You are on page 1of 27

LAPORAN PRAKTIKUM

CRUSHING

HARDIANSYAH
09320210016

LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN


PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR
2023
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut Ensiklopedia Indonesia, hukum pertambangan adalah hukum


yang mengatur tentang penggalian atau pertambangan biji-biji dan mineral-
mineral dalam tanah. Sedangkan menurut Blacklaw Dictionary (1982: 847),
hukum pertambangan adalah: “the act appropriating a mining claim (parcel of
land containing precious metal its soil or rock) according to certain
established rule”. Artinya ketentuan yang khusus yang mengatur hak
menambang (bagian dari tanah yang mengandung logam berharga di dalam
tanah atau bebatuan) menurut aturan-aturan yang telah ditetapkan. Sementara itu,
Salim HS mendefinisikan Hukum pertambangan adalah: "keseluruhan kaidah hukum
yang mengatur kewenangan negara dalam pengelolaan bahan galian (tambang) dan
mengatur hubungan hukum antara negara dengan orang dan atau badan hukum
dalam pengelolaan dan pemanfaatan bahan galian (tambang)" (Hartana, 2017).
Pengolahan bahan galian merupakan suatu pemisahan mineral berharga
dari pengotornya yang tidak berharga dengan memanfaatkan perbedaan sifat
fisik darimineral-mineral tersebut, tanpa mengubah identitas kimiawi dan
fisiknya. Proses pengolahan bahan galian inisecara umum dapat dipisahkan
kedalam beberapa bagian atau beberapa langkah yang diantaranya ialah:
Comminution, Sizing, Concentration, Dewatering
(Rekatama Desa Mekarsari et al., 2020).

Crushing merupakan suatu metode yang digunakan untuk memperkecil


ukuran material dengan menggunakan suatu gaya. Dalam metode crushing dalam
proses kominusi terdapat dua tahapan, yaitu pertama primary crushing merupakan
tahap penghancuran pertama, umpan pada tahapan ini ukurannya sangat besar,
berupa bongkahan. Diameter yang dimiliki kuarang lebih 84 x 60 inchi. Kedua
secondary crushing adalah tahapan selanjutnya setelah dari primary crushing,
dimana feed (umpan) yang akan crusing lebih kecil dibanding dengan feed (umpan)
pada primary crushing, sehingga produk yang dihasilkan juga memiliki ukuran lebih

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

kecil. Sedangkan kominusi yang merupakan salah satu tahap dalam proses
pengolahan bahan galian yang bertujuan untuk memperkecil ukuran
(Hatimah et al., 2022).

1.2 Maksud dan Tujuan Praktikum

1.2.1 Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu
aplikasi dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum crushing ini adalah:
a. Memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat remuk;
b. Mengetahui distribusi ukuran butir bijih sampel dari proses crushing.

1.3 Alat dan Bahan

1.3.1 Alat
a. Jaw Crusher;
b. Roll Crusher;
c. Sieve Shaker;
d. Timbangan;
e. Talang;
f. Kuas (3 inch);
g. Mistar;
h. Perlengkapan safety;
i. ATM.
1.3.2 Bahan
a. Sampel Batu Bara 5 Kg;
b. Tabel Data Pengamatan;
c. Kantong Sampel A4 (5 lembar).

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kominusi

Pengolahan bahan galian merupakan suatu pemisahan mineral berharga


dari pengotornya yang tidak berharga dengan memanfaatkan perbedaan sifat
fisik dari mineral-mineral tersebut, tanpa mengubah identitas kimiawi dan
fisiknya. Proses pengolahan bahan galian ini secara umum dapat dipisahkan
kedalam beberapa bagian atau beberapa langkah yang diantaranya ialah sebagai
berikut :
a. Comminution.
b. Sizing.
c. Concentration.
d. Dewatering.
Kominusi (Size Reduction) yang merupakan salah satu tahap dalam
proses pengolahan bahan galian yang bertujuan untuk memperkecil ukuran dari
suatu padatan dengan cara memecah, memotong, atau menggiling bahan
tersebut sampai didapat ukuran yang diinginkan agar memudahkan untuk
proses selanjutnya (Hatimah et al., 2022).
Kominusi (Size Reduction) dapat dibagi menjadi dua tahap yaitu
peremukan atau pemecahan Crushing dan pengerusan (Grinding). Partikel padatan
dapat dihancurkan (dikecilkan ukurannya) dengan berbagai cara, pada
umumnya hanya 4 cara saja yang sering kali dijumpai dalam mesin-mesin
pereduksi ukuran/mesin kominusi (size reduction machines) yaitu penekanan
(compression), pembenturan ( impaction), penggerusan (attirition of rubbing),
pemotongan ( cutting). Ball mill merupakan salah satu jenis unit grinding, ball mill
bekerja dengan prinsip impak, ball mill menggunakan bola besi sebagai
grinding medium.

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Kominusi atau pengecilan ukuran bijih atau feed merupakan tahap paling
awal dari proses pengolahan mineral. Tahap ini diperlukan selain untuk mereduksi
ukuran tentunya, juga untuk meningkatkan liberasi dari mineral berharga yang akan
diambil. Artinya, semakin kecil ukuran bijih maka semakin besar juga kemungkinan
mineral berharga untuk terbebas dari mineral-mineral pengotor. Proses pengolahan
bahan galian pada proses awal bertujuan untuk membebaskan atau meliberasi (to
liberate mineral berharga dari material pengotornya, menghasilkan ukuran dan
bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada proses berikutnya serta
memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain,
misalnya reagen flotasi.
Kominusi terbagi atas 3 (Tiga) tahap:
a. Primary Crushing
Alat yang digunakan dalam Primary Crushing ini adalah Jaw Crusher.
b. Secondary Crushing
Alat yang digunakan dalam secondary crushing ini adalah Roll Crusher.
c. Fine Crushing
Alat yang digunakan dalam fine crushing ini adalah Grinding Mill.

2.2 Hopper

Hopper adalah alat penampungan material sementara dari tambang


sebelum masuk pada alat penghancur (jaw crusher), ukuran hopper ini bisa
disesuaikan dengan kebutuhan, hopper memiliki bentuk persegi dan persegi panjang.
Fungsi dari hopper ini supaya material tidak langsung turun pada alat peremuk.

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016

Gambar 2.1 Bagian Hopper


PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

2.3 Crusher

Crusher adalah suatu peralatan di dalam industri pengolahan bahan galian


(PBG) yang digunakan sebagai tahapan awal dalam proses memperkecil ukuran dari
bongkahan-bongkahan yang besar kepotongan-potongan yang lebih kecil. Perbedaan
ukuran dari produk yang biasanya tidak terlalu tajam. Untuk beberapa proses, cukup
alat crusher yang digunakan untuk mengurangi ukuran umpan, namun untuk
berbagai proses kimia diikuti lagi dengan grinder sebagai tahapan berikutnya dalam
memperkecil material hingga menjadi butiran halus (Indriyani et al., 2021).
Peremukan batu pada prinsipnyta bertujuan mereduksi material untuk
memperoleh ukuran butir tertentu melalui alat peremukan dan pengayakan. Faktor-
faktor yang mempengaruhi peremukan batuan oleh crusher antara lain:
a. Ukuran Material
Ukuran material umpan untuk mencapai produkyang baik pada peremukan
adalah kurang dari 85% dari ukuran bukaan alat remuk.
b. Reduction Ratio (Rasio Peremukan)
Perbandingan ukuran mulut feeder (Inlet) A dengan mulut discharge (Outlet)
B dinyatakan dengan A/B dan disebut rasio peremukan.
c. Kapasitas
Kapasitas alat peremukan dipengaruhi oleh jumlah umpan yang masuk setiap
jam, berat jenis umpan dan besar setting dari alat peremuk.
Ketangguhan, kekerasan dan kesensitivan terhadap temperatur adalah
beberapa sifat yang bias mempengaruhi pemilihan dalam peralatan dan kondisi
operasi. Material yang berserat membutuhkan proses pemotongan dibandingkan
proses penghancuran. Material yang sensitif terhadap temperature seperti plastik dan
karet harus didinginkan dengan suhu rendah yang melibatkan pencelupan material ke
dalam nitrogen liquid digunakan bahkan untuk material-material prosaic seperti
mobil bekas dan berbahan karet. Temperatur rendah mempertinggi tingkat kerapuhan
dan akibatnya pemakaian daya berkurang.
Crusher pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) jenis sesuai dengan
fungsinya, yaitu:
a. Primary Crushing

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

1. Peremukan ukuran bijih dari tambang pada tahap pertama dan crusher
dioperasikan secara terbuka.
2. Untuk bijih yang keras dan kompak biasanya digunakan jaw crusher
atau gyratory crusher.
b. Secondary Crushing
1. Jauh lebih ringan dari primary crusher.
2. Peremukan mulai dari 8-6, yaitu material yang telah melewati primary
crushing biasanya menggunakan roll crusher.

2.4 Jaw Crusher

Jaw crusher diperkenalkan oleh Blake dan Dodge, dan beroperasi dengan
menerapkan penghancur bertekanan, merupakan salah satu peralatan pemecah batu
yang paling terkenal di dunia. Jaw Crusher merupakan suatu mesin atau alat yang
banyak digunakan dalam industri di bidang pertambangan, bahan bangunan, kimia,
metalurgi dan sebagainya. Sangat cocok untuk penghancuran primer dan sekunder
dari semua jenis mineral dan batuan dengan kekuatan tekan 320 MPa, seperti bijih
besi, tembaga, emas, mangan, kerikil, granit, basalt, kuarsa, diabas dan bahan galian
lainnya (Rekatama Desa Mekarsari et al., 2020).
Jaw Crusher mempunyai keunggulan struktur sederhana, kinerja stabil,
perawatan mudah, menghasilkan partikel akhir dan rasio penghancuran tinggi. Jadi
jaw crusher merupakan salah satu mesin penghancuran paling penting dalam lini
produksi penghancuran batu. Secara umum, mesin crusher dapat digunakan untuk
mengurangi ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah
lebih lanjut. Crusher sendiri merupakan alat yang digunakan dalam proses crushing.
Jaw Crusher sangat ideal dan sesuai untuk penggunaan pada saat
penghancuran tahap pertama dan tahap kedua. Memiliki kekuatan anti-tekanan
dalam menghancurkan bahan paling tinggi hingga dapat mencapai 320Mpa. Jaw
crusher ini mempunyai keunggulan struktur sederhana, kinerja stabil,
perawatan mudah, menghasilkan partikel akhir dan rasio penghancuran tinggi. Jadi
jaw crushermerupakan salah satu mesin penghancuran paling penting dalam lini
produksi penghancuran batu (Monalisa, 2018).

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Sedangkan crushing merupakan proses yang bertujuan untuk meliberasi


mineral yang diinginkan dari mineral pengotornya. Jaw Crusher banyak digunakan
dalam proses konstruksi misalnya dalam pembuatan jalan beton, gedung, bendungan
terutama rock fill dan filternya serta pengerjaan lainnya. Kadang diperlukan syarat
khusus untuk gradasi butiran pengisinya.
Jaw Crusher merupakan alat penghancur dengan sistem operasional paling
sederhana. Prinsip kerjanya secara awam mirip seperti rahang, material akan masuk
dan mengalami proses penghancuran seperti dikunyah untuk diubah menjadi lebih
kecil. Di dalam mesin tersebut, terdapat dua lempengan yang berfungsi melakukan
penggilasan atau pengunyahan tadi.
Bijih yang remuk secara leluasa akan bebas turun di antara dua kompresi.
Pada jaw crusher, peremukan bijih hanya terjadi oleh alat, yaitu saat jaw bergerak
memberi tekanan. Mekanisme peremukan ini disebut arrested crushing. ukuran
produk dinyatakan dengan P80. Arti notasi P adalah untuk produk dan 80
menyatakan delapan puluh persen dari berat produk berukuran lebih kecil dari
ukuran P80. Misal P80 = 92,0 mm, artinya delapan puluh persen berat dari produk
jaw crusher berukuran kurang dari 92,0 mm.

Jaw Crusher

Gambar 2.2 Jaw Crusher


mendekati gradasi yang diinginkan oleh sebab itu dibutuhkan alat yang disebut

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

crusher sebagai alat untuk meremukkan bahan galian sesuai dengan standar ukuran
yang telah ditetapkan (Wijaya, 2019).
Cara kerja jaw crusher secara umum yaitu bahan galian di masukkan
melalui rahang kemudian bahan galian tersebut akan di tekan oleh dinding-dinding
Fixed Jaw Plate dan moving jaw plate. Kemudian moving jaw plate akan bergerak
yang digerakkan oleh fly wheel. Kemudian dinding-dinding tersebut bergerak
maju mundur dengan di atur oleh Toggle Plate sehingga bahan galian akan
tertumbuk oleh dinding-dinding tersebut sehingga bahan galian akan pecah dan
berubah ukuran menjadi lebih kecil dari sebelumnya

2.5 Roll Crusher

Double Roll Crusher adalah produk alat preparasi pertambangan yang


berfungsi untuk menghancurkan batuan atau sampel material seperti mineral, nikel
dan batuan tambang lainnya agar bisa menjadi serpihan yang halus dan dapat diatur
sedemikian rupa ketebalan serpihan tersebut melalui alat double roll crusher. Seperti
yang telah diketahui bahwa double roll crusher sangat bermanfaat untuk kebutuhan
analisis sampel bahan tambang.
Dengan demikian ketika material sampel yang didapat dari lahan
pertambangan merupakan batuan tambang yang masih bersifat kasar layaknya seperti
batuan. Oleh karena itu, untuk menghancurkan alat tersebut kita bisa menggunakan
double roll crusher.
Roll Crusher bisa menangani umpan-umpan yang relatif besar, sebagai
contohnya 14 inch , maksimum 24 inch. Untuk smooth rolls, ukuran umpan dibatasi
oleh sudut bagian nip yang mana bergantung pda kondisi permukaan tetapi seringnya
berkisar 16⁰ atau arccos 0,961.
Roll Crusher memiliki dua buah logam berat yang memiliki permukaan licin.
Biasanya hanya satu dari beberapa roll yang diugerakkan dan satu spring dipasang
untuk mencegah kerusakan akibat material yang keras dan tidak bisa dihancurkan
dalam umpan. Mesin ini merupakan pemecah sekunder yang menghasilkan produk
dengan ukuran kira-kira 20 mesh. Alat ini bekerja dengan kompresi.
Ukuran umpan maksimum yang dapat dijepit oleh roll sangat bergantung
pada koefisien gesek antar partikel dan permukaan roll. Rasio pengurangan

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

ditampilkan dengan berkisar hanya antara 2:1 dan 4:1. Set Rolls dalam rangkaian
dengan posisi menurun digunakan untuk mencapai rasio pengurangan yang tinggi
secara keseluruhan. Mesin roller crusher terdiri dari rangka mesin, dua rol yang
berputar dipasang secara paralel di dalam rangka, serta beberapa mesin yang
dilengkapi dengan sistem penggerak tambahan, seperti sabuk konveyor, untuk
memasukkan material ke dalam ruang antara dua rol.

Gambar 2.3 Roll Crusher

2.5 Cone Crusher

Biasanya alat ini dipergunakan pada secondary crushing dan merupakan


modifikasi dari Gyratory Crusher. Kelebihannya adalah, ketika material masih
terlalu besar dan keras, akan dikeluarkan melalui saluran khusus, untuk kemudian
diremukkan kembali hingga menjadi benar-benar halus.

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Cone

Gambar 2.4 Cone Crusher


crusher adalah mesin penghancur batu populer dalam produksi agregat, operasi
penambangan, dan aplikasi daur ulang, Ini adalah jenis kompresi mesin yang
mengurangi bahan dengan meremas atau mengompres bahan pengisi di antara
sepotong baja yang bergerak dan sepotong baja yang diam.

1.6 Screening

Screening adalah proses pengelompokan mineral berdasarkan ukuran


lubang ayakan sehingga ukuran yang didapatkan bisa seragam, alat yang
digunakan untuk melakukan screening disebut screen (Alwi et al., 2023).

Gambar 2.5 Vibrating Screen


NUR SAHIRA HARDIANSYAH
09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Proses pengolahan mineral memerlukan ukuran–ukuran partikel dengan


distribusi kecil (berukuran relativ seragam) yang sesuai dengan ukuran maksimal
derajat liberalisasi mineral berharganya, untuk mendapatkan keseragaman
ukuran partikel mineral digunakan melalui proses pengayakan. Tujuan dilakukannya
proses screening tersebut adalah:
1. Menghasilkan produk akhir yang berukuran seragam;
2. Meningkatkan kapasitas unit operasi lainnya;
3. Mencegah oversize masuk ke proses pengolahan selanjutnya;
4. Mencegah under size masuk ke dalam mesin crusher;
5. Mencegah terjadinya over crusher atau over grinding.
Material Balance adalah suatu neraca kesetimbangan pada Pengolahan
Bahan Galian dimana jumlah partikel umpan yang masuk dalam alat pengolahan
hasilnya sama dengan jumlah material yang keluar.
5.6 Ratio of Reduction

Prinsip pekerjaan crusher merupakan rentetan-rentetan pengurangan ukuran


batu. Tingkat pemecahan/reduksi ukuran suatu crusher ditunjukkan oleh suatu istilah
yang biasa disebut ratio of reduction. Reduction Ratio adalah perbandingan antara
ukuran maksimum feed dari crusher dengan setting(s) terhadap ukuran produk yang
dihhasilkan. Selain ratio of reduction pada pekerjaan crushing juga dikenal dengan
istilah stage of reduction karena pada setiap langkah crushing terjadi pengurangan
ukuran-ukuran batu (Wijaya, 2019).
Setiap crusher memiliki nilai setting, kapasitas peremukan dan prinsip
peremukan yang berbeda-beda. Hal ini menyebabkan terdapat variasi nilai reduction
ratio tiap crusher.

2.7 Pemisahan Berdasarkan Ukuran (Sizing)

Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Proses penyeragaman ukuran partikel dengan
cara memisahkan menjadi beberapa fraksi dengan menggunakan proses pengayakan
atau classifier Pengayakan/Penyaringan (Screening atau Sieving).
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Proses pengayakan juga digunakan sebagai alat pembersih, pemisah kontaminan


yang ukurannya berbeda dengan bahan baku. Pengayakan memudahkan kita untuk
mendapatkan pasir dengan ukuran yang seragam (Hatimah et al., 2022).

2.8 Fines Thickener

Lumpur pada sump undersized tank akan diumpankan menuju fines stock
tank sebagai tempat penampungan sementara sebelum di alirkan pada fines thickener
(FST Thickener) untuk diendapkan dengan menggunakan flokulantt sebelum
diumpankan ke ball mill (sebagian lumpur juga ditampung pada fine stock tank,
ketika FST thickener mengalami gangguan maka seluruh lumpur akan diumpankan
pada FST). Fines thickener bekerja dengan memanfaatkan proses sedimentasi,
merupakan proses pemisahan partikel padatan tersuspensi dari aliran fluida dengan
memanfaatkan sifat pengendapan dari partikel. Thickener memanfaatkan dua buah
gaya, yakni gaya gravitasi dan gaya sentrifugal (akibat pengadukan oleh agitator)
untuk memisahkan partikel tersuspensi.
Untuk meningkatkan efisiensi proses sedimentasi pada thickener digunakan
proses flocculation dengan penambahan flocculant. Flocculation merupakan proses
destabilisasi partikel koloid (atau partikel yang sebelumnya telah terbentuk pada
proses koagulasi) hingga membentuk agregat. Proses flocculation hanya terjadi pada
partikel yang telah terdestabilisasi. Flocculant memiliki berat molekul yang tinggi
(sebagai akibat dari rantai yang panjang) dan kandungan muatan, membuat partikel
destabil terikat dan membentuk agregat pada rantai polimer. tipe ikatan yang
terbentuk antara partikel destabil dengan flocculant adalah ikatan ionic dan ikatan
hidrogen. Selama proses flocculation akan terjadi penambahan ukuran partikel di air,
sehingga lambat laun akan terbentuk flocs. Pembentukan flocs dipercepat dengan
dilakukan pengadukan yang cepat pada thickener. Penggunaan flocculant pada unit
FST thickener mencapai 5-7 kg/hari fines thickener akan disimpan dalam fresh water
tank untuk dijadikan sebagai air proses (Yuwanto et al., 2019).
Gape adalah jarak mendatar pada bagian mulut jaw crusher yang
berfungsi sebagai penerima umpan. Setting adalah jarak mendatar pada bagian
paling bawah dari jaw crusher yang berfungsi sebagi lubang pengeluaran. Angle
of nip adalah , sudut yang dibentuk dengan garis singgung yang dibuat melalui titik

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

singgung antara jaw dengan batuan. Reduction Ratio adalah rasio antara ukuran
partikel dari feed dengan ukuran partikel dari produk peremuk. Flocculant
memiliki berat molekul yang tinggi (sebagai akibat dari rantai yang panjang) dan
kandungan muatan, membuat partikel destabil terikat dan membentuk agregat pada
rantai polimer. Selama proses flocculation akan terjadi penambahan ukuran partikel
di air. Limiting reduction ratio adalah rasio antara ukuran ayakan yang meloloskan
seluruh material dari feed dengan ukuran ayakan yang meloloskan seluruh material
dari produk peremuk. Reduction ratio 80 adalah rasio antara ukuran ayakan yang
meloloskan 80% material feed dengan ukuran ayakan yang meloloskan 80% material
produk peremuk. Faktor –faktor yang mempengaruhi reduction ratio dari jaw
crusher adalah:
a. Gravitasi;
b. Kekerasan material;
c. Keliatan material;
d. Kandungan air/ kelembapan.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN

3.1 Prosedur Kerja Jaw Crusher

a. Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan

Gambar 3.1 Menyiapkan Alat dan Bahan

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

b. Sampel Batu Bara 2 Kg dimasukkan ke dalam hooper dan atur gape pada jaw
crusher (1,25 mm dan 1,75 mm), lalu jalankan alat jaw crusher kemudian
konsentratnya akan keluar melalui bagian bawah alat jaw crusher.

Gambar 3.2 Memasukkan Sampel

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.3 Mengatur Gape

c. Setelah itu, konsentrat di masukkan ke dalam cawan untuk selanjutnya masuk


ke tahap screening. Ukuran ayakan yang digunakan antara lain 1, 4, 8, 10, 14
dan -14 Mesh.

Gambar 3.4 Memasukkan Sampel ke Dalam Alat Screening

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

d. Kemudian melakukan tahap screening selama 2 menit.

Gambar 3.5 Screening

e. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan.

Gambar 3.6 Menimbang Berat Tertahan

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

3.2 Prosedur Kerja Roll Crusher

a. Pertama yang dilakukan adalah menyiapkan alat dan bahan

Gambar 3.7 Menyiapkan Alat dan Bahan

b. Sampel Batu Bara 2 Kg dimasukkan ke dalam hooper dan atur gape pada roll
crusher (1,25 mm dan 1,75 mm), lalu jalankan alat jaw crusher kemudian
konsentratnya akan keluar melalui bagian bawah alat roll crusher.
Gambar 3.8 Memasukkan Sampel dan Mengatur Gape

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

c. Setelah itu, konsentrat di masukkan ke dalam cawan untuk selanjutnya masuk


ke tahap screening. Ukuran ayakan yang digunakan antara lain 1, 4, 8, 10, 14
dan -14 Mesh.

Gambar 3.9 Memasukkan Sampel ke Dalam Alat Screening

d. Kemudian melakukan tahap screening selama 2 menit.

Gambar 3.10 Screening

e. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan.
NUR SAHIRA HARDIANSYAH
09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 3.11 Menimbang Berat Tertahan

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 4.1 Tabel Pengamatan Jaw Crusher dan Roll Crusher

Berat Tertahan (gr)


Mesh JC 1,25 JC 1,75 RC 1,25 RC 1,75

1 256 256 306 256

4 356 306 206 236

8 156 106 166 206

10 106 86 126 186

14 96 66 106 76

-14 56 36 76 56

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING
Tabel 4.2 Tabel Pengolahan Data Jaw Crusher 1,25

% Berat % Berat
Fraksi Berat
Mesh % Fraksi Tertahan Lolos
(mm) tertahan
Kumulatif Kumulatif
1 10 256 29,90 29,90 70,09

4 4,76 356 35,74 65,65 34,34

8 2,38 156 12,38 78,03 21,96

10 2,0 106 10,04 88,08 11,91

14 1,41 96 7,71 95,79 4,20

-14 - 56 4,20 99,97 0

Total - 856 99,97 - -

Gambar 4.1 Grafik Data Jaw Crusher 1,75

Tabel 4.3 Tabel Pengolahan Data Jaw Crusher 1,75

% Berat % Berat
Fraksi Berat
Mesh % Fraksi Tertahan Lolos
(mm) tertahan
Kumulatif Kumulatif
1 10 256 22,73 22,73 68,38

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

4 4,76 356 31,56 54,34 36,77

8 2,38 156 13,85 68,19 22,92

10 2,0 106 9,43 77,62 13,49

14 1,41 96 8,52 86,14 4,97

-14 - 56 4,97 91,11 0

Total - 1126 99,11 - -

Gambar 4.2 Grafik Data Jaw Crusher 1,75

Tabel 4.4 Tabel Penolahan Data Roll Crusher 1,25

% Berat % Berat
Fraksi Berat
Ukuran % Fraksi Tertahan Lolos
(mm) Tertahan
Kumulatif Kumulatif
1 10 256 25,19 25,19 74,80

4 4,76 236 23,22 48,42 51,57

8 2,38 206 20,27 68,69 31,29

10 2 186 18,30 87,00 12,99


14 1,41 76 7,48 94,48 5,51

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

-14 - 56 5,51 99,97 0

Total - 1016 99,97 - -

Gambar 4.3 Grafik Data Roll Crusher 1,25

Tabel 4.5 Tabel Pengolahan Data Roll Crusher 1,75

% Berat % Berat
Fraksi Berat
Ukuran % Fraksi Tertahan Lolos
(mm) Tertahan
Kumulatif Kumulatif
1 10 306 31,03 31,03 68,92

4 4,76 206 20,89 51,92 48,07

8 2,38 166 16,83 68,76 31,23

10 2,0 126 12,77 81,53 18,45

14 1,41 106 10,75 92,28 7,70

-14 - 76 7,70 99,96 0

Total - 986 99,96 - -

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

Gambar 4.4 Grafik Data Roll Crusher 1,75

4.2 Pembahasan

1. Pengolahan Data P80 Jaw Crusher 1,25


Y = 12,883x – 21,342
P80 = 12,883x – 21,342
12,883x = 80 + 21,342
101,342
X =
12,883
= 7,86 mm
2. Pengolahan Data P80 Jaw Crusher 1,75
Y = 12,763x – 20,251
P80 = 12,763x – 20,251
12,763x = 80 + 20,251
100,251
X =
12,763
= 7,85 mm
3. Pengolahan Data P80 Roll Crusher 1,25
Y = 15,157x – 23,688
P80 = 15,157x – 23,688
15,157x = 80 + 23,688

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING
103,688
X =
15,157
= 6,84 mm
4. Pengolahan Data P80 Roll Crusher 1,75
Y = 13,677x – 18,801
P80 = 13,677x – 18,801
13,677x = 80 + 18,801
98,801
X =
13,677
= 7,22 mm
5. Pengolahan Data RR80 Roll Crusher 1,25
RR80 = P80 JC / P80 RC
7,86
RR80 =
6,84
= 1,14 mm
6. Pengolahan Data RR80 Roll Crusher 1,75
RR80 = P80 JC / P80 RC
7,85
RR80 =
7,22
= 1,08 mm
7. Pengolahan Data Berat Hilang Jaw Crusher 1,25
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
1500-856
Berat Hilang = x 100 %
1500
= 42,93 %
8. Pengolahan Data Berat Hilang Jaw Crusher 1,75
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
1500-1126
Berat Hilang = x 100 %
1500
= 24,93 %
9. Pengolahan Data Berat Hilang Roll Crusher 1,25
Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
1500-1016
Berat Hilang = x 100 %
1500
= 32,26%

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

10. Pengolahan Data Berat Hilang Roll Crusher 1


Berat Hilang = (Berat Awal – Berat Akhir) / Berat Awal x (100%)
1500-986
Berat Hilang = x 100 %
1500
= 34,26 %
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum pengolahan bahan galian ini kita melakukan tahapan


peremukan dan pengayakan suatu material. Alat yang digunakan dalam tahap
peremukan adalah jaw crusher dan roll crusher. Tujuan dari tahap peremukan ini
yaitu untuk dapat mereduksi suatu material yang berukuran besar ke ukuran yang
kecil. Tahap ini juga biasa disebut sebagai tahap preparasi yang terbagi menjadi tahap
kominusi dan tahap sizing.
Setelah material melalui tahap preparasi yaitu kominusi dan sizing,
selanjutnya material masuk kedalam tahap screening atau pengayakan. Pengayakan
dilakukan untuk mengetahui berat tertahan dan berat lolos dari hasil peremukan jaw
crusher dan roll crusher. Jaw Crusher memiliki empat tipe berdasarkan desainnya,
yaitu Blake, Overhead Pivot, Overhead Eccentric dan Dodge. Perbedaan dari
keempat tipe tersebut adalah dalam hal ukuran, power, kecepatan putarnya, dan
karakteristik dan aplikasinya.

5.2 Saran

3.2.1 Saran Untuk Laboratorium


Agar kebersihan Laboratorium tetap dijaga sehingga praktikan dan asisten
bisa lebih nyaman dalam proses berlangsungnya praktikum.
3.2.2 Saran untuk Asisten
Sudah menjadi asisten yang baik dan tetap mempertahankan sikap ramahnya
terhadap praktikan.

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING

DAFTAR PUSTAKA

Alwi, M., Zaynuddin, S., & Wonda, Y. (2023). PENERAPAN TOTAL PRODUKTIVE
MAINTENENCE (TPM) PADA CRUSHER IX PT. BOSOWA MINIM MAROS.
http://jurnal.adpertisi.or.id/index.php/JNSTA/submissions
Hartana. (2017). HUKUM PERTAMBANGAN(KEPASTIAN HUKUM TERHADAP
INVESTASI SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DI DAERAH). 3(50–81).
Hatimah, H., Amin, I., Yohanala, F., Tyassena, P., & Prameswara, G. (2022).
PENGARUH KOMINUSI DENGAN MENGGUNAKAN BALL MILL TERHADAP
KARAKTERISTIK ORE NIKEL DARI MOROWALI.
Indriyani, P., Mukiat, & Ningsih, YB. (2021). PENINGKATAN KADAR KASITERIT
SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN TIN CHEMICAL DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT PAN AMERICAN JIG DALAM SKALA
LABORATORIUM. Jurnal Pertambangan, 5, 147–152.
Monalisa. (2018). STUDI KELAYAKAN EKONOMIS PENAMBANGAN DAN
PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BASALT MENJADI BATU SPLIT DI AREA
BUKIT KARANG PUTIH PT SEMEN PADANGMONALISAPROGRAM STUDI S-1
TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI
PADANGJANUARI 2018.
Rekatama Desa Mekarsari, B., Cikalong Kulon, K., Cianjur, K., Jawa Barat, P., Java
Province, W., Samsudin, I., & Pulungan, L. (2020). Prosiding Teknik Pertambangan
Percobaan Kinerja Alat Peremuk dengan Mengatasi Kelebihan Beban Pada Jaw
Crusher 3 dan Mengatur Ukuran Lubang Screen pada Vibrating Screen 2 di PT
Performance Test Tool Crusher by Overcoming Overload on Jaw Crusher 3 and
Adjusting Screen Hole Size on Vibrating Screen 2 at PT.
Wijaya, T. R. (2019). KEKUATAN DAN UMUR FATIK STRUKTUR PENOMPANG
JAW CRUSHER DENGAN METODE ELEMEN HINGGA. In J.Infras (Vol. 5,
Issue 1).
Yuwanto, S. H., Wibowo, H. T., Bahar, H., & Abdilbar, A. A. (2019). IDENTIFIKASI
POTENSIBAHAN GALIANPASIRDIKECAMATAN JABON,
SIDOARJOMENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK SCHLUMBERGER.

NUR SAHIRA HARDIANSYAH


09320200028 09320210016

You might also like