You are on page 1of 3

1.

Berdasarkan kasus diatas uraikanlah tindakan yang dilakukan oleh OJK dalam rangka melindungi
konsumen dan masyarakat dan tindakan pelayanan pengaduan konsumen?

JAWABAN:

OJK hadir untuk melaksanakan amanat pasal 34 ayat (1) UU nomor 6/2009 tentang BI. Pasal
tersebut menyebutkan: “Tugas mengawasi Bank akan dilakukan oleh lembaga pengawasan sektor
jasa keuangan yang independen, dan dibentuk dengan Undang-Undang”.

Selanjutnya OJK sendiri memiliki fungsi sebagai pelaksana sistem pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di sektor jasa keuangan. Oleh karenanya, OJK bertugas
melakukan pengaturan dan pengawasan terhadap kegiatan jasa keuangan di sejumlah sektor yang
berkaitan dengan sistem keuangan.

- Lembaga Keuangan Apa Saja yang Diawasi OJK??

Tak bisa dimungkiri bahwa saat ini OJK telah menjelma menjadi lembaga yang dipercaya dalam
urusan menjamin keamanan bertraksaksi setiap nasabah di semua lembaga keuangan yang terdaftar
di OJK. Sebab lembaga keuangan yang terdaftar di OJK secara otomatis berada dalam pengawasan
OJK dan merupakan lembaga yang sah secara hukum. Jadi jika tak mau kena tipu dalam bertransaksi,
pastikan lembaga keuangan yang akan Anda gunakan itu terdaftar di OJK.

Saat ini ada ribuan lembaga jasa keuangan yang berada dalam monitoring OJK. Dari ribuan lembaga
keuangan tersebut bisa dikelompokan menjadi beberapa saja. Yaitu; perbankan, pasa modal, jasa
keuangan nonbank (asuransi, dana pensiun, lembaga pembiayaan, financial technology, lembaga
keuangan khusus seperti; Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Perusahaan Pergadaian,
Lembaga Penjamin, Perusahaan Pembiayaan Sekunder Perumahan, PT Permodalan Nasional Madani
(Persero), dan PT Danareksa (Persero).

- Sistem Keuangan Indonesia Butuh OJK

Di awal pembentukan OJK, banyak pertanyaan bermunculan ke publik yang mempertanyakan


mengapa dalam sistem keuangan di Indonesia perlu ada OJK? Jika ditelaah lebih jauh, sejatinya
memang banyak yang bisa dilakukan oleh OJK dalam rangka tugasnya sebagai pengawas bank
seperti yang diamanatkan pasal 34 ayat (1) UU nomor 6/2009 tentang BI.

Namun jika diambil benang merahnya, maka OJK diperlukan untuk beberapa hal pokok di
antaranya; melindungi konsumen atau nasabah dari jasa keuangan, menjaga agar sektor jasa
keuangan terselenggara secara baik dan transparan, serta mewujudkan sistem keuangan yang
tumbuh secara berkelanjutan dan stabil, Seperti diketahui bahwa OJK adalah lembaga yang
independen dan memiliki tugas serta wewenang dalam pengaturan dan pengawasan yang
terintegrasi terhadap keseluruhan kegiatan di dalam sektor jasa keuangan, termasuk kepada bank,
dan lembaga keuangan non-bank seperti asuransi dan lembaga investasi keuangan.

Dalam pengaturannya, OJK menerbitkan Peraturan Otoritas Jasa Keuangan (POJK) yang digunakan
untuk memberikan kepastian hukum dan regulasi pada jasa keuangan. Sementara itu dalam
pengawasan perbankan, OJK melakukan pengawasan rutin; terhadap bank umum (konvensional),
bank syariah, maupun terhadap bank perkreditan rakyat (BPR). Dan pastinya selain hal-hal yang
disebutkan di atas, dalam rangka pengawasan sektor jasa keuangan, OJK juga melaksanakan quality
assurance (jaminan kualitas) terhadap bank.

- Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melindungi kepentingan konsumen dan masyarakat

Mengapa sistem keuangan Indonesia membutuhkan OJK? Karena di dalam visinya selain menjadi
lembaga pengawas industri jasa keuangan yang terpercaya, OJK juga melindungi kepentingan
konsumen dan masyarakat dan mampu mewujudkan industri jasa keuangan menjadi pilar
perekonomian nasional yang berdaya saing global serta dapat memajukan kesejahteraan umum. Di
sini kita bisa menyimpulkan betapa pentingnya lembaga seperti OJK ini bagi sistem keuangan
Indonesia. Dalam melaksanakan fungsi pengaturan, OJK secara produktif mengeluarkan sejumlah
POJK (Peraturan Otoritas Jasa Keuangan) kepada seluruh sektor jasa keuangan. Begitu pun dalam hal
pengawasan. Misalnya, OJK secara berkesinambungan dan rutin melakukan pengawasan terhadap
bank (konvensional, syariah, dan BPR).

Dalam Pasal 34 ayat (1) UU BI menentukan bahwa tugas mengawasi bank akan dilakukan oleh
lembaga pengawasan sektor jasa keuangan yang independen. Amanat Pasal 34 ayat (1) UU BI juga
menekankan kepada lembaga tersebut untuk bertindak sebagai dewan pengawas (supervisory
board), yang dapat mengeluarkan ketentuan berkaitan dengan pelaksanaan tugas pengawasan bank
secara berkoordinasi dengan BI.

- Kewenangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK)

Dalam perjalanannya, OJK justru diberikan kewenangan luas untuk membuat pengaturan dan
pengawasan. Bahkan kewenangannya juga dapat bertindak sebagai penyidik layaknya seperti KPK
(Komisi Pemberantasan Korupsi). Meski telah ditentukan dalam amanat Pasal 34 ayat (1) UU BI,
wewenang OJK adalah mengeluarkan ketentuan yang berkaitan dengan pelaksanaan tugas
pengawasan bank, namun faktanya kewenangan OJK melebar hingga meliputi kegiatan mengatur,
mengawasi, memeriksa, dan bahkan sebagai penyidik. Dengan ketentuan-ketentuan tersebut itulah
membuat OJK menjadi lembaga super body.

- OJK mengatur dan mengawasai seluruh kegiatan perbankan secara nasional

Seperti diketahui bahwa maksud dan tujuan dibentuknya OJK adalah untuk mengatur dan
mengawasi seluruh kegiatan perbankan secara nasional. OJK sendiri memiliki wewenang dalam
pengaturan dan pengawasan mengenai kelembagaan bank yang meliputi; perizinan untuk pendirian
bank, pembukaan kantor bank, anggaran dasar, rencana kerja, kepemilikan, kepengurusan dan
sumber daya manusia, merger, konsolidasi dan akuisisi bank, serta pencabutan izin usaha bank.
Selain itu, OJK juga mempunyai fungsi pengawasan terhadap kegiatan usaha bank. Misalnya terkait
sumber dana, penyediaan dana, produk hibridasi, dan aktivitas di bidang jasa. Lantas, pengaturan
dan pengawasan mengenai kesehatan bank yang meliputi: (1) likuiditas, rentabilitas, solvabilitas,
kualitas aset, rasio kecukupan modal minimum, batas maksimum pemberian kredit, rasio pinjaman
terhadap simpanan, dan pencadangan bank; (2) laporan bank yang terkait dengan kesehatan dan
kinerja bank; (3) sistem informasi debitur; (4) pengujian kredit (credit testing); dan (5) standar
akuntansi bank. Bahkan terhadap pengaturan mengenai aspek kehati-hatian bank (prudent banking),
OJK memiliki tugas di antaranya; manajemen risiko, tata kelola bank, prinsip mengenal nasabah dan
anti pencucian uang, juga tidak ketinggalan pencegahan pembiayaan terorisme dan kejahatan
perbankan, serta pemeriksaan bank.

You might also like