You are on page 1of 21

MAKALAH KAPITA SELEKTA

PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

KELOMPOK 4

ANGGOTA KELOMPOK:
AMELPA ANDENA (06101282126032)
FITRI YASTANTI (06101282126038)
PUTRI AULIA (06101282126047)

PRODI : PENDIDIKAN KIMIA


DOSEN PENGAMPU : Drs. Arief Rachman Ibrahim, M.Sc.Ed., Ph.D
Maefa Eka Haryani S.Pd., M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
TAHUN AJARAN 2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur marilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT. karena atas rahmat dan hidayah-Nyalah
penulis dapat menyelesaikan tugas “Makalah PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN KARAKTER
DALAM PEMBELAJARAN KIMIA ” ini. Tugas ini membahas tentang rangkuman ataupun
bahasan singkat mengenai materi yang berkaitan pada perkuliahan Kapita selekta pertemuan 4
Melalui tugas ini, penulis mendapatkan banyak pengetahuan baru. Penulis mengucapkan terima
kasih kepada bapak dan ibu sebagai Dosen Mata kapita selekta pada Program Studi Pendidikan
Kimia.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan
saran dari semua pihak yang bersifat membangun, selalu penulis harapkan demi kesempurnaan
karya tulis ini. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai usaha kita. Aamiin.

Indralaya, 28 Januari 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

Table of Contents
KATA PENGANTAR...................................................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................................................ii
BAB I.............................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN........................................................................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..............................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah..................................................................................................................................2
D. Manfaat..............................................................................................................................................2
BAB II............................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN............................................................................................................................................3
A. Pengertian Pendidikan Karakter........................................................................................................3
B. Tujuan, Fungsi, dan Media Pendidikan Karakter..............................................................................7
C. Nilai-Nilai Dasar dalam Pendidikan Karakter...................................................................................8
D. Proses Pendidikan Karakter.............................................................................................................13
E. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Kimia.....................................................14
BAB III........................................................................................................................................................16
PENUTUP...................................................................................................................................................16
A. Kesimpulan......................................................................................................................................16
B. Saran................................................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................................18
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Telah kita ketahui pendidikan itu sangat penting bagi kita semua. Pendidikan
merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir
bagaimana menjalani kehidupan ini dalam rangka mempertahankan hidup bagi kehidupan
yang sedang dijalani. Dalam pendidikan kita mengenal berbagai macam teori tentang
kehidupan dan segala aspek-aspek pendidikan. Manusia secara ‘cuma-cuma’ diberikan
akal pikiran yang tidak dimiliki makhluk lain, bahwa untuk mengelola akal pikirannya
diperlukan pendidikan. Hakikat pendidikan diartikan sebagai kupasan secara konseptual
terhadap kenyataan-kenyataan kehidupan manusia baik disadari maupun tidak disadari
manusia telah melaksanakan pendidikan mulai dari keberadaan manusia pada zaman
primitive sampai zaman modern (masa kini) bahkan selama masih ada manusia diduia,
pendidikan akan tetap berlangsung. Kesadaran akan konsep tersebut diatas menunjukan
bahwa manusia sebagai makhluk budaya yang salah satu tugas kebudayaan itu tampak
pada proses pendidikan.
Pembahasan tentang hakikat pendidikan merupakan tinjauan yang menyeluruh
dari segi kehidupan manusia yang menampakan konsep-konsep pendidikan. Dapat
dikatakan bahwa pendidikan ini dialami oleh semua manusia dari berbagai golongan.
Tetapi sering kali orang melupakan makna dan hakikat pendidikan itu sendiri. Layaknya
hal lain yang sudah menjadi rutinitas cenderung terlupakan makna dasar dan esensi
pendidikan. Setiap orang yang terlibat dalam pendidikan sepatutnya selalu merenungkan
makna dan hakikat pendidikan, merefleksikannya ditengah-tengah lingkungan sebagai
upaya meluruskan esensi yang sebenarnya.

1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud pendidikan karakter?
2. Apa tujuan pendidikan karakter?
3. Apa fungsi pendidikan karakter?
4. Apa media pendidikan karakter?
5. Apa saja nilai-nilai pembentuk karakter?
6. Bagaimana proses pendidikan karakter?
7. Bagaimana implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran kimia?

C. Tujuan Masalah
1. Mengetahui apa itu pendidikan karakter
2. Mengetahui tujuan pendidikan karakter
3. Mengetahui fungsi pendidikan karakter
4. Mengetahui media pendidikan karakter
5. Mengetahui nilai-nilai pembentuk karakter
6. Memahami proses pendidikan karakter
7. Memahami implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran kimia

D. Manfaat
1. Mahasiswa dapat mengetahui apa itu pendidikan karakter
2. Mahasiswa dapat mengetahui tujuan pendidikan karakter
3. Mahasiswa dapat mengetahui fungsi pendidikan karakter
4. Mahasiswa dapat mengetahui media pendidikan karakter
5. Mahasiswa dapat mengetahui nilai-nilai pembentuk karakter
6. Mahasiswa dapat memahami proses pendidikan karakter
7. Mahasiswa dapat memahami implementasi pendidikan karakter dalam pembelajaran
kimia
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter berasal dari dua kata pendidikan dan karakter, menurut beberapa ahli,
kata pendidikan mempunyai definisi yang berbeda beda tergantung pada sudut pandang,
paradigma, metodologi dan disiplin keilmuan yang digunakan, diantaranya: Pendidikan adalah
usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam maupun di luar sekolah dan
berlangsung seumur hidup (Ahmadi & Ubhiyati, 2007, h.69).
Menurut Koesoema mengartikan pendidikan sebagai proses internalisasi budaya ke dalam diri
individu dan masyarakat menjadi beradab. Ada pula yang mendefinisikan pendidikan sebagai
proses dimana sebuah bangsa mempersiapkan generasi mudanya untuk menjalankan kehidupan,
dan untuk memenuhi tujuan hidup secara efektif dan efisien (Doni Koesoma, 2007, h.80)
Menurut Muhibbin Syah bahwa pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan perilaku
seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan
pelatihan. Usaha yang dijalankan oleh seseorang atau mencapai tingkat hidup dan penghidupan
yang lebih tinggi dalam arti mantap (Muhibbin Syah, 2008, h. 28). Ki Hadjar Dewantara
menyatakan bahwa pendidikan adalah daya upaya untuk memajukan budi pekerti, pikiran, dan
jasmani anak agar selaras dengan alam dan masyarakatnya (Jurnal Studi Islam, 2015, h.169).
Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 1
ayat (1) disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar anak didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,
akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU RI
2003, h. 74). Intinya pendidikan selain sebagai proses humanisasi, pendidikan juga merupakan
usaha untuk membantu manusia mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (olah rasa,
raga dan rasio) untuk mencapai kesuksesan dalam kehidupan dunia dan akhirat.
Setelah kita mengetahui esensi pendidikan secara umum, maka yang perlu diketahui
selanjutnya adalah hakikat karakter sehingga bisa ditemukan pengertian pendidikan karakter
secara komprehensif. Istilah karakter digunakan secara khusus dalam konteks pendidikan baru
muncul pada akhir abad 18, terminologi karakter mengacu pada pendekatan idealis spiritualis
yang juga yang juga dikenal dengan teori pendidikan normatif, dimana yang menjadi prioritas
adalah nilai-nilai transenden yang dipercaya sebagai motivator dan dominisator sejarah baik bagi
individu maupun bagi perubahan nasional.
Istilah karakter berasal dari bahasa Yunani, charassein, yang berarti to engrave atau
mengukir. Membentuk karakter diibaratkan seperti mengukir di atas batu permata atau permukaan
besi yang keras. Dari sanalah kemudian berkembang pengertian karakter yang diartikan sebagai
tanda khusus atau pola perilaku (an individual’s pattern of behavior … his moral contitution).
Sedangkan Istilah karakter secara harfiah berasal dari bahasa Latin “Charakter”, yang antara lain
berarti: watak, tabiat, sifat-sifat kejiwaan, budi pekerti, kepribadian atau akhlak (Aeni, h.50).
Menjadi sifat tetap dalam diri seseorang, misalnya kerja keras, pantang menyerah, jujur,
sederhana, dan lain-lain (Adisusilo, 2013, h.77)
Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang menjadi ciri khas seseorang
atau sekelompok orang (Majid dan Andayani, 2010, h.11). Karakter juga bisa diartikan sikap,
tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses konsolidasi secara progresif dan
dinamis (Khan, 2010, h.1). Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata ‘karakter’ diartikan sebagai
tabiat, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dangan yang
lain, dan watak. Ki Hadjar Dewantara memandang karakter sebagai watak atau budi pekerti.
Menurutnya budi pekerti adalah bersatunya antara gerak fikiran, perasaan, dan kehendak atau
kemauan yang kemudian menimbulkan tenaga.
Mengacu dari beberapa definisi karakter tersebut dapat disimpulkan secara ringkas bahwa
karakter adalah sikap, tabiat, akhlak, kepribadian yang stabil sebagai hasil proses konsolidasi
secara progresif dan dinamis; sifat alami seseorang dalam merespons siruasi secara bermoral;
watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai
kebajikan, yang diyakini dan digunakan sebagai landasan untuk cara pandang, berpikir, bersikap
dan bertindak; sifatnya jiwa manusia, mulai dari angan-angan sampai menjelma menjadi tenaga.
Berdasarkan definisi yang telah disebutkan terdapat perbedaan sudut pandang yang
menyebabkan perbedaan pada pendefinisiannya. Namun demikian, jika melihat esensi dari
definisi-definisi tersebut ada terdapat kesamaan bahwa karakter itu mengenai sesuatu yang ada
dalam diri seseorang, yang membuat orang tersebut disifati.
Mengacu pada berbagai pengertian dan definisi tentang pendidikan dan karakter secara
sederhana dapat diartikan bahwa pendidikan karakter adalah upaya sadar yang dilakukan
seseorang atau sekelompok orang (pendidik) untuk menginternalisasikan nilai- nilai karakter pada
seseorang yang lain (peserta didik) sebagai pencerahan agar peserta didik mengetahui, berfikir dan
bertindak secara bermoral dalam menghadapi setiap situasi. Banyak para ahli yang
mengemukakan pendapatnya tentang pendidikan karakter, diantaranya Lickona yang
mendefinisikan pendidikan karakter sebagai upaya yang sungguh-sungguh untuk membantu
seseorang memahami, peduli dan bertindak dengan landasan nilai-nilai etis.
Pendidikan karakter menurut Lickona mengandung tiga unsur pokok,yaitu mengetahui
kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan
(doing the good). Thomas Lickona mendefinisikan orang yang berkarakter sebagai sifat alami
seseorang dalam merespons situasi secara bermoral yang dimanifestasikan dalam tindakan nyata
melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain dan karakter
mulia lainnya. Pengertian ini mirip dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles, bahwa
karakter itu erat kaitannya dengan “habit” atau kebiasaan yang terus menerus dilakukan.
Lebih jauh, Lickona menekankan tiga hal dalam mendidik karakter. Tiga hal itu dirumuskan
dengan indah: knowing, loving, and acting the good. Menurutnya keberhasilan pendidikan
karakter dimulai dengan pemahaman mkarakter yang baik, mencintainya, dan pelaksanaan atau
peneladanan atas karakter baik itu. Pendidikan Karakter menurut Koesoema adalah diberikannya
tempat bagi kebebasan individu dalam mennghayati nilai- nilai yang dianggap sebagai baik, luhur,
dan layak diperjuangkan sebagai pedoman bertingkah laku bagi kehidupan pribadi berhadapan
dengan dirinya, sesame dan Tuhan (Koesoema, 2010, h.5). Menurut Khan pendidikan karakter
adalah proses kegiatan yang dilakukan dengan segala daya dan upaya secara sadar dan terencana
untuk mengarahkan anak didik. Pendidikan karakter juga merupakan proses kegiatan yang
mengarah pada peningkatan kualitas pendidikan dan pengembangan budi harmoni yang selalu
mengajarkan, membimbing, dan membina setiap menusiauntuk memiliki kompetensi intelektual,
karakter, dan keterampilan menarik.
Nilai-nilai pendidikan karakter yang dapat dihayati dalam penelitian ini adalah religius,
nasionalis, cerdas, tanggung jawab, disiplin, mandiri, jujur, dan arif, hormat dan santun,
dermawan, suka menolong, gotongroyong, percaya diri, kerja keras, tangguh, kreatif,
kepemimpinan, demokratis, rendah hati, toleransi, solidaritas dan peduli. Ada sembilan pilar
karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu : 1. Karakter cinta Tuhan dan segenap
ciptaan-Nya 2. Kemandirian dan tanggung jawab 3. Kejujuran/amanah, diplomatis 4. Hormat dan
santun 5. Dermawan, suka tolong menolong dan gotong royong/kerjasama 6. percaya diri dan
pekerja keras 7. Kepemimpinan dan keadilan 8. Baik dan rendah hati 9. Karakter toleransi,
kedamaian, dan kesatuan.
Kesembilan karakter itu, perlu ditanamkan dalam pendidikan holistik dengan menggunakan
metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Hal tersebut diperlukan agar
anak mampu memahami, merasakan/mencintai dan sekaligus melaksanakan nilai-nilai kebajikan.
Bisa dimengerti, jika penyebab ketidakmampuan seseorang untuk berperilaku baik, walaupun
secara kognitif anak mengetahui, karena anak tidak terlatih atau terjadi pembiasaan untuk
melakukan kebajikan. Menurut Ramli, pendidikan karakter memiliki esensi dan makna yang sama
dengan pendidikan moral dan pendidikan akhlak. Tujuannya adalah membentuk pribadi anak,
supaya menjadi manusia yang baik, warga masyarakat yang baik dan warga Negara yang baik.
Adapun kriteria manusia yang baik, warga masyarakat yang baik , dan warga Negara yang baik
bagi suatu masyarakat atau bangsa, secara umum adalah nilai-nilai social tertentuyang banyak
dipengaruhi oleh budaya masyarakat dan bangsanya.
Oleh karena itu, hakikat pendidikan karakter dalam konteks pendidikan Indonesia adalah
pendidikan nilai, yakni pendidikan nilai-nilai luhur yang bersumber dari budaya bangsa Indonesia
sendiri, dalam rangka membina kepribadian generasi muda (Gunawan, 2012, h.23-24). Pendidikan
karakter juga dapat dimaknai sebagai upaya yang terencana untuk menjadikan peserta didik
mengenal, peduli, dan menginternalisasikan nilai-nilai sehingga peserta didik menjadi insan
kamil.
Pendidikan karakter juga dapat diartikan sebagai suatu system penanaman nilai- nilai karakter
kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan
tindakan untuk melaksanakan nilai-nilai tersebut baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa, diri
sendiri, sesana, lingkungan maupun kebangsaan sehingga menjadi manusia yang sempurna.
Penanaman nilai pada warga sekolah maknanya bahwa pendidikan karakter baru akan efektif jika
tidak hanya siswa, tetapi juga para guru, kepala sekolah dan tenaga non-pendidik disekolah harus
terlibat dalam pendidikan karakter.
Pendidikan karakter adalah proses menanamkan karakter tertentu sekaligus memberi benih
agar peserta didik mampu menumbuhkan karakter khasnya pada saat menjalankan kehidupan.
Dengan kata lain, peserta didik tidak hanya memahami pendidikan sebagai bentuk pengetahuan,
namun juga menjadikan sebagai bagian dari hidup dan secara sadar hidup berdasarkan pada nilai
tersebut.

B. Tujuan, Fungsi, dan Media Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa


yaitu pancasila, meliputi: (1) mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati
baik, berfikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa yang berkarkater pancasila; (3)
mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan
negaranya serta mencintai umat manusia.
Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural; (2)
membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap
pengembangan kehidupan umat manusia ; mengembangkan potensi agar berhati baik, berfikiran
baik, dan berperilaku baik serta keteladanan yang baik;(3) membangun sikap warganegara yang
cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dalam suatu
harmoni (Kemendiknas, 2011: 3).
Menurut zubaedi ada beberapa fungsi diadakannya pendidikan karakter:
a. Pembentukan dan pengembangan potensi
Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi-potensi peserta
didik agar berfikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai dengan falsafah hidup
pancasila. Oleh karenanya, dalam konteks ini pendidikan harus mampu memberikan keleluasaan
kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan potensi maupun bakat yang dimiliki sesuai
dengan norma-norma yang ada
b. Perbaikan dan Penguatan
Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki karakter peserta didik yang bersifat negatif dan
memperkuat peran keluarga, stuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut
berpartisipasi dan bertanggung jawab dalam pengembangan potensi manusia atau warganegara
menuju bangsa yang berkarakter, maju, mandiiri dan sejahtera.
c. Penyaring
Pendidikan karakter bangsa berfungsi memilah nilai-nilai budaya bangsa sendiri dan
menyaring nilai-nilai budaya bangsa lain yang positif untuk menjadi karakter warga negara
Indonesia agar menjadi bangsa yang bermartabat (Samani, 2011 : 27- 28).

Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yaitu, keluarga, satuan pendidikan,
masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa (Kemendiknas, 2011:3).

C. Nilai-Nilai Dasar dalam Pendidikan Karakter

Pemerintah Indonesia telah merumuskan kebijakan dalam rangka pembangunan karakter


bangsa. Dalam Kebijakan Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010- 2025 ditegaskan
bahwa karakter merupakan hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga,
serta olah rasa dan karsa. Olah hati terkait dengan perasaan sikap dan keyakinan/keimanan, olah
pikir berkenaan dengan proses nalar guna mencari dan menggunakan pengetahuan secara kritis,
kreatif, dan inovatif, olah raga terkait dengan proses persepsi, kesiapan, peniruan, manipulasi, dan
penciptaan aktivitas baru disertai sportivitas, serta olah rasa dan karsa berhubungan dengan
kemauan dan kreativitas yang tecermin dalam kepedulian, pencitraan, dan penciptaan kebaruan
(Pemerintah RI, 2010:21).
Nilai-nilai karakter yang dijiwai oleh sila-sila Pancasila pada masing-masing bagian tersebut,
dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Karakter yang bersumber dari olah hati antara lain beriman dan bertakwa, jujur,
amanah, adil, tertib, taat aturan, bertanggung jawab, berempati, berani mengambil resiko,
pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.

2) Karakter yang bersumber dari olah pikir antara lain cerdas, kritis, kreatif, inovatif,
ingin tahu, produktif, berorientasi Ipteks, dan reflektif.

3) Karakter yang bersumber dari olah raga/kinestetika antara lain bersih, dan sehat,
sportif, tangguh, andal, berdaya tahan, bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif,
ceria, dan gigih.

4) Karakter yang bersumber dari olah rasa dan karsa antara lain kemanusiaan, saling
menghargai, gotong royong, kebersamaan, ramah, hormat, toleran, nasionalis, peduli,
kosmopolit (mendunia), mengutamakan kepentingan umum, cinta tanahair(patriotis),
bangga menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos
kerja.

Dari nilai-nilai karakter di atas, Kementerian Pendidikan Nasional (sekarang: Kementerian


Pendidikan dan Kebudayaan) mencanangkan empat nilai karakter utama yang menjadi ujung
tombak penerapan karakter di kalangan peserta didik di sekolah, yakni jujur (dari olah hati),
cerdas (dari olah pikir), tangguh (dari olah raga), dan peduli (dari olah rasa dan karsa) (Marzuki,
2011, hlm: 37).
Dalam rangka lebih memperkuat pelaksanaan pendidikan karakter pada satuan pendidikan
telah teridentifikasi 18 nilai yang bersumber dari agama, Pancasila, budaya, dan tujuan
pendidikan nasional, yaitu: (1) Religius, (2) Jujur, (3) Toleransi, (4) Disiplin,(5) Kerja keras, (6)
Kreatif, (7) Mandiri, (8) Demokratis, (9) Rasa Ingin Tahu, (10) Semangat Kebangsaan, (11) Cinta
Tanah Air, (12) Menghargai Prestasi, (13) Bersahabat/Komunikatif, (14) Cinta Damai, (15)
Gemar Membaca, (16) Peduli Lingkungan, (17) Peduli Sosial, (18) Tanggung Jawab (Sumber:
Pusat Kurikulum. Pengembangan dan Pendidikan Budaya dan Karakter Bangsa (Pedoman
Sekolah. 2009:9- 10).

Meskipun telah dirumuskan 18 nilai pembentuk karakter bangsa, namun satuan pendidikan
dapat menentukan prioritas pengembangannya untuk melanjutkan nilai-nilai prakondisi yang telah
dikembangkan. Pemilihan nilai-nilai tersebut beranjak dari kepentingan dan kondisi satuan
pendidikan masing-masing, yang dilakukan melalui analisis konteks, sehingga dalam
implementasinya dimungkinkan terdapat perbedaan jenis nilai karakter yang dikembangkan antara
satu sekolah dan atau daerah yang satu dengan lainnya. Implementasi nilai-nilai karakter yang
akan dikembangkan dapat dimulai dari nilai-nilai yang esensial, sederhana, dan mudah
dilaksanakan, seperti: bersih, rapi, nyaman, disiplin, sopan dan santun.

Direktorat Pembinaan SMP Kemdiknas RI mengembangkan nilai-nilai utama yang


disarikan dari butir-butir standar kompetensi lulusan (Permendiknas No. 23 Tahun 2006) dan dari
nilai-nilai utama yang dikembangkan oleh Pusat Kurikulum Depdiknas RI (Pusat Kurikulum
Kemdiknas, 2009). Dari kedua sumber tersebut, nilai-nilai utama yang harus dicapai dalam
pembelajaran di sekolah (institusi pendidikan) di antaranya adalah sebagai berikut.

1) Kereligiusan, yakni pikiran, perkataan, dan tindakan seseorang yang diupayakan selalu
berdasarkan pada nilai-nilai Ketuhanan dan/atau ajaran agamanya.

2) Kejujuran, yakni perilaku yang didasarkan pada upaya menjadikan dirinya sebagai
orang yang selalu dapat dipercaya dalam perkataan, tindakan, dan pekerjaan, baik
terhadap diri dan pihak lain.
3) Kecerdasan, yakni kemampuan seseorang dalam melakukan suatu tugas secara cermat,
tepat, dan cepat.

4) Ketangguhan, yakni sikap dan perilaku pantang menyerah atau tidak pernah putus asa
ketika menghadapi berbagai kesulitan dalam melaksanakan kegiatan atau tugas sehingga
mampu mengatasi kesulitan tersebut dalam mencapai tujuan.
5) Kedemokratisan, yakni cara berfikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak
dan kewajiban dirinya dan orang lain.

6) Kepedulian, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya mencegah dan
memperbaiki penyimpangan dan kerusakan (manusia, alam, dan tatanan) di sekitar
dirinya.

7) Kemandirian, yakni sikap dan perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain
dalam menyelesaikan tugas-tugas.

8) Berpikir logis, kritis, kreatif, dan inovatif, yakni berpikir dan melakukan sesuatu secara
kenyataan atau logika untuk menghasilkan cara atau hasil baru dan termutakhir dari apa
yang telah dimiliki.

9) Keberanian mengambil risiko, yakni kesiapan menerima risiko/akibat yang mungkin


timbul dari tindakan nyata.

10) Berorientasi pada tindakan, yakni kemampuan untuk mewujudkan gagasan menjadi
tindakan nyata.

11) Berjiwa kepemimpinan, yakni kemampuan mengarahkan dan mengajak individu atau
kelompok untuk mencapai tujuan dengan berpegang pada asas-asas kepemimpinan
berbasis budaya bangsa.

12) Kerja keras, yakni perilaku yang menunjukkan upaya sungguh-sungguh dalam
mengatasi berbagai hambatan guna menyelesaikan tugas (belajar/pekerjaan) dengan
sebaik-baiknya.

13) Tanggung jawab, yakni sikap dan perilaku seseorang untuk melaksanakan tugas dan
kewajibannya sebagaimana yang seharusnya dia lakukan, terhadap diri sendiri,
masyarakat, lingkungan (alam, sosial, dan budaya), negara dan Tuhan YME.
14) Gaya hidup sehat, yakni segala upaya untuk menerapkan kebiasaan yang baik dalam
menciptakan hidup yang sehat dan menghindarkan kebiasaan buruk yang dapat
mengganggu kesehatan.

15) Kedisiplinan,yakni tindakan yang menunjukkan perilaku tertib dan patuh pada
berbagai ketentuan dan peraturan.

16) Percaya diri, yakni sikap yakin akan kemampuan diri sendiri terhadap pemenuhan
tercapainya apainya setiap keinginan dan harapannya.
17) Keingintahuan, yakni sikap dan tindakan yang selalu berupaya untuk mengetahui
lebih mendalam dan meluas dari apa yang dipelajarinya, dilihat, dan didengar.

18) Cinta ilmu, yakni cara berpikir, bersikap dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan,
kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap pengetahuan.

19) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri dan orang lain, yakni sikap tahu dan mengerti
serta melaksanakan apa yang menjadi milik/hak diri sendiri dan orang lain serta
tugas/kewajiban diri sendiri serta orang lain.

20) Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, yakni sikap menurut dan taat terhadap
aturan- aturan berkenaan dengan masyarakat dan kepentingan umum.

21) Menghargai karya dan prestasi orang lain, yakni sikap dan tindakan yang mendorong
dirinya untuk menghasilkan sesuatu yang berguna bagi masyarakat, dan mengakui dan
menghormati keberhasilan orang lain.

22) Kesantunan, yakni sifat yang halus dan baik dari sudut pandang tata bahasa maupun
tata perilakunya ke semua orang.

23) Nasionalisme, yakni cara berfikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan
kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik,
sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsanya. 24) Menghargaikeberagaman, yakni
sikap memberikan respek/hormat terhadap berbagai macam hal baik yang berbentuk fisik,
sifat, adat, budaya, suku, dan agama (Dit. PSMP Kemdiknas, 2010).
D. Proses Pendidikan Karakter

Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh
potensi individu manusia (kognitif, afekif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural pada
konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendiikan serta masyarakat. Totalitas psikologis dan
sosiokultural dapat dikelompokan sebagaimana yang di paparkan di bawah ini mengenai ruang
lingkup pendidikan karakter :

1. Olah Pikir : cerdas, kritis kreatif, inovatif, ingin tahu, berfikir terbuka, produktif,
berorientasi ipteks dan replektif.
2. Olah Raga : bersih dan sehar, disiplin, sportif, tangguh, andal, berdaya tahan,
bersahabat, kooperatif, determinatif, kompetitif, ceria dan gigih.
3. Olah Hati : beriman dan bertakwa, jujur, amanah, adil, bertanggung jawab, berempati,
berani mengambil resiko, pantang menyerah, rela berkorban, dan berjiwa patriotik.
4. Olah Rasa / Karsa : ramah, saling menghargai, toleran, peduli, suka menolong, gotong
royong, nasionalis, kosmopolit, mengutamakan kepentingan umum, bangga
menggunakan bahasa dan produk Indonesia, dinamis, kerja keras, dan beretos kerja.

Berdasarkan pemaparan diatas, proses itu secara holistik dan koheren memiliki saling
keterkaitan dan saling melengkapi, serta masing-masingnya secara konseptual merupakan gugus
nilai luhur yang di dalamnya terkandung sejumlah nilai (Panduan Pelaksanaan Pendidikan
Karakter hal.10).

Sumber lain mengatakan bahwa ada beberapa tahap yang dalam proses pendidikan
karakter yaitu mulai dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, hingga evaluasi pembelajaran
pada semua mata pelajaran, tahap-tahap ini akan diuraikan lebih detail berikut ini :

1. Tahap Perencanaan
Tahap perencanaan ini yang mula-mla dilakukan adalah analisis SK/KD,
pengembangan silabus berkarakter, penyusunan RPP berkarakrter dan penyiapan bahan
ajar berkarakter. Analisis ini dilakukan untuk mengidentifikasi nilai-nilai karakter yang
secara substansi dapat diintegrasikan pada SK/KD yang bersangkutan. Dan proses
identifikasi ini tidak dimaksudkan untuk membatasi nilai-nilai yang dapat dikembangkan
pada pembelajaran SK/KD yang bersangkutan. Guru dituntut lebih cermat dalam
memunculkan nilai-nilai yang ditargetkan dalam proses pembelajaran (Marzuki, 2012,
hal. 41).

2. Tahap Pelaksanaan
Kegiatan pembelajaran dari tahapan kegiatan pendahuluan, inti dan penutup
dipilih dan dilaksanakan agar peserta didik mempraktikan nilai-nilai karakter yang
ditargetkan. Dalam pembelajaran ini guru harus merancang langkah-langkah
pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik aktif dalam proses mulai dari pengetahuan
inti, hingga penutup. Guru dituntut untuk menguasai berbagai metode, model atau strategi
pembelajaran aktif sehingga langkah-langkah pembelajaran dengan mudah disusun dan
dapat di praktikan dengan baik dan benar. Dengan proses seperti ini, guru juga bisa
melakukan pengamatan sekaligus melakukan evaluasi (penilaian) terhadap proses belajar
yang terjadi, terutama terhadap karakter peserta didiknya (Marzuki, 2012, hal. 42).

3. Tahap Evaluasi
Evaluasi atau penilaian merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
pendidikan yang sangat penting dalam proses pendidikan. Dalam pendidikan karakter,
penilaian harus dilakukan dengan baik dan benar. Penilaian tidak hanya menyangkut
pencapaian kognitif peserta didik, tetapi juga pencapaian afektif dan psikomotorik peserta
didik dibandingkan pencapaian kognitifnya. Agar hasil penilaian yang dilakukan guru
bisa benar dan objektif, guru harus memahami prinsip-prinsip penilaian yang benar sesuai
dengan standar penilaian yang sudah ditetapkan oleh para ahli penilaian (Marzuki, 2012,
hal. 42).

E. Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran Kimia

Mata pelajaran kiia merupakan salah satu bidang kajian dalam ilmu pengetahuan alam (IPA),
dimana pembelajarannya harus memadukan pendidikan nilai atau karakter sehingga dapat
mewujudkan tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya yauitu kecerdasan yang berkarakter
(Prayitno dan Balferik Manullang, 2011:21). Ilmu Pengetahuan Alam berkaitan dengan cara
mencari tahu tentang gejala alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan
kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-falta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip tetapi juga
suatu proses penemuan (Trianto, 2012:137). Menurut Sumaji dkk dalam Zubaedi (2011:292)
ilmu pengetahuan alam mengandung banyak sekali nilai kehidupan. Proses sains dalam hal ini
merupakan proses mempelajari serta mengambil makna pada kehidupan dan dunia di sekililing
kita. Tujuan pembelajaran IPA selain memahami konsep-konsep IPA dan keterkaitannya juga
ditunjukan untuk: 1). Meningkatkan kesadaran akan kelestarian lingkungan, kebanggan nasional
dan kebesaran dan kekuasaan Tuhan YME 2).Mengembangkan daya penalaran untuk
memecahkan masalah sehari-hari 3).Mengembangkan keterampilan proses untuk memperoleh
konsep-konsep IPA dan menumbuhkan nilai serta sikap ilmiah 4).Menerapkan konsep dan prinsip
IPA untuk menghasilkan karya teknologi.
Pengoptimalan pendidikan karakter dalam kurikulum dapat dilakukan dengan dua
pendekatan yang dijelaskan oleh Bagus Mustakim (2011:92-93) yaitu menyusun kompetensi
akademik dan karakter dalam standar isi yang terintegratif . namun ini menjadi wewenang Badan
Standar Nasional Pendidikan. Pendekatan yang kedua yaitu dapat mengimplementasikan
pendidkan karakter dalam standar proses pendidikan yang dapat dikembangkan sendiri oleh setiap
satuan oendidikan. Pendidikan karakter model ini dapat dimulai dengan mengembangkan silabus,
RPP dan kegiatan pembelajaran.
Rencana pembelajaran yang dikembangkan guru berupa, silabus dan RPP dapat
menunjukkan perencanaan integrase pendidikan karakter yang dapat dilakukan dengan;
1) Mengkaji Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Standar Isi (SI)
untuk menentukan apakah nilai-nilai karakter yang dikembangkan sudah tercakup di
dalamnya;
2) Menganalisis KD yang tepat untuk dimuati nilai-nilai pendidikan karakter;
3) Mendeskripsikan indicator masing-masing SK dan KD yang dipilih untuk dimuati
pendidikan karakter; 4) Mencantumkan nilai-nilai karakter yang dientukan itu ke dalam
silabus (Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas, 2010:18).
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendidikan adalah usaha sadar manusia untuk mengembangkan kepribadian di dalam
maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. pendidikan adalah proses pengubahan
sikap dan perilaku seseorang atau sekelompok orang dalam mendewasakan manusia melalui
upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang
membentuk karakter bangsa yaitu pancasila, meliputi: (1) mengembangkan potensi peserta didik
agar menjadi manusia berhati baik, berfikiran baik, dan berprilaku baik; (2) membangun bangsa
yang berkarkater pancasila; (3) mengembangkan potensi warga negara agar memiliki sikap
percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia.
Pendidikan karakter berfungsi (1) membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural;
(2) membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi
terhadap pengembangan kehidupan umat manusia ; mengembangkan potensi agar berhati baik,
berfikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan yang baik; (3) membangun sikap
warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa
lain dalam suatu harmoni. Pendidikan karakter dilakukan melalui berbagai media yaitu, keluarga,
satuan pendidikan, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan media massa. Dalam Kebijakan
Nasional Pembangunan Karakter Bangsa Tahun 2010-2025 ditegaskan bahwa karakter merupakan
hasil keterpaduan empat bagian, yakni olah hati, olah pikir, olah raga, serta olah rasa dan karsa.
empat nilai karakter utama yang menjadi ujung tombak penerapan karakter di kalangan peserta
didik di sekolah, yakni jujur (dari olah hati), cerdas (dari olah pikir), tangguh (dari olah raga), dan
peduli (dari olah rasa dan karsa)
Nilai-nilai utama yang harus dicapai dalam pembelajaran di sekolah (institusi pendidikan)
di antaranya adalah sebagai berikut. 1) Kereligiusan, 2) Kejujuran, 3) Kecerdasan, 4)
Ketangguhan, 5) Kedemokratisan, 6) Kepedulian, 7) Kemandirian, 8) Berpikir logis, kritis,
kreatif, dan inovatif, 9) Keberanian mengambil risiko, 10) Berorientasi pada tindakan, 11) Berjiwa
kepemimpinan, 12) Kerja keras, 13) Tanggung jawab, 14) Gaya hidup sehat, 15) Kedisiplinan,.
16) Percaya diri, 17) Keingintahuan, 18) Cinta ilmu, 19) Kesadaran akan hak dan kewajiban diri
dan orang lain, 20) Kepatuhan terhadap aturan-aturan sosial, 21) Menghargai karya dan prestasi
orang lain, 22) Kesantunan, 23) Nasionalisme.
Proses pendidikan karakter didasarkan pada totalitas psikologis yang mencakup seluruh
potensi individu manusia (kognitif, afekif, psikomotorik) dan fungsi totalitas sosiokultural pada
konteks interaksi dalam keluarga, satuan pendiikan serta masyarakat.

B. Saran
Setelah membaca makalah ini diharapkan pembaca lebih memahami hal-hal yang berkaitan
dengan Model Implementasi atau pengintegrasian Pendidikan Karakter terutama dalam
pembelajaran Kimia dan dapat mengamalkannya ke siswa yang diajarkannya nanti.
DAFTAR PUSTAKA

Adisusilo, Sutarjo. 2013. Pembelajaran Nilai Karakter. Jakarta: PT. Raja Gravindo
Persada
Aeni, Ani Nur. Pendidikan Karakter Untuk Siswa SD, Publikasi Online:
http://jurnal.upi.edu/mimbar-sekolah-dasar/, PGSD Kelas Universitas Pendidikan
Indonesia Kampus Sumedang
Ahmadi & Ubhiyati. 2007. Ilmu Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta
Bagus, Mustakim. 2011. Pendidikan Karakter Membangun Delapan KArakter Emas
Menuju Indonesia Bermatabat. Yogyakarta: Samudera Biru
Gunawan, Heri. 2012. Pendidikan Karakter Konsep dan Implementasi.
Bandung:Alfabeta, (Panduan pelaksanaan Pendidikan Karakter,2011. Kementrian
Pendidikan Nasional:
Badan Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Jakarta)
Kemendiknas. 2011. Panduan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Jakarta : Badan
Penelitian dan Pengembangan Pusat Kurikulum dan Perbukuan
Koesoema, 2010. Pendidikan Karakter Strategi Mendidik Anak di Zaman Global.
Jakarta: PT.Grasindo
Koesoema, Doni. 2007. Pendidikan Karakter. Strategi Mendidik Anak di Zaman Modern.
Jakarta: Grasindo
Khan, Yahya. 2010. Pendidikan Karakter Berbasis Potensi Diri: Mendongkrak Kualitas
Pendidikan. Yogyakarta: Pelangi Publishing
Majid, Abdul dan Dian Andayani. 2010. Pendidikan Karakter dalam Perspektif Islam.
Bandung: Insan Cita Utama
Marzuki. 2012. Pengintegrasian Pendidkan Karakter dalam Pembelajaran di Sekolah.
Jurnal Pendidikan Karakter . Tahun II No. I
Muchlas, Samani, dan Hariyanto. 2011 Konsep dan Model Pendidikan Karakter.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Pendidikan Karakter KI Hadjar Dewantara: Studi Kritis Pemikiran Karakter dan Budi
Pekerti Dalam Tinjauan Islam Profetika, Jurnal Studi Islam, Vol. 16, No. 2,
Desember 2015
Prayitno dan Balferik Manullang. 2011. Pendidikan arakter dalam Pembangunan Bangsa.
Jakarta:PT Grasindo
Pusat Kurikulum Balitbang Kemendiknas.2010.Bahan Pelatihan Penguatan Metodologi
Pembelajaran berdasarkan Nilai-Nilai Budaya untuk Membentuk Daya Saing dan
Karakter Bangsa. (Online). http://www.slideshare.net/mustahal/pend-budaya-
karakter-bangsa, diunduh 30 Oktober 2019
Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu. Jakarta: PT Bumi Aksara
Setiawan, Deny. 2013. Peran Pendidikan Karakter Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Moral Jurnal Pendidikan Karakter: FIS Universitas Negeri Medan, Tahun III,
Nomor 1
Syah, Muhibbin. 2008. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya
UU RI Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang
Sisdiknas
Zubaedi. 2011. Desain Pendidikan KKarakter Konsepsi dan Aplikasinya dalam Lembaga
Kependidikan.Jakarta:Kencana

You might also like