39.294 0.575
3 92.04 27.27 -37.669 0.649
4 95.80 36.36 -36.535 0.729
5 94.55 45.45 -36.912 0.824
6 89.95 54.55 -38.300 0.928
7 114.69 63.64 -30.843 0.945
8 117.74 72.73 -29.922 1.026
9 116.63 81.82 -30.258 1.121
10 113.77 90.91 -31.121 1.220
Nilai Max 1.220

Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri

Dari tabel smirnof kolmogorof dengan n = 10 didapat nilai untuk tingkat


kepercayaan 90% = 0,368. Dari tabel perhitungan didapat nilai tertinggi (max)
sejumlah 1.220
Maka data tidak dapat diterima. karena Y hit > dari Y tabel
4.11. Perhitungan Debit Banjir Rancangan
Tabel 4.21. Debit Banjir Rancangan Kabupaten Blitar
Q
No Tr R 24 Tanah Pasir Jalan Atap Industri
(C = 0.13) (C = 0.75) (C = 0.95) (C = 0.90)
1 5 111.358 0.217 1.252 1.586 1.502
2 10 118.402 0.231 1.331 1.686 1.597
3 25 126.793 0.247 1.425 1.805 1.710
4 50 132.766 0.259 1.492 1.890 1.791
5 100 138.525 0.270 1.557 1.972 1.869
Sumber : Hasil Perhitungan Sendiri

 Rumus mencari debit bajir rancangan


:Q = 0,278 C.I.A
I = (R24 / 24) x (24 / Tc)2/3
Tc = 0,0195 x (L / (s0,5))0,77

 Keterangan :
R24 : Antilog (Log Rt)
C : Koefisien aliran
Tc : Waktu tiba
banjir
I : Intensitas curah hujan
A : Total luas daerah (dari gambar polygon
thissen) L : Total jarak daerah hujan

 Contoh Perhitungan Debit Banjir


Diketahui :
L = 3000
S = 0,008
A = 2,378km2
Ditanya :
1. Perhitungan waktu tiba banjir ?
2. Pehitungan intensitas curah hujan pada Tr 5 ?
3. Perhitungan debit banjir rencana pada Tr 5 ?
Jawab :
1. Waktu tiba banjir (Tc)
Tc = 0,0195 x (l / (s0,5))0,77
Tc = 0,0195 x (3000 / (0,0080,5))0,77
Tc = 0,0195 x 3052,767
Tc = 59,529 menit
2. Intensitas curah hujan (I) pada Tr
5I = (R24 / 24) x (24 / Tc)2/3
I = (111,358 / 24 ) x (24 / 59,529)2/3
I = 2,525 mm
3. Debit banjir rencana (Q) pada Tr 5
 Tanah pasir
Q = 0,278 C.I.A
Q = 0,278 x 0,13 x 2,525 x 2,3781
Q = 0,217 m3/dt
 Jalan
Q = 0,278 C.I.A
Q = 0,278 x 0,75 x 2,525 x 2,3781
Q = 1,252 m3/dt
 Atap
Q = 0,278 C.I.A
Q = 0,278 x 0,95 x 2,525 x 2,3781
Q = 1,586 m3/dt
 Industri
Q = 0,278 C.I.A
Q = 0,278 x 0,9 x 2,525 x 2,3781
Q = 1,502 m3/dt
BAB V
PENUTU
P

5.1. KESIMPULAN
1. Data curah hujan maksimal didapat dari data curah hujan maksimal
tertinggi terdapat di Stasiun Talun sebesar 3316 pada tahun 2017,
pada Stasiun Garum sebesar 2785 pada tahun 2013, dan pada stasiun
Wlingi sebesar 3875 pada tahun 2017.
2. Dari data curah hujah rerata aritmatik nilai tertinggi curah hujan
terdapat di tahun 2017 sebesar 3133,7.
3. Dari uji konsistensi curah hujan diperoleh data curah hujan di setiap
tahunnya di Stasiun Talun, Stasiun Garum, dan Stasiun Wlingi
mengalami kenaikan dan penurunan. Terlihat pada kurva yang tidak
signifikan.
4. Uji data dari metode aritmatik diperoleh data curah hujan tahunan
tertinggi pada tahun 2011 sebesar 118,33 mm dan data curah hujan
yang terendah pada tahun 2010 dan 2013 sebesar 87,00 mm.
5. Dari data curah hujan maksimal harian dengan metode polihon
thessen memiliki nilai tertinggi sebesar 117,745 pada tahun 2019.
6. Dari uji kesesuaian distribusi chi square uji sumbu horizontal x
memperoleh nilai sejumlah 225,910 maka data tidak dapat dietrima
karena Xhit > Xtabel.
7. Dari uji kesesuaian sminov kolomogorof uji sumbu horizontal y
memperoleh nilai tertinggi max sebesar 1,625
8. Nilai dari data curah hujan metode logaritma memiliki nilai standart
deviasi 0,054421 dan nilai koefien kemencengan sebesar 0,327798.
9. Dari perhitungan debit banjir dapat dianalisa dengan mengalikan
koefisien aliran dengan intensitas hujan disuatu wilayah. Koefisien
aliran yang digunakan pada tanah pasir sebesar 0,13, jalan sebesar
0,75, atap sebesar 0,95, dan industry sebesar 0,90.
5.2. SARAN
Adapun saran dari penulis laporan ini masih belum begitu
sempurna, masih banyak kekurangan dalam pengambilan data, dan
pengolahan data. Apaibila ada kritik dan saran yang bersifat membangun,
maka penulis dengan senag hati akan menerimanya. Sebagai penyempurna
tulisan ini dikemudian hari.

You might also like