Professional Documents
Culture Documents
Crushing Hardiansyah
Crushing Hardiansyah
CRUSHING
HARDIANSYAH
09320210016
MAKASSAR
2023
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING
BAB I
PENDAHULUAN
kecil. Sedangkan kominusi yang merupakan salah satu tahap dalam proses
pengolahan bahan galian yang bertujuan untuk memperkecil ukuran
(Hatimah et al., 2022).
1.2.1 Maksud dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengenal, mengetahui dan
menguasai ilmu tentang pengolahan bahan galian yang menjadi salah satu
aplikasi dasar dalam dunia pertambangan.
1.2.2 Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum crushing ini adalah:
a. Memahami mekanisme peremukan dan cara kerja alat remuk;
b. Mengetahui distribusi ukuran butir bijih sampel dari proses crushing.
1.3.1 Alat
a. Jaw Crusher;
b. Roll Crusher;
c. Sieve Shaker;
d. Timbangan;
e. Talang;
f. Kuas (3 inch);
g. Mistar;
h. Perlengkapan safety;
i. ATM.
1.3.2 Bahan
a. Sampel Batu Bara 5 Kg;
b. Tabel Data Pengamatan;
c. Kantong Sampel A4 (5 lembar).
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kominusi
Kominusi atau pengecilan ukuran bijih atau feed merupakan tahap paling
awal dari proses pengolahan mineral. Tahap ini diperlukan selain untuk mereduksi
ukuran tentunya, juga untuk meningkatkan liberasi dari mineral berharga yang akan
diambil. Artinya, semakin kecil ukuran bijih maka semakin besar juga kemungkinan
mineral berharga untuk terbebas dari mineral-mineral pengotor. Proses pengolahan
bahan galian pada proses awal bertujuan untuk membebaskan atau meliberasi (to
liberate mineral berharga dari material pengotornya, menghasilkan ukuran dan
bentuk partikel yang sesuai dengan kebutuhan pada proses berikutnya serta
memperluas permukaan partikel agar dapat mempercepat kontak dengan zat lain,
misalnya reagen flotasi.
Kominusi terbagi atas 3 (Tiga) tahap:
a. Primary Crushing
Alat yang digunakan dalam Primary Crushing ini adalah Jaw Crusher.
b. Secondary Crushing
Alat yang digunakan dalam secondary crushing ini adalah Roll Crusher.
c. Fine Crushing
Alat yang digunakan dalam fine crushing ini adalah Grinding Mill.
2.2 Hopper
2.3 Crusher
1. Peremukan ukuran bijih dari tambang pada tahap pertama dan crusher
dioperasikan secara terbuka.
2. Untuk bijih yang keras dan kompak biasanya digunakan jaw crusher
atau gyratory crusher.
b. Secondary Crushing
1. Jauh lebih ringan dari primary crusher.
2. Peremukan mulai dari 8-6, yaitu material yang telah melewati primary
crushing biasanya menggunakan roll crusher.
Jaw crusher diperkenalkan oleh Blake dan Dodge, dan beroperasi dengan
menerapkan penghancur bertekanan, merupakan salah satu peralatan pemecah batu
yang paling terkenal di dunia. Jaw Crusher merupakan suatu mesin atau alat yang
banyak digunakan dalam industri di bidang pertambangan, bahan bangunan, kimia,
metalurgi dan sebagainya. Sangat cocok untuk penghancuran primer dan sekunder
dari semua jenis mineral dan batuan dengan kekuatan tekan 320 MPa, seperti bijih
besi, tembaga, emas, mangan, kerikil, granit, basalt, kuarsa, diabas dan bahan galian
lainnya (Rekatama Desa Mekarsari et al., 2020).
Jaw Crusher mempunyai keunggulan struktur sederhana, kinerja stabil,
perawatan mudah, menghasilkan partikel akhir dan rasio penghancuran tinggi. Jadi
jaw crusher merupakan salah satu mesin penghancuran paling penting dalam lini
produksi penghancuran batu. Secara umum, mesin crusher dapat digunakan untuk
mengurangi ukuran atau mengubah bentuk bahan tambang sehingga dapat diolah
lebih lanjut. Crusher sendiri merupakan alat yang digunakan dalam proses crushing.
Jaw Crusher sangat ideal dan sesuai untuk penggunaan pada saat
penghancuran tahap pertama dan tahap kedua. Memiliki kekuatan anti-tekanan
dalam menghancurkan bahan paling tinggi hingga dapat mencapai 320Mpa. Jaw
crusher ini mempunyai keunggulan struktur sederhana, kinerja stabil,
perawatan mudah, menghasilkan partikel akhir dan rasio penghancuran tinggi. Jadi
jaw crushermerupakan salah satu mesin penghancuran paling penting dalam lini
produksi penghancuran batu (Monalisa, 2018).
Jaw Crusher
crusher sebagai alat untuk meremukkan bahan galian sesuai dengan standar ukuran
yang telah ditetapkan (Wijaya, 2019).
Cara kerja jaw crusher secara umum yaitu bahan galian di masukkan
melalui rahang kemudian bahan galian tersebut akan di tekan oleh dinding-dinding
Fixed Jaw Plate dan moving jaw plate. Kemudian moving jaw plate akan bergerak
yang digerakkan oleh fly wheel. Kemudian dinding-dinding tersebut bergerak
maju mundur dengan di atur oleh Toggle Plate sehingga bahan galian akan
tertumbuk oleh dinding-dinding tersebut sehingga bahan galian akan pecah dan
berubah ukuran menjadi lebih kecil dari sebelumnya
ditampilkan dengan berkisar hanya antara 2:1 dan 4:1. Set Rolls dalam rangkaian
dengan posisi menurun digunakan untuk mencapai rasio pengurangan yang tinggi
secara keseluruhan. Mesin roller crusher terdiri dari rangka mesin, dua rol yang
berputar dipasang secara paralel di dalam rangka, serta beberapa mesin yang
dilengkapi dengan sistem penggerak tambahan, seperti sabuk konveyor, untuk
memasukkan material ke dalam ruang antara dua rol.
Cone
1.6 Screening
Setelah bahan galian atau bijih diremuk dan digerus, maka akan diperoleh
bermacam-macam ukuran partikel. Proses penyeragaman ukuran partikel dengan
cara memisahkan menjadi beberapa fraksi dengan menggunakan proses pengayakan
atau classifier Pengayakan/Penyaringan (Screening atau Sieving).
Pengayakan atau penyaringan adalah proses pemisahan secara mekanik
berdasarkan perbedaan ukuran partikel. Pengayakan (screening) dipakai dalam skala
industri, sedangkan penyaringan (sieving) dipakai untuk skala laboratorium.
Lumpur pada sump undersized tank akan diumpankan menuju fines stock
tank sebagai tempat penampungan sementara sebelum di alirkan pada fines thickener
(FST Thickener) untuk diendapkan dengan menggunakan flokulantt sebelum
diumpankan ke ball mill (sebagian lumpur juga ditampung pada fine stock tank,
ketika FST thickener mengalami gangguan maka seluruh lumpur akan diumpankan
pada FST). Fines thickener bekerja dengan memanfaatkan proses sedimentasi,
merupakan proses pemisahan partikel padatan tersuspensi dari aliran fluida dengan
memanfaatkan sifat pengendapan dari partikel. Thickener memanfaatkan dua buah
gaya, yakni gaya gravitasi dan gaya sentrifugal (akibat pengadukan oleh agitator)
untuk memisahkan partikel tersuspensi.
Untuk meningkatkan efisiensi proses sedimentasi pada thickener digunakan
proses flocculation dengan penambahan flocculant. Flocculation merupakan proses
destabilisasi partikel koloid (atau partikel yang sebelumnya telah terbentuk pada
proses koagulasi) hingga membentuk agregat. Proses flocculation hanya terjadi pada
partikel yang telah terdestabilisasi. Flocculant memiliki berat molekul yang tinggi
(sebagai akibat dari rantai yang panjang) dan kandungan muatan, membuat partikel
destabil terikat dan membentuk agregat pada rantai polimer. tipe ikatan yang
terbentuk antara partikel destabil dengan flocculant adalah ikatan ionic dan ikatan
hidrogen. Selama proses flocculation akan terjadi penambahan ukuran partikel di air,
sehingga lambat laun akan terbentuk flocs. Pembentukan flocs dipercepat dengan
dilakukan pengadukan yang cepat pada thickener. Penggunaan flocculant pada unit
FST thickener mencapai 5-7 kg/hari fines thickener akan disimpan dalam fresh water
tank untuk dijadikan sebagai air proses (Yuwanto et al., 2019).
Gape adalah jarak mendatar pada bagian mulut jaw crusher yang
berfungsi sebagai penerima umpan. Setting adalah jarak mendatar pada bagian
paling bawah dari jaw crusher yang berfungsi sebagi lubang pengeluaran. Angle
of nip adalah , sudut yang dibentuk dengan garis singgung yang dibuat melalui titik
singgung antara jaw dengan batuan. Reduction Ratio adalah rasio antara ukuran
partikel dari feed dengan ukuran partikel dari produk peremuk. Flocculant
memiliki berat molekul yang tinggi (sebagai akibat dari rantai yang panjang) dan
kandungan muatan, membuat partikel destabil terikat dan membentuk agregat pada
rantai polimer. Selama proses flocculation akan terjadi penambahan ukuran partikel
di air. Limiting reduction ratio adalah rasio antara ukuran ayakan yang meloloskan
seluruh material dari feed dengan ukuran ayakan yang meloloskan seluruh material
dari produk peremuk. Reduction ratio 80 adalah rasio antara ukuran ayakan yang
meloloskan 80% material feed dengan ukuran ayakan yang meloloskan 80% material
produk peremuk. Faktor –faktor yang mempengaruhi reduction ratio dari jaw
crusher adalah:
a. Gravitasi;
b. Kekerasan material;
c. Keliatan material;
d. Kandungan air/ kelembapan.
BAB III
PROSEDUR PERCOBAAN
b. Sampel Batu Bara 2 Kg dimasukkan ke dalam hooper dan atur gape pada jaw
crusher (1,25 mm dan 1,75 mm), lalu jalankan alat jaw crusher kemudian
konsentratnya akan keluar melalui bagian bawah alat jaw crusher.
e. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan.
b. Sampel Batu Bara 2 Kg dimasukkan ke dalam hooper dan atur gape pada roll
crusher (1,25 mm dan 1,75 mm), lalu jalankan alat jaw crusher kemudian
konsentratnya akan keluar melalui bagian bawah alat roll crusher.
Gambar 3.8 Memasukkan Sampel dan Mengatur Gape
e. Setelah tahap screening, pisahkan material sesuai dengan ukuran ayakan dan
timbang masing masing berat tertahan dari setiap ukuran ayakan.
NUR SAHIRA HARDIANSYAH
09320200028 09320210016
PRAKTIKUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
LABORATORIUM PENGOLAHAN BAHAN GALIAN
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUTRI
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
CRUSHING
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
14 96 66 106 76
-14 56 36 76 56
% Berat % Berat
Fraksi Berat
Mesh % Fraksi Tertahan Lolos
(mm) tertahan
Kumulatif Kumulatif
1 10 256 29,90 29,90 70,09
% Berat % Berat
Fraksi Berat
Mesh % Fraksi Tertahan Lolos
(mm) tertahan
Kumulatif Kumulatif
1 10 256 22,73 22,73 68,38
% Berat % Berat
Fraksi Berat
Ukuran % Fraksi Tertahan Lolos
(mm) Tertahan
Kumulatif Kumulatif
1 10 256 25,19 25,19 74,80
% Berat % Berat
Fraksi Berat
Ukuran % Fraksi Tertahan Lolos
(mm) Tertahan
Kumulatif Kumulatif
1 10 306 31,03 31,03 68,92
4.2 Pembahasan
5.1 Kesimpulan
5.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, M., Zaynuddin, S., & Wonda, Y. (2023). PENERAPAN TOTAL PRODUKTIVE
MAINTENENCE (TPM) PADA CRUSHER IX PT. BOSOWA MINIM MAROS.
http://jurnal.adpertisi.or.id/index.php/JNSTA/submissions
Hartana. (2017). HUKUM PERTAMBANGAN(KEPASTIAN HUKUM TERHADAP
INVESTASI SEKTOR PERTAMBANGAN BATUBARA DI DAERAH). 3(50–81).
Hatimah, H., Amin, I., Yohanala, F., Tyassena, P., & Prameswara, G. (2022).
PENGARUH KOMINUSI DENGAN MENGGUNAKAN BALL MILL TERHADAP
KARAKTERISTIK ORE NIKEL DARI MOROWALI.
Indriyani, P., Mukiat, & Ningsih, YB. (2021). PENINGKATAN KADAR KASITERIT
SEBAGAI BAHAN BAKU PEMBUATAN TIN CHEMICAL DENGAN
MENGGUNAKAN ALAT PAN AMERICAN JIG DALAM SKALA
LABORATORIUM. Jurnal Pertambangan, 5, 147–152.
Monalisa. (2018). STUDI KELAYAKAN EKONOMIS PENAMBANGAN DAN
PENGOLAHAN BAHAN GALIAN BASALT MENJADI BATU SPLIT DI AREA
BUKIT KARANG PUTIH PT SEMEN PADANGMONALISAPROGRAM STUDI S-1
TEKNIK PERTAMBANGANFAKULTAS TEKNIKUNIVERSITAS NEGERI
PADANGJANUARI 2018.
Rekatama Desa Mekarsari, B., Cikalong Kulon, K., Cianjur, K., Jawa Barat, P., Java
Province, W., Samsudin, I., & Pulungan, L. (2020). Prosiding Teknik Pertambangan
Percobaan Kinerja Alat Peremuk dengan Mengatasi Kelebihan Beban Pada Jaw
Crusher 3 dan Mengatur Ukuran Lubang Screen pada Vibrating Screen 2 di PT
Performance Test Tool Crusher by Overcoming Overload on Jaw Crusher 3 and
Adjusting Screen Hole Size on Vibrating Screen 2 at PT.
Wijaya, T. R. (2019). KEKUATAN DAN UMUR FATIK STRUKTUR PENOMPANG
JAW CRUSHER DENGAN METODE ELEMEN HINGGA. In J.Infras (Vol. 5,
Issue 1).
Yuwanto, S. H., Wibowo, H. T., Bahar, H., & Abdilbar, A. A. (2019). IDENTIFIKASI
POTENSIBAHAN GALIANPASIRDIKECAMATAN JABON,
SIDOARJOMENGGUNAKAN METODE GEOLISTRIK SCHLUMBERGER.