Professional Documents
Culture Documents
Jurnal Ibu Syofia Layla
Jurnal Ibu Syofia Layla
1
THE ANALYSIS OF HEADMASTER FUNCTION IN APPLYING THE
QUALITY OF EDUCATION MANAGEMENT IN SMA NEGERI PLUS
PROVINSI RIAU
2
PENDAHULUAN
Menurut Misfirotun Yusuf (2009: 4). dua hal terpenting yang mempengaruhi
kualitas pendidikan adalah kepemimpinan dan mutu manajemen. Dari pendapat
tersebut menurut penulis kepala sekolah sebagai pemimpin yang memegang peranan
penting untuk maju atau mundurnya suatu sekolah harus dapat mengambil langkah
dalam meningkatkan mutu pendidikan, dan manajemen peningkatan mutu, sekolah
merupaka salah satu wujud dari perubahan pendidikan kearah yang lebih baik. Untuk
itu perlu pemberdayaan seluruh komponen yang ada di dalam lembaga sekolah.
Menurut Mulyasa (2015: 49) upaya pemberdayaan bukanlah hal yang sederhana,
melainkan di dalamnya membutuhkan kerja keras dan kesungguhan dari kepala
sekolah, agar guru dan tenaga kependidikan di sekolah tumbuh dan berkembang
menjadi individu yang berdaya. Jika saja seorang kepala sekolah sudah mampu
memberdayakan seluruh warga sekolah, maka akan tumbuh dinamika organisasi
yang diwarnai dengan pemikiran kreatif dan inovatif dari setiap anggotanya. Mereka
dapat mengekspresikan dan mengaktualisasikan dirinya secara leluasa tanpa
hambatan sosio-psikologis yang membelenggunya, dalam hal ini semua pihak akan
bekerja dengan disertai rasa tanggung jawab profesionalnya.
Kepala sekolah adalah pemimpin, namun tidak semua kepala sekolah mengerti
maksud kepemimpinannya, kualitas serta fungsi-fungsi yang harus dijalankan oleh
pemimpin pendidikan. Kepala sekolah sebagai pimpinan tertinggi di sekolah, pola
kepemimpinannya akan sangat berpengaruh bahkan sangat menentukan kemajuan
sekolah. Oleh karena itu dalam pendidikan modern kepemimpinan kepala sekolah
merupakan jabatan strategis dalam meningkatkan kualitas pendidikan.
Upaya yang dilakukan oleh kepala sekolah dengan berbagai fungsinya mempunyai
tujuan untuk mengembangkan mutu Pendidikan di sekolah. Mutu pendidikan bersifat
dinamis dan dapat ditelaah dari berbagai sudut pandang. Kesepakatan tentang konsep
mutu dikembalikan pada acuan rumusan atau rujukan yang ada seperti kebijakan
pendidikan, proses belajar mengajar, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas
pembelajaran dan tenaga kependidikan. Mutu pendidikan tidak saja ditentukan oleh
sekolah sebagai lembaga pengajaran, tetapi juga disesuaikan dengan apa yang
menjadi pandangan dan harapan masyarakat yang cenderung selalu berkembang
seiring dengan kemajuan zaman (Sagala, 2011: 170).
3
Mutu merupakan suatu bentuk atau gambaran mengenai sebuah organisasi atau
lembaga atas kualitas yang diberikan oleh pihak produsen kepada konsumen, artinya
bahwa suatu organisasi atau lembaga dapat mengelola dengan baik suatu organisasi
atau lembaga untuk mencapai mutu baik pada input, proses maupun outputnya,
sehingga organisasi atau lembaga harus memiliki hubungan yang baik dengan
pelanggannya. Dari hubungan inilah dapat dikatakan sebagai lembaga yang bermutu.
Masalah mutu pendidikan merupakan salah satu isu sentral dalam pendidikan
nasional, terutama berkaitan dengan rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang
dan satuan pendidikan, terutama jenjang pendidikan dasar dan menengah, menyadari
hal tersebut berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan
mutu pendidikan, misalnya pengembangan kurikulum nasional dan local,
peningkatan kompetensi guru melalui pelatihan, pengadaan buku dan alat pelajaran,
pengadaan dan perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan peningkatan mutu
manajemen sekolah. Namun demikian berbagai indicator mutu pendidikan belum
menunjukan peningkatan yang berarti, memang ada sebagian sekolah di kota-kota
menunjukan peningkatan mutu yang cukup menggembirakan, namun sebagian
lainnya masih memprihatinkan. Kondisi tersebut lebih diperparah lagi oleh krisis
ekonomi yang berkepanjangan, yang telah berkembang menjadi krisis
multidimensional dan telah memperburuk berbagai bidang kehidupan termasuk
menurunnya mutu pendidikan. (E.Mulyasa, 2015: 158).
Menurut Restu Mahdila dan Eki Saputra (2015: 12) dalam jurnalnya mengatakan
“Masalah utama kualitas pendidikan di kota Pekanbaru adalah belum meratanya
dalam pencapaian kualitas pendidikan”. Belum meratanya kualitas/mutu pendidikan
4
diantaranya juga dialami oleh sekolah setingkat SLTA, seperti pengamatan peneliti
masih adanya SMA yang kekurangan guru, guru yang mengajar tidak sesuai dengan
jurusannya, sarana dan prasarana sekolah yang belum lengkap dan mamadai, namun
dari sekian banyak sekolah dikota pekanbaru yang mengalami mutu yang rendah, ada
beberapa sekolah yang menurut peneliti memiliki mutu yang cukup baik, salah
satunya adalah SMA Negeri Plus Provinsi Riau, sekolah tersebut telah berakreditasi
A. SMAN Plus Memiliki 36 orang guru, 28 diantaranya telah memiliki sertifikat
profesi (sertifikasi) dan telah mengikuti pelatihan baik ditingkat provinsi maupun
nasional. Guru-guru dari SMAN Plus Provinsi Riau juga telah banyak yang menjadi
instruktur dalam kegiatan pelatihan seperti pelatihan Kurikulum 2013, kegiatan
MGMP dan instruktur kegiatan pendidikan lainnya.
Siswa/siswi SMAN Plus memiliki prestasi dibidang akademik seperti juara OSN
(Olimpiade Sains Nasional) pada beberapa bidang studi diantaranya Matematika,
B.Inggris, juara diskusi parade cinta tanah air dan prestasi lainnya. Alumni SMAN
Plus melanjutkan pendidikan ke PTN baik luar maupun dalam negeri seperti Jepang,
Jerman, Malaysia, di dalam negeri melanjutkan ke PTN seperti UI, UGM, IPB, ITB
serta berbagai perguruan tinggi favorit lainnya.
METODOLOGI
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif yang akan digunakan untuk
meneliti dan mendeskripsikan tentang Analisis fungsi kepala sekolah dalam
menerapkan manajemen mutu Pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan di SMA
Negeri Plus Propinsi Riau yang terletak di Jl. Kubang Raya Kecamatan Bukit Raya
Kota Pekanbaru Provinsi Riau.
Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti. Kehadiran peneliti dalam penelitian
ini adalah sebagai instrument kunci, sekaligus sebagai pengumpul data, pengolah
data dan juga sebagai pelapor dari hasil penelitian ini nantinya. Jadi dalam penelitian
kualitatif instrumennya adalah orang atau human instrument. Informan penelitiannya
adalah kepala sekolah, wakil kurikulum, wakil kesiswaan, wakil sarana prasarana,
guru, TU, siswa dan alumni.
Sumber data dalam penelitian kualitatif dapat dikategorikan menjadi tiga yaitu;
manusia, suasana yang diamati, dan dokumen. Adapun subjek dalam penelitian ini
adalah informan yang berada dilingkungan SMA Negeri Plus Provinsi Riau, yang
dapat memberikan informasi tentang fungsi kepala sekolah dalam menerapkan
manajemen mutu Pendidikan.Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian
ini adalah dokumentasi, observasi dan wawancara.
5
HASIL DAN PEMBAHASAN
HASIL
Dari hasil wawancara peneliti dengan kepala sekolah tanggal 1 Agustus 2018 di
ruang kepala sekolah tentang cara kepala sekolah dalam mengelola administrasi
beliau mengatakan sebagai berikut :
“Dalam Pelaksanaan fungsi kepala sekolah sebagai administrator, tentu hal
itu tidak bisa saya lakukan sendiri, tapi saya selaku kepala sekolah
mendelegasikan tugas-tugas administrasi kepada wakil kepala sekolah bidang
kurikulum, kesiswaan, sarana prasarana, dan staf lainnya sesuai dengan
bidangnya masing-masing. dan masing-masing bidang dikoordinir oleh satu
orang dan memiliki beberapa anggota. Dengan kata lain masing-masing
bidang memiliki tim untuk melaksanakan tugas yang dipercayakan oleh kepala
sekolah, mereka sebagai satu tim bertanggung jawab melaksanakan tugas
tersebut dengan sebaik-baiknya, dan kepala sekolah tetap memantau, saling
berkoordinasi dan menerima laporan program dan hasil kerja masing-
masing bidang, selanjutnya hal ini akan dibahas dalam rapat dengan majlis
guru”.
Dari hasil wawancara tersebut di atas diketahui bahwa fungsi kepala sekolah sebagai
administrator dilaksanakan dengan melibatkan para wakil dan staf lainnya dan
masing-masing bidang membentuk tim sendiri. Adapun bidangnya sebagai berikut :
1. Kelengkapan adminitrasi kurikulum
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan dokumentasi yang diperoleh, dapat
peneliti simpulkan bahwa dari segi kurikulum SMAN Plus telah menerapkan
Kurikulum 2013 dari awal kurikulum ini diterapkan, sekolah memiliki dokumen
kurikulum dan setiap guru membuat program KBM, dan mereka memiliki data
administrasi pembelajaran yang sesuai dengan ketentuan Kurikulum, dan
mengikuti revisi kurikulum yang berlaku secara nasional, untuk itu sekolah
melakukan kegiatan pelatihan atau workshop untuk mensosialisasikan setiap
perubahan yang terjadi, dan setiap guru melaksanakan tugas sesuai dengan
jadwal yang telah ditentukan.
2. Administrasi Kesiswaan
a. Penerimaan Peserta Didik Baru
Berkaitan dengan PPDB peneliti mewawancarai wakil kesiswaan di ruang
beliau pada tanggal 25 agustus 2018 dan menanyakan tentang prosedur
penerimaan siswa baru dan administratsi kesiswaan.Dari hasil wawancara
tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa SMAN Plus berasal dari kabupaten
kota yang ada di Riau, pihak sekolah melakukan sosialisasi ke daerah tentang
6
keberadaan SMAN Plus provinsi Riau. proses penerimaan siswa dilaksanakan
melalui seleksi.
b. Nilai Siswa
Dari data hasil wawancara dan dokumentasi diketahui bahwa sebagian besar
siswa SMAN Plus diterima di perguruan Tinggi Pavorit dalam negeri bahkan
ada juga di luar negeri, hal ini merupakan salah satu indicator ketercapaian
mutu pendidikan sebagaimana yang tercantum dalam visi dan target sekolah.
c. Kedisiplinan Siswa
Selanjutnya berkenaan dengan kedisiplinan siswa SMAN Plus untuk
mengetahuinya peneliti mewawancarai wakil kesiswaan. Hal ini sejalan
dengan hasil observasi peneliti dilapangan yang masuk mengajar setiap rabu
pagi di kelas XI MS 1 terlihat pada jam 07.00 siswa sudah berbaris
dilapangan tanpa dikomando oleh guru, mereka kelihatan melaksanakan apel
pagi yang dipimpin oleh siswa yang lebih senior dengan pakaian yang rapi,
jam 7.15 masuk ke dalam kelas masing-masing untuk menerima pelajaran
dari guru. Demikian juga apel sore yang dilaksanakan setelah jam pelajaran
berakhir. Semua aktivitas dilaksanakan sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan.
3. Administrasi Personalia
a. Personalia Tenaga Pendidik di SMAN Plus Privinsi Riau
SMAN Plus Provinsi Riau dibina oleh tenaga pendidik tamatan universitas
luar dan dalam negeri seperti; Shizuoka International University Jepang,
Universitas Kebangsaan Malaysia, NTU Singapura, Universitas Negeri
Jakarta, Universitas Pendidikan Indonesia, Universitas Negeri Malang,
Universitas Udayana, Universitas Negeri Padang, Universitas Riau, UIN ,
Sekolah Tinggi Seni Padang Panjang, Universitas Islam Riau, Universitas
Putra Indonesia Padang dengan jumlah keseluruhan saat ini 39 orang, yang
memiliki kualifikasi akademik 85 % berijazah S2. Dan untuk saat ini masih
ada beberapa orang guru yang masih dalam proses penyelesaian pendidikan
S2.
7
TU, ruang perpustakaan, ruang UKS, ruang BK, ruang OSIS, mesjid, WC
guru dan WC siswa yang cukup bersih, lapangan, aula, lapangan olahraga
(basket, voly, bola kaki), serta lingkungan sekolah yang cukup luas.
Dari pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa sarana yang ada di SMAN
Plus sudah sangat memadai dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh
pemerintah pada standar pendidikan nasional yaitu standar sarana pendidikan.
b. Prasarana
Prasarana yang dimiliki SMAN Plus dari no 1 sampai 44 secara umum masih
layak, namun ada beberapa ruangan kelas yang kurang rusak dan perlu
direhab yaitu ruang 12, 13 dan 14, menurut kepala sekolah itu adalah ruang
belajar, tapi karena ruangan tersebut tidak layak dipakai maka Kegiatan
Belajar Mengajar dipindahkan keruangan lain (labor) yang bisa dipakai.
Untuk perawatan sarana prasarana seperti dikatakan oleh kepala sekolah melalui
wawancara pada tanggal 8 agustus 2018 mengatakan bahwa perawatan sarana,
asrama, kelas, bangunan lainnya itu lebih banyak dikelola oleh dana komite,
anggaran untuk pemeliharaan tidak ada, jadi kalau ada yang rusak pihak sekolah
melapor sama komite jadi komite yang memperbaikinya.
8
Pelaksanaan supervise dilaksanakan dua kali dalam satu tahun hal ini sebagai mana
hasil wawancara dengan kepala sekolah yang mengatakan bahwa :
“Supervisi kita laksanakan satu kali dalam satu semester atau 1 tahun dua
kali, sebelum supervise dilaksanakan kita persiapkan jadwal supervise, serta
beberapa blangko yang diperlukan. Kegiatan supervise ya langsung oleh
kepala sekolah kemudian dibantu oleh wakil-wakil kepala sekolah atau guru
senior. dan ada juga dari pengawas.”
Peneliti juga mewawancarai salah seorang guru sebagai informan control (AC) pada
tanggal 14 Juli 2018 berkaitan dengan kegiatan supervise di sekolah dan beliau
mengatakan :
“Alhamdulillah pelaksanaan supervise dari kepala sekolah kepada guru-
guru mapel berjalan dengan baik dan terprogram dan hampir setiap
semester kepala sekolah melaksanakan supervise kelas dan berjalan lancar.
Di sekolah ada 4 waka, bila ada jadwal kepala sekolah untuk supervise lalu
tiba-tiba dia ada urusan mendadak maka didelegasikan kepada wakil
kurikulum, wakil sarana prasarana atau kesiswaan, jadi tidak mesti kepala
sekolah, disamping itu ada juga supervisor yang saya tahu dari dinas yaitu
pengawas akademik, kadang-kadang setahun sekali, yang rajin pengawas
mapel IPA kadang ada enam bulan sekali datang karena kita kan Jurusan
IPA semua, untuk bahasa agak mengecewakan karena pengawas bahasa itu
tidak dari bahasa inggris, bahkan pengawas yang banyak belajar dari guru”.
Dari hasil wawancara tersebut di atas dapat diambil kesimpulan bahwa kepala
sekolah sebagai supervisor telah membuat program supervise, kegiatan supervise
dilaksanakan sekali enam bulan dan waktunya disesuaikan dengan jadwal mengajar
guru.
Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti peroleh dapat kita ketahui bahwa
pelaksanaan supervise ditindaklanjuti oleh kepala sekolah beserta tim baik pada
waktu proses pembelajaran yaitu dengan menelpon langsung guru untuk menegur
siswa yang main-main pada waktu belajar, dan ada juga yang dilakukan setelah
proses pembelajaran dengan memanggil guru dan memberikan masukan dan nasehat
dalam bentuk diskusi, konsultasi, melaksanakan kegiatan Diklat, pemberian contoh/
micro teaching, dan mengikuti kegiatan MGMP semua itu untuk perbaikan proses
9
pembelajaran ke depan sehingga hasil supervise bisa menjadi upaya untuk
meningkatkan kualitas pembelajaran baik bagi guru maupun bagi siswanya. Dan dari
pengalaman peneliti sendiri yang mengajar di kelas bisa diketahui bahwa dari segi
keaktifan para siswa cukup tinggi, mereka berani mengemukakan ide-ide dan
pendapat dengan sikap yang santun, bahkan materi yang kita berikan bisa mereka
kembangkan sendiri dan dipresentasikan di depan kelas dengan penuh keberanian
dan percaya diri. Alat yang digunakan oleh supervisor dalam melaksanakan supervisi
adalah Instrumen wawancara dan observasi.
Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Supervisi Proses Pembelajaran
Tahun 2016 dan 2017
10
Dari tabel 1 di atas diketahui bahwa hasil supervisi tahun 2016 dari 30 orang guru
yang disupervisi nilai tertinggi adalah 91,67 yang diperoleh oleh beberapa orang
guru dan nilai paling rendah dengan rata-rata 79,33 diperoleh oleh beberapa orang
guru juga dari hasil tersebut ada beberapa saran dan masukan yang diberikan oleh
supervisor diantaranya adalah agar guru melibatkan siswa dalam penggunaan media
pembelajaran, perintahkan siswa untuk menggali materi, disarankan juga bahwa
untuk mengetahui kemampuan siswa guru harus memberikan tes secara lisan atau
tertulis. Guru diminta untuk membuka materi dengan pembelajaran berbasis masalah
yang ada di sekitar siswa/autentik. Itu bentuk-bentuk saran yang disampaikan oleh
supervisor kepada guru yang disupervisi pada tahun 2016, adapun tindak lanjut dari
hasil supervisi tahun 2016 adalah mengadakan kegiatan IHT (In House Training)
Proses Pembelajaran.
Salah satu aspek yang sangat berperan dan berpengaruh dalam peningkatan mutu
Pendidikan adalah kepemimpinan kepala sekolah. Dari dokumen sekolah diketahui
bahwa Kepemimpinan kepala sekolah di SMAN Plus Provinsi Riau telah berganti
sebanyak 6 kali, kepala sekolah yang sedang menjabat sekarang adalah Drs. H. A.
Rivai, M.Pd yang menjabat pada Periode 13 mei 2015 s.d sekarang. Adapun
beberapa fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin yang dapat peneliti paparkan
dalam penelitian ini adalah tentang visi, misi dan program mutu SMAN Plus Provinsi
Riau. Cara kepala sekolah mengambil kepitusan. Gaya Kepemimpinan Kepala
sekolah serta kepribadian dan kemampuan kepala sekolah.
1. Visi, Misi dan Program Mutu SMAN Plus Provinsi Riau
Berdasarkan hasil wawancara dengan kepala sekolah dan wakil kurikulum di
atas diketahui bahwa visi misi sekolah melanjutkan dari visi misi kepemimpinan
sebelumnya, untuk mewujudkan misi tersebut kepala sekolah bekerjasama
dengan semua stakeholder yang ada dan membuat program yang jelas yaitu
Program mutu/unggulan yang lakukan dalam mewujudkan visi, misi dan
tujuan sekolah.
Dari beberapa hasil wawancara yang peneliti lakukan dapat diketahui bahwa
sekolah memiliki program mutu yang jelas baik akademik maupun non
akademik, dan semua program itu mendapat dukungan dari guru-guru walaupun
dalam pelaksanaannya tidak semua program tersebut dapat berjalan dengan baik
dan lancar.
11
“Kalau ada masalah yang sampai kepada saya kita langsung ketengahkan
kepada forum, melalui musyawarah dan kalau tidak tercapai kata sepakat
kita voting. Misalnya untuk memindahkan anak, atau ada siswa yang
melakukan pelanggaran berat saya tidak mudah memindahkan anak. Untuk
itu saya minta bukti fisik, harus lengkap, bisa kita pertanggung jawabkan
karena resikonya besar. Jadi harus diproses dulu beberapa kali, kalau
masih belum berubah baru diputuskan setelah dimusyawarahkan dengan
guru-guru”.
“Pola kepemimpinan pak Rivai, ya... setiap orang mempunyai karakter dan
gaya sendiri, tetapi hampir seluruh kepala sekolah disini itu menurut saya
pada umunya baik, dari segi pembagian pekerjaan, maupun dari segi
pelaksanaan, serta pemberian motivasi terhadap bawahan. Pembagian
pekerjaan itu maksudnya masing-masing bagian itu memang
didistribusikan pekerjaannya, seperti saya bagian kurikulum diberikan tugas
untuk mengelola kurikulum serta diberi kepercayaan untuk itu, pengawasan
ada yaitu pengawasan operasional setiap bulan kita mengadakan rapat
12
dinas, untuk memantau keterlaksanaan dari program yang sudah dibuat,
rutin itu, belum lagi pertemuan yang sifatnya insiden maksudnya ada hal-hal
yang mendadak yang perlu dipecahkan pada saat itu, kita tidak menunggu
rapat rutin. Beliau juga sudah professional karena sudah punya
pengalaman sebelumnya.”
Dari hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa kepala sekolah melakukan
pendekatan akademis dengan guru, mendistribusikan tugas tugas kepada orang-
orang tertentu, memberitahu tugas yang akan dilaksanakan terlebih dahulu agar
mengarti dengan apa yang ditugaskan, kepala sekolah melakukan pendekatan
secara kekeluargaan dan secara agamis.
“Kalau kepala sekolah kami luar biasa, beliau ramah, peduli care sama
guru latar belakang kepala sekolah kami adalah (WI) widyaiswara, beliau
banyak menguasai teknik-teknik /model-model pembelajaran yang baik dan
berkualitas, kemudian beliau juga lama dikurikulum, lama memberikan
pelatihan-pelatihan ke kabupaten kota jadi memang sangat banyak
memberikan manfaat bagi kemajuan sekolah.”
13
PEMBAHASAN
A. Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Administrator
Dalam melaksanakan fungsinya sebagai administrator kepala sekolah SMAN Plus
menerapkan prinsip manajemen mutu berupa Pelibatan anggota/Tim Work seperti
wakil kepala sekolah, guru dan karyawan. Kegiatan kurikulum dan pembelajaran
melibatkan wakil kurikulum beserta tim, kegiatan kesiswaan melibatkan wakil
kesiswaan dan tim, demikian juga halnya dengan kegiatan sarana prasarana
dipercayakan kepada wakil sarana prasarana, pengadaan sarana prasarana langsung
dikelola oleh dinas pendidikan berdasarkan permintaan pihak sekolah, jadi kepala
sekolah selalu bersama-sama menjalankan pekerjaan sesuai dengan fungsinya
sebagai administrator. Dan masing-masing bagian memiliki dokumen administrasi.
Kegiatan supervise di SMAN Plus telah direncanakan dengan baik hal ini dibuktikan
dengan adanya program supervise. Kegiatan supervise dilaksanakan oleh kepala
SMAN Plus Provinsi Riau dengan melibatkan wakil kepala sekolah dan guru-guru
senior yang kompeten dan dianggap layak yang memiliki kompetensi karena kepala
sekolah beserta wakil yang menjadi supervisor adalah instruktur nasional dan
daerah yang telah memahami program dan kegiatan pembelajaran. Kegiatan
supervisi dilaksanakan dengan menerapkan prinsip kerjasama dari tim dan guru-guru
beserta para siswa, untuk saling berbagi dan sharing satu sama lainnya.
C. Fungsi Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin
Fungsi kepala sekolah sebagai pemimpin dalam menerapkan manajemen mutu
Pendidikan di SMAN Plus Provinsi Riau berjalan dengan baik, Kepala sekolah
memahami visi misi dan tujuan dari sekolah yang dipimpinnya, namun visi misi yang
ada masih melanjutkan dari visi misi dari kepemimpinan sebelumnya, sebaiknya
perlu meninjau kembali visi misi yang ada dan disesuaikan dengan kondisi sekolah
saat ini dan tuntutan masyarakat kedepannya.
14
Program mutu yang selalu dapat diimplikasikan adalah pembentukan karakter siswa.
Hal ini dilakukan kepala sekolah dengan cara memulai pembentukan karakter
tersebut dari dirinya sendiri, kepala sekolah memiliki integritas kepribadian yang
baik, disiplin, komiten, dan konsisten dalam menerapkan aturan, demokrasi,
memberdayakan guru dan staf untuk mengerjakan tugas-tugas sesuai kemampuan
masing-masing berusaha untuk memahami kesulitan-kesulitan atau hambatan-
hambatan guru dalam menjalankan tugasnya dan mengajak para guru dalam
melaksanakan tugas-tugas baik tugas pokok dalam mengajar maupun tugas
tambahan, melalui pendekatan tugas dan hubungan (relationship) manusia, kepala
sekolah dalam menjalin hubungan, kerjasama dan komunikasi dengan guru dan staf
lebih banyak melalui penanaman nilai-nilai religius. Dengan demikian penerapan
karakter kepada siswa menjadi lebih mudah dilaksanakan karena mereka memiliki
figure yang baik untuk mereka contoh.
Dari beberapa analisis di atas berkaitan dengan fungsi kepala sekolah dalam
menerapkan manajemen mutu pendidikan baik sebagai administrator, supervisor
maupun sebagai pemimpin dengan menerapkan prinsip mutu yaitu focus pada
pelanggan, perbaikan terus-menerus dan pelibatan anggota di SMAN Plus Provinsi
Riau secara umum telah terlaksana dengan baik walaupun ada beberapa bagian yang
belum diterapkan seperti peningkatan profesionalitas tenaga kependidikan dan
perbaikan berkelanjutan untuk sarana dan prasarana, bimbingan yang kurang
optimal terhadap siswa, dan kerjasama diantara supervisor yang masih perlu
ditingkatkan. Dari pelaksanaan fungsi Kepala sekolah dalam menerapkan mutu
manajemen Pendidikan telah dapat mencapai tujuan yaitu terwujudnya sebagian visi
misi SMAN Plus Provinsi Riau.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil temuan penelitian yang telah peneliti lakukan dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan fungsi kepala sekolah sebagai administrator dalam menerapkan
manajemen mutu Pendidikan di SMAN Plus Provinsi Riau pada umumnya
telah terlaksana dengan baik. Prinsip manajemen mutu yang berupa pelibatan
anggota, terlaksana dengan baik namun untuk perbaikan berkelanjutan
terhadap sarana prasarana belum terlaksana sesuai prinsip mutu, dan focus
pada pelanggan berupa upaya peningkatan mutu tenaga kependidikan belum
terlaksana secara optimal.
15
berikutnya. Guru-guru membuat program pembelajaran dengan lengkap, dan
pihak sekolah juga mengadakan workshop, diklat untuk meningkatkan
profesionalisme guru. Namun belum konsisten dalam merekap hasil supervise
dan tindak lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
16